Bedah AMPUTASI
Bedah AMPUTASI
Bedah AMPUTASI
DEFINISI
Amputasi berasal dari kata latin amputare yang berarti “pancung”. Dalam ilmu
kedokteran diartikan sebagai “ membuang “ sebagian atau seluruh anggota gerak, sesuatu yang
menonjol atau tonjolan alat ( organ ) tubuh.
INDIKASI
Amputasi dapat terjadi sendiri karena proses pathologi seperti :gangren , penyakit kusta,
kelainan bawaan , trauma (rudapaksa). Atau memang sengaja dikerjakan atas indikasi seperti :
A. Medik
i) Rudapaksa yang menyebabkan hancurnya sebagian atau seluruh anggota / alat untuk
menyelamatkan jiwa ( life saving )
ii) Karena penyakit agar anggota dapat dimanfaatkan kembali akibat kegagalan fungsi
anggota gerak (limb saving )
B. Hukuman
Oleh karena itu maka dalam menghadapi penderita dengan penyakit/ keadaan yang
mengakibatkan terjadinya amputasi baik auto amputasi maupun atas indikasi medik-non
medik perlu diperhatikan kondisi :
Kondisi pra bedah :
Keadaan umum dan progresivitasnya dengan memperhatikan prognose serta tindakan
rehabilitasi
Kondisi pasca bedah
Evaluasi amputae ( puntung amputasi ) agar dapat dilaksanakan rehabilitasi dengan atau
tanpa prothesis; yang penting adalah “ mental si penderita “ agar usaha rehabilitasi
berhasil.
Indikasi :
Sering : Peripheral vascular disease, Diabetic neuropathy ,Cancer, Severe trauma ( e.g
crushing injuries,korban kebakaran, atau gigitan serangga )
Jarang : Severe atau recurrent osteomyelitis, Musculoskeletal tumors, Deformitas
kongenital
1
Iskemia pada penyakit vaskuler perifer menjadi makin sering sebagai alasan
amputasi dalam masyarakat. Kurang lebih ½ dari pasien-pasien ini juga
menderita diabetes. Penilaian pre op pada pasien ini terdiri atas; pemeriksaan
fisik dan penilaian perfusi, nutrisi dan imunokompetensi skrening pre op dapat
membantu prediksi penyembuhan yang sukses, tapi tak ada uji tunggal yang
100% akurat, dan semua test / uji memiliki angka flase negatif. USG dopler
merupakan alat yang mudah tersedia untuk mengukur aliran darah di
ekstremitas tapi kalsifikasi dinding arteri meningkatkan tekanan akibat
pembuluh darah yang terkena. Tekanan yang rendah menunjukkan perfusi
yang jelek. Walaupun nilai normal dan tinggi dapat terjadi akibat kalsifikasi
dinding pembuluh darah dan menunjukkan perfusi yang normal pada luka
yang sembuh. Tekanan darah di tumit nampaknya lebih menunjukkan prediksi
kesembuhan dibanding di engkel. Kadang PO2 dan CO2 transkutaneus non
invasif lebih mudah dikerjakan dibanyak laboratorium vaskuler. Kedua zat itu
menunjukkan secara statistik akurat dalam memprediksi penyembuhan luka
amputasi, tapi false negatif masih nampak pengaruh. Xenon 133 merupakan
pembersih kulit yang digunakan secara sukses untuk memprediksi
penyembuhan amputasi, tapi preparat salep / solutio Xenon 133 tergantung
teknik penilaian, butuh waktu lama dan biaya mahal . Setelah dihubungkan
dengan percobaan-percobaan prospektif, seorang penulis yang antusias tidak
yakin bahwa Xenon 133 memiliki nilai prediksi, dan percaya bahwa TcPO 2
dan TcPCO2 lebih prediktif.
TRAUMA
Indikasi mutlak muncul dilakukan amputasi yaitu pada trauma yang
mengakibatkan iskemi pada ekstremitas tanpa bisa memperbaiki kerusakan
vaskulernya, kemudian dipertahankan tapi akhirnya diamputasi dengan
prosedur pembedahan yang rumit, membuang waktu, uang dan emosional.
Penelitian-penelitian terbaru menunjukkan nilai / kesimpulan bahwa amputasi
awal akan mencegah gangguan emosional, kekeluargaan, financial dan
keraguan.
Panduan perawatan / penanganan pada awal setelah amputasi berbeda antara
ekstremitas atas dan ekstremitas bawah. Pada ekstremitas atas dengan
gangguan fungsi yang berat biasanya kurang terpelihara dibanding pemakaian
prostetik sebagai alat bantu tangan, pada waktu awal. Walaupun disfungsi
ekstremitas bawah tidak mampu menahan beban berat badan, timbul nyeri,
deformitas atau akibat kehilangan tensor sering berkurang di banding dengan
kaki prostetik, khususnya jika amputasi di bawah lutut, syme’s atau sebagian
kaki.
3
Akhir-akhir ini grade pada ekstremitas bawah sudah ada, dengan sistem
skoring. Prediktor tidak dapat secara mutlak menilai fungsi atau outcome, tapi
harus melayani dengan membantu ahli bedah untuk menerangkan titik berat
luka dan risikonya jika dipertahankan.
TUMOR
4
TEKNIK
Untuk tindakan life saving maka tindakan harus cepat, umumnya indikasi
karena kerusakan yang hebat dan tidak dapat dipertahankan baik akibat
kehilangan darah maupun karena penyebaran infeksi ( sepsis).
a) Ditempat yang sarananya tidak memadai, maka cara Guillotine masih dapat
dipertahankan yaitu : pemotongan ketinggian (level) dipilih yang aman baik dari segi
infeksi dengan melihat reactive zonenya atau kerusakan jaringan lunaknya, karena
tindakan cara Guillotine memerlukan tindakan kedua yaitu mengadakan stump revision.
b) Apabila sarana memadai seperti a. l dapat dilakukan resusitasi dengan baik dan dapat
memonitor keadaan pasien selama tindakan amputasi, maka sebaiknya dilakukan flap
amputation dengan demikian tidak perlu tindakan kedua untuk stump revision : oleh
karena itu “ level “ yang dipilih harus tepat dengan mengingat tindakan pasca bedah
untuk rehabilitasinya. Pada umumnya ( general rules ) menentukan level adalah sebagai
berikut :
Daerah yang cukup vakularisasinya jaringan lunak / kulit yang akan dipakai
sebagai penutup ( flap ).
Melaksanakan tindakan :
Ditentukan / pilih macam anesthesi : narcose umum, spinal atau blok
anesthesi. Pada keadaan tertentu dapat dilakukan dengan ICE anesthesia. Seperti
diketahui bahwa peredaran darah arteriil dari dalam (otot) ke luar (kulit) berjalan
dari proksimal ke distal, maka kulit dapat dipertahankan lebih panjang dari tulang
dan otot, sehingga dapat dibuat sebagai flap. Apabila keadaan mengizinkan,
pergunakanlah tourniquet pada daerah dimana hanya terdapat satu tulang, hal ini
mempermudah dan mempercepat tindakan. Sesudah siap dengan drapping daerah
yang akan diamputasi, dibuat dulu flap dari kulit, dan otot, yang akan dipotong
5
lebih proximal dari kulit, kemudian tulang lebih proximal lagi agar puntung dapat
ditutup dengan baik tanpa adanya ketegangan flap.
Untuk dapat menutup dengan baik harus dipertimbangkan diameter
anggota gerak, dengan demikian didapatkan stump amputae yang baik. Sesudah
kita tentukan level, pembuluh darah arteri dan vena dipersiapkan untuk diligasi.
Pada umumnya arteri diligasi 2x sedangkan vena cukup sekali. Serabut
saraf dipotong sekaligus dengan pisau yang tajam untuk menghindarkan
timbulnya jaringan granulasi yang mungkin dapat menimbulkan neuroma/
neurofibrima. Untuk memudahkan mendapat flap yang baik perlu juga
dipertimbangkan diamana jahitan akhir dari flap apakah disisi anterior, distal atau
posterior dari lateral ke medial. Apabila keadaan tidak memungkinkan
pengguanaan tourniquet, karena penggunaan torniquet akan mengakibatkan
kerusakan vaskuler yang lebih parah , misalnya pada penyakit Diabetes Mellitus,
penyakit Trombo Angiitis Obliterans (W.W.B), maka sebaiknya, setelah
melakukan insisi terhadap kulitnya segera mencari arteri dan vena dan dilakuakan
ligsi lebih dulu baru kemudian otot dan sarafnya , periost digeser ke proximal
secukupnya baru tulang dipotong sehingga periosteum dapat dipakai untuk
menutup diameter tulang yang terbuka medulanya untuk menghindari perdarah
diffus dari medula. Hal ini perlu dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari
timbulnya ring sequester. Pada tibia perlu dibuat pemotongan miring ( beveling )
agar dapat menimbulkan tekanan pada kulit prae tibia yang dapat menimbulkan
decubitus pada waktu stump dressing dan pembuatan socket prosthesisnya.
Tindakan penutupan selanjutnya dapat dilakukan osteomyodesis untuk
membuat insersi baru atau myoplasty saja yang diperkuat dengan jahitan dari
fascia setelah dilakukan haemostasis dengan baik.
Stump dressing dengan elastic bandage untuk mempercepat maturasi dari
stump, sehingga prosthesis dapat diberikan lebih dini. Umumnya untuk
mendapatkan maturasi stump diperlukan waktu 3 bulan.
PERAWATAN POST OP
Amputasi ditawarkan kesempatan untuk memanipulasi lingkungan fisik
dari pada luka selama penyembuhan. Balutan yang halus, pengawasan terhadap
ruangan di sekitar, balutan yang lembut, dan traksi kulit merupakan metode yang
6
dapat diterangkan. Penggunaan balutan yang halus akan mengontrol udem,
mencegah trauma, menurunkan nyeri, dan membuat mobilisasi lebih awal
demikian juga rehabilitasinya. Penggunaan (IPOP) prosthesis segera setelah
operasi membuktikan jumlah waktu untuk maturasi ekstremitas menurun dan
waktu pemasangan prostetik sebagian besar ahli bedah akan memulai penumpuan
berat badan sebagian/parsial setelah terjadi perubahan pertama pada hari ke-5-10.
Jika luka nampak steril. Penumpuan berat badan segera setelah Op dapat diawali
dilakukan pada pasien tertentu. Balutan kaku dan IPOP harus digunakan secara
hati-hati, tapi aplikasi mudah dipelajari oleh para ahli bedah ortopedi. IPOP juga
mungkin dipakai pada amputasi ekstremitas atas, dan latihan prostetik awal
dengan alat ini diyakini meningkatkan lama penggunaan prostetik.
KOMPLIKASI
Sensasi nyeri phantom, dirasakan pada seluruh bagian yang diamputasi.
Hal ini terjadi pada awal setelah amputasi tapi tidak selalu sama. Sensasi Pantom
biasanya timbul pada bagian yang diamputasi misalnya pada kaki atau tangan
yang diamputasi pada saat digerakan.
Sebanyak 1% dan 10% penderita yang diamputasi mengalami nyeri phantom
dikarenakan Intervensi pembedahan tidak berhasil. Pengobatan non invasif,
seperti pijat, kompresi terus menerus, penggunaan prostetik atau stimulasi listrik
trankutaneus kadang dapat membantu. Sering gejala-gejalanya sama berupa
distrophi simpatik reflex. Distrophi simpatik reflex dapat terjadi pada ekstremitas
yang diamputasi dan harus di obati dengan sungguh-sungguh. Walaupun jarang,
nyeri tidak berkaitan dengan amputasi. Diagnosis banding antara lain nyeri
nervusradikuler, antritis sendi di proksimal, dan nyeri iskemik. Nyeri phantom
dapat dicegah atau diturunkan dengan anestesi epidural ketika operasi atau
anestesi intraneural setelah op dengan cara langsung memotong nervus.
Udem.
Udem post op. umum terjadi pada amputasi. Balutan yang kaku dapat
membantu mengurangi masalah ini. Apabila digunakan balutan lunak harus
7
dikombinasikan dengan bungkus pada ujung distalnya, guna mengontrol edem,
khususnya jika direncanakan akan memakai prostetik. Komplikasi utama pada
bungkus ini jika digunakan bungkus yang terlalu tebal yang dapat menimbulkan
kongesti, edem dan ujung amputasi bentuknya tidak bagus. Kesalahan umum
lainnya adalah pada bungkus amputasi atas lutut dengan pinggang amputasi yang
lunak termasuk juga pangkal paha dengan ujung amputasi bungkusnya tidak baik,
ekstremitas sempit tapi dengan abduktor yang besar. Bentuk ideal dari ujung
amputasi adalah siku aksis bukan konus.
Pemasangan prostetik yang jelek akan menimbulkan masalah pada ujung
amputasi, sindrom udem ujung amputasi umumnya disebabkan kontriksi distal.
Tanda udem, yaitu ; nyeri, darah di kulit, peningkatan pigmentasi keadaan ini
biasanya merupakan respon awal pemasangan prostetik, revasi, dan kompensi.
Veruka hiperplasi seperti pertumbuhan kulit yang berlebihan; disebabkan
kekurangan kontak distal dan akibat kegagalan pengangkatan keratin normal.
Massa tebal merupakan keratin dengan fisura dan tumbuh “oozzing” di ujung
distal amputasi, dan sering terinfeksi. Infeksi harus dihilangkan, kemudian
ekstremitas di sabun dan keratin yang lembut dihilangkan dengan pasta asam
salisilat. Kadang hidrokortison topikal dapat membantu pada kasus yang ektrim.
Prostetik yang dimodifikasi untuk memperbaiki kontak distal harus dibuat
sehingga kekambuhan tidak terjadi. Sebab ujung distal yang lunak membuat
modifikasi prostetik tidak nyaman, prostetik agresif dengan pendekatan terapi
fisik.
Kontraktur sendi :
MASALAH DERMATOLOGI :
Piginitas umum yang baik, termasuk menjaga kaki dan prostetik tetap
bersih, dengan menggunakan sabun dan dijaga tetap kering. Reaksi hiperemia
pada awal dan nyeri setelah amputasi, hal ini biasanya berkaitan dengan perbaikan
yang spontan. Kista epidermoid umumnya terjadi pada tepi soket prostetik,
khususnya bagian belakang. Kista epidermal sangat sulit untuk diobati dan
umumnya terjadi, bahkan setelah dieksisi. Pendekatan awal terbaik adalah dengan
memodifikasi soket dan mengurangi penekanan yang berlebihan pada kista.
Dermatitis kontak dapat menjadi berat jika disertai infeksi. Dermatitis
kontak iritasi primer disebabkan oleh zat asam basa atau benda tajam. Deterjen,
dan sabun umumnya sebagai penyebab. Biasanya zat iritan tidak dibersihkan pada
prostetik. Pasien dengan masalah ini harus menggunakan sabun yang ringan dan
dicuci dengan baik. Dermatitis kontak alergika umumnya disebabkan oleh nikel
dan krom dalam logam, anti oksidan dalam karet, karbon pada neoprene, garam
Chromium yang digunakan untuk mengobati kulit, epoksi anplomer dan resin
poliester yang merupakan pelapis soket. Setelah menghilangkan infeksi, zat iritan
harus dijauhkan, ekstremitas direndam, gunakan cream steroid, dikompresi
dengan balutan khusus atau “skrinkers”.
9
Infeksi kulit superficial umum terjadi pada amputasi. Follikulitis terjadi
pada tempat berambut, kadang muncul segera setelah anggota yang diamputasi
memakai prostesis. Palpitasi disekitar kelenjar ekrin. Follikulitis terjadi pada
pasien yang dicukur. Hidradenitis terjadi pada kelenjar apokrin di daerah aksila,
cenderung kronik dan respon terhadap pengobatan jelek. Soket yang dimodifikasi
untuk mengurangi tekanan dapat membantu. Kandidiasis dan penyebab
dermatophit lainnya mengakibatkan kulit bersisik dan kulit gatal, sering disertai
vesikel dengan batas tegas dan tengah terang. Infeksi jamur yang didiagnosa
melalui preparat potasium hidroksid (KOH) dan diobatai dengan agen anti jamur
topikal.
PROSTETIK :
Keuntungan utama prostetik pada anggota badan bawah termasuk
penggunaan bahan baru yang dicampur dengan respon elastik dengan desain
“menyimpan energi” dan juga dengan desain komputer dan dibantu perusahaan
teknologi komputer (CAD-CAM). Pada pembuatan soket makin menyukseskan
penggunaan prostetik mioelektrik untuk ekstremitas atas. Ahli bedah yang
meresepkan prostetik Ekstremitas harus memahami secara mendasar gambaran
umum sehingga komponen yang digunakan penderita maksimal sesuai dengan
keperluannya. Resep prostetik yang baik tipe soketnya spesifik, apakah tipe
dengan suspensi, dengan konstruksi untuk berjalan, dengan sendi khusus atau alat
terminal. Soket dapat sebagai socket yang keras dengan permukaan yang minimal
atau dapat berupa garis. Pada amputasi di atas lutut, dengan luas soket berbagai
tipe tersedia dari desain quadrilateral tradisional hingga desain lebih baru
mediolateral yang sempit. Prostesis tergantung pada badan dengan pengikat,
sabuk, kontur soket, penyedot, penggesek, dan kontrol otot fisiologis. Kontruksi
“Shank” dapat berupa kerangka sistem eksoskeletal dapat lebih bertahan lama tapi
teknologi materialnya lebih baik, jadi daya tahan dan penampakannya sebagai
sistem eksoskeletal. Berbagai tipe sendi siku, jari, lutut, engkel tersedia sebaik alat
terminal multiguna, termasuk tangan, kepalan, kaki yang sudah disesuaikan untuk
olah raga dan kerja. Tanpa sensasi tujuan gerak sering diganti propioseptip
10
ekstremitas atas, yang akan menghambat tujuan gerak dan membuat penggunaan
ekstremitas atas menjadi sulit. Maka dari itu dokter harus membuat resep sesuai
dengan keadaan individu.
Akhir-akhir ini prosthesis dibuat dari bahan thermoplastik atau soketnya
dilapisi lebih, dari cetakan-cetakan ini tidak mencontoh sisa anggota, tapi berupa
modifikasi agar soket tidak menyesuaikan dengan tekanan. Uji soket dari plastik
umumnya dibuat guna melihat kulit di daerah yang bermasalah. Teknologi AFMA
(Automated Fabrilasi of Mobility Aids) desainnya menggunakan bantuan
komputer dan pabrik memiliki ahli prostesis dengan digitalisasi sisa ekstremitas
ditambah modifikasi standar biasanya digunakan untuk cetakan dan ditawarkan
tambahan menipulasi yang baik bentuk dengan skreen komputer. Komputer dapat
secara langsung membuat cetakan atau membuat soket. Teknologi AFMA dapat
menurunkan waktu prothesis dalam membuat cetakan dan menawarkan waktu
untuk dievaluasi tentang kelurusan prostesis dan latihan berjalannya.
Komponen mioelektrik umumnya tidak di resepkan hingga pasien dapat
menggunakan alat tenaga badan utama, alat mioelektrik telah digunakan secara
sukses pada amputasi di bawah siku tengah walaupun amputasi bawah siku
panjang rotasinya lebih baik jika ruangannya sempit dapat diisi elektronik mirip
ekstremitas kebutuhan lebih besar pada amputasi ekstremitas atas pada tingkat
yang lebih proksimal, tapi berat dan kecepatan komponen mioelektronik telah
dihindari. Alat myorid yang digunakan dengan tenaga badan dan komponen
mioelektrik dapat menjadi efektif. Otot yang stabil dengan miodesis atau teknik
mioplasti nampaknya sebagai tanda penggunaan mioelektrik akan lebih baik.
JENIS-JENIS AMPUTASI
1) EKSTREMITAS ATAS
a) Amputasi Tangan.
11
Walaupun teknik replantasi pembedahan mikro menurunkan insidensi amputasi.
Masih banyak pasien yang mengalami kegagalan pada replantasi. Rekonstruksi dilakukan
menyeluruh pada pemasangan ibu jari dengan tranposisi sinar, atau transfer tumit ke
tangan. Sebagian protesis tangan berfungsi untuk menyiapkan stabilnya ekstremitas
setelah amputasi dengan melawan sisa jari atau palmar. Fungsinya terbatas, tangan sangat
berguna dan bagian tubuh yang penting untuk mencitrakan tubuh. Banyak pasien dengan
amputasi sebagian dapat lebih menguntungkan jika dibuat prothesis tangan kosmetik.
b) Disarticulasi Jari.
Disartikulasi jari punya 2 keuntungan dibanding amputasi yang lebih pendek dan
amputasi bawah siku. Penopang sendi radio-ulna distal tetap dipertahankan agar dapat
berotasi. Dan penopang radial distal untuk melebar secara dramatik memperbaiki
suspensi prostetik dan tak ada keuntungan untuk menopang tulang karval, tenodesis gerak
lengan atas guna menstabilisasi otot. Perbaikan fisiologi dan penampilan mioelektrik
substitusi prosthetik pada disartikulasi jari, yang kecil lebih rumit dibanding amputasi
bawah siku. Unit jari konvensional umumnya tidak digunakan karena akan bertambah
panjang dan kadang alat terminal harus dimodifikasi karena panjangnya. Disartikulasi jari
juga lebih sulit untuk dipasang prostesis mioelektrik sebab ruangannya kurang untuk
mendapatkan sumber energi (power suplai). Meskipun demikian pada pasien tetap
menggunakan prostesis. Beberapa pasien yang tidak puas dengan fungsi tangannya dapat
memperbaikinya dengan melakukan disartikulasi jari dan menggunakan prostesis standar.
Keputusannya bersifat individual dan didasarkan pada faktor-faktor pendukung seperti :
tingkat keparahan jaringan lunak yang hilang, nyeri, penampakkan, fungsi yang didapat
dan citra badan pasien.
Pasien amputasi bawah siku sangat fungsional dan rehabilitasi dengan prostesis
telah berhasil diperkirakan mencapai 70-80%. Rotasi lengan kedepan dan kekuatannya
proposional dan panjangnya tetap mioplastika. Penutupan harus dilakukan untuk
mencegah nyeri bursa, untuk memfasilitasi suspensi otot secara fisiologis dan untuk
12
memfasilitasi protesis mioelektrik yang digunakan. Amputasi bawah siku yang pendek
memerlukan tambahan suspensi, soket munster, atau sisi engsel pinggir dan sebuah
kancing humeral. Suspensi tipe ini mempertahankan flexi dan ekstensi siku tapi dengan
rotasi yang terbatas, dengan mempertahanan sendi siku dan perhatian yang tidak
berlebihan. Skin graft harus dipertimbangkan agar fungsinya lebih menguntungkan.
Pemasangan engsel dilakukan apabila ROM siku aktif walaupun prostesis dengan tenaga
badan dapat berfungsi pada keadaan ini. Pada keadaan ini juga dapat sukses dengan
menggunakan alat mioelektrik.
Operasi kineplastik krukern berg’s memudah ujung amputasi bawah siku ke arah
penjepit radial ulna sehingga memegang dengan kuat dan penggunaan manipulasi yang
baik akibat sensasi pada “jari” lengan bawah. Hal ini dapat dilakukan sebagai prosedur
sekunder pada amputasi bawah siku dengan ekstremitas sisa < 10 cm dari olekranon.
Kontraktur flexi siku < 70% dan preparat fisiologi baik. Hal ini tak harus dilakukan
amputasi primer. Amputasi krukern berg dapat sempurna tidak tergantung aktifitas
hariannya sebab sensor penyempit terpelihara, sebagai mekanisme genggaman. Secara
sederhana, prosedur ini ditujukan pada amputasi bawah siku bilateral, tapi hal ini
menunjukkan sedikit pada unilateral. Pada amputasi bawah siku dengan tujuan untuk
dipasang prostesis atau pada pasien yang sulit dipasang prostesis karena fasilitas tak
tersedia. Konvensional prostesis tidak hanya dipakai pada lengan bawah Krukern berg
saja dan alat mioelektrik dapat disesuaikan pada penggunaan gerakan lengan bawah.
Ketidakuntungan yang utama adalah penampakan lengan bawah yang unik, yang mana
beberapa orang mempertimbangkan untuk tidak memakai, sebagaimana masyarakat yang
mudah mengerti dan menerima seseorang yang cacat Preparasi pre op yang intensif dan
konseling disarankan. Disartikulasi siku; disartikulasi siku menguntungkan kondilus
karena mudah prostetik diperbaiki amputasinya dan memindahkan rotasi humerus.
Pengungkit lengan yang makin panjang sehingga menjadi kuat. Ketidakuntungannya
adalah pada desain sisi siku. Sisi luar besar dan keras. Unit siku konvensional
mengakibatkan panjang lengan atas tidak proporsional dan lengan bawah pendek.
13
e) Amputasi Atas Siku :
Pada pasien amputasi atas siku Semua jaringan lunak menutupi harus dipelihara
pada amputasi atas siku. Bahkan jika hanya disisakan caput kumerus dan ekstremitas sisa
yang panjang tidak berfungsi harus dipelihara. Kontur lengan yang merupakan bagian
kosmetik harus diperbaiki. Miodesis membantu memelihara kekuatan bisep dan trisep,
kontrol prostetik dan tanda mioelektrik. Balutan kaku pada awal post op. dan pemasangan
prostetik hampir pada semua amputasi dapat berhasil. Terapi fisik post amputasi pada
amputasi lengan atas dibatasi sendi proksimal dan fungsi otot, Sebab alat terminal
biasanya dikontrol gerakan aktif bahu. Penggunaan prostetik awal dan terapi dapat
mencegah kontraktur dan pemeliharaan kekuatan. Suspensi prostetik secara sederhana
bergabung dengan tenaga tubuh, tapi hal ini dapat membuat tidak nyaman. Teknik
suspensi sedot atau osteotomi angulasi humerius merupakan teknik yang jarang
dilakukan. Beberapa pilihan prostetik untuk amputasi di atas siku, termasuk yang
menggunakan tenaga manusia atau prostesis cangkokan yang menggunakan kontrol
mioelektrik pada siku atau alat terminal dan tenaga tubuh untuk lainnya. Banyak
amputasi atas siku bilateral disarankan untuk tidak memakai prostesis atau kadang-
kadang saja sebagai prostesis kosmetik.
Kadang amputasi atas siku dipili sebagai management lengan disfungsi akibat
luka pada plexus brachialis dengan keuntungan bahu tidak terbebani juga sendi skapulo
thoraks dan pengambilan lengan yang paralisis yang menghalangi fungsinya.
Dilakukannya anthrodesis pada bahu masih kontroversial dan harus dilihat secara
individual. Pada studi klinik menemukan, pasien dengan amputasi di atas siku dapat
kembali bekerja dengan baik. Diharapkan prostetik pada pasien ini harus dibatasi, karena
prostesis akan menambah berat dan mengganggu gerakan bahu.
Hal ini jarang, amputasi mutilasi dilakukan hanya pada kasus keganasan atau
trauma yang berat. Penggabungan prosthesis mioelektrik dapat dilakukan, tapi sangat
mahal, dan perlu perawatan yang intensif. Tenaga tubuh prostesis sangat berat, keras dan
kurang nyaman dan sulit digunakan oleh sebagian besar pasien dengan amputasi
14
proksimal dan mendapat prostetik memperbaiki kosmetik dan penilaian baju sering
dengan cetakan lembut yang sederhana bagian luar bahu dengan harapan sebagai
prosthesis alternatif dengan tangan yang penuh.
EKSTREMITAS BAWAH
a) Amputasi kaki.
Amputasi kaki dapat dilakukan dengan cara tertutup dari sisi ke sisi atau dari
dorsal ke plantar merupakan cara yang terbaik. Tulang harus dipotong sependek mungkin
agar jaringan lunak yang menutup tidak terjadi penarikan sehingga dilakukan
disartikulasi atau metaphisis. Pada amputasi kaki, sesamoid dapat stabilkan pada
posisinya untuk menopang berat badan dengan melepas dasar phalank proksimal atau
tenodesis tendon plexor kalus brevis. Diharapkan hati-hati pada amputasi kaki, sebab
dapat terjadi deformitas falgus yang berat pada kaki. Deformitas dapat dicegah dengan
amputasi sinar kedua atau dengan penyatuan metatarsal-palank pertama. Pada amputasi
palank metatarsal, pemindahan tendon ekstensor ke kaput dapat membantu mengangkat
kepala metatarsal, pemasangan prostetik tidak khas ditemukan setelah amputasi jari kaki.
Amputasi sinar untuk mengangkat jari kaki dan semua atau beberapa yang berkaitan
dengan metatarsal. Amputasi sinar yang terisolasi dapat menjadi lama, meskipun dengan
amputasi sinar multipel, khususnya pada pasien dengan gangguan sirkulasi dapat
menyempitkan luka kaki yang eksesis, dan berpengaruh terhadap tumpuan berat badan
dan daerah baru yang mendapat tekanan kalus-kalus dan ulserasi. Pemberian prostesis
termasuk dalam dengan model cetakan yang sesuai.
Penutup plantar yang panjang dianjurkan, tapi ½ dari plantar dan ½ dorsal dapat
dikerjakan juga. Maka dari itu perlu pembungkus yang lebih kuat dibanding tingkat
amputasinya, tulang harus sependek mungkin agar diperoleh jaringan penutup yang
cukup sehingga tak terjadi tegangan. Otot yang seimbang disekeliling kaki harus
dievaluasi dengan hati-hati, khususnya ketegangan urat jari kaki, tibialis anterior, tibialis
posterior dan kekuatan otot per oneal. Amputasi pertengahan kaki lebih baik pendek
15
sebagai pengungkit kaki, untuk itu tendon achius diperpanjang jika diperlukan. Insersio
Muskulus tibial atau per oneal harus direkatkan lagi jika lepas ketika reseksi tulang.
Sebagai contoh, jika dasar jari kaki kelima di reseksi, insersi perineus brevis harus di
pasang lagi ke luboid. Pada pasien dengan gangguan sirkulasi, reinsensi dapat dilakukan
dengan minimanl diseksi untuk mencegah kerusakan jaringan dikemudian hari. Latihan
post op. dapat mencegah deformitas, mengkontrol udem dan rehabilitasi dengan cepat.
Pemberian prostetik bermacam-macam. Beberapa pasien beruntung sejak awal dengan
atrosis engkel-kaki dengan lempeng kaki yang panjang dan dengan prostetik jari.
Kemudian prostetik jari dikombinasi dengan sepatu khusus, akan lebih baik prostetik
kosmetik sebagian kaki juga tersedia.
d) Amputasi Syme’s.
16
Amputasi syme’s merupakan disartikulasi engkel yang mana calkaneus dan talus
diangkat dengan hati-hati, kulit jari kaki dipelihara dan juga lemaknya guna menutupi
tibia distal. Maleolus harus diangkat. Masih kontroversial apakah untuk mengangkat
maleolus sejak awal atau pada operasi tahap ke-2, yaitu 7/8 mg setelah operasi.
Keuntungan pada 2 x op. adalah bahwa sirkulasi pada pasien dengan gangguan sirkulasi
menjadi baik. Dan ketidakuntungannya, rehabilitasinya terlambat. Berdasarkan penelitian
tidak ada komplikasi pada amputasi Syme’s berupa migrasi lemak di posterior atau
medial. Pilihan untuk menstabilkan lemak adalah dengan tenodesis tendon achiles ke tepi
posterior tibia melewati lubang dengan memindahkan di tibia anterior dan extensor
tendon digitorius ke bagian lemak anterior, dengan memindahkan kartilago dan tulang
subchondral untuk menempelkan lemak pada tulang, tanpa atau dengan fiksasi. Balutan
secara hati setelah op. dapat juga membantu menjaga lemak tetap di bawah tibia selama
penyembuhan.
Amputasi Syme’s merupakan tingkat penopang tubuh terakhir. Mempertahankan
permukaan tetap lembut pada tibia distal dan tumit kaki. Amputasi bawah dan dan atas
lutut tidak membuat pemindahan penopang berat badan secara langsung sebab pada ini,
amputasi jarang dapat gunakan tanpa prostesis pada keadaan darurat. Prosthesis untuk
amputasi syme’s lebih luas dibanding pada tingkat engkel dibanding prosthesis untuk
bawah lutut. Dalam hal kepentingan keduanya sama saja. Material yang lebih baru dan
operasi yang lebih sempit yang melewati maleolus kurang memperhatikan hal ini sebab
beberapa amputasi profil yang lebih bawah dari beberapa kaki dengan respon elastik yang
lebih baru, amputasi syme’s saat ini lebih menguntungkan karena teknologi yang
menyimpan tenaga soket tidak memerlukan kontur yang tinggi pada desain penumpu
tendon patela sebab kualitas anggota badan jika untuk menopang berat badan. Soket
dapat diganti-ganti untuk posterior atau medial. Apabila anggota badan ujungnya bulat,
atau soket yang flexibel tapi didesain sehingga dapat dipakai pada ujung anggota badan
yang kurang bulat. Disebabkan bagian tibia yang melebar, soket amputasi syme’s
mempunyai suspensi sendiri.
17
Amputasi bawah lutut merupakan amputasi anggota badan yang paling umum.
Teknik dengan Flap posterior, merupakan suatu standar dan harapannya akan baik pada
penderita dengan gangguan sirkulasi. Flap anterior posterior, sagital dan miring dapat
digunakan pada pasien-pasien tertentu. Transeksi tingkat tibia sepanjang mungkin antara
tuberkel tibia dan hubungan antara tibia tengah dengan 1/3 bawah tibia, karena tersedia
jaringan yang sehat sebagai dasar. Amputasi di 1/3 distal tibia memiliki jaringan lunak
yang sedikit dan lebih sulit untuk dipasang prostesis sehingga dipakai tidak nyaman.
Tujuannya adalah sisa anggota badan berbentuk silinderis dengan otot yang stabil,
bantalan di tibia distal, dan bekas luka/jaringan parut yang tidak melekat atau menempel.
Amputasi bawah lutut yang baik khususnya membutuhkan dengan balutan keras/kaku
dan penatalaksanaan prostetik post op. yang segera.
Synostosis tibiofibular distal, dengan prosedur Ertl tidak lazim dilakukan.
Prinsipnya adalah membuat bentuk tulang bagian distal sebaik mungkin untuk menopang
berat badan, tapi hal ini jarang dipakai. Komplikasi nyeri karena non union sulit untuk
diobati. Synostosis tibiofibular distal menunjukkan diastrosis trauma yang luas akan
memperbaiki stabilitas tulang dan jaringan lunak, tapi hal ini jarang ditunjukkan pada
pasien dengan gangguan sirkulasi.
Bagian variasi desain prosthesis tersedia untuk amputasi bawah lutut. Soket dapat
didesain sebagai gabungan penggaris untuk meningkatkan kenyamanan dan untuk
mengakomodasi perubahan sedikit pada sisa anggota badan yang diamputasi. Penggaris
ini juga meningkatkan perspirasi, tapi dapat menjadi tidak nyaman dan kurang bersih
pada iklim panas dan dingin. Soket keras didesain dari katoon atau wool sebagai
pembungkus anggota badan yang diamputasi dalam bentuk tipis atau tebal yang
bersinggungan dengan kaki dan soket. Soket yang keras mudah dibersihkan dan lebih
kuat dibanding penggaris. Soket ISNT (Icelendic-Sweden New York) menggunakan
bahan yang flexibel dengan lapisan luar yang lebih halus soket yang flexibel bentuknya
berubah-ubah untuk mengakomodasi kontraksi otot. Soket ini juga dapat berguna yang
berjaringan parut dan sulit di pasang prosthesis.
Soket dengan ujung terbuka dengan sisi sendi dan korset paha saat ini tidak
banyak digunakan kecuali pada pasien yang sebelumnya telah berhasil memakai, atau
pada pasien yang jauh dari perawatan prosthesis. Bentuk penumpu tendon patella
umumnya digunakan untuk amputasi bawah lutut. Meskipun demikian posthesis ini
18
mayoritas penumpu berat badan di medial tibial dan lateralnya diruangan interosseus, dan
sejumlah lebih sedikit pada tendo patella.
Sispensi prosthesis bawah lutut sangat mahal. Sispensi yang paling sederhana
dan paling umum adalah tali pengikat suprapatellar, yang bungkusnya di atas lorsilus
femoris dan patella. Soket dapat didesain untuk menggabungkan suprakondiler atau
lempeng pegangan diatas condilus femoral, tapi bentuknya yang lebih tinggi, lebih besar
dan kurang bagus dilihat. Sabuk pinggang dan suspensi pengikat “garpu” sangat
membantu amputasi bawah lutut yang pendek menurunkan pengocokan pada soket, atau
pada pasien yang aktifitasnya banyak memerlukan suspensi. Untuk anggota badan yang
miskin jaringan lunak atau nyeri lutut intrinsik, tepi lebar dan korset paha dapat
membantu kaki bawah dan memindahkan berat badan ke paha. Lengan baju suspensi
dibuat dari latek atau neopyrene yang lebih umum dipakai. Latek lebih bagus, tapi kurang
tahan lama dan dapat mengkerut. Neoprene lebih awet dan tidak mengkerut, tapi kadang
pasien dapat menderita dermatitis kontak. Suspensi paling baru dengan menggunakan
bahan dasar silikon yang dapat berputar, dengan gesekan yang ringan. Sedikit logam
diujung distal penggaris/batang dan terkunci pada soket prostetik yang terjamin
penggantung soket pada penggaris. Beberapa/banyak pasien menyukai suspensi yang
terjamin dan merasakan kontrolnya membaik. Penggaris dengan bahan dasar silikon
kurang tahan lama dan umumnya sering diganti/dipindah. Banyak kaki prostetik saat ini
tersedia, dari engkel solid asli dengan bantal jari kaki, hingga yang lebih baru yang
menyimpan energi, dengan teknologi elastik. Dengan berbagai macam desain tumit kaki,
engkel dan pylon. Biaya dan fungsi sangat bervariasi dapat dibuat resep yang tepat untuk
pasien indifidu.
Amputasi melewati lutut : Disartikulasi yang melewati lutut menandakan pasien
ini tidak dapat berpindah-pindah, tapi dapat disediakan jaringan lunak pada disartikulasi
lutut. Hal ini dilakukan karena trauma. Pada pasien dengan gangguan sirkulasi, suplai
darahnya harus baik. Disartikulasi lutut pada pasien dengan gangguan sirkulasi
menunjukkan tak dapat berjalan. Khususnya jika disertai kontraktur flexor. Penutup
sagital nampaknya lebih cepat sembuh dibanding anterior-posterior. Patela dipertahankan
dan tendon patela, dijahit sebagai dasar untuk stabilisasi komplek quadrisep. Tendon
patela, potongan yang pendek gastrocnemius dapat dijahit ke kapsul anterior sebagai
ujung distal kaki yang diamputasi. Walaupun banyak teknik telah diterangkan berbagai
19
hal mengenai condilus femur. Hal ini jarang dibutuhkan dan perlengkapan yang banyak
dapat menurunkan keuntungan disartikulasi lutut.
Untuk pasien rawat jalan pada amputasi atas lutut keuntungannya tidak hanya
garis pembentuknya yang diatas condilus femoral tapi juga penambahan kekuatan
pengungkit yang lebih panjang, pemeliharaan keseimbangan otot paha, dan yang lebih
penting, pemindahan penumpu berat badan secara langsung pada prosthesis. Pada waktu
dahulu, tujuan prostesis yang besar dan tingkat operasi pada sendi lutut yang asimetris
batas dilakukan. Bahan-bahan baru ditawarkan untuk prostesis yang kurang besar dibuat
dengan 4 unit sambungan lutut, yang dapat diikat pada soket, akan memperbaiki
penampilan ketika dipakai pasien ini pada bentukl rendah, dengan stabilitas yang baik
dan dapat digabung dengan bentuk hydraulic untuk kontrol samping.
Pada pasien bukan rawat jalan, disartikulasi lutut akan mengurangi masalah kontraktur
flexi lutut, dengan keseimbangan paha akan menurunkan kontraktur pinggul dan
pengungkitnya panjang untuk pemasangan yang baik dan pencopotannya.
Patela didistal dan orthodesis femur distal dapat menopang berat badan. Tipe ini
tidak dapat menopang berat badan secara fisiologis, sebab dalam keadaan normal
penumpu berat badan pada pretibial dan daerah tendo patela n tidak di patela.
Penambahan panjang dengan pemasangan prostesis dan sendi lututnya asimetris.
Amputasi ini tidak direkomendasikan. Amputasi transkondiler dapat dilakukan, meskipun
ujung penopang berat badan suspensinya terbatas, bila dibanding dengan disartikuasi
lutut.
Amputasi di atas lutut biasanya dengan Flap anterior dan posterior mulut ikan.
Tipe Flap yang harus digunakan agar panjang femur baik pada kasus trauma akan
meningkatkan fungsi stabilisasi otot lebih penting pada amputasi di atas lutut dibanding
amputasi besar yang lain. Gaya utama mendorong ke abduksi dan flexi. Miodesis otot
abduktor melewati lubang pada femur dapat terikat pada abduktor, sehingga memperbaiki
kontrol pada prostetik, mencegah kesulitan jaringan aduktor memutar. Tanpa stabilisasi
20
otot umumnya femur berpindah ke lateral melewati jaringan lunak yang membungkus.
Desain soket yang lebih baru dapat lebih baik mengkontrol posisi femur, tapi tidak efektif
untuk stabilisasi otot. Bahkan pada pasien tidak rawat jalan, stabilisasi otot membantu
membuat lebih awet, ujung amputasi mencegah migrasi femur.
Balutan kaku prostetik segera setelah operasi pada amputasi lutut lebih sulit
dilakukan dan menjaga posisi agar tidak lebih distal.
Teknik IPOP ditawarkan dengan keuntungan rehabilitasnya lebih awal dan nyeri
dan udem dapat dikontrol. Disamakan dikerjakan jika ada tenaga ahli. Pembalut yang
menekan dapat digunakan. Pembalut ini dapat diberikan lebih proksimal sebagaimana
spica yang memiliki suspensi lebih baik juga menjaga paha medial, yang mencegah
terjadinya pemutaran jaringan aduktor. Pemosisian post op. dan terapi sangat baik untuk
mencegah kontraktur flexi pinggang. Anggota badan harus diangkat/elevasi di atas bantal,
tapi harus pada bed yang datar, dan latihan ekstensi pinggul dan posisi pronasi harus
dimulai sejak awal.
Suspensi pada amputasi atas lutut lebih kompleks dibanding protesis yang lebih
distal sebab sisa ekstremitasnya lebih pendek, kurang kontur tulangnya, dan protesis yang
lebih berat. Prostesis dapat lebih lentur dengan sedotan, balutan silesian, atau bidai pelvis
dan sendi pinggul. Suspensi sedot bekerja ketika bentuk kulit kedap udara disekitar soket.
Udara memaksa keluar katup 1 arah yang kecil didistal ketika prothesis di pasang dan
dengan tiap langkah kaki, mempertahankan tekanan negatif disoket sebelah distal. Tidak
ada sock prostetik atau penggaris lainnya digunakan antara soket yang keras dengan
ekstremitas sebab udara akan keluar di sekitar sock dan mencegah penyedot bekerja.
Menerima prosthesis dengan suspensi penyedot dapat dilatih dan menggunakan
tekanan, dan pasien harus memiliki koordinasi yang baik, fungsi tangan yang baik, dan
keseimbangan untuk melakukan latihan ini. Suspensi penyedot/suction bekerja baik pada
amputasi di atas lutut dengan jaringan lunak yang baik, dan dengan bentuk volume yang
stabil. Hal ini biasanya sangat nyaman dan dengan metode kosmetik yang menggunakan
suspensi soket.
Bidai silesian dengan tali pengikat yang menempel di sisi lateral prosthesis,
bungkus melingkar dipinggang dan kontralateral dengan crista iliaca lalu ke depan
melekat pada soket proksimalanterior. Dengan ini menjadikan suspensinya jadi baik
ditambah dengan kontrol rotasi. Bidai silesian umumnya digunakan pada suspensi sedot
21
dengan sisa ekstremitas yang pendek atau untuk pasien yang pada aktifitasnya
memerlukan suspensi dengan suction.
Sendi pinggul dan pelvis membuat suspensi sangat perlu, tapi sendi ini juga
besar dan metode suspensi kosmetiknya tidak banyak. Hal ini juga kurang nyaman ketika
duduk. Bidai pelvis dapat dibuat dari logam atau plastik dan lebih tebal dari bidai
selisian. Bidai pelvis diikatkan dari pangkal paha pinggul melingkari pinggang antara
krista iliaca dan trochanter belakang.
Soket didesain untuk amputasi atas lutut telah mengalami perubahan soket
quadri lateral tradisional telah memiliki diameter anterior posterior yang sempit untuk
menjaga ischium berada di belakang dan berada di atas posterior soket untuk menopang
berat badan dinding anterior dengan ukuran 5-7 cm lebih tinggi dari dinding posterior
untuk memegang kaki belakang. Nyeri anterior sering menjadi keluhan dan sering
menetap, contohnya pada SIAS. Jika lebih rendah atau ischium akan berada di dalam
soket dan semuanya berubah, isi perubahan dan daerah penekanannya. Bahkan dinding
lateralnya memegang femur ketika aduksi, dan semua dimensi quadilateral tidak
anatomik dan stabilitas femur yang jelak pada sumbu koronal. Soket ISNY merupakan
soket berbentuk quadrilateral yang terbuat dari bahan yang fleksibel yang ada di dinidng
posterior dan medial. Bahan fleksibel pada dinding soket yang terdesak oleh kontraksi
otot di bawahnya. Pasien dilaporkan lebih nyaman ketika jalan atau duduk dan
kemungkinan perbaikan ototnya lebih efisien. Bagian belakang yang fleksibel kurang
tahan lama, dan susoensi suction juga dapat hilang.
Desain soket di atas lutut dengan lempeng medial – lateral yang tipis,
diusahakan untuk mengatasi masalah yang dialami soket. tradisonal quadri lateral karena
kontur dinding posterior untuk ileum dibawah dalam soket. Berat badan dipindah
lw\eewat massa otot glutens dan paha lateral bahkanpada ichium. Tekanan anterior
dibatasi karena dinding anterior yang tinggi. Yang lebih menarik / diperhatikan adalah
kontur medial –alteral yang tipis yang dibuat untuk menahan gerakan aduksi dan untuk
meminimalisasi gerakan-gerakan relatif antara anggota badan soket. Soket normal Shape
Normal Aligment (NSNA) dan countoured adducted trochanteric controlled aligment
metode (CAT – CAM) merupakan desain soket dengan tipe tipis yang tersedia.
Prostetik sendi lutut tersedia dalam banyak jenis desain bagi pasien yang
membutuhkan. Standar tradisional untuk aksisi tungal dengan gerakan lutut yang konstan.
22
Gerakan lutut yang konstan itu sudah lama, awet, tidak mahal serta ringan. Gesekan dapat
di setel pada satu tingkat agar fungsinya diyakini baik, dan pasien harus menyesuaikan
ketika kecepatan berjalannya berubah. Sisi luar merupakan standar lama untuk pasien
dengan disartikulasi lutut, untuk mencapai pusat gerakan lutut lebih baik.
Tapi soket ini kurang bagus dilihat/penampilan, akan dapat dipindah/ganti
dengan unit lutut policentrik dengan 4-bar, kecuali pada pasien yang menggunakan tepi
luar dengan berhasil sebelumnya dan tidak berniat merubahnya. Lutut yang aman
memiliki unit friksi diaktifkan oleh berat, makan akan meningkatkan gesekan, untuk itu
stabilitas dan resistensi yang meningkat apabila berat meningkat. Sebagian unit ini
berguna untuk pasien usia lanjut atau lemah. Dan pada pasien-pasien ini mempunyai
ekstremitas yang pendek sekali, ekstensur pinggul yang jelek, atau kontraktur flexi
pinggul. Faktor yang mempengaruhi gesekan lutut berubah menurut lingkar flexi lutut.
Untuk itu perlu memperbaiki fase “saving”. Unit ini lebih murah dankurang tahan lama
dibanding unit hidraulik, dan ini tidak efektif. Suatu lutut policentrik lebih menyediakan
pusat pengubah rotasi dan berada di posterior dibanding sendi lutut lainnya. Pusat rotasi
belakang menyediakan stabilitas yang baik pada stance dan pada tingkat awal fleksi
dibanding disediakan unti lutut yang lain. Lutut 4-bar merupakan suatu unit policentrik
yang saat ini telah tersedia.
Suatu unit hidraulik dapat ditambahkan pada sendi lutut yang menyediakan
kontrol superior prosthesis pada “phase swing” dengan menggunakan cairan hidraulik
dengan berbagai jenis sesuai dengan kecepatan berjalan. Pilihan-pilihan ini sangat
berguna pada pasien amputasi yang aktif berjalan dan berlari dengan kecapatan yang
berbeda. Pilihan kunci manual dapat juga ditambahkan untuk lutut-lutut ketika ekstensi
penuh. Kunci amat berguna pada amputasi bilateral, pada pasien yang lemah dan buta dan
memiliki sisa ekstremitas yang sangat pendek.
Pasien dengan amputasi lutut bilateral yang merupakan tantangan rehabilitasi.
Penggunaan Stubbis sebagai prothesis awal disarankan untuk semua pasien dengan
bilateral disartikulasi lutut atau amputasi di atas lutut, tanpa melihat umur, yang menjadi
calon untuk berjalan dan bagi pasien yang kehilangan keduanya secara simultan. Stubbis
terdiri soket prostetik mounted secara langsung dengan dsar lebih sekedar rokher –
bottom, sepanjang ekstensi posterior untuk mencegah kecenderungan punggungnya jatuh.
Proses pemendekan anterior untuk gerakan yang halus ketika berputar hingga mendorong
23
ketika berjalan. Penggunaan stubbis mengakibatkan penurunan pusat granulasi, dan dasar
yang keras menyediakan untuk menganga guna menyeimbangkan badan dan stabilitasnya
dan kepercayaannya menjadi baik selama berjalan dan berdiri. Dengan kepercayaan
pasien dan ketrampilan yang membaik, pemanjangan secara periodik merupakan syarat
hingga tingginya hingga maksimal dan dapat menggunakan prosthesis dengan panjang
maksimal. Beberapa pasien gagal mencapai panjang yang penuh dan hanya memakai
strubbis.
Disartikulasi pinggul atau hemipelvectomi disartikulasi pinggul jarang dilakukan
pada pasien dengan gangguan sirkulasi, tidak dianjurkan untuk dipasang prostetik.
Prostetik dapat sukses digunakan pada pasien yang lebih sehat yang didisartikulasi akibat
tumor atau trauma. Prostesisnya berat, sulit digunakan dan perlu banyak energi. Prostesis
standar adalah prosthesis disartikulasi pinggul kanadian. Soket meliputi hemipelvis dan
suspensinya melebihi crista iliaca. Sendi pinggul dengan kunci dan komponen
endoskeletal yang digunakan untuk menjaga beratnya minimum. Beberapa pasien rawat
jalan akan menggunakan alat bantu dan tanpa prosthesis sebab ini nyaman dan lebih
cepat, tapi prostetik digunakan untuk menyeimbangkan dengan ekstremitas.
Hemipelvectomi bahkan jarang ditemukan, biasanya karena trauma atau
keganasan di pelvis. Prostetik jarang digunakan. Hal ini dipertimbangkan khususnya
untuk tempat duduk, tapi juga jarang.
24
DAFTAR ISI
I. DEFINISI ........................................................................................................................1
V. KOMPLIKASI ................................................................................................................4
25
AMPUTASI
DISUSUN OLEH :
RINA NATALIA SIHOMBING
02-135
PEMBIMBING :
Dr.Karuniawan, SpOT
26
JAKARTA
27