Revisi Laporan Residensi

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 74

UPAYA PENINGKATAN CAKUPAN TEMPAT PENGOLAHAN

MAKANAN SEHAT DI PROVINSI SUMATERA BARAT

Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Masyarakat


di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat

Oleh :
FITRI YANTI
No.BP 1620322005

Pembimbing Akademik:
DR. dr. Masrul, M.Sc, Sp.GK

Pembimbing Lapangan:
Yusril, SKM,ME

PROGRAM PASCA SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2018
LEMBARAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa laporan residensi


yang berjudul:

Upaya Peningkatan Cakupan Tempat Pengolahan Makanan Sehat


di Provinsi Sumatera Barat

OLEH:
Nama : FITRI YANTI
BP : 1620322005

Laporan Residensi ini telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing Akademik
dan Pembimbing Lapangan Residensi Pascasarjana Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Telah disetujui oleh:


Pembimbing Akademik Pembimbing Lapangan

DR. dr. Masrul, M.Sc, Sp.GK Yusril, SKM, ME


NIP: 19561226 198710 1 001 NIP:19730610 199503 1 002

Dewan Penguji:
Penguji I Penguji II

Prof. Dr. dr. Rizanda Machmud, DR. dr. Hafni Bachtiar, MPH

ii
M.Kes,FISCM, FISPH

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan Kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan
HidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir Residensi
dengan judul “Upaya Peningkatan Cakupan Tempat Pengolahan Makanan
Sehat di Provinsi Sumatera Barat”, pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr.dr. Wirsma Arif Harahap, SpB(K) Onk selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas Padang.
2. Ibu dr. Merry Yuliesday, MARS selaku Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Barat yang telah memberikan izin melakukan kegiatan
Residensi.
3. Bapak Dr.dr.Hardisman.MHID selaku Ketua Prodi Pasca Sarjana Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Padang.
4. Bapak DR.dr.Masrul, MSc, SpGK selaku pembimbing akademik yang
telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan petunjuk dalam
menyelesaikan Laporan Akhir Residensi.
5. Bapak Yusril,SKM,MEselaku Pembimbing Lapangan yang telah banyak
memberikan arahan dan bimbingan dalam melaksanakan residensi di
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat.
6. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Kabid, Kasie dan Staf Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Barat atas kerja samanya dalam memberikan data yang kami
butuhkan.
7. Teman-teman satu kelompok di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Akhir
Residensi ini.

Penulis menyadari bahwa laporan akhir residensi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang

iii
sifatnya membangun demi kesempurnaan yang akan datang. Semoga segala
bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT.
Penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkannya.

Padang, Februari 2018


Penulis,

Fitri Yanti

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR TABEL viii

BAB 1 : PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 3

1.3 Tujuan 3

1.3.1 Tujuan Umum 3

1.3.2 Tujuan Khusus 4

1.4 ManfaatPenulisan 4

1.4.1 Bagi Mahasiswa 4

1.4.2 Bagi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat 4

1.5 Ruang Lingkup 5

BAB 2 : GAMBARAN SITUASI 6

2.1 Gambaran Umum Provinsi Sumatera Barat 6

2.1.1 Geografis 6

2.1.2 Demografi 6

2.1.3 Administrasi 7

2.1.4 Keadaan Pendidikan 7

2.2 Potret Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat 7

2.2.1 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran 7

2.2.2 Strategi dan Kebijakan 8

2.2.3 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi 14

1. Tugas Pokok dan Fungsi 15

2. Struktur Organisasi 15

v
2.2.4 Program Pembangunan Kesehatan Provinsi Sumbar 18

2.2.5 Kewenangan 19

2.2.6 Sumber Daya Kesehatan 21

2.3 Gambaran umum Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan


Olahraga 26

2.3.1 Visi dan Misi Program Lingkungan Sehat 26

2.3.2 Tugas Pokok dan Fungsi 27

2.3.3 Sarana dan Prasarana 28

2.3.4 Pembiayaan Kegiatan Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja


dan Olahraga 29

2.3.5 Gambaran Keadaan Lingkungan 29

BAB 3 : ANALISIS MASALAH 36

3.1 Identifikasi Masalah 36

3.2 Penetapan Prioritas Masalah 37

3.3 Analisis Penyebab Masalah 41

3.4 Analisis Bivariat 47

3.4.1 Hubungan TPM Dibina dengan TPM Sehat 48

3.4.2 Hubungan Perda dengan TPM Sehat 48

3.4.3 Hubungan Food Kit dengan TPM Sehat 49

3.5 Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah 49

3.5.1 Alternatif Pemecahan Masalah 49

3.5.2 Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah 50

3.6 Membuat Rencana Pelaksanaan Kegiatan (Plan of Action / POA) untuk


Peningkatan Cakupan TPM sehat 52

3.7 Rencana Anggaran Biaya 55

3.8 Rencana Monitoring dan Evaluasi 56

BAB 4 : PEMBAHASAN 58

vi
4.1 Hubungan TPM Dibina dengan TPM Sehat 58

4.2 Hubungan Perda dengan TPM Sehat 58

4.3 Hubungan (Food Contamination Test Kit) dengan TPM Sehat 59

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN 62

5.1 Kesimpulan 62

5.2 Saran 63

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Barat.......................................................................................9
Tabel 2. 2 Dukungan Dana APBD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016.............22
Tabel 2. 3 Jumlah Tenaga di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat dan UPTD
Tahun 2016.............................................................................................................23
Tabel 2. 4 Jumlah Tenaga Kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat
Masing-masing Sekretariat/Bidang Tahun 2016....................................................24
Table 2. 5 Distribusi Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Desa di Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016...................................................25
Table 2. 6 Anggaran Dana di Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan
Olahraga Tahun 2016.............................................................................................29
Table 2. 7 Rekapitulasi Kinerja Program Kesehatan Lingkungan Kab/Kota di Provinsi
Sumatera Barat :...............................................................................................................35

Tabel 3. 1 Hasil Identifikasi Masalah Kesehatan Masyarakat di Seksi Kesehatan

Lingkungan, Kesehatan Kerja dan OlahragaDinas Kesehatan Provinsi Sumatera

Barat Tahun 2016...................................................................................................36

Tabel 3. 2 Penetapan Prioritas Masalah dengan Teknik MCUA di Seksi Kesehatan

Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2016.....................................39

Table 3. 3 Kabupaten Kota yang Sudah mempunyai Perda Depot Air Minum.....44

Table 3. 4 Kabupaten Kota yang Sudah mempunyai.............................................45

Table 3. 6 Gambaran Kinerja Program Tempat Pengolahan Makanan Kab/Kota di

Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016....................................................................47

Table 3. 7 Analisis Korelasi dan Regresi TPM Dibina dengan TPM Sehat...........48

Table 3. 8 Distribusi Rata-Rata TPM Sehat Berdasarkan Ada/Tidaknya Perda

tentang TPM di Kab/Kota......................................................................................48

viii
Table 3. 9 Distribusi Rata-Rata TPM Sehat Berdasarkan Ada/Tidaknya Food Kit

................................................................................................................................49

Table 3. 11 Alternatif Pemecahan Masalah............................................................50

Table 3. 12 Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahn Masalah Untuk

Meningkatkan Cakupan Tempat Pengelolaan Makanan Sehat di Provinsi Sumatera

Barat Tahun 2016...................................................................................................51

Table 3. 13 Plan of Action Upaya Peningkatan Cakupan TPM Sehat Provinsi

Sumatera Barat.......................................................................................................53

Table 3. 14 Rencana Anggaran Biaya Upaya Peningkatan Cakupan Tempat

Pengolahan Makanan di Provinsi Sumatera Barat.................................................55

Table 3. 15 .Rencana Monitoring dan Evaluasi Pencapaian Program TPM Sehat

Provinsi Sumatera Barat.........................................................................................56

DAFTAR GAMBAR

ix
Gambar 2. 1 Cakupan Rumah Sehat Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2016.............................................................................................................30
Gambar 2. 2 Cakupan Tempat Tempat Umum Sehat Kabupaten/Kota Provinsi
Sumatera Barat Tahun 2016...................................................................................31
Gambar 2.3 Cakupan Tempat Pengolahan Makanan Sehat Kabupaten/Kota
Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016.....................................................................32
Gambar 2. 4 Cakupan Akses Air Minum Berkualitas/Layak Kabupaten/Kota
Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016.....................................................................33
Gambar 2. 5 Cakupan Jamban Sehat Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat Tahun
2016.................................................................................................................................34

Gambar 3. 1 Diagram Fishbone Penyebab Rendahnya Cakupan Tempat


Pengolahan Makanan Sehat di Dinas Kesehatan ProvinsiSumatera Barat Tahun
2016........................................................................................................................42
Gambar 3. 2 Persentase Tempat Pengolahan Makanan yang Dibina di
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat.........................................................43

x
BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah program


Indonesia sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi
masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang
didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan
kesehatan.Salah satu sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah meningkatnya
pengendalian penyakit.(Renstra Kemenkes 2015-2019).

Penyakit yang ditimbulkan oleh makanan yang terkontaminasi disebut


penyakit bawaan makanan (food borned diseases). Menurut WHO (2012) dalam
Adam YMNN penyakit bawaan makanan seperti diare, disentri, kolera dan tifus
merupakan permasalahan kesehatan masyarakat yang banyak
membebani.Penyakit tersebut merenggut banyak korban dalam kehidupan
manusia dan menyebabkan kematian. Penyakit bawaan makanan merupakan salah
satu penyebab utama kematian di negara berkembang dan menyebabkan 1,9 juta
kematian orang per tahun di tingkat global. Bahkan di negara maju 1/3 dari
populasi terinfeksi penyakit bawaan makanan.(Adam YMNN, 2011).
WHO memperkirakan 1 dari 10 orang terkena penyakit bawaan makanan
dan sebagai akibatnya 420.000 orang meninggal setiap tahun.Afrika dan Asia
Tenggara merupakan wilayah dengan insiden dan tingkat kematian tertinggi.
(WHO, 2015). Pada tahun 2016 Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
menginformasikan telah terjadi 106 insiden keracunan makanan di berbagai
wilayah Indonesia. Berdasarkan data selama bulan Juli-September 2016 terjadi 23
insiden keracunan makanan.Sembilan insiden disebabkan oleh keracunanmakanan
olahan rumah tangga dengan total korban 490 orang dengan dua orang di
antaranya meninggal. Delapan insiden karena olahan jasa boga dengan total
korban 316 orang, tiga insiden karena makanan olahan jajanan dengan korban 29
orang, dua insiden karena makanan olahan dalam kemasan jumlah korban 20
orang, dua insiden karena minuman dalam kemasan dengan korban 2 orang dan

1
satu insiden karena keracunan campuran antara makanan dan minuman dengan
korban 7 orang (BPOM, 2017).
Makanan yang terkontaminasi dapat menyebabkan makanan tersebut
menjadi media bagi suatu penyakit. Penyakit yang ditimbulkan oleh makanan
yang terkontaminasi disebut penyakit bawaan makanan (food-borned disease)
(Yulia & Prayitno, 2016). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
pada tahun 2013penyakit menular yang ditularkan melalui makanan dan minuman
(foodborne diseases) berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan
responden terdiri dari tifoid 2,2%, hepatitis 1,2% dan diare 3,5%. Kejadian ini
terjadi pada anak usia sekolah (5–14 tahun), kejadian diare menempati urutan ke–
5 terbanyak setelah kelompok usia balita dan lansia yaitu sebesar 9,0%.

Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat pada tahun


2016 tercatat kejadian luar biasa (KLB) akibat keracunan makanan di Sumatera
Barat sebanyak 8 kejadian denganjumlah kasus sebanyak 17 kasus dan penderita
sebanyak167 orang.

Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap makanan yang disediakan


di luar rumah, maka produk-produk makanan yang disediakan oleh perusahaan
atau perorangan yang bergerak dalam usaha penyediaan makanan untuk
kepentingan umum, haruslah terjamin kesehatan dan keselamatannya.Hal ini
hanya dapat terwujud bila ditunjang dengan keadaan hygiene dan sanitasi Tempat
Pengelolaan Makanan (TPM) yang baik dan dipelihara secara bersama oleh
pengusaha dan masyarakat.
Higiene dan sanitasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena
erat kaitanya.Penerapan higiene dan sanitasidilakukan untuk keseluruhan proses
baik pada pemilahan bahan baku yang digunakan, selama proses pengolahan,
sampai pada proses penyajian termasuk didalamnya penjamah makanan dan
lingkungan proses pengolahan.(Permenkes,2011).
TPM yang dimaksud meliputi jasaboga atau catering, rumah makan dan
restoran, makanan jajanan dan depot air minum.Sebagai salah satu jenis tempat
pelayanan umum yang mengolah dan menyediakan makanan bagi masyarakat

2
banyak, maka TPM memiliki potensi yang cukup besar untuk menimbulkan
gangguan kesehatan atau penyakit bahkan keracunan akibat dari makanan yang
dihasilkannya.Dengan demikian kualitas makanan yang dihasilkan, disajikan dan
dijual oleh TPM harus memenuhi syarat-syarat kesehatan.Salah satu syarat
kesehatan TPM yang penting dan mempengaruhi kualitas hygiene sanitasi
makanan tersebut adalah faktor lokasi dan bangunan TPM. Lokasi dan bangunan
yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan memudahkan terjadinya kontaminasi
makanan oleh mikroorganisme seperti bakteri, jamur, virus dan parasit serta
bahan-bahan kimia yang dapat menimbulkan penyakit. Dalam hal ini, jenis
TPM yang lebih mungkin tidak menerapkan higiene sanitasi adalah makanan
jajanan yang dijual di pedagang makanan kaki lima karena tidak layak dari segi
lokasi dan bangunannya.
Berdasarkan data kementrian kesehatan tahun 2016, dari 82.910 jumlah
TPM yang terdaftar di kab/kota yang adadi seluruh Indonesia baru sebanyak
11.324 atau sebesar 13,7% TPM yang memenuhi syarat kesehatan. Sedangkan di
Sumatera Barat, pada tahun 2016 cakupan TPM yang memenuhi syarat higiene
sanitasi di Provinsi Sumatera Barat belum mencapai target. Berdasarkan data dari
profil tercatat bahwa pada tahun 2016 pencapaian TPM sehat yaitu sebesar 58,3%
dengan target 85%.
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk
menganalisis penyebab dan mancari alternatif pemecahan masalah terhadap
rendahnya cakupan TPM sehat di Sumatera Barat pada tahun 2016.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan yang
ada yaitu “Cakupan TPM yang Sehat di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016
Masih Rendah”
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis permasalahan rendahnya cakupan Tempat Pengolahan
Makanan di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2016.

3
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mampu mengidentifikasi masalah yang diperoleh dari hasil analisis situasi


Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahragadi Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016.
2. Mampu menentukan prioritas masalah Cakupan Tempat Pengolahan Makanan
Sehat di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016 Masih Rendah.
3. Mampu menganalisis penyebab masalah Tempat Pengolahan Makanan Sehat di
Provinsi Sumatera Barat tahun 2016 yang Masih Rendah.
4. Mampu membuat Plan of Action (POA) dalam upaya meningkatkan cakupan
Tempat Pengolahan Makanan Sehat di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Barat
5. Mampu menyusun anggaran untuk pelaksanaan intervensi upaya peningkatan
cakupan Tempat Pengolahan Makanan Sehat di Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Barat Tahun 2018.
6. Mampu menyusun rencana monitoring dan evaluasi terhadap upaya
Peningkatan Cakupan Tempat Pengolahan Makanan Sehat di Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Barat Tahun 2018.
1.4 ManfaatPenulisan
1.4.1 Bagi Mahasiswa
a. Dapat menerapkan teori manajemen yang diperoleh di bangku perkuliahan.
b. Mendapat pengalaman nyata dalam pelaksanaan manajemen Program
Pengawasan Tempat Pengolahan Makanan di Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Barat.
c. Mampu mengidentifikasi masalah dan memprioritaskan masalah Rendahnya
Cakupan Tempat Pengolahan Makanan Sehat di Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Barat Tahun 2016.

1.4.2 Bagi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat

a. Mendapat masukan tentang permasalahan rendahnya cakupan TPM sehat di


Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat dari mahasiswa pada saat residensi.
b. Melalui kegiatan residensi, mahasiswa Pasca sarjana S2 kesehatan
masyarakatmampu memberikan masukan tentang solusi pemecahan masalah
rendahnya cakupan TPM yang ada di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Barat.

4
1.5 Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang dibahas pada laporan residensi ini berdasarkan analisa
situasi di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat adalah analisis masalah dan
alternatif solusi pemecahan masalah di Seksi Kesehatan Lingkungan,Kesehatan
Kerjadan Olahraga dalam rangka peningkatan cakupan Tempat Pengolahan
Makanan sehat.

5
BAB 2 : GAMBARAN SITUASI

2.1 Gambaran Umum Provinsi Sumatera Barat

2.1.1 Geografis

Sumatera Barat yang terletak di sebelah barat Pulau Sumatera mempunyai


letak geografis yang strategis antara kawasan sebelah utara dan kawasan timur
pulau Sumatera dengan pulau Jawa di sebelah Selatan.Provinsi Sumatera Barat
mempunyai luas 42.229.730 Km2 dengan topografi yang datar dan bergelombang
sampai bergunung yang merupakan bagian dan jajaran pegunungan Bukit Barisan
dengan luas perairan laut diperkirakan ± 186.500 Km2.
Batas wilayah Provinsi Sumatera Barat terletak di sepanjang pinggiran
pantai barat pulau Sumatera yang berada antara 0-54’ Lintang Utara sampai 3-30’
Lintang Selatan serta antara 98 36’ sampai 101 53’ Bujur Timur. Provinsi
Sumatera Barat yang terdiri dari 19 Kabupaten/kota (12 Kabupaten dan7 Kota)
diantaranya Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki wilayah terluas, yaitu
6.001 Km2 atau sekitar 14,21% dari luas Provinsi Sumatera Barat, sedangkan
Kota Padang Panjang memiliki luas daerah terkecil yakni 23,0 Km2 (0,05%).
Provinsi Sumatera Barat terletak di sebelah barat pulau Sumatera dan sekaligus
berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia, sebelah utara berbatasan dengan
Provinsi Sumatera Utara, sebelah selatan dengan Provinsi Bengkulu dan Provinsi
Jambi dan sebelah barat dengan Samudera Hindia. Iklim Sumatera Barat
tergolong iklim tropis dengan rata-rata suhu 25,5 ºC dan rata-rata kelembaban
yang tinggi yaitu 86,17% dengan udara rata-rata berkisar 997,03 mb.

2.1.2 Demografi

Sesuai dengan data dari BPS Provinsi Sumatera Barat, jumlah penduduk
Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2016 tercatat sebesar 5.259.528jiwa, dengan
tingkat kepadatan penduduk 72 jiwa per km2. Kepadatan penduduk Provinsi
Sumatera Barat tidak merata, kepadatan penduduk tertinggi adalah di Kota
Bukittinggi dengan kepadatan penduduk 4.941 jiwa/km2. Komposisi penduduk
Provinsi Sumatera Barat menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa penduduk
yang berusia muda (<15 tahun) sebesar 30,43%, yang berusia produktif (15-64

6
tahun) sebesar 69,57% dan yang berusia tua (>65 tahun) sebesar 8,45%.
Komposisi penduduk perempuan berusia produktif 15-35 tahun sebanyak
1.671.483 jiwa.

2.1.3 Administrasi

Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2016 mempunyai wilayah


administrasi terdiri atas 12 (dua belas) Kabupaten dan 7 (tujuh) Kota, dengan 176
kecamatan, jumlah nagari sebanyak 755 nagari, 260 kelurahan, 125 desa dan
3.640 jorong.

2.1.4 Keadaan Pendidikan

Keadaan Pendidikan di Provinsi Sumatera Barat dapat dilihat dari


kemampuan baca tulis penduduk yang tercermin dari angka melek huruf,
persentase penduduk berumur 15-64 tahun ke atas yang buta huruf sebesar 2,2%
Pendidikan berkaitan erat dengan peningkatan sumber daya manusia. Ada
beberapa ukuran yang dapat digunakan utuk melihat kualitas pendidikan antara
lain menilai tingkat intelegensia, kreativitasi/inovasi dan kemampuan lain dari
lulusannya. Ukuran-ukuran tersebut relatif sulit untuk diterapkan sehingga tidak
cocok untuk ruang lingkup yang luas.Akibatnya kualitas pendidikan jarang
digunakan untuk menilai keberhasilan pembangunan.

2.2 Potret Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat

2.2.1 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran


Visi
Visi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat (2016-2021)adalah“Menjadikan
masyarakat Sumbar peduli sehat, mandiri, berkualitas dan berkeadilan”.
Misi
1. Meningkatkan sumber daya manusia yang sehat, kuat dan bermartabat serta
sadar akan arti pentingnya kesehatan
2. Meningkatkan upaya kesehatan yang paripurna
3. Meningkatkan tata pemerintahan yang baik, bersih dan profesional

7
4. Mewujudkan jaminan kesehatan untuk seluruh masyarakat

Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan organisasi dan mengambarkan


hal-hal yang ingin dicapai melalui tindakan-tindakan yang akan dilakukan secara
operasional. Rumusan sasaran yang ditetapkan diharapkan dapat memberikan
fokus pada penyusunan porgram operasional dan kegiatan pokok organisasi yang
bersifat spesifik, terinci, dapat diukur dan dapat dicapai.

2.2.2 Strategi dan Kebijakan


Strategi dan kebijakan Dinas Kesehatan adalah suatu cara untuk mencapai
tujuan, sasaran jangka menengah, target kinerja hasil (outcome) program prioritas
RPJMD yang menjadi tugas dan fungsi Dinas Kesehatan.

Tujuan, Sasaran, strategi dan kebijakan dalam Visi Misi ini dapat dilihat
pada Tabel 2.1

Tabel 2. 1 Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan Dinas Kesehatan


Provinsi Sumatera Barat

8
Visi : Menjadikan Masyarakat Sumbar Peduli Sehat, Mandiri, Berkualitas dan
Berkeadilan
Misi 1 : Meningkatkan sumber daya manusia yang sehat, kuat dan bermartabat serta sadar
akan pentingnya kesehatan
TUJUAN SASARAN STRATEGI KEBIJAKAN
1 Meningkatkan 1 Meningkatnya Meningkatkan 1 Peningkatan jumlah
ketersediaan dan jumlah, jenis, jumlah dan dan kualitas
mutu SDM mutu dan kualitas tenaga sumberdaya
kesehatan sesuai pemerataan kesehatan kesehatan yang
standar SDM Kesehatan memiliki kompetensi
dan terstandarisasi
2 Meningkatkan 2 Meningkatnya Meningkatkan 1 Peningkatan layanan
Perilaku Hidup Perilaku Hidup komitmen kesehatan dengan
Bersih dan Sehat Sehat di pemerintah lebih
di masyarakat masyarakat daerah dalam menitikberatkan pada
peningkatan upaya promotif dan
pembiayaan preventif
promotif dan dibandingkan dengan
preventif untuk upaya kuratif
layanan kesehatan 2 Pemberdayaan
masyarakat dan
peningkatan upaya
promosi kesehatan
3 Penguatan gerakan
masyarakat, lembaga
pemerintah dengan
swasta dalam
peningkatan upaya
kesehatan
masyarakat
Misi 2 : Meningkatkan upaya kesehatan yang paripurna
1 Meningkatkan 1 Meningkatkan 1 Meningkatkan 1 Peningkatan
derajat kesehatan Kesehatan Ibu keterpaduan pelayanan dasar dan
Ibu dan Anak dan Anak dalam rujukan yang
pelayanan berkualitas
kesehatan 2 Peningkatan
masyarakat pelayanan kesehatan
yang lebih ibu dan anak
merata
2 Meningkatkan 3 Peningkatan cakupan
akses layanan akses,
kesehatan keterjangkauan dan
dasar dan mutu pelayanan
rujukan yang kesehatan
berkualitas
2 Meningkatnya 2 Menurunkan Meningkatkan 1 Peningkatan
status gizi prevalensi penanganan perbaikan gizi
masyarakat masalah gizi masyarakat

9
kekurangan gizi kurang dan gizi 2 Peningkatan akses
pada anak Balita buruk pada bayi, dan mutu pelayanan
anak balita, ibu kesehatan dan gizi
hamil dan dengan fokus utama
menyusui pada 1000 hari
pertama kehidupan
manusia
3 Meningkatkan 3 Meningkatnya Meningkatkan Peningkatan pemerataan
akses pada pengawasan dan pengendalian kualitas kesehatan
lingkungan yang penyehatan penyakit dan lingkungan
sehat kualitas penyehatan
lingkungan lingkungan
4 Meningkatkan 1 Meningkatnya Meningkatkan Peningkatan ketersediaan,
ketersediaan obat ketersediaan, jumlah dan keterjangkauan,
dan vaksin keterjangkauan kualitas sumber pemerataan dan kualitas
dan mutu obat daya kesehatan farmasi dan alat kesehatan
dan vaksin serta kefarmasian
dan alat kesehatan
5 Meningkatkan 1 Meningkatnya 1 Meningkatkan 1 Peningkatan
mutu pelayanan mutu pelayanan kualitas pelayanan dasar dan
kesehatan sesuai kesehatan sesuai pelayanan rujukan yang
standar standard dasar dan berkualitas
rujukan
2 Meningkatkan 2 Peningkatan
rumah sakit akreditasi rumah
daerah yang sakit daerah
terakreditasi
3 Meningkatkan 3 Peningkatan cakupan
cakupan akses,
akses, keterjangkauan dan
keterjangkaua mutu pelayanan
n dan mutu kesehatan
pelayanan
kesehatan
6 Optimalisasi 6 Meningkatkan Meningkatkan Peningkatan pencegahan
upaya upaya pengendalian dan pengendalian
pengendalian pengendalian penyakit dan penyakit menular
penyakit menular penyakit tidak penyehatan terutama HIV dan
dan tidak menular menular lingkungan Tuberkulosis

Misi 3 : Meningkatkan tata pemerintahan yang baik, bersih dan professional


1 Meningkatkan Meningkatnya 1 Meningkatkan 1 Peningkatan
pelayanan publik kualitas sistem serta pelimpahan
yang prima, pelayanan public sarana kewenangan,
transparan, prasarana penyederhanaan
aspiratif dan pelayanan prosedur pelayanan
partisipasif publik berbasis dan perizinan
teknologi
informasi

10
2 Meningkatkan 2 Peningkatan kualitas
kualitas aparatur pelayanan,
aparatur dalam peningkatan
pelaksanaan kompetensi dan
pelayanan perubahan
public mentalitas/budaya
melayani
3 Membuka 3 Pengembangan
ruang inovasi pelayanan
partisipasi publik berbasis
masyarakat teknologi informasi
dalam yang terintegrasi
pengawasan 4 Penguatan integrasi
dan berbagai jenis
peningkatan pelayanan publik
layanan public (pelayanan satu
pintu)
5 Peningkatan sarana
dan prasarana
pelayanan public
6 Peningkatan akses
informasi publik
yang akurat dan up to
date
7 Peningkatan
efektifitas
pengawasan
pelayanan public
8 Penguatan sistem
pengaduan
masyarakat yang
efektif dan
terintegrasi
9 Penerapan
penghargaan dan
sanksi terhadap
kinerja pelayanan
public
2 Meningkatkan Meningkatnya 1 Meningkatkan 1 Peningkatan
profesionalitas kapasitas dan keterpaduan pengelolaan
aparatur manajemen aparatur dalam manajemen
pemerintah dan mengembangk kepegawaian
bebas KKN an kapasitas (rekrutmen, mutasi,
dan manajemen promosi dan
aparatur pengembangan karir
aparatur)
2 Meningkatkan 2 Peningkatan
manajemen penyelenggaraan
pengelolaan pendidikan dan
kepegawaian pelatihan aparatur
yang efektif, 3 Penyusunan Road
efisien dan Map Diklat teknis
akuntabel dan fungsional

11
4 Evaluasi pelaksanaan
diklat teknis dan
berbasis
fungsional
teknologi
3 Mengintensifka 5 Peningkatan
n penerapan pendidikan dan
sistem pelatihan bagi
rekrutmen dan aparatur berorientasi
seleksi kewirausahaan
pengembangan 6 Peningkatan sarana
karir secara dan prasarana serta
transparan dan tenaga pengajar pada
berbasis penyelenggaraan
kompetensi lembaga pendidikan
dan pelatihan
3 Meningkatan tata 1 Meningkatnya 1 Meningkatkan 1 Penetapan indikator
pemerintahan tranparansi dan pengawasan kinerja daerah,
yang baik, bersih, akuntabilitas internal dan perangkat daerah dan
transparan dan dalam eksternal serta individu aparatur
akuntabel penyelenggaraan pengawasan 2 Penertiban dan tindak
pemerintahan masyarakat dan lanjut Laporan Harta
ketegasan Kekayaan
tindak lanjut Penyelenggara
Negara (LHKPN)
2 Meningkatkan 3 Peningkatan
transparansi kapasitas
dalam pengawasan melalui
pengelolaan peningkatan
keuangan independensi
daerah Aparatur
Pengawasan Internal
Pemerintah (APIP)
3 Meningkatkan 4 Peningkatan jumlah,
kompetensi kompetensi dan
dan integritas integritas auditor
aparatur intern dan ekstern
pengadaan 5 Pengembangan
barang dan jasa sistem pengaduan
masyarakat yang
efektif
4 Melakukan 6 Percepatan
penguatan penerapan standar
kelembagaan akuntansi pemerintah
pengadaan berbasis accrual
barang dan jasa
5 Mengembangk 7 Pemantapan
an dan implementasi Sistem
memanfaatkan Akuntabilitas Kinerja
sistem Instansi Pemerintah
informasi (SAKIP)

12
dalam 8 Peningkatan kualitas
penyelenggaraa implementasi sistem
n pemerintah procurement
(e-
Government)
6 Melakukan 9 Implementasi
penyempurnaa penyelenggaraan
n kebijakan pemerintahan yang
penyelenggaraa berbasis teknologi
n pemerintahan informasi dan
desa komunikasi yang
/nagari/kelurah efektif dan efisien
an
7 Meningkatkan 1 Peningkatan
keterbukaan 0 transparansi melalui
dan akses pengelolaan dan
masyarakat pelayanan informasi
terhadap public
informasi 1 Penataan
public 1 pemerintahan
nagari/desa/keluraha
n
8 Meningkatkan 1 Peningkatan
kualitas produk 2 pengamanan dan
hukum daerah penertiban Barang
Milik Daerah (BMD)
1 Modrenisasi
3 pengelolaan barang
milik daerah
1 Peningkatan kualitas
4 proses pengadaan
barang dan jasa
1 Penyusunan
5 Peraturan
pengelolaan
pendapatan daerah
1 Peningkatan
6 efektifitas dan
efisiensi pengelolaan
keuangan daerah
1 Pengembangan
7 sistem informasi
pengelolaan
keuangan daerah
1 Peningkatan
8 kompetensi aparatur
pengelola keuangan
daerah

13
1 Pelaksanaan
9 pembinaan
pengelolaan
keuangan daerah
Kabupaten/Kota
yang sesuai dengan
peraturan
perundangan yang
berlaku
2 Penerapan tertib arsip
0 daerah berbasis
teknologi informasi
2 Penyusunan produk
1 hukum daerah yang
responsif terhadap
kepemerintahan yang
baik
2 Meningkatnya 1 Meningkatkan 1 Penyelasaran fungsi
sinergitas antara keterpaduan , perencanaan,
pelaku sinergitas, penganggaran,
pembangunan sinkronisasi monitoringdan
dalam dan kerjasama evaluasi serta
pencapaian dalam pelaporan berbasis
sasaran pengelolaan Teknologi Informasi
pembangunan pembangunan Komunikasi (TIK)
2 Meningkatkan 2 Peningkatan
kualitas dan transparansi melalui
sinergitas pengelolaan dan
proses pelayanan informasi
penyusunan public
perencanaan 3 Peningkatan kualitas
pembangunan koordinasi dengan
daerah semua stakeholder
terkait
Misi 4 : Mewujudkan jaminan kesehatan untuk seluruh masyarakat
1 Meningkatkan 1 Meningkatnya Meningkatkan 1 Peningkatan
perlindungan cakupan jaminan efektifitas
sosial dan pelayanan kesehatan pembiayaan
jaminan kesehatan masyarakat kesehatan
kesehatan program kurang mampu 2 Peningkatan
masyarakat Jaminan ketidaktepatan
peserta program Kesehatan sasaran pemberian
Jaminan Sumbar Sakato jaminan kesehatan
Kesehatan bagi masyarakat
Sumbar Sakato miskin
Sumber: Rencana Strategis Dinkes Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021

14
2.2.3 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi

Pembentukan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera


Barat berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 4 Tahun
2008 tentang tentang Pembentukan Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Daerah
Provinsi Sumatera Barat dan Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 99
Tahun 2009 tentang Rincian Tugas Pokok Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Barat dan Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 55
Tahun 2009 tentang Rincian Tugas Pokok Fungsi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat.
BAB 3 : Tugas Pokok dan Fungsi
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat mempunyai tugas melaksanakan
Urusan Pemerintahan Daerah di Bidang Kesehatan. Untuk menyelenggarakan
tugas pokok Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat mempunyai fungsi sebagai
berikut:
a. Perumusan kebijakan teknis bidang kesehatan
b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang
kesehatan
c. Pembinaan dan fasilitasi bidang kesehatan lingkup provinsi dan
kabupaten/kota
d. Pelaksanaan kesekretariatan Dinas
e. Pelaksanaan tugas di bidang Penanggulangan Penyakit dan Bencana, Sumber
Daya Kesehatan, Informasi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, dan
Peningkatan Pelayanan Kesehatan
f. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang kesehatan
g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas dan
fungsinya.

BAB 4 : Struktur Organisasi

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat dipimpin oleh seorang Kepala


Dinas Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Gubernur
melalui Sekretaris Daerah. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Dinas dibantu
oleh: (struktur organisasi terlampir).

15
a. Sekretariat, terdiri dari :
1) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
2) Sub Bagian Keuangan
3) Sub Bagian Program
b. Bidang Penanggulangan Penyakit dan Bencana terdiri dari:
1) Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
2) Seksi Penyehatan Lingkungan
3) Seksi Penanggulangan Masalah Akibat Bencana
c. Bidang Sumber Daya Kesehatan terdiri dari :
1) Seksi Diklat dan Litbang
2) Seksi Perbekalan Kesehatan
3) Seksi Pembiayaan Kesehatan dan Kerjasama Luar Negeri
d. Bidang Informasi Kesehatan & Pemberdayaan Masyarakat terdiri dari
1) Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
2) Seksi Pengawasan dan Tekhnologi Kesehatan
3) Seksi Informasi Kesehatan dan Pelaporan
e. Bidang Peningkatan Pelayanan Kesehatan terdiri dari :
1) Seksi Upaya Kesehatan Masyarakat dan Rujukan
2) Seksi Gizi dan Kesehatan Keluarga
3) Seksi Akreditasi dan Sertifikasi Kesehatan
f. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan terdiri dari:
1) Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM)
2) Balai Laboratorium Kesehatan (Labkes)
3) Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat & Pelatihan Kesehatan
4) (Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Lb.Alung
g. Selain itu terdapat juga empat UPT (Unit Pelaksana Teknis) Pemerintah
Daerah yang langsung bertanggungjawab kepada gubernur melalui sekretaris
daerah Provinsi yaitu:
1) RSUD Achmad Mucthar Bukittinggi
2) RSUD Pariaman
3) RSUD Solok
4) RS Jiwa HB Sa’anin Padang

16
Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintah daerah, peran
Provinsi dalam pembagian urusan Pemerintah Daerah bidang kesehatan yaitu:
1. Urusan Upaya Kesehatan
a. Pengelolaan UKP rujukan tingkat daerah provinsi/lintas daerah
Kabupaten/Kota.
b. Pengelolaan UKM Daerah Provinsi dan rujukan tingkat Daerah
provinsi/lintas daerah Kabupaten/Kota.
c. Penerbitan izin RS kelas B dan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
Daerah Provinsi.
2. Urusan Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan
Perencanaan dan pengembangan SDM Kesehatan untuk UKM dan UKP
Daerah Provinsi.
3. Urusan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Makanan Minuman
a. Penerbitan pengakuan pedagang besar farmasi (PBF) cabang dan cabang
penyalur alat kesehatan (PAK)
b. Penerbitan izin usaha kecil obat tradional (UKOT).
4. Urusan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan melalui tokoh provinsi,
kelompok masyarakat, organisasi swadaya masyarakat dan dunia usaha
tingkat provinsi.

Pada tahun 2017 terjadi perubahan struktur organisasi berdasarkan


Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 78 Tahun 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Provinsi
Sumatera Barat, dalam melaksanakan tugasnya Kepala Dinas dibantu oleh:
a. Sekretariat, terdiri dari :
1) Sub Bagian Program, Informasi dan Humas
2) Sub Bagian Keuangan dan Pengelolaan Aset
3) Sub Bagian Hukum, Kepegawaian dan Umum
b. Bidang Kesehatan Masyarakat:
1) Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi
2) Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat
3) Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahrga

17
c. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
1) Seksi Surveilans dan Imunisasi
2) Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
3) Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
d. Bidang Pelayanan Kesehatan
1) Seksi Pelayanan Kesehatan Primer
2) Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan
3) Seksi Pelayanan Kesehatan Tradisional
e. Bidang Sumber Daya Kesehatan terdiri dari :
1) Seksi Kefarmasian
2) Seksi Alat Kesehatan dan PKRT
3) Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan
f. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan terdiri dari:
1) Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM)
2) Balai Laboratorium Kesehatan (Labkes)
3) Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat & Pelatihan Kesehatan
4) Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Lb.Alung.

4.1.1 Program Pembangunan Kesehatan Provinsi Sumbar

Berdasarkan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan dari Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, maka Pembangunan Kesehatan Tahun 2015
dilaksanakan melalui 16 Program dan 180 (setelah perubahan) kegiatan pokok
sebagai berikut :

1. Program Pelayanan Adminstrasi Perkantoran (01) 16 kegiatan


2. Program Peningkatan Sarana Dan Prasarana Aparatur (02) 14 kegiatan
3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur (03) 1 kegiatan
4. Program Fasilitas Purna Tugas PNS (04) 1 kegiatan
5. Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur (05) 2 kegiatan
6. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporanan Capaian Kinerja
Keuangan (06) 3 kegiatan
7. Program Obat Dan Pembekalan Kesehatan (15) 7 kegiatan

18
8. Program Upaya Kesehatan Masyarakat (16) 30 kegiatan
9. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat (19) 9 kegiatan
10. Program Perbaikan Gizi Masyarakat (20) 7 kegiatan
11. Program Pengembangan Lingkungan Sehat (21) 9 kegiatan
12. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular (22) 31 kegiatan
13. Program Pengadaan Peningkatan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit/Rumah
Sakit Jiwa/Rumah Sakit Paru /Rumah Sakit Mata (26) 7 kegiatan
14. Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit/Rumah Sakit
Jiwa/Rumah Sakit Paru /Rumah Sakit Mata (27) 2 kegiatan
15. Program Peningkatan Sumber Daya Kesehatan (33) 25 kegiatan
16. Pencapaian Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan
(34) 18 kegiatan.
Dari 180 kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Barat tahun 2015, kegiatan pengawasan Tempat Pengolahan Makanan
terdapat dalam program pengembangan lingkungan sehat.

4.1.2 Kewenangan

Berdasarkan PP 38 tahun 2007, maka urusan pemerintah daerah provinsi


dalam bidang kesehatan mencakup :

1. Penyelenggaraan surveilans epidemiologi, penyelidikan KLB skala provinsi


2. Penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular skala
provinsi
3. Penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular
tertentu skala provinsi
4. Pengendalian operasional penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana
dan wabah skala provinsi
5. Penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan
skala provinsi
6. Penyelenggaraan surveilans gizi buruk skala provinsi
7. Pemantauan penanggulangan gizi buruk skala provinsi
8. Bimbingan dan pengendalian pelayanan kesehatan haji skala provinsi

19
9. Pengelolaan pelayanan kesehatan rujukan sekunder dan tersier tertentu
10. Bimbingan dan pengendalian upaya kesehatan pada daerah perbatasan,
terpencil, rawan dan kepulauan skala provinsi
11. Registrasi, akreditasi, sertifikasi sarana kesehatan sesuai peraturan
perundang-undangan.
12. Pemberian rekomendasi izin sarana kesehatan tertentu yang diberikan oleh
pemerintah.
13. Pemberian izin sarana kesehatan meliputi Rumah Sakit Pemerintah kelas B
non pendidikan, Rumah Sakit Khusus, Rumah Sakit Swasta serta sarana
kesehatan penunjang yang setara
14. Pengelolaan/penyelenggaraan, bimbingan, pengendalian jaminan
pemeliharaan kesehatan skala provinsi
15. Penempatan tenaga kesehatan strategis, pemindahan tenaga tertentu antar
kab/kota skala provinsi
16. Pendayagunaan tenaga kesehatan skala provinsi
17. Pelatihan diklat fungsional dan teknis skala provinsi
18. Registrasi, akreditasi, sertifikasi tenaga kesehatan sesuai peraturan
perundang-undangan
19. Pemberian rekomendasi izin tenaga kesehatan asing
20. Penyediaan dan pengelolaan buffer stock obat provinsi, alat kesehatan,
reagensia dan vaksin lainnya skala provinsi
21. Sertifikasi sarana produksi dan distribusi alat kesehatan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) Kelas II
22. Pemberian rekomendasi izin industri komoditi, PBF dan Pedagang Besar Alat
Kesehatan (PBAK)
23. Pemberian izin PBF Cabang dan IKOT
24. Penyelenggaraan promosi kesehatan skala provinsi
25. Bimbingan dan pengendalian norma, standar, prosedur dan kriteria bidang
kesehatan
26. Penyelenggaran penelitian dan pengembangan kesehatan yang mendukung
perumusan kebijakan provinsi
27. Pengelolaan survei kesehatan daerah (surkesda) skala provinsi

20
28. Pemantauan pemanfaatan Iptek kesehatan skala provinsi
29. Penyelenggaraan kerjasama luar negeri skala provinsi
30. Pembinaan, monitoring, evaluasi dan pengawasan skala provinsi
31. Pengelolaan SIK (Sistem Informasi Kesehatan) skala provinsi

4.1.3 Sumber Daya Kesehatan

Upaya kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil guna bila pemenuhan
sumber daya kesehatan dapat memadai dan seimbang sesuai kebutuhan.Sumber
daya kesehatan dapat diukur dengan indikator Pembiayaan kesehatan, tenaga
kesehatan dan sarana kesehatan.

4.1.3.1 Pembiayaan Kesehatan

Upaya kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil guna bila pemenuhan
sumber daya kesehatan dapat memadai dan seimbang sesuai kebutuhan. Sumber
daya kesehatan dapat diukur dengan indikator Pembiayaan kesehatan, tenaga
kesehatan dan sarana kesehatan.
Dalam rangka percepatan pembangunan kesehatan di Provinsi Sumatera
Barat dan memperluas cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, program
kesehatan di tunjang oleh pembiayaan dari berbagai sumber antara lain APBN,
APBD dan DAK Provinsi Sumatera Barat
Program Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016 dibuat
berdasarkan kepada Rencana Program Jangka Menengah Daerah (RPJMD),
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, Rencana Kerja
Pemerintah dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah serta Kebijakan Umum
Anggaran (KUA) Provinsi Sumatera Barat.Dari 16 (enam belas) program
pembangunan yang dilakukan pada Tahun 2016, meliputi Belanja Langsung
Urusan Pokok 6 (enam) program dan Belanja Langsung Urusan Wajib 10
(sepuluh) program sebagai berikut :
1) Belanja Langsung Urusan Pokok
a. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
b. Program Peningkatan Sarana & Prasarana Aparatur
c. Program Peningkatan Disiplin Aparatur
d. Program Fasilitas Purna Tugas PNS

21
e. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
f. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja
dan Keuangan
2) Belanja langsung urusanwajib.
a. Program Obat dan PerbekalanKesehatan
b. Program Upaya KesehatanMasyarakat
c. Program Promosi Kesehatan dan PemberdayaanMasyarakat
d. Program Perbaikan GiziMasyarakat
e. Program Pengembangan LingkunganSehat.
f. Program Pencegahan dan Penanggulangan PenyakitMenular
g. Program Pengadaan Peningkatan dan Prasarana RS/ RS Jiwa/RS Paru/RS
Mata
h. Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana RS /RS Jiwa/RS Paru/RS Mata
i. Program Peningkatan Sumber Daya ManusiaKesehatan
j. Program Kebijakan & Manajemen PembangunanKesehatan
Tabel 2. 2 Dukungan Dana APBD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016

Jumlah Dana Realisasi


No Kegiatan Fisik Keuangan
(Rp.)
(%) Rp %
1 Belanja Tidak Langsung 33.570.343.838 100 31.725.143.778 94,55
(Gaji, Tunda, THR,
Insentif)
2 Belanja Langsung (16 124.051.570.815 99,22 119.890.159.433 96,67
prog, 181 Keg)
Total 157.621.914.653 99,61 151.615.303.211 96,19
Sumber: Profil Kesehatan 2016 Dinkes Provinsi Sumbar
Pada tabel 2.2 terlihat persentase realisasi anggaran kesehatan (Belanja
Tidak Langsung dan Belanja Langsung) adalah realisasi fisik sebesar 99,61%
dan realisasi keuangan sebesar 96,19%. Secara keseluruhan pencapaian
kinerja dapat diwujudkan dengan baik tanpa menghabiskan seluruh anggaran
yang tersedia atau dapat dinyatakan bahwa dalam pencapaian sasaran dapat
dilakukan efisiensi atau penghematan anggaran. Kelebihan anggaran yamg
ada dialokasikan untuk program Jaminan Kesehatan Nasional bagi
masyarakat Sumatera Barat yang mendekati miskin

22
BAB 5 : Tenaga Kesehatan

Jumlah tenaga yang ada dimiliki oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Barat dan 4 (empat) Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Tahun 2016 dalam
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dapat dilihat pada tabel 2.6

Tabel 2. 3 Jumlah Tenaga di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat dan


UPTD Tahun 2016

BKOM
No Jenis Tenaga Dinkes BKIM Labkesda & BP4 Jumlah
Pelkes
1 Dokter spesialis 0 3 1 0 2 6
2 Dokter umum 5 0 1 1 10 17
3 Dokter Gigi 0 1 0 0 0 1
4 Kesmas (M.Kes) 29 4 0 7 0 40
5 Apoteker 1 2 0 0 1 4
6 M. Biomed 2 0 4 0 0 6
7 Kesmas (SKM) 34 5 2 4 3 48
8 S.Kep 1 1 0 1 8 11
9 Perawat 4 16 3 0 25 48
10 Bidan 6 0 1 1 0 8
11 Sanitarian 4 0 0 3 0 7
12 Nutritionis 3 0 0 0 1 4
13 Farmasi 6 1 1 0 2 10
14 Teknisi medis 1 7 25 0 11 44
15 Non kesehatan 82 12 19 35 22 170
Total 178 52 57 51 85 423
Sumber: Profil PPSDMK Tahun 2016 Dinkes Provinsi

Tabel 2.3 memperlihatkan bahwa dari 423 tenaga yang ada di Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Barat dan UPTD, sebagian besar adalah tenaga non
kesehatan yaitu sebanyak 170 orang (41%). Pada Dinas Kesehatan pun dapat
dilihat bahwa tenaga kerja didominasi oleh tenaga non kesehatan, yaitu sebanyak
82 orang (46%) dari keseluruhan tenaga yang ada di Dinas Kesehatan.

Tabel 2. 4 Jumlah Tenaga Kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat


Masing-masing Sekretariat/Bidang Tahun 2016

No Sekretariat/Bidang Jumlah Pegawai


1 Kepala Dinas + Sekretaris + Kepala Bidang 6

23
2 Sekretariat 46
3 Bidang Penanggulangan Penyakit & Bencana 34
4 Bidang Sumber Daya Kesehatan 19
5 Bidang Peningkatan Pelayanan Kesehatan 36
6 Bidang Infokes & Pemberdayaan Masyarakat 17
7 Pengemudi 9
8 Cleaning servis 10
Total 178
Sumber: Profil PPSDMK Tahun 2016 Dinkes Provinsi Sumbar
Tabel 2.4 memperlihatkan bahwa untuk tenaga yang ada pada masing-masing
bidang di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat terbanyak adalah pada bidang
sekretariat yaitu sebanyak 46 orang (26%). Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan
dari bidang sekretariat yang membutuhkan banyak personel dalam melaksanakan
tugasnya.

BAB 6 : Sarana Kesehatan


1. Puskesmas
Sarana kesehatan yang dimiliki sampai saat ini mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Berikut adalah distribusi fasilitas kesehatan tingkat desa yang
ada di Kabupaten/Kota di wilayah kerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Barat.

Table 2. 5 Distribusi Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Desa di Dinas


Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016

Puskesmas
N Dokte Mamp Kelas
Kabupaten/Kota Ruang Mamp
o Jml r Rawata u Ibu
Bersali PKRT u PP-
Umu n PONE Hami
n KtP
m D l

24
Kab. Kep
1 22 6 11 13 8 8 11 0
Mentawai
Kab. Pesisir
2 18 18 11 8 11 2 18 0
Selatan
3 Kab. Solok 13 16 7 7 11 0 18 0
4 Kab. Sijunjung 12 12 9 6 9 3 12 4
5 Kab. Tanah Datar 8 23 7 7 7 2 23 2
Kab.
6 8 25 10 7 10 0 25 6
Pdg.Pariaman
7 Kab. Agam 6 31 10 8 11 23 23 2
8 Kab. 50 Kota 22 22 4 4 4 6 22 2
9 Kab. Pasaman 7 16 6 3 6 1 16 0
Kab. Solok
10 4 8 4 5 4 0 0 0
Selatan
Kab.
11 7 17 6 5 7 13 13 6
Dharmasraya
Kab. Pasaman
12 19 31 9 8 8 0 175 0
Barat
13 Padang 25 22 0 0 0 0 0 0
14 Solok 23 21 1 1 1 4 4 4
15 Sawahlunto 18 6 11 2 2 2 4 36
16 Padang Panjang 23 7 0 0 0 1 3 0
17 Bukittinggi 4 7 1 1 1 7 7 7
18 Payakumbuh 12 8 2 2 2 1 8 2
19 Pariaman 16 7 2 2 2 7 7 2
SUMBAR 267 303 111 89 104 80 389 73
Sumber: Profil Kesehatan 2016 Dinkes Provinsi Sumbar
Dari tabel dapat dilihat bahwa jumlah puskesmas sebanyak 267 unit yang
tersebar di seluruh Kabupaten/Kota. Sesuai Permenkes No 75 Tahun 2014 bahwa
setiap puskesmas setidaknya memiliki satu orang dokter/dokter layanan primer.
Namun, dari jumlah dokter umum yang tersaji di dalam tabel dapat disimpulkan
bahwa masih ada puskesmas yang belum memiliki dokter tetap di puskesmasnya,
yaitu masih terdapat 7 Kabupaten/Kota yang kekurangan tenaga dokter.
Kekurangan paling banyak yaitu di Kabupaten Mentawai, baru ada 6 dokter
dengan jumlah puskesmas sebanyak 22 unit.

2. Rumah Sakit
Untuk sarana pelayanan kesehatan rujukan saat ini telah ada 66 unit
dengan perincian:
1) Rumah Sakit Pemerintah termasuk rumah sakit TNI/Polri 26 unit terdiri dari:
- RS Pemerintah kelas A 1 unit yaitu RS jiwa Hb Saanin;

25
- RS pemerintah kelas B 4 unit, yaitu RSUP Dr. M. Djamil, RS Achmad
Muchtar, RSUD Solok dan RS Nasional Stroke;
- RS pemerintah kelas C 16 unit;
- RS pemerintah kelas D 1 unit, yaitu RSUD Mentawai.
2) Rumah sakit swasta sebanyak 40 unit meliputi Rumah Sakit umum 14 unit
dan rumah sakit khusus 26 unit.
Rumah Sakit se Sumatera Barat telah memiliki 5.592 tempat tidur terdiri
atas 3.876 tempat tidur pada RS pemerintah dan 1.716 tempat tidur pada RS
swasta. Berdasarkan data ini kebutuhan tempat tidur di Provinsi Sumatera Barat
telah terpenuhi.
Untuk upaya kesehatan perorangan Sumatera Barat telah mempunyai
beberapa keunggulan RS seperti RSUP Dr. M.Djamil Padang sebagai unggulan
pelayanan jantung untuk Sumatera Bagian Tengah, dijadikan RSUP Bukittinggi
sebagai Rumah Sakit Pusat Sroke Nasional, sedangkan RSAM Bukittinggi untuk
unggulan pelayanan Orthopedy dan Tympanoplasty, RSJ. Hb Saanin dengan
pelayanan ketergantungan obat dan Napza.

6.1 Gambaran umum Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan


Olahraga

6.1.1 Visi dan Misi Program Lingkungan Sehat

Visi : Lingkungan yang Aman Bagi Masyarakat


Misi :
1. Mengamankan kualitas lingkungan untuk mencegah dampak yang merugikan
kesehatan
2. Mengembangkan kemitraan para pelaku pembangunan untuk mengamankan
kualitas lingkungan
3. Mendorong kemandirian masyarakat untuk mengamankan kualitas
lingkungan

4. Memelihara dan Meningkatkan pelayanan kesehatan lingkungan yang


bermutu dan terjangkau.

26
6.1.2 Tugas Pokok dan Fungsi

1. Tugas
Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga, mempunyai
tugas penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional,
bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di
bidang kesehatan lingkungan kesehatan kerja dan olahraga.
2. Fungsi
Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga mempunyai
fungsi :
a. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis perencanaan dan program
kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga
b. Pelaksanaan pelayanan administrasi, teknis pengembangan dan fasilitas
kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga.

3. Rincian Tugas
a. Mengumpulkan data dan bahan untuk penyusunan kegiatan seksi
kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga
b. Menyusun Rencana kegiatan tahunan seksi kesehatan lingkungan,
kesehatan kerja dan kesehatan olahraga
c. Melaksanakan pengawasan, pemeriksaan, pengujian sampel serta
pengendalian pencemaran lingkungan al : Amdal disarana pelayanan
kesehatan, Tempat-Tempat Umum , Tempat Pengolahan Makanan, Sanitasi
Kesehatan Haji, Sanitasi Pengungsian, Limbah Medis disarana kesehatan,
Pengawasan Kawasan Sehat dll
d. Pengawasan Air Minum dan Sanitasi Dasar
e. Pengendalian Faktor Risiko Lingkungan
f. Melaksanakan upaya kesehatan kerja yang meliputi sektor formal maupun
informal penyiapan perumusan kebijakan pelayanan kesehatan kerja,
kapasitas kerja, lingkungan kerja, kemitraan kesehatan kerja dan kesehatan
perkotaan dan olahraga.
g. Penyiapan bimbingan teknis, evaluasi dan penyusunan laporan kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga

27
h. Menyiapkan pedoman pelaksanaaan tugas dan kegiatan kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga
i. Menyiapkan bahan fasilitasi pelaksanaan tugas dan kegiatan kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga
j. Melaksanakan dan mengkoordinasikan kegiatan dengan unit kerja terkait
k. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai tugas dan
fungsinya.
Secara Teknis tugas pokok dan fungsi Seksi Kesehatan Lingkungan,
Kesehatan Kerja dan Olahraga di aplikasikan dalam kegiatan :

1. Penyehatan Air
2. Pengelolaan Tinja dan Limbah Rumah Tangga
3. Pengamanan Limbah
4. Sanitasi Tempat-Tempat Umum
5. Penyehatan Tempat Pengelolaan Makanan
6. Penyehatan Perumahan
7. Pengamanan Pestisida
8. Program Kabupaten/Kota Sehat.

6.1.3 Sarana dan Prasarana

1. Sarana dan Prasarana yang ada di Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan


Kerja dan Olahraga tahun 2016 adalah :
a. Jumlah tenaga yang ada Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja
dan Olahraga berjumlah 9 orang yang terdiri dari 1 (satu) orang Kepala
Seksi dan 8 orang Staf
b. Inventaris ruangan seperti komputer, meja, lemari, kursi dll

6.1.4 Pembiayaan Kegiatan Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja


dan Olahraga
Berikut adalah anggaran dana dari seksi kesehatan lingkungan, kesehatn
Kerja dan Olahraga pada tahun 2016.
Table 2. 6 Anggaran Dana di Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan
Olahraga Tahun 2016

No Kegiatan Anggaran Dana

28
(Rp)
1 Supervisi Pengawasan dan Pemantauan Hygiene Sanitasi 101.508.000
Lingkungan
2 Workshop program Pengembangan Kab/Kota Sehat 35.888.600
3 Workshop Sanitasi Rumah Sakit 62.864.000
4 Pemantauan Percepatan Sanitasi Permukiman dan Penilaian 63.510.600
Lingkungan Bersih dan Sehat
5 Workshop Pamsimas dan Penyehatan Lingkungan lainnya 186.595.000
6 Pengelolaan Pemantauan lingkungan UPTD 36.454.000
Total 486.820.200
Sumber : Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dana yang dianggarkan untuk
program pada Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga belum
dirinci sesuai program yang ada pada seksi tersebut. Program Pengawasan Tempat
Pengolahan Makanan tidak dialokasikan secara khusus dalam anggaran yang
dibuat, namun masih digabungkan dalam program pengawasan hygiene sanitasi
lingkungan secara umum dengan anggaran sebesar Rp. 101.508.000.

6.1.5 Gambaran Keadaan Lingkungan

Gambaran keadaan lingkungan di Provinsi Sumatera Barat terutama dari


indikator-indikator persentase rumah sehat dan persentase tempat-tempat umum
serta tempat pengelolaan makanan sehat. Disamping itu ada juga indikator lain
yang sangat menunjang keadaan suatu lingkungan yang sehat antara lain
persentase keluarga yang memiliki akses terhadap air minum dan jamban yang
sehat, gambaran masing-masing indikator lingkungan diantaranya adalah :

1. Rumah Sehat

29
Gambar 2. 1 Cakupan Rumah Sehat Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera
Barat Tahun 2016
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016

Dari kompilasi data yang dikumpulkan melalui Profil Kesehatan


Provinsi Sumatera Barat tahun 2016 rumah tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan adalah 70% masih jauh dari target 87%. Cakupan rumah sehat yang
paling rendah yaitu di Kabupaten Pasaman (45%) dan yang tertinggi di Padang
Panjang (100%).

Faktor yang mempengaruhi rumah sehat diantaranya adalah tingkat


ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat yang akan mempengaruhi prilaku
masyarakat itu sendiri terhadap lingkungannnya. Secara umum keadaan rumah
sudah memenuhi syarat, namun terdapat pencemaran lingkungan akibat sampah,
limbah yang tidak terkelola dengan baik, dan ternak yang dekat dengan rumah,
sehingga menyebabkan dampak terhadap lingkungan rumah. Hal yang yang perlu
mendapat perhatian bersama adalah masyarakat yang kurang menyadari bahwa
lingkungan dan rumah sehat sangat penting untuk menghindari diri dari penyakit-
penyakit yang disebabkan lingkungan yang tidak sehat.

2. Tempat-Tempat Umum Sehat

30
Gambar 2. 2 Cakupan Tempat Tempat Umum Sehat Kabupaten/Kota
Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016

Tempat-Tempat Umum (TTU) merupakan suatu sarana yang dikunjungi


banyak orang dan berpotensi menjadi tempat penyebaran penyakit.TTU
merupakan tempat kumpulan orang banyak sehingga agak susah untuk
pengelolaannya terutama untuk kebersihan lingkungannya, seperti pasar, tempat
wisata, bioskop, hotel penginapan dan lain-lain.

Cakupan Tempat-Tempat Umum (TTU) sehat pada tahun 2016 mencapai


62% dengan target 87%. Dari grafik dapat dilihat bahwa beberapa
Kabupaten/Kota telah lebih dari target yaitu Kota Sawahlunto (100%), Kabupaten
Sijunjung (90%), dan Kota Payakumbuh (93%). Sedangkan cakupan terendah
yaitu di Kabupaten Mentawai sebesar 26%.

Pengelolaan sampah di TTU ini sangat erat kaitannya dengan perilaku


pengunjung sehingga cukup sulit untuk diatasi. Selain itu, sarana yang ada di TTU
sangat mempengaruhi kebersihan di TTU, seperti sarana air bersih, jamban, dan
tempat sampah.

3. Tempat Pengolahan Makanan

31
Gambar 2.3 Cakupan Tempat Pengolahan Makanan Sehat
Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016
Tempat Pengolahan Makanan (TPM) seperti restoran, jasaboga, air minum
isi ulang dan makanan jajanan yang sehat dalah TPM yang memiliki sarana air
bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi
yang baik, luas lantai (luas ruangan) yang sesuai dengan banyaknya pengunjung
dan memiliki pencahayaan ruang yang memadai.

Cakupan Tempat Pengolahan Makanan (TPM) sehat pada tahun 2016 yang
memenuhi syarat kesehatan hanya 58,3% dengan target 85%. Dari 19
Kabupaten/Kota yang ada baru satu Kabupaten/Kota yang mencapai target, yaitu
Kota Bukittinggi (88%). Sedangkan yang terendah yaitu Kabupaten Pasaman
Barat (26,2%).

4. Akses Air Minum Berkualitas

32
Gambar 2. 4 Cakupan Akses Air Minum Berkualitas/Layak Kabupaten/Kota
Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016
Gambaran sumber air minum di masyarakat Sumatera Barat adalah
berumber dari sumur gali terlindung, sumur gali dengan pompa, sumur bor
dengan pompa, terminal air, mata air terlindung, penampungan air hujan, dan
PDAM. Selain itu, juga ada yang memilih sumber air minum dari penyelenggara
air minum yang ada di masyarakat. Akses air minum layak di masyarakat yang
ada di Kabupaten/Kota sudah mencapai target dengan capaian 79,1% dari target
68%. Dari grafik dapat dilihat bahwa cakupan yang amsih rendah capaiannya
yaitu di Kabupaten Mentawai (15%).

5. Akses Jamban

33
Gambar 2. 5 Cakupan Jamban Sehat Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera
Barat Tahun 2016
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016
Akses terhadap jamban yang sehat di Sumatera Barat belum mencapai
target yang ditetapkan, yaitu sebesar 68% dari target 75%. Akses jamban yang
masih rendah dipengaruhi oleh perilaku masyarakat sangat sulit untuk dirobah
yaitu buang air besar di sungai. Kabupaten yang capaiannya paling rendah yaitu
Kabupaten Mentawai dengan capaiannya hanya sebesar 15,9%.

6. Kabupaten/Kota sehat
Dari 19 Kabupaten /kota yang ada sampai tahun 2016, ada 16
kabupaten/Kota yang telah mengikuti verifikasi kabupaten /kota sehat , 2 (dua)
kabupaten /kota yang tidak mengikuti verifikasi kab/kota sehat pada tahun 2015
adalah Kabupaten Kepulauan Mentawai dan Kota Pariaman. Kabupaten/Kota
sehat cakupannya sudah mencapai 89,47%, namun jika dibandingkan dari
targetnya masih belum mencapai yaitu sebesar 100%.

Table 2. 7 Rekapitulasi Kinerja Program Kesehatan Lingkungan Kab/Kota


di Provinsi Sumatera Barat :
No Kab/Kota Rumah TTU TPM Air Akses
Sehat Minum Jamban
1 PADANG
2 PESISIR SELATAN

34
3 DHARMASRAYA
4 SIJUNJUNG
5 SOLOK SELATAN
6 PAYAKUMBUH
7 SAWAHLUNTO
8 50 KOTA
9 BUKITTINGGI
10 KOTA SOLOK
11 PARIAMAN
12 PASAMAN BARAT
13 PADANG PARIAMAN
14 AGAM
15 KAB SOLOK
16 TANAH DATAR
17 PADANG PANJANG
18 MENTAWAI
19 PASAMAN
: Tidak mencapai target
: Mencapai target
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Kab/Kota yang belum mencapai
target untuk semua indikator yaitu Kabupaten Mentawai, Kabupaten Solok, dan
Kabupaten Padang Pariaman. Sedangkan untuk Kab/Kota dengan pencapaian
terbaik yaitu Kota Payakumbuh dengan pencapaian 4 indikator dan satu indikator
yang belum tercapai, yaitu tempat pengolahan makanan sehat.

35
BAB 7 : ANALISIS MASALAH

7.1 Identifikasi Masalah


Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan analisis situasi (mengkaji
keadaan) pada hasil layanan atau dapat juga pada keluaran pelayanan. Dala hal ini
penulis menggunakan dua pendekatan dalam melakukan identifikasi, yaitu
pendekatan logis dan pendekatan politis.
1. Pendekatan Logis. Identifikasi masalah kesehatan melalui pendekatan logis
dilakukan dengan cara melihat dan menganalisis data-data yang ada. Sumber
informasi yang digunakan adalah laporan tahunan Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Barat, Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat,
dan Laporan pada seksi Kesehatan Lingkungan,Kesehatan Kerja dan
Olahraga di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat.
2. Pendekatan Politis. Dalam pendekatan ini identifikasi dilakukan melalui
diskusi dengan Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan,Kesehatan Kerja dan
Olahraga.
Berdasarkan pendekatan ini ditemukan beberapa masalah yang ditemukan
di seksi Penyehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga yaitu sebagai
berikut:
Tabel 3. 1 Hasil Identifikasi Masalah Kesehatan Masyarakat di Seksi Kesehatan
Lingkungan, Kesehatan Kerja dan OlahragaDinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Barat Tahun 2016

Target Cakupan Kesenjangan


No Masalah
% % %

1 Akses air minum 68 79,1 11,1


2 Akses jamban 75 68,0 -7
3 Cakupan rumah sehat 87 70 -17
4 Cakupan tempat umum sehat 87 62 -25
Cakupan tempat pengelolaan
5 85 58 ,3 -26,7
makanan
6 Kabupaten/Kota Sehat 100 89 ,47 -10,53

36
Dari identifikasi diatas ditemukan beberapa program yang belum
mencapai target,yaitu :
a. Cakupan jamban sehat masih rendah (68% dari target 75%, kesenjangan 7%)
b. Cakupan rumah sehat masih rendah (70% dari target 87%, kesenjangan 17%)
c. Cakupan tempat umum sehat masih rendah (62% dari target 87%, kesenjangan
25%)
d. Cakupan tempat pengelolaan makanan sehat masih rendah (58,3% dari target
85%, kesenjangan 26,7%)
e. Cakupan kota sehat masih rendah (89,47% dari target 100%, kesenjangan
10,53%)
7.2 Penetapan Prioritas Masalah

Dalam menetapkan prioritas masalah ada beberapa pertimbangan yang harus


diperhatikan, yakni: besarnya masalah yang terjadi, pertimbangan politik, persepsi
masyarakat, dan bisa tidaknya masalah tersebut diselesaikan.Secara garis besar
pemilihan prioritas maslaah dilakukan dengan dua cara yaituScoring Technique
(Metode Penskoran) dan Non Scoring Technique.

Penetapan prioritas masalah yang ada di Seksi Kesehatan Lingkungan,


Kesehatan Kerja dan Olahraga ini penulis menggunakan teknik scoring Metode
Criteria Utility Assesment (MCUA).Metode ini digunakan dalam menetapkan
keputusan tentang prioritas masalah.Batasan untuk menunjang alternatif-alternatif
sesuai kebutuhan.Kriteria yang dipakai meliputi kriteria besar masalah, kriteria
masalah, kemampuan menyelesaikan masalah, dampak bagi masyarakat dan
Komitmen Politis. Penentuan nilai masalah adalah jumlah perkalian dari masing-
masing pembobotan (pembobotan dari 1-5) dengan nilai skor setiap kriteria
MCUA sebagai berikut:

1. Besar masalah
Sesuatu yang berhubungan dengan kesenjangan antara kenyataan dengan
harapan.
a) Sangat besar (deviasi >50%) = skor 3
b) Sedang (deviasi 25-50%) = skor 2
c) Kecil (<25%) = skor 1
2. Keseriusan Masalah
Sesuatu yang berhubungan dengan melihat akibat masalah tersebut terhadap
produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan dan membahayakan
sistem atau tidak :

37
a) Sangat serius (jika memenuhi tiga indikator) = skor 3
b) Serius (jika memenuhi dua indikator) = skor 2
c) Kurang serius (jika hanya memenuhi satu indikator) = skor 1
3. Kemampuan Menyelesaikan
Usaha dan kegiatan yang dimiliki untuk menyelesaikan permasalahan.
a) Sangat Mudah (jika tersedia kriteria 5M+1T (man, money, method,
material, machine dan time) = skor 3
b) Mudah (jika hanya tersedia 4 kriteria dari 5 M (termasuk di dalamnya
money ditambah time) = skor 2
c) Tidak mudah (jika tidak tersedia kriteria money) = skor 1
4. Dampak bagi Masyarakat
Menimbulkan pengaruh positif atau negative, pengrusakan terhadap sesuatu
objek yang ditimbulkan oleh situasi atau keadaan tertentu di masyarakat :
a) Besar (menimbulkan dampak bagi komunitas/masyarakat) = skor 3
b) Sedang (menimbulkan dampak bagi rumah tangga) = skor 2
c) Kecil (menimbulkan dampak bagi individu) = skor 3
5. Komitmen politik
Sesuatu yang berhubungan dengan apakah masalah tersebut masuk dalam
program-program dan kebijakan-kebijakan oleh pengambil keputusan :
a) Besar (merupakan program prioritas kebijakan nasional dan tertuang
dalam Renstra dan RPJMD) = skor 3
b) Sedang (merupakan program prioritas Renstra dan RPJMD) = skor 2
c) Kecil (merupakan program prioritas dari SKPD) = skor 1
Tahapan ini dilakukan dengan mengalikan nilai pada masalah dengan
bobot pada masalah dan bobot pada masing-masing kriteria. Selanjutnya hasilnya
dijumlahkan sehingga diperoleh total skor masing-masing masalah. Hasil akhir
dari penentuan prioritas masalah seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja
dan Olahraga diperolehnya masalah tempat pengolahan makanan mempunyai nilai
total paling tinggi dengan skor 36.Adapun penetapan prioritas masalah dapat
dilihat dari tabel 3.1.
Tabel 3. 2 Penetapan Prioritas Masalah dengan Teknik MCUA di Seksi
Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun
2016
Cakupan Cakupan Kab/
Akses Cakupan
Rumah TPM sehat Kota Sehat
No Kriteria Bobot Jamban TTU sehat
Sehat
S BxS S BxS S BxS S BxS S BxS
1 Besar masalah 5 1 5 1 5 2 10 2 10 1 5
Keseriusan 8 1 4
2 Masalah 4 2 8 1 4 1 4 2

38
Kemampuan
3 Menyelesaikan 1 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2
Dampak bagi
4 Masyarakat 3 2 9 2 6 3 9 3 9 3 9
5 Komitmen politik 2 3 6 1 2 1 2 3 6 1 2
Jumlah 31 19 28 36 22
Peringkat II V III I IV

Pada tabel terlihat pemberian skor setiap masalah berbeda-beda. Alasan


pemberian skor sebagai berikut:
1. Cakupan jamban sehat masih rendah yaitu 68% dari target 75%
a. Untuk besar masalah diberi skor 1 karena kesenjangan capaian sebesar 7
%.
b. Keseriusan masalah diberi skor 2 karena pengaruh terhadap keberhasilan
program dan membahayakan sistem
c. Kemampuan menyelesaikan masalah diberi skor 3 karena tersedia kriteria
5M+1T
d. Dampak bagi masyarakat diberi skor 2 karena dampak tidak terlalu luas.
e. Komitmen politik diberi skor 3 karena merupakan program prioritas
kebijakan nasional dan tertuang dalam Renstra dan RPJMD
2. Cakupan Rumah sehat masih rendah yaitu 70% dari target 87%
a. Untuk besar masalah diberi skor 1 karena kesenjangan capaian yaitu 17%
b. Keseriusan masalah diberi skor 1 karena berpengaruh terhadap
keberhasilan program
c. Kemampuan menyelesaikan masalah diberi skor 2 karena tersedia kriteria
4M
d. Dampak bagi masyarakat diberi skor 1, karena menimbulkan dampak
terhadap keluarga
e. Komitmen politik diberi skor 1, karena merupakan program prioritas dari
satuan kerja perangkat daerah Dinas Kesehatan Provinsi
3. Cakupan TTU Sehat yaitu masih rendah 62% dari target 87%
a. Untuk besar masalah diberi skor 2 karena kesenjangan capaian sebesar
25%
b. Keseriusan masalah diberi skor 1 karena berpengaruh terhadap
keberhasilan program
c. Kemampuan menyelesaikan masalah diberi skor 3 karena tersedia kriteria
5M+1T
d. Dampak bagi masyarakat diberi skor 3, karena dapat menimbulkan
dampak yang terhadap masyarakat luas yang mengunjungi TTU.

39
e. Komitmen politik diberi skor 1, karena merupakan program prioritas dari
satuan kerja perangkat daerah Dinas Kesehatan Provinsi
4. Cakupan TPM Sehat masih rendah yaitu 58,3% dari target 85%
a. Untuk besar masalah diberi skor 2 karena kesenjangan capaian sebesar
26,7%
b. Keseriusan masalah diberi skor 2 karena berpengaruh terhadap
keberhasilan program dan membahayakan sistem
c. Kemampuan menyelesaikan masalah diberi skor 3 karena tersedia kriteria
5M+1T
d. Dampak bagi masyarakat diberi skor 3, karena penularan penyakit dapat
terjadi di tempat pengolahan makanan. Tempat Pengolahan Makanan yang
tidak sehat dapat menimbulkan berbagai penyakit, yang selanjutnya dapat
menurunkan kualitas sumber daya manusia
e. Komitmen politik diberi skor 3 karena merupakan program prioritas
kebijakan nasional dan tertuang dalam Renstra dan RPJMD
5. Cakupan Kota Sehat masih rendah yaitu 89,47% dari target100%
a. Untuk besar masalah diberi skor 1 karena kesenjangan capaian sebesar
10,53%
b. Keseriusan masalah diberi skor 1 karena berpengaruh terhadap
keberhasilan program
c. Kemampuan menyelesaikan masalah diberi skor 2 karena tersedia kriteria
4M+1T
f. Dampak bagi masyarakat diberi skor 3, karena dapat menimbulkan
dampak terhadap masyarakat luas
g. Komitmen politik diberi skor 1, karena merupakan program prioritas dari
satuan kerja perangkat daerah Dinas Kesehatan Provinsi.

7.3 Analisis Penyebab Masalah


Analisa penyebab masalah Rendahnya Cakupan TPM Sehat di Dinas
Kesehatan Provinsi Tahun 2016 dilakukan dengan menggunakan analisis tulang
ikan (Fish Bone). Analisis ini dipakai untuk mengkategorikan berbagai sebab
potensial dari satu masalah atau pokok persoalan dengan cara yang mudah
dimengerti dan rapi. Alat ini membantu dalam menganalisis apa yang
sesungguhnya terjadi dalam proses, yaitu dengan cara memecahkan proses
menjadi sejumlah kategori yang berkaitan dengan proses, mencakup manusia,
material, dana, dan metode.

40
Berdasarkan data yang diperoleh, hasil observasi, dan hasil wawancara
dengan kepala seksi dan pemegang program Kesehatan Lingkungan, Kesehatan
Kerja dan Olahraga di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera didapatkan
beberapa penyebab masalah masih rendahnya Tempat Pengolahan Makanan Sehat
di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat. Hasil analisis dapat dilihat pada
diagram fish bone di bawah ini:

41
Dana Metode

Anggaran di Cakupan
Provinsi/Kabupaten/kota
Tempat
untuk kegiatan Perda/perbup/perwako yg mengatur
Pengawasan TPM belum tentang TPM Belum ada. Pengolahan
memadai Makanan
Sehat
Masih
Rendah
(Target
Peralatan yg
mendukung utk Renstra
pengawasan TPM 85%,
belum memadai Kinerja petugas untuk
menjalankan program Pencapaian
pembinaan TPM di 58,3%)
lapangan belum optimal

Material Manusia

Gambar 3. 1 Diagram Fishbone Penyebab Rendahnya Cakupan Tempat Pengolahan Makanan Sehat di Dinas Kesehatan

Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016

42
1. Manusia
a. Kinerja petugas untuk Melakukan Pembinaan TPM masih kurang
Berikut adalah gambaran TPM yang dibina di setiap Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Barat.

Gambar 3. 2 Persentase Tempat Pengolahan Makanan yang Dibina di


Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat
Dari 19 Kabupaten/Kota baru 8 Kabupaten/Kota yang melakukan
pembinaan TPM 100%. Sisanya masih belum melaksanakan pembinaan terhadap
seluruh TPM yang ada di wilayah kerjanya. Kabupaten/Kota dengan persentase
terendah yaitu Kabupaten 50 Kota (6,9%) dan Kabupaten Pasaman (9,6%).

2. Metode
a. Peraturan Gubernur, bupati/walikota yang mengatur tentang TPM belum ada.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemegang program tempat
pengolahan makanan di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat yang
mengatakan belum adanya peraturan gubernur, bupati atau peraturan walikota
di Provinsi Sumatera Barat yang mengatur tentang tempat pengolahan
makanan secara umum. Ada beberapa daerah yang sudah memiliki Perda
terkait TPM, tapi baru mengatur mengenai Depot air minum.

Table 3. 3 Kabupaten Kota yang Sudah mempunyai Perda Depot Air Minum

43
N Perda
o Kabupaten/Kota DAMIU
1 Padang -
2 Pesisir selatan -
3 Dhamasraya -
4 Sijunjung √
5 Solok Selatan -
6 Kota Payakumbuh √
7 Sawah Lunto -
8 Kab. 50 Kota -
9 Kota Bukit Tinggi -
10 Kota Solok -
11 Kota Pariman -
12 Pasaman Barat -
13 Padang Pariaman -
14 Agam -
15 Kab. Solok -
16 Tanah Datar -
17 Kota Padang Panjang -
18 Mentawai -
19 Pasaman √
Jumlah 3

Berdasarkan tabel 3.3 diatas dapat dilihat bahwa baru 3 Kab/Kota


yang memiliki Perda tentang TPM, itupun baru mengatur tentang Depot Air
Minum. Berdasarkan Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2016-2019 dinyatakan bahwa untuk meningkatkan kesehatan
lingkungan strateginya adalah menyusun regulasi daerah dalam bentuk
peraturan Gubernur, dan Walikota/Bupati yang dapat menggerakkan sektor
lain di daerah untuk berperan aktif dalam pelaksanaan kegiatan penyehatan
lingkungan, termasuk pengawasan TPM.
3. Material
a. Peralatan yang mendukung Pemriksaan TPM belum memadai.
Dalam Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-
2021 yang menjadi salah satu lingkup kegiatan dalam program sanitasi TPM
adalah penyediaan peralatan pengawasan kualitas higiene sanitasi pangan siap
saji ( Food Contamination Test Kit) di setiap Kabupaten/Kota sebagai
penunjang pengawasan TPM di lapangan.

44
Food Contamination Test Kit merupakan alat test yang berfungsi
untuk mengetahui kandungan kimia dan mikrobiologi berbahaya secara cepat
(kualitatif) dalam makanan dan minuman. Pemeriksaan sampel makanan
dengan alat ini bertujuan untuk deteksi dini, dimana hasil pemeriksaan bisa
langsung diketahui saat pemeriksaan.

Table 3. 4 Kabupaten Kota yang Sudah mempunyai


Food Contamination Test Kit

No Kabupaten/Kota Food kit


1 Padang √
2 Pesisir selatan -
3 Dhamasraya -
4 Sijunjung √
5 Solok Selatan -
6 Kota Payakumbuh -
7 Sawah Lunto -
8 Kab. 50 Kota √
9 Kota Bukit Tinggi √
10 Kota Solok √
11 Kota Pariman -
12 Pasaman Barat -
13 Padang Pariaman -
14 Agam -
15 Kab. Solok -
16 Tanah Datar -
17 Kota Padang Panjang -
18 Mentawai -
19 Pasaman -
Jumlah 5

Dari tabel diatas dapat dilihat baru 5 Kabupaten/Kota yang


mempunyai Food Contamination Test Kit dari 19 Kabupaten/Kota. Hal ini
menjadi alasan kenapa pengawasan di lapangan masih kurang.

4. Dana
a. Anggaran di provinsi/kabupaten/kota untuk kegiatan pengawasan TPM belum
memadai.

45
Anggaran di Dinas Kesehatan Provinsi maupun di Dinas
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat dalam mengalokasikan anggaran
untuk program TPM baik itu dari dana APBN maupun dari APBD masih
kurang.
Berdasarkan Data laporan Tahunan Seksi Kesehatan Lingkungan,
Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2016, anggaran untuk program TPM
adalah sebesar Rp. 203.448.547 yang dialokasikan untuk kegiatan
pengawasan. Jika dibandingkan dengan kebutuhan untuk program TPM
sesuai dengan program dalam Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Barat Tahun 2016-2021, maka dana ini belum mencukupi untuk
merealisasikan program yang ada. Berikut adalah rincian kebutuhan dana
yang tertuang dalam renstra :

 Pemantauan dan pengamanan : Rp. 75.000.000


makanan sebanyak 6X : Rp. 201.870.680
 Pembinaan dan Pengawasanan
Makanan, Minuman dan Parcel : Rp. 74.547.000
 Workshop Makanan Jajanan
Anak Sekolah bagi Pengelola : Rp. 512.790.800
Program Kab/Kota : Rp. 864.208.480
 Pengawasan sarana air minum
 Total
Dari data kebutuhan dana diatas, jika dibandingkan dengan anggaran
yang ada pada tahun 2016 baru 23,5% dana yang tersedia dari kebutuhan
dana yang ada pada renstra.

Table 3. 5 Gambaran Kinerja Program Tempat Pengolahan Makanan Kab/Kota di


Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016
No Kab/Kota Pembinaan Perda Food Kit
TPM
1 PADANG
2 PESISIR SELATAN
3 DHARMASRAYA
4 SIJUNJUNG
5 SOLOK SELATAN
6 PAYAKUMBUH

46
7 SAWAHLUNTO
8 50 KOTA
9 BUKITTINGGI
10 KOTA SOLOK
11 PARIAMAN
12 PASAMAN BARAT
13 PADANG PARIAMAN
14 AGAM
15 KAB SOLOK
16 TANAH DATAR
17 PADANG PANJANG
18 MENTAWAI
19 PASAMAN
: Tercapai
: Tidak tercapai

Dari tabel 3.6 dapat dilihat bahwa


terdapat 10 Kab/Kota yang tidak memenuhi satu pun target program TPM di
Provinsi Sumatera Barat, yaitu Pesisir Selatan, Dharmasraya, Solok Selatan, 50
Kota, Pariaman, Pasaman Barat, Padang Pariaman, Kab. Solok, Tanah Datar, dan
Padang Panjang. Sedangkan Kab/Kota yang memenuhi indikator program kinerja
terbanyak yaitu Sijunjung dengan capaian 3 indikator.

7.4 Analisis Bivariat


Berikut adalah hasil uji bivariat
terhadap analisis penyebab masalah dengan capaian program TPM di Kab/Kota di
Provinsi Sumatera Barat :

7.4.1 Hubungan TPM Dibina dengan TPM Sehat

Table 3. 6 Analisis Korelasi dan Regresi TPM Dibina dengan TPM Sehat

R R2 Persamaan garis P Value


0,279 0,078 TPM Sehat = 56,47 + 0,04 TPM dibina 0,248

Dari tabel 3.7 terlihat hubungan TPM dibina dengan TPM sehat

menunjukkan hubungan sedang (r = 0,279) dan berpola positif artinya semakin

47
bertambah TPM dibina semakin tinggi Persentase TPM sehat. Nilai koefisien

dengan determinan 0,078 artiya persamaan regresi yang kita peroleh dapat

menerangkan 7,8 % persamaan garis yang diperoleh kurang bervariasi. Hasil uji

statistik di dapatkan tidak ada hubungan yang signifikan antara TPM dibina

dengan TPM sehat (p= 0,248).

7.4.2 Hubungan Perda dengan TPM Sehat


Table 3. 7 Distribusi Rata-Rata TPM Sehat Berdasarkan Ada/Tidaknya
Perda tentang TPM di Kab/Kota

Perda Mean SD SE P Value N


Tidak Ada 60,98 18,53 4,63 16
0,997
Ada 61,03 24,19 13,96 3

Dari tabel 3.8 dapat dilihat rata-rata TPM sehat pada Kab/Kota yang

memiliki Perda adalah 61,03% dengan standar deviasi13,96, sedangkan untuk

Kab/Kota yang tidak memiliki Perda rata-rata TPM sehat nya adalah 60,98% dengan

standar deviasi 18,53. Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,997, berarti pada alpha

5% terlihat tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata TPM sehat pada Kabupaten

yang memiliki Perda dengan yang tidak memiliki perda.

7.4.3 Hubungan Food Kit dengan TPM Sehat


Table 3. 8 Distribusi Rata-Rata TPM Sehat Berdasarkan Ada/Tidaknya Food
Kit

Food Kit Mean SD SE P Value N


Tidak Ada 57,27 19,20 5,1 14
0,153
Ada 71,4 14,08 6,3 5

Dari tabel 3.9 dapat dilihat rata-rata TPM sehat pada Kab/Kota yang

memiliki Food Kit adalah 71,4% dengan standar deviasi14,08, sedangkan untuk

48
Kab/Kota yang tidak memiliki Food Kit rata-rata TPM sehat nya adalah 57,27%

dengan standar deviasi 19,20. Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,153, berarti pada

alpha 5% terlihat tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata TPM sehat pada

Kabupaten yang memiliki Food Kit dengan yang tidak memiliki Food Kit.

7.5 Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah


7.5.1 Alternatif Pemecahan Masalah
Berdasarkan penyebab masalah di atas, maka ada beberapa strategi untuk
menyelesaikan masalah dan mencapai tujuan yang diharapkan.Alternatif
pemecahan masalah adalah penentuan kegiatan-kegiatan sebagai solusi dari
masalah yang ada. Apabila pengumpulan data tentang penyebab masalah
dilakukan dengan baik, maka penentuan alternatif pemecahan masalah akan lebih
mudah dikerjakan. Alternatif pemecahan masalah rendahnya cakupan tempat
pengolahan makanan sehat dapat dilihat pada tabel berikut:

Table 3. 9 Alternatif Pemecahan Masalah

NO Masalah Alternatif Pemecahan Masalah


1 Pembinaan terhadap TPM masih kurang Melakaukan pelatihan terhadap petugas di
lapangan dan membuat komitmen dengan
petugas yang telah dilatih.
2 Perda, Pergub, perbup/perwako yang Membuat peraturan di tingkat daerah yang
mengatur untuk TPM belum ada. mendukung pelaksanaan higiene sanitasi
TPM.
3 Peralatan yang mendukung pengawasan Perlunya penambahan peralatan Food
TPM belum memadai Contanination Test Kit beserta reagennya
untuk kabupaten/kota yang belum punya
Food Kit dan penggadaan Reagean bagi
kabupaten/kota yang telah punya Food Kit
untuk pembinaan dan pengawasan TPM.

49
4 Anggaran di Provinsi/Kabupaten/Kota Melakukan advokasi ke pemerintah pusat,
untuk pengawasan dan pembinaan TPM provinsi, dan kabupaten/kota untuk
belum memadai mengalokasikan dana yang cukup untuk
pengawasan dan pembinaan TPM.

7.5.2 Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah

Penentuan prioritas pemecahan masalah dilakukan dengan metode efektivitas-


efisiensi.

a. Prioritas

b. Efektivitas:
M = Magnitude yaitu besarnya masalah yang dapat diatasi
I = Important yaitu pentingnya jalan keluar untuk menyelesaikan
masalah
V = Vunerability atau sensitivitas (ketepatan jalan keluar untuk
masalah)
C = Cost atau efisiensi (biaya yang dikeluarkan)

c. Penentuan skor
Penentuan skor yang digunakan pada prioritas pemecahan masalah
rendahnya cakupan Tempat-Tempat Umum dengan menggunakan skala
yang terdiri dari skor 1 sampai 5.
Skor untuk Magnitude, Important, Vunerability yaitu:
1 = sangat kurang efektif
2 = kurang efektif
3 = cukup efektif
4 = efektif
5 = sangat efektif
Cost (C), biaya
Skor untuk biaya yaitu:
1 = bila biaya yang digunakan semakin kecil
2 = bila biaya yang digunakan kurang besar
3 = bila biaya yang digunakan cukup besar
4 = bila biaya yang digunakan besar
5 = bila biaya yang digunakna sangat besar
Penentuan prioritas masalah dengan menggunakan kriteria matriks dapat
dilihat pada tabel berikut:

50
Table 3. 10 Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahn Masalah Untuk
Meningkatkan Cakupan Tempat Pengelolaan Makanan Sehat di Provinsi Sumatera
Barat Tahun 2016
Efektivitas Priorit
No Alternative Cost Skor
M I V as
1. Melakukan pelatihan dan pembinaan 5 5 5 4 31,25 I
terhadap tenaga kesling di lapangan.

2. Membuat peraturan di tingkat daerah 4 3 5 3 20 III


yang mendukung pelaksanaan higiene
sanitasi TPM.
3. Pengadaan Peralatan (Food Kit) di 5 4 5 5 20 II
lapangan untuk pembinaan dan
pengawasan
4. Melakukan advokasi ke pemerintah 4 4 4 4 16 IV
pusat, provinsi, dan kabupaten/kota
untuk mengalokasikan dana yang cukup
untuk pengawasan dan pembinaan TPM.

Berdasarkan penilaian di atas maka ditetapkan sebagai prioritas


pemecahan masalah untuk pencapaian cakupan tempat pengolahan makanan sehat
adalah:
i. Melakukan pelatihan dan pembinaan terhadap tenaga kesling di lapangan
ii. Pengadaan Peralatan (Food Kit) di lapangan untuk pembinaan dan
pengawasan.
iii. Membuat peraturan di tingkat daerah yang mendukung pelaksanaan Higiene
Sanitasi TPM.

7.6 Membuat Rencana Pelaksanaan Kegiatan (Plan of Action / POA) untuk


Peningkatan Cakupan TPM sehat
Rencana Kerja (Plan of Action) disusuk untuk meningkatkan cakupan
TPM sehat di Provinsi Sumatera Barat tahun 2018. Adapun POA dapat dilihat
pada tabel berikut :

51
Penang
No Tujuan Sasaran Waktu gung Biaya Tempat Metode Tolak Ukur
Kegiatan Jawab
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Melakukan pelatihan dan Peningkatan Tenaga 3hari, 1 x Kepala APBD Aula Dinas Ceramah Peningkatan
pembinaan terhadap kinerja petugas kesling/sani 1 tahun Dinas Kesehatan Diskusi kualitas tenaga
tenaga kesling di dalam tarian di Kesehat Provinsi Praktek kesling/sanitarian
lapangan. pembinaan seluruh an, di lapangan.
TPM. Kabupaten/ Kabid
Kota Kesmas
Kasie
PL
2. Pengadaan peralatan Peningkatan 14 1x1tahun Kepala APBN Dinkes Pengad Tersedianya
(Food Contamination pengawasan Kabupaten Dinas Provinsi aan peralatan ( Food
Test Kit) untuk TPM di /Kota yang Kesehat Contamination
menunjang kegiatan lapangan belum an, Test Kit) di 14
pengawasan TPM di memiliki Kabid Kabupaten/Kota
lapangan. Food kit Kesmas
Kasie
PL

52
Penang
No Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu gung Biaya Tempat Metode Tolak Ukur
Jawab
3. Melakukan pertemuan, Menyusun Bupati, Pertemu Kepala APBN Dinkes Koordinasi Terbentuknya perda
koordinasi dengan perda yang walikota, dan an Dinas Provinsi dan diskusi yang mengatur
Pemerintah Daerah untuk mengatur Gubernur. dilakuka Kesehat tentang Upaya
membuat Peraturan yang tentang Upaya n 1 x 1 an peningkatan TPM
mendukung untuk peningkatan tahun. Provinsi sehat
peningkatan TPM sehat. TPM sehat , Kabid
Kesmas,
Kasie
PL

53
7.7 Rencana Anggaran Biaya
Dalam penyusunan rencana kerja banyak teknik yang digunakan dengan
memperhatikan keterkaitan antara kegiatan yang satu dengan yang lain. Di
samping itu juga dibutuhkan anggaran biaya untuk mendukung terlaksananya
program atau kegiatan yang akan dilaksanakan. Rencana biaya untuk
meningkatkan cakupan TPM sehat di Provinsi Sumatera Barat adalah :
Table 3. 12 Rencana Anggaran Biaya Upaya Peningkatan Cakupan Tempat
Pengolahan Makanan di Provinsi Sumatera Barat
No Uraian Kegiatan Volume Satuan Unit cost Jumlah
1 2 3 4 5 6
1 Pelatihan dan pembinaan
sanitarian
Honor narasumber Prov 5 x 60 Oj 900,000 54,000,000
4 jam x 3 hari
Honor Moderator (1 org x 1
kl x 3 hr) 3 Oj 700.000 2,100,000

ATK 298,200
Kertas F4 70 gr 6 Rim 41,000 246,000
Kertas A4 70 gr 6 Rim 40,000 240,000
Pensil Biasa 1 Ls 32,200 32,200
Map Kertas Buffalo 70 Bh 2,000 140,000
Amplop Putih 1 Dus 38,000 38,000
Tip Ex 20 ml 1 Bh 10,000 10,000
Toner Laser 1 Bh 892.500 892,500
Belanja Seminar Kit peserta 267 Org 25,000 6,675,000
267 orang x 1 kl
Cetak Sertifikat 267 Org 150.000 40,050,000
Cetak spanduk 2 Bh 200,000 400,000

Cetak foto 1 Pkt 200,000 200,000


Belanja pengadaan 10.000 Lbr 250 2.500.000
Belanja penjilidan laporan 5 Bh 15,000 75,000
Perjalanan dinas peserta
Uang harian peserta (267 x 801 Org 100,000 80,100,000
3 hr)
Transportasi peserta (267x2 534 Org 50,000 26,700,000
hr)
Belanja makan minum
kegiatan (267 x 3 hr) 801 pkt 85.000 68,085.000
Belanja sewa ruang rapat 3 Hr 500,000 1,500,000
Sub Jumlah 226,285,.000

2 Pengadaan Peralatan (Food 14 unit 35.000.000 490.000.000

54
Kit) di lapangan untuk
pembinaan dan pengawasan
Sub Jumlah 490.000.000
1 Pembuatan Perda
Honor panintia 1 pkt 1.500.000 1.500.000
ATK 120 pkt 10.000 1.200.000
cetak spanduk 2 bh 200.000 400.000
cetak foto 1 pkt 200.000 200.000
Fotokopi 1 pkt 150.000 150.000
belanja jasa profesi 8 jam 85.000 680.000
Nasi kotak 120 org x 1 kali x
120 ktk 25.000 3.000.000
1 hr x 1 kl keg
Snack 120rg x 2 kali x 1 hr x
120 ktk 15.000 3.600.000
1 kl keg
Uang harian peserta 120 org 110.000 13.200.000
Transportasi peserta 120 org 50.000 6.000.000
Sub jumlah 29.310.000
Total 745.595.000

7.8 Rencana Monitoring dan Evaluasi

Rencana dan evaluasi terhadap Plan of Action (POA) peningkatan cakupan


tempat pengolahan makanan sehat di Provinsi Sumatera Barat dilakukan dengan
menggunakan indikator input, proses, output. Rencana monitoring dan evaluasi ini
dapat dilakukan 1x dalam setahun. Rencana monitoring dan evaluasi ini dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Table 3. 13 .Rencana Monitoring dan Evaluasi Pencapaian Program TPM Sehat Provinsi
Sumatera Barat

No Kegiatan Input Proses Output Outcome


1 Melakukan 1. 267 tenaga Terlaksananya Meningkatn Meningkatn
pelatihan dan sanitarian Pelatihan/Kurs ya ya kinerja
pembinaan utusan dari us terhadap pengetahua tenaga
terhadap tenaga puskesmas tenaga n dan pengawasan
sanitarian yang ada di sanitarian keterampila TPM di
kab/kota n tenaga lapangan
2. Peralatan dan untuk sehingga
formulir pengawasan tercapainya
pemeriksaan TPM di target TPM
Sanitasi TPM lapangan sehat

2 Pengadaan 14 unit Food Terlaksananya Efektifitas Meningkatn


Peralatan (Food Contaminati pengadaan pembinaan ya cakupan
Contamination on Test Kit Food dan TPM sehat
Test Kit) di Contamination pengawasan
lapangan untuk Test Kit TPM

55
pembinaan dan
pengawasan
3 Pembentukan 1. Peserta Perumusan Terbentukn Meningkatn
Perda pertemuan Perda, ya Perda ya cakupan
dari Kepala pengesahan, tentang TPM yang
daerah di dan penerbitan TPM sehat
seluruh Perda tentang
Provinsi TPM
Sumatera
Barat
2. Materi
pendukung
3. Peralatan:
laptop, LCD,
wireless
4. Dana
pertemuan

BAB 8 : PEMBAHASAN

56
8.1 Hubungan TPM Dibina dengan TPM Sehat
Berdasarkan hasil uji korelasi dan regresi hubungan TPM dibina dengan
TPM sehat menunjukkan hubungan sedang (r = 0,279) dan berpola positif artinya
semakin bertambah TPM dibina semakin tinggi Persentase TPM sehat. Hasil uji
statistik di dapatkan tidak ada hubungan yang signifikan antara TPM dibina
dengan TPM sehat (p= 0,248).
Pelatihan dan pembinaan terhadap TPM bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku pemilik dan pengelola TPM tentang higiene
sanitasi. Menurut Notoadmojo pada tahun 2010 bahwa pelatihan (tarining) adalah
suatu bentuk proses pendidikan yang mana dengan melalui pelatihan, sasaran
belajar atau sasaran pendidikan akan memperoleh pengalaman balajar yang pada
akhirnya menimbulkan pengaruh terhadap perilaku yang baik bagi mereka.
(notoadmojo,2010).
Dari 19 Kabupaten/Kota baru 8 Kabupaten/Kota yang melakukan
pembinaan TPM 100%. Sisanya masih belum melaksanakan pembinaan terhadap
seluruh TPM yang ada di wilayah kerjanya. Kabupaten/Kota dengan persentase
terendah yaitu Kabupaten 50 Kota (6,9%) dan Kabupaten Pasaman (9,6%).
Pada Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat diketahui
bahwa persentase TPM yang dibina di tingkat Kabupaten/Kota baru mencapai
61,8%. Sementara berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1096/MENKES/PER/VI/2011 disebutkan bahwa semua Tempat
Pengolahan Makanan yang terdaftar di wilayah kerja Dinas Kesehatan harus
mendapat pengawasan dan pembinaan. Petugas Pengawasan minimal harus datang
2X untuk melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap TPM yang ada di
wilayah kerjanya.

8.2 Hubungan Perda dengan TPM Sehat


Berdasarkan hasil analisis dengan uji T Independen didapatkan rata-rata TPM

sehat pada Kab/Kota yang memiliki Perda adalah 61,03%, sedangkan untuk Kab/Kota

yang tidak memiliki Perda rata-rata TPM sehat nya adalah 60,98% dengan. Hasil uji

statistik didapatkan nilai p=0,997, berarti pada alpha 5% terlihat tidak ada perbedaan

57
yang signifikan rata-rata TPM sehat pada Kabupaten yang memiliki Perda dengan

yang tidak memiliki perda.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pemegang program tempat

pengolahan makanan di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat yang

mengatakan belum adanya peraturan gubernur, bupati atau peraturan walikota di

Provinsi Sumatera Barat yang mengatur tentang tempat pengolahan makanan. Ada

3 Kabupaten yang memiliki peraturan daerah tentang TPM, namun baru mengatur

tentang Depot Air Minum, yaitu Sijunjung, Payakumbuh, dan Pasaman. Peraturan

ini pun belum berjalan optimal karena baru sebatas himbauan, belum ada sanksi

yang ditetapkan.

Berdasarkan Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun

2016-2019 dinyatakan bahwa untuk meningkatkan kesehatan lingkungan

strateginya adalah menyusun regulasi daerah dalam bentuk peraturan Gubernur,

dan Walikota/Bupati yang dapat menggerakkan sektor lain di daerah untuk

berperan aktif dalam pelaksanaan kegiatan penyehatan lingkungan, termasuk

pengawasan TPM.

8.3 Hubungan (Food Contamination Test Kit) dengan TPM Sehat


Food Contamination Test Kit merupakan alat test yang berfungsi untuk
mengetahui kandungan kimia dan mikrobiologi berbahaya secara cepat
(kualitatif) dalam makanan dan minuman. Pemeriksaan sampel makanan dengan
alat ini bertujuan untuk deteksi dini, dimana hasil pemeriksaan bisa langsung
diketahui saat pemeriksaan.
Hasil wawancara dengan pemegang program TPM di Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Barat mengatakan bahwa ada 5 kabupaten kota yang sudah
diberi bantuan Food Contamination Test Kit oleh Subdit Higiene Sanitasi Pangan
Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kementerian Kesehatan RI, yaitu kota Solok, kota Padang, kabupaten 50 kota,

58
Bukittinggi dan kabupaten Sijunjung. Masih ada 14 kabupaten/kota lagi yang
perlu peralatan Food Kit untuk mendukung pengawasan TPM.
Berdasarkan hasil analisis statistik menggunakan uji T Independen
diketahui bahwa rata-rata TPM sehat pada Kab/Kota yang memiliki Food Kit adalah
71,4%, sedangkan untuk Kab/Kota yang tidak memiliki Food Kit rata-rata TPM sehat
nya adalah 57,27%. Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,153, berarti pada alpha 5%
terlihat tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata TPM sehat pada Kabupaten
yang memiliki Food Kit dengan yang tidak memiliki Food Kit.
Keunggulan peralatan Food Kit ini dapat dilakukan pengujian langsung
terhadap sampel di lapangan. Sebelum dilakukan pengambilan sampel makanan di
TPM, terlebih dahulu dilakukan inspeksi sanitasi pada TPM menggunakan
checklist inspeksi sanitasi Tempat Pengelolan Makanan. Standar waktu yang
diperlukan adalah 1 jam untuk pengambilan sampel serta 5 hari untuk
pemeriksaan laboratorium. Sedangkan Prosedur Pelaksanaan kegiatan sebagai
berikut:
1. Petugas datang ke TPM
2. Dilakukan penilaian TPM menggunakan checklist inspeksi sanitasi TPM
3. Dilakukan pengambilan sampel makanan berdasarkan jenisnya menggunakan
pincet dan sendok steril, kemudian dimasukkan dalam plastik steril.
4. Plastik sampel makanan diberi etiket yang berisi informasi berikut:
Jenis Sarana, Jenis pemeriksaan, Lokasi pengambilan, Jam pengambilan,
Tanggal pengambilan, Petugas pengambil, pH, Suhu.
5. Sampel makanan dimasukkan termos dan dikirim ke laboratorium untuk
dilakukan uji lab.
6. Berdasarkan hasil uji lab diberikan rekomendasi/umpan balik kepada
penanggung jawab TPM serta digunakan sebagai bahan rekomendasi dan
evaluasi di tingkat Kabupaten.
7. Peralatan yang digunakan pada pengambilan sampel makanan antara lain
terdiri dari Checklist inspeksi sanitasi TPM, Alat tulis, Pincet, Plastik Steril,
dan Termos.

Pemeriksaan sampel dilakukan pada beberapa item yaitu :


1. Pemeriksaan Rectal Swab ( usap dubur )

59
2. Pemeriksaan Air Bersih Bakteriologis
3. Pemeriksaan Sampel Makanan
4. Pemeriksaan Usap Alat
5. Pemeriksaan Pewarna Pada Makanan
Food Contamination Test Kit merupakan alat test yang berfungsi untuk
mengetahui kandungan kimia dan mikrobiologi berbahaya secara cepat
(kualitatif) dalam makanan dan minuman. Alat ini dapat memeriksa : Sampel
makanan padat ( E Coli, Coliform dan jamur), Sampel makanan cair (E Coli dan
Coliform), Sampel minuman (E Coli dan Kimia terbatas) dan memeriksa
peralatan makanan dan minuman (total bakteri). Pada sampel makanan maupun
minuman, test dapat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya 8 cemaran kimiawi
pada makanan dan minuman baik yang bersifat Toxic maupun kronis yaitu :
Cyanida, Arsenic, Borax, Methyl Yellow, Mercury, Rhodamin B, Formalin dan
Plumbum. Alat ini juga dilengkapi dengan alat ukur suhu dan pH makanan /
minuman.
Pemeriksaan sampel makanan dengan alat ini bertujuan untuk deteksi dini,
dimana pemeriksaan pakai alat ini hasilnya bisa cepat diketahui, namun
pemeriksaan sampel tetap di konfirm ke laboratorium yang ditunjuk sesuai
peraturan yang berlaku. Pemeriksaan sampel dengan alat Food Contaminasi Test
Kit ini disamping membantu petugas dilapangan juga sangat membantu pemilik
usaha TPM, karena biaya sampel ke laboratorium cukup besar, pemilik/pengelola
yang punya usaha kelas ekonomi kebawah tidak sanggup membayarnya maka alat
ini bisa mewakili untuk melengkapi pemeriksaan kondisi TPM yang
diawasi/dibina.

BAB 9 : KESIMPULAN DAN SARAN

60
9.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan identifikasi masalah ditetapkan prioritas masalah menggunakan
metode Multiple Criteria Utility Assessment (MCUA) yaitu rendahnya
cakupan TPM sehat di Provinsi Sumatera Barat tahun 2016.
2. Analisa penyebab masalah dilakukan menggunakan Fishbone Diagrams.
Diketahui penyebab masih rendahnya cakupan TPM sehat di Provinsi
Sumatera Barat tahun 2016 yaitu :
a. Manusia (Man)
Kinerja petugas dalam pembinaan TPM di lapangan masih kurang.
b. Metode
Peraturan Gubernur, bupati/walikota yang mengatur tentang TPM belum
ada.
c. Material (Sarana dan Prasarana)
Peralatan yang mendukung pengawasan TPM masih kurang
d. Dana
Anggaran di Provinsi / Kabupaten / Kota untuk kegiatan pengawasan TPM
belum memadai
3. Kabupaten/Kota yang tidak memenuhi satu pun target program TPM di
Provinsi Sumatera Barat ada 10 Kab/Kota, yaitu Pesisir Selatan,
Dharmasraya, Solok Selatan, 50 Kota, Pariaman, Pasaman Barat, Padang
Pariaman, Kab. Solok, Tanah Datar, dan Padang Panjang. Sedangkan
Kab/Kota yang memenuhi indikator program kinerja terbanyak yaitu
Sijunjung dengan capaian 3 indikator.
4. Didapatkan beberapa alternatif dan prioritas pemecahan masalah rendahnya
cakupan TPM sehat dirumuskan dengan menggunakan metode efektifitas dan
efisiensi yaitu:
a. Melakukan pelatihan dan pembinaan terhadap tenaga kesling yang
bertugas dalam pembinaan TPM di lapangan.
b. Pengadaan peralatan Food Contamination Test Kit untuk menunjang
proses pengawasan di lapangan.
c. Membuat peraturan di tingkat daerah yang mendukung pelaksanaan
Higiene Sanitasi TPM
5. Rencana kegiatan (Plan of Action) upaya peningkatan cakupan TPM sehat di
Provinsi Sumatera Barat yaitu :
a. Pelatihan dan pembinaan terhadap tenaga kesling di lapangan dengan
anggaran dana Rp. 226,285,.000
b. Pengadaan peralatan Food Contamination Test Kit untuk menunjang
proses pengawasan di lapangan dengan anggaran dana Rp. 490.000.000

61
c. Membuat peraturan di tingkat daerah yang mendukung pelaksanaan
Higiene Sanitasi TPM dengan anggaran dana Rp. 29.310.000
6. Rencana kegiatan monitoring dan evaluasi upaya peningkatan cakupan TPM
di Provinsi Sumatera Barat dengan membandingkan rencana kegiatan (input)
dan pelaksanaan (proses) dengan hasil pencapaian (output) yang telah disusun
pada Plan of Action (POA).

9.2 Saran
Saran bagi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat dalam upaya
peningkatan cakupan TPM sehat adalah:
1. Melakukan pelatihan dan pembinaan terhadap tenaga kesling yang ada di
puskesmas untuk peningkatan kinerja petugas dalam pembinaan TPM.
2. Advokasi kepada pemerintah daerah, DPRD Provinsi, dan gubernur untuk
pembuatan kebijakan tertulis seperti peatuarn gubernur, walikota dan bupati
yang mendukung pelaksanaan Higiene sanitasi TPM.
3. Pengadaan peralatan dilapangan untuk pengawasan TPM (Food
Contamination Test Kit).
4. Advokasi kepada pemerintah pusat, Provinsi dan Kabupaten / Kota untuk
mendapatkan alokasi pendanaan yang cukup agar terlaksananya pengawasan,
pembinaan dan pelaksanaan program secara maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Adam YMN (2011). Pengetahuan dan perilaku higiene tenaga pengolah


makanandi instalasi gizi rumah sakit umum daerah dr kanujoso
djatiwibowo
balikpapan. Semarang. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Skripsi.

Agustin E (2015). Gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan higiene sanitasi


pedagang makanan jajanan di sekolah dasar cipinang besar jakarta timur
tahun 2014. Jakarta. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
SyarifHidayatullah. Skripsi.

62
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Riset
Kesehatan Dasar Tahun 2013, Jakarta: 2013.

BPOM RI (2017). Berita keracunan bulan juli-juli 2016.


http://ik.pom.go.id/v2016/berita-keracunan/berita-keracunan-bulan-
juliseptember-2016 - diakses Jnuari 2018

BPOM RI. 2012.Peran Komunitas Sekolah Untuk Menjamin Kemanana Pangan

Bustami. 2011. Penjamin Mutu Ilmu Kesehatan. Jakarta: EGC

Chusna, Fina Izzatul. 2012. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Sarana Sanitasi
Kantin di Universitas Negeri Semarang Tahun 2012. Semarang.
Universitas Negeri Semarang. Tesis

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera


Barat Tahun 2016, Padang; 2016.

Kepmenkes RI nomor 1096/MENKES/VI/2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga

Kepmenkes RI nomor 1098/MENKES/VII/2003 tentang Persyaratan Higiene


Sanitasi Rumah Makan dan Restoran

Kemenkes RI. 2012. Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian


Luar Biasa Penyakit Menular dan Keracunan Pangan (Pedoman
Epidemologi Penyakit) Edisi Revisi Tahun 2011. Jakarta: Kemenkes RI.

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan nomor 651/MPP/kep/10/2004


dalm jdih.pom.go.id/ diaksespadajanuari 2018

Meikawati, Wulandari, Astuti, R., dan Susilawati, 2010. Hubungan pengetahuan


dan sikap petugas penjamah makanan dengan praktek higiene dan sanitasi
makanan di Unit Gizi RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang, Jurnal
Kesehatan Masyarakat Indonesia, 6 (1): hal. 50-64.
http://jurnal.unimus.ac.id, diaksespadajanuari 2018

Modul Pelatihan/ Kursus Higiene dan Sanitasi Bagi Penjamah Makanan Tahun
2015

Ningsih, Riyan. 2014. Penyuluhan Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman,


Serta Kualitas Makanan yang Dijajakan Pedagang di Lingkungan SDN
Kota Samarinda. Jurnal Kesehatan Masyarakat (1) (2014) 64 –
72http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas diakses pada Januari
2018

Notoatmojo, Soekidjo. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Renekacipta.


Depok:2010

63
Pemenuhan Kualitas Kesehatn Lingkungan. 2016. Dalam
http/kesling.kesmas.kemkes.go.id/ diakses pad Januari 2018

Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Hygiene Sanitasi
Tempat Pengelolaan Makanan dan Tempat-Tempat Umum

Permenkes RI nomor 43 tahun 2014 tentang Higiene Sanitasi Depot Air Minum

Permenkes RI No 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang Higiene Sanitasi Jasa


Boga

Permenkes No 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat

Permenkes RI nomor 942/MENKES/PER/SK/VII/2003 tentang Persyaratan


Kesehatan Makanan Jajanan

Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2015-2019, No


HK.02.02/MENKES/52/2015 (2015).

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021

Wagustina, Silvia.2013. Pengaruh Pelatihan Higiene Sanitasi terhadap


Pengetahuan dan Perilaku Penjamah Makanan di Instalasi Gizi RSUD
Meuraxa Banda Aceh.

WHO (2005). Penyakit bawaan makanan: fokus pendidikan kesehatan. Jakarta:


EGC. Hal. 33

WHO (2015). Who’s first ever global estimates of foodborne diseases find
children under 5 account for almost one thirt of deaths.
http://www.who.int/mediacentre/news/releases/2015/foodborne-
diseaseestimates/en/ - diakses Februari 2017.

Yulia, Prayitno P (2016). Efektifitas konsentrasi asap cair (liquid smoke) dari
tempurung kelapa terhadap angka kuman pada tahun. Jurnal Vokasi
Kesehatan, 2:385-389

64

Anda mungkin juga menyukai