1b MAKALAH HISPRUNG (REVISI BARU)
1b MAKALAH HISPRUNG (REVISI BARU)
1b MAKALAH HISPRUNG (REVISI BARU)
Di susun oleh :
KELOMPOK 1
Kelas A
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt yang telah memberikan kesempatan kepada
kami untuk menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta yakni nabi Muhammad SAW.
Makalah ini memuat tentang Penyakit Hisprung. Walaupun makalah ini
mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi
pembaca.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Saya
mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan Definisi dari Hisprung
2. Sebutkan Klasifikasi Penyakit Hisprung
3. Sebutkan Manifestasi Klinis Penyakit Hisprung
4. Jelaskan Etilogi dan Faktor Resiko dari Penyakit Hisprung
5. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Penyakit Hisprung?
6. Bagaimana Pengobatan dari Penyakit Hisprung?
7. Bagaimana Penatalaksanaan Penyakit Hisprung?
8. Jelaskan Patofisiologi Penyakit Hisprung
9. Apasaja Komplikasi dari Penyakit Hisprung?
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi dan
menambah pengetahuan kepada para pembaca khususnya kepada
mahasiswa mengenai penyakit hisprung
1.4 Manfaat
Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tentang Penyakit
Hisprung.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Hisprung
Penyakit Hisprung disebut juga kongenital aganglionik
megakolon. Penyakit ini merupakan keadaan usus besar (kolon) yang
tidak mempunyai persarafan (aganglionik). Jadi, karena ada bagian
dari usus besar (mulai dari anus kearah atas) yang tidak mempunyai
persarafan (ganglion), maka terjadi “kelumpuhan” usus besar dalam
menjalanakan fungsinya sehingga usus menjadi membesar
(megakolon). Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda untuk
setiap individu.
Penyakit hirschsprung adalah suatu kelainan tidak adanya sel
ganglion parasimpatis pada usus, dapat dari kolon sampai pada usus
halus. (Ngastiyah, 1997: 138).
Penyakit hirschsprung adalah anomali kongenital yang
mengakibatkan obstruksi mekanik karena ketidak adekuatan motilitas
sebagian dari usus. (Donna L. Wong, 2003: 507).
Penyakit Hisprung (Hirschprung) adalah kelainan bawaan
penyebab gangguan pasase usus (Ariff Mansjoer, dkk. 2000).
Dikenalkan pertama kali oleh Hirschprung tahun 1886. Zuelser dan
Wilson, 1948 mengemukakan bahwa pada dinding usus yang
menyempit tidak ditemukan ganglion parasimpatis.
3
b. Penyakit Hirschprung segmen panjang
Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai
seluruh kolon atau usus halus. Ditemukan sama banyak pada anak
laki maupun prempuan. (Ngastiyah, 1997 : 138)
Gejala :
1. Obstruk total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan
ketiadaan evaluai mekonium.
2. Keterlambatan evaluasi mekonium diikuti obstruksi periodic yang
membaik secara spontan maupun dengan edema.
3. Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau
bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut.
4. Konstruksi ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen
dan demam. Diare berbau busuk dapat menjadi satu-satunya gejala.
5. Gejala hanya konstipasi ringan.
(Mansjoer, 2000 : 380)
4
kolon dan sekitarnya 5 % dapat mengenai seluruh usus sampai pilorus.
Diduga terjadi karena faktor genetik dan faktor lingkungan sering
terjadi pada anak dengan Down Syndrom, kegagalan sel neural pada
masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada
myentrik dan sub mukosa dinding plexus.
B. Faktor Ibu
1. Umur
Umur ibu yang semakin tua (> 35 tahun) dalam waktu
hamil dapat meningkatkan risiko terjadinya kelainan kongenital
pada bayinya. Bayi dengan Sindrom Down lebih sering ditemukan
pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa
menopause.
5
2. Ras/Etnis
Di Indonesia, beberapa suku ada yang memperbolehkan
perkawinan kerabat dekat (sedarah) seperti suku Batak Toba
(pariban) dan Batak Karo (impal). Perkawinan pariban dapat
disebut sebagai perkawinan hubungan darah atau incest.
Perkawinan incest membawa akibat pada kesehatan fisik yang
sangat berat dan memperbesar kemungkinan anak lahir dengan
kelainan kongenital.
6
Colon bagian distal yang menyempit dengan bagian
proksimal yang mengalami dilatasi merupakan gambaran
klasik penyakit hirschsprung. Akan tetapi temuan
radiologis pada neonatus lebih sulit diinterpretasi dan
sering kali gagal memperlihatkan zoom transisi
Gambaran radiologis lainnya yang mengarah pada penyakit
hirschprung adalah adanya retensi kontras lebih dari 24 jam
setelah barium enema dilakukan.
3. Biopsi
Biopsi rektum untuk melihat ganglion pleksum submukosa
meisner, apakah terdapat ganglion atau tidak. Pada penyakit
hirschprung ganglion ini tidak ditemukan.
7
yang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya kematian pada
penderita penyakit Hirschsprung. (Langer, 2005).
Tindakan bedah definitif yang dilakukan pada penyakit
Hirschsprung antara lain prosedur Swenson, prosedur Duhamel,
prosedur Soave, prosedur Rehbein, prosedur transanal dan bedah
laparoskopik. Saat ini prosedur transanal satu tahaptelah berkembang
dan dikerjakan pada saat penderita masih neonatus. (Pratapet al.,2007).
8
Penatalaksanaan Hisprung
Menurut Yuda (2010), penatalaksanaan hisprung ada dua cara,
yaitu pembedahan dan konservatif.
1) Pembedahan
Pembedahan pada mega kolon/penyakit hisprung dilakukan
dalam dua tahap. Mula-mula dilakukan kolostomi loop atau double
barrel sehingga tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan hipertrofi
dapat kembali normal (memerlukan waktu kira-kira 3 sampai 4
bulan).
Tiga prosedur dalam pembedahan diantaranya:
a. Prosedur duhamel
Dengan cara penarikan kolon normal ke arah bawah dan
menganastomosiskannya di belakang usus aganglionik,
membuat dinding ganda yaitu selubung aganglionik dan bagian
posterior kolon normal yang telah ditarik.
b. Prosedur swenson
Membuang bagian aganglionik kemudian
menganastomosiskan end to end pada kolon yang berganglion
dengan saluran anal yang dilatasi dan pemotongan sfingter
dilakukan pada bagian posterior
c. Prosedur soave
Dengan cara membiarkan dinding otot dari segmen
rektum tetap utuh kemudian kolon yang bersaraf normal ditarik
sampai ke anus tempat dilakukannya anastomosis antara kolon
normal dan jaringan otot rektosigmoid yang tersisa.
2) Konservatif
Pada neonatus dengan obstruksi usus dilakukan terapi
konservatif melalui pemasangan sonde lambung serta pipa rectal
untuk mengeluarkan mekonium dan udara.
9
2.7 Patofisiologi Hisprung
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan
adanya kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada
dinding sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu
ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus besar. Ketidakadaan
ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga
pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta
spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya
feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus
dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian
yang rusak pada Mega Colon.
Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna
untuk kontrol kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus
mendorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah
tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal
terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian
Colon tersebut melebar.
Pathway Hisprung
Hisprung
Rectoagmoid colon
10
Daya propulsit tak ada, proses evakuasi feses dan udara terganggu
Muntah hijau
Passasse usus terganggu TRIAS
Distensi abdomen
Obstruksi dan dilatasi bagian proksimal Keterlambatan
evakuasi mekonium
feses
Refleks inhibisi rektrospingter terganggu
MK : Konstipasi
MK : Diare
11
2.8 Komplikasi Hispung
Secara garis besarnya, komplikasi pasca tindakan bedah
penyakit Hirschsprung dapat digolongkan atas kebocoran
anastomose, stenosis, enterokolitis dan gangguan fungsi spinkter.
Sedangkan tujuan utama dari setiap operasi definitif pull-through
adalah menyelesaikan secara tuntas penyakit Hirschsprung, dimana
penderita mampu menguasai dengan baik fungsi spinkterani dan
kontinen.
1. Obstruksi usus
2. Konstipasi
3. Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
4. Entrokolitis
5. Struktur anal dan inkontinensial ( pos operasi ) ( Betz cecily &
sowden, 2002 : 197).
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit hisprung merupakan penyakit yang sering
menimbulkan masalah. Baik masalah fisik, psikologis maupun
psikososial. Masalah pertumbuhan dan perkembangan anak dengan
penyakit hisprung yaitu terletak pada kebiasaan buang air besar.
Orang tua yang mengusahakan agar anaknya bisa buang air besar
dengan cara yang awam akan menimbulkan masalah baru bagi
bayi/anak. Penatalaksanaan yang benar mengenai penyakit hisprung
harus difahami dengan benar oleh seluruh pihak. Baik tenaga medis
maupun keluarga. Untuk tecapainya tujuan yang diharapkan perlu
terjalin hubungan kerja sama yang baik antara pasien, keluarga,
dokter, perawat maupun tenaga medis lainnya dalam mengantisipasi
kemungkinan yang terjadi.
3.2 Saran
Diharapkan dengan disusunnya makalah ini, dapat menambah
pengetahuan dan menjadi suatu bahan pembelajaran bagi pembaca
mengenai penyakit hisprung. Dan diharapkan kepada pembaca dapat
memberikan saran-saran yang membangun. Dikarenakan penyusun
menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunannya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer , Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran .Edisi Ke-3 . Jakarta : Media
Aesulapius FKUI
Pratap A, Gupta DK, Tiwari A, Sinha AK, Bhatta N, Singh SN, et al. (2007).
Application of a plain abdominal radiograph transition zone (PARTZ) in
Hirschsprung's disease. BMC Pediatric 2007;7:5.
14