Seminar Kasus

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 76

SEMINAR KASUS

“ASUHAN KEPERAWATAN TN. H DENGAN CHRONIC


KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUANG AR RAHMAH RSI IBNU
SINA PAYAKUMBUH TAHUN 2019”

DOSEN PEMBIMBING CI KLINIK

AULIA PUTRI, Ns.M.Kep Ns. HARYSE PRIMADANA, S.Kep

Oleh :

LENY DUMAYANTI, S.KEP 1907149010188


OTZA LISTIANANI, S.KEP 1907149010179
SILVIA DASRIL, S.KEP 1907149010178

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGI
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan seminar kasus ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. H dengan Chonic Kidney Disease (CKD) di
Ruangan Ar-Rahmah Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Payakumbuh Tahun 2019”

Seminar Kasus ini di susun untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan stase Keperawatan Medikal Bedah di Prodi Ners Stikes Yarsi Sumbar.
Dalam penulisan seminar ini penulis menemukan banyak kesulitan dan hambatan, tetapi
berkat bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya seminar kasus ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.

Dengan selesainya seminar kasus ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan seminar ini, terutama kepada:
1. Direktur RSI Ibnu Sina beserta staf dan jajarannya yang telah memfasilitasi
2. Ibu Ns. Evi Ridalni, S.Kep selaku kabid keperawatan RSI Yarsi Payakumbuh
3. Bapak Ns. Haryse Primadana, S.Kep selaku pembimbing klinik praktek keperawatan
medikal bedah
4. Ibu Aulia Putri, Ns. M.Kep, selaku dosen pembimbing mata ajar keperawatan medikal
bedah.
5. Bapak Ns. H.Junaidy Rustam ,MNS selaku Ketua Stikes Yarsi Sumbar
6. Pihak lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan
moral maupun material.
Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi semua pihak.

Payakumbuh, Januari 2020

Penulis

HALAMAN PENGESAHAN

ii
Makalah Seminar Kasus

Makalah ini telah disetujui Untuk diseminarkan dihadapan Tim pembimbing akademik dan klinik
Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Payakumbuh Tahun 2020

Payakumbuh, Januari 2020

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

AULIA PUTRI,Ns., M.Kep Ns. HARYSE PRIMADA, S.Kep

Mengetahui,

Kabid Keperawatan

Ns. Evi Rinaldi, S.Kep

iii
DAFTAR ISI

iv
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................................iii

DAFTAR ISI..............................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar belakang..................................................................................................... 1

B. Tujuan penulisan................................................................................................. 4

1. Tujuan umum.................................................................................................4
2. Tujuan Khusus...............................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORITIS...................................................................................7
A. Konsep dasar.....................................................................................................7

1. Pengertian................................................................................................... 7
2. Klasifikasi................................................................................................... 8
3. Etiologi........................................................................................................8
4. Gangguan Kebutuhan Dasar.......................................................................9
5. Manifestasi Klinik.....................................................................................14
6. Komplikasi................................................................................................15
7. Penatalaksanaan dan Terapi...................................................................... 15
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien dengan CKD.................................20
1. Pengkajian Keperawatan...........................................................................20
2. Diagnosa Keperawatan............................................................................. 25
3. Perencanaan Keperawatan........................................................................26
4. Pelaksanaan Keperawatan.........................................................................33
5. Evaluasi Keperawatan...............................................................................33
BAB III TINJAUAN KASUS.................................................................................... 34

A. Pengkajian Keperawatan...........................................................................34
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................. 44
C. Perencanaan Keperawatan........................................................................ 46
D. Pelaksanaan Keperawatan.........................................................................48
E. Evaluasi Keperawatan...............................................................................53
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................................55

A. Pengkajian Keperawatan..........................................................................55

v
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................ 57
C. Perencanaan Keperawatan....................................................................... 59
D. Pelaksanaan Keperawatan........................................................................60
E. Evaluasi Keperawatan..............................................................................60
BAB V PENUTUP......................................................................................................62

A. Kesimpulan.............................................................................................. 62
B. Saran.........................................................................................................63

vi
DAFTAR PUSTAKA

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi
yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada
umumnya berakhir dengan gagal ginjal. (setiati, dkk, 2017)

Menurut (PERNEFRI, 2017), Ginjal memainkan peran utama dalam mengatur


tekanan darah dan menyeimbangkan elektrolit penting yang menjaga ritme
jantung,". Saat ini, frekuensi penyakit ginjal kronis (Chronic Kidney Disease atau
CKD) cenderung terus meningkat setiap tahun di seluruh dunia. Studi populasi di
empat kota yakni Jakarta, Yogyakarta, Surabaya dan Bali yang melibatkan sekitar
10.000 pasien dengan metode Modification Diet in Renal Disease (MDRD)
menunjukkan bahwa prevalensi CKD sebesar 8,9 persen penduduk Indonesia

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 melaporkan prevalensi


penyakit gagal ginjal kronis berdasarkan diagnosis dokter prevalensi dokter di
Indonesia sebesar 0,2 persen. Prevalensi tertinggi di Sulawesi Tengah sebesar 0,5
persen, diikuti Aceh, Gorontalo, dan Sulawesi Utara masing-masing 0,4 persen.
Sementara Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa
Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur masing– masing 0,3 persen. Prevelensi
gagal ginjal kronis pada pria di Indonesia sebesar 0,3 persen dan pada wanita di
Indonesia sebesar 0,2 persen. Riskesdas juga melaporkan prevalensi gagal ginjal
kronis terbesar terdapat pada klien berusia ≥ 75 tahun, yaitu sebesar 0.6 persen. Di
DKI JAKARTA menduduki peringkat kelima sebanyak 1087 yang menderita
penyakit CKD dari 31 provensi di indonesia.

Berdasarkan prevalensi nasional penderita gagal ginjal kronis sebesar 0,2%.


Adapun provinsi yang mempunyai prevalensi tertinggi adalah Sulawesi Tengah
(0,5%) dan ada 7 provinsi yang mempunyai prevalensi terendah. Dan berdasarkan
gambaran di tahun 2013 dengan menggunakan unit analisis individu menunjukkan
bahwa secara nasional 0,2% penduduk Indonesia menderita penyakit gagal ginjal

1
kronis. Jika saat ini penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat
504.248 jiwa yang menderita gagal ginjal kronis (0,2% x 252.124.458 jiwa* =
504.248 jiwa). Suatu kondisi yang cukup mengejutkan.

Masalah keperawatan yang didapat pada klien CKD ditinjau dari gangguan
kebutuhan dasar yaitu kebutuhan cairan dan elektrolit. Hilangnya jaringan ginjal
fungsional merusak kemampuan untuk mengatur keseimbangan cairan elektrolit
dan asam basa. Kerusakan filtrasi dan reabsorpsi menyebabkan penumpukan
cairan pada tubuh, sehingga tubuh mengalami kelebihan cairan. Kebutuhan cairan
dan elektrolit terganggu pada akhirnya dalam tidak ditangani dengan baik, pasien
dengan Gagal Ginjal Kronik akan mengalami komplikasi lain seperti menurunkan
semua fungsi tubuh dan bisa menyebabkan kematian. Penatalaksaaan untuk
mencegah terjadinya komplikasi dan mengatasi masalah pada kebutuhan cairan
yang berlebih dengan cara melakukan terapi dengan menggantikan fungsi ginjal
yang sudah rusak, yaitu pembatasan makanan dan minuman untuk mengurangi
cairan dan elektrolit, seperti diit rendah protein, pemberian diuretik, selain itu bisa
dilakukan dengan hemodialisa atau transplantasi pada ginjal.

Pemenuhan kebutahan dasar dan masalah keperawatan ini tidak ditangani maka
terjadi komplikasi. Komplikasi yang sering timbul pada CKD adalah hiperkalimia,
perikarditis, hipertensi, anemia, dan penyakit tulang. Penatalaksanaan untuk
mencegah komplikasi dan mengatasi masalah keperawatan serta terapi untuk
menggantikan fungsi ginjal yang telah rusak yaitu pembatasan makanan untuk
mengurangi cairan dan elektrolit, diet rendah protein (Doengoes, 2012, Nursalam
, 2008).

Di masa yang akan datang, penyakit ini di prediksi akan terus bertambah jumlah
kliennya sehingga di butuhkan perawatan yang optimal. Perawat sebagai salah
satu tim kesehatan mempunyai peran sebagi tim asuhan keperawatan pada klien
CKD

2
yang melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Dalam upaya
promotif perawat berperan untuk memberikan pendidikan kesehatan sehingga
dapat mencegah terjadinya komplikasi. mengenai cara-cara pencegahan sampai
dengan komplikasi dengan membiasakan pola hidup sehat dengan cara rajin
berolah raga dan menghindari minuman beralkohol, rokok dan zat-zat kimia yang
berbahaya. Upaya preventif perawat memberikan perawatan kepada klien dengan
memantau cairan dan elektrolit yang seimbang, dan tanda adanya perubahan
fungsi regulator tubuh serta membatasi cairan klien. Peran perawat dalam upaya
kuratif yaitu berkolaborasi dalam menyiapkan tindakan hemodialisa dan
memberikan obat. Peran perawat dalam upaya rehabilitative yaitu
mempertahankan keadaan klien agar kondisi tidak bertambah berat atau mencegah
terjadinya komplikasi yang tidak diinginkan dengan patuh pada terapi dan
pembatasan aktivitas.

Berdasarkan uraian diatas penulis ingin mendapatkan pengalaman yang nyata


dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada klien CKD melalui proses Asuhan
Keperawatan, sehingga penulis melakukan studi kasus dan melakukan Asuhan
Keperawatan Pada klien Tn. H dengan CKD diruang Ar Rahmah RSI Ibnu Sina
Payakumbuh Tahun 2020

B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan penulisan seminar kasus ini yaitu : diharapkan penulis dapat
memberikan asuhan keperawatan pada dengan CKD.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu menguraikan hasil pengkajian klien dengan Chronic Kidney
Disease (CKD) khususnya pada Tn H di Ruang Ar Rahmah RSI Ibnu Sina
Payakumbuh Tahun 2020

b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan CKD


khususnya pada Tn H di Ruang Ar Rahmah RSI Ibnu Sina Payakumbuh
Tahun 2020

3
c. Mampu menguraikan rencana tindakan keperawatan kebutuhan dasar klen
dengan CKD padaTn H di Ruang Ar Rahmah RSI Ibnu Sina Payakumbuh
Tahun 2020

d. Mampu menguraikan tindakan keperawatan kebutuhan dasar klien dengan


CKD khususnya pada Tn H di Ruang Ar Rahmah RSI Ibnu Sina
Payakumbuh Tahun 2020

e. Mampu menguraikan hasil evaluasi kebutuhan dasar klien dengan CKD


khususnya pada Tn H di Ruang Ar Rahmah RSI Ibnu Sina Payakumbuh
Tahun 2020

f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus


kebutuhan dasar klien dengan CKD Tn H di Ruang Ar Rahmah RSI Ibnu
Sina Payakumbuh Tahun 2020

4
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Berikut ini adalah pengertian tentang CKD menurut beberapa ahli dan
sumber diantaranya adalah :
a. Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologi
dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal
yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal.
(Setiati, dkk, 2015)
b. Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal
lanjut secara bertahap, penyebab glomerulonefritis, infeksi kronis,
penyakit vaskuler (nefrosklerosis), proses obstruktif (kalkuli), penyakit
kolagen (lupus sistemik), agen nfritik (aminoglikosida), penyakit
endokrin (diabetes). (Doengoes .2014)

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa CKD adalah


penyakit ginjal yang tidak dapat lagi pulih atau kembali sembuh secara total
seperti sediakala. CKD adalah penyakit ginjal tahap akhir yang dapat
disebabakan oleh berbagai hal. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan elektrolit, yang
meyebabkan komplikasi hipertensi maupun diabetes militus.

2. Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju
Filtration Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m2
dengan rumus kockrof – gault sebagia berikut : (Sudoyo 2010)

LFG (ml/mnt/1,73 m²) = (140 – umur) x berat badan


72 x kreatinin plasma (mg/dl)

5
Tabel 2.1 Klasifikasi penyakit ginjal kronik sesuai dengan derajadnya.

Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)

1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90

2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ atau ringan 60-89

3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ atau sedang 30-59

4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ atau berat 15-29

5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis

Sumber : setiati,2015 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam edisi 6. Jakarta : FKUI

3. Etiologi
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif
dan lambat pada setiap nefron (biasanya berlangsung beberapa tahun dan
tidak reversible). (NIC-NOC 2015)
a. Glomerulonefritis
Glomerulonefritis adalah penyakit inflamasi atau non inflamasi pada
glomerulus yang menyebabkan perubahan permeabilitas, perubahan
struktur, dan fungsi glomerulus. (Sudoyo, 2014).
b. Proteinuria
Adanya protein di dalam urin manusia yang melebihi nilai normalnya
yaitu lebih dari 150mg/24 jam atau pada anak-anak lebih dari
140mg/m2. (Sudoyo 2010).
c. Penyakit ginjal diabetik
Pada pasien Diabetes, berbagai gangguan pada ginjal dapat terjadi,
seperti terjadinya batu saluran kemih, infeksi saluran kemih,
pielonefritis, yang selalu disebut sebagai penyakit ginjal non diabetik
pada pasien diabetes. (sudoyo 2010).
d. Amiloidosis ginjal
Adalah penyakit dengan karakteristik penimbunan polimer protein di
ekstraseluler dan gambaran dapat diketahui dengan histokimia dan
gambaran ultrastruktur yang khas. (sudoyo 2010)

6
e. Diabetes militus adalah penyebab utama dan terjadi lebih dari 30%
klien yang menerima dialisis.hipertensi adalah penyebab utama ESRD
kedua. (yuli 2015)
a. Etiologi menurut :Buku ajar “Asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan perkemihan” (yuli 2015)
b. Obstruksi dan infeksi, Iiskemi dan infeksi nefron-nefron ginjal
c. Nefrotik diabetik, angiopati sehingga jaringan ginjal <O2 dan nutrisi.
d. Nefritis hipertensil, vaskularisasi jaringan ginjal kurang.
e. Nefritis lupus, kerusakan jaringan dan nefron ginjal.
f. Eritematosa lupus sistemik
Kompleks imun terbentuk di membran basalis yang menyebabkan
inflamasi dan sklerosis dengan glumerulonefritis fokal, lokal, atau
difus.
g. Nefrosklerosis hipertensi
Hipertensi jangka panjang menyebabkan sklerosis dan penyempitan
arteriol ginjal dan arteri kecil dengan akibat penurunan aliran darah
yang menyebabkan iskemia, kerusakan glomerulus, dan atrifi
tubulus.
4. Ganggauan pemenuhan kebutuhan dasar
a. Kebutuhan dasar manusia
Henderson melihat manusia sebagai individu yang membutuhkan
bantuan untuk meraih kesehatan, kebebasan atau kematian yang damai,
serta bantuan untuk meraih kemandirian. Menurut Henderson,
kebutuhan dasar manusia terdiri atas 14 komponen yang merupakan
komponen penanganan perawatan. Ke-14 kebutuhan tersebut adalah
sebagai berikut
:
1) Bernafas secara normal (kebutuhan oksigenasi).
2) Makan dan minum dengan cukup (kebutuhan nutrisi dan cairan).
3) Membuang kotoran tubuh (kebutuhan eliminasi).
4) Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan (kebutuhan aktivitas).
5) Tidur dan istirahat (kebutuhan istirahat dan tidur).
6) Memilih pakaian yang sesuai (kebutuhan personal higyne).

7
7) Menjaga suhu tubuh tetap dalam batas normal dengan
menyesuaikan pakaian dan mengubah lingkungan (kebutuhan
cairan).
8) Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat serta melindungi
integumen (kebutuhan personal higyne).
9) Menghindari bahaya lingkungan yang bisa melukai (kebutuhan
aman nyaman).
10) Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi,
kebutuhan, rasa takut atau pendapat (kebutuahan psikososial).
11) Beribadah sesuai dengan keyakinan (kebutuhan spiritual).
12) Bekerja dengan tata cara yang mengandung unsur prestasi
(kebutuhan belajar).
13) Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi (kebutuhan
bermain).
14) Belajar mengetahui atau memuaskan rasa penasaran yang
menuntun pada perkembangan normal dan kesehatan serta
menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia (kebutuhan belajar).

Keempat belas kebutuhan dasar manusia di atas dapat diklasifikasikan


menjadi empat kategori, yaitu komponen kebutuhan biologis,
psikologis, sosiologis dan spiritual. Kebutuhan dasar poin 1 – 9
termasuk komponen kebutuhan biologis. Poin 10 dan 14 termasuk
komponen kebutuhan psikologis. Poin 11 termasuk kebutuhan spiritual.
Sedangkan poin 12 dan
13 termasuk komponen kebutuhan sosiologis. Henderson juga
menyatakan bahwa pikiran dan tubuh manusia tidak dapat dipisahkan
satu sama lain (inseparable). Sama halnya dengan klien dan keluarga,
mereka merupakan satu kesatuan (unit) (Potter dan Patricia, 2010).

b. Berikut ini akan diuraikan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar yang


terjadi pada CKD, yaitu :
c. Kebutuhan cairan dan elektrolit
Ginjal merupakan organ pengekresi cairan yang utama pada tubuh.
pada individu dewasa, ginjal mengeksresikan sekitar 1500ml per

8
hari. selain itu ginjal juga menerima hampir 170 liter darah untuk
disaring

9
menjadi urine. Produksi urine untuk semua kelompok usia adalah
1ml/kg/jam. Pada individu dewasa, produksi urine sekitar 1,5 liter/
hari. Jumlah urine yang di produksi oleh ginjal dipengaruhi oleh
ADH dan aldosteron, dalam pengaturan keseimbangan cairan,
dikenal istilah obligatory loss. Obligatory loss adalah mekanisme
pengeluaran cairan yang mutlak terjadi untuk mempertahankan
keseimbangan cairan dalam tubuh. Rumus yang di pakai untuk
menetukan banyaknya asupan cairan adalah (Jumlah urin yang
dikeluarkan selama 24 jam terakhir + 500 ml(IWL) (Suharyanto,
2013; Mubarak, 2008).
Pada klien Chronic Kidney Disease (CKD) terjadi penurunan laju
filtrasi glomerulus (LFG) berpengaruh pada retensi cairan dan
natrium. Retensi cairan dan natrium tidak terkontol dikarenakan
ginjal tidak mampu untuk mengonsentrasikan atau mengencerkan
urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal
yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari
hari tidak terjadi. Natrium dan cairan sering tertahan dalam tubuh
yang meningkatkan resiko terjadinya oedema, gagal jantung
kongesti, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi
aksis reninangiotensin dan kerjasama keduanya meningkatkan
sekresi aldosteron. Klien mempunyai kecenderungan untuk
kehilangan garam, mencetuskan resiko hipotensi dan hipovolemia.
Episode muntah dan diare menyebabkan penipisan air dan natrium,
yang semakin memperburuk status uremik.
1) Kebutuhan oksigenasi
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh,
mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel.
Jaringan yang melakukan metabolisme aerob, proses membentuk
energi dengan adanya oksigen, bergantung secara total pada oksigen
untuk bertahan hidup.

10
Pada klien Chronic Kidney Disease (CKD) cenderung ditemukan
adanya pernafasan yang cepat dan dangkal (kussmaul), irama nafas
yang tidak teratur, frekuensi nafas yang meningkat diatas normal,
adanya retraksi interkostalis, dan epigastrium, sebagai upaya untuk
mengeluarkan ion H+ akibat dari asidosis metabolik, pergerakan
dada yang tidak simetris, vokal fremitus cenderung tidak sama
getarannya antar lobus paru, terdengar suara dullness saat perkusi
paru sebagai akibat dari adanya edema paru, dan pada auskultasi
paru cenderung terdengar adanya bunyi rales. Pada tahap lanjut akan
ditemukan adanya sianosis perifer ataupun sentral sebagai akibat dari
ketidakadekuatan difusi oksigen di membran alveolar karena adanya
edema paru, nyeri dada dan sesak nafas akibat adanya penimbunan
cairan di paru-paru (Potter dan Patricia, 2010).
2) Kebutuhan nutrisi
Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan
oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan menghasilkan energi dan
digunakan dalam aktivitas tubuh. Sistem yang berperan dalam
pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah sistem pencernaan yang terdiri
atas saluran pencernaan yang dimulai dari mulut sampai usus halus
bagian distal, dan organ asesoris terdiri atas hati , kantung empedu
dan pankreas.
Pada penyakit Chronic Kidney Disease (CKD) sistem pencernaan
cenderung ditemukan adanya Anoreksia, nausea dan vomitus, yang
berhubungan dengan gangguan metabolisme protein di dalam usus.
Keadaan Chronic Kidney Disease (CKD) mengakibatkan penurunan
fungsi ginjal dalam hal mengeluarkan sisa-sisa metabolisme tubuh
yang salah satunya adalah ureum. Peningkatan kadar ureum dalam
darah akan akan mengiritasi mukosa lambung dan merangsang
peningkatan asam lambung (HCL) akibatnya akan terjadi mual.
Faktor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan dalam tubuh.
Ureum yang meningkat pada air liur diubah oleh bakteri di mulut
menjadi amonia sehingga nafas berbau amonia dan perubahan

11
membran mukosa mulut berupa lidah menjadi kotor atau timbulnya
lesi pada mukosa mulut. Sedangkan ureum yang meningkat dalam
usus dapat menyebabkan perubahan mukosa usus yang menimbulkan
kembung pada perut. Gagal ginjal akan menyebabkan gangguan
pada metabolisme vitamin D, sehingga akan terjadi gangguan pada
absorpsi kalsium di usus (Potter dan Patricia, 2010).
3) Kebutuhan rasa aman nyaman
Kebutuhan rasa aman dan nyama salah satunya yaitu, istirahat
merupakan keadaan relaks tanpa adanya tekanan emosional, bukan
hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang
membutuhkan ketenangan. pada sistem integumen normalnya
keadaan turgor kulit elastis, tidak pucat, akral tubuh teraba hangat.
pada klien Chronic Kidney Disease (CKD) cenderung ditemukan
adanya rasa gatal sebagai akibat dari uremi fross, kulit tampak
bersisik, kelembaban kulit menurun, turgor kulit cenderung menurun
(kembali > 3 detik). Pada tahap lanjut cenderung akan terjadi
ketidakseimbangan termoregulasi tubuh dan akral teraba dingin,
kulit berwarna pucat akibat adanya anemia dan kekuning-kuningan
akibat urokrom, suatu penumpukan kristal urea di kulit (urea fross).
Adanya gatal-gatal di kulit menyebabkan klien ingin menggaruk dan
akibatnya akan timbul bekas-bekas garukan di kulit (Potter dan
Patricia, 2010).
4) Kebutuhan aktivitas
Pada klien Chronic Kidney Disease (CKD) abnormalitas utama pada
gangguan aktivitas yaitu, metabolisme kalsium dan fosfat tubuh yang
memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah satunya meningkat
yang lain menurun. Penurunan LFG menyebabkan peningkatan
kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar serum
menyebabkan penurunan sekresi parathormon dari kelenjar
paratiroid. Namun pada CKD, tubuh tidak berespon secara normal
terhadap peningkatan sekresi parathormon, dan akibatnya kalsium di
tulang menurun, menyebabkan perubahan pada tulang dan
menyebabkan penyakit

12
tulang, selain itu metabolik aktif vitamin D (1,25
dihidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat didalam ginjal
menurun, seiring dengan berkembangnya CKD terjadi penyakit
tulang uremik dan sering disebut Osteodistrofienal. Osteodistrofienal
terjadi dari perubahan komplek kalsium, fosfat dan keseimbangan
parathormon (Smeltzer dan Bare, 2014).

5. Manifestasi klinis
Menurut Smeltzer dan Bare (2014) setiap sistem tubuh pada Chronic Kidney
Disease (CKD) dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka klien akan
menunjukkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala
bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, usia klien dan kondisi
yang mendasari. Tanda dan gejala klien gagal ginjal kronis adalah sebagai
berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi
sistem renin-angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki, tangan,
sakrum), pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus,
ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul.
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia,
mual,muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi.
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan
tungkai, panas pada telapak kaki, perubahan perilaku.
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop.

13
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler.

6. Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, klien CKD akan mengalami
beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Suwitra (2006) antara
lain adalah :
a. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme,
dan masukan diit berlebih.
b. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi
produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
renin angiotensin aldosteron.
d. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
e. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan
peningkatan kadar alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion
anorganik.
f. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
g. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
h. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
i. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.

7. Penatalaksanaan dan Terapi


Klien CKD perlu mendapatkan penatalaksanaan secara khusus sesuai
dengan derajat penyakit CKD, bukan hanya penatalaksanaan secara umum.
Menurut (Sudoyo, 2015), sesuai dengan derajat penyakit CKD dapat dilihat
dalam tabel berikut :
a. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya.
b. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid.
c. Memperlambat pemburukan fungsi ginjal.
d. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular.

14
e. Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi.
f. Terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal.

Tabel 2.2 Rencana tatalaksana penyakit ginjal kronik sesuai dengan


derajatnya.

Derajat LFG Rencana tatalaksana


(ml/mnt/1,73m
1 >90 Terapi penyakit dasar,
kondisi komoroid, evaluasi
pemburukan fungsi ginjal,
memperkecil resiko
kardiovaskular.
2 60-89 menghambat pemburukan
fungsi ginjal
3 30-59 evaluasi dan terapi
komplikasi
4 15-29 persiapan untuk terapi
pengganti ginjal
5 <15 terapi pengganti ginjal

Sumber : Sudoyo, 2015.

a. Penatalaksanaa keperawatan

1) cairan
a) Klien yang tidak didialisa
Bila ada oliguria, cairan yang diperbolehkan biasanya 400-500
ml (untuk menghitung kelebihan cairan rutin) ditambah volume
yang hilang lainya seperti urin, diare, dan muntah selama 24 jam
terakhir.

b) Klien dialisis
Pemasukan cairan terbatas jumlahnya sehingga kenaikan berat
badan tidak lebih dari 0,45 kg/hari diantara waktu dialisis. ini

15
umumnya akibat dari pemasukan 500 ml sehari ditambah
volume yang hilang melalui urin, diare dan muntah.

2) Elektrolit
a) Klien yang tidak dialisis
Pemasukam kalium harus dibatasi 1,5-2,5 g (38,5-64 mEq)/hari
pada dewasa dan sekitar 50 mg (1,9 mEq)/kg/hari untuk anak-
anak.

b) Klien yang didialisis


Ini dapat diberikan lebih bebas untuk mempertahankan kadar
natrium dan kalium serum normal pada Klien dengan dialisis.
selama CAPD (cronik ambulatory peritonial dealysis), kalium
yang dapat diberikan sekitar 2,7-3,1 g (70-80 mEq)/kg/hari pada
anak, untuk mempertahankan keseimbangan cairan.

3) Diet rendah protein untuk membatasi akumulasi produk akhir


metabolisme protein yang tidak dapat diekresikan ginjal.

4) Persiapan yang harus dilakukan perawat sebelum operasi AV – Shunt:

a) Berikan informasi yang jelas pada klien karena sering terjadi


kesalah pahaman. Klien sering menganggap Operasi AV-Shunt
adalah pemasangan alat untuk HD padahal hanya
menyambungkan pembuluh darah yang ada pada tubuh klien.

b) Batasan laboratorium untuk operasi AV-Shunt biasanya


direkomendasikan dari dokter penyakit dalam dan ahli
bedahnya. Selama ini Rekomendasi untuk Periksakan
laboratorium yaitu , Hb > 8 mg/dl, Trombosit dalam batas
normal, Gula Darah Sewaktu dalam batas normal untuk klien
tanpa riwayat DM dan untuk klien dengan DM harus
dikonsultasikan lagi dengan ahli bedahnya.

16
c) Lakukan program free heparin sebelum dilakukan operasi,
menurut literatur sebaiknya heparin tidak diberikan 6-8 jam
sebelum operasi dan diharapkan tidak diberikan kembali setelah
12 jam post operasi atau dikondisikan sampai luka operasi
mengering.

d) Sebelum operasi perawat HD bisa melakukan palpasi pada arteri


radialis dan ulnaris untuk merasakan kuat tidaknya aliran darah
arterinya kemudian dilaporkan ke ahli bedah. bila salah satu
arteri (radilis/ ulnaris ) tidak teraba dan tidak ditemukan dengan
alat penditeksi (dopler) maka kontra indikasi untuk dilakukan
AV- Shunt.

b. Penatalaksanaa kolaboratif
1) Diuretik kuat untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
2) Glikosida jantung untuk memobilisasi cairan yang menyebabkan
edema.
3) Kalsium karbonat atau kalsium asetat untuk mengobati osteodistropi
ginjal dengan mengikat fosfat dan menambah kalsium.
4) Anthi hipertensi (ACE inhibitor) untuk mengontrol tekanan darah
dan edema.
5) Famotidin dan ranitidin untuk mengurangi iritasi lambung.
6) Suplemen besi dan folat atau tranfusi sel darah merah untuk anemia.
7) Eritropoitin sintetik untuk menstimulus sumsum tulang,
memproduksi sel darah merah.
8) Suplemen besi, estrogen konjugata, dan desmopresin untuk melawan
efek hematologik.
9) Terapi dialysis (pengganti ginjal)
Dialysis digunakan untuk mengeluarkan produk sisa cairan dan
uremik dari tubuh bila ginjal tidak mampu melakukanya.juga dapat
digunakan untuk mengobati klien dengan edema yang tidak
meresponpengobatan lain, hepatic, hiperkalemia, hiperkalsemia,

17
hipertensi, dan dialysis peritonial, untuk menggantikan ginjal yang
tidak berfungsi.
Dialisis adalah pergerakan cairan dan butir-butir (partikel) memlalui
membaran semipermeabel. Dialisis adalah suatu tindakan yang dapat
memulihkan keseimbangan cairan dan elektrolit, mengendalikan
keseimbangan asam-basa, dan mengeluarkan sisa metabolisme dan
bahan dari tubuh.
Ada tiga prinsip yang mendasari dialisis, yaitu disfungsi, osmosis,
dan ultrafiltrasi. Disfungsi adalah pergerakan butir-butir (partikel)
dari tempat yang berkonsentrasi tinggi ke tempat yang
berkonsentrasi rendah. Dalam tubuh manusia, hal ini terjadi
memlalui membran semipermeabel. Difusi menyebabkan urea,
kreatinin, adan asam urat dari darah klien masuk ke dalam dialisiat.
Walaupun konsentrasi eritrosit dan protein da;lam darah tinggi,
meteri ini tidak dapat menebus membran semipermeabel katrena
eitrosit dan prtotein mempunyai mokelul yang besar. Osmosi
menyangkut pergerakan air melakui membran semipermeabel dari
tempat yang berkonsentrasi rendah ke tempat yang berkonsentrasi
tinggi (osmolalitas). Ultrafiltrasi adalah pergerakan cairan melalui
membran semipermeabel sebagai akibat tekanan gradien buatan.
Tekanan gradien buatan dapayt bertekanan positif (didorong) atauu
negatif (ditarik). Ultrafiltrasi lebih efisien daripada osmosisi dalam
mengambil cairan dan diterapkan dalam hemodialisa. Pada saat
dialissi, prinsip osmosis, dan difusi atau ultrafiltrasi digunakan
secara simultan atau persamaan.

18
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien dengan CKD
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian
merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai
dengan kebutuhan individu.
Pengkajian keperawatan pada klien dengan Chronic Kidney Disease (CKD)
menurut Doengoes, 2012; Nursalam, 2008; Sudoyo, 2015; NIC NOC, 2015
sebagai berikut :

a. Demografi.
Klien CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai
hal seperti proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya.
CKD dapat terjadi pada siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga
mempunyai peranan penting sebagai pemicu kejadian CKD. Karena
kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan lingkungan
yang tidak menyediakan cukup air minum / mengandung banyak
senyawa/ zat logam dan pola makan yang tidak sehat.

b. Riwayat penyakit yang diderita klien sebelum CKD seperti DM,


glomerulo nefritis, hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi
saluran kemih, dan traktus urinarius bagian bawah juga dapat memicu
kemungkinan terjadinya CKD.

c. Pengkajian Bio-psiko-Sosial
1) Aktivitas istirahat
Gejala :
kelelahan ekstrem kelemahan dan malaise, gangguan tidur (insomnia/
gelisah atau somnolen).
Tanda :
kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.

19
2) Sirkulasi
Gejala :
Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi : nyeri dada (angina)
Tanda :
Hipertensi : nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada kaki,
telapak tangan, nadi lemah dan halus, hipotensi ortostatik
menunjukkan hipovolemia yang jarang terjadi pada penyakit tahap
akhir, friction rub pericardial (respon terhadap akumulasi rasa) pucat,
kulit coklat kehijauan, kuning, kecenderungan pendarahan.
3) Integritas Ego
Gejala :
Faktor stres, contoh finansial, hubungan, dan sebagainya. Peran tak
berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
Tanda :
Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan
kepribadian.
4) Eiminasi
Gejala :
Peningkatan berat badan cepat (edem), penurunan berat badan
(malnutrisi). Anoreksia, Malnutrisi, kembung, diare, konstipasi.
Tanda :
Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat, berwarna.
Oliguria, dapat menjadi anuria.
5) Makanan / Cairan
Gejala :
Peningkatan berat badan cepat (edem), penurunan berat badan
(malnutrisi). Anoreksia, nyeri ulu hati, mual / muntah, rasa metalik
tidak sedap pada mulut (pernafasan amonia), pengguanaan diuretik.
Tanda :
Distensi abdomen / asietas, pembesaran hati (tahap akhir). Perubahan
turgor kulit. Edem (umum, tergantung). Ulserasi gusi, pendarahan

20
gusi / lidah. Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, tampak tak
bertenaga.
6) Neorosensasi
Gejala :
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot / kejang : sindrom Kaki,
gelisah ; kebas terasa terbakar pada telapak kaki. Kebas kesemutan
dan kelemahan, khususnya ekstremitas bawah (neuropati perifer).
Tanda :
Gangguan sistem mental, contoh penurunan lapang perhatian,
ketikmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau,
penurunan tingkat kesadaran, koma. Kejang, fasikulasi otot, aktifitas
kejang, Rambut tipis, kuku rapuh dan tips.
7) Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot / nyeri kaki. Memburuk pada
malam hari.
Tanda :
perilaku berhati-hati dan gelisah.
8) Pernafasan
Gejala :
nafas pendek : dipsnea, nokturnal parosimal, batuk dengan / tanpa
sputum kental atau banyak.
Tanda :
takiepna, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman (Pernafasan
kusmaul). Batuk produktif dengan sputum merah muda encer (edema
paru).
9) Keamanan
Gejala :
Klit gatal ada / berulamngnya infeksi
Tanda :
Pruritus Demam ( sepsis, dehidrasi ; normotemia dapat secara actual
terjadi peningkatan pada klien yang mengalami suhu tubuh lebih

21
rendah dari pada normal ( efek CKD / depresi respon imum) Ptekie,
araekimosis pada kulit Fraktur tulang ; defosit fosfat, kalsium,
(klasifikasi metastatik) pada kulit, jaringan lunak sendi, keterbatasan
gerak sendi.
10) Seksualitas
Gejala :
penurunan libido ; amenorea ; infertilitas.
11) Interaksi Sosial
Gejala :
Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekeja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.

d. Pemeriksaan fisik
1) Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran
klien dari compos mentis sampai coma.
2) Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi
meningkat dan reguler.
3) Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan
nutrisi, atau terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
4) Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran
telinga, hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum,
bibir kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.

5) Leher dan tenggorok.


Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
6) Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat
otot bantu napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara

22
tambahan pada paru (rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung,
terdapat suara tambahan pada jantung.
7) Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut
buncit.
8) Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi,
terdapat ulkus.
9) Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas klien dibantu, terjadi edema, pengeroposan
tulang, dan Capillary Refill lebih dari 1 detik.
10) Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan
mengkilat / uremia, dan terjadi perikarditis.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengam Chronic Kidney Disease (CKD)
menurut trucker, 2008; sudoyo, 2015.

1. Urinalisasi : PH asam, SDP, SDM, berat jenis urin (24 jam) : volume
normal, volume kosong atau rendah, proteiurea, penurunan klirens
kreatinin kurang dari 10 ml permenit menunjukan kerusakan ginjal yang
berat.
2. Hitungan darah lengakap : penurunan hematokrit / HB , trombosit,
leukosit, peningkaanj SDP.
3. Pemerikasaan urin : Warna PH, kekeruhan, glukosa, protein, sedimen,
SDM, keton, SDP, CCT.
4. Kimia darah : kadar BUN, kreatinin, kalium, kalsium, fosfor, natrium,
klorida abnormal.
5. Uji pencitraan : IVP, ultrasonografi ginjal, pemindaian ginjal, CT scan.
6. EKG : distritmia
7. Poto polos abdomen, bias tampak batu radio opak

23
8. Pielografi intra vena jarang dikerjakan, karena kontras tidak dapat
melewati filter glomerolus, disamping kekawatiran terjadinya pengaruh
toksik oleh kontras terhadap ginjal yang sudah mengalami kerusakan.
9. Piolografi antegrad atau retrograt sesuai dengan indikasi.
10. Pemeriksaan lab CCT (Clirens Creatinin Test) untuk mengetahui laju
filtrasi glomerulus. Untuk menilai GFR (Glomelular Filtration Rate) /
CCT (Clearance Creatinin Test) dapat digunakan dengan rumus :
CCT ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg )
72 x creatini serum

*) wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD menurut Huda dan
Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2015).
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan Ketidakmampuan ginjal
mengsekresi air dan natrium.
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pembatasan diit dan ketidak mampuan untuk mengabsorbsi nutrien.
c. Perubahan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru.
d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan
nutrisi ke jaringan sekunder.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan anemia, retensi
produk sampah dan prosedur dialysis.
f. Resiko Kerusakan intregritas kulit berhubungan dengan efek uremia.

24
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan menurut Huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2015).

Tabel 2.3 Rencanan Asuhan Keperawatan

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


1. Kelebihan volume cairan Tujuan: Nursing intervensi classification (NIC)
Definisi : Retensi cairan isotomik Setelah dilakukan asuhan Fluid Management :
meningkat keperawatan selama 3x24 jam 1. Kaji status cairan ; timbang berat
volume cairan seimbang. badan,keseimbangan masukan dan haluaran,
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil: turgor kulit dan adanya edema.
 Berat badan meningkat pada Nursing outcomes classification 2. Batasi masukan cairan.
waktu yang singkat (NOC) : Fluid Balance 3. Identifikasi sumber potensial cairan.
 Asupan berlebihan dibanding  Terbebas dari edema, efusi, 4. Jelaskan pada klien dan keluarga rasional
output anasarka pembatasan cairan.
 Tekanan darah berubah, tekanan  Bunyi nafas bersih,tidak adanya 5. Kolaborasi pemberian cairan sesuai terapi.
arteri pulmonalis berubah, dipsnea
peningkatan CVP  Memilihara tekanan vena
Hemodialysis therapy :
 Distensi vena jugularis sentral, tekanan kapiler paru,
1. Ambil sampel darah dan meninjau kimia darah
 Perubahan pada pola nafas, output jantung dan vital sign
(misalnya BUN, kreatinin, natrium, pottasium,
dyspnoe/sesak nafas, orthopnoe, normal.
tingkat phospor) sebelum perawatan untuk
suara nafas abnormal (Rales atau
mengevaluasi respon thdp terapi.

26
crakles), kongestikemacetan 2. Rekam tanda vital: berat badan, denyut nadi,
paru, pleural effusion pernapasan, dan tekanan darah untuk
 Hb dan hematokrit menurun, mengevaluasi respon terhadap terapi.
perubahan elektrolit, khususnya 3. Sesuaikan tekanan filtrasi untuk menghilangkan
perubahan berat jenis jumlah yang tepat dari cairan berlebih di tubuh
 Suara jantung SIII klien.
 Reflek hepatojugular positif 4. Bekerja secara kolaboratif dengan klien untuk
 Oliguria, azotemia menyesuaikan panjang dialisis, peraturan diet,
 Perubahan status mental, keterbatasan cairan dan obat-obatan untuk
kegelisahan, kecemasan mengatur cairan dan elektrolit pergeseran antara
pengobatan.
Faktor-faktor yang berhubungan :
 Mekanisme pengaturan
melemah
 Asupan cairan berlebihan
 Asupan natrium berlebihan
2 Gangguan nutrisi kurang dari Tujuan: Nursing intervensi classification (NIC)
kebutuhan Setelah dilakukan asuhan Nutritional Management :
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor adanya mual dan muntah
untuk keperluan metabolisme tubuh. nutrisi seimbang dan adekuat. 2. Monitor adanya kehilangan berat badan dan
Kriteria Hasil: perubahan status nutrisi.
Batasan karakteristik :

27
 Berat badan 20 % atau lebih di Nursing outcomes classification 3. Monitor albumin, total protein, hemoglobin, dan
bawah ideal (NOC) : Nutritional Status hematocrit level yang menindikasikan status
 Dilaporkan adanya intake  Nafsu makan meningkat nutrisi dan untuk perencanaan treatment
makanan yang kurang dari RDA  Tidak terjadi penurunan BB selanjutnya.
(Recomended Daily Allowance)  Masukan nutrisi adekuat 4. Monitor intake nutrisi dan kalori klien.
 Membran mukosa dan  Menghabiskan porsi makan 5. Berikan makanan sedikit tapi sering.
konjungtiva pucat  Hasil lab normal (albumin, 6. Berikan perawatan mulut sering.
 Kelemahan otot yang digunakan kalium) 7. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet
untuk menelan/mengunyah sesuai terapi.
 Luka, inflamasi pada rongga
mulut
 Mudah merasa kenyang, sesaat
setelah mengunyah makanan
 Dilaporkan atau fakta adanya
kekurangan makanan
 Dilaporkan adanya perubahan
sensasi rasa
 Perasaan ketidakmampuan untuk
mengunyah makanan
 Miskonsepsi
 Kehilangan BB dengan makanan
cukup

28
 Keengganan untuk makan
 Kram pada abdomen
 Tonus otot jelek
 Nyeri abdominal dengan atau
tanpa patologi
 Kurang berminat terhadap
makanan
 Pembuluh darah kapiler mulai
rapuh
 Diare dan atau steatorrhea
 Kehilangan rambut yang cukup
banyak (rontok)
 Suara usus hiperaktif
 Kurangnya informasi,
misinformasi

Faktor-faktor yang berhubungan :


Ketidakmampuan pemasukan atau
mencerna makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan faktor biologis,
psikologis atau ekonomi.

29
3 Perubahan pola napas berhubungan Tujuan: Nursing intervensi classification (NIC)
dengan hiperventilasi paru Setelah dilakukan asuhan Respiratory Monitoring :
keperawatan selama 1x24 jam pola 1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha
nafas adekuat. respirasi.
Kriteria Hasil: 2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
Nursing outcomes classification penggunaan otot tambahan, retraksi otot
(NOC) : Respiratory Status supraclavicular dan intercostal.
 Peningkatan ventilasi dan 3. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
oksigenasi yang adekuat kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes.
 Bebas dari tanda tanda distress 4. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan /
pernafasan tidak adanya ventilasi dan suara tambahan.
 Suara nafas yang bersih, tidak Oxygen Therapy :
ada sianosis dan dyspneu 1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles.
(mampu mengeluarkan sputum, 2. Ajarkan klien nafas dalam.
mampu bernafas dengan mudah, 3. Atur posisi senyaman mungkin.
tidak ada pursed lips) 4. Batasi untuk beraktivitas.
 Tanda tanda vital dalam rentang 5. Kolaborasi pemberian oksigen.
normal
4 Gangguan perfusi jaringan Tujuan: Nursing intervensi classification (NIC)
berhubungan dengan penurunan Setelah dilakukan asuhan Circulatory Care :
suplai O2 dan nutrisi ke jaringan keperawatan selama 3x24 jam
sekunder. perfusi jaringan adekuat.

30
Kriteria Hasil: 1. Lakukan penilaian secara komprehensif fungsi
Nursing outcomes classification sirkulasi periper. (cek nadi priper,oedema, kapiler
(NOC) : Circulation Status refil, temperatur ekstremitas).
 Membran mukosa merah muda 2. Kaji nyeri.
 Conjunctiva tidak anemis 3. Inspeksi kulit dan Palpasi anggota badan.
 Akral hangat 4. Atur posisi klien, ekstremitas bawah lebih rendah

 TTV dalam batas normal. untuk memperbaiki sirkulasi.

 Tidak ada edema 5. Monitor status cairan intake dan output.


6. Evaluasi nadi, oedema.
7. Berikan therapi antikoagulan.
5 Intoleransi aktivitas berhubungan Tujuan: Nursing intervensi classification (NIC)
dengan keletihan anemia, retensi Setelah dilakukan asuhan Activity therapy :
produk sampah dan prosedur keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor respon fisik, social dan spiritual.
dialysis. Intoleransi aktivitas dapat teratasi. 2. Bantu klien untuk mendapatkan alat bantuan
Kriteria Hasil: aktivitas seperti kursi roda, krek.
Nursing outcomes classification 3. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang
(NOC) : Circulation Status disukai.
 Mampu melakukan aktivitas 4. Bantu klien/ keluarga untuk mengidentifikasi
sehari-hari secara mandiri. kekurangan dalam beraktivitas.
 Tanda-tanda vital normal 5. Bantu klien untuk mengembangkan motivasi diri
 Mampu berpindah dengan atau dan penguatan.
tanpa bantuan alat. 6. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik
dalam merencakan program terapi yang tepat.

31
 Sirkulasi status baik.
6 Resiko Kerusakan intregritas kulit Tujuan: Nursing intervensi classification (NIC)
berhubungan dengan efek uremia Setelah dilakukan asuhan Skin surveilance :
dan neuropati perifer. keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor adanya tanda – tanda kerusakan integritas
Resiko Kerusakan intregritas kulit kulit.
tidak terjadi. 2. Monitor warna kulit.
Kriteria Hasil: 3. Monitor temperatur
4. Catat adanya perubahan kulit dan membran
Nursing outcomes classification mukosa.
(NOC) : Circulation Status 5. Ganti posisi dengan sering.
 Temperatur jaringan dalam 6. Anjurkan intake dengan kalori dan protein yang
rentang normal. adekuat
 Elastisitas dan kelembaban
dalam rentang rentang normaal.
 Pigmentasi dalam rentang
normal.

32
4. Pelaksanaan Keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditunjukkan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan
yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan klien (Nursalam, 2008)
Pelaksanaan kepewatan
1. Menstimbangkan cairan
2. Memenuhi kebutuhan nutrisi
3. Memenuhi pola nafas
4. Menstimbangkan perfusi jaringan
5. Mengstimbangkan aktivitas
6. Mengelastisikaskan integritas kulit

5. Evaluasi keperawatan
Perencanaan evaluasi memuat cerita hasil keberhasilan proses dan
keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat
dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman / rencana
proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
antara tingkat kemandirian klien dalam kehidupan sehari – hari dan tingkat
kemajuan kesehatan klien dengan tujuan yang telah dirumuskan
sebelumnya. Evaluasinya menurut Nursalam (2008) sebagai berikut :
1. Cairan seimbang.
2. Nutrisi seimbang
3. Pola nafas terpenuhi
4. Perfusi jaringan seimbang
5. Aktifitas seimbang
6. Integritas Kulit teratasi

33
BAB III

TINJAUAN KASUS

Dalam bab ini penulisan akan menyelesaikan laporan kasus Asuhan Keperawatan
Pada Klien Tn H dengan CDK diruang rawat Ar Rahmah RSI Ibnu Sina
Payakumbuh Tahun 2020. Dalam melengkapi data ini penulis mengadakan
wawancara , tim perawat di ruangan, selain itu juga memperoleh data-data dari
catatan medis dan catatan keperawatan serta didapatkan hasil Observasi langsung
serta pemeriksaan fisik.

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada klien dilakukan pada tanggal 18 Januari 2020 di Ruang Ar
Rahmah RSI Ibnu Sina Payakumbuh
1. Identitas
Klien berinisial Tn. H, usia 73 th, jenis kelamin Laki-laki, Agama Islam,
Suku bangsa Minang, Warga negara Indonesia, Pendidikan Terakhir
Sekolah dasar, Status perkawinan sudah menikah, pekerjaan peternak,
alamat Parumpuang Kab. 50 Kota. Sumber biaya Jaminan Kesehatan :
Pribadi (Umum), Sumber Informasi diperoleh dari klien, keluarga, tim
Perawat di Ruangan dan Status Klien.
2. Resume Keperawatan
Klien masuk dari IGD pada hari Selasa, Tgl 14 Januari 2020,, dibawa oleh
keluarga. Saat datang ke IGD, klien mengalami penurunan kesadaran
penilaian GCS: E: 3, M: 5 V: 4 total 12, Hasil TTV TD: 170/110 mmHg,
N: 90 x/menit, RR : 26 x/menit, S : 36 °C. Keluarga klien mengatakan
klien letih dan lemas, sulit diajak komunikasi, mengalami bengkak di
tungkai bagian kaki kanan,dan sering mengeluh nyeri ulu hati, gatal-gatal
seluruh tubuh klien mempunyai riwayat penyakit Hipertensi dan DM. Di
IGD dilakukan tindakan pemasangan

34
Infus dengan cairan RL 20 tts/i , kemudian dilakukan pemeriksaan
laboratorium
Klien di pindahkan ke ruang Ar Rahmah dengan keluhan yang sama
ketika di IGD. Klien mengalami penurunan kesadaran, keadaan umum
klien sakit sedang TTV : TD : 170/110 mmHg, Nd : 90 x/menit , RR : 24
x/menit , S : 36 °C. Klien di diagnosa CKD Hipertensi + DM, dan
diagnosa keperawatanya adalah : Kelebihan volume cairan berhubungan
dengan ketidakmampuan ginjal mengsekresi air. Intervensinya yaitu : Kaji
status cairan , timbang berat badan harian, kesimbangan masukan dan
haluran, turgor kulit dan adanya edema, ttv, membatasi masukan cairan,
Menjelaskan pada klien rasional pembatasan cairan, bantu klien dalam
menmghadapi ketidaknyamanan akibat pembatasan cairan, pemberian
terapi oral yaitu :Amlodipine 1x5 mg, Novarapid 3x10 IU , Omeprazole
1x1, cefriaxone 2x1
3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan saat ini adalah klien mengatakan mudah lemas, mual, muntah,
pusing selama 2 hari dan cepat lelah saat beraktivitas, gatal-gatal
seluruh tubuh edem tungkai kaki dibagian kaki kiri grade +1, lamanya
keluhan sudah 2 bulan. Selama sakit klien sering kontrol ke dokter dan
minum obat. Saat ini klien direncanakan untuk dilakukan pemasangan
cimino untuk akses HD.

b. Riwayat kesehatan masa lalu


Menurut keluarga klien memiliki riwayat Hipertensi sejak 2 th yang
lalu. Kemudian riwayat 1 th yang lalu klien sering minum obat. Klien
sekarang adalah rawatan ke 2 klien didiagnosa dokter CKD Hipertensi,
klien pernah dirawat di Rumah Sakit Islam Jakarta dengan diagnosa :
CKD Hipertensi. Kemudian riwayat pemakain obat selama 3 bulan
sebelum masuk rumah sakit : Amlodipine 1x10 gr

Riwayat kesehatan keluarga

Klien anak empat . Orang tua klien sudah meninggal. Keluarga dari
klien Ny. S terutama dari keluarga Ny.s Orang tua klien mempunyai
riwayat HIPERTENSI. Klien memiliki dua orang anak dan anaknya
yang pertama sudah meninggal dengan peyakit jantung dan anak yang
kedua sudah tidak tinggal serumah, klien tinggal serumah dengan
saudaranya.

36
Skema 3.1. Genogram Ny. S

X X
X X
Klien Ny.S

Usia 55 th

X
X
X

Keterangan

:Laki-laki
:Perempuan
X
:meninggal
dunia
:tinggal satu
rumah
: klien
: menikah
: keturunan

c. Riwayat psikososial dan spiritual


Saat ini klien tinggal bersama saudaranya. Komunikasi dan interaksi
dengan saudara dan orang lain baik, setiap ada permasalahan selalu di
diskusikan dengan saudara( bersama – sama ), dan selalu diputuskan
bersama saudara. Harapan klien terhadap penyakitnya ingin lekas
sembuh walaupun tidak maksimal dan ingin cepat kembali pulang dan
kumpul dengan keluarga. Peran sebagai Ibu sebagai kepala rumah
tangga. Hal yang sangat dipikirkan saat ini klien merasa penyakit yang
di deritanya sebagian ujian dari allah. Aktivitas agama klien puasa dan
beribadah 5 waktu tidak di tinggalkan karena sebagai kewajiban yang
harus di laksanakan.

37
d. Kondisi Lingkungan rumah
Saat ini klien tinggal di Jl.Sersan Idris No 8 Rt 03 Rw 04 kelurahan
Margajaya, Kota Bekasi, 17141 provinsi Jawa Barat. Menurut klien
keadaan rumah rapi dan lantainya tidak licin, ventilasi ketika pagi
sampai sore sering terbuka, posisi kamar mandi jauh dengan kamar
tidur klien, lingkungan dekat rumah klien padat penduduknya.keluarga
klien tidak ada yang mengosumsi rokok

e. Pola Kebiasaan Sehari – hari


1) Pola Nutrisi
Sebelum Dirawat
Sebelum sakit pola kebiasaan makan klien adalah 3x/hari dengan
menghabiskan 1 porsi makan, sayur, lauk pauk, dan buah – buahan.
Klien dan pada saat sebelum sakit nafsu makan klien baik, tidak
ada hambatan dalam hal mengkonsumsi makanan.
Saat di Rawat
Pola makan klien tetap sama yaitu tiga kali dalam sehari. Nafsu
makan klien cukup baik, makanan yang di habiskan 1 porsi saja,
terkadang tidak habis dikarenakan perutnya kembung. Saat ini
klien mendapat diit rendah protein 60 gram.

2) Pola Eliminasi
Sebelum Dirawat
Sebelum sakit klien biasa buang air besar satu kali dalam sehari,
konsistensinya lembek, warna feses kuning. Sedangkan untuk
buang air kecilnya lebih dari lima kali dalam sehari, warnanya
kuning bening.
Saat di Rawat
Saat di rawat klien mengatakan buang air besarnya yaitu satu kali
dalam sehari, konsistensi lembek, warna kuning. Sedang kan untuk
buang air kecilnya terjadi perubahan yaitu dalam satu hari hanya
dua sampai empat kali saja (400 - 600cc/hari) dikarenakan klien
dalam

38
satu hari hanya minum kira – kira dua gelas saja (600cc/hari),
warnanya adalah kuning. Dikarenakan penurunan fungsi ginjal.

3) Pola personal hygiene


Sebelum Dirawat
Klien biasa mandi dua kali dalam satu hari menggunakan sabun
dan sampo, menggosok gigi dua kali sehari, setiap mandi pagi dan
sore sebelum tidur, klien dua kali dalam satu minggu
membersihkan rambutnya.
Saat dirawat
Selama di rawat klien mandi sendiri dua kali sehari, klien
menggosok gigi setiap habis mandi hanya satu kali,

Pola istirahat tidur

Sebelum Dirawat

Klien tidur selama kurang lebih 8 jam /hari dan tidur siang 3 jam.
Klien tidak mempunyai kebiasaan sebelum tidur dan sesudah tidur.
Selama dirawat
Klien tidur kurang lebih 6 jam/hari dengan sering terbangun dan
tidur siang 2 jam. Karena sudah bosan dengan suasana rumah sakit,
dan terkadang banyaknya pengunjung.

4) Pola aktivitas dan latihan


Sebelum Dirawat
Aktivitas sehari – hari klien yaitu bekerja sebagai ibu rumah
tangga, klien olah raga jalan di lingkungan rumah satu minggu
sekali dan mudah lelah setelah beraktivitas.
Selama dirawat
Selama dirawat aktivitas klien terganggu karena kurang terbiasa
dengan suasana rumah sakit dan klien ingin segera pulang, kaki
klien terasa berat jika untuk berjalan. Aktivitas klien hanya
ditempat tidur dan duduk buat nonton tv. Untuk perawatan dirinya
klien mandiri melakukannya.

39
4. Pengkajian Fisik
Keadaan umum klien sakit sedang, Kesadaran klien Compos mentis, tidak
ada pembesaran kelenjar getah bening, berat badan klien 50 kg, bb kering
setelah di HD 47 kg (BB ideal :45-55 kg) tinggi badan 150 cm, tekanan
darah klien 190/90 mmHg, nadi 90 x/menit, RR 24 x/menit, Suhu 36°C.
a. Sistem penglihatan
Sitem penglihatan klien baik, tidak terdapat tanda – tanda radang,
tidak ada kelainan otot-otot mata, pupil bereaksi terhadap rangsang
cahaya, posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola
mata normal, konjungtiva an anemis, kornea normal, sklera ikterik,
pupil isokor..
b. Sistem pendengaran
Fungsi pendengaran klien normal, klien tidak menggunakan alat bantu
dengar dan tidak mempunyai gangguan keseimbangan, daun telinga
normal, tidak ada serumen, dan tidak ada perasaan di telinga.
c. Sistem wicara
Dalam sistem wicara klien baik, tidak ada disatria, menanggapi
pembicaraan sesuai.
d. Sistem pernafasan
Jalan nafas klien bersih, klien sesak sedikit , tidak menggunakan otot
bantu nafas, frekuensi nafas klien 24 x/menit, irama teratur, nafas
dalam, tidak ada batuk, tidak ada seputum, suara nafas vesikular, tidak
ada nyeri saat bernafas.
e. Sistem kardiovaskular
Nadi 90 x/menit dengan irama teratur,tekanan darah klien 190/90
mmHg, tidak ada distensi vena jugularis, temperatur kulit klien
hangat, warna kulit klien pucat, pengisian kapirelirevil <2 detik, odem
tungkai kaki kanan grade + 1.
f. Sistem hematologi
Tidak ada pendarahan, kongjungtiva tidak pucat, hemoglobin normal
12.0 g/dl.

40
g. Sistem saraf pusat
keluhan sakit kepala, tingkat kesadaran compos mentis, nilai GCS E:
4, M: 6, V: 5 total 15, tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK,
pemeriksaan reflek fisiologis normal dan reflek patologis tidak.
h. Sistem pencernaan
Gigi tidak ada karies, tidak menggunakan gigi palsu,tidak ada
stomatitis di rongga mulut, bibir lembab,klien muntah dan isinya
sesuai dengan makanan frekuensi 3x jumlah 300cc, abdomen
kembung, bising usus 18 x/menit.
i. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton, tidak
ada luka gangren.
j. Sistem urologi
Balan cairan selama 24 jam. Intake : 1600 – 2100 + 690 (Output + IWL)
= + 900ml, tidak ada perubahan pola kemih, BAK kuning, tidak ada
ketegangan kandung kemih, tidak ada keluhan sakit pinggang Tidak
ada nyeri. Odem di tungkai kaki kanan karena adanya penumpukan
cairan di kaki. Penatalaksanaan diit rendah cairan (batasi cairan
600cc/24 jam, lasik 1x2 gr.
k. Sistem integumen
Turgor kulit baik, temperatur kulit 36°C, warna kulit kemerahan,
keadaan kulit baik, tidak ada kelainan kulit, terjadi pembengkakan
pada kulit daerah pemasangan infus, kulit kering.gatal gatal,
pemeriksaan lab ureum 134 Mg/dl, kreatinin 12,1 Mg/dl.
Penatalaksanaan rendah protein 40gr dan rendah garam 40 gr .
l. Sistem muskuloskeletal
Tidak ada kesulitan dalam pergerakan, klien tidak merasa sakit pada
tulang sendi dan kulit, tidak ada fraktur, tidak ada kelainan bentuk dan
struktur tulang belakang, klien menggunakan alat bantu tongkat saat
berjalan, kekuatan otot:

41
5555 5555
5555 5555

42
5 Pemeriksaan Penunjang

Tabel 3.2 Hasil pemeriksaan laboratorium


Hematologi rutin pada tanggal 01 Juni 2016

Hematologi rutin Hasil Satuan Nilai rujukan


HB 12 G/dl 13.2-17.3
Leukosit - - -
Hematokrit 40 % 40-52
Trombosit 150 Ribu/µl 150-440
Eritrosit 4,40 10^6/ µl 4.40-5.90
MCV/VER 90 Fl 80-100
MCH/HER 28 Pg 26-34
MCHC/AHER 32 G/dl 32-36
Kimia Klinik - -
Glukosa Sewattu - - -
Ureum Darah 134 Mg/dl 10-50
Kreatinin Darah 3,1 Mg/dl <1.4
Elektrolit - - -

Hasi penghitungan LFG

LFG (Ml/mnt/1,73m²) = (140-umur) x berat badan


72 x kreatinin plasma
= (140-55) x 50kg

= 85 x 50 = 4250
223 223
= 19 ml/menit
Klasifikasi dari CRF klien masuk gret 5, yang artinya kilen mengalami
gagal ginjal tahap berat (karena LFG klien 19%), Sudoyo,2015.

Penatalaksanaan terapi :
1. Terapi injeksi
a. Amlodipine 10gr 1x10 jam 06.00 wib.
b. Lasix 10gr 1x2 jam 06.00 wib.
c. Ondancentron 10gr 1x1 jam 06.00 wib.

43
2. Diit Rendah protein 40gr, Rendah garam 40gr
3. HD 2x seminggu pada hari Rabu dan Sabtu.
4. Rencanakan untuk pemasangan cimino hari Sabtu, tanggal 27 Juni 2017.

6 DATA FOKUS
Data subyektif, klien mengatakan :
 Kaki bengkak di tungkai kaki bagian kanan
 Minum sedikit 2gls/hari (600cc/hari)
 BAK 2-4x/hari (400 – 600cc/hari)
 Badan lemas sudah 2 hari
 Mual dan Muntah
 Cepat lelah saat beraktivitas
 Kaki kaku, berat saat berjalan
 Terjadi penurunan BB dalam 3 bulan terakhir 3 kg

Data Obyektif ;
 Keadaan umum klien sakit sedang
 Kesadaran compos mentis
 Edema tungkai grade +1
 GCS : (E : 4, V : 5, M : 6) = 15
 TTV : TD : 190/90 mmHg, N : 90 x/menit, RR : 24 x/menit, S : 36°C
 Aktifitas hanya di tempat tidur
 BB: 50kg, TB : 150cm.
 IMT : 22 (normal), BB ideal klien : 45 kg – 55 kg.
 Porsi makan yang dihabiskan 1 p
 Minum sdikit hanya 2-4 gelas/hari (600cc/hari)
 Balance cairan dalam 24jam yang terdiri dari intake – output+IWL
adalah 1600ml – (2100 + 690 = +900 ml
 lab Hb : 12.0g/dl , Ht : L 29 % , Eritrosit : L 3.26 10^6/µl ureum : 34
mg/dl , kreatinin : H 3.1 mg/dl.
 GFR : 19 % (berat)

44
7 ANALISA DATA

Tabel 3.3 Analisa Data

NO DATA MASALAH ETIOLOGI

1 DS: kelebihan volume Ketidakmampuan


klien mengatakan cairan ginjal
bengkak di tungkai mengsekresi air
bagian kanan dan kaki dan natrium
terasa berat saat di
bawa jalan.
DO:
 Kulit kering dan
pucat
 Edem di tungkai
kaki kanan garde +
1
 Balan cairan : intake
1600 – (2100 + 690)
= +900 ml/hari
(output+IWL)
 Ureum : 134 mg/dl
 Kreatinin : 3,1 mg/dl
 GFR : 19%
 Penurunan berat
badan 3 kg dari
50>47 kg
 TD : 190/90 mmHg
DS :
2 klien mengatakan perut Ketidakseimbangan Mual, muntah dan
kembung, badan lemas nutrisi : kurang dari diit yang ketat
sudah 2 hari, sariawan kebutuhan tubuh
dan BB turun 3 kg
dalam 3 bulan terakhir.
DO :
 Keadaan klien sakit
sedang
 Porsi makan yang
dihabiskan hanya 1
P
 Klien terlihat lemas
 Urin dalam 24 jam
600 cc
A. : BB : 47kg , TB :
150cm,

45
IMT : 22 (over
weight)
BB ideal klien : 45
kg – 55 kg.
B. : HB : 12.0 g/dl
HT : L 29 %
Ureum : 134 mg/dl
Kreatinin : H 3.1
mg/dl
C. :konjungtiva
ananemis,abdomen
kembung, bising
usus 18 x/menit.
D. : pola makan klien
3 x/hari, klien
suka, Klien tidak
terlalu suka minum
air putih, Diit
rendah protein
40gr, rendah garam
40gr.

3 DS : Kerusakan uremia
klien mengatakan gatal integritas kulit
gatal di seluruh tubuh,
DO :
 Iritasi pada kulit
 Kulit kering
 kehitaman
 Edema tungkai
grade +1
 Ureum : 134 mg / dl
 Kreatinin : 3,1mg/dl

B. Diagnosa Keperawatan
1. kelebihan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal
mengsekresi air dan natrium di tandai dengan :
DS:
klien mengatakan bengkak pada tungkai bagian kanan dan kaki terasa berat
saat di bawa jalan.
DO:
 Kulit kering

46
 Edem di tungkai kaki kanan
 grade + 1
 Balance cairan : intake 1600 – (2100 + 690) = +900 ml/hari
(output+IWL)
 Ureum : 134 mg/dl
 Kreatinin : 3,1mg/dl
 GFR : 19 %
 Penurunan berat badan 3 kg dari 53>50 kg
 TD : 190/90 mmHg
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan pembatasan intake diit ditandai dengan : Mual ,Muntah dan diit
ketat DS :
klien mengatakan perut kembung, badan lemas sudah 2 hari, dan BB turun
3 kg dalam 3 bulan terakhir.
DO :
 Keadaan klien sakit sedang
 Porsi makan yang dihabiskan hanya 1 P
 Klien terlihat lemas
 Urin dalam 24 jam 600 cc
A. : BB : 50 kg
TB : 150cm
IMT : 22 (overweight)
BB ideal klien : 45 kg – 55 kg.
B. : HB : 12.0 g/dl
Ureum : 134 mg/dl
Kreatinin : 3,1 mg/dl
C. : konjungtiva ananemis, abdomen kembung, bising usus 18 x/menit.
D. : pola makan klien 3 x/hari. Diit rendah protein 40gr ,rendah garam
40gr.

47
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan uremia :
DS :
Gatal-gatal seluruh tubuh
DO :
 Iritasi pada kulit
 Kulit kering
 kehitaman
 Edema tungkai grade +1
 Ureum : 134 mg / dl
 Kreatinin : 3,1mg/dl

C. Perencanaan Keperawatan

Tabel 3.4 perencanaan

No Tujuan dan Rencana Tindakan Rasional


Kriteria Hasil
1 Setelah dilakukan 1. Kaji status cairan dengan 1. Untuk mengetahui
tindakan menimbang bb per hari, masukan dan
keperawatan keseimbangan intake dan pengeluaran cairan
kepada Ny.S slama output, 2. Untuk mengetahui
3 x 24 jam 2. Monitor tanda adanya kekurangan /
diharapkan kelebihan/kekurangan kelebihan cairan
kelebihan volume cairan. 3. Pembatasan cairan,
cairan dapat 3. Batasi dan jelaskan pengeluaran urin, dan
berkurang dengan masukan cairan ( dengan respon terhadap terapi
kriteria hasil : minum 2 gelas / hari 4. Untuk mengetahui
1. Klien bebas dari 600cc ) keseimbangan intake dan
edema 4. Anjurkan klien mencatat output
2. Klien dapat penggunaan cairan 5. Agar keadaan klien
mempertahanka terutama pemasukan dan terpantau untuk
n bunyi paru pengeluaran persiapan HD
bersih 5. Kolaborasi persiapan selanjutnya
3. BB stabil klien untuk HD hari
4. Turgor kuli Rabu dan Sabtu.
normal
5. Tidak ada
oliguria
6. Seimbang antara
intake dan
output

48
2 Setelah dilakukan 1. Kaji status nutrisi 1. Menyediakan data dasar
tindakan Pengukuran : untuk memantau
kperawatan kpada a. Antropometri (BB, perubahan dan
Ny.S slama 3 x 24 TB) mengevaluasi intervensi
jam diharapkan b. Biokimia (Lab) 2. Mengetahui
ketidakseimbangan c. Clinical (kondisi perkembangan hasil lab
nutrisi dapat umum) klien
teratasi dengan d. Dietary (recall intake 3. Maningkatkan
kriteria hasil : makanan) kenyamanan mulut
1. Asupan nutrisi 2. Monitor lab hemoglobin, 4. pemberian obat oral agar
adekuat hematokrit, ureum dan keluhan dilambung dapat
2. Aupan makan kreatinin. berkurang
dan cairan 3. Anjurkan perawatan 5. Kolaborasi dengan ahli
adekuat mulut gizi untk pemberian diit
3. Konjungtiva 4. Berikan obat oral : yang diberikan klien
tidak pucat dan a. Lasik 10mg 1 injeksi 6. Agar kadar protein
4. Hasil lab batas jam 06.00 wib seimbang
normal : b. Ondancentron 10mg
a. HB : 13.2- injeksi jam 06.00
17.3 g/dl wib
b. HT : 40-52 5. Kolaborasi dengan ahli
% gizi pemberian diit
c. Ureum : 10- rendah protein 40 gram
50 mg/dl diit rendah garam
d. Kreatinin : 40gram
<1.4 mg/dl 6. Kolaborasi dengan
dokter pemberian obat
ketosteril

3 Setelah dilakukan 1. Kaji karakteristik kulit 1. Untuk mengetahui


tindakan 2. Jaga kebersihan kulit keadaan kulit
kperawatan kpada 3. Bantu klien untuk 2. Untuk mengurangi rasa
Ny.S selama 3 x 24 perawatan kuku gatal dan kekeringan
jam diharapkan 4. Anjurkan untuk menjaga 3. Untuk mencegah garukan
tidak terjadi kebersihan dan
Kerusakan kelembapan rambut 4. Untuk mengurangi rasa
integritas kulit 5. Kolaborasikan untuk gatal jika diperlukan
berhubungan pemberian obat gatal
dengan uremia
dengan kriteria
hasil :
1. Tidak gatal-
gatal
2. Tidak iritasi
3. Kulit tidak
kering
4. Hasil lab

49
Ureum :10-50
mg/dl
Kreatinin : <1,4
mg/dl

D. Pelaksanaan Keperawatan

Tabel 3.5 pelaksanaan

Tgl/jam No Implementasi Paraf


DX
20/05/2017 1 Mengkaji status cairan dengan menimbang BB Satya
per hari, keseimbangan intake dan output Wira
08.00 wib Respon : Wijaksana
DS : klien mengatakan BB : 50kg, minum
hanya 2 gelas/hari 600cc/hari.
DO : (intake – output) 1600 – 2790 = + 900
cc/hari

20/05/2017 1 Memonitor tanda kelebihan/ kekurangan cairan Satya


Respon : Wira
09.00 wib DS : klien mengatakan bengkak pada tungkai Wijaksana
kaki kanan grade + 1
DO : balance cairan = + 900 cc

20/05/2017 1 Membatasi dan menjelaskan intake cairan Satya


sesuai kebutuhan (minum 2 gelas/ hari 900cc) Wira
09.30 wib Respon : Wijaksana
DS : klien mengatakan mengerti dan klien
hanya minum sedikit hanya 2 gelas 600cc.
DO : -

50
20/05/2017 1 Menganjurkan klien mencatat penggunaan Satya
cairan terutama pemasukan dan pengeluaran Wira
10.00 wib Respon : Wijaksana
DS : klien mengatakan “ iya nanti di catat “
DO : klien tampak mengerti dan mau, karena
sebelumnya sudah di beritau sama perawat
ruangan.

20/05/2017 1 Kolaborasi persiapan klien untuk HD hari Rabu Satya


dan Sabtu Wira
12.00 wib Respon : Wijaksana
DS : berterima kasih
DO : klien tampak cemas dalam pemasangan
cimino

20/05/2017 1 Mengkaji status cairan dengan menimbang BB Satya


per hari, keseimbangan intake dan output Wira
09.00 wib Respon : Wijaksana
DS : klien mengatakan BB masih sama seperti
kemarin 50 kg minum hanya 2 gelas/hari
600cc. DO : (intake – output) 1600 –2790=
+900 cc/hari

20/05/2017 1 Memonitor tanda kelebihan/ kekurangan cairan Satya


Respon : Wira
09.30 wib DS : minum 2 gelas/hari 600cc Wijaksana
DO : tampak masih bengkak di tungkai kaki
kanan grade +1, balance cairan = +900 cc/hari

20/05/2017 1 Persiapan klien untuk HD hari Rabu dan Sabtu Satya


Respon : Wira
14.00 wib DS : klien mengtakan sudah siap untuk Wijaksana
mengikuti terapi HD.
DO : tampak menerimanya

21/05/2017 1 Mengkaji status cairan dengan menimbang BB Satya


per hari, keseimbangan intake dan output Wira
08.10 wib Respon : Wijaksana
DS : klien mengatakan minum 2 gelas/hari
600cc.
DO : (intake – output) 1600 – 2790 = +900
cc/hari

21/05/2017 1 Memonitor tanda kelebihan/ kekurangan cairan Satya


Respon : Wira
08.30 wib DS : berterima kasih Wijaksana

51
DO : balance cairan = +900 cc/hari, tampak
odem mulai berkurang dan klien tampak tidak
pucat lagi.

Tgl/jam No Implementasi Paraf


DX
20/05/2017 2 Mengkaji status nutrisi, pengukuran A, B, C, D Satya
Respon : Wira
08.40 wib DS : klien mengatakan “nafsu makan baik, Wijaksana
tetapi sariawan”
DO : A : BB : 50 kg , TB : 150cm,
BB ideal klien : 45 kg – 55 kg
IMT : 22 (Normal).
B : HB : 12,0 g/dl
Ureum : 134 mg/dl
Kreatinin : 3,1 mg/dl
C : konjungtiva ananemis
Abdomen kembung, bising usus 18
x/menit
D : pola makan klien 3 x/hari
Diit rendah protein 40gr, rendah
garam 40gr
20/05/2017 2 Monitor lab hemoglobin, hematokrit, ureum Satya
dan kreatinin. Wira
Respon : Wijaksana
09.20 wib DS : berterima kasih
DO : HB : 12,0g/dl (rendah)
HT : L 29 % (rendah)
Ureum : 134 mg/dl (batas normal)
Kreatinin : 3,1mg/dl (tinggi)
20/05/2017 2 Menganjurkan perawatan mulut 2x sehari. Satya
Respon : Wira
12.00 wib DS : klien mengatakan “akan melakukan Wijaksana
perawatan mulut”
DO : tampak melakukan

20/05/2017 2 Memberian obat injeksi ondancentron 5 mg jam Satya


06.00 wib. Wira
06.00 wib Respon : Wijaksana
DS : tidak mual
DO : tidak muntah

20/05/2017 2 Memberikan makanan siang/sore diit rendah Satya


protein 40gr,rendah garam 40gr Wira
12.00 wib Respon : Wijaksana

52
DS : mengucapkan terima kasih sudah
beritahukan
DO : makanan nasi dan tampak klien habis 1
porsi

21/05/2017 2 Mengkaji status nutrisi, pengukuran A, B, C, D Satya


Respon : Wira
08.25 wib DS : klien mengatakan “nafsu makan baik” Wijaksana
DO : A : BB : 50 kg , TB : 150cm,
BB ideal klien : 45 kg – 55 kg
IMT : 22 (Normal).
B : HB : 12,0 g/dl
HT : L 29 %
Ureum : 134 mg/dl
Kreatinin : 12,1 mg/dl
C : konjungtiva ananemis
Abdomen kembung, bising usus 18
x/menit
D : pola makan klien 3 x/hari
Diit rendah protein 40gr,rendah garam
40gr

21/05/2017 2 Mentibang BB pada hari itu. Satya


Respon : Wira
10.00 wib DS : klien mengatakan “ bersedia” Wijaksana
DO : hari jum’at, tanggal 21 juni 2017 BB : 50.

21/05/2017 2 Memberian obat injeksi ondancentron 5 mg jam Satya


06.00 wib. Wira
06.00 wib Respon : Wijaksana
DS : tidak mual lagi
DO : tidak muntah

21/05/2017 2 Memberikan makanan siang diit rendah protein Satya


40gr,rendah garam 40gr Wira
12.00 wib Respon : Wijaksana
DS : klien mengatakan makan akan di habiskan
1porsi.
DO : tampak menghabiskan 1 porsi

21/05/2017 2 Monitor lab hemoglobin, hematokrit, ureum Satya


dan kreatinin. Wira
Respon : Wijaksana
09.35 wib DS : terima kasih
DO : belum ada rencana cek darah kembali
Tgl : 1 juni 2016 :
HB : 12,0 g/dl (normal)
HT : 40 % (rendah)

53
Ureum : 134 mg/dl (batas normal)
Kreatinin : 3,1mg/dl (tinggi)

22/05/2017 2 Mentibang BB kering setelah kemarin HD. Satya


Respon : Wira
10.10 wib DS : klien mengatakan “ bersedia” Wijaksana
DO : minggu, tanggal 22 juni 2017 BB : 50 kg.

22/05/2017 2 Memberian obat injeksi ondancentron 5 mg jam Satya


06.00 wib Wira
06.00 wib Respon : Wijaksana
DS :tidak mual lagi
DO : tidak muntah

22/05/2017 2 Kolaborasi dengan dokter pemberian obat Satya


ketosteril Wira
11.00 wib Respon : Wijaksana
DS : -
DO : -

22/05/2017 2 Memberikan makanan siang diit rendah protein Satya


40gr,rendah garam 40gr Wira
12.00 wib Respon : Wijaksana
DS : berterima kasih
DO : tampak menerima

Tgl/jam No Implementasi Paraf


DX
20/05/2017 3 Mengkaji karakteristik kulit Satya
Respon : Wira
08.15 wib DS : gatal sedikit Wijaksana
DO : tampak kering.

20/05/2017 3 Menjaga kebersihan kulit Satya


Respon : Wira
08.50 wib DS : klien mengatakan gatal sedikit berkurang Wijaksana
DO : tampak klien jarang menggaruk

20/05/2017 3 Membantu klien untuk perawatan kuku Satya


Respon : Wira
12.00 wib DS : berterima kasih Wijaksana
DO : klien terlihat obat antusias melakukan
20/05/2017 3 Menganjurkan klien untuk menjaga kebersihan Satya
dan kelembapan rambut Wira
13.00 wib Respon : Wijaksana

54
DS : merasa segar
DO : klien tampak memahami

21/05/2017 3 Mengkolaboraasikan untuk pemberiian obat Satya


gatal Wira
09.35 wib Respon : Wijaksana
DS : klien mengatakan gatal berkurang
DO : tampak jarang menggaruk.
21/05/2017 3 Mengkaji karakteristik kulit Satya
Respon : Wira
12.00 wib DS : gatal berkurang Wijaksana
DO : tampak kering.

21/05/2017 3 Menjaga kebersihan kulit Satya


Respon : Wira
14.40 wib DS : klien mengatakan gatal sedikit berkurang Wijaksana
DO : tampak klien jarang menggaruk

22/05/2017 3 Menjaga kebersihan kulit Satya


Respon : Wira
08.00 wib DS : klien mengatakan gatal sedikit berkurang Wijaksana
DO : tampak klien jarang menggaruk

22/05/2017 3 Mengkaji karakteristik kulit Satya


Respon : Wira
12.00 wib DS : gatal berkurang Wijaksana
DO : tampak kering

22/05/2017 3 Mengkolaboraasikan untuk pemberiian obat Satya


gatal Wira
14.00 wib Respon : Wijaksana
DS : klien mengatakan gatal berkurang
DO : tampak jarang menggaruk.

55
E. Evaluasi Keperawatan
Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan dari tgl 20 – 22 mei 2017 maka
evaluasi di ambil pada hari terakhir yaitu :

Tabel 3.6 evaluasi keperawatan

HARI/ NO SOAP PARAF


TANGGAL DX
senin, 1 kelebihan volume cairan berhubungan Satya
22/05/2017 dengan ketidakmampuan ginjal mengsekresi Wira
air dan natrium. Wijaksana
S : klien mengatakan tungkai masih
bengkak bagian kanan. Klien
mengatakan ketika berjalan berat dan
masih lemas, klien mengatakan
mengerti tentang pembatasan cairan.
O:
 mukosa bibir lembab
 Turgor kulit masih terlihat kurang
elastis dan masih tampak kering.
 Edema di tungkai masih grade +1
 Balance cairan intake 1600 – output
2790= +900 ml/hari
 Lab : ureum : 134 mg/dl, kreatinin :
12,1 mg/dl
 GFR : 19 %
 Penurunan BB 3 kg 47< 50
 TD : 190/90 mmHg.
 Rencana pemasang cimino tgl 27 juni
2017
A : Masalah kelebihan volume cairan belum
teratasi
P : lanjutkan intervesi
1. Kaji status cairan dengan menimbang
bb per hari
2. Keseimbanga intake dan output
3. Batasi masukan cairan

senin, 2 Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari Satya


22/05/2017 kebutuhan tubuh berhubungan dengan Wira
pembatasan intake diit dan ketidakmampuan Wijaksana
untuk mengabsorbsi nutrien.
S : klien mengatakan “ nafsu makan baik“.
Klien mengatakan perut sudah tidak
kembung, badan masih lemas dan
sariawan mulai berkurang.
O:

56
 klien tampak sakit sedang, klien terlihat
lemas, mkan habis hanya 1p, berat
badan mengalami penurunan 1 kg BB
 A : BB : 50 kg, TB : 150 cm, IMT :22
(normal), BBI : 45 – 55 kg.
B : HB : 12,0g/dl, HT : 40 % ureum :
134 mg/dl, kreatinin : 12,1 mg/dl.
C : konjungtiva merah muda, , abdomen
tidak kembung, bising usus 18
x/menit.
D : pola makan klien 3 x/hari, porsi
makan tidak tentu, klien minum
sedikit, diit rendah protein
40gr,rendah garam 40gr
A : Masalah Ketidakseimbangan nutrisi
belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Kaji pengukuran ABCD
2. Memberian obat injeksi ondancentron
5 mg jam 06.00 wib
3. Kolaborasi dengan dokter pemberian
obat ketosteril

senin, 3 Kerusakan integritas kulit berhubungan Satya


22/05/2016 dengan uremia Wira
S : klien mengatakan gatal berkurang Wijaksana
O : tampak kulit masih kering

A : kerusakan integritas kulit belum teratasi


P : lanjutkan intervensi
1. Mengkaji karakteristik kulit
2. Menjaga kebersihan kulit

57
BAB IV
PEMBAHASA
N

Pada bab ini penulis akan menguraikan atau membahas perbandingan antara teori
dan praktek serta analisa faktor-faktor penghabat atau pendukung yang disertai
dengan Alternative pemecahan masalah pada Ny. S dengan Chronic Kidney
Disease (CKD) di Pavilium Marwah Atas Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka
Putih. Asuhan Keperawatan yang dilakukan penulis selama tiga hari dari tanggl 20
Mei 2016 sampai 22 Mei 2017 yang pembahasannya dibagi ke dalam beberapa
tahap yaitu :

A. Pengkajian Keperwatan
Pada tahap pengkajian penulis mengacu pada format yang telah disediakan,
format pengkajian yang tidak jauh berbeda dengan format yang ada pada
tinjauan teoritis. Dalam pengumpulan data, penulis melakukan pengkajian
secara komprehensif yang mengacu pada tinjauan teoritis yang meliputi aspek
bio, psiko, sosio, dan spiritual yang dilakukan dengan memperhatikan kondisi
klien. Data hasil pengkajian penulis didapatkan dari hasil wawancara dengan
klien dan keuarga, pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan diagnostik, catatan
medis, catatan keperawatan, serta bekerja sama dengan perawat ruangan, dan
tim kesehatan lainnya yang mendukung pengkajian.

Dari hasil pengkajian, klien di diagnosa Chronic Kidney Disease(CKD) dan


Anemia. CKD adalah kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel yang
ditandai dengan uremia, yang diakibatkan oleh kerusakan nefron dan
glomerolus, penyebab CKD adalah penyakit ginjal polikistik,
glomerolunefritis kronis, pielonefritis kronis, obstruksi urin kronis, nefropati
hipertensi, nefropati diabetic, dan nefropati gout. Diagnosa pada klien Ny. S
dibuktikan dengan adanya penurunan filtrasi Ginjal, hasil penghitungan GFR
dengan menggunakan Creatinin didapatkan hasil 19 %. Dengan ini
menunjukan bahwa klien termasuk stadium berat. Faktor resiko terjadi CKD
pada Ny. S mempunyai riwayat Hipertensi, dan obat herbal dan jamu-jamuan
yang menyebabkan dirinya menderita penyakit CKD.
58
Penulis menemukan kesesuaian etiologi dengan tinjauan teori yang ada yaitu
Ny. S menderita CKD karena hipertensi yang sudah lama beliau derita,
mengakibatkan aliran darah menjadi cepat sehingga aliran darah ke ginjal
menjadi adekuat, darah yang kental mengakibatkan ginjal untuk bekerja lebih
keras, ginjal yang bekerja terlalu keras dan terlalu lama mengakibatkan ginjal
menjadi lemah nefron banyak yang mati dan produksi vit D, Renin angio
tensin, eritopoitin, sehingga terjadi CKD.

Kebutuhan dasar yang terganggu pada Ny. Syaitu :


1. Kebutuhan cairan, kebutuhan ini terganggu karena didapatkan data pada
Ny. S terjadinya oedem pada tungkai kaki kanan grade +1, hipertensi TD
190/90 mmHg, kulit kering, tidak elastis, balance cairan slama 24 jam
yang terdiri dari intake 1600 ml dan output 2100 ml (1600-2100 + IWL =
+900 ml / 24 jam), TD : 190/90 mmHg, suhu : 36°C, RR : 24 x / menit,
Nadi : 90 x / menit.hasil Lab ureum 134 mg/dl, kreatinin H 3.1 mg/dl.

2. Kebutuhan nutrisi, kebutuhan ini terganggu karena didapatkan data pada


Ny. S mengeluh sariawan, perut kembung, mulut terasa tidak enak, BB :
50 kg, TB 150 cm, IMT : 22konjungtiva anemis, sclera ikterik, kulit
pucat, Hb :12.0 g/dl, Ht 40 %, ureum 134 mg/dl, kreatinin H 3.1 mg/dl.

3. Sistem integumen, kebutuhan ini terganggu karena didapatkan data pada


Ny. S mengatakan kulit kering, temperatur kulit 36°C, warna kulit
kemerahan, keadaan kulit baik, tidak ada kelainan kulit, terjadi
pembengkakan pada kulit daerah pemasangan infus, kulit kering.gatal
gatal, pemeriksaan lab ureum 134 Mg/dl, kreatinin 12,1 Mg/dl.
Penatalaksanaan rendah protein 40gr dan rendah garam 40 gr .

Pemeriksaan penunjang pada klien CKD menurut Sudoyo, 2015 :


Urinalisasi : PH asam, SDP, SDM, berat jenis urin (24 jam), Hitungan darah
lengakap : penurunan hematokrit / HB , trombosit, leukosit, peningkaanj
SDP.Pemerikasaan urin : Warna PH, kekeruhan, glukosa, protein, sedimen,
SDM, keton, SDP, CCT.Kimia darah : kadar BUN, kreatinin, kalium, kalsium,
fosfor, natrium, klorida abnormal.Uji pencitraan : IVP, ultrasonografi ginjal,

59
pemindaian ginjal, CT scan.EKG. Poto polos abdomen. Pemeriksaan
penunjang yang diilakukanpada klien diantaranya pemeriksaan rontgen
thorak, laboratorium Hb, leukosit, hematokrit, trombosit, eritrosit MCV/VER,
MCH/HER, MCHC/KHER, Ureum darah, Kreatinin darah,

Pada pemeriksaan penunjang pada kasus: Pada kasus Ny. S beberapa


pemeriksaan diagnostik tidak dilakukan diruangan seperti pemeriksaan
Urinalisasi : PH asam, SDP, SDM,Pemerikasaan urin : Warna PH, kekeruhan,
glukosa, protein, sedimen, SDM, keton, SDP, CCT.Kimia darah : kadar BUN,
kalium, kalsium, fosfor, natrium, klorida abnormal. Uji pencitraan : IVP,
ultrasonografi ginjal, pemindaian ginjal, CT scan, Poto polos abdomen.
Berdasarkan data-data penunjang dan hasil laboratorium ini dapat menunjang
untuk ditegakannya diagnosa pada klien.

Pada kasus Ny. S, untuk penatalaksanaan medis CKD dilakukan terapi


farmakologis Amlodipin 1x10 gr, Ondancentron 2x10 gr, Lasik 1x10 gr 1.
Memonitor status cairan dengan menimbang bb per hari, keseimbangan
intake dan output,Monitor tanda kelebihan/kekurangan cairan.Serta
kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemeberian diit tim protein 40gr garam
40gr. Tindakan ini dilakukan untuk mengatasi komplikasinya dan juga
mencegah komplikasi lebih lanjut.

Berdasarkan hasil pengkajian, terdapat beberapa kesenjangan yang penulis


temukan pada manifestasi klinis antara teori dengan kasus Ny. S pada kasus
tidak ditemukan manifestasi Krekels, pernapasan Kusmaul, Napas berbau
amonia, ulserasi, pendarahan pada mulut, mual,muntah, konstipasi dan diare,
pendarahan saluran gastrointestinal, konfusi, disorientasi, kejang, panas pada
telapak kaki, perubahan perilaku, Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur
tulang, Amenore dan atrofi testikuler.

Dalam melakukan pengkajian , adapun faktor pendukung yang penulis


temukan dalam melakukan pengkajian yaitu perawat ruangan yang sangat
membantu dan adanya status klien sehingga memudahkan penulis dalam

60
mengumpulkan data dan kerjasama yang baik antara tim kesehatan lain
seperti, dokter, petugas gizi, klien yang sangat kooperatif. Adapun faktor
penghambat yang ditemui saat melakukan pengkajian seperti data yang
penulis kaji kurang maksimal.

B. Diagnosa Keperawatan
Setelah proses pengumpulan data dan analisa sesuai dengan masalah yang
ditentukan, maka penulis merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan
data-data tersebut.
Dari hasil analisa data maka didapatkan tiga diagnosa yang muncul di kasus :
1. kelebihan volume cairan berhubungan dengan dengan ketidakmampuan
ginjal mengsekresi air dan natrium. Diagnosa ini muncul terjadi karena
penurunan fungsi ginjal terutama pada kinerja laju filtrasi glomerulus
(LFG) berpengaruh pada retensi cairan dan natrium. Retensi cairan dan
natrium tidak terkontol dikarenakan ginjal tidak mampu untuk
mengonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal pada penyakit
ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan
cairan dan elektrolit sehari hari tidak terjadi. Natrium dan cairan sering
tertahan dalam tubuh yang meningkatkan sehingga klien terjadinya
oedem pada tungkai kaki kanan grade +1, hipertensi TD 190/90 mmHg,
kulit kering, tidak elastis, balance cairan slama 24 jam yang terdiri dari
intake 1600 ml dan output 2100 ml (1600-2100 + IWL = + 900 ml / 24
jam), TD
: 190/90 mmHg, suhu : 36°C, RR : 24 x / menit, Nadi : 90 x / menit.hasil
Lab ureum 134 mg/dl, kreatinin H 3.1 mg/dl.

2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan pembatasan intake diit dan ketidakmampuan untuk mengabsorbsi
nutrien. Penulis mengakat diagnosa sesuai dengan manifestasi yang
dirasakan oleh klien yaitu mengeluh sariawan, perut kembung (karena
adanya penumpukan ureum di dalam sistem pencernaan, ureum yang
terlalu banyak dipencernaan merangsang naiknya HCL sehingga terjadi
asam lambung naik), mulut terasa tidak enak, BB : 50 kg, TB 150 cm,
IMT
61
: 22konjungtiva anemis, sclera anikterik, kulit pucat, Hb :12.0 g/dl, Ht 40
%, ureum 134 mg/dl, kreatinin H 3.1 mg/dl.

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan uremia ditandai


denganPeningkatan ureum yang menyebabkan gatal-gatal dikarenakan
ureum meningkat dan menyebar di dalam kulit. Sehingga tubuh tidak
merasa gatal-gatal dan menjadi kering hingga timbulah luka iritasi
dikarnakan menggaruk terlalu lama . berdasarkan data obyektif yang
penulis temukan yaitu, Aktifitas hanya di tempat tidur dan kursi, Edema
tungkai grade +1 membuat jalan berat, HB : 12.0g/dl, Ureum : 134 mg /
dl, Kreatinin : H 3.1 mg/dl

Terdapat diagnosa yang tidak tercantum dalam tinjauan teoritis. Tetapi tidak
muncul pada Diagnosa klien tersebut diantaranya :
1. Gangguan perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi paru
: kompensasi melalui remelalui alkalosis respiratorik.
Tidak dicantumkan karena tidak ditemukanya atau tidak ada data yang
kuat atau relevan penulis meneggakan diagnosa ini seperti penimbunan
cairan di paru paru yang mengakibatkan pola nafas klien terganggu dan
tidak adanya tanda seperti batuk berdahak, kesulitan untuk bernafas.

2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2


dan nutrisi ke jaringan sekunder.
Tidak dicantumkan karena tidak ditemukanya atau tidak ada data yang
kuat atau relevan penulis meneggakan diagnosa ini seperti riwayat stroke.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan anemia, retensi


produk sampah dan prosedur dialysis.

Penatalaksanaan terapi yang tidak adekuat berhubungan dengan tekanan terapi


CKD. Faktor pendukung yang penulis temukan pada saat merumuskan masalah
diagnosa adalah data yang relevan sehingga memudahkan data merumuskan
masalah keperawatan dan adanya bimbingan yang mendukung terkumpulnya

62
data yang memudahkan penulis mengangkat diagnosa. Adanya faktor
penghambat yang penulis temukan adalah beda merumuskan masalah
keperawatan diruangan hanya satu sehingga ada keterbatasan pengetahuan
dalam merumuskan diagnosa keperawatan bagi klien dengan CKD sedangkan
di teori masalah keperawatan lebih releven dan lebih terperinci.

C. Perencanaan Keperawatan
Dalam penyusunan rencana tindakan penulis terlebih dahulu menentukan
dengan prioritas masalah yang berdasarkan pada masalah yang mengancam
kehidupan atau keselamatan berdasarkan kebutuhan Hendersen, diantaranya
adalah:Diagnosa kelebihan volume cairan berhubungan dengan
ketidakmampuan ginjal mengsekresi air dan natrium
.
Penetapan waktu dan tujuan disesuaikan berdasarkan kondisi klien diruangan.
Penetapan kriterian hasil (SMART) berdasarkan tujuan teoritis, Intervensi
yang penulis buat dari diagnosa pertama sampai ke tiga berdasarkan tinjauan
kasus.

Kesenjangan dalam intervensi tinjauan teoritis dan tinjauan kasus adalah


penulis tidak menuliskan semua intervensi yang dilakukan penulis, yang ada
pada tinjauan teoritis. Hal ini karena intervensi yang dilakukan penulis,
berdasarkan kebutuhan dasar serta kondisi klien saat ini. Dalam penyusunan
perencanaan ini, penulis tidak mengalami kesulitan karena telah bekerja sama
dengan klien, keluarga dan perawat ruangan. Namun demikian penulis
mendapatkan perbedaan dalam penghitungan jumlah cairan yang harus
dikonsumsi klien.

Pada rencana keperawatan oleh Tim perawat di ruangan Klien diberikan


program cairan masuk 600cc, sesuai teori klien CKD tanpa sesak nafas,
kebutuhan cairan tidak sesuai dengan pengeluaran yaitu urine ditambah
dengan IWL balance cairan +900

63
D. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat setelah perencanaan. Dalam tahap
ini, penulis melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana tindakan yang
telah ditetapkan. Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan
memperhatikan keadaan dan kondisi klien saat itu.

Pada tahap pelaksanaan keperawatan, penulis bekerja sama dengan klien,


keluarga, perawat, dan tim kesehatan yang mengacu pada pada rencana
tindakan di Paviliun Marwah Atas Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
serta didukung dengan adanya pembimbing yang telah ditunjuk oleh institusi.

Diagnosa kelebihan volume cairan berhubungan dengan dengan


ketidakmampuan ginjal mengsekresi air dan natrium. Implementasi prioritas
yang dilakukan adalah malakukan pemeriksaan tanda–tanda vital, tanda–
tanda vital dapat menggambarkan keadaan umum klien, mengkaji status
cairan dengan menimbang berat badan perhari dan intake serta output untuk
mengetahui adanya penambahan berat badan dan mengetahui masukan dan
pengeluaran cairan, memonitor tanda kelebihan atau kekurangan cairan untuk
mengetahui adanya kelebihan atau kekurangan cairan, membatasi masukan
cairan (dengan minum 2 gelas per/hari 600cc), pengeluaran urin, dan respon
terhadap terapi, menjelaskan kepada klien tentang pembatasan cairan yang
seharusnya dilakukan .

Faktor pendukung dalam melakukan rencana keperawatan ini adalah karena


klien yang kooperatif, serta adanya kerjasama dengan perawat ruangan dan
tim dalam memberikan asuhan keperawatan, sehingga tidak ditemukan
hambatan dalam melakukan implementasi.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dinilai berdasarkan perkembangan yang terjadi pada klien setelah
dilakukan tindakan, mengacu pada tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditentukan. Dalam mengevaluasi perkembangan klien, penulis menggunakan
SOAP (Subjektif, Objektif, Analisa, Planing), sehingga dapat diketahui,
masalah yang teratasi, masalah teratasi sebagian, dan masalah yang belum

64
teratasi. Keberhasilan dari asuhan keperawatan ini bukan hanya tergantung
pada perawat dan tenaga kesehatan lainnya, melainkan dari partisipasi klien
juga dukungan keluarga.

Berdasarkan hasil evaluasi pada klien Ny. S yang dilakukan pada tanggal 20
Mei 2017 sampai 22 Mei 2017, diperoleh hasil evaluasi kelebihan volume
cairan berhubungan dengan dengan ketidakmampuan ginjal mengsekresi air
dan natrium., masalah teratasi sebagian dibuktikan dengan klien mengatakan
“saya mengerti untuk membatasi cairan agar tidak kelebihan, minum
600cc/hari)”, odem tungkai berkurang, klien masih lemas, balance cairan
selama 24 jam (+900) yang terdiri dari intake 1600 ml dan output 2765ml.

Diagnosa yang belum teratasi di beritahukan kepada perawat atau CI untuk


ditindak lanjuti. Faktor pendukung dalam melakukan evaluasi yaitu klien
yang kooperatif dan keluarga klien yang selalu memberikan motivasi agar
klien cepat sembuh, sedangkan faktor penghambat yang penulis temukan
adalah pendokumentasian didalam ruangan yang kurang lengkap sehingga
sulit bagi penulis untuk melakukan evaluasi akhir yang sesuai untuk klien.
Oleh sebab itu solusi yang penulis lakukan untuk masalah ini adalah dengan
berbicara kepada CI agar lebih lengkap lagi dalam malakukan
pendokumentasian.

65
BAB V

PENUTUP

Setelah pembahasan pada BAB sebelumnya yang menerangakan tinjauan teoritis,


tinjauan kasus serta membandingkan kesenjangan antara teori dan kasus penulis
akan memberikan kesimpulan dan saran dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan
Pada Klien Ny.S Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Cairan Dan
Elektrolit Patologis Sistem Perkemihan Chonic Kidney Disease (CKD) Di
Pavilium Marwah Atas Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih dari tanggal 20
sampai 22 mei 2017.

A. Kesimpulan
Dalam teori telah disampaikan bahwa Chronic Kidney Disease (CKD) adalah
penurunan fungsi ginjal. Dari hasil pengkajian Ny. S telah terjadi penurunan
fungsi ginjal sehingga kemampuan memfiltrasi hanya 19ml/menit. jika dilihat
dari klasifikasi CKD menurut Sudoyo, 2015 Ny. S mengalami CKD berat
dimana kemampuan filtrasi ginjal 19% dari normal (90-100%). Manifestasi
yang penulis temukan pada Ny.S yaitu lemas, edema tungkai kaki kanan garde
+1, konjungtiva ananemis. Setelah data-data didapatkan, penulis menemukan 3
diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi klien saat ini yaitu
:Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal
mengsekresi air dan natrium, Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan intake diit dan
ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien
,Kerusakan integritas berhubungan dengan uremia

Pada rencana keperawatan sebagian besar penulis menyantumkan intervensi


berdasarkan hasil landasan teoritis dan kemudian disesuaikan dengan kondisi
klien karena ada beberapa intervensi yang tidak dapat dilakukan.

Pada saat penulis melakukan implementasi sebagian besar dilaksanakan. Tetapi


penulis menemukan beberapa hambatan seperti pada saat menghitung banlace
cairan per 24 jam, didalam pendokumentasian data – data yang diperlukan
tidak didapatkan dan tidak tersedianya hasil CCT. Akan tetapi semua bisa
dibantu
66
dengan kerjasama yang baik antara penulis dengan klien dan bantuan dari
perawat ruangan.

Tahap akhir dari Asuhan Keperawatan Pemenuhan kebutuhan dasar yaitu


evaluasi keperawatan, diagnosa yang penulis temukan pada klien yang belum
teratasi yaitu: Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan
ginjal mengsekresi air dan natrium, ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan intake diit dan
ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien, kerusakan integritas
berhubungan dengan uremia. Untuk masalah keperawatan yang belum teratasi
akan dilanjukkan oleh perawat diruangan.

B. Saran
Dari kesimpulan yang telah didapat penulis menganggap perlu adanya
peningkatan mutu pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar yang diharapkan
dapat membantu klien dalam mempertahankan dan meningkatkan derajat
kesehatan menjadi lebih optimal. Disini penulis memberikan beberapa saran
kepada beberapa pihak yang diharapkan dapat membantu dalam memberikan
Asuhan Keperawatan kepada klien Ny. S dengan penyakit Chronic Kidney
Disease (CKD), dan saran tersebut diantaranya :
1. Penulisan KTI Selanjutnya
Dalam menerapkan pemenuhan kebutuhan dasar diharapkan penulis KTI
selanjutnya dapat melakukan pengkajian yang lebih lengkap untuk
mendapatkan hasil yang optimal dan mampu memberikan Asuhan yang
optimal bagi klien. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan konsep
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia. Oleh sebab itu, hendaknya
referensi untuk Kebutuhan Dasar Manusia pada gangguan sistem perlu
diperbanyak.
2. Perawat Ruangan
Diharapkan kepada perawat ruangan hendaknya melakukan
pendokumentasian dengan lebih terperinci kembali setelah malakukan
tindakan keperawatan yang adekuat.

67
DAFTAR PUSTAKA

Doenges E, Marilynn, dkk. (2014). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman


Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.
Jakarta : EGC.

LeMone, Priscillia, dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 5.

Alih bahasa: Egi Komara Yudha, dkk. Jakarta: EGC. Litbang.


(2013). Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta: Litbang.

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius.

Medical Record RSIJ Cempaka Putih. (2016). Data Pasien CKD yang Di Rawat Inap
3 Bulan Terakhir. Jakarta: tidak di publikasi

Potter, P. A & Perry, A. G. (2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,


Proses, dan Praktik, Alih bahasa: Renata Komalasari. Jakarta: EGC.

Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-


Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC. 2010.

Setiati, (2015). Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM JILID II. Jakarta 47 Smeltzer &
Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth. Edisi 12. Alih bahasa: Devi Yulianti, Amelia Kimin. Jakarta:
EGC.
Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.

Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC. 2014.

Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2015.
Wilkinson. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa NANDA

NIC-NOC. Jakarta : Media Action.

Yuli, Reny (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa NANDA


NIC-NOC. Jakarta

67
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Satya Wira Wijaksana

Tempat/tanggal lahir : Bekasi, 02 Januari 1995

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Belum Menikah

Alamat Rumah : Jl. Sersan Idris No 8 Rt 03, Rw: 04 keluragan


margajaya Bekasi Selatan 17141

No Telp 089617646695

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 2000 – 2006 : SDN Margajaya 4 Bekasi


2. Tahun 2007 – 2009 : SMP Bani Saleh Bekasi
3. Tahun 2010 – 2013 : SMA Bani Saleh Bekasi
4. Tahun 2014 – 2016 : DIII Keperawatan RSIJ FIK – UMJ

68

Anda mungkin juga menyukai