Penulisan Kalimat Efektif

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

PENULISAN KALIMAT EFEKTIF

Buku ini disusun untuk memenuhi tugas Ujian Akhir


Semester mata kuliah pelajaran Bahasa Indonesia Karya
Ilmiah
Dosen Pengampu :
Vrestanti Novalia Santosa, M.Pd.

Oleh :
Wahyu Nur Kholifah (2181000420009)

IKIP BUDI UTOMO MALANG


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU SOSIAL DAN
HUMANIORA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
2020
Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan buku “Penulisan Kalimat
Efektif”. Penulis berharap dengan adanya buku ini, para
pembaca dapat menambah wawasan dan
pengatahuannya mengenai penulisan kalimat efektif
yang benar. Selain itu, penulis juga menyadari bahwa di
dalam penulisan buku ini masih memiliki banyak
kekurangan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan
tanggapan, saran, bahkan kritik dari pembaca agar
bermanfaat untuk penyempurnaan buku ini. Penulis
juga mengucapkan terima kasih atas masukan dan saran
dari dosen pembimbing yang mengajar mata kuliah ini.

Malang, 7 September 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………
Daftar Isi……………………………………
BAB I Kalimat Efektif………………………
BAB II Pengejaan/Pengimbuhan………………………
BAB III Penulisan Kata Depan (Preposisi)……………
BAB IV Kata Sambung (Konjungsi)……………………
BAB V Hubungan Logis Intrakalimat…………………
BAB VI Hubungan Logis Antarkalimat………………..
BAB VII Kesejajaran Satuan dalam Kalimat…………
BAB VIII Struktur Kalimat yang Tidak Bernalar………
Daftar Rujukan……………………………
Biodata Penulis
BAB I
PENULISAN KALIMAT EFEKTIF

Kalimat efektif yaitu kalimat yang sesuai dengan


kaidah kebahasaan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia, sehingga dapat dengan mudah dipahami oleh
pembaca atau pendengar. Pada penulisan kalimat
efektif, ada syarat-syarat yang harus diperhatikan
sebagai berikut.
1) Adanya kesatuan gagasan
Pada penulisan kalimat efektif perlu adanya
keseimbangan suatu gagasan dengan struktur
bahasa yang dipakai. Kesatuan gagasan yang
dimaksud tersebut yaitu mengacu pada subjek
dan predikat. Dimana subjek berperan sebagai
pokok kalimat dan predikat sebagai inti kalimat.
2) Perpaduan unsur-unsur pembentuknya
Penulisan kalimat efektif haruslah memiliki
hubungan yang padu atau serasi antara unsur-
unsur bentuk kalimat agar kalimat tidak bersifat
rancu, sehingga pembaca dapat memahaminya.
Unsur-unsur yang dimaksud di atas yaitu,
keterangan, pelengkap, dan objek.
3) Kehematan
Penulisan kalimat efektif harus menghindari
pemakaian kata yang berlebih atau yang tidak
diperlukan. Misalnya tidak menjamakkan kata
yang sudah memiliki bentuk jamak dan tidak
pelu mengulang subjek.
4) Keparalelan
Keparalelan yaitu adanya kesamaan bentuk kata
yang digunakan pada suatu kalimat. Misalnya
jika kata yang pertama berbentuk verba, maka
kata yang kedua juga harus bentuk verba
5) Kelogisan
Gagasan pada kalimat dapat diterima oleh akal
dengan menggunakan kaidah kebahasaan yang
sesuai dengan ejaaan yang berlaku
6) Ketepatan
Adanya kesesuaian pada penggunaan unsur-
unsur pembentuk kalimat sehingga terciptalah
suatu pengertian yang sudah pasti dan jelas.

Dalam bahasa Indonesia ada istilah kalimat


tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal adalah
kalimat yang hanya memiliki satu bentuk struktur
penyusun kalimat saja. Atau, dapat diartikan bahwa
kalimat tunggal terdiri dari satu klausa. Berikut contoh
kalimat tunggal.
a) Ibu pergi ke pasar.
b) Aku sedang membaca buku.
c) Ayah sedang memancing ikan.
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari
dua klausa atau lebih. Setiap klausa yang ada pada
kalimat majemuk harus memiliki kesatuan gagasan,
sehingga kalimat majemuk mengandung lebih dari satu
subjek dan satu predikat. Berikut contoh kalimat
majemuk.
a) Ayah berangkat ke kantor dan ibu pergi ke
pasar.
b) Dia sebenarnya anak yang pintar, tetapi
kelakuannya sangatlah buruk.
c) Pasukan Fedayen siap memasuki kota Bagdad
setelah pasukan Amerika dan Inggris menguasai
Bandara Internasional Saddam Husein.
Dalam kalimat efektif harus ada kepaduan kalimat
di setiap unsur-unsur pembentuk kalimatnya. Untuk
itu, maka perlu memperhatikan:
pengejaan/pengimbuhan; preposisi (kata depan); dan
kata sambung (konjungsi).
BAB II
PENGEJAAN ATAU PENGIMBUHAN

Pengejaan memiliki kata dasar eja yang berarti


lafal huruf satu demi satu. Pengejaan sendiri memiliki
arti sebagai kaidah cara menggambarkan/melafalkan
suatu bunyi kata, kalimat, dan sebagainya dalam bentuk
tulisan serta penggunaan tanda baca. Selain pengejaan,
ada juga kata imbuhan yang artinya kata tambahan yang
ditempatkan pada kata dasar. Dalam penggunaan
pengejaan atau imbuhan pada suatu tulisan harus
memperhatikan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang sudah Disempurnakan dan Pedoman
Umum Pembentukan Istilah agar tidak ada kesalahan
penulisan. Beberapa masalah yang sering muncul dan
ditemukan dalam kasus pengejaan dan pengimbuhan
serta penulisan istilah serapan dari bahasa asing adalah
sebagi berikut.
a. Cermatilah dalam memakai huruf f dan v, sebab
sering ditemukan penuisan yang keliru dan
salah, atau sering dipertukarkan dengan huruf p,
misalnya :
Negatif - bukan negatip atau negativ
Aktif - bukan aktip atau aktiv
Aktivitas - bukan aktifitas
Provinsi - bukan propinsi atau profinsi
Pikir - bukan fikir

b. Dalam bahasa Indonesia tidak dikenal adanya


konsonan rangkap, misalnya :
Efektif - bukan effektif
Efisien - bukan effisien
Sosialisme - bukan sossialisme
Kapitalisme - bukan kappitalisme atau
kapitallisme
Deregulasi - bukan derregulasi
Terorisme - bukan terrorisme
Massa - bisa ditulis masa (waktu), bisa
juga ditulis massa (publik), bergantung
pada konteks kalimatnya.

c. Huruf y sekarang adalah pengganti huruf j dulu,


jadi tidak dapat dipakai sebagai huruf i lagi,
misalnya :
Analisis - bukan analysis/analisa apalagi
analysa
Hipokrit - bukan hypokrit
Subjek - bukan subjek
Hipotesis - bukan hypothesis atau hipotesa
Proyek - bukan projek
Objek - bukan obyek
Industri - bukan industry
d. Huruf x hanya dipakai di awal kata, di tempat
lain diganti dengan ks, misalnya :
Export - ekspor
Taxi - taksi
Extra - ekstra
Xenon - bukan senon
Xerox - bukan serox
Taksonomi - bukan taxonomi
Kompleks - bukan komplex atau komplek
Faksimile - bukan faximile

e. Huruf h pada gugus gh, rh, th dihilangkan


sedangkan huruf ph menjadi f dan ch menjadi k,
misalnya :
Sorgum - bukan sorghum
Kromatografi - bukan khromatographi
Patologi - bukan pathologi
Ritme - bukan rhitme atau rhitma
Tesis - bukan thesis
Teknologi - bukan technologi

f. Cermatilah dalam menghadapi beberapa kata


sulit yang selalu ditulis secara salah, misalnya :
Kuantitas - bukan kwantitas
Kualitas - bukan kwalitas
Kuitansi - bukan kwitansi
Jadwal - bukan jadual
g. Nama-nama ilmu tertentu berakhiran –ika,
misalnya :
Sistematika - bukan sistematik atau
sistimatika
Genetika - bukan genetik
Dialektika - bukan dialektik
Akan tetapi, kalau bukan ilmu maka penulisan
yang benar adalah :
Kosmetik - bukan kosmetika
Antibiotik - bukan antibiotika
Aerobik - bukan aerobika
Tropik - bukan tropika atau tropis

h. Dalam bahasa Indonesia, satu bentuk kata dapat


berfungsi sebagai : kata benda, misalnya : botani
– botany, kata keterangan (botani – botanic),
atau kata tambahan (botani – botanical,
botanically). Oleh karena itu, penulisan kata-
kata seperti di atas dapat berkembang sebagai
berikut :
Department of genetics - jurusan genetika
Plant genetic resources - sumber daya genetis
Genetical evidence - bukti genetika, bukan
bukti genetis atau bukti genetik
Biological process - proses biologi,
bukan proses biologis atau proses biologic

Kata imbuhan (afiks) adalah penambahan kata


pada suatu kata dasar yang dapat terletak di awal, di
tengah, dan di akhir. Sehingga akan membentuk kata
baru dengan makna yang berbeda dari kata dasar
sebelumnya. Ada jenis-jenis kata imbuhan berdasarkan
posisinya, yaitu :
a) Awalan (prefiks), kata imbuhan posisinya
berada di awal kata dasar.
Contoh : meN-, ber-, di-, ter-, peN-, se-, dan
ke-.
b) Sisipan (infiks), kata imbuhan posisinya
berada di tengah kata dasar atau disisipkan
di tengah-tengah kata dasar.
Contoh : -el-, -em-, -er-, -in-.
c) Akhiran (sufiks), kata imbuhannya berada di
akhir kata dasar.
Contoh : -kan, -an, -I, dan –nya.
d) Konfiks, yaitu gabungan imbuhan yang
terletak di awal dan di akhir.
Contoh : ke-an, per-an, peN-an, ber-an, dan
se-nya.
BAB III
PENULISAN KATA DEPAN (PREPOSISI)

Kata depan atau preposisi adalah kata yang


digunakan untuk merangkaikan kata atau bagian kalimat
yang diikuti nomina atau pronomina dan berfungsi
sebagai unsur pembentuk frasa preposisional. Preposisi
dapat berbentuk kata atau gabungan kata. Preposisi
berada di bagian awal frasa dan dapat diikuti oleh
nomina, adjektiva, atau verba. Ada pengelompokkan
preposisi, berikut salah satu cara pengelompokkan yang
bisa digunakan :
1) Preposisi yang menandai tempat : di, ke, dan
dari
Menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia penulisan preposisi yang menandai
tempat, yaitu jika kata yang mengikutinya
menunjukkan suatu tempat maka ditulis terpisah.
Contoh : di rumah, ke pasar, dari Jakarta
Namun jika kata yang mengikutinya bukan
menunjukkan suatu tempat, maka ditulis
bergandeng atau tidak perlu dipisah. Contoh :
disimpan, kemari, daripada

2) Preposisi yang menunjukkan maksud dan


tujuan : untuk, dan guna
Preposisi ini, digunakan untuk mengekspresikan
suatu maksud atau tujuan dari tindakan atau
untuk mengekspresikan suatu hubungan dengan
subjek.
Contoh : - Saya membeli es krim untuk Adi.
- Saya rajin belajar guna menjadi
pintar.
-
3) Preposisi yang menandai waktu : hingga dan
hampir
Preposisi ini, digunakan untuk menunjukkan
waktu pada suatu peristiwa.
Contoh : - Acara festival ulang tahun Kota
Malang berlangsung hingga dua hari.
- Persiapan pelaksanaan untuk acara
pentas seni hampir selesai.

4) Preposisi yang menandai sebab : demi dan atas


Preposisi ini, menunjukkan suatu penyebab pada
suatu peristiwa yang terjadi.
Contoh : - Ia melakukan itu demi keluarganya.
- Saya bertindak demikian atas
keinginan saya sendiri.
BAB IV
KATA SAMBUNG (KONJUNGSI)

Kata sambung atau konjungsi merupakan kata


yang berfungsi untuk menghubungkan antar kata, antar
frasa, antar klausa, dan antar kalimat. Sedangkan
menurut KBBI, konjungsi atau kata hubung
didefinisikan sebagai kata atau ungkapan penghubung
antar kata, antar frasa, antar klausa, dan antar kalimat.
Maka dapat disimpulkan bahwa konjungsi sebagai
penghubung antar kata hingga antar kalimat.
Pada preposisi ada sebagian yang bertindak
sebaagai konjungsi seperti : sebab, karena, dan sejak.
Dilihat dari fungsinya, ada dua macam konjungsi.
1. Konjungsi yang kedudukannya sederajat atau
setara
a) Menggabungkan biasa ; dan, dengan,
serta.
b) Menggabungkan memilih ; atau.
c) Menggabungkan pertentangan ; tetapi,
namun, sedangkan, sebaliknya.
d) Menggabungkan membetulkan ;
melainkan, hanya.
e) Menggabungkan menegaskan ; bahkan,
malah, lagipula, apalagi, jangankan.
f) Menggabungkan membatasi ; kecuali,
hanya.
g) Menggabungkan mengurutkan ; lalu,
kemudian, selanjutnya.
h) Menggabungkan menyamakan ; yaitu,
yakni, bahwa, adalah, ialah.
i) Menggabungkan menyimpulkan ; jadi,
karena itu, oleh sebab itu.

2. Konjungsi yang menghubungkan dua klausa


yang kedudukannya bertingkat
a) Menyatakan sebab ; sebab dan karena.
b) Menyatakan syarat ; kalau, jikalau, jika,
bila, apalagi, dan asal.
c) Menyatakan tujuan ; agar dan supaya.
d) Menyatakan waktu ; ketika,
sewaktu,sebelum, sesudah, dan tatkala.
e) Menyatakan akibat ; sampai, hingga, dan
sehingga.
f) Menyatakan sasaran ; untuk dan guna.
g) Menyatakan perbandingan ; seperti,
sebagai, dan laksana.

BAB V
HUBUNGAN LOGIS INTRAKALIMAT

Hubungan logis intrakalimat adalah hubungan


yang terjadi antara dua kalimat atau suatu peristiwa
yang masih berada di dalam satu unsur kalimat.
Khaerudin (2018:70) ada tiga jenis hubungan logis
pada bahasa Indonesia ilmiah, yaitu :
1) Hubungan koordinati (setara) diantara bagian-
bagian kalimat (proposisi)
Hubungan koordinatif ditandai oleh kata
sambung yang menunjuk hubungan logis
tertentu : dan, serta, atau, tetapi/melaikan, dan
padahal/sedangkan.
Contoh : Perpustakaan itu kecil, tetapi memiliki
koleksi yang sangat berharga bagi
masyarakat.

2) Hubungan korelatif
Hubungan korelatif ditandai oleh kata sambung
yang menunjuk hubungan logis tertentu.
Hubungan saling mengait diantara bagian-
bagian kalimat.
- baik… maupun …;
- tidak hanya …, tetapi juga …;
- bukan hanya…, melainkan juga …
- tidak …, tetapi …,
- bukan …melainkan…
- apakah… atau…; entah …entah …
- demikian … sehingga…;
sedemikian rupa … sehingga
- jangankan …, … pun …
Contoh : Bangunan tua itu tidak hanya menarik,
tetapi juga mengandung nilai sejarah
yang amat tinggi.
3) Hubungan subordinatif
Hubungan kebergantungan diantara induk
kalimat dan anak kalimat. Hubungan
subordinatif ada 13 macam yang masing-masing
ditandai oleh kata sambung yang berbeda :
sejak, semenjak, sedari; sewaktu, ketika, tatkala,
begitu, seraya, selagi, selama, senyampang,
sambil, demi; setelah, sesudah, sehabis, selesai,
seusai; sebelum; hingga, sampai; kalau, jikalau,
jika, asal(kan), bila, manakala, dengan syarat;
andaikata, seandainya, umpamanya, sekiranya;
untuk, supaya, agar, biar; biarpun, meski(pun),
walau(pun), sekalipun, sungguhpun,
kendati(pun); seakan-akan, seolah-olah,
sebagaimana, seperti, sebagai, laksana, ibarat,
daripada, alih-alih; sebab, karena, oleh karena,
oleh sebab; sehingga, sampai(-sampai),
maka(nya); dengan, tanpa; bahwa, agar, untuk,
apakah; yang; sama…dengan, lebih … daripada,
berbeda… dari.
BAB VI
HUBUNGAN LOGIS ANTARKALIMAT

Hubungan logis antarkalimat merupakan


hubungan terjadi diantara dua kalimat yang mengacu
pada sebab-akibat suatu peristiwa. Hubungan logis
antarkalimat terjadi atau berada di luar kalimat. Pada
satu kalimat terdapat konjungsi yang berfungsi untuk
menunjukkan hubungan yang logis diantara setiap
bagian kalimat, sedangkan dalam hubungan
antarkalimat, konjungsi yang digunakan harus
menunjukkan keterangan atau acuan pada kalimat
sebelumnya. Tidak semua kata sambung atau konjungsi
antarklausa dapat digunakan untuk menghubungkan
kalimat. Penulisan konjungsi antarkalimat harus disertai
dengan tanda baca koma.
Contoh : Kota Bogor sedang dilanda banjir.
Oleh sebab itu, banyak ratusan rumah rusak parah.
Khaerudin (2018:72) hubungan antarkalimat
yang sering didapati dalam tulisan adalah sebagai
berikut.
a) Hubungan akibat menyatakan akibat :
akibatnya, walhasil, alhasil, karena itu, oleh
karena itu, oleh sebab itu, maka dari itu,
sebagai akibatnya.
b) Hubungan konsekuensi : dengan demikian,
maka.
c) Hubungan sebab yang ditandai kata sambung :
alasannya, sebabnya.
d) Hubungan tujuan : untuk itu, untuk keperluan
itu, untuk tujuan itu,.
e) Hubungan pertentangan : meskipun
demikian/begitu, walaupun demikian/begitu,
kendati demikian/begitu, bagaimanapun, akan
tetapi dan namun. Perhatikan, jangan gunakan
namun demikian karena ungkapan ini tidak ada
artinya.
f) Hubungan kebalikan : sebaliknya.
g) Hubungan waktu : sementara itu, dalam pada
itu, pada saat itu, pada saat yang bersamaan,
ketika itu; sebelumnya, sebelum itu;
sesudahnya, sesudah itu, setelah itu, kemudian.
h) Hubungan syarat : jika demikian halnya, kalau
begitu.

i) Hubungan urutan : selanjutnya, demikian pula,


Pertama … Kedua …, Ketiga …, Terakhir, …
atau Pertama-tama, … Kemudian, … Akhirnya,

j) Hubungan penambahan : selain itu, tambahan
lagi, lagi pula, di samping itu.
k) Hubungan keinklusifan dan keeksklusifan :
kecuali itu, tanpa itu, Di satu pihak, …; di pihak
lain, ….
l) Hubungan penegasan : malahan, bahkan,
memang, apalagi,, terlebih lagi, dengan kata
lain,singkatnya, singkat kata.
m) Hubungan penyimpulan : jadi, kesimpulannya,
demikian maka.
n) Hubungan pembenaran : sesungguhnya,
bahwasanya, sebenarnya.
BAB VII
KESEJAJARAN SATUAN DALAM
KALIMAT

Pada suatu kalimat terdapat unsur-unsur kalimat


yaitu, subjek, predikat, objek, keterangan, dan lainnya
yang disebut dengan satuan. Kesejajaran satuan dalam
kalimat adalah kesejajaran pada unsur-unsur kalimat
yang membentuk suatu kalimat baik dari segi bentuk
maupun segi makna. Penulisan kesejajaran satuan
dalam kalimat yaitu dengan menggunakan bentuk-
bentuk bahasa yang sama. Misalnya, kata yang
digunakan pertama adalah nomina, maka kata yang
sederajat juga harus menggunakan kata nomina.
Kesejajaran satuan dalam kalimat sangatlah penting,
karena jika kaidah tersebut tidak terpenuhi maka
kalimat tersebut menjadi tidak efektif. Kalimat yang
tidak efektif akan berdampak pada informasi yang
disampaikan akan kurang tepat. Berikut akan dijelaskan
kesejajaran satuan dalam kalimat dari segi bentuk,
makna, dan dalam rincian pilihan.(Khaerudin 2018:73)
a) Kesejajaran Bentuk
Imbuhan yang digunakan untuk membentuk kata
berperan dalam menentukan kesejajara. Berikut
contoh yang memperlihatkan ketidaksejajaran
bentuk.
Kegiatannya meliputi pembelian buku,
membuat katalog, dan mengatur
peminjaman buku.
Ketidaksejajaran tersebut ada pada pembelian
(buku) yang disejajarkan dengan kata membuat
(katalog) dan mengatur peminjaman (buku).
Agar sejajar, ketiga satuan itu dapat dijadikan
nomina semua atau verba semua. Berikut
perbaikannya yang benar.
- Kegiatannya meliputi pembelian
buku, pembuatan catalog, dan
pengaturan peminjaman buku.
(Menggunakan nomina)
- Kegiatannya ialah membeli buku,
membuat katalog, dan mengatur
peminjaman buku. (Menggunakan
verba)

b) Kesejajaran Makna
Pada kejajaran makna memiliki kaitan yang erat
dengan kesejajaran bentuk. Dapat diuraikan
makna yang terkandung dalam satuan
fungsional, adalah unsur kalimat yang
berkedudukan sebagai subjek, predikat, objek,
keterangan, dan sebagainya. Jika bagian kalimat
menggunakan kata kerja berimbuhan di-, maka
bagian kalimat yang lainnya juga harus
menggunakan imbuhan di- juga.
Contoh : Adik memetiki setangkai bunga.
Kata memetiki mempunyai makna “berulang-
ulang” yang tentunya tidak dapat diterapkan
pada setangkai bunga. Perbaikannya dapat
dilakukan dengan mengubah predikat menjadi
memetik atau menghilangkan satuan setangkai
pada objek.

c) Kesejajaran dalam Rincian Pilihan


Soal yang baik harus memuat rincian pilihan
yang sejajar sehingga member peluang yang
sama untuk dipilih. Eberikut contoh rincian
pilihan yang tidak sejajar.
Komunikasi adalah hubungan yang
dilakukan. …
a. Dengan telepon
b. Untuk mendapatkan informasi
c. Oleh dua pihak atau lebih
Perincian itu dikatakan sejajar karena masing-
masing jawaban merupakan keterangan, tetapi
tidak sejenis karena dari sgi makna, isi
ketetangan itu memang berbeda-beda. Pilihan a
adalah keterangan alat, pilihan b adalah
keterangan tujuan, pilihan c adalah keterangan
pelaku. Yang perlu diperhatikan dalam contoh di
atas ialah penalaran kalimat yang melibatkan
pilihan c. apakah setiap hubungan yang
dilakukan oleh dua pihak atau lebih selalu dapat
disebut komunikasi.
BAB VIII
STRUKTUR KALIMAT YANG TIDAK
BERNALAR

Kalimat yang benar adalah kalimat yang


memiliki struktur yang lengkap (subjek dan predikat)
dan (subjek, predikat, dan objek). Unsur penting yang
sering kurang diperhatikan adalah penalaran. Dalam
menulis kalimat harus memperhatikan terlebih dulu
struktur kalimatnya, apabila struktur kalimatnya
lengkap mengandung subjek dan predikat atau subjek,
predikat dan objek; maka kalimat yang dibuat tersebut
sudah efektif. Namun, jika struktur kalimatnya tidak
lengkap; maka perlu diperbaiki lagi. Kalimat yang tidak
lengkap strukturnya akan sulit untuk dipahami makna
dari kalimat tersebut, sehingga akan membuat
pembacanya kesulitan memahami isi kalimat.
Contoh : Laporan ini terutama ditujukan untuk
melengkapi kekurangan laporan pada semester yang
lalu. Oleh karena itu, laporan ini hanya berisi teknis
pelaksanaan kegiatan.
Pada kalimat di atas terdapat kesalahan
penalaran. Perhatikan makna bagian kalimat
melengkapi kekurangan laporan semester yang lalu.
Kita dapat bertanya “Apakah yang menjadi lengkap
dengan hadirnya laporan itu?” Jawabannya, yang
menjadi lengkap tentulah kekurangan. Artinya,
kekurangan yang ada akan bertambah lengkap. Padahal,
yang dimaksud oleh penulis laporan itu adalah laporan
itu untuk melengkap laporan semester yang lalu
sehingga kekurangan pada laporan itu dapat teratasi
atau kekurangan padaa laporan itu akan menjadi tinggal
sedikit. Oleh karena itu, kalimat tersebut dapat
diperbaiki sebagai berikut.
- Laporan ini terutama dimaksudkan
untuk melengkapi materi laporan
pada semester yang lalu. Oleh
karena itu, laporan ini hanya berisi
teknis pelaksanaan kegiatan.
- Laporan ini terutama dimaksudkan
untuk menutupi kekurangan
laporan pada semester yang lalu.
Oleh karena itu, laporan ini hanya
berisi teknis pelaksanaan kegiataan.

Daftar Rujukan

KBBI Daring.2019. Kamus Besar Bahasa


Indonesia.kemdikbud.go.id.
Kurniawan, Khaerudin.2018.Bahasa Indonesia
Keilmuan untuk Perguruan Tinggi.Bandung:
Refika Aditama.
PUEBI Daring.2015.Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia.Permendikbud 50.

Pesan dan Kesan


Pesan :
Pesan yang ingin saya sampaikan kepada Bu
Vrestanti sebagai dosen mata kuliah Bahasa Indonesia
Karya Ilmiah, saya berharap Bu Vrestanti kalau
memberikan tugas sebaiknya diberi contoh dahulu tidak
sekedar teori saja. Sehingga mahasiswa dapat mengerti
dan memahami dalam mengerjakan tugas yang
diberikan.
Kesan :
Kesan selama saya mengikuti mata kuliah Bu
Vrestanti selama mengajar Bahasa Indonesia Karya
Ilmiah, dalam menerangkan materi mata kuliah sudah
sangat baik. Sehingga saya dapat dengan mudah
mengerti dan memahaminya.

BIODATA
Nama : Wahyu Nur Kholifah
Tempa/tanggal lahir : Malang, 26 September 1999
Alamat : Kec. Kasembon, Kab. Malang
Hobi

Anda mungkin juga menyukai