Seminar Kasus
Seminar Kasus
Seminar Kasus
Oleh :
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan seminar kasus ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. H dengan Chonic Kidney Disease (CKD) di
Ruangan Ar-Rahmah Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Payakumbuh Tahun 2019”
Seminar Kasus ini di susun untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan stase Keperawatan Medikal Bedah di Prodi Ners Stikes Yarsi Sumbar.
Dalam penulisan seminar ini penulis menemukan banyak kesulitan dan hambatan, tetapi
berkat bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya seminar kasus ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Dengan selesainya seminar kasus ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan seminar ini, terutama kepada:
1. Direktur RSI Ibnu Sina beserta staf dan jajarannya yang telah memfasilitasi
2. Ibu Ns. Evi Ridalni, S.Kep selaku kabid keperawatan RSI Yarsi Payakumbuh
3. Bapak Ns. Haryse Primadana, S.Kep selaku pembimbing klinik praktek keperawatan
medikal bedah
4. Ibu Aulia Putri, Ns. M.Kep, selaku dosen pembimbing mata ajar keperawatan medikal
bedah.
5. Bapak Ns. H.Junaidy Rustam ,MNS selaku Ketua Stikes Yarsi Sumbar
6. Pihak lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan
moral maupun material.
Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
HALAMAN PENGESAHAN
ii
Makalah Seminar Kasus
Makalah ini telah disetujui Untuk diseminarkan dihadapan Tim pembimbing akademik dan klinik
Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Payakumbuh Tahun 2020
Mengetahui,
Kabid Keperawatan
iii
DAFTAR ISI
iv
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................................iii
DAFTAR ISI..............................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar belakang..................................................................................................... 1
B. Tujuan penulisan................................................................................................. 4
1. Tujuan umum.................................................................................................4
2. Tujuan Khusus...............................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORITIS...................................................................................7
A. Konsep dasar.....................................................................................................7
1. Pengertian................................................................................................... 7
2. Klasifikasi................................................................................................... 8
3. Etiologi........................................................................................................8
4. Gangguan Kebutuhan Dasar.......................................................................9
5. Manifestasi Klinik.....................................................................................14
6. Komplikasi................................................................................................15
7. Penatalaksanaan dan Terapi...................................................................... 15
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien dengan CKD.................................20
1. Pengkajian Keperawatan...........................................................................20
2. Diagnosa Keperawatan............................................................................. 25
3. Perencanaan Keperawatan........................................................................26
4. Pelaksanaan Keperawatan.........................................................................33
5. Evaluasi Keperawatan...............................................................................33
BAB III TINJAUAN KASUS.................................................................................... 34
A. Pengkajian Keperawatan...........................................................................34
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................. 44
C. Perencanaan Keperawatan........................................................................ 46
D. Pelaksanaan Keperawatan.........................................................................48
E. Evaluasi Keperawatan...............................................................................53
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................................55
A. Pengkajian Keperawatan..........................................................................55
v
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................ 57
C. Perencanaan Keperawatan....................................................................... 59
D. Pelaksanaan Keperawatan........................................................................60
E. Evaluasi Keperawatan..............................................................................60
BAB V PENUTUP......................................................................................................62
A. Kesimpulan.............................................................................................. 62
B. Saran.........................................................................................................63
vi
DAFTAR PUSTAKA
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi
yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada
umumnya berakhir dengan gagal ginjal. (setiati, dkk, 2017)
1
kronis. Jika saat ini penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat
504.248 jiwa yang menderita gagal ginjal kronis (0,2% x 252.124.458 jiwa* =
504.248 jiwa). Suatu kondisi yang cukup mengejutkan.
Masalah keperawatan yang didapat pada klien CKD ditinjau dari gangguan
kebutuhan dasar yaitu kebutuhan cairan dan elektrolit. Hilangnya jaringan ginjal
fungsional merusak kemampuan untuk mengatur keseimbangan cairan elektrolit
dan asam basa. Kerusakan filtrasi dan reabsorpsi menyebabkan penumpukan
cairan pada tubuh, sehingga tubuh mengalami kelebihan cairan. Kebutuhan cairan
dan elektrolit terganggu pada akhirnya dalam tidak ditangani dengan baik, pasien
dengan Gagal Ginjal Kronik akan mengalami komplikasi lain seperti menurunkan
semua fungsi tubuh dan bisa menyebabkan kematian. Penatalaksaaan untuk
mencegah terjadinya komplikasi dan mengatasi masalah pada kebutuhan cairan
yang berlebih dengan cara melakukan terapi dengan menggantikan fungsi ginjal
yang sudah rusak, yaitu pembatasan makanan dan minuman untuk mengurangi
cairan dan elektrolit, seperti diit rendah protein, pemberian diuretik, selain itu bisa
dilakukan dengan hemodialisa atau transplantasi pada ginjal.
Pemenuhan kebutahan dasar dan masalah keperawatan ini tidak ditangani maka
terjadi komplikasi. Komplikasi yang sering timbul pada CKD adalah hiperkalimia,
perikarditis, hipertensi, anemia, dan penyakit tulang. Penatalaksanaan untuk
mencegah komplikasi dan mengatasi masalah keperawatan serta terapi untuk
menggantikan fungsi ginjal yang telah rusak yaitu pembatasan makanan untuk
mengurangi cairan dan elektrolit, diet rendah protein (Doengoes, 2012, Nursalam
, 2008).
Di masa yang akan datang, penyakit ini di prediksi akan terus bertambah jumlah
kliennya sehingga di butuhkan perawatan yang optimal. Perawat sebagai salah
satu tim kesehatan mempunyai peran sebagi tim asuhan keperawatan pada klien
CKD
2
yang melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Dalam upaya
promotif perawat berperan untuk memberikan pendidikan kesehatan sehingga
dapat mencegah terjadinya komplikasi. mengenai cara-cara pencegahan sampai
dengan komplikasi dengan membiasakan pola hidup sehat dengan cara rajin
berolah raga dan menghindari minuman beralkohol, rokok dan zat-zat kimia yang
berbahaya. Upaya preventif perawat memberikan perawatan kepada klien dengan
memantau cairan dan elektrolit yang seimbang, dan tanda adanya perubahan
fungsi regulator tubuh serta membatasi cairan klien. Peran perawat dalam upaya
kuratif yaitu berkolaborasi dalam menyiapkan tindakan hemodialisa dan
memberikan obat. Peran perawat dalam upaya rehabilitative yaitu
mempertahankan keadaan klien agar kondisi tidak bertambah berat atau mencegah
terjadinya komplikasi yang tidak diinginkan dengan patuh pada terapi dan
pembatasan aktivitas.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan penulisan seminar kasus ini yaitu : diharapkan penulis dapat
memberikan asuhan keperawatan pada dengan CKD.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menguraikan hasil pengkajian klien dengan Chronic Kidney
Disease (CKD) khususnya pada Tn H di Ruang Ar Rahmah RSI Ibnu Sina
Payakumbuh Tahun 2020
3
c. Mampu menguraikan rencana tindakan keperawatan kebutuhan dasar klen
dengan CKD padaTn H di Ruang Ar Rahmah RSI Ibnu Sina Payakumbuh
Tahun 2020
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Berikut ini adalah pengertian tentang CKD menurut beberapa ahli dan
sumber diantaranya adalah :
a. Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologi
dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal
yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal.
(Setiati, dkk, 2015)
b. Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal
lanjut secara bertahap, penyebab glomerulonefritis, infeksi kronis,
penyakit vaskuler (nefrosklerosis), proses obstruktif (kalkuli), penyakit
kolagen (lupus sistemik), agen nfritik (aminoglikosida), penyakit
endokrin (diabetes). (Doengoes .2014)
2. Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju
Filtration Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m2
dengan rumus kockrof – gault sebagia berikut : (Sudoyo 2010)
5
Tabel 2.1 Klasifikasi penyakit ginjal kronik sesuai dengan derajadnya.
Sumber : setiati,2015 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam edisi 6. Jakarta : FKUI
3. Etiologi
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif
dan lambat pada setiap nefron (biasanya berlangsung beberapa tahun dan
tidak reversible). (NIC-NOC 2015)
a. Glomerulonefritis
Glomerulonefritis adalah penyakit inflamasi atau non inflamasi pada
glomerulus yang menyebabkan perubahan permeabilitas, perubahan
struktur, dan fungsi glomerulus. (Sudoyo, 2014).
b. Proteinuria
Adanya protein di dalam urin manusia yang melebihi nilai normalnya
yaitu lebih dari 150mg/24 jam atau pada anak-anak lebih dari
140mg/m2. (Sudoyo 2010).
c. Penyakit ginjal diabetik
Pada pasien Diabetes, berbagai gangguan pada ginjal dapat terjadi,
seperti terjadinya batu saluran kemih, infeksi saluran kemih,
pielonefritis, yang selalu disebut sebagai penyakit ginjal non diabetik
pada pasien diabetes. (sudoyo 2010).
d. Amiloidosis ginjal
Adalah penyakit dengan karakteristik penimbunan polimer protein di
ekstraseluler dan gambaran dapat diketahui dengan histokimia dan
gambaran ultrastruktur yang khas. (sudoyo 2010)
6
e. Diabetes militus adalah penyebab utama dan terjadi lebih dari 30%
klien yang menerima dialisis.hipertensi adalah penyebab utama ESRD
kedua. (yuli 2015)
a. Etiologi menurut :Buku ajar “Asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan perkemihan” (yuli 2015)
b. Obstruksi dan infeksi, Iiskemi dan infeksi nefron-nefron ginjal
c. Nefrotik diabetik, angiopati sehingga jaringan ginjal <O2 dan nutrisi.
d. Nefritis hipertensil, vaskularisasi jaringan ginjal kurang.
e. Nefritis lupus, kerusakan jaringan dan nefron ginjal.
f. Eritematosa lupus sistemik
Kompleks imun terbentuk di membran basalis yang menyebabkan
inflamasi dan sklerosis dengan glumerulonefritis fokal, lokal, atau
difus.
g. Nefrosklerosis hipertensi
Hipertensi jangka panjang menyebabkan sklerosis dan penyempitan
arteriol ginjal dan arteri kecil dengan akibat penurunan aliran darah
yang menyebabkan iskemia, kerusakan glomerulus, dan atrifi
tubulus.
4. Ganggauan pemenuhan kebutuhan dasar
a. Kebutuhan dasar manusia
Henderson melihat manusia sebagai individu yang membutuhkan
bantuan untuk meraih kesehatan, kebebasan atau kematian yang damai,
serta bantuan untuk meraih kemandirian. Menurut Henderson,
kebutuhan dasar manusia terdiri atas 14 komponen yang merupakan
komponen penanganan perawatan. Ke-14 kebutuhan tersebut adalah
sebagai berikut
:
1) Bernafas secara normal (kebutuhan oksigenasi).
2) Makan dan minum dengan cukup (kebutuhan nutrisi dan cairan).
3) Membuang kotoran tubuh (kebutuhan eliminasi).
4) Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan (kebutuhan aktivitas).
5) Tidur dan istirahat (kebutuhan istirahat dan tidur).
6) Memilih pakaian yang sesuai (kebutuhan personal higyne).
7
7) Menjaga suhu tubuh tetap dalam batas normal dengan
menyesuaikan pakaian dan mengubah lingkungan (kebutuhan
cairan).
8) Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat serta melindungi
integumen (kebutuhan personal higyne).
9) Menghindari bahaya lingkungan yang bisa melukai (kebutuhan
aman nyaman).
10) Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi,
kebutuhan, rasa takut atau pendapat (kebutuahan psikososial).
11) Beribadah sesuai dengan keyakinan (kebutuhan spiritual).
12) Bekerja dengan tata cara yang mengandung unsur prestasi
(kebutuhan belajar).
13) Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi (kebutuhan
bermain).
14) Belajar mengetahui atau memuaskan rasa penasaran yang
menuntun pada perkembangan normal dan kesehatan serta
menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia (kebutuhan belajar).
8
hari. selain itu ginjal juga menerima hampir 170 liter darah untuk
disaring
9
menjadi urine. Produksi urine untuk semua kelompok usia adalah
1ml/kg/jam. Pada individu dewasa, produksi urine sekitar 1,5 liter/
hari. Jumlah urine yang di produksi oleh ginjal dipengaruhi oleh
ADH dan aldosteron, dalam pengaturan keseimbangan cairan,
dikenal istilah obligatory loss. Obligatory loss adalah mekanisme
pengeluaran cairan yang mutlak terjadi untuk mempertahankan
keseimbangan cairan dalam tubuh. Rumus yang di pakai untuk
menetukan banyaknya asupan cairan adalah (Jumlah urin yang
dikeluarkan selama 24 jam terakhir + 500 ml(IWL) (Suharyanto,
2013; Mubarak, 2008).
Pada klien Chronic Kidney Disease (CKD) terjadi penurunan laju
filtrasi glomerulus (LFG) berpengaruh pada retensi cairan dan
natrium. Retensi cairan dan natrium tidak terkontol dikarenakan
ginjal tidak mampu untuk mengonsentrasikan atau mengencerkan
urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal
yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari
hari tidak terjadi. Natrium dan cairan sering tertahan dalam tubuh
yang meningkatkan resiko terjadinya oedema, gagal jantung
kongesti, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi
aksis reninangiotensin dan kerjasama keduanya meningkatkan
sekresi aldosteron. Klien mempunyai kecenderungan untuk
kehilangan garam, mencetuskan resiko hipotensi dan hipovolemia.
Episode muntah dan diare menyebabkan penipisan air dan natrium,
yang semakin memperburuk status uremik.
1) Kebutuhan oksigenasi
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh,
mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel.
Jaringan yang melakukan metabolisme aerob, proses membentuk
energi dengan adanya oksigen, bergantung secara total pada oksigen
untuk bertahan hidup.
10
Pada klien Chronic Kidney Disease (CKD) cenderung ditemukan
adanya pernafasan yang cepat dan dangkal (kussmaul), irama nafas
yang tidak teratur, frekuensi nafas yang meningkat diatas normal,
adanya retraksi interkostalis, dan epigastrium, sebagai upaya untuk
mengeluarkan ion H+ akibat dari asidosis metabolik, pergerakan
dada yang tidak simetris, vokal fremitus cenderung tidak sama
getarannya antar lobus paru, terdengar suara dullness saat perkusi
paru sebagai akibat dari adanya edema paru, dan pada auskultasi
paru cenderung terdengar adanya bunyi rales. Pada tahap lanjut akan
ditemukan adanya sianosis perifer ataupun sentral sebagai akibat dari
ketidakadekuatan difusi oksigen di membran alveolar karena adanya
edema paru, nyeri dada dan sesak nafas akibat adanya penimbunan
cairan di paru-paru (Potter dan Patricia, 2010).
2) Kebutuhan nutrisi
Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan
oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan menghasilkan energi dan
digunakan dalam aktivitas tubuh. Sistem yang berperan dalam
pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah sistem pencernaan yang terdiri
atas saluran pencernaan yang dimulai dari mulut sampai usus halus
bagian distal, dan organ asesoris terdiri atas hati , kantung empedu
dan pankreas.
Pada penyakit Chronic Kidney Disease (CKD) sistem pencernaan
cenderung ditemukan adanya Anoreksia, nausea dan vomitus, yang
berhubungan dengan gangguan metabolisme protein di dalam usus.
Keadaan Chronic Kidney Disease (CKD) mengakibatkan penurunan
fungsi ginjal dalam hal mengeluarkan sisa-sisa metabolisme tubuh
yang salah satunya adalah ureum. Peningkatan kadar ureum dalam
darah akan akan mengiritasi mukosa lambung dan merangsang
peningkatan asam lambung (HCL) akibatnya akan terjadi mual.
Faktor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan dalam tubuh.
Ureum yang meningkat pada air liur diubah oleh bakteri di mulut
menjadi amonia sehingga nafas berbau amonia dan perubahan
11
membran mukosa mulut berupa lidah menjadi kotor atau timbulnya
lesi pada mukosa mulut. Sedangkan ureum yang meningkat dalam
usus dapat menyebabkan perubahan mukosa usus yang menimbulkan
kembung pada perut. Gagal ginjal akan menyebabkan gangguan
pada metabolisme vitamin D, sehingga akan terjadi gangguan pada
absorpsi kalsium di usus (Potter dan Patricia, 2010).
3) Kebutuhan rasa aman nyaman
Kebutuhan rasa aman dan nyama salah satunya yaitu, istirahat
merupakan keadaan relaks tanpa adanya tekanan emosional, bukan
hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang
membutuhkan ketenangan. pada sistem integumen normalnya
keadaan turgor kulit elastis, tidak pucat, akral tubuh teraba hangat.
pada klien Chronic Kidney Disease (CKD) cenderung ditemukan
adanya rasa gatal sebagai akibat dari uremi fross, kulit tampak
bersisik, kelembaban kulit menurun, turgor kulit cenderung menurun
(kembali > 3 detik). Pada tahap lanjut cenderung akan terjadi
ketidakseimbangan termoregulasi tubuh dan akral teraba dingin,
kulit berwarna pucat akibat adanya anemia dan kekuning-kuningan
akibat urokrom, suatu penumpukan kristal urea di kulit (urea fross).
Adanya gatal-gatal di kulit menyebabkan klien ingin menggaruk dan
akibatnya akan timbul bekas-bekas garukan di kulit (Potter dan
Patricia, 2010).
4) Kebutuhan aktivitas
Pada klien Chronic Kidney Disease (CKD) abnormalitas utama pada
gangguan aktivitas yaitu, metabolisme kalsium dan fosfat tubuh yang
memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah satunya meningkat
yang lain menurun. Penurunan LFG menyebabkan peningkatan
kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar serum
menyebabkan penurunan sekresi parathormon dari kelenjar
paratiroid. Namun pada CKD, tubuh tidak berespon secara normal
terhadap peningkatan sekresi parathormon, dan akibatnya kalsium di
tulang menurun, menyebabkan perubahan pada tulang dan
menyebabkan penyakit
12
tulang, selain itu metabolik aktif vitamin D (1,25
dihidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat didalam ginjal
menurun, seiring dengan berkembangnya CKD terjadi penyakit
tulang uremik dan sering disebut Osteodistrofienal. Osteodistrofienal
terjadi dari perubahan komplek kalsium, fosfat dan keseimbangan
parathormon (Smeltzer dan Bare, 2014).
5. Manifestasi klinis
Menurut Smeltzer dan Bare (2014) setiap sistem tubuh pada Chronic Kidney
Disease (CKD) dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka klien akan
menunjukkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala
bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, usia klien dan kondisi
yang mendasari. Tanda dan gejala klien gagal ginjal kronis adalah sebagai
berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi
sistem renin-angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki, tangan,
sakrum), pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus,
ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul.
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia,
mual,muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi.
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan
tungkai, panas pada telapak kaki, perubahan perilaku.
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop.
13
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler.
6. Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, klien CKD akan mengalami
beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Suwitra (2006) antara
lain adalah :
a. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme,
dan masukan diit berlebih.
b. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi
produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
renin angiotensin aldosteron.
d. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
e. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan
peningkatan kadar alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion
anorganik.
f. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
g. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
h. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
i. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.
14
e. Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi.
f. Terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal.
a. Penatalaksanaa keperawatan
1) cairan
a) Klien yang tidak didialisa
Bila ada oliguria, cairan yang diperbolehkan biasanya 400-500
ml (untuk menghitung kelebihan cairan rutin) ditambah volume
yang hilang lainya seperti urin, diare, dan muntah selama 24 jam
terakhir.
b) Klien dialisis
Pemasukan cairan terbatas jumlahnya sehingga kenaikan berat
badan tidak lebih dari 0,45 kg/hari diantara waktu dialisis. ini
15
umumnya akibat dari pemasukan 500 ml sehari ditambah
volume yang hilang melalui urin, diare dan muntah.
2) Elektrolit
a) Klien yang tidak dialisis
Pemasukam kalium harus dibatasi 1,5-2,5 g (38,5-64 mEq)/hari
pada dewasa dan sekitar 50 mg (1,9 mEq)/kg/hari untuk anak-
anak.
16
c) Lakukan program free heparin sebelum dilakukan operasi,
menurut literatur sebaiknya heparin tidak diberikan 6-8 jam
sebelum operasi dan diharapkan tidak diberikan kembali setelah
12 jam post operasi atau dikondisikan sampai luka operasi
mengering.
b. Penatalaksanaa kolaboratif
1) Diuretik kuat untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
2) Glikosida jantung untuk memobilisasi cairan yang menyebabkan
edema.
3) Kalsium karbonat atau kalsium asetat untuk mengobati osteodistropi
ginjal dengan mengikat fosfat dan menambah kalsium.
4) Anthi hipertensi (ACE inhibitor) untuk mengontrol tekanan darah
dan edema.
5) Famotidin dan ranitidin untuk mengurangi iritasi lambung.
6) Suplemen besi dan folat atau tranfusi sel darah merah untuk anemia.
7) Eritropoitin sintetik untuk menstimulus sumsum tulang,
memproduksi sel darah merah.
8) Suplemen besi, estrogen konjugata, dan desmopresin untuk melawan
efek hematologik.
9) Terapi dialysis (pengganti ginjal)
Dialysis digunakan untuk mengeluarkan produk sisa cairan dan
uremik dari tubuh bila ginjal tidak mampu melakukanya.juga dapat
digunakan untuk mengobati klien dengan edema yang tidak
meresponpengobatan lain, hepatic, hiperkalemia, hiperkalsemia,
17
hipertensi, dan dialysis peritonial, untuk menggantikan ginjal yang
tidak berfungsi.
Dialisis adalah pergerakan cairan dan butir-butir (partikel) memlalui
membaran semipermeabel. Dialisis adalah suatu tindakan yang dapat
memulihkan keseimbangan cairan dan elektrolit, mengendalikan
keseimbangan asam-basa, dan mengeluarkan sisa metabolisme dan
bahan dari tubuh.
Ada tiga prinsip yang mendasari dialisis, yaitu disfungsi, osmosis,
dan ultrafiltrasi. Disfungsi adalah pergerakan butir-butir (partikel)
dari tempat yang berkonsentrasi tinggi ke tempat yang
berkonsentrasi rendah. Dalam tubuh manusia, hal ini terjadi
memlalui membran semipermeabel. Difusi menyebabkan urea,
kreatinin, adan asam urat dari darah klien masuk ke dalam dialisiat.
Walaupun konsentrasi eritrosit dan protein da;lam darah tinggi,
meteri ini tidak dapat menebus membran semipermeabel katrena
eitrosit dan prtotein mempunyai mokelul yang besar. Osmosi
menyangkut pergerakan air melakui membran semipermeabel dari
tempat yang berkonsentrasi rendah ke tempat yang berkonsentrasi
tinggi (osmolalitas). Ultrafiltrasi adalah pergerakan cairan melalui
membran semipermeabel sebagai akibat tekanan gradien buatan.
Tekanan gradien buatan dapayt bertekanan positif (didorong) atauu
negatif (ditarik). Ultrafiltrasi lebih efisien daripada osmosisi dalam
mengambil cairan dan diterapkan dalam hemodialisa. Pada saat
dialissi, prinsip osmosis, dan difusi atau ultrafiltrasi digunakan
secara simultan atau persamaan.
18
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien dengan CKD
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian
merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai
dengan kebutuhan individu.
Pengkajian keperawatan pada klien dengan Chronic Kidney Disease (CKD)
menurut Doengoes, 2012; Nursalam, 2008; Sudoyo, 2015; NIC NOC, 2015
sebagai berikut :
a. Demografi.
Klien CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai
hal seperti proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya.
CKD dapat terjadi pada siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga
mempunyai peranan penting sebagai pemicu kejadian CKD. Karena
kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan lingkungan
yang tidak menyediakan cukup air minum / mengandung banyak
senyawa/ zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
c. Pengkajian Bio-psiko-Sosial
1) Aktivitas istirahat
Gejala :
kelelahan ekstrem kelemahan dan malaise, gangguan tidur (insomnia/
gelisah atau somnolen).
Tanda :
kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
19
2) Sirkulasi
Gejala :
Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi : nyeri dada (angina)
Tanda :
Hipertensi : nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada kaki,
telapak tangan, nadi lemah dan halus, hipotensi ortostatik
menunjukkan hipovolemia yang jarang terjadi pada penyakit tahap
akhir, friction rub pericardial (respon terhadap akumulasi rasa) pucat,
kulit coklat kehijauan, kuning, kecenderungan pendarahan.
3) Integritas Ego
Gejala :
Faktor stres, contoh finansial, hubungan, dan sebagainya. Peran tak
berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
Tanda :
Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan
kepribadian.
4) Eiminasi
Gejala :
Peningkatan berat badan cepat (edem), penurunan berat badan
(malnutrisi). Anoreksia, Malnutrisi, kembung, diare, konstipasi.
Tanda :
Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat, berwarna.
Oliguria, dapat menjadi anuria.
5) Makanan / Cairan
Gejala :
Peningkatan berat badan cepat (edem), penurunan berat badan
(malnutrisi). Anoreksia, nyeri ulu hati, mual / muntah, rasa metalik
tidak sedap pada mulut (pernafasan amonia), pengguanaan diuretik.
Tanda :
Distensi abdomen / asietas, pembesaran hati (tahap akhir). Perubahan
turgor kulit. Edem (umum, tergantung). Ulserasi gusi, pendarahan
20
gusi / lidah. Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, tampak tak
bertenaga.
6) Neorosensasi
Gejala :
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot / kejang : sindrom Kaki,
gelisah ; kebas terasa terbakar pada telapak kaki. Kebas kesemutan
dan kelemahan, khususnya ekstremitas bawah (neuropati perifer).
Tanda :
Gangguan sistem mental, contoh penurunan lapang perhatian,
ketikmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau,
penurunan tingkat kesadaran, koma. Kejang, fasikulasi otot, aktifitas
kejang, Rambut tipis, kuku rapuh dan tips.
7) Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot / nyeri kaki. Memburuk pada
malam hari.
Tanda :
perilaku berhati-hati dan gelisah.
8) Pernafasan
Gejala :
nafas pendek : dipsnea, nokturnal parosimal, batuk dengan / tanpa
sputum kental atau banyak.
Tanda :
takiepna, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman (Pernafasan
kusmaul). Batuk produktif dengan sputum merah muda encer (edema
paru).
9) Keamanan
Gejala :
Klit gatal ada / berulamngnya infeksi
Tanda :
Pruritus Demam ( sepsis, dehidrasi ; normotemia dapat secara actual
terjadi peningkatan pada klien yang mengalami suhu tubuh lebih
21
rendah dari pada normal ( efek CKD / depresi respon imum) Ptekie,
araekimosis pada kulit Fraktur tulang ; defosit fosfat, kalsium,
(klasifikasi metastatik) pada kulit, jaringan lunak sendi, keterbatasan
gerak sendi.
10) Seksualitas
Gejala :
penurunan libido ; amenorea ; infertilitas.
11) Interaksi Sosial
Gejala :
Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekeja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
d. Pemeriksaan fisik
1) Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran
klien dari compos mentis sampai coma.
2) Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi
meningkat dan reguler.
3) Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan
nutrisi, atau terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
4) Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran
telinga, hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum,
bibir kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
22
tambahan pada paru (rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung,
terdapat suara tambahan pada jantung.
7) Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut
buncit.
8) Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi,
terdapat ulkus.
9) Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas klien dibantu, terjadi edema, pengeroposan
tulang, dan Capillary Refill lebih dari 1 detik.
10) Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan
mengkilat / uremia, dan terjadi perikarditis.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengam Chronic Kidney Disease (CKD)
menurut trucker, 2008; sudoyo, 2015.
1. Urinalisasi : PH asam, SDP, SDM, berat jenis urin (24 jam) : volume
normal, volume kosong atau rendah, proteiurea, penurunan klirens
kreatinin kurang dari 10 ml permenit menunjukan kerusakan ginjal yang
berat.
2. Hitungan darah lengakap : penurunan hematokrit / HB , trombosit,
leukosit, peningkaanj SDP.
3. Pemerikasaan urin : Warna PH, kekeruhan, glukosa, protein, sedimen,
SDM, keton, SDP, CCT.
4. Kimia darah : kadar BUN, kreatinin, kalium, kalsium, fosfor, natrium,
klorida abnormal.
5. Uji pencitraan : IVP, ultrasonografi ginjal, pemindaian ginjal, CT scan.
6. EKG : distritmia
7. Poto polos abdomen, bias tampak batu radio opak
23
8. Pielografi intra vena jarang dikerjakan, karena kontras tidak dapat
melewati filter glomerolus, disamping kekawatiran terjadinya pengaruh
toksik oleh kontras terhadap ginjal yang sudah mengalami kerusakan.
9. Piolografi antegrad atau retrograt sesuai dengan indikasi.
10. Pemeriksaan lab CCT (Clirens Creatinin Test) untuk mengetahui laju
filtrasi glomerulus. Untuk menilai GFR (Glomelular Filtration Rate) /
CCT (Clearance Creatinin Test) dapat digunakan dengan rumus :
CCT ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg )
72 x creatini serum
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD menurut Huda dan
Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2015).
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan Ketidakmampuan ginjal
mengsekresi air dan natrium.
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pembatasan diit dan ketidak mampuan untuk mengabsorbsi nutrien.
c. Perubahan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru.
d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan
nutrisi ke jaringan sekunder.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan anemia, retensi
produk sampah dan prosedur dialysis.
f. Resiko Kerusakan intregritas kulit berhubungan dengan efek uremia.
24
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan menurut Huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2015).
26
crakles), kongestikemacetan 2. Rekam tanda vital: berat badan, denyut nadi,
paru, pleural effusion pernapasan, dan tekanan darah untuk
Hb dan hematokrit menurun, mengevaluasi respon terhadap terapi.
perubahan elektrolit, khususnya 3. Sesuaikan tekanan filtrasi untuk menghilangkan
perubahan berat jenis jumlah yang tepat dari cairan berlebih di tubuh
Suara jantung SIII klien.
Reflek hepatojugular positif 4. Bekerja secara kolaboratif dengan klien untuk
Oliguria, azotemia menyesuaikan panjang dialisis, peraturan diet,
Perubahan status mental, keterbatasan cairan dan obat-obatan untuk
kegelisahan, kecemasan mengatur cairan dan elektrolit pergeseran antara
pengobatan.
Faktor-faktor yang berhubungan :
Mekanisme pengaturan
melemah
Asupan cairan berlebihan
Asupan natrium berlebihan
2 Gangguan nutrisi kurang dari Tujuan: Nursing intervensi classification (NIC)
kebutuhan Setelah dilakukan asuhan Nutritional Management :
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor adanya mual dan muntah
untuk keperluan metabolisme tubuh. nutrisi seimbang dan adekuat. 2. Monitor adanya kehilangan berat badan dan
Kriteria Hasil: perubahan status nutrisi.
Batasan karakteristik :
27
Berat badan 20 % atau lebih di Nursing outcomes classification 3. Monitor albumin, total protein, hemoglobin, dan
bawah ideal (NOC) : Nutritional Status hematocrit level yang menindikasikan status
Dilaporkan adanya intake Nafsu makan meningkat nutrisi dan untuk perencanaan treatment
makanan yang kurang dari RDA Tidak terjadi penurunan BB selanjutnya.
(Recomended Daily Allowance) Masukan nutrisi adekuat 4. Monitor intake nutrisi dan kalori klien.
Membran mukosa dan Menghabiskan porsi makan 5. Berikan makanan sedikit tapi sering.
konjungtiva pucat Hasil lab normal (albumin, 6. Berikan perawatan mulut sering.
Kelemahan otot yang digunakan kalium) 7. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet
untuk menelan/mengunyah sesuai terapi.
Luka, inflamasi pada rongga
mulut
Mudah merasa kenyang, sesaat
setelah mengunyah makanan
Dilaporkan atau fakta adanya
kekurangan makanan
Dilaporkan adanya perubahan
sensasi rasa
Perasaan ketidakmampuan untuk
mengunyah makanan
Miskonsepsi
Kehilangan BB dengan makanan
cukup
28
Keengganan untuk makan
Kram pada abdomen
Tonus otot jelek
Nyeri abdominal dengan atau
tanpa patologi
Kurang berminat terhadap
makanan
Pembuluh darah kapiler mulai
rapuh
Diare dan atau steatorrhea
Kehilangan rambut yang cukup
banyak (rontok)
Suara usus hiperaktif
Kurangnya informasi,
misinformasi
29
3 Perubahan pola napas berhubungan Tujuan: Nursing intervensi classification (NIC)
dengan hiperventilasi paru Setelah dilakukan asuhan Respiratory Monitoring :
keperawatan selama 1x24 jam pola 1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha
nafas adekuat. respirasi.
Kriteria Hasil: 2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
Nursing outcomes classification penggunaan otot tambahan, retraksi otot
(NOC) : Respiratory Status supraclavicular dan intercostal.
Peningkatan ventilasi dan 3. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
oksigenasi yang adekuat kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes.
Bebas dari tanda tanda distress 4. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan /
pernafasan tidak adanya ventilasi dan suara tambahan.
Suara nafas yang bersih, tidak Oxygen Therapy :
ada sianosis dan dyspneu 1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles.
(mampu mengeluarkan sputum, 2. Ajarkan klien nafas dalam.
mampu bernafas dengan mudah, 3. Atur posisi senyaman mungkin.
tidak ada pursed lips) 4. Batasi untuk beraktivitas.
Tanda tanda vital dalam rentang 5. Kolaborasi pemberian oksigen.
normal
4 Gangguan perfusi jaringan Tujuan: Nursing intervensi classification (NIC)
berhubungan dengan penurunan Setelah dilakukan asuhan Circulatory Care :
suplai O2 dan nutrisi ke jaringan keperawatan selama 3x24 jam
sekunder. perfusi jaringan adekuat.
30
Kriteria Hasil: 1. Lakukan penilaian secara komprehensif fungsi
Nursing outcomes classification sirkulasi periper. (cek nadi priper,oedema, kapiler
(NOC) : Circulation Status refil, temperatur ekstremitas).
Membran mukosa merah muda 2. Kaji nyeri.
Conjunctiva tidak anemis 3. Inspeksi kulit dan Palpasi anggota badan.
Akral hangat 4. Atur posisi klien, ekstremitas bawah lebih rendah
31
Sirkulasi status baik.
6 Resiko Kerusakan intregritas kulit Tujuan: Nursing intervensi classification (NIC)
berhubungan dengan efek uremia Setelah dilakukan asuhan Skin surveilance :
dan neuropati perifer. keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor adanya tanda – tanda kerusakan integritas
Resiko Kerusakan intregritas kulit kulit.
tidak terjadi. 2. Monitor warna kulit.
Kriteria Hasil: 3. Monitor temperatur
4. Catat adanya perubahan kulit dan membran
Nursing outcomes classification mukosa.
(NOC) : Circulation Status 5. Ganti posisi dengan sering.
Temperatur jaringan dalam 6. Anjurkan intake dengan kalori dan protein yang
rentang normal. adekuat
Elastisitas dan kelembaban
dalam rentang rentang normaal.
Pigmentasi dalam rentang
normal.
32
4. Pelaksanaan Keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditunjukkan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan
yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan klien (Nursalam, 2008)
Pelaksanaan kepewatan
1. Menstimbangkan cairan
2. Memenuhi kebutuhan nutrisi
3. Memenuhi pola nafas
4. Menstimbangkan perfusi jaringan
5. Mengstimbangkan aktivitas
6. Mengelastisikaskan integritas kulit
5. Evaluasi keperawatan
Perencanaan evaluasi memuat cerita hasil keberhasilan proses dan
keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat
dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman / rencana
proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
antara tingkat kemandirian klien dalam kehidupan sehari – hari dan tingkat
kemajuan kesehatan klien dengan tujuan yang telah dirumuskan
sebelumnya. Evaluasinya menurut Nursalam (2008) sebagai berikut :
1. Cairan seimbang.
2. Nutrisi seimbang
3. Pola nafas terpenuhi
4. Perfusi jaringan seimbang
5. Aktifitas seimbang
6. Integritas Kulit teratasi
33
BAB III
TINJAUAN KASUS
Dalam bab ini penulisan akan menyelesaikan laporan kasus Asuhan Keperawatan
Pada Klien Tn H dengan CDK diruang rawat Ar Rahmah RSI Ibnu Sina
Payakumbuh Tahun 2020. Dalam melengkapi data ini penulis mengadakan
wawancara , tim perawat di ruangan, selain itu juga memperoleh data-data dari
catatan medis dan catatan keperawatan serta didapatkan hasil Observasi langsung
serta pemeriksaan fisik.
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada klien dilakukan pada tanggal 18 Januari 2020 di Ruang Ar
Rahmah RSI Ibnu Sina Payakumbuh
1. Identitas
Klien berinisial Tn. H, usia 73 th, jenis kelamin Laki-laki, Agama Islam,
Suku bangsa Minang, Warga negara Indonesia, Pendidikan Terakhir
Sekolah dasar, Status perkawinan sudah menikah, pekerjaan peternak,
alamat Parumpuang Kab. 50 Kota. Sumber biaya Jaminan Kesehatan :
Pribadi (Umum), Sumber Informasi diperoleh dari klien, keluarga, tim
Perawat di Ruangan dan Status Klien.
2. Resume Keperawatan
Klien masuk dari IGD pada hari Selasa, Tgl 14 Januari 2020,, dibawa oleh
keluarga. Saat datang ke IGD, klien mengalami penurunan kesadaran
penilaian GCS: E: 3, M: 5 V: 4 total 12, Hasil TTV TD: 170/110 mmHg,
N: 90 x/menit, RR : 26 x/menit, S : 36 °C. Keluarga klien mengatakan
klien letih dan lemas, sulit diajak komunikasi, mengalami bengkak di
tungkai bagian kaki kanan,dan sering mengeluh nyeri ulu hati, gatal-gatal
seluruh tubuh klien mempunyai riwayat penyakit Hipertensi dan DM. Di
IGD dilakukan tindakan pemasangan
34
Infus dengan cairan RL 20 tts/i , kemudian dilakukan pemeriksaan
laboratorium
Klien di pindahkan ke ruang Ar Rahmah dengan keluhan yang sama
ketika di IGD. Klien mengalami penurunan kesadaran, keadaan umum
klien sakit sedang TTV : TD : 170/110 mmHg, Nd : 90 x/menit , RR : 24
x/menit , S : 36 °C. Klien di diagnosa CKD Hipertensi + DM, dan
diagnosa keperawatanya adalah : Kelebihan volume cairan berhubungan
dengan ketidakmampuan ginjal mengsekresi air. Intervensinya yaitu : Kaji
status cairan , timbang berat badan harian, kesimbangan masukan dan
haluran, turgor kulit dan adanya edema, ttv, membatasi masukan cairan,
Menjelaskan pada klien rasional pembatasan cairan, bantu klien dalam
menmghadapi ketidaknyamanan akibat pembatasan cairan, pemberian
terapi oral yaitu :Amlodipine 1x5 mg, Novarapid 3x10 IU , Omeprazole
1x1, cefriaxone 2x1
3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan saat ini adalah klien mengatakan mudah lemas, mual, muntah,
pusing selama 2 hari dan cepat lelah saat beraktivitas, gatal-gatal
seluruh tubuh edem tungkai kaki dibagian kaki kiri grade +1, lamanya
keluhan sudah 2 bulan. Selama sakit klien sering kontrol ke dokter dan
minum obat. Saat ini klien direncanakan untuk dilakukan pemasangan
cimino untuk akses HD.
Klien anak empat . Orang tua klien sudah meninggal. Keluarga dari
klien Ny. S terutama dari keluarga Ny.s Orang tua klien mempunyai
riwayat HIPERTENSI. Klien memiliki dua orang anak dan anaknya
yang pertama sudah meninggal dengan peyakit jantung dan anak yang
kedua sudah tidak tinggal serumah, klien tinggal serumah dengan
saudaranya.
36
Skema 3.1. Genogram Ny. S
X X
X X
Klien Ny.S
Usia 55 th
X
X
X
Keterangan
:Laki-laki
:Perempuan
X
:meninggal
dunia
:tinggal satu
rumah
: klien
: menikah
: keturunan
37
d. Kondisi Lingkungan rumah
Saat ini klien tinggal di Jl.Sersan Idris No 8 Rt 03 Rw 04 kelurahan
Margajaya, Kota Bekasi, 17141 provinsi Jawa Barat. Menurut klien
keadaan rumah rapi dan lantainya tidak licin, ventilasi ketika pagi
sampai sore sering terbuka, posisi kamar mandi jauh dengan kamar
tidur klien, lingkungan dekat rumah klien padat penduduknya.keluarga
klien tidak ada yang mengosumsi rokok
2) Pola Eliminasi
Sebelum Dirawat
Sebelum sakit klien biasa buang air besar satu kali dalam sehari,
konsistensinya lembek, warna feses kuning. Sedangkan untuk
buang air kecilnya lebih dari lima kali dalam sehari, warnanya
kuning bening.
Saat di Rawat
Saat di rawat klien mengatakan buang air besarnya yaitu satu kali
dalam sehari, konsistensi lembek, warna kuning. Sedang kan untuk
buang air kecilnya terjadi perubahan yaitu dalam satu hari hanya
dua sampai empat kali saja (400 - 600cc/hari) dikarenakan klien
dalam
38
satu hari hanya minum kira – kira dua gelas saja (600cc/hari),
warnanya adalah kuning. Dikarenakan penurunan fungsi ginjal.
Sebelum Dirawat
Klien tidur selama kurang lebih 8 jam /hari dan tidur siang 3 jam.
Klien tidak mempunyai kebiasaan sebelum tidur dan sesudah tidur.
Selama dirawat
Klien tidur kurang lebih 6 jam/hari dengan sering terbangun dan
tidur siang 2 jam. Karena sudah bosan dengan suasana rumah sakit,
dan terkadang banyaknya pengunjung.
39
4. Pengkajian Fisik
Keadaan umum klien sakit sedang, Kesadaran klien Compos mentis, tidak
ada pembesaran kelenjar getah bening, berat badan klien 50 kg, bb kering
setelah di HD 47 kg (BB ideal :45-55 kg) tinggi badan 150 cm, tekanan
darah klien 190/90 mmHg, nadi 90 x/menit, RR 24 x/menit, Suhu 36°C.
a. Sistem penglihatan
Sitem penglihatan klien baik, tidak terdapat tanda – tanda radang,
tidak ada kelainan otot-otot mata, pupil bereaksi terhadap rangsang
cahaya, posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola
mata normal, konjungtiva an anemis, kornea normal, sklera ikterik,
pupil isokor..
b. Sistem pendengaran
Fungsi pendengaran klien normal, klien tidak menggunakan alat bantu
dengar dan tidak mempunyai gangguan keseimbangan, daun telinga
normal, tidak ada serumen, dan tidak ada perasaan di telinga.
c. Sistem wicara
Dalam sistem wicara klien baik, tidak ada disatria, menanggapi
pembicaraan sesuai.
d. Sistem pernafasan
Jalan nafas klien bersih, klien sesak sedikit , tidak menggunakan otot
bantu nafas, frekuensi nafas klien 24 x/menit, irama teratur, nafas
dalam, tidak ada batuk, tidak ada seputum, suara nafas vesikular, tidak
ada nyeri saat bernafas.
e. Sistem kardiovaskular
Nadi 90 x/menit dengan irama teratur,tekanan darah klien 190/90
mmHg, tidak ada distensi vena jugularis, temperatur kulit klien
hangat, warna kulit klien pucat, pengisian kapirelirevil <2 detik, odem
tungkai kaki kanan grade + 1.
f. Sistem hematologi
Tidak ada pendarahan, kongjungtiva tidak pucat, hemoglobin normal
12.0 g/dl.
40
g. Sistem saraf pusat
keluhan sakit kepala, tingkat kesadaran compos mentis, nilai GCS E:
4, M: 6, V: 5 total 15, tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK,
pemeriksaan reflek fisiologis normal dan reflek patologis tidak.
h. Sistem pencernaan
Gigi tidak ada karies, tidak menggunakan gigi palsu,tidak ada
stomatitis di rongga mulut, bibir lembab,klien muntah dan isinya
sesuai dengan makanan frekuensi 3x jumlah 300cc, abdomen
kembung, bising usus 18 x/menit.
i. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton, tidak
ada luka gangren.
j. Sistem urologi
Balan cairan selama 24 jam. Intake : 1600 – 2100 + 690 (Output + IWL)
= + 900ml, tidak ada perubahan pola kemih, BAK kuning, tidak ada
ketegangan kandung kemih, tidak ada keluhan sakit pinggang Tidak
ada nyeri. Odem di tungkai kaki kanan karena adanya penumpukan
cairan di kaki. Penatalaksanaan diit rendah cairan (batasi cairan
600cc/24 jam, lasik 1x2 gr.
k. Sistem integumen
Turgor kulit baik, temperatur kulit 36°C, warna kulit kemerahan,
keadaan kulit baik, tidak ada kelainan kulit, terjadi pembengkakan
pada kulit daerah pemasangan infus, kulit kering.gatal gatal,
pemeriksaan lab ureum 134 Mg/dl, kreatinin 12,1 Mg/dl.
Penatalaksanaan rendah protein 40gr dan rendah garam 40 gr .
l. Sistem muskuloskeletal
Tidak ada kesulitan dalam pergerakan, klien tidak merasa sakit pada
tulang sendi dan kulit, tidak ada fraktur, tidak ada kelainan bentuk dan
struktur tulang belakang, klien menggunakan alat bantu tongkat saat
berjalan, kekuatan otot:
41
5555 5555
5555 5555
42
5 Pemeriksaan Penunjang
= 85 x 50 = 4250
223 223
= 19 ml/menit
Klasifikasi dari CRF klien masuk gret 5, yang artinya kilen mengalami
gagal ginjal tahap berat (karena LFG klien 19%), Sudoyo,2015.
Penatalaksanaan terapi :
1. Terapi injeksi
a. Amlodipine 10gr 1x10 jam 06.00 wib.
b. Lasix 10gr 1x2 jam 06.00 wib.
c. Ondancentron 10gr 1x1 jam 06.00 wib.
43
2. Diit Rendah protein 40gr, Rendah garam 40gr
3. HD 2x seminggu pada hari Rabu dan Sabtu.
4. Rencanakan untuk pemasangan cimino hari Sabtu, tanggal 27 Juni 2017.
6 DATA FOKUS
Data subyektif, klien mengatakan :
Kaki bengkak di tungkai kaki bagian kanan
Minum sedikit 2gls/hari (600cc/hari)
BAK 2-4x/hari (400 – 600cc/hari)
Badan lemas sudah 2 hari
Mual dan Muntah
Cepat lelah saat beraktivitas
Kaki kaku, berat saat berjalan
Terjadi penurunan BB dalam 3 bulan terakhir 3 kg
Data Obyektif ;
Keadaan umum klien sakit sedang
Kesadaran compos mentis
Edema tungkai grade +1
GCS : (E : 4, V : 5, M : 6) = 15
TTV : TD : 190/90 mmHg, N : 90 x/menit, RR : 24 x/menit, S : 36°C
Aktifitas hanya di tempat tidur
BB: 50kg, TB : 150cm.
IMT : 22 (normal), BB ideal klien : 45 kg – 55 kg.
Porsi makan yang dihabiskan 1 p
Minum sdikit hanya 2-4 gelas/hari (600cc/hari)
Balance cairan dalam 24jam yang terdiri dari intake – output+IWL
adalah 1600ml – (2100 + 690 = +900 ml
lab Hb : 12.0g/dl , Ht : L 29 % , Eritrosit : L 3.26 10^6/µl ureum : 34
mg/dl , kreatinin : H 3.1 mg/dl.
GFR : 19 % (berat)
44
7 ANALISA DATA
45
IMT : 22 (over
weight)
BB ideal klien : 45
kg – 55 kg.
B. : HB : 12.0 g/dl
HT : L 29 %
Ureum : 134 mg/dl
Kreatinin : H 3.1
mg/dl
C. :konjungtiva
ananemis,abdomen
kembung, bising
usus 18 x/menit.
D. : pola makan klien
3 x/hari, klien
suka, Klien tidak
terlalu suka minum
air putih, Diit
rendah protein
40gr, rendah garam
40gr.
3 DS : Kerusakan uremia
klien mengatakan gatal integritas kulit
gatal di seluruh tubuh,
DO :
Iritasi pada kulit
Kulit kering
kehitaman
Edema tungkai
grade +1
Ureum : 134 mg / dl
Kreatinin : 3,1mg/dl
B. Diagnosa Keperawatan
1. kelebihan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal
mengsekresi air dan natrium di tandai dengan :
DS:
klien mengatakan bengkak pada tungkai bagian kanan dan kaki terasa berat
saat di bawa jalan.
DO:
Kulit kering
46
Edem di tungkai kaki kanan
grade + 1
Balance cairan : intake 1600 – (2100 + 690) = +900 ml/hari
(output+IWL)
Ureum : 134 mg/dl
Kreatinin : 3,1mg/dl
GFR : 19 %
Penurunan berat badan 3 kg dari 53>50 kg
TD : 190/90 mmHg
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan pembatasan intake diit ditandai dengan : Mual ,Muntah dan diit
ketat DS :
klien mengatakan perut kembung, badan lemas sudah 2 hari, dan BB turun
3 kg dalam 3 bulan terakhir.
DO :
Keadaan klien sakit sedang
Porsi makan yang dihabiskan hanya 1 P
Klien terlihat lemas
Urin dalam 24 jam 600 cc
A. : BB : 50 kg
TB : 150cm
IMT : 22 (overweight)
BB ideal klien : 45 kg – 55 kg.
B. : HB : 12.0 g/dl
Ureum : 134 mg/dl
Kreatinin : 3,1 mg/dl
C. : konjungtiva ananemis, abdomen kembung, bising usus 18 x/menit.
D. : pola makan klien 3 x/hari. Diit rendah protein 40gr ,rendah garam
40gr.
47
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan uremia :
DS :
Gatal-gatal seluruh tubuh
DO :
Iritasi pada kulit
Kulit kering
kehitaman
Edema tungkai grade +1
Ureum : 134 mg / dl
Kreatinin : 3,1mg/dl
C. Perencanaan Keperawatan
48
2 Setelah dilakukan 1. Kaji status nutrisi 1. Menyediakan data dasar
tindakan Pengukuran : untuk memantau
kperawatan kpada a. Antropometri (BB, perubahan dan
Ny.S slama 3 x 24 TB) mengevaluasi intervensi
jam diharapkan b. Biokimia (Lab) 2. Mengetahui
ketidakseimbangan c. Clinical (kondisi perkembangan hasil lab
nutrisi dapat umum) klien
teratasi dengan d. Dietary (recall intake 3. Maningkatkan
kriteria hasil : makanan) kenyamanan mulut
1. Asupan nutrisi 2. Monitor lab hemoglobin, 4. pemberian obat oral agar
adekuat hematokrit, ureum dan keluhan dilambung dapat
2. Aupan makan kreatinin. berkurang
dan cairan 3. Anjurkan perawatan 5. Kolaborasi dengan ahli
adekuat mulut gizi untk pemberian diit
3. Konjungtiva 4. Berikan obat oral : yang diberikan klien
tidak pucat dan a. Lasik 10mg 1 injeksi 6. Agar kadar protein
4. Hasil lab batas jam 06.00 wib seimbang
normal : b. Ondancentron 10mg
a. HB : 13.2- injeksi jam 06.00
17.3 g/dl wib
b. HT : 40-52 5. Kolaborasi dengan ahli
% gizi pemberian diit
c. Ureum : 10- rendah protein 40 gram
50 mg/dl diit rendah garam
d. Kreatinin : 40gram
<1.4 mg/dl 6. Kolaborasi dengan
dokter pemberian obat
ketosteril
49
Ureum :10-50
mg/dl
Kreatinin : <1,4
mg/dl
D. Pelaksanaan Keperawatan
50
20/05/2017 1 Menganjurkan klien mencatat penggunaan Satya
cairan terutama pemasukan dan pengeluaran Wira
10.00 wib Respon : Wijaksana
DS : klien mengatakan “ iya nanti di catat “
DO : klien tampak mengerti dan mau, karena
sebelumnya sudah di beritau sama perawat
ruangan.
51
DO : balance cairan = +900 cc/hari, tampak
odem mulai berkurang dan klien tampak tidak
pucat lagi.
52
DS : mengucapkan terima kasih sudah
beritahukan
DO : makanan nasi dan tampak klien habis 1
porsi
53
Ureum : 134 mg/dl (batas normal)
Kreatinin : 3,1mg/dl (tinggi)
54
DS : merasa segar
DO : klien tampak memahami
55
E. Evaluasi Keperawatan
Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan dari tgl 20 – 22 mei 2017 maka
evaluasi di ambil pada hari terakhir yaitu :
56
klien tampak sakit sedang, klien terlihat
lemas, mkan habis hanya 1p, berat
badan mengalami penurunan 1 kg BB
A : BB : 50 kg, TB : 150 cm, IMT :22
(normal), BBI : 45 – 55 kg.
B : HB : 12,0g/dl, HT : 40 % ureum :
134 mg/dl, kreatinin : 12,1 mg/dl.
C : konjungtiva merah muda, , abdomen
tidak kembung, bising usus 18
x/menit.
D : pola makan klien 3 x/hari, porsi
makan tidak tentu, klien minum
sedikit, diit rendah protein
40gr,rendah garam 40gr
A : Masalah Ketidakseimbangan nutrisi
belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Kaji pengukuran ABCD
2. Memberian obat injeksi ondancentron
5 mg jam 06.00 wib
3. Kolaborasi dengan dokter pemberian
obat ketosteril
57
BAB IV
PEMBAHASA
N
Pada bab ini penulis akan menguraikan atau membahas perbandingan antara teori
dan praktek serta analisa faktor-faktor penghabat atau pendukung yang disertai
dengan Alternative pemecahan masalah pada Ny. S dengan Chronic Kidney
Disease (CKD) di Pavilium Marwah Atas Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka
Putih. Asuhan Keperawatan yang dilakukan penulis selama tiga hari dari tanggl 20
Mei 2016 sampai 22 Mei 2017 yang pembahasannya dibagi ke dalam beberapa
tahap yaitu :
A. Pengkajian Keperwatan
Pada tahap pengkajian penulis mengacu pada format yang telah disediakan,
format pengkajian yang tidak jauh berbeda dengan format yang ada pada
tinjauan teoritis. Dalam pengumpulan data, penulis melakukan pengkajian
secara komprehensif yang mengacu pada tinjauan teoritis yang meliputi aspek
bio, psiko, sosio, dan spiritual yang dilakukan dengan memperhatikan kondisi
klien. Data hasil pengkajian penulis didapatkan dari hasil wawancara dengan
klien dan keuarga, pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan diagnostik, catatan
medis, catatan keperawatan, serta bekerja sama dengan perawat ruangan, dan
tim kesehatan lainnya yang mendukung pengkajian.
59
pemindaian ginjal, CT scan.EKG. Poto polos abdomen. Pemeriksaan
penunjang yang diilakukanpada klien diantaranya pemeriksaan rontgen
thorak, laboratorium Hb, leukosit, hematokrit, trombosit, eritrosit MCV/VER,
MCH/HER, MCHC/KHER, Ureum darah, Kreatinin darah,
60
mengumpulkan data dan kerjasama yang baik antara tim kesehatan lain
seperti, dokter, petugas gizi, klien yang sangat kooperatif. Adapun faktor
penghambat yang ditemui saat melakukan pengkajian seperti data yang
penulis kaji kurang maksimal.
B. Diagnosa Keperawatan
Setelah proses pengumpulan data dan analisa sesuai dengan masalah yang
ditentukan, maka penulis merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan
data-data tersebut.
Dari hasil analisa data maka didapatkan tiga diagnosa yang muncul di kasus :
1. kelebihan volume cairan berhubungan dengan dengan ketidakmampuan
ginjal mengsekresi air dan natrium. Diagnosa ini muncul terjadi karena
penurunan fungsi ginjal terutama pada kinerja laju filtrasi glomerulus
(LFG) berpengaruh pada retensi cairan dan natrium. Retensi cairan dan
natrium tidak terkontol dikarenakan ginjal tidak mampu untuk
mengonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal pada penyakit
ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan
cairan dan elektrolit sehari hari tidak terjadi. Natrium dan cairan sering
tertahan dalam tubuh yang meningkatkan sehingga klien terjadinya
oedem pada tungkai kaki kanan grade +1, hipertensi TD 190/90 mmHg,
kulit kering, tidak elastis, balance cairan slama 24 jam yang terdiri dari
intake 1600 ml dan output 2100 ml (1600-2100 + IWL = + 900 ml / 24
jam), TD
: 190/90 mmHg, suhu : 36°C, RR : 24 x / menit, Nadi : 90 x / menit.hasil
Lab ureum 134 mg/dl, kreatinin H 3.1 mg/dl.
Terdapat diagnosa yang tidak tercantum dalam tinjauan teoritis. Tetapi tidak
muncul pada Diagnosa klien tersebut diantaranya :
1. Gangguan perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi paru
: kompensasi melalui remelalui alkalosis respiratorik.
Tidak dicantumkan karena tidak ditemukanya atau tidak ada data yang
kuat atau relevan penulis meneggakan diagnosa ini seperti penimbunan
cairan di paru paru yang mengakibatkan pola nafas klien terganggu dan
tidak adanya tanda seperti batuk berdahak, kesulitan untuk bernafas.
62
data yang memudahkan penulis mengangkat diagnosa. Adanya faktor
penghambat yang penulis temukan adalah beda merumuskan masalah
keperawatan diruangan hanya satu sehingga ada keterbatasan pengetahuan
dalam merumuskan diagnosa keperawatan bagi klien dengan CKD sedangkan
di teori masalah keperawatan lebih releven dan lebih terperinci.
C. Perencanaan Keperawatan
Dalam penyusunan rencana tindakan penulis terlebih dahulu menentukan
dengan prioritas masalah yang berdasarkan pada masalah yang mengancam
kehidupan atau keselamatan berdasarkan kebutuhan Hendersen, diantaranya
adalah:Diagnosa kelebihan volume cairan berhubungan dengan
ketidakmampuan ginjal mengsekresi air dan natrium
.
Penetapan waktu dan tujuan disesuaikan berdasarkan kondisi klien diruangan.
Penetapan kriterian hasil (SMART) berdasarkan tujuan teoritis, Intervensi
yang penulis buat dari diagnosa pertama sampai ke tiga berdasarkan tinjauan
kasus.
63
D. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat setelah perencanaan. Dalam tahap
ini, penulis melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana tindakan yang
telah ditetapkan. Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan
memperhatikan keadaan dan kondisi klien saat itu.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dinilai berdasarkan perkembangan yang terjadi pada klien setelah
dilakukan tindakan, mengacu pada tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditentukan. Dalam mengevaluasi perkembangan klien, penulis menggunakan
SOAP (Subjektif, Objektif, Analisa, Planing), sehingga dapat diketahui,
masalah yang teratasi, masalah teratasi sebagian, dan masalah yang belum
64
teratasi. Keberhasilan dari asuhan keperawatan ini bukan hanya tergantung
pada perawat dan tenaga kesehatan lainnya, melainkan dari partisipasi klien
juga dukungan keluarga.
Berdasarkan hasil evaluasi pada klien Ny. S yang dilakukan pada tanggal 20
Mei 2017 sampai 22 Mei 2017, diperoleh hasil evaluasi kelebihan volume
cairan berhubungan dengan dengan ketidakmampuan ginjal mengsekresi air
dan natrium., masalah teratasi sebagian dibuktikan dengan klien mengatakan
“saya mengerti untuk membatasi cairan agar tidak kelebihan, minum
600cc/hari)”, odem tungkai berkurang, klien masih lemas, balance cairan
selama 24 jam (+900) yang terdiri dari intake 1600 ml dan output 2765ml.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam teori telah disampaikan bahwa Chronic Kidney Disease (CKD) adalah
penurunan fungsi ginjal. Dari hasil pengkajian Ny. S telah terjadi penurunan
fungsi ginjal sehingga kemampuan memfiltrasi hanya 19ml/menit. jika dilihat
dari klasifikasi CKD menurut Sudoyo, 2015 Ny. S mengalami CKD berat
dimana kemampuan filtrasi ginjal 19% dari normal (90-100%). Manifestasi
yang penulis temukan pada Ny.S yaitu lemas, edema tungkai kaki kanan garde
+1, konjungtiva ananemis. Setelah data-data didapatkan, penulis menemukan 3
diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi klien saat ini yaitu
:Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal
mengsekresi air dan natrium, Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan intake diit dan
ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien
,Kerusakan integritas berhubungan dengan uremia
B. Saran
Dari kesimpulan yang telah didapat penulis menganggap perlu adanya
peningkatan mutu pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar yang diharapkan
dapat membantu klien dalam mempertahankan dan meningkatkan derajat
kesehatan menjadi lebih optimal. Disini penulis memberikan beberapa saran
kepada beberapa pihak yang diharapkan dapat membantu dalam memberikan
Asuhan Keperawatan kepada klien Ny. S dengan penyakit Chronic Kidney
Disease (CKD), dan saran tersebut diantaranya :
1. Penulisan KTI Selanjutnya
Dalam menerapkan pemenuhan kebutuhan dasar diharapkan penulis KTI
selanjutnya dapat melakukan pengkajian yang lebih lengkap untuk
mendapatkan hasil yang optimal dan mampu memberikan Asuhan yang
optimal bagi klien. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan konsep
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia. Oleh sebab itu, hendaknya
referensi untuk Kebutuhan Dasar Manusia pada gangguan sistem perlu
diperbanyak.
2. Perawat Ruangan
Diharapkan kepada perawat ruangan hendaknya melakukan
pendokumentasian dengan lebih terperinci kembali setelah malakukan
tindakan keperawatan yang adekuat.
67
DAFTAR PUSTAKA
LeMone, Priscillia, dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 5.
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius.
Medical Record RSIJ Cempaka Putih. (2016). Data Pasien CKD yang Di Rawat Inap
3 Bulan Terakhir. Jakarta: tidak di publikasi
Setiati, (2015). Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM JILID II. Jakarta 47 Smeltzer &
Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 12. Alih bahasa: Devi Yulianti, Amelia Kimin. Jakarta:
EGC.
Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.
Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2015.
Wilkinson. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa NANDA
67
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Agama : Islam
No Telp 089617646695
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
68