Jurnal Tentang Penentuan Densitas Atau Rapat Massa Batuan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

JURNAL TENTANG PENENTUAN DENSITAS ATAU RAPAT MASSA BATUAN

1.1 PENDAHULUAN

1.1.1 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah mengetahui cara mengukur rapat massa dan menentukan
besarnya rapat massa cairan dan padatan yang tidak berongga.

1.1.2 Latar Belakang


Secara umum densitas atau rapat massa (ρ) suatu zat merupakan perbandingan antara nilai
massa zat dengan volume zat tersebut dengan satuan SI gr.cm-3 atau Kg.m-3. Massa jenis dari
suatu fluida homogen dapat bergantung banyak faktor, seperti temperatur fluida dan tekanan
yang mempengaruhi temperatur tersebut. Untuk cairan, maka massa jenis sangat sedikit
berubah pada jangkauan tekanan dan temperatur yang lebar, dan kita dengan aman dapat
memperlakukan massa jenis tersebut sebagai suatu konstanta.
Awalnya penggunaan density log (log rapat massa) dipakai dalam industri eksplorasi minyak
sebagai alat bantu interpetasi porositas. Kemudian dalam eksplorasi batubara dikembangkan
menjadi unsur utama dalam identifikasi ketebalan bahkan kualitas steam batubara. Di mana
rapat massa batubara sangat khas yang hanya setengah kali rapat massa batuan lain pada
umumnya. Sedangkan untuk hukum Archimedes sendiri, pengaplikasiannya banyak terdapat
pada pembuatan kapal selam dan juga pada pengoperasian balon udara. Maka dengan
melakukan percobaan ini praktikan akan dapat menerapkan prinsip rapat massa dalam aplikasi-
aplikasi tersebut.

1.2 DASAR TEORI

Pada dasarnya suatu benda dalam wujud makroskopis dapat dibedakan atas benda padat dan
fluida. Wujud benda yang terakhir ini dibedakan dengan yang pertama, karena fluida dapat
mengalir atas dirinya sedang benda padat tak dapat. Karena zat yang dapat mengalir itu
hanyalah zat cair dan gas, maka keduanya termasuk fluida (Renreng, 1984: 220).
Kerapatan suatu fluida, dilambangkan dengan huruf ρ (rho), didefinisikan sebagai massa fluida
persatuan volume. Kerapatan biasanya digunakan untuk mengkateristikkan massa sebuah sistem
fluida. Dalam sistem BG, ρ mempunyai satuan slugs/ft3 dan dalam satuan SI adalah kg/m3. Nilai
kerapatan dapat bervariasi cukup besar di antara fluida yang berbeda, namun untuk zat-zat cair,
variasi tekanan dan temperatur umumnya hanya memberikan daftar nilai kerapatan beberapa
zat cair yang umum. Kerapatan air pada 60oF adalah 1,94 slugs/ft3 atau 999 kg/m3. Perbedaan
yang besar dari kedua nilai tersebut menunjukkan pentingnya kita memperhatikan satuan. Tidak
seperti zat cair, kerapatan sebuah gas sangat dipengaruhi oleh tekanan dan temperaturnya
(Bruce, 2003: 14).
Ada suatu perbedaan di dalam cara sebuah gaya permukaan bereaksi pada suatu fluida dan pada
suatu benda padat. Untuk suatu benda padat tidak ada batasan-batasan pada gaya arah seperti
itu, tetapi untuk suatu fluida yang diam maka gaya permukaan harus selalu diarahkan tegak-
lurus kepada permukaan. Karena suatu fluida yang diam tidak dapat menahan sebuah gaya
tangensial; lapisan-lapisan fluida tersebut akan meluncur di atas lapisan lainnya bila fluida
tersebut dipengaruhi oleh gaya seperti itu. Sesungguhnya, ketidakmampuan fluida untuk
menolak gaya-gaya tangensial seperti itu (atau tegangan geser) yang memberikan kemampuan
karakteristik kepada fluida tersebut untuk mengubah bentuknya atau untuk mengalir (Halliday,
1985: 554).
Rapat gas-gas bisa dihitung dengan menggunakan persamaan keadaan gas atau
(Hukum Boyle dan Charles) ..........(1.1)
dimana P adalah tekanan mutlak dalam pascal, vs volume spesific per satuan massa m3/kg, suhu
T adalah suhu mutlak dalam derajat Kelvin (273 + oCelcius) dan R merupakan tetapan gas dalam
J/kg K. Karena ρ=1/vs persamaan di atas bisa dituliskan
ρ = ……….(1.2)
Pada peristiwa-peristiwa khususnya yang berkenaan dengan cairan digunakan hasil kali ini yang
disebut berat spesifik. Dalam satuan SI akhirnya kata spesifik harus digunakan semata-mata
untuk menguraikan sifat-sifat per satuan massa dan istilah berat spesifik tidak lagi digunakan
(Gilles, 1996: 2).
Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni tanpa dimensi yang dapat diubah
menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Berat jenis didefinisikan sebagai
perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat itu ditentukan
pada temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus. Berat jenis untuk
penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari suatu zat
terhadap massa sejumlah volume air yang sama pada suhu 4oC atau temperatur lain yang
tertentu. Berat jenis dapat ditentukan dengan piknometer, neraca Mohr-Westphal dan
hidrometer (Martin, 1990: 8).
Hidrometer digunakan untuk menunjukkan berat jenis zat cair. Dapat juga digunakan untuk
mengukur massa jenis cairan secara langsung, misalnya massa jenis aki. Hidrometer mempunyai
bentuk tabung atau pipa tertutup dengan diameter yang berbeda-beda. Perangkat hidrometer
yang satu untuk cairan yang lebih besar berat jenisnya daripada berat jenis air, dan yang kedua
untuk zat cair yang lebih ringan (Subroto, 2000: 63).

Gambar 1.1 Hidrometer dan Cara Pembacaan Hidrometer


Konsep kerja hidrometer berdasarkan gaya ke atas di dalam zat cair. Semakin dalam panjang
hidrometer yang tengelam maka massa jenis zat cair yang diukur lebih kecil dan semakin dangkal
panjang hidrometer yang tenggelam maka massa jenis zat cair yang diukur lebih besar. Hal ini
karena adanya gaya apung yang dikerjakan zat cair terhadap hidrometer. Pada zat cair dengan
massa jenis lebih kecil, gaya apung yang dikerjakannya kecil pula sehingga panjang hidrometer
yang tercelup lebih besar. Dan pada zat cair dengan massa jenis lebih besar, gaya apung yang
dikerjakannnya besar sehingga panjang hidrometer yang tercelup lebih kecil (dangkal).
Piknometer digunakan sebagai alat bantu dalam mengukur berat jenis bitumen. Berat jenis
bitumen adalah perbandingan antara berat bitumen dengan berat air suling dengan isi yang
sama pada suhu tertentu. Piknometer berbentuk seperti gelas beker dengan penutup dan skala
millimeter (Anonim3, 2009).

Tabel 1.1 Massa Jenis Beberapa Bahan dan Benda dalam kg/m3
Bahan/Benda Kerapatan
Ruang antarbintang
Vakum laboratorium yang terbaik
Hidrogen: pada 0oC dan 1,0 atm
Udara: pada 0oC dan 1,0 atm
pada 100oC dan 1,0 atm
Pada 0oC dan 50 atm
Busa styro
Es
Air: pada 0oC dan 1,0 atm
pada 100oC dan 1,0 atm
pada 0oC dan 50 atm
Aluminium
Air raksa
Platina
Bumi: massa jenis rata-rata
massa jenis inti
massa jenis kerak
Matahari: massa jenis rata-rata
massa jenis di pusat
Bintang cebol putih (massa jenis pusat)
Inti uranium 10-18 – 10-21
~ 10-17
9,0x10-2
1,3
0,95
6,5
~ 1x10-2
0,92x103
1,000x103
0,958x103
1,002x103
2,7x103
1,36x104
2,14x104
5,52x103
9,5x103
2,8x103
1,4x103
~ 1,6x103
108-1015
~1017
(Halliday, 2005: 555-556).
Prinsip Archimedes menyatakan benda yang seluruhnya atau sebagian tenggelam dalam fluida
mengalami gaya apung sebesar berat fluida yang dipindahkan. Gaya apung ini dianggap bekerja
dalam arah vertikal ke atas dan melalui titik pusat gravitasi. Gaya mengapung (bouyant force)
pada sebuah benda yang direndam adalah
F(ke atas) = Vg (ρf – ρo) …(1.4)
dengan Vg adalah volume benda, ρf adalah massa jenis fluida, dan ρo adalah massa jenis benda
(Bueche, 1989; 115).

1.3 METODOLOGI PERCOBAAN

1.3.1 Alat dan Deskripsi Alat


Percobaan ini menggunakan alat-alat antara lain piknometer 15 ml, neraca analitk, gelas beker
(200, 500, dan 2000 mL), sudip, gelas ukur 100 mL, termometer, pipet tetes, dan gelas arloji.

Deskripsi Alat
Keterangan:
1. Lubang Piknometer
2. Tutup Piknometer
3. Tabung Ukur

Gambar 1.2 Alat Piknometer

1.3.2 Bahan
Percobaan ini menggunakan bahan-bahan antara lain akuades, es batu, garam, dan batu.

1.3.3 Prosedur Percobaan


1.3.3.1 Menentukan Rapat Massa Cairan
1. Menimbang piknometer kosong dan mencatat beratnya.
2. Mengambil akuades dalam gelas beker 500 mL dan mengukur suhunya.
3. Menurunkan suhunya sampai 19oC, bila suhu terlalu tinggi diberi es batu di sekelilingnya.
4. Memasukkan akuades ke dalam piknometer, menimbang dan mencatat beratnya.
Melakukannya sebanyak 5 kali.
5. Mengulangi percobaan untuk larutan garam (50 gr garam + 250 mL akuades).

1.3.3.2 Menentukan Rapat Massa Padatan


1. Menimbang batu dengan neraca analitik dan memasukkan 30-40 mL akuades ke dalam gelas
ukur.
2. Jumlah air yang naik = volume batu yang dipindahkan.
3. Melakukannya sebanyak 5 kali.

1.4 HASIL DAN PEMBAHASAN


1.4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1.2 Pengukuran pada Akuades suhu < 20oC No. mpiknometer (gram) mpiknometer +
akuades (gram) Vakuades (mL) I II III IV V 13,6 13,6 13,6 13,6 13,6 27,6 27,0 27,4 27,2 27,4 15 15
15 15 15 Tabel 1.3 Pengukuran pada Larutan Garam suhu < 20oC No. mpiknometer (gram)
mpiknometer + lar. garam (gram) Vakuades (mL) I II III IV V 13,6 13,6 13,6 13,6 13,6 27,8 27,8
27,7 27,4 27,5 15 15 15 15 15 Tabel 1.4 Pengukuran Padatan Batu No. Mbatu (gram) Vo gelas
ukur (ml) Vkenaikan akuades dalam gelas ukur (mL) I II III IV V 6,6 6,6 6,6 6,6 6,6 50 50 50 50 50
52 53 52 52 52,5 1.4.2 Hasil Perhitungan
Tabel 1.5 Hasil Perhitungan Rapat Massa Akuades
No. makuades (gram) Vpiknometer (mL) ρ (g/ml)
I
II
III
IV
V 13,7
13,4
13,8
13,6
13,8 15
15
15
15
15 0,9133
0,8933
0,9200
0,9067
0,9200

Tabel 1.6 Hasil Perhitungan Rapat Massa Larutan Garam


No. Mlarutan garam (gram) Vpiknometer (mL) ρ (g/ml)
I
II
III
IV
V 14,2
14,2
14,1
13,8
13,9 15
15
15
15
15 0,9483
0,9483
0,9303
0,9240
0,9172

Tabel 1.7 Hasil Perhitungan Rapat Massa Padatan Batu


No. Mbatu (gram) Vbatu(mL) ρ (g/ml)
I
II
III
IV
V 2,0
3,0
2,0
2,0
2,5 6,6
6,6
6,6
6,6
6,6 3,30
3,20
3,30
3,30
2,64

1.4.3 Pembahasan
Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi massa jenis
suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Massa jenis rata–rata setiap
benda merupakan total massa dibagi dengan total volumenya. Sebuah benda yang memiliki
massa jenis lebih tinggi (misalnya besi) akan memiliki volume yang lebih rendah daripada benda
bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air). Satuan SI massa jenis
adalah kilogram per meter kubik (Kg.m-3). Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap
zat memiliki massa jenis yang berbeda. Dan satu zat berapapun volumenya akan memiliki massa
jenis yang sama.
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan rapat massa (ρ) dari cairan dan padatan yang tidak
berongga. Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah akuades dan larutan garam,
sedangkan padatan yang digunakan adalah batu. Alat yang digunakan untuk menentukan rapat
massa cairan pada akuades dan larutan garam adalah piknometer serta yang digunakan untuk
menentukan rapat massa adalah gelas ukur untuk mengukur volumenya (selisih kenaikan
akuades).
Piknometer didesain untuk mempertahankan suhu dengan cara memvakumkan ruangan,
sehingga cairan yang akan diukur rapat massanya berada dalam volume dan temperatur yang
tetap. Larutan yang telah divakumkan artinya tidak ada gelembung udara di dalam piknometer
sehingga ketepatan dalam pengukuran massa dan volume dapat dicapai secara maksimal.
Suhu yang digunakan untuk mengukur rapat massa akuades pada percobaan ini adalah kurang
dari 20oC. Pengkondisian ini penting untuk menjaga agar suhu tidak cepat naik melebihi 20oC
karena akan mempengaruhi rapat massa cairan itu sendiri. Suhu dikhawatirkan cepat naik
karena praktikan tidak bekerja pada kondisi standar (25oC). Jika digunakan suhu kurang dari
20oC, peningkatan suhu tidak akan terlalu besar. Penentuan rapat massa ini sangat rentan
terhadap perubahan suhu.
Bila suhu mengalami kenaikan, maka volume dari zat tersebut akan lebih mudah mengalami
pemuaian, sehingga nilai pada variabel volumenya berubah, yaitu akan menjadi semakin kecil.
Akibatnya terjadi perubahan nilai densitas, bila suhu mengalami penurunan maka volume akan
menyusut, hingga nilai dari densitas akan berubah., yakni menjadi lebih besar. Oleh karena itu,
rapat massa suatu zat merupakan fungsi dari suhu. Besarnya densitas berbanding terbalik
dengan volume suatu zat yang diujikan.
Pada air, dikenal istilah anomali air yang berarti penyimpangan sifat air. Antara suhu 0oC sampai
4oC volume air berkurang (menyusut) seiring bertambahnya suhu. Secara teoritis, massa jenis
air pada 3oC seharusnya lebih besar dari 4oC, sehingga jika didinginkan seharusnya volume air
menyusut, namun kenyataannya, justru akan memuai. Pemuaian berhenti ketika suhu mencapai
0oC, yaitu ketika air membeku. Volume air juga semakin bertambah ketika membeku (terjadi
pemuaian volume). Hal ini menyimpang dari teoritis dikarenakan pada rentang suhu tersebut
terjadi perubahan dari cair menjadi padat (es batu) dan sebaliknya, hingga menyebabkan ikatan
antar molekul menjadi lebih rapat saat dalam keadaan padat (membeku).
Penentuan nilai rapat massa padatan dari batu menggunakan aplikasi dari hukum Archimedes.
Jika sebuah benda dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke dalam suatu fluida yang diam, maka
setiap permukaan benda mendapatkan gaya tekan sebagai kenaikan volume yang dlakukan oleh
fluida. Pada percobaan ini, batu sebagai bendanya dan akuades sebagai fluidanya. Batu yang
dimasukkan ke dalam gelas ukur mengalami kenaikan volume air dari volume awalnya, sehingga
jumlah air yang naik sama dengan volume batu.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa ρakuades pada suhu kurang dari 20oC dari rata-rata 5
kali percobaan adalah sebesar 0,9106 g/ml. Niilai tersebut hampir menyamai teoritis dari
densitas akuades pada suhu 20oC yaitu sebesar 0,998 gr/ml (Himmelblau, 2004). Dari hasil
perhitungan menunjukkan bahwa ρlarutan garam sebanyak 5 kali percobaan diperoleh rata-rata
ρlarutan garam sebesar 0,9360 g/ml. Densitas batu yang diperoleh dari 5 kali percobaan rata-
rata ρbatu sebesar 2,948 g/ml. Dapat dituliskan bahwa ρakuades > ρlarutan garam > ρbatu.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat dianalisis bahwa densitas larutan garam lebih
besar dibanding densitas akuades. Adanya perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan struktur
dan ikatan molekul setiap zat. Struktur molekul larutan garam lebih rapat daripada akuades,
akibatnya ada penambahan konsentrasi zat lain di dalam cairan. Dengan struktur-struktur
molekul yang lebih rapat menyebabkan massa dari zat tersebut juga bertambah, sehingga
berdampak pada peningkatan densitas zat tersebut (densitas berbanding lurus dengan massa).
Pada hasil perhitungan juga menunjukkan bahwa ternyata rapat massa cairan lebih kecil
dibandingkan dengan padatan. Hal ini disebabkan karena gaya tarik yang ditimbulkan masing-
masing zat dan banyaknya molekul zat tersebut. Molekul-molekul padatan lebih rapat dan ikatan
antarmolekulnya lebih kuat dibandingkan dengan larutan. Nilai rapat massa padatan (batu) yang
lebih besar daripada akuades atau larutan garam inilah yang membuat batu akan selalu
tenggelam apabila dimasukkan ke dalam suatu cairan (kecuali larutan tersebut memiliki rapat
massa lebih besar daripada padatan tersebut).

1.5 PENUTUP

1.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Rapat massa suatu cairan dapat diukur dengan menggunakan alat piknometer dan rapat
massa suatu padatan dapat diukur dengan menggunakan prinsip hukum Archimedes.
2. Rapat massa cairan lebih kecil daripada rapat massa padatan.
3. Rapat massa rata-rata akuades pada suhu < 20oC sebesar 0,9106 g/ml. 4. Rapat massa rata-
rata larutan garam pada suhu < 20oC sebesar 0,9360 g/ml. 5. Rapat massa rata-rata batu sebesar
2,948 g/ml. 1.5.2 Saran
Saran untuk percobaan ini adalah sebaiknya alat yang digunakan dalam keadaan kering dan lebih
cermat dalam melakukan penimbangan. Selain itu, dalam pengisian piknometer diusahakan
sampai penuh.

semoga manfaat^^
Pengaruh Densitas pada Porositas Batuan

Setiap bahan mempunyai beberapa sifat atau karakteristik seperti sifat mekanik, sifat
fisis dan sifat listrik. Sifat fisis yang berarti sifat yang dimilik suartu bahan yang dapat
diamati secara langsung. Untuk mengetahui sifat fisis dari bahan tersebut, maka dapat
dilakukan percobaan sifat fisis suatu material. Sifat fisis suatu benda berkaitan dengan
struktur benda. Sifat fisis suatu benda salah satunya adalah porositas dan densitas yang
telah dilakukan pada percobaan.
Densitas bahan merupakan definisi kepadatan suatu bahan yang dinyatakan sebagai
fungsi massa persatuan volume. Dimana semakin homogen suatu bahan maka rapat
densitasnya akan semakin merata di seluruh bagiannya. Densitas adalah perbandingan
massa suatu bahan dengan volume totalnya. Densitas disimbolkan dengan huruf ρ (rho)
dengan satuan SI kg/m3 Secara matematis, densitas suatu bahan didefinisikan dengan
persamaan:

Diamana ρ adalah massa jenis atau densitas, m adalah massa dan V adalah volume [1].
Porositas didefinisikan sebagai perbandingan antara volume ruang yang terdapat dalam
batuan yang berupa pori-pori (ruang didalam batuan yang selalu terisi oleh fluida seperti
udara, air, minyak atau gas bumi) terhadap volume batuan secara keseluruhan, biasanya
dinyatakan dalam fraksi yang diekspresikan di dalam prosentase (%). Dengan kata lain,
porositas merupakan perbandingan ukuran rongga yang terdapat pada suatu bahan
dengan bulk volumenya. Secara matematis, untuk menentukan porositas suatu
bahan digunakan persamaan sebagai berikut:

Porositas merupakan salah satu karakteristik fisis yang diperlukan terutama untuk
mengkarakteristik fisis yang diperlukan terutama untuk mengkarakterisasi bahan padatan
hasil proses maupun yang akan diproses kembali. Sifat porositas bahan saling
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh besaran fisis yang lain maupun sifat termalnya,
misalnya bahan yang porus akan mempunyai nilai kerapatan atau densitas yang rendah,
luas permukaan yang lebih besar, konduktivitas panas yang rendah, dan sebagainya.
Adanya porositas muncul karena adanya pori terbuka, tertutup maupun ruang antar
partikel. Pori terbuka adalah pori yang berhubungan dengan cairan disekitarnya atau pori
yang saling berhubungan, termasuk didalamnya kapiler, retak-retak halus serta
ketidakrataan dalam bentuk partikel agregat. Sehingga mempengaruhi massa pada bahan
tersebut. Dengan kata lain porositas berbanding terbalik dengan massa jenisnya [2].
Faktor-faktor yang mempengaruhi porositas antara lain ukuran butir atau grain size,
semakin kecil ukuran butir maka rongga yang terbentuk akan semakin kecil pula dan
sebaliknya jika ukuran butir besar maka rongga yang terbentuk juga semakin besar.
Bentuk butir atau sphericity. Batuan dengan bentuk butir jelek akan memiliki porositas
yang besar, sedangkan kalau bentuk butir baik maka akan memiliki porositas yang kecil.
Susunan butir, apabila ukuran butirnya sama maka susunan butir sama dengan bentuk
kubus dan mempunyai porositas yang lebih besar dibandingkan dengan bentuk
rhombohedral. Komposisi mineral, apabila penyusun batuan terdiri dari mineral-mineral
yang mudah larut seperti golongan karbonat maka porositasnya akan baik karena rongga-
rongga akibat proses pelarutan dari batuan tersebut[2].
Hukum Archimedes adalah sebuah hukum tentang prinsip pengapungan di atas zat cair.
Bunyi dari hukum Archimedes adalah “setiap benda yang tercelup sebagian atau
seluruhnya ke dalam fluida, akan mendapat gaya ke atas sebesar berat fluida yang
dipindahkan oleh benda itu”. Gaya Archimedes FA dapat dirumuskan dengan:

dengan V adalah volume zat cair yang dipindahkan oleh benda itu dan nilainya sama
dengan volume benda yang tercelup dalam zat cair , ρF adalah massa jenis zat cair dan
adalah percepatan gravitasi. Ketika sebuah benda tercelup seluruhnya atau sebagian di
dalam zat cair, zat cair akan memberikan gaya ke atas (gaya apung) pada benda, dimana
besarnya gaya keatas (gaya apung) sama dengan berat zatcair yang dipindahkan. Pada
prinsip Archimedes, sebuah benda akan mengapung di dalam fluida jika massa jenis suatu
benda lebih kecil daripada massa jenis zat cair[3].
Pada percobaan kali ini digunakan persamaan berikut untuk menghitung nilai densitas
dan porositas pada batuan :

dimana p adalah massa jenis, g adalah gaya gravitasi, mk adalah massa kering,
mb adalah massa basah dan P adalah porositas serta FA adalah gaya apung.

METODOLOGI PERCOBAAN
Bahan yang digunakan pada percobaan adalah lima jenis batu yang berbeda (A,B,C,D dan
E) dan air. Jenis batu ditunjukkan pada gambar 1. Alat yang digunakan pada percobaan
ini yaitu, oven, benang wol, neraca pegas, neraca digital, gelas ukur. Neraca digital
digunakan untuk menimbang massa batu sedangkan neraca pegas digunakan untuk
menimbang berat batu. Benang wol digunakan untuk menggantung batuan saat ditimbang
pada neraca pegas, air untuk pengisian rongga batuan untuk melihat porositasnya,
penjepit digunakan untuk menjepit batuan saat dikeluarkan dari oven yang digunakan
untuk memanaskan batuan.
Gambar 1. Jenis batu yang digunakan pada percobaan

Percobaan dilakukandengan ditimbang massa batu pada neraca digital kemudian


dicatat sebagai massa awal. Kemudian batu di oven selama 10 menit pada suhu ±100oC
untuk mengurangi kadar airnya hingga diperoleh massa yang konstan. Kemudian batu
yang sudah dioven ditimbang dan dicatat sebagai massa kering. Batu diikiat pada benang
wol dan digantung pada neraca pegas untuk mengetahui berat keringnya. Setelah itu batu
diikat dengan benang wol, dicelupkan ke dalam air, dan digantungkan pada neraca pegas.
Lalu batu direndam dalam air selama beberapa menit hingga tidak ada gelembung.
Kemudian batu ditimbang dan dicatat sebagai massa basahnya. Dari data yang diperoleh
selanjutya dilakukan perhitungan untuk mengatahui nilai porositas dan densitas batuan.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Consolmagno.G.J.2008.”The Significance of Meteorite Density and Porosity”.
Orlando; Departemen Of Physics, University of Central Florida.
[2]. Leybold. 1986.” Physics Experiment”. Leybold GMBH, Hurth,.
[3]. Crankovic,G.M.1986.”Materials Characterization”. USA: ASM International.
FISIKA LABORATORIUM-LAB. MATERIAL

2015

1-42Archimedes. Benda yang dicelupkan ke dalam air maka adatiga kemungkinan yang
akan dialami oleh benda tersebut, yaitumengapung, melayang dan tenggelam. Benda
yang dikatakanterapung dalam zat cair bila sebagian benda tercelup dansebagian lagi
muncul diudara, karena massa jenis benda lebihkecil dari massa jenis zat cair
[5]
.II.METODEPENELITIAN
A.Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalahneraca O Houss, neraca pegas,
gelas beker, 4 macam batu,benang wol,airdan oven. Neraca O Houss digunakan untuk
mengukur massa batu. Neraca pegas digunakan untuk mengukur massa batu. Gelas beker
digunakan sebagai tempatair dan batu yang akan diukur berat dan massa basahnya.
4macam batu yang digunakan yaitu batu bata, batu apung,batukoral dan batu kali, batu
ini berfungsi sebagai bahan/materialyang diukur densitas dan porositasnya. Bewang wol
digunakanuntuk mengikat batu yang akan dicelupkan ke air. Airberfungsi untuk
membasahi batu. Oven berfungsi untuk memanaskan agar benar benar kering.
Gambar 1. 4 macam variasi batuGambar 2. OvenGambar 3. Neraca O HoussGambar 4.
Gelas BekerGambar 5. Neraca Pegas
B.Cara Kerja
Percobaan uji densitas dan porositas pada batuan denganmenggunakan neraca O Houss
dan neraca pegas ini diawalidengan mengukur massa pada ke empat macam batu
yangdigunakan dengan menggunakan necara O Houss, kemudianbatu di ovenselama
sepuluh menit setelahsetelah suhunyamencapai lebih dari 80
o
C , setelah itu ditimbang lagi massabatudengan necara O Houss, lalu di oven lagi sampai
berulangulang sampai massanya konstandan ditulis sebagai massakering (
m
k
). Lalu batu ditimbangberatnya dengan neraca pegasdan ditulis sebagai berat kering (
w
k
). Batu kemudian diikatdengan menggunakan benang wol.Kemudian mengambil
airdiletakkan pada gelas beker, lalu batu dimasukkan kedalamgelas beker yang telah berisi
air tersebut.Tunggu sampaigelembung-gelembung air hilang lalu kemudianbatu
diukurberatnya dengan neraca pegas dan ditulis sebagai berat basah(
w
b
). Setelah itu benang wol dilepas dari batu. Kemudian batuditimbang massanya dengan
menggunakan necara O Houssdan ditulis sebagai massa basah (
m
b
).
C.Flowchart D.Contoh Perhitungan
-Perhitungan densitasstartMassa batu diukurdengan neraca O HoussBatu di panaskan
dengan ovensampai 10 menitsetelah 80
o
CMassa batu diukurlagidengan neraca O HoussBatu di ovenlagi dan ditimbang lagisampai
massanya konstanBatu ditimbang beratnyadengan neraca pegasBatu dimasukkan ke
dalam gelasbeker yang berisi air setelah diikatdengan benang wolTunggu sampai
gelembunggelembung air hilangBatu diukur beratnyadengan neracapegas, dan diukur
massa nya denganneraca o houssFinish
FISIKA LABORATORIUM-LAB. MATERIAL

2015

1-43

=Fa=Wk-Wb= 4,5-2,5= 2
= = = 240,1 g/cm
3
-Perhitungan PorositasP =P =P = 3,06122449 %III.HASILDANPEMBAHASAN
A.Analisa Data
Pada percobaan yang telah dilakukan telah didapatkan hasilsebagai berikut :
Tabel 1.Data hasil percobaanneraca o houssNeraca PegasMk(g)Mb(g)Wk(N)Wb(N)Batu
kali4950.54.52.5batu apung35.539.53.52batu koral6060.563.5batu bata80.510384
B.Hasil Perhitungan
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukanpada bab IIsubbab D,maka telah didapatkan
hasil yang dituliskan padadata tabel dibawah ini :
Tabel 2.Hasil perhitungan densitasneraca o houssNeraca
PegasMk(g)Mb(g)Wk(N)Wb(N)Fadensitas
(
)Batu kali4950.54.52.52240.1batu
apung35.539.53.521.5231.9333batukoral6060.563.52.5235.2batu
bata80.5103844197.225Tabel 3.Hasil perhitungan porositasneraca o houssNeraca
PegasMk(g)Mb(g)Wk(N)Wb(N)porositas(p)Batu kali4950.54.52.53.06122449batu
apung35.539.53.5211.26760563batu koral6060.563.50.833333333batu
bata80.51038427.95031056
C.Pembahasan
Percobaan tentang uji densitas dan porositas pada batuandengan menggunakan neraca
OHouss dan neraca pegas yangtelah dilakukan telah didapatkan data mengenai massa
kering,massa basah, berat kering dan berat basah guna untuk menentukan nilai densitas
dan porositasnya.Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa batu kalimemiliki densitas
terbesar yaitu 240,1 g/cm
3
dan yangmemiliki densitas terkecil yaitu batu bata yaitu 240,1 g/cm
3
.Batuan yang memiliki nilai porositas paling besar adalah batubata yaitu 27,9503106 %
sedangkan batuan yang memilikinilai porositas paling kecil adalah batu koral
yaitu0,8333333%. Hubungan antara densitas dan porositasberbanding terbalik, dapat kita
lihat hasil percobaan pada batubata dimana batu bata memiliki densitas terkecil dan
memilikiporositas terbesar. Dari situlah dapat diketahui bahwa batubatamemiliki nilai
kerapatan massa yang kecil tetapi diamemiliki banyak pori pori. Dari situ dapat diketahui
bahwasemakin padat suatu bahan/ material maka semakin kecildaerah kosong pada
material tersebut. Ketika terdapat banyak daerah kosong pada suatu material/ bahan
maka kerapatanmassanya semakin kecil.Hukum Archimedes adalah setiap benda yang
tercelupsebagian atau seluruhnya ke dalam fluida, akan mendapat gayake atas sebesar
berat fluida yang dipindahkan oleh bendatersebut. Dalam percobaan ini batuyang di
masukkan dalamair, batu tenggelam ke air dan batu tersebut tidak mengapungkarena
dipengaruhigaya gravitasi, tetapi dalam pengukuranberat basah batu, gelas beker yang
berisi air diangkat agar batubisa terapung ketika diukur beratnya.IV.KESIMPULANDari
percobaan yang telah dilakukan, maka telah didapatkankesimpulan bahwa batuan yang
memiliki nilai densitas palingbesar adalah batu kali yaitu 240,1 g/cm
3
,sedangkan batuanyang memiliki nilai densitas paling keciladalah batu bata yaitu197,225
g/cm
3
.Batuan yang memiliki nilai porositas palingbesar adalah batu bata yaitu27,9503106
%sedangkan batuanyang memiliki nilai porositas paling kecil adalah batu koralyaitu
0,8333333%.UCAPANTERIMAKASIHPenulis mengucapkan terima kasih kepada
asistenlaboratorium fisika laboratorium, Khoirotul Yusro danAgustin Leny untuk percobaan
tentang Densitas dan PorositasBatuanini, yang telah membimbing jalannya praktikum
sertamenyalurkan ilmuyang sangat dibutuhkan oleh penulis sertadalam pelaksanaan
briefing jurnal. Serta tidak lupa terimakasih kepada teman-teman satu team atas
kerjasamanya dalammelaksanakan praktikum tentang Densitas dan PorositasBatuan ini.

FISIKA LABORATORIUM-LAB. MATERIAL



2015

1-44DAFTARPUSTAKA
[1]
ATHY L.F, “Density, porosity and compaction of sedimentary rocks”
Bull. Amer. Assoc. Petrol. Geol.
v. 14, pp. (1930) 1-24[2]
Das, B.M, 1990, “Principles of Foundation Engineering”, Second
Edition, PWS Kent Publishing Company, Boston.[3]Schon,J.H, 1996
“Physical Properties of Rock” Institute of Applied
Geophysics Leoben, Austria .[4]Callister,W.D., Jr., 2001, Fundamental of Materials Science
andEngoneering, Departement of Metallurgical Engineering, John Wiley& Sons, inc, New
York.[5]
Jewett, Serway, 2009. ”Fisika untuk Sains dan Teknik ”. Salemba
Teknika, Jakarta

ATAU BISA DIAKSES DI LINK


www.academia.edu/16868661/UJI_DENSITAS_dan_POROSITAS_BATUAN

Anda mungkin juga menyukai