LP Dan SP Waham
LP Dan SP Waham
LP Dan SP Waham
WAHAM
DI RSJD AMINO GONDHO HUTOMO SEMARANG
Disusun oleh :
ULFA RIMAWATI
SK.319.045
1
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang
salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya klien. Waham dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan dan
perkembangan seperti adanya penolakan, kekerasan, tidak ada kasih sayang,
pertengkaran orang tua dan aniaya. Waham merupakan suatu keyakinan yang
salah yang dipertahankan secara kuat/terus menerus, tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan (Keliat, Akemat, Helena dan Nurhaeni, 2012).
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas
yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya klien.
Gangguan isi pikir dapat diidentifikasi dengan adanya waham. Waham atau
delusi adalah ide yang salah dan bertentangan atau berlawanan dengan semua
kenyataan dan tidak ada kaitannya degan latar belakang budaya (Keliat, 2009).
B. Manifestasi Klinis
1. Subyektif
a. Mudah lupa dan sulit konsentrasi
b. Tidak mampu mengambil keputusan
c. Berpikir tidak realistis
d. Pembicaraan sirkumstansial
2. Obyektif
a. Bingung
b. Inkoheren
c. Flight of idea
d. Sangat waspada
2
e. Khawatir
f. Sedih berlebihan atau gembira berlebihan
g. Perubahan pola tidur
h. Kehilangan selera makan
i. Wajah tegang
j. Perilaku sesuai isi waham
k. Banyak bicara
l. Menentang atau permusuhan
m. Hiperaktif
n. Menarik diri
o. Tidak bisa merawat diri
C. Etiologi
1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi dari gangguan isi pikir waham adalah:
a. Teori Biologi
Faktor-faktor genetik ikut mempengaruhi perkembangan
psikologis. Bila suatu individu memiliki anggota keluarga dengan kelainan
psikologis maka individu tersebut memiliki resiko tinggi untuk mengalami
kelainan psikologis yang sama. Pada penelitian terbaru menyatakan bahwa
skizoprenia mungkin pada kenyataanya merupakan suatu kecacatan sejak
lahir yang terjadi pada hipokampus otak. Teori biokimia menyatakan bahwa
peningkatan dopamin neurotranmiter mengakibatkan peningkatan aktivitas
yang berlebihan dan gangguan dalam asosiasi.
b. Teori Psikososial
Individu yang tumbuh dalam keluarga yang penuh konflik dan
ansietas yang tinggi akan mengalami hambatan dalam perkembangan
psikologisnya sehingga tidak dapat melakukan tugas perkembangan secara
optimal. Anak yang tumbuh dalam keluarga psikosis akan menerima pesan-
pesan yang membingungkan yang menyebabkan ketidakmampuan anak
3
mempercayai orang lain. Kelainan psikosis dapat pula merupakan hasil ego
yang lemah, bila individu mendapat stres yang berat yang mengancam ego
yang lemah maka individu cenderung akan berespon maladaptif.
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dari gangguan isi pikir waham adalah:
a. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan respon neurobiologis
yang maladaptif termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang
mengatur proses imformasi dan abnormalisasi yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk menanggapi rangsangan.
b. Stres lingkungan
Secara biologis menetapakan ambang toleransi terhadap stres yang
berinteraksi denga stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan prilaku.
c. Pemicu gejala
Terdapat pada respon neurobiologis yang maladaptif yang
berhubungan dengan kesehatan, lingkungan, sikap dan prilaku individu
seperti gizi buruk, kurang tidur, infeksi, kelebihan rasa bermusuhan atau
lingkungan yang penuh kritik, gangguan dalan berhubungan interpersonal,
kesepian, kemiskinan, tekanan pekerjaan dan sebagainya.
D. Pohon Masalah
4
Perubahan proses pikir: waham
F. Intervensi
1. Psikoterapi
Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu karena
berhubungan dengan praktis dengan maksud mempersiapkan klien kembali ke
masyarakat, untuk mendorong klien bergaul dengan orang lain, klien lain,
perawat dan dokter. Maksudnya supaya klien tidak mengasingkan diri karena
5
dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik, dianjurkan untuk mengadakan
permainan atau latihan bersama, seperti terapi modalitas yang terdiri dari:
a. Terapi aktivitas
1) Terapi seni
Fokus: untuk mengekspresikan perasaan melalui berbagai pekerjaan
seni
2) Terapi musik
Fokus: mendengar, memainkan alat musik, bernyanyi. Yaitu menikmati
dengan relaksasi musik yang disukai klien.
3) Terapi menari
Fokus pada: ekspresi perasaan melalui gerakan tubuh
4) Terapi relaksasi
Belajar dan praktek relaksasi dalam kelompok
Rasional: untuk koping/ perilaku maladaptif/ deskriptif, meningkatkan
partisipasi dan kesenangan klien dalam kehidupan.
b. Terapi sosial
Klien belajar bersosialisasi secara bertahap dengan perawat, klien lain,
perawat lain, keluarga/kelompok/ masyarakat.
c. Terapi kelompok
1) Kelompok terapeutik
2) Terapi aktivitas kelompok
2. Psikofarmaka
a. Neuroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita skizoprenia
yang menahun, hasilnya lebih banyak jika mulai diberi dalam dua tahun
penyakit.
b. Neuroleptika dengan dosis efektif tinggi bermanfaat pada penderita dengan
psikomotorik yang meningkat.
3. Psikosomatik
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang
grandmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode
6
yang dipasang pada satu atau dua temples, dosis terapi kejang listrik 4-5
joule/detik.
7
b. SP 2 Pasien : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu
mempraktekkannya
1) Menjelaskan kemampuan positif yang dimiliki klien
2) Mendiskusikan kemampuan positif yang dimiliki klien
3) Melatih kemampuan positif yang dipilih
4) Melatih klien memasukkan kemampuan positif yang dimiliki dalam
jadual kegiatan harian
c. SP 3 Pasien : Menjelaskan dan melatih klien minum obat dengan prinsip 6
benar, manfaat/keuntungan minum obat dan kerugian tidak minum obat.
1) Menjelaskan tentang obat yang diminum (6 benar: jenis, dosis,
frekuensi, cara, orang dan kontinuitas minum obat).
2) Mendiskusikan manfaat minum obat dan kerugian tidak minum obat
dengan klien
3) Melatih klien cara minum obat secara teratur
4) Melatih klien memasukkan kegiatan minum obat secara teratur ke
dalam jadwal kegiatan harian.
d. SP 4 Pasien: Melatih cara pemenuhan kebutuhan dasar
1) Menjelaskan cara memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi
akibat wahamnya dan kemampuan memenuhi kebutuhannya
2) Melatih cara memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi akibat
wahamnya dan kemampuan memenuhi kebutuhannya
3) Melatih klien memasukkan kegiatan memenuhi kebutuhan ke dalam
jadwal kegiatan harian
Tindakan Keperawatan (Keluarga)
1. Tujuan keluarga mampu
a. Mengenal masalah waham
b. Mengambil keputusan untuk merawat klien waham
c. Merawat klien waham
d. Menciptakan lingkungan yang terapeutik untuk klien waha
2. Tindakan Keperawatan (Strategi Pelaksanaan) pada keluarga
8
a. SP 1 Keluarga : Membina hubungan saling percaya dengan keluarga;
mengidentifikasi masalah menjelaskan proses terjadinya masalah; dan obat
pasien
1) Mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat klien waham
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala dan proses terjadinya resiko
perilaku kekerasan
b. SP 2 Keluarga : Menjelaskan dan melatih keluarga cara merawat klien
waham
1) Menjelaskan cara merawat klien waham
2) Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien untuk
latihan orientasi realita
3) Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien untuk
minum obat dengan prinsip 6 benar.
4) Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien
memenuhi kebutuhan yang tidak terpenuhi karena waham dan
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
5) Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien latihan
kemampuan positif yang dimiliki
c. SP 3 Keluarga : Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi
pada klien waham
1) Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada klien
waham
2) Menganjurkan keluarga memutuskan untuk merawat klien waham
d. SP 4 Keluarga : Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan untuk follow up, cara rujukan kesehatan klien dan mencegah
kekambuhan
1) Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia
2) Menjelaskan kemungkinan klien relaps dan pencegahan relaps
3) Mengidentifikasi tanda-tanda relaps dan kemungkinan kambuh
9
4) Menjelaskan dan menganjurkan follow up dan merujuk ke pelayanan
kesehatan.
Diagnosa 2
Tindakan Keperawatan (Pasien)
1. Tujuan : Klien mampu
a. Mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, proses terjadinya dan akibat
Harga diri rendah, mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
b. Menilai kemampuan yang dapat digunakan, menetapkan/memilih kegiatan
yang sesuai kemampuan
c. Melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai kemampuan
d. Melakukan kegiatan yang sudah dilatih
2. Tindakan Keperawatan (Strategi Pelaksanaan)
a. SP 1 Pasien: Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih
dimiliki klien.
1) Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, di rumah, dalam
keluarga dan lingkungan adanya keluarga dan lingkungan terdekat
pasien.
2) Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu
dengan pasien penilaian yang negatif.
b. SP 2 pasien: Membantu klien menilai kemampuan yang dapat digunakan,
Membantu klien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
1) Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat
digunakan saat ini.
2) Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
10
3) Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif
4) Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat dilakukan
dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari.
11
BAB II
STRATEGI PELAKSANAAN
12
“Jadi ibu yang terlalu mengatur-ngatur ya mas, juga kakak dan adik mas yang
lain?”
“Kalau mas sendiri inginnya seperti apa?”
“O... bagus mas sudah punya rencana dan jadual untuk diri sendiri”
“Coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut mas”
“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya mas ingin ada kegiatan diruangan ini
ya”
TERMINASI
Evaluasi
“Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-bincang dengan saya?”Apa
saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus”
“Bagaimana kalau jadual ini mas coba lakukan, setuju mas?”
Bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya.
RTL
“Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi?”
”Kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernah Mas miliki? Mau di
mana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di sini lagi?”
SP 2 Pasien: Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu
mempraktekkannya
ORIENTASI:
Salam terapeutik
“Selamat pagi mas R. Masih ingat dengan saya?? Iya betul saya Ulfa. dari
STIKES Kendal mas.
Validasi
Bagaimana perasaan mas hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul?
Apakah mas sudah mengingat apa saja hobi mas?”
Kontrak (waktu, topik, dan tempat)
Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi mas R tersebut?”
13
“Berapa lama mas R mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit
tentang hal tersebut?”
KERJA
“Apa saja hobbynya mas? Saya catat ya Mas, terus apa lagi?”
“Wah.., rupanya mas R pandai main catur ya, tidak semua orang bisa bermain
catur seperti itu lho mas R”(atau yang lain sesuai yang diucapkan pasien).
“Bisa mas R ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main catur,
siapa yang dulu mengajarkannya kepada mas R, dimana?
“Bisa mas R peragakan kepada saya bagaimana bermain catur yang baik itu?”
“Wah..baik sekali permainannya”
“Coba kita buat jadwal untuk kemampuan mas R ini ya, berapa kali
sehari/seminggu mas R mau bermain catur?”
“Apa yang mas R harapkan dari kemampuan bermain catur ini?”
“Ada tidak hobi atau kemampuan mas R yang lain selain bermain catur?”
TERMINASI:
Evaluasi
“Bagaimana perasaan mas R setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan
kemampuan amas?”
“Setelah ini coba mas R lakukan latihan catur sesuai dengan jadual yang telah
kita buat ya?”
RTL
“Besok kita ketemu lagi ya mas?”
“Bagaimana kalau besok sebelum makan siang? Di ruang tamu saja, ya
setuju?”
“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus mas R minum,
setuju?”
“Bagaimana kalau sekarang mas R teruskan kemampuan bermain catur
tersebut…….”
14
SP 3 Pasien: Menjelaskan dan melatih klien minum obat dengan prinsip 6 benar,
manfaat/keuntungan minum obat dan kerugian tidak minum obat.
Orientasi:
Salam terapeutik
“Selamat pagi mas. Masih ingat dengan saya?? Iya betul saya Ulfa. dari
STIKES Kendal mas.
Validasi
Bagaimana perasaan mas hari ini? Bagaimana apakah sudah dicoba terus
latihan bermain caturnya?” “Bagus sekali”
Kontrak (waktu, topik, dan tempat)
Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita
membicarakan tentang obat yang mas R minum?”
“Dimana kita mau berbicara? Di ruang tamu ini saja?”
“Berapa lama mas R mau kita berbicara? 20 atau 30 menit?
KERJA
“Mas R berapa macam obat yang diminum/ Jam berapa saja obat diminum?”
“ Mas R perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga
tenang”
“Obatnya ada tiga macam mas, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya
agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang
merah jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya
ini diminum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”.
“Bila nanti setelah minum obat mulut mas R terasa kering, untuk membantu
mengatasinya mas bisa banyakin minum ”
“Sebelum minum obat ini mas R dan ibu mengecek dulu label di kotak obat
apakah benar nama mas tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus
diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya
sudah benar”
15
“Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus
diminum dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi sebaiknya mas R
tidak menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi
dengan dokter”.
TERMINASI
Evaluasi
“Bagaimana perasaan mas R setelah kita bercakap-cakap tentang obat yang
mas R minum?. Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”
“Mari kita masukkan pada jadual kegiatan mas. Jangan lupa minum obatnya
dan nanti saat makan minta sendiri obatnya pada perawat”
“Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya Mas!”
RTL
Besok kita ketemu lagi untuk melakukan aktivitas terjadwal?Mau jam berapa?
Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa.”
16
KERJA
“Mas R apa sajakah aktivitas mas R yang memerlukan bantuan dari perawat
atau teman sekamar?”Baiai sekarang mas R harus baiklah mulai sekarang mas
R harus sering latihan untuk melakukan kegiatan tersebut dengan mandiri.”
“bagaimana apakah mas R bersedia?” Bagus”. Mulai dari sekarang mas R
bisa memasukkan kegiatan yang dapat mas R lakukan secara mandiri setiap
harinya di jadwal kegiatan harian.”
TERMINASI
Evaluasi
“Bagaimana perasaan mas R setelah kita bercakap-cakap tadi?” “Aakah ada
pertanyaan?”
RTL
Besok kita ketemu lagi untuk melakukan aktivitas terjadwal?Mau jam berapa?
Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa.”
ORIENTASI:
Salam terapeutik
”Selamat pagi pak/bu, Saya Mahasiswa keperawatan STIKES Kendal yang
akan merawat mas R, Nama Saya Ulfa Rimawati senang dipanggil Ulfa. Nama
bapak/ibu siapa?Bapak/ibu Senang dipanggil apa”
Validasi
”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini”
Kontrak (waktu, topik, dan tempat)
“Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah mas R dan
cara merawat mas R di rumah?”
17
“Dimana kita mau berbicara? Bagaimana kalau di ruang tamu ini?”
“Berapa lama waktu bapak dan ibu? Bagaimana kalau 30 menit”
KERJA
“Pak, bu, apakah ibu dan bapak sudah mengetahui apa yang terjadi dengan
mas R ini? yang terjadi pada mas R ini merupakan salah satu gangguan proses
berpikir. Untuk itu akan saya jelaskan sikap dan cara menghadapinya. Setiap
kali anak bapak dan ibu berkata bahwa ia seorang nabi bapak/ ibu dengan
mengatakan pertama: “Bapak/Ibu mengerti mas R merasa seorang nabi, tapi
sulit bagi bapak/ibu untuk mempercayainya karena setahu kami semua nabi
sudah meninggal.”
“Kedua: bapak dan ibu harus lebih sering memuji R jika ia melakukan hal-hal
yang baik.”
“Ketiga: hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang
berinteraksi dengan R”
“Bapak/Ibu dapat bercakap-cakap dengan R tentang kebutuhan yang
diinginkan R, misalnya: “Bapak/Ibu percaya R punya kemampuan dan
keinginan. Coba ceritakan kepada bapak/ibu. R khan punya kemampuan
............ “ (kemampuan yang pernah dimiliki oleh anak)
“Keempat: Bagaimana kalau dicoba lagi sekarang?”(Jika anak mau mencoba
berikan pujian) “Pak, bu, R perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang,
tidurnya juga tenang”
“Obatnya ada tiga macam, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya
agar tenang, yang putih ini namanya THP guanya supaya rileks, dan yang
merah jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran tenang semuanya ini
harus diminum secara teratur 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7
malam, jangan dihentikan sebelum berkonsultasi dengan dokter karena dapat
menyebabkan R kambuh kembali” (Libatkan keluarga saat memberikan
penjelasan tentang obat kepada klien). Mas R sudah mempunyai jadwal minum
obat. Jika dia minta obat sesuai jamnya, segera beri pujian
18
TERMINASI
Evaluasi
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara
merawat R di rumah?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi
setiap kali.”
RTL
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi saya datang kembali kesini dan kita
akan mencoba melakukan langsung cara merawat R sesuai dengan
pembicaraan kita tadi”
“Jam berapa bapak dan ibu bisa ?”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”
19
“Sekarang anggap saya mas R yang sedang mengaku-aku sebagai nabi, coba
bapak dan ibu praktekkan cara bicara yang benar bila mas R sedang dalam
keadaan yang seperti ini”
“Bagus, betul begitu caranya”
“Sekarang coba praktekkan cara memberikan pujian kepada kemampuan yang
dimiliki mas R. Bagus.”
“Sekarang coba cara memotivasi mas R minum obat dan melakukan kegiatan
positifnya sesuai jadual?”
“Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat R”
“Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada R?”
(Ulangi lagi semua cara diatas langsung kepada pasien)
TERMINASI
Evaluasi
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat mas
R?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali
bapak dan ibu membesuk mas R”
RTL
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi saya datang kembali kesini dan kita
akan mencoba melakukan langsung cara merawat R sesuai dengan
pembicaraan kita tadi”
“Jam berapa bapak dan ibu bisa ?”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”
20
”Selamat pagi pak/bu, masih ingatkah dengan saya?” Ya benar saya perawat
Ulfa.
Validasi
”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Bagaimana?” “Apakah latihan yang
kemarin sudah dipraktekan ke mas R?” “iya bagus”
Kontrak (waktu, topik, dan tempat)
“Sesuai janji kemarin kita bertemu lagi ya pak/bu?”. Sekarang kita akan
mendiskusikan tentang dampak yang dapat terjadi pada mas R jika tidak dapat
menerima realita atau kenyataan, bagaimana?
“Apakah bapak/ibu setuju?”
“Disini saya ya, waktunya tidaqk lama sekitar 10 menit”.
KERJA
“Jadi mas R menganggap bahwa dirinya adalah seorang nabi yang pada
kenyataannya bukan seperti itu.”
Jika keadaan ini terus menerus terjadi tanpa ada yang memaparkan realita
kehidupan ke mas R, mas R akan hidup layaknya seperti apa yang dia fikirkan,
tanpa sadar mas R melakukan hal itu.”
Disini tugas bapak/ibu sebagai orang tua sangat diperlukan untuk memaparkan
realita kehidupan mas R bahwa mas R adalah seorang manusia biasa bukan
seorang nabi. Bagaimana apakah bapak ibu mengerti?”
“Bagus. Butuh ketekunan keuletan serta kesabaran untuk menjelaskan kepada
mas R, baik dijelaskan tiap harinya agar mas R mengingat kebenaran atas
dirinya sediri.”
TERMINASI
Evaluasi
“Apa yang ingin Bapak/Ibu tanyakan?Bagaimana perasaan Bpk/Ibu? Sudah
siap melakukannya?
RTL
21
“Alangkah baiknya besok kita bertemu lagi, untuk membahas tentang kesiapan
bapak/ibu dalam merawat mas R selama dirumah nanti.
22
TERMINASI
Evaluasi
“Apa yang ingin Bapak/Ibu tanyakan?Bagaimana perasaan Bpk/Ibu? Sudah
siap melanjutkan di rumah?”
RTL
“Jika mas R menunjukan tanda dan gejala yang aneh aneh lagi seperti mengaku
sebagai nabi, langsung saja periksakan lagi mas R ke rumah sakit”.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, I.S. (2006). Skizofrenia memahami dinamika keluarga pasien. Cetakan I. Jakarta
: penerbit Refina Aditama
Carpenito, L.J., (2000). Diagnosa keperawatan aplikasi pada praktik klinis
(terjemahan). Edisi 6. Jakarta : EGC
Doenges, M.E, Townsend, M.C dan Moorhouse, M.F. (2007). Rencana Asuhan
Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Erawati,E., Keliat, B. A., Daulima, N., H., C. (2013). Pengaruh Terapi Metakognitif
terhadap intensitas waham dan kemampuan metakognitif di RSJ Prof. Dr.
Soeroyo Magelang. FIK UI : Depok
Hawari, D., (2006). Pendekatan holistik pada gangguan jiwa skizofrenia. Edisi kedua.
Jakarta : Balai Penerbit Fakultasi Kedokteran Universitas Indonesia.
Keliat, B.A dan Akemat. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Kusumawati, F dan Hartono, Y. (2010). Buku ajar keperawatan jiwa. Cetakan I.
Jakarta : Penerbit Salemba Medika
Townsend. M.C, (2010). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri Rencana Asuhan
& Medikasi Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Yosep, I. (2007), Keperawatan jiwa. Cetakan I. Jakarta : Penerbit Refika Aditama
23
FKUI dan WHO., (2006). Modul praktek keperawayan profesional jiwa (MPKP Jiwa).
(Cetakan I). Fakultasi Kedokteran Universitasi Indonesia dan WHO
NANDA, (2012). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Cetakan
2012. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC 104
24