Bab 1-5
Bab 1-5
Bab 1-5
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen keperawatan di Indonesia dimasa depan perlu mendapat prioritas
utama dalam mengembangkan proses keperawatan. Pengembangan dalam berbagai
aspek keperawatan bersifat saling berhubungan, saling bergantung, saling
mempengaruhi, dan berkesinambungan. Oleh karena itu, manajemen keperawatan harus
dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan keperawatan yang nyata, yaitu di Rumah
Sakit dan komunitas masyarakat sehingga perawat perlu memahami konsep dan
aplikasinya (Nursalam, 2015).
Rumah sakit merupakan sebuah institusi perawatan kesehatan professional yang
pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya
(Sabarguna, 2008). Suatu rumah sakit memerlukan pengorganisasian untuk melancarkan
jalan sukses. Organisasi rumah sakit memiliki pemimpin dan staf yang bergerak dibidangnya
agar organisasi di rumah sakit mampu mejalankan pelayanan yang optimal. Pengorganisasian
dalam manajemen keperawatan mempunyai banyak aktifitas penting, antara lain bagaimana
asuhan keperawatan dikelola secara efektif dan efisien untuk sejumlah pasien di rumah sakit
dengan jumlah staf keperawatan dan fasilitas yang ada. Untuk itu diperlukan pembagian
tugas, kerja sama, dan koordinasi sehingga semua pasien mendapatkan pelayanan yang
optimal.
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan dalam suatu organisasi dimana dalam manajemen tersebut
mencangkup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam
mencapai tujuan organisasi (Nursalam, 2015). Manajemen keperawatan adalah suatu
proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan
secara professional (Nursalam, 2013).
Komponen utama dalam manajemen keperawatan adalah fokus pada sumber
daya manusia dan materi secara efektif. Tujuan dari manajemen keperawatan untuk
meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan keperawatan, untuk kepuasan
pasien melalui peningkatan produktifitas dan kualitas kerja perawat (Nursalam, 2015).
Untuk mewujudkan tujuan tersebut diperlukan manajer unit yang siap terhadap
perubahan dan mampu menghadapi tantangan sehingga diperlukan upaya perubahan
dalam manajemen pelayanan keperawatan termasuk pada tingkat lower manager.
1
Dalam melaksanakan praktek manajemen keperawatan menekankan pada
penerapan konsep-konsep dan prinsip kepemimpinan dan manajemen keperawatan
dalam tatanan pelayanan kesehatan nyata.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka kami Program Profesi Ners Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu melaksanakan suatu program praktek
dengan lingkup manajemen keperawatan di RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah.
B. Tujuan Praktik
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek manajemen keperawatan, mahasiswa Program
Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu mampu
melakukan dasar pengolahan unit pelayanan keperawatan sesuai dengan konsep dan
langkah-langkah manajemen keperawatan di Ruangan Flamboyan RSUD Undata
Provinsi Sulawesi Tengah.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan, mahasiswa mampu:
a. Mampu menganalisis situasi dan mengidentifikasi masalah manajemen
keperawatan
b. Mampu melakukan kegiatan manajemen keperawatan diruangan dalam bentuk :
1) Membuat fungsi perencanaan model praktek keperawatan professional di
ruangan
2) Mampu melaksanakan fungsi pengorganisasian di ruangan model praktek
keperawatan professional antara lain :
2
2. Bagi Perawat
a. Tercapainya tingkat kerja yang optimal.
b. Terbinanya hubungan antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim
kesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.
c. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.
d. Meningkatkan profesionalisme keperawatan.
3. Bagi Rumah Sakit
a. Mengetahui masalah-masalah yang ada di ruang perawatan yang berkaitan
dengan pelaksanaan asuhan keperawatan professional.
b. Dapat menganalisis masalah yang ada dengan metode SWOT serta menyusun
rencana strategi.
c. Mempelajari penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) secara
optimal.
4. Bagi Mahasiswa
Mengerti dan memahami penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional
(MPKP) di dalam Rumah Sakit
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KOSEP DASAR MANAJEMEN KEPERAWATAN
1. Pengertian manajemen
Dalam suatu lingkup kerja yang mencakup benyak orang didalamnya
dibutuhkan suatu pengorganisasian dan metode untuk mencapai tujuan bersama yang
di inginkan serta pengaturan untuk mencapai hasil yang baik. Manajemen merupakan
suatu metode yang dipakai untuk membuat suatu sistem berjalan sesuai dengan visi
dan misi yang ada.
Menurut Gilles (2005), manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam
penyelesaian masalah pekerjaan melalui orang lain. Manajemen merupakan suatu
pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di
organisasi. Dalam manajemen tersebut mencakup kegiatan POAC (Planning,
Organizing,Actuating,Kontrolling), terdapat staf, sarana dan prasarana dalam
mencapai tujuan organisasi (Grant dan Massey,1999 dalam NUrsalam 2008)
2. Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional
(Gillies,2005).
Dalam suatu manajemen keperawatan diperlukan adanya manajer atau
kepemimpinan yang merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengevaluasi
sarana dan prasarana yang tersedia untuk memberikan asuhan keperawatan yang
efektif dan efesien bagi individu, keluarga dan masyarakat.
3. Manajemen dan organisasi
Organisasi adalah suatu kesatuan (entity) sosial yang diorganisasikan secara
sadar, dengan sebuah batasan yang relative dapat diidentifikasikan, yang bekerja atas
dasar yang relative terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau
sekelompok tujuan (Staphen P. Robbins, 1996)
4. Fungsi manajemen Keperawatan
Fungsi manajemen keperawatan adalah memudahkan perawat dalam
menjalankan asuhan keperawatan yang holistik sehingga seluruh kebutuhan klien di
rumah sakit terpenuhi. Terdapat beberapa elemen dalam manajemen keperawatan
4
berdasarkan fungsinya yaitu Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian),
Staffing (kepegawaian), directing (pengarahan), kontrolling (pengendalian/evaluasi)
a. Planning (perencanaan)
Menurut Swanburg (2000), planning adalah memutuskan seberapa luas akan
dilakukan, bagaimana melakukannya dan siapa yang melakukannya. Fungsi
perencanaan merupakan suatu penjabaran dari tujuan yang ingin dicapai,
perencanaan sangat penting untuk melakukan tindakan.
1) Tujuan perencanaan
a) Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan
b) Agar penggunaan personil dan fasilitas yang tersedia efektif
c) Membantu dalam koping terhadap situasi krisis.
d) Efektif dalam hal biaya
e) Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan
berdasarkan masa lalu dan akan datang
f) Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah
2) Tahapan dalam perencanaan
a) Menetapkan tujuan
b) Merumuskan keadaan sekarang
c) Mengidentifikasi kemudahan dan hambatan
d) Mengembangkan serangkaian kegiatan
e) Jenis perencanaan
- Perencanaan strategi
Perencanaan yang sifatnya jangka panjang yang ditetapkan oleh
pemimpin dan merupakan arahan umum suatu organisasi. Digunakan
untuk mendapatkan dan mengembangkan pelayanan keperawatan
yang diberikan kepada pasien, juga digunakan untuk merevisi
pelayanan yang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan masa kini.
- Perencanaan operasional
Menguraikan aktivitas dan prosedur yang akan digunakan serta
menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan siapa
perawat yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas dan prosedur
serta menggambarkan cara menyiapkan perawat dalam bekerja dan
prosedur untuk mengevaluasi perawatan pasien.
5
3) Manfaat perencanaan
a) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan
b) Memungkinkan menejer memahami keseluruhan gambaran operasi lebih
jelas
c) Membantu menetapkan tanggung jawab lebih tepat
d) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan
e) Memudahkan koordinasi
f) Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebih mudah dipahami
g) Meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti
h) Menghemat waktu dan dana
4) Keuntungan perencanaan
a) Meningkatkan peluang sukses
b) Membutuhkan pikiran analitis
c) Mengarahkan orang ke tindakan
d) Modifikasi gaya manajemen
e) Pleksibilitas dalam pengambilan keputusan
f) Meningkatkan keterlibatan anggota
5) Kelemahan perencanaan
a) Memungkinkan pekerjaan yang tercakup dalam perencanaan berlebihan
dalam kontribusi nyata
b) Cenderung menunda kegiatan
c) Terkadang memungkinkan menghambat inovasi dan inisiatif
d) Kadang–kadang hasil yang lebih baik didapatkan oleh penyelesaian
situasional individual dan penanganan suatu masalah pada saat masalah
itu terjadi.
e) Terdapat rencana yang diikuti oleh atau dengan rencana yang tidak
konsisten.
b. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan, pengelompokan dan
pengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas–tugas dan wewenang
seseorang. Pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi
pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan semua kegiatan yang
6
beraspek personal finansial, material, dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan
yang telah ditetapkan (Muninjaya, 1999)
1) Manfaat pengorganisasian
a) Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok.
b) Hubungan organisasi antara orang-orang dalam organisasi tersebut
melalui kegiatan yang dilakukannya
c) Pendelegasian wewenang
d) Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik
2) Tahapan pengorganisasian
a) Tujuan organisasi harus dipahami staf, tugas ini sudah tertuang dalam
fungsi manajemen
b) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai
tujuan
c) Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan kegiatan yang praktis
d) Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilakukan oleh staf dan
menyediakan fasilitas yang diperlukan
e) Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas
f) Mendelegasikan wewenang
c. Staffing (kepegawaian)
Staffing adalah metodologi pengaturan staf, merupakan proses yang
terakhir, sistematis, berdasarkan rasional diterapkan untuk menentukan jumlah
dan jenis personal suatu organisasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu
(Aydelotte dikutip oleh Swanburg,2001). Komponen yang termasuk dalam fungsi
staffing adalah prinsip rekruitmen, seleksi orientasi pegawai baru, penjadwalan
tugas, dan klasifikasi pasien. Komponen tersebut merupakan yang mana nantinya
berhubungan dengan penjadwalan siklus waktu kerja bagi semua personal yang
ada.
Terdapat beberapa langkah yang diambil untuk menentukan waktu kerja
dan istirahat pegawai, yaitu :
1) Menganalisa jadwal kerja dan rutinitas unit
2) Memberikan waktu masuk dan libur kerjanya
3) Memeriksa jadwal yang telah selesai
4) Menjamin kesatuan jadwal yang dianjurkan dari manajemen keperawatan
5) Memasang jadwal untuk memberitahu anggota staf
7
6) Memperbaiki dan memperbaharui jadwal setiap hari
d. Directing (pengarahan)
Kepemimpinan adalah penggunaan proses komunikasi untuk
mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok kearah pencapaian satu atau
beberapa tujuan dalam suatu kegiatan yang unik dan tertentu (La Monica, 1998).
Menurut Kurt Lewin,terdapat beberapa gaya kepemimpinan yaitu :
1) Autokratik : pemimpin membuat keputusan sendiri, mereka lebih
mementingkan penyelesaian tugas daripada perhatian kariawan sehingga
menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau sama sekali apatis dan
menghilangkan inisiatif
2) Demokratis : pemimpin melibatkan bawahannya dalam mengambil
keputusan, mereka berorientasi pada bawahan. Kepemimpinan ini
meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja
3) Laissez Faire : pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh dan
pantang memberikan bimbingan kepada staf. Hal ini dapat mengakibatkan
produktivitas kerja rendah dan staf frustasi
e. Kontrolling (pengendalian/evaluasi)
Kontrolling adalah proses pemeriksaan apakah segala sesuatu yang
terjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan,
serta prinsip-prinsip yang ditetapkan yang bertujuan untuk menunjukkan
kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi (Fayol di
kutip Swanburg, 2001). Tugas seorang manajerial dalam usaha menjalankan dan
mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan beberapa
prinsip berikut :
1) Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya mudah
diukur
2) Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya
mencapai tujuan organisasi
3) Standar untuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf,
sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan komitmen
terhadap kegiatan program.
4) Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk menyakinkan bahwa
sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia serta
8
alat untuk memperbaiki kinerja. Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem
kontrol yang baik :
a) Harus menunjukkan sifat dari aktifitas
b) Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera
c) Harus memandang kedepan
d) Harus menunjukkan penerimaan pada titik krisis
e) Harus objektif
f) Harus fleksibel
g) Harus menunjukkan pola organisasi
h) Harus ekonomis
i) Harus mudah dimengerti
j) Harus menunjukkan tindakan perbaikan
Ada 2 metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencapaian
tujuan keperawatan yaitu :
a) Analisis data
Perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang tersusun dalam
pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran
b) Kontrol kualitas
Perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan akibat–akibat dari
pelayanan keperawatan.
Manfaat Pengawasan :
a) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan
sesuai dengan standar atau rencana kerja.
b) Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian
staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
c) Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi
kebutuhan dan telah digunakan secara benar
d) Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk
promosi dan latihan kerja
5. Standar asuhan keperawatan
Standar asuhan keperawatan mengacu pada tahapan proses keperawatan yang
meliputi :
a. Standar 1. Pengkajian keperawatan
Kriteria pengkajian meliputi :
9
1) Pengumpulan data dilakukan secara anamnese, observasi, pemeriksaan fisik
serta dari pemeriksaan penunjang
2) Sumber data adalah klien, keluarga dan orang yang terkait, tim kesehatan,
rekam medis dan catatan lainnya.
3) Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi : status kesehatan
masa lalu, kesehatan saat ini, status biologis, psikologis, sosial spiritual,
respon terhadap terapi, harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal,
resiko tinggi masalah.
4) Kelengkapan data dasar mengandung unsur LARB (lengkap, akurat, relevan
dan baru)
b. Standar 2 : diagnosa keperawatan
Kriteria pembuatan diagnosa keperawatan adalah :
1) Proses diagnosa terdiri dari analisa, interpretasi data, identifikasi masalah,
perumasan diagnosa
2) Diagnosa keperawatan teridir dari masalah (P), penyebab (E), tanda dan
gejala (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab
3) Bekerjasama dengan klien dan petugas kesehatan lainnya untuk memvalidasi
diagnosa keperawatan
4) Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data tersebut
c. Standar 3 : perencanaan keperawatan
Merupakan interpretasi dari tujuan yang akan dicapai oleh perawat setelah
merumuskan diagnosa keperawatan. Kriteria perencanaan meliputi :
1) Perencanaan terdiri dari penetapan masalah, tujuan dan rencana tindakan
keperawatan
2) Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan
3) Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien
4) Mendokumentasikan rencana keperawatan
d. Standar 4 : implementasi keperawatan
Kriteria implementasi keperawatan :
1) Bekerjasama dengan klien dalam melaksanakan tindakan keperawatan
2) Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya
3) Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan klien
10
4) Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga mengenai
konsep dan keterampilan asuhan diri, serta membantu klien memodifikasi
lingkungan yang digunakan
5) Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan
respon klien
e. Satandar 5 : evaluasi
Kriteria prosesnya meliputi :
1) Menyususn perencanaan evaluasi, hasil dari intervensi secara komprehensif,
tepat waktu dan terus menerus
2) Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur kearah
pencapaian tujuan
3) Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat.
4) Bekerjasama dengan klien dan keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan
keperawatan
5) Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi hasil perencanaan
B. KONSEP MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP)
Model Praktik Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem
instruktur,proses dan nilai-nilai yang memungkinkan perawat professional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan
tersebut (Hoffart & Woods,1996)
Menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998) ada 4 metode
pemberian asuhan keperawatan professional yang sudah ada dan akan terus
dikembangkan dimasa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan, meliputi
metode kasus, metode fungsional, tim keperawatan, keperawatan primer dan sistem
manajemen kasus (Kozier Erb,1990 dikutip Priharjo R,1996).
1. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
a. Metode Kasus
Disebut juga sebagai perawatan total (total care), pada metode ini seorang
perawat bertanggung jawab untuk memberikan perawatan pada sejumlah pasien
dalam waktu 8-12 jam setiap shif. Ini merupakan sistem pelayanan keperawatan
dimana para manajer kasus bertanggung jawab terhadap muatan kasus pasien
selama dirawat. Para menejer dapat terkait dalam muatan kasus dalam beberapa
cara seperti :
1) Dengan dokter dan pasien tertentu
2) Dengan pasien secara geografis berada dalam satu unit atau unit-unit
11
3) Dengan pengadaan diagnosa
Metode ini mempertahankan filsafat keperawatan primer dan membutuhkan
seorang sarjana keperawatan atau perawat dengan pendidikan tingkat master
untuk mengimplementasikan praktik keperawatan dengan biaya tinggi.
b. Metode Fungsional
12
bagi perawatan pasien dengan akuntabilitas dan tanggung jawab yang
menyertainya.
e. Modifikasi : MAKP Tim Primer (MAKP Modular)
Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Dikutip
Nursalam 2008, penerapan sistem model MAKP didasarkan pada beberapa alasan
:
1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni,karena perawat primer
harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan atau setara
2) Keperawatn tim tidak digunakan secara murni karena tanggung jawab
asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
3) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan
keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terhadap pada primer
13
c. Pengelolaan obat tidak penuh (desentralisasi)
1) Penerimaan dan pencatatan obat
2) Pemberian obat
3) Penambahan obat
4) Obat Khusus
2. Timbang Terima
Adalah cara menyampaikan dan menerima suatu laporan yang berkaitan dengan
keadaan klien.
a. Tujuan
1) Menyampaikan kondisi dan keadaan secara umum klien
2) Menyampaikan hal penting yang perlu ditindak lanjuti oleh dinas berikutnya
3) Tersusun rencana kerja untuk dinas berikutnya
b. Langkah-Langkah
1) Kedua shift dalam keadaan siap
2) Shift yang akan menyerahkan perlu mempersiapkan hal apa yang akan
disampaikan
3) Perawat primer menyampaikan kepada penanggung jawab shift yang
selanjutnya meliputi : Kondisi,tindak lanjut,rencan kerja.
4) Dilakukan dengan jelas dan tidak terburu buru
5) Secara langsung melihat keadaan klien
c. Prosedur Timbang Terima
1) Persiapan
2) Pelaksanaan
3. Ronde Keperawatan
a. Tujuan
1) Menumbuhkan cara berpikir secara kritis
2) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari
masalah klien
3) Meningkatkan validitas data klien
4) Menilai kemampuan justifikasi
5) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
6) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana keperawatan
b. Peran
1) Ketua Tim dan anggota tim
2) Peran ketua tim lain dan atau konselor
c. Persiapan
1) Menetapkan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde
2) Pemberian inform consent kepada klien /keluarga
d. Pelaksanaan
1) Penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam hal ini menjelaskan
difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau
telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
2) Diskusikan antar anggota tim tentang kasus tersebut
3) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau perawat konselor
14
4) Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan
ditetapkan.
4. Sistem Kategori asuhan keperawatan
a. Askep Minimal
b. Askep sedang
c. Askep agak berat
d. Askep maksimal
5. Perencanaan Pulang
a. Definisi
Perencanaan pulang adalah masalah multidisiplin atau interaksi. Perecanaan
pulang juga dapat diartikan sebagai mekanisme untuk memberikan perawatan
secara terus menerus informasi tentang kebutuhan kesehatan berkelanjutan
setelah pulang, perjanjian evaluasi dan instruksi perawatan diri.
b. Proses rencana pemulangan
1) Mengkaji dan mendiagnosa kebutuhan rencana pemulangan
2) Mengidentifikasi masalah utama
3) Menyusun rencana dan menyusun tujuan untuk pasien
4) Membagi dan menguji rencana sesuai kebutuhan
5) Mengukur hasil
6) Mengevaluasi program dan membuat perubahan sesuai kebutuhan
7) Mendokumentasikan tindakan
8) Evaluasi rencana
c. Manfaat membuat perencanaan pulang.
1) Rencana pemulangan diperlukan oleh badan regulasi dan akreditasi
2) Diperlukan oleh bimbingan kerja sosial, nasional dan Negara bagian
3) Rencana antisipasi dan dokumentasikan menuruunkan jumlah berulangnya
dan penyangkalan retroaktif dari asuransi,midicare dan medicine
4) Menurunkan jumlah kekambuhan
5) Menjamin penggunaan yang tepat tenaga perawatan kesehatan
6) Membantu pasien memahami kebutuhan untuk setelah perawatan dan biaya
pengonbatan
7) Menjamin sumber-sumber komunitas di mobilisasi untuk memenuhi
kebutuhan pasien dan keluarga
d. Hal-hal yang mempengaruhi perencanaan pulang
1) Derajat penyakit/kesehatan pada kontinum
2) Hasil yang diharapkan dari perawat
3) Durasi perawatan yang dibutuhkan
4) Jenis-jenis pelayanan yang diperlukan
5) Komplikasi tambahan
6) Ketersediaan sumber-sumber
15
Pengorganisasian adalah pengolompokkan aktivitas untuk mencapai tujuan,
penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara dari
pengkoorganisasian aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang
bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengorganisasian kegiatan dan tenaga diruang MPKP menggunakan
pendekatan sistem penugasan modifikasi keperawatan tim primer. Secara vertikal ada
kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana. Setiap tim bertanggung jawab
terhadap sejumlah pasien. Pengorganisasian diruang MPKP terdiri dari :
a. Struktur organisasi
Daftar yang berisi jadwal dinas, perawat yang bertugas, penanggung jawab
dinas/shif.
c. Daftar pasien
Daftar pasien adalah yang berisi nama pasien, nama dokter, nama perawat dalam
tim, penanggung jawab pasien, dan alokasi perawat saat menjalankan dinas ditiap
shif.
16
Bagan 2.1 Struktur Organisasi Ruangan MPKP
KEPALA RUANGAN
TIM II TIM II
8 – 10 klien 8 – 10 klien
a) Kepala ruangan membagi perawat yang ada menjadi dua tim dan tiap tim
diketuai masing-masing oleh seorang ketua tim yang terpilih melalui test.
b) Kepala ruangan bekerja sama dengan ketua tim mengatur jadwal dinas (pagi,
sore, malam)
d) Apabila suatu ketika satu tim kekurangan perawat pelaksana karena kondisi
tertentu, kepala ruangan dapat memindahkan perawat pelaksana dari tim lain ke
tim yang mengalami kekurangan anggota
e) Ketua tim menunjukan penanggung jawab shif sore, malam, dan pagi apabila
karena sesuatu hal kepala ruangan sedang tidak bertugas. Untuk itu yang dipilih
17
adalah perawat yang paling kompoten dari perawat yang ada. Sebagai pengganti
kepala ruangan adalah ketua tim, sedangkan jika ketua tim berhalangan, tugasnya
digantikan oleh anggota tim (perawat pelaksan) yang paling kompoten diantara
anggota tim
g) Ketua tim mengendalikan asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien baik
yang diterapkan oleh dirinya maupun oleh perawat pelaksana anggota timnya
h) Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dilakukan oleh ketua tim. Bila ketua
tim karena suatu hal tidak sedang bertugas maka tanggung jawabnya
didelegasikan kepada perawat yang palaing expert yang ada didalam tim
N Tidak
Aspek yang dinilai Dilakukan Keterangan
o dilakukan
Menggambarkan
1 kedudukan kepala
ruangan
Adanya posisi tim I dan
2
tim II
Gambarkan jumlah
3
perawat pelaksana
Jumlah pasien yang
4
dikelola
18
a. Kepala Ruangan
1) Management Approach :
a) Perencanaan
- Menyusun visi
- Menyusun misi
- Menyususn filosofi
19
Rencana Bulanan Kepala Ruangan
( ............................ )
b) Pengorganisasian
c) Pengarahan
20
- Memimpin operan
- Mengatur pendelegasian
- Melakukan supervisi
d) Pengendalian
2) Compensatory reward
3) Profesional relationship
b. Ketua Tim
1) Management approach
a) Perencanaan
21
Rencana Harian Ketua Tim
22
29 30 31
Menyusun Koord dgn Menyusu
Laporan Katim n
Tim menyusun Laporan
Lap Bln Bulanan
Mengetahui
Kepala Ruangan
( ........................
b) Pengorganisasian
c) Pengarahan
Memimpin conference
d) Pengendalian
2) Compensatory reward
3) Professional relationship
23
b) Melaksanakan kolaborasi dengan dokter
c. Perawat Pelaksana
1) Perencanan
24
Dalam MPKP penerapan manajemen waktu dalam bentuk penerapan rencana
kerja harian yaitu suatu bentuk perencanaan kerja melalui jadwal kerja yang
disusun secara berurutan yang disusun sebelum pekerjaan tersebut
dilaksanakan
3) Evaluasi aktivitas manajemen waktu
25
Pendelegasian insidentil terjadi apabila salah satu personil ruang MPKP
berhalangan hadir maka pendelegasian tugas harus dilakukan. Dalam hal
ini yang mengatur pendelegasian adalah kepala seksi keperawatan, kepala
ruangan, ketua tim atau penanggung jawab shif, tergantung pada personil
yang berhalangan. Mekanismenya sbb:
- Bila kepala ruangan brhalanagan, kepala seksi menunjuk salah satu
ketua tim untuk menggantikan tugas kepala ruangan
- Bila kepala ruangan berhalangan hadir maka kepala ruangan menunjuk
salah satu anggota tim (poerawat pelaksana) menjalankan tugas ketua
tim
- Bila ada perawat pelaksana yang berhalangan hadir sehingga satu tim
kekurangan personil maka kepala ruangan/penanggung jawab shif
berwenang memindahkan perawat pelaksana dari tim lain masuk tim
yang kekurangam personil tersebut atau katim melimpahkan pasien
kepada perawat pelaksana yang hadir.
4) Prinsip-prinsip pendelegasian tugas MPKP
a) Pendelegasian tugas yang terencana harus menggunakan format
pendelegasian tugas
b) Personil yang menerima pendelegasian tugas adalah personil yang
berkompeten dan setara dengan kemampuan yang digantikan tugasnya
c) Uraian tugas yang di delegasikan harus dijelaskan secara verbal terinci,
disertai tertulis
d) Pejabat yang mengatur pendelegasian tugas wajib memonitor pelaksanaan
tugas dan menjadi rujukan bila ada kesulitan yang di hadapi
e) Setelah selesai pendelegasian dilakukan serah terimah tugas yang sudah
dilaksanakan dan hasilnya.
d. Komunikasi efektif : melalui kegiatan: operan antar shift, pre conferens dan post
conferens
1) Pengertian
Berkomunikasi merupakan salah satu fungsi pokok manajemen khususnya
pengarahan
2) Penerapan komunikasi di MPKP
Bebrapa bentuk komunikasi di ruang MPKP :
a) Operan / timbang terima yaitu komunikasi san serah terima antara shift pagi,
sore dan malam
26
b) Pre conferens yaitu komunikasi ketua tim dan perawat pelaksana setelah
selesai operan
c) Post konferens yaitu komunikasi ketua tim dan perawat pelaksana tentang
hasil sepanjang shif dan sebelum operan kepada shift berikutnya
3) Evaluasi pelaksanaan aktivitas komunikasi di MPKP
Aktivitas komunikasi di MPKP di evaluasi oleh seluruh staf perawat MPKP.
e. Manajemen konflik
1) Pengertian
Konflik adalah perbedaaan pandangan atau ide antara satu orang dengan orang
lain. Mengatasi konflik dengan bersaing adalah penanganan konflik dimana
seseorang atau suatu kelompok berupaya memuaskan kepentingannya sendiri
tanpa mempedulikan dampaknya pada orang lain atau kelompok lain
2) Penerapan manajemen konflik di MPKP
Pendekatan penyelesaian konflik yang ditempuh adalah dengan pendekatan
menyelesaikan masalah yang meliputi :
a) Mengidentifikasi akar permasalahan yang terjadi dan melakukan klarifikasi
pada pihak yang berkonflik
b) Mengidentifikasi penyebab timbulnya konflik
c) Mengidentifikasi alternative-alternatif penyelesaian yang mungkin diterapkan
d) Memilih alternative penyelesaian terbaik untuk diterapkan
e) Menerpakan solusi pilihan
f) Mengevaluasi peredaan konflik
3) Evaluasi penerapan aktivitas penyelesaian konflik.
Aktivitas penyelesaian konflik di evaluasi oleh seluruh staf keperawatan MPKP
f. Supervisi
1) Pengertian
Supervisi atau pengawasan adalah proses memastikan kegiatan dilaksanakan
sesuai dengan tujuan organisasi dengan cara melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan kegiatan tersebut.
2) Penerapan supervisi di MPKP
Di MPKP kegiatan supervisi dilaksanakan secara optimal untuk menjamin
kegiatan pelayanan di MPKP sesuai dengan standar mutu profesional yang di
tetapkan. Untuk itu pengawasan berjenjang dilakukan sebagai berikut :
a) Kepala seksi keperawatan atau konsultan melakukan pengawasan terhadap
kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana
b) Kepala ruangan melakukan pengawasan terhadap ketua tim dan perawat
pelaksana
c) Ketua tim melaksanakan pengawasan terhadap perawat pelaksana
3) Evaluasi aktivitas supervisi
Aktivitas supervisi di evaluasi oleh kepala ruangan dan ketua tim yang melakukan
supervisi dengan self evaluation
g. Menciptakan budaya motivasi
1) Pengertian
27
Motivasi adalah perilaku yang ditujukan oleh seseorang individu untuk
memuaskan kebutuhannya.
BAB III
KAJIAN SITUASI
28
A. Kajian Situasi Rumah Sakit Umum Undata Provinsi Sulawesi Tengah
1. Sejarah Singkat Rumah Sakit Undata
a) RSUD Undata Lama
Undata secara resmi berdiri pada tahun 1972 berdasarkan SK Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I Provinsi Sulawesi Tengah Nomor : 59/DITTAP/1072
tanggal 7 Agustus 1972, berlokasi di pesisir teluk Palu dengan kapasitas tempat
tidur sebanyak 50 tempat tidur. Pemberian nama RSUD “UNDATA” yang berarti
“OBAT KITA” Pada perkembangannya, berkat kesungguhan Pemerintah Daerah
dan pihak manajemen RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah serta dukungan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Maka sebagai RSUD kelas C dengan
surat penetapan Menteri Kesehatan Nomor 51/Men-Kes/SK/II/79 tanggal 22
Desember 1979.
Pada tahun 1995, RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah yang merupakan
lembaga teknis milik Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tengah telah
mendapat pengakuan sebagai RSUD kelas B Non Pendidikan sesuai dengan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan No. 93 tahun 1995 dan pada tahun berikutnya
diakui sebagai pusat rujukan tertinggi di Sulawesi Tengah dengan Peraturan
Daerah Nomor. 6 Tahun 1996.
29
Perpindahan Rumah Sakit Umum Daerah Undata Baru di laksanakan
berdasarkan Surat Keputusan Gubernur No. 445/400/RO/.ADM
KESRAMAS Tanggal 06 Agustus 2009 dan Surat Keputusan DPRD Provinsi
Sulawesi Tengah No. 13/P.JMP-DPRD/2009.Tanggal 24 Juni 2009.
30
d. Motto Ruangan
Merawat dengan setulus hati
C. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan tanggal 25 Maret 2019 sampai tanggal 30 Maret 2019,
meliputi ketenagaan, sarana dan prasarana, MAKP. Data yang di dapat dianalisis
menggunakan analisa SWOT,sehingga di peroleh beberapa rumusan masalah kemudian
di pilih satu sebagi perioritas masalah.
1. Tenaga dan Pasien (Man – M1)
Analisis ketenagaan perawat mencakup jumlah tenaga keperawatan . Keunggulan
dari ruang Flamboyan salah satunya adalah memiliki SPO yang menjadi acuan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan, tenaga SI + Ners 1 orang,SI Keperawatan 3
orang, DIV Keperawatan 5 orang, dan DIII Keperawatan 9 orang.
a. Struktur organisasi
Struktur organisasi tenaga keperawatan di ruang Flamboyan RSUD Undata
Kepala Ruangan
Sinawitje Liwutang, S.Kep
31
b. Tenaga Keperawatan
Tabel 3.1
Karakteristik tenaga perawat di ruangan Flamboyan RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah
Status
No Nama Pendidikan kepegawaian Jabatan Pelatihan
PNS Honorer
1 Sinawitje Liwutang, S.Kep SI √ Kepala BLS
Ruangan
2 Halwiah, A.Md.Kep DIII √ Ketua Tim I MPKP, MicroSkill CI,BCLS
3 Ni Nyoman Sukariwati, A.Md.Kep DIII √ Ketua Tim II BHD, Patien Safety
4 Suparmi, S.Tr.Kep DIV √ PA -
5 I Putu Gunayasa, S.Kep.Ners SI + Ners √ PA MPKP
6 Hermawati, S.Kep SI √ PA -
7 Suharni Montjai, S.Tr.Kep DIV √ PA MPKP,BHD,K3,PPI, Patien Safety,BTCLS
8 Ni Kadek Ayu Suryaniwati, S.Kep SI √ PA -
9 Ni Luh Yudiartini, S.Kep SI √ PA -
10 Yuni Alfia Ramadhani, S.Tr.Kep DIV √ PA BHD,K3,Patien Safety,PPI
11 Nurlian Sri Ramadhani, A.Md.Kep DIII √ PA -
12 Ni luh Yuni Astriani, S.Tr.Kep DIV √ PA -
13 Ni Made Sudarmi, S.Tr.Kep DIV √ PA BHD,K3,Paten Safety,PPI
14 Novita Indah Barrang, A.Md.Kep DIII √ PA -
15 Tri Wahyuni, A.Md.Kep DIII √ PA -
16 Vera Aryanti, A.Md.Kep DIII √ PA -
17 Astri Pratiwi, A.Md.Kep DIII √ PA -
18 Fitriana Yustika, A.Md.Kep DIII √ PA -
32
c. Tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan tenaga perawat
1) Perawat
Tabel 3.2
Komposisi ketenagaan keperawatan di ruangan Flamboyan RSUD Undata
Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan tingkat ketergantungan pasien
menggunakan rumus Douglass
33
Jumlah tenaga yang di butuhkan di ruangan Flamboyan per 24 jam adalah
12 orang + 4 orang lepas dinas + 3 orang tenaga (kepala ruangan dan ketua
tim) = 19 orang.
Jumlah perawat yang tersedia di ruangan Flamboyan adalah 18 orang.
Sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah tenaga yang dibutuhkan di
ruangan Flamboyan masih kurang.
d. Pasien
1) Karakteristik
Ruang Flamboyan merupakan salah satu ruang perawatan penyakit
dalam dan gan gguan neurologis dengan tingkat kelas 1, kelas 2, dan kelas 3
2) Tingkat ketergantungan
Tingkat ketergantungan pasien di ruangan Anggrek dinilai dengan
menggunakan instrumen penilaian ketergantungan pasien menurut douglas
dan orem yaitu teori minimal care, self care deficite, total care, (Nursalam,
2012 ). Klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi menjadi tiga
kategori, yaitu:
a) Perawatan minimal
Kriteria pasien pada klasifikasi ini adalah pasien masih dapat
melakukan aktivitas sendiri, misal mandi, ganti pakaian, makan, minum,
penampilan secara umum baik, emosi stabil. Pasien perlu di awasi ketika
melakukan ambulasi atau gerakan. Pasien perlu dilakukan observasi
setiap shift, pengobatan minimal dan persiapan prosedur memerlukan
pengobatan. Perawatan mandiri memerlukan waktu 1-2 jam / 24 jam
(Nursalam, 2015).
b) Perawatan intermediet / parsial
Kriteria pasien pada klasifikasi ini adalah memerlukan sebagian
bantuan untuk melakukan kegiatan sehari – hari seperti makan, mengatur
posisi waktu makan, memberikan motivasi agar makan, bantuan dalam
eliminasi dan kebersihan diri, tindakan keperawatan untuk memonitor
tanda – tanda vital, memeriksa produksi urin, fungsi fisiologis, status
emosional, kelancaran drainase (infus), bantuan dalam pendidikan
kesehatan secara persiapan pengobatan memerlukan prosedur. Perawatan
parsial memerluakan waktu 3-4 jam/ 24 jam (Nursalam, 2015)
34
c) Perawatan total
Kriteria pasien pada klasifikasi ini adalah tidak dapat melakukan
sendiri kebutuhan sehari – harinya, semua kebutuhan dibantu oleh
perawat, penampilan pasien sakit berat, pasien memerlukan observasi
tanda-tanda vital setiap 2 jam, menggunakan selang, NGT, menggunakan
terapi intervena, pemakaian alat penghisap / suction dan kadang pasien
dalam kondisi gelisah / disorientasi. Perawatan total memerlukan waktu
5-6 jam/24 jam (Nursalam, 2015).
3) Fokus Telaah
Dalam bidang pelayanan fokus telaah ruangan rawat inap penyakit
dalam, adalah individu dengan penyakit CKD (Chronic Kidney Disease),
ISK (infeksi saluran kencing), dyspepsia, CHF (Chronic Heart Faelure), DM
(diabete MIlitus), HHD (Hipertensi Heart Disease), Demam Dengue,
Hipertensi, Infeksi Saluran pernapasan atas (ISPA), Tuberculosis Paru (TBC)
dan gangguan neurologi yaitu Non Hemoragic Stroke (NHS), Chepalgia,
penyakit kulit seperti varicella, morbili
Tabel 3.3
Sepuluh jenis penyakit terbesar diruangan Flamboyan RSUD Undata
Provinsi Sulawesi Tengah periode Januari 2018-Januari 2019
35
dan keluarga, penyimpangan dan pemberian intervensi untuk mengatasi
masalah yang muncul. Elemen-elemen dalam lingkup garapan rawat inap
ruangan Flamboyan :
a) Pemeluiharaan pola – pola norma dari fungsi – fungsi dasar atau
kebutuhan dasar manusia
b) Pengelolaan rasa nyeri dan ketidaknyamanan
c) Penanganan masalah psikis (emosional) berkaitan dengan penyakit dan
pengobatan
d) Peningkatan pengetahuan pasien dan keluarga tentang pemeliharaan
kesehatan
e) Memfasilitasi self care (perawatan diri) pasien secara mandiri oleh
pasien maupun keluarga
f) Membantu pasien menghadapi kematian beserta prosesnya agar dapat
meninggal dengan damai
5) Model Layanan
Model layanan di ruangan Flamboyan yaitu model layanan rawat inap
6) Kepuasan pasien terhadap kinerja perawat.
Pelaksanaan evaluasi kami lakukan dengan mempersiapkan kuisioner
yang berisi 17 soal dimana pertanyaan berbentuk pilihan yang mencakup:
pemberian penjelasan orientasi ruangan dan fasilitas yang tersedia di
ruangan, penjelasan prosedur dan evaluasi setiap prosedur yang telah
dilakukan, sikap perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. jawaban
pada pertanyaan pilihan terdiri dari 2 jawaban yaitu “ya” dengan nilai skor 1
dan “tidak” dengan nilai skor 0.
Hasil pengkajian kepuasan pasien terhadap pelayanan perawat
berjumlah 22 responden yang dilaksanakan pada tanggal 26 Maret 2019
menunjukkan sebanyak 59 % responden menyatakan tidak puas dengan
pelayanan perawat dalam memberi informasi tentang fasilitas yang dapat
digunakan selama dirawat dan 41 % responden menyatakan puas dengan
pelayanan.
37
Berikut adalah rata – rata lama hari perawatan pasien di ruang perawatan
Flamboyan ( nilai AVLOS yang ideal antara 6 – 9 hari ) dari Januari 2018
sampai Januari 2019
jumlah lama di rawat
ALOS =
jumlah pasienkeluar (hidup dan mati)
6824
=
1186
= 5,7 hari (6 hari)
3) TOI ( Turn Over Interval )
Berikut adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak di tempati dari telah
diisi ke saat terisi berikutnya di ruang perawatan Flamboyan (idealnya tempat
tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari )
( jumlah tempat tidur x periode )−hari perawatan
TOI =
jumlah pasienkeluar (hidup dan mati)
(23 x 396 )−1351
=
1186
7.757
=
1186
= 6,5 ( 7 hari )
4) BTO ( Bed Turn Over )
Berikut adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada bulan Januari 2018–
Januari 2019 di ruang perawatan Flamboyan ( idealnya dalam 1 tahun satu
tempat tidur rata – rata di pakai 40 -60 kali )
jumlah pasiendi rawat
BTO =
jumlah tempat tidur
1351
=
23
= 58,7 (59 kali)
c. Peralatan dan Fasilitas
1) Peralatan
Penyediaan bahan, alat dan obat-obatan diruangan Flamboyan sudah
menggunakan pedoman buku standar fasilitas dan peralatan keperawatan
dan perencanaan pengadaan alat dan bahan berdasarkan ruangan, fasilitas
yang tersedia diruangan Flamboyan seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.5
38
Fasilitas alat tenun diruangan Flamboyan RSUD Undata Provinsi Sulawesi
Tengah 2019
Tabel 3.6
Fasilitas alat medik / keperawatan di ruang flamboyan RSUD Undata
Provinsi Sulawesi Tengah 2019
N Nama barang Jumlah Inventaris Keterangan
o
1 Tensi meter 3 3 Cukup
2 stetoscope 2 2 Cukup
3 Troli instrument 2 2 Cukup
4 Tromol 2 2 Cukup
4 Bak suntik 1 1 Kurang
5 Bak instrument 2 2 Cukup
6 Oksigen mobile 1 1 Kurang
7 Ambu Bag set 1 1 Kurang
8 Nierbekhen 1 1 Kurang
9 Pispot urinal - - Tidak ada
10 Regulator oksigen 8 8 Cukup
11 EKG 1 1 Cukup
12 Sterilisator 1 1 Cukup
13 Gunting up heacting - - Tidak ada
14 Gunting jaringan - - Tidak ada
15 Pinset cirugris - - Tidak ada
16 Pinset anatomi - - Tidak ada
17 Kom kecil betadine 1 1 Cukup
18 Suction pump 1 1 Cukup
Sumber : kartu inventaris di ruangan flamboyan
Dari tabel 3.6 di dapatkan fasilitas alat medis masih belum lengkap di
ruangan flamboyan.
Tabel 3.7
Fasilitas ruangan flamboyan RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah 2019
N Nama barang Jumlah Inventaris Keterangan
o
KANTOR
1 Lemari es 2 2 Cukup
39
2 Lemari arsip 3 3 Cukup
3 Lemari obat gantung 1 1 Cukup
4 Loker perawat 1 1 Cukup
5 Lemari kayu 1 1 Cukup
6 Kipas angina 1 1 Cukup
7 Meja perawat 1 1 Cukup
8 Meja kerja 5 5 Cukup
9 AC 2 2 Cukup
10 Tempat tidur 1 1 Kurang
11 Apar 2 2 Cukup
12 Kotak saran 1 1 Cukup
13 Kursi 12 12 Cukup
KELAS I A
1 Tempat tidur pasien 2 2 Cukup
2 Meja pasien 2 2 Cukup
3 Lemari pasien 2 2 Cukup
4 AC 1 1 Cukup
5 Televisi 1 1 Cukup
6 Meja Televisi 1 1 Cukup
7 Telephone 1 1 Cukup
8 Kursi bundar 2 2 Cukup
9 Jam dinding 1 1 Cukup
KELAS II A
1 Tempat tidur pasien 5 5 Cukup
2 Meja pasien 4 4 Cukup
3 Lemari pasien 4 4 Cukup
4 AC 1 1 Cukup
5 Kipas angin 3 3 Cukup
6 Telephone - - Tidak ada
7 Kursi bundar 4 4 cukup
8 Kursi lipat - - Tidak ada
KELAS III
1 Tempat tidur pasien 7 7 Cukup
2 Meja pasien - - Tidak ada
3 Lemari pasien 5 5 Cukup
4 Kipas angin gantung 1 1 Cukup
5 TV 1 1 Cukup
6 Meja TV 1 1 Cukup
7 Kursi bundar 5 5 Cukup
8 AC 1 1 Cukup
KELAS I B
1 Tempat tidur pasien 2 2 Cukup
2 Lemari pasien 2 2 Cukup
3 Meja pasien 2 2 Cukup
4 AC 1 1 Cukup
5 TV 1 1 Cukup
6 Meja TV 1 1 Cukup
40
7 Telephone 1 1 Cukup
KELAS III B
1 Tempat tidur pasien 7 7 Cukup
2 Meja pasien - - Tidak ada
3 Lemari pasien 6 6 Cukup
4 TV - - Tidak ada
5 AC - - Tidak ada
6 Meja TV - - Tidak ada
7 Kursi bundar 5 5 Cukup
8 Kipas angina gantung 3 3 Cukup
Sumber : inventaris ruangan Flamboyan
Tabel 3.7. didapatkan fasilitas alat rawat yang masih kurang diruangan
Flamboyan seperti fasilitas alat tenun, alat-alat medic/ keperawatan atau
fasilitas ruangan rawat yang yang tersedia diruangan Flamboyan setelah
sesuai dengan standar namun masih terdapat beberapa alat yang belum ada/
kurang. Fasilitas petugas kesehatan
a) Nurse station berada diantara kelas 3 perempuan dan kelas 3 laki- laki
b) Ruangan perawat terletak diantara kelas 3 laki- laki dan kelas 3
perempuan
c) Lemari obat terletak didepan meja katim ruangan perawat
d) Ruangan kepala ruangan terletak disamping kiri pintu masuk ruangan
perawat
e) Ruangan administrasi terletak disamping kanan pintu masuk ruangan
perawat
f) Kamar mandi perawat terletak didalam ruangan kepala ruangan
d. Administrasi penunjang
Tabel 3.8
Buku protap dan acuan ruangan flamboyan RSUD Undata Provinsi Sulawesi
Tengah 2019
No Buku protap dan acuan Keterangan
1 Buku injeksi Ada
2 Buku laporan KARU Ada
3 Buku KATIM Ada
4 Buku inventaris alat Ada
5 Buku inventaris obat Ada
6 Buku observasi TTV Ada
7 Buku harian laporan perawat Ada
8 Buku saku perawat
9 Buku visite Dokter Ada
10 Buku TIM Ada
11 Buku rapat ruangan
41
12 Buku Registrasi Ada
13 Dokumen surat masuk Ada
14 Buku indicator mutu Ada
15 Buku laboratorium Ada
16 Lembar konsul Ada
17 Lembar pemindahan pasien Ada
18 Blangko ASKEP Ada
19 Buku panduan MPKP
20 Buku anfra barang Ada
42
1) Pengisian pendokumentasi pada lembar SOR sudah lengkap. Setiap bagian
mengisi format dengan SOAP.
2) Pengisian pendokumentasian sebagian belum lengkap antara lain belum
semuanya mencantumkan nomor register di lembar pendokumentasian, ada
sebagian lembar pendokumentasian pengkajian medis belum terisi,lembar
edukasi pasien sebagian belum terisi, lembar transfer pasien belum lengkap
anatara lain belum diisi terapi pindah
Adapun bagan uraian dokumentasi yang ada di ruang Flamboyan adalah
sebagai berikut :
Tabel 3. 9
Format dalam status pasien yang di rawat inap di RSUD Undata Sulawesi
Tengah
No Uraian Sumber
1 Lembar ringkasan masuk dan keluar Dokter
(MR1)
2 Lembar asuhan keperawatan Gawat Perawat
Darurat (MR2)
3 Lembar pengkajian awal medis pasien IGD Dokter
(MR3)
4 Pengkajian awal keperawatan dewasa (MR Perawat
4a)
5 Lembar Asuhan Keperawatan (MR 4b) Perawat
6 Lembar penilaian Resiko jatuh ( MR 5) Perawat
7 Lembar CPPT (catatan Perkembangan Perawat,dokter, gizi
Pelayanan Terintegrasi) (MR 6)
8 Lembar format edukasi pasien ( MR7) Perawat
9 Lembar Tanda – tanda vital (MR 8) Perawat
10 Lembar Pemberian Obat (MR 10) Apotik
11 Lembar Konsultasi rawat nap (MR 11) Dokter
12 Lembar transfer pasien ( MR 14) Perawat
13 Lembar Persetujuan tindakan medis ( MR Perawat
15)
14 Lembar persetujuan tindakan transfuse Perawat
darah(MR 16)
15 Lembar hasil laboratorium Dokter
16 Lembar hasil EKG Dokter
Sumber : dokumen pasien rawat inap
4. Pembiayaan ( M4 / Money )
43
Pembiayaan pasien sebagian besar dari ASKES ( BPJS Mandiri, ASKES PNS, BPJS
Ketenagakerjaan, ASKES miskin / BPJS dari pemerintah)
Tabel 3.10
Tarif ruangan perhari Flamboyan RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah 2019
No Jenis pelayanan Kelas 1 Kelas II Kelas III
1 Rawat inap Rp. 250.000 Rp. 144.000 Rp. 118.000
Sumber : data sekunder ruangan Flamboyan
5. Pemasaran (M5/ Marketing)
a. Jumlah pasien
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada hari senin tanggal 25 Maret
2019 didapatkan BOR 100 %, tanggal 26 Maret 2019 BOR 82,6 %, tanggal 27
sampai tanggal 29 Maret 2019 BOR 86,9 % dan tanggal 30 Maret BOR 73 %
b. Alur pasien masuk
RS MENGELUARKAN SEP
KELUARGA MENYERAHKANPELAYANAN KESEHATAN
SEP KE PERAWAT RUANGAN (SURAT ELIGIBILITAS
FLAMBOYAN PELAYANAN)
PULANG
BAB IV
44
ANALISIS SWOT, PRIORITAS MASALAH, DAN POA PENYELESAIAN
MASALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANGAN FLAMBOYAN RSUD
UNDATA
A. Analisis SWOT
Tabel 4.1
Anlisa SWOT dan hasil analisa SWOT berdasarkan sub sistem dalam MPKP
45
dimana MPKP merupakan
salah satu penilaian 0,1 3 0,3
TOTAL
THREATENED
a. Adanya persaingan dengan RS 0,1 4 0,4
lain yang semakin ketat O-T :
b. Adanya tuntutan masyarakat 1,9-2,6
yang semakin tinggi terhadap =
peningkatan pelayanan 0,6 1,9 - 0,7
keperawatan yang lebih
professional 0,1 2 0,2
0,1 2 0,2
0,8 2,6
B Sarana dan Prasarana (M2)
a. Internal Faktor (IFAS)
STRENGHT
b. Rumah Sakit pemerintah
0,4 3 1,2
akreditasi Paripurna sekaligus
sebagai rumah sakit pendidikan
c. Terdapat administrasi penunjang
misalnya buku injeksi, SPO dan 0,1 3 0,3
lain lain
d. Tersedianya nurse station
S-W :
TOTAL
WEAKNESS 0,1 3 0,3 1,8-1,0
46
a. Obat – obatan banyak di beli di 0,6 1,8 = 0,8
luar apotik rumah sakit
b. Kamar mandi kurang bersih dan
0,2 2 0,4
tidak lancar
TOTAL
2. Eksternal Faktor (EFAS) 0,2 3 0,6
OPPORTUNITY
a. Adanya pengadaan sarana dan
0,4 1,0
prasarana yang kurang
b. Adanya akreditasi RS mengenai
penyediaan sarana dan prasarana
TOTAL
0,1 2 0,2
TREATHENED
a. Adanya tuntutan tinggi dari O-T :
masyarakat untuk pengadaan 0,1 2 0,2 0,4 –
alat yang canggih dalam 2,1 =
penunjang diagnostic 0,2 0,4 -1,7
b. Adanya tuntutan tinggi dari
masyarakat untuk pelayanan yang
0,3 3 0,9
lebih professional
c. Makin tingginya kesadaran
masyarakat akan hukum
TOTAL 0,2 3 0,6
0,3 2 0,6
0,8 2,1
C Timbang Terima
1. Internal Faktor (IFAS)
STRENGHT
a. Kepala ruangan memimpin 0,2 3 0,6
timbang terimah setiap pagi
b. Adanya laporan jaga setiap shift
0,2 3 0,6
c. Timbang terima sudah merupakan
0,1 4 0,4 S-W
kegiatan rutin yang telah
1,6-2,7
dilaksanakan
=
47
TOTAL 0,5 1,6 - 1,1
WEAKNESS
a. Alur timbang terima belum 0,3 3 0,9
berjalan dengan optimal
b. Pre dan post conference belum
0,3 3 0,9
terlaksana dengan optimal
c. Isi dari timbang terima belum
0,3 3 0,9
sepenuhnya menyentuh aspek
keperawatan
TOTAL
2. Eksternal Faktor (EFAS)
0,9 2,7
OPPORTUNITY
a. Adanya mahasiswa profesi yang
praktek manajemen keperawatan
b. Ada kerja sama yang baik antara
0,4 4 1,6
mahasiswa profesi dengan
perawat ruangan
0,2 3 0,6 O-T
TOTAL
2,2 -1,0
TREATMEAT
=
a. Adanya tuntatan yang lebih tinggi
2,2 1,2
dari masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan
0,3 2 0,6
keperawaatn yang lebih maksimal
b. Meningkatnya kesadaran
masyarakat tentang tanggung
jawab dan tanggung gugat
perawat sebagai pemberi asuhan 0,2 2 0,4
keperawatan
TOTAL
0,5 1,0
D Dokumentasi Keperawatan
1. Internal Faktor
STRENGHT
a. Sudah ada sistem
0,2 4 0,8
pendokumentasian SOR (Sources
48
Oriented Record)
b. Format asuhan keperawatan
0,2 3 0,6
sudah ada
c. Adanya kesadaran perawat
0,2 3 0,6 S-W :
tentang tanggung jawab dan
2,0-0,9
tanggung gugat
TOTAL 0,6 2,0 = 1,1
WEAKNESS
a. Dari observasi status pasien,
0,3 3 0,9
pengisian dokumentasi tidak
lengkap : nomor register, dan
umur pasien, respon pasien pasca
tindakan kurang terpantau,
format edukasi tidak diisi
terutama untuk sosialisasi hand
hygiene
TOTAL
2. Eksternal Faktor (EFAS)
0,3 0,9
OPPORTUNITY
a. Adanya peluang perawat untuk
meningkatkan pendidikan
(pengembangan SDM) 0,1 2 0,2
b. Kerjasama yang baik antara
perawat dan mahasiswa
c. Sistem MPKP yang di terapkan
0,1 2 0,2
oleh mahasiswa SI Keperawatan
TOTAL O-T :
0,1 2 0,2 0,6 –
TREATHENED 0,5 =
a. Tingkat kesadaran masyarakat
0,3 0,6 0,1
(pasien dan keluarga) akan tanggung
jawab dan tanggung gugat
b. Persaingan rumah sakit dalam
memberikan pelayanan kesehatan
TOTAL
0,1 3 0,3
0,1 2 0,2
49
0,2 0,5
E Cuci tangan dan pemilahan sampah
1. Internal Faktor
STRENGHT
a. Rumah sakit memiliki perawat
0,4 4 1,6
IPCN (infection Prevention
S-W :
Kontrol Nurse)
b. Ada komite PPI 3,2 –
TOTAL
0,4 4 1,6 1,8 =
WEAKNESS
a. Perawat PPI belum 0,8 3,2 0,4
melaksanakan tugas secara
maksimal 0,2 3 0,6
b. Kurangnya edukasi perawat
pada pasien dan keluarga
TOTAL
2. Eksternal Faktor (EFAS) 0,4 3 1,2
OPPORTUNITY
a. Adanya mahasiswa SI
0,6 1,8
Keperawatan praktik
manajemen Keperawatan
b. Ada kerja sama mahasiswa SI
Keperawatan dengan komite 0,2 4 0,8
PPI
c. Tersedianya sarana cuci tangan
(Hand rub) di setiap kamar
0,1 3 0,3
perawatan
d. Adanya program akreditas
rumah sakit dari pemerintah
0,3 3 0,9
dimana PPI merupakan salah
satu penilaian
TOTAL
TREATHENED
0,2 3 0,6
a. Makin tingginya kesadaran
masyarakat akan pentingnya
O-T :
kesehatan
b. Adanya tuntutan tinggi dari 2,6-1,2
masyarakat utnuk pelayanan 0,8 2,6 =1,4
yang lebih professional
50
TOTAL 0,2 3 0,6
0,2 3 0,6
0,4 1,2
F Marketing (M5)
1. Internal Faktor (IFAS)
STRENGHT
a. Kepuasan pasien terhadap
0,3 3 0,9
pelayanan kesehatan di rumah
sakit
b. BOR harian cukup baik
c. Adanya variasi karakteristik dari
0,2 3 0,6
pasien ( BPJS pemerintah, BPJS
0,2 2 0,4 S-W :
Mandiri
1,9-
TOTAL
WEAKNESS 0,8=
a. Hasil survey 59 % pasien belum
0,7 1,9 1,1
merasa puas dengan pelayanan
perawat dalam memberi
0,2 4 0,8
informasi tentang fasilitas yang
bisa digunakan selama perawatan
(orientasi ruangan dan fasilitas
yang dapat digunakan
TOTAL
2. Eksternal Faktor
OPPORTUNITY
a. Mahasiswa SI Keperawatan
0,2 0,8
praktek manajemen
b. Kerjasama yang baik antara
perawat dan mahasiswa
TOTAL
0,2 4 0,8
TREATHENED
a. Adanya peningkatan standar
masyarakat yang harus dipenuhi 0,2 2 0,4 O-T :
b. Persaingan rumah sakit dalam
1,2-0,4
memberikan pelayanan
0,4 1,2 = 0,8
51
keperawatan
TOTAL
0,1 2 0,2
0,1 2 0,2
0,2 0,4
B. Identifikasi Masalah
Setelah dilakukan analisis situasi dengan menggunakan pendekatan SWOT maka
kelompok dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Jumlah sumber daya manusia yang masih kurang dalam melaksanakan tugas
keperawatan
2. Sarana dan prasarana yang masih belum optimal yaitu penyediaan fasilitas kamar
mandi yang belum bersih dan air yang kurang lancar
3. Pasien kurang puas dengan pelayanan perawat dalam memberi informasi tentang
fasilitas yang bisa digunakan selama perawatan (orientasi ruangan dan fasilitas yang
dapat digunakan
4. Penerapan MAKP belum maksimal (tidak melakukan pre conference dan post
conference/ timbang terima)
5. Sistem pendokumentasian sudah dilakukan dengan memakai model SOR ( Sources
Oriented Record) tetapi belum optimal karena masih adanya lembar lembar dalam
status pasien yang tidak terisi
6. Belum terlaksananya edukasi terhadap pasien mengenai hand hygiene dan pemilahan
sampah
C. Prioritas Masalah
Setelah diidentifikasi masalah selanjutnya masalah tersebut diprioritaskan
berdasarkan metode pembobotan dengan memperhatikan aspek – aspek yang meliputi :
1. Magnitude (Mg) = kecenderungan besar dan seringnya masalah
2. Severity (Sv) = besar kerugian yang ditimbulkan,
3. Managebility (Mn) = bisa dipecahkan,
4. Nursing Concern (Nc) = perhatian bidang keperawatan,
5. Affordability (Af) = ketersediaan sumber daya.
52
4. Nilai 4 = jika penting
5. Nilai 5 = jika sangat penting
Tabel 4.2
Hasil pembobotan untuk menentukan prioritas masalah
No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Total
1 Sumber daya manusia 2 3 3 3 3 162
2 Sarana dan prasarana 4 2 4 3 3 288
3 Marketing 4 2 4 3 3 288
4 Timbang terima 4 4 4 4 4 1024
5 Dokumentasi Keperawatan 3 4 3 3 2 216
6 Edukasi cuci tangan dan 4 3 4 3 4 576
pemilahan sampah
Berdasarkan tabel hasil pembobotan ada 4 masalah teratas yaitu : timbang terima, edukasi
cuci tangan dan pemilahan sampah, sarana dan prasarana dan marketing. Maka kelompok
mengangkat prioritas masalah yang akan diselesaikan adalah :
1. Penerapan MAKP yang belum maksimal (tidak melakukan pre conference dan post
conference/ timbang terima)
2. Belum terlaksananya edukasi terhadap pasien mengenai hand hygiene dan pemilahan
sampah
3. Rendahnya kepuasan pasien tentang sarana dan prasarana serta kepuasan pasien
terhadap pelayanan perawat dalam memberikan informasi tentang fasilitas yang bisa
digunakan selama perawatan (orientasi ruangan dan fasilitas yang dapat digunakan)
Tabel 4.3
Skoring alternative pemecahan masalah
No Masalah C A R L Total
1 Penerapan MAKP belum maksimal (tidak 3 3 3 4 108
melakukan pre conference dan post
conference)
2 Belum terlaksananya edukasi terhadap 4 4 3 3 144
pasien mengenai hand hygiene dan
53
pemilahan sampah
3 Rendahnya kepuasan pasien tentang sarana 4 3 3 2 72
dan prasarana serta kepuasan pasien
terhadap pelayanan perawat dalam
memberikan informasi tentang fasilitas
yang bisa digunakan selama perawatan
(orientasi ruangan dan fasilitas yang dapat
digunakan)
Keterangan :
C : Capability yaitu kemampuan melaksanakan alternatif
A ; Accessibility yaitu kemudahan dalam melaksanakan alternatif
R : Relevancy yaitu sesuai dengan kebutuhan dan urgensi
L : Legality yaitu berdasarkan peraturan yang berlaku
Rentang nilai 1-5
5 = sangat mampu
4 = mampu
3 = cukup mampu
2 = kurang mampu
1 = tidak mampu.
54
No Masalah Alternative pemecahan masalah
1 Belum dilakukannya - Melakukan konsultasi kepada tim PPI RSUD
edukasi tentang hand Undata tentang pelaksanaan edukasi hand
hygiene terhadap pasien hygiene
- Membuat poster cara mencuci tangan menurut
dan keluarga pasien
standar WHO
baik oleh Tim PPI
- Mencetak poster
maupun oleh perawat di - Memasang poster di setiap pintu masuk kamar
ruangan perawatan pasien
- Melakukan edukasi mencuci tangan pada
pasien dan keluarga
- Mengevaluasi kembali pengetahuan perawat
dalam melaksanakan cuci tangan sehingga
perawat dapat mensosialisasikan kepada
pasien dan keluarga secara benar
55
digunakan selama
perawatan (tidak
dilakukannya orientasi
pada pasien baru)
2 Pasien dan keluarga - Membuat poster tentang kebersihan kamar
tidak puas terhadap mandi
- Mencetak poster
fasilitas rumah sakit
- Menempel poster di kamar mandi
dalam menyediakan - Memberikan informasi tentang kebersihan
kamar mandi yang kamar mandi
- Bekerjasama dengan clening servise dalam
bersih dan lancar
menjaga kebersihan kamar mandi
- Melakukan pengawasan kebersihan kamar
mandi
E. Perencanaan
1. Pengorganisasian
Untuk memaksimalkan praktek profesi manajemen keperawatan dalam
menentukan kebijakan – kebijakan internal, maka kelompok menyusun organisasi
sebagai berikut :
Ketua : Ni Luh Sukardiasih, S.Kep
Sekretaris : Radhiyah Nur Sofyana, S.Kep
Bendahara : Lisnawati, S.Kep
Seksi Perlengkapan :
1. Moh. Taufik, S.Kep
2. Moh. Asdul Ambo Awe, S.Kep
3. Muh. Hasan Dg Mapudji, S.Kep
4. Yusmiati, S.Kep
Untuk selanjutnya, dalam pengelolaan ruang rawat maka di selenggarakan
pengorganisasian dengan pembagian peran yaitu : kepala ruangan, ketua tim, dan
perawat pelaksana yang setiap harinya berbeda peran sehingga mahasiswa
mendapatkan pembelajaran tentang manajemen keperawatan.
2. Strategi Kegiatan
a. Timbang Terima
Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan
mengoptimalkan peran dan fungsi perawat. Terutama peran dan fungsi mandiri
56
perawat. Hal ini dapat di wujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif
antar perawat maupun dengan tim kesehatan lain. Salah satu bentuk komunikasi
yang harus di tingkatkan efektivitasnya adalah saat pergantian shift (timbang
terima pasien)
Timang terima atau operan merupakan satu cara dalam menyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang
terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara
singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan
kolaboratif yang sudah dilakukan atau belum dan perkembangan pasien saat itu.
Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh
perawat primer pada shift berikutnya secara tertulis dan lisan.
Timbang terima merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum
pergantian shift. Selain laporan antara shift, dapat disampaikan juga informasi-
informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah atau belum
dilaksanakan (Nursalam, 2007)
Teknik pengelolaan timbang terima dimulai dari perawat dari kedua sifht
dan kepala ruangan siap berkumpul di ners station, kepala ruangan mengecek
kesiapan timbang terima tiap perawat primer dan perawat asosiate, persiapan
membawa status pasien, buku timbang terima, alat tulis. Karu membuka acara
timbang terima. Hal-hal yang perlu disampaikan perawat primer saat timbang
terima yaitu : identitas pasien dan jumlah pasien, jumlah pasien baru, jumlah
pasien lama, jumlah pasien pulang, diagnosa medis, masalah keperawatan, data
yang mendukung, tindakan keperawatan yang sudah/belum dilaksanakan,
rencana umum yang perlu dilakukan, pemeriksaan penunjang, konsul, prosedur
tindakan tertentu. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan
klarifikasi dan validasi tentang hal-hal yang telah di timbang terimakan. Lama
tembang terima setiap pasien ± 5 menit, kecuali kondisi khusus yang
memerlukan keterangan lebih rinci. Klarifikasi hasil validasi data laporan
timbang terima di tanda tangani oleh kedua perawat primer dan kepala ruangan
(Sifht pagi), reward karu terhadap perawat yang akan dan selesai bertugas dan
penutupan dilakukan oleh kepala ruangan.
1) Tujuan
a) Tujuan Umum
57
Setelah dilakukan timbang terima, maka mahasiswa dan perawat
diruangan Flamboyan mampu mengkomunikasikan hasil pelaksanaan
asuhan keperawatan pasien dengan baik sehingga kesinambungan
informasi mengenai keadaan pasien dapat dipertahankan
b) Tujuan Khusus
- Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum pasien
- Menyampaikan hal-hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan pada pasien
- Menyampaikan hal penting yang perlu ditindak lanjuti oleh shift
berikutnya
- Tersusun rencana kerja untuk shift berikutnya
2) Pengorganisasian
Penanggung Jawab : Ni Luh Sukardiasih, S.Kep
Lisnawati, S.Kep
3) Pelaksanaan
Kegiatan timbang terima dilaksanakan pada minggu kedua praktek profesi
manajemen keperawatan di ruangan Flamboyan RSUD Undata Provinsi
Sulawesi Tengah
4) Rencana Strategi
a) Menyusun alur timbang terima bersama sama dengan perawat ruangan
b) Menyusun materi timbang terima
c) Membuat format timbang terima
d) Melaksanakan timbang terima bersama dengan kepala ruangan dan staf
keperawatan
e) Mendokumentasikan hasil timbang terima pasien
58
Pasien
Rencana tindakan
Masalah pasien:
1. Teratasi
2. Belum teratasi
3. Muncul masalah baru
6) Evaluasi
a) Struktur
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia
antara lain : catatan timbang terima, status pasien, kelompok shift timbang
terima. Kepala ruangan selalu memimpin kegiatan timbang terima yang
dilaksanakan pada pergantian shift yaitu malam ke pagi, pagi ke
sore.Kegiatan timbang terima pada shift sore ke malam dipimpin oleh
perawat primer yang bertugas saat itu.
b) Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan
dilaksanakan oleh seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan
mengganti shift. Perawat primer mengoperkan ke perawat primer
berikutnya yang akan mengganti shift. Timbang terima pertama dilakukan
59
di ners station kemudian di bed klien dan kembali lagi ke ners station. Isi
timbang terima mencakup jumlah klien, masalah keperawatan, intervensi
yang sudah dilakukan, intervensi yang belum dilakukan dan pesan khusus
setiap klien tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi ke klien.
7) Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap
perawat dapat mengetahui perkembangan,masalah keperawatan pasien, dan
intervensi keperawatan pasien yang belum dilakukan dan sudah diselesaikan.
Sehingga komunikasi antara perawat berjalan dengan baik.
b. Pre conference
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.
Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore atau
malam sesuai dengan jadwal dinas perawat. Pelaksanaan konference sebaiknya
dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar.
Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai
operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim
atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang,
maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat
(rencana harian), dan tambahan rencana dari katim dan PJ tim (Modul MPKP,
2006).
Waktu : setelah operan
Tempat : Meja masing – masing tim
Penanggung jawab : Ketua tim atau Pj tim
Kegiatan :
1) Ketua tim atau Pj tim membuka acara
2) Ketua tim atau pj tim menanjakan rencana harian masing – masing perawat
pelaksana
3) Ketua tim atau Pj tim memberikan masukan dan tindakan lanjut terkait dengan
asuhan yang diberikan saat itu.
4) Ketua tim atau Pj tim memberikan reinforcement.
5) Ketua tim atau Pj tim menutup acara
60
3) Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien,
perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan
4) Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota
tim
Panduan perawat pelaksanaan dalam melaksanakan konferensi
Adapun panduan bagi PP dalam melakukan konferensi adalah sebagai
berikut: (Ratna Sitorus, 2006).
1) Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan pergantian dinas
pagi atau sore sesuai dengan jadwal perawatan pelaksana.
2) Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam timnya masing –
masing.
3) Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi
kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam. Hal hal yang
disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi :
- Utama klien
- Keluhan klien
- TTV dan kesadaran
- Hasil pemeriksaan laboraturium atau diagnostic terbaru.
- Masalah keperawatan
- Rencana keperawatan hari ini.
- Perubahan keadaan terapi medis.
- Rencana medis
4) Perawat pelaksana mendikusikan dan mengarahkan perawat asosiet tentang
masalah yang terkait dengan perawatan klien yang meliputi :
- Klien yang terkait dengan pelayanan seperti : keterlambatan, kesalahan
pemberian makan, kebisikan pengunjung lain, kehadiran dokter yang
dikonsulkan
- Ketepatan pemberian infuse.
- Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan
- Ketepatan pemberian obat / injeksi.
- Ketepatan pelaksanaan tindakan lain,
- Ketepatan dokumentasi.
- Mengiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan.
- Mengiatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan
kemajuan masing –masing perawatan asosiet.
- Membantu perawatan asosiet menyelesaikan masalaah yang tidak dapat
diselesaikan.
Tahap – tahap inilah yang akan dilakukan oleh perawat – perawat ruangan
ketika melakukan pre conference
Pengorganisasian
Penanggung jawab : Ni Luh Sukardiasih, S.Kep
Lisnawati, S.Kep
61
Pelaksanaan
Dilakukan pada minggu kedua praktek manajemen keperawatan di ruang
Flamboyan RSUD Undata
Rencana Strategi
1) Melaksanakan pre conference bersama dengan kepala ruangan dan staf
keperawatan
2) Mendokumentasikan hasil pre conference pasien
Evaluasi
1) Struktur
Pada pre conference sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia
anatara lain : buku laporan pasien, status pasien dan alat tulis
2) Proses
Proses pre conferens dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim
membuka acara pre conference yang diikuti oleh perawat pelaksana yang
dinas pada shift tersebut. Kemudian ketua tim membagikan rencana kegiatan
untuk mengatasi masalah pasien pada masing-masing anggota tim. Kemudian
memberikan masukan dan rencana tindak lanjut yang terkait dengan asuhan
keperawatan pasien. Setelah itu ketua tim menutup acara pre conference.
3) Hasil
Pre conference dapat dilaksanakan setiap shift sebelum melaksanakan
asuhan keperawatan kepada pasien. Perawat pelaksana mengetahui tugas dan
rencana kegiatan masing-masing terkait dengan asuhan keperawatan pasien
yang menjadai tanggung jawab tim tersebut
c. Post conference
Post conference adalah diskusi tentang aspek klinik sesudah melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien. Conferensi merupakan pertemuan tim yang
dilakukan setiap hari. Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan
operan dinas, pagi, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan
pelaksanaan. konference sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat
mengurangi gangguan dari luar.
1) Tujuan Post Conference
Tujuan post conference adalah untuk memberikan kesempatan
mendiskusikan penyelesaian masalah dan membandingkan masalah yang
dijumpai.
2) Syarat Post Conference
a) Post conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan
b) Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
62
c) Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien,
perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan
d) Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan
anggota tim
3) Pelaksanaan dalam melaksanakan konferensi
Adapun panduan bagi Perawat pelaksana dalam melakukan konferensi adalah
sebagai berikut: (Ratna Sitorus, 2006).
a) Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan pergantian dinas
pagi atau sore sesuai dengan jadwal perawatan pelaksana.
b) Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam timnya masing –
masing.
c) Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil
evaluasi kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam.
Hal hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi :
a) Utamanya tentang klien (biodata, status sosial, ekonomi, budaya)
b) Keluhan klien
c) TTV dan kesadaran
d) Hasil pemeriksaan laboraturium atau diagnostic terbaru.
e) Masalah keperawatan
f) Rencana keperawatan hari ini.
g) Perubahan keadaan terapi medis.
h) Rencana medis selanjutnya (tindak lanjut)
i) Perawat pelaksana mendikusikan dan mengarahkan perawat tentang
masalah yang terkait dengan perawatan klien yang meliputi :
- Klien yang terkait dengan pelayanan seperti : keterlambatan,
kesalahan pemberian makan, kebisingan pengunjung lain, kehadiran
dokter yang dikonsulkan.
- Ketepatan pemberian infuse.
- Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan.
- Ketepatan pemberian obat / injeksi.
- Ketepatan pelaksanaan tindakan lain,
- Ketepatan dokumentasi.
- Menggiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan.
- Menggiatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan
kemajuan masing–masing perawatan asosiet.
- Membant u perawat menyelesaikan masalah yang tidak dapat
diselesaikan.
4) Pengorganisasian
Penanggung jawab : Ni Luh Sukardiasih S.Kep
Lisnawati S.Kep
5) Pelaksanaan
Dilakukan pada minggu kedua praktek manajemen keperawatan di ruang
Flamboyan RSUD Undata
63
6) Rencana Strategi
a) Melaksanakan post conference bersama dengan kepala ruangan dan staf
keperawatan
b) Mendokumentasikan hasil post conference pasien
7) Evaluasi
a) Struktur
Pada post konfrence sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia
antara lain : buku laporan pasien, status pasien dan alat tulis
b) Proses
Proses post conferens dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab
shift. Ketua tim membuka acara post conference yang diikuti oleh
perawat pelaksana yang dinas pada shift tersebut. Kemudian ketua tim
membahas masalah pasien pada masing-masing anggota tim jika ada
masalah.
c) Hasil
Post conference dapat dilaksanakan sebelum pergantian shift .ketua tim
maupun perawat membahas setiap masalah yang ditemukan pada saat
post conference terkait dengan asuhan keperawatan pasien yang menjadi
tanggung jawab tim tersebut.
d. Edukasi hand hygiene dan pemilahan jenis sampah
1) Hand Hygiene
Mencuci tangan adalah upya perilaku hidup bersih dan sehat yang
beryujuan untuk menghilangkan sejumlah besar virus dan bakteri yang
menjadi penyebab berbagai penyakit, terutama penyakit yang menyerang
saluran cerna seperti diare dan saluran napas seperti influenza. Hamper semua
orang mengerti pentingnya mencuci tangan pakai sabun namun masih banyak
yang tidak membiasakan diri untuk melakukannya dengan benar pada saat
yang penting (Hadiatma, 2011)
Mencuci tangan merupakan hal yang paling sederhana dilakukan setiap
individu dengan tujuan hidup sehat, karena dengan mencuci tangan akan
terhindar dari kuman dan penyakit. Pola hidup sehat dapat diterapkan sejak
usia dini, salah satu hal kecil untuk membiasakan hidup sehat yaitu dengan
mencuci tangan pakai sabun, sebelum dan sesudah melakukan aktivitas
diluar, sebelum makan, setelah dan sesudah dari kamar mandi (Hadiatna,
2011). Menurut DEPKES 2007, mencuci tangan adalah proses yang secara
mekanis melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan
menggunakan sabun biasa dan air. Mencuci tangan adalah membasahi tangan
64
dengan air mengalir untuk menghindari penyakit, agar kuman yang menempel
pada tangan benar-benar hilang
a) Tujuan
- Menjaga Kebersihan diri
- Mencegah infeksi silang
- Sebagai pelindung diri
b) Manfaat
65
Tertular flu atau pilek menjadi resiko yang paling sering terjadi
secara umum. Penularan ini terjadi ketika Anda baru saja
menggunakan fasilitas umum atau bersentuhan dengan orang lain.
Kemudian ketika Anda makan secara langsung maka bisa
menyebabkan virus segera berpindah tangan. Virus akan menyebar
sangat cepat, tidak hanya masuk ke dalam tubuh tapi juga berpindah
lewat saluran pernafasan.
- Tertular Penyakit Infeksi Tenggorokan
Jika Anda memiliki kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum
makan, maka bisa menyebabkan infeksi tenggorokan. Hal ini terjadi
ketika ada banyak bakteri yang sudah melekat ke tangan kemudian
menyebar ke saluran pencernaan. Makanan yang masuk ke saluran
tenggorokan akan berhubungan langsung dengan lendir. Kemudian
bakteri akan tinggal dalam bagian lendir tersebut dan berkembang
dengan pesat. Kondisi ini bisa menyebabkan sakit tenggorokan dan
infeksi yang lebih buruk. (baca juga : bahaya radang tenggorokan
kronis)
- Diare
Orang yang tidak mencuci tangan sebelum makan juga sangat
rentan terkena penyakit diare. Infeksi ini bisa disebabkan oleh virus
atau bakteri yang sebelumnya sudah ada di tangan. Kemudian akan
masuk ke saluran pencernaan lewat makanan yang bersentuhan
langsung dengan tangan. Perkembangan bakteri atau virus dalam
saluran pencernaan bisa menyebabkan diare. Usus tidak bisa
menerima bakteri tersebut sehingga membuat reaksi diare. Untuk
mencegah hal yang lebih buruk sebaiknya segera kunjungi dokter
Anda.
- Infeksi Penyakit Hepatitis B
Bahaya tidak mencuci tangan sebelum makan juga bisa terkena
hepatitis B. Penyakit hepatitis ini akan menyerang organ hati dan
menyebabkan penderita sulit untuk memiliki tubuh yang sehat.
Hepatitis B termasuk jenis penyakit yang mudah menular. Salah satu
cara untuk mencegahnya adalah sering mencuci tangan. Mencuci
tangan sebelum makan bisa menurunkan resiko hepatitis B. Virus ini
66
bisa menyebar dengan mudah lewat udara dan makanan. Bahkan
lingkungan yang buruk bisa menjadi tempat endemi hepatitis B.
- Resiko Infeksi Shigellosis
Infeksi ini bisa menyebabkan penyakit shigellosis, yang
merupakan infeksi akibat jenis bakteri shigela. Penyakit yang
dihasilkan seperti disentri. Disentri umumnya disebabkan karena
kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan. Ketika tangan Anda
kotor setelah melakukan berbagai pekerjaan maka mungkin banyak
bakteri yang bersarang dalam tangan Anda. Kontaminasi bisa terjadi
lewat makanan itu sendiri atau tangan yang kotor. Penyakit ini
ditandai dengan demam, diare yang parah, diare bisa disertai darah
dan dehidrasi.
- Resiko Infeksi Botulisme
Orang yang tidak mencuci tangan sebelum makan juga bisa
terkena infeksi penyakit botulisme. Penyakit ini menular secara
langsung lewat makanan dan tangan yang kotor. Ini termasuk jenis
infeksi yang sangat berbahaya karena bisa menyebabkan kematian.
Infeksi juga membutuhkan perawatan yang segera untuk mengurangi
potensi bahaya yang lebih buruk. Beberapa tanda infeksi ini adalah
seperti diare, sakit perut, mual, muntah, demam, pandangan kabur
dan hilang kesadaran.
- Resiko Infeksi Amoebiasis
Resiko infeksi amoebiasis adalah jenis penyakit yang bisa
disebabkan karena tidak mencuci tangan sebelum makan. Penyakit
ini akan menyebabkan penderita mengalami disentri. Jenis amuba
penyebab infeksi ini termasuk dalam kelas Entamoeba histolitica.
Infeksi ini tidak hanya menyerang pada saluran pencernaan namun
juga berbagai organ lain. Karena itu infeksi ini cepat berkembang
dalam tubuh dan membutuhkan perawatan darurat. Mencuci tangan
sebelum makan bisa mencegah kondisi yang lebih berbahaya.
68
- Sebelum melakukan tindakan aseptik/steril
- Setelah melakukan tindakan/terpapar cairan tubuh pasien
- Setelah menyentuh pasien
- Setelah kontak dengan lingkungan pasien
f) Enam langkah cuci tangan
69
k) Evaluasi
- Struktur
Pada edukasi hand hygiene sarana dan prasarana yang menunjang
telah tersedia antara lain : tersedianya hand rub yang di sediakan oleh
pihak rumah sakit RSUD Undata dan terpasang di setiap dinding
depan pintu masuk kamar perawatan pasien yang di lengkapi
dengan poster 6 langkah cuci tangan
- Proses
Proses pemberian edukasi hand hygiene terhadap perawat maupun
pasien dan keluarga dipimpin oleh mahasiswa praktek manajemen
keperawatan yang hari itu bertugas (role play) sebagai ketua Tim.
- Hasil
Perawat dapat melakukan cuci tangan yang benar menurut WHO.
Pasien dan keluarga mengerti dan memahami tujuan dan manfaat
mencuci tangan. Pasien dan keluarga dapat mempraktekkan cara
mencuci tangan yang benar dengan hand rub.
2) Edukasi Pemilahan sampah
Pengolahan limbah dirumah sakit adalah suatu kegiatan pengelolaan
sampah dirumah sakit yang dimulai dari pengumpulan, pemilahan dan
pengangkutan limbah medis padat (infeksius) dan limbah non medis dari
sumber penghasil ke Tempat Penyimpanan Sementara Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (TPSLB3).
a) Tujuan
- Mencegah penyebaran infeksi terhadap petugas rumah sakit, pasien dan
pengunjung.
- Mencegah penularan infeksi pada masyarakat sekitarnya
70
- Meningkatkan kepatuhan untuk petugas, pasien dan pengunjung
membuang limbah pada wadah atau tempat yang sesuai dengan
peruntukannya.
b) Pengelolaan limbah medis padat (infeksius)
- Limbah medis padat infeksius harus ditempatkan dalam wadah yang
anti bocor, kuat, dan kedap air. Setiap tempat tempat medis padat
infeksius harus dilapisi kantong plasitik warna kuning.
- Seluruh penghasil limbah medis padat (infeksius) memilah dan
membuang ditempat limbah medis yang berwarna kuning.
- Petugas khusus (Cleaning service) mengumpulkan dan mengangkut
limbah medis padat infeksius dari ruangan- ruangan ke TPSLB3 dengan
troli.
- Petugas/ Cleaning service setelah selesai mengangkut limbah non medis
ke TPS/ container harus mencuci tangan dan membersihkan diri.
- Waktu penanganan limbah medis padat (infeksius) setiap selesai tidakan
medis.
- Pengelolaan limbah medis padat (infeksius) dirumah sakit
pengelolaannya diserahkan kepada pihak ketiga yang memiliki izin
yang masih berlaku.
c) Pengelolaan limbah non medis padat infeksius :
- Seluruh penghasil limbah non medis memilah dan membuang limbah
medis ketempat limbah non medis yang berwarna hitam/ abu-abu/ hijau
yang telah diberi label dan dilapisi kantong plastic warna hitam.
- Petugas khusus (Cleaning service) menggunakan APD (masker, sarung
tangan, sepatu boot dan helmet) mengumpulkan dan mengangkut
limbah non medis dari sumberlimbah ke TPS atau container.
- Petugas (Cleaning service) setelah selesai mengengkut limbah non
medis ke TPS / container harus mencuci tangan dan membersihkan diri
- Waktu pengangkutan limbah non medis setiap pagi dan sore hari
- Petugas sanitasi monitoring dan mengevaluasi pemilahan, pengumpulan
dan pengangkutan limbah non medis dari sumber limbah ke TPS/
container
- Pengangkutan limbah medis dari TPSLB3 ketempat pemusnahan
dilakukan oleh pihak ketiga yang memiliki izin yang masih berlaku.
d) Pengelolaan limbah benda tajam dan jarum :
- Limbah benda tajam dan jarum harus ditempatkan dalam wadah yang
anti bocor, kuat, dan kedap air (kardus yang tahan dengan benda tajam/
safety box) berwarna kuning dan tertutup berlabel biohardz. Setiap
wadh mempunyai penutup yang tidak bisa dibuka kembali.
71
- Pelaksanaan pengelolaan limbah benda tajam dan jarum dilakukan oleh:
Seluruh penghasil limbah, memila dan membuang limbah benda
tajam dan jarum dalam safety box
Petugas khusus (Cleaning service) mengumpulkan dan mengangkut
benda tajam dan jarum dari ruangan/ sumber penghasil limbah
keTPSLB3 dengan troli.
- Petugas/ Cleaning service setelah mengangkut limbah non medis ke
TPS/ container harus mencuci tangan dan membersihkan diri.
- Waktu mengumpulkan dan memilah limbah benda tajam dan jarum
setiap selesai tindakan medis.
- Pengelolaan benda tajam dan jarum dirumah sakit pengeloalaannya
diserahkan pada pihak ketiga yang memiliki izin yang masih berlaku.
e) Pengelolaan cairan tubuh dan darah :
- Limbah cairan tubuh dan darah harus ditemptkan dalam wadah yang
anti bocor, kuat, daan kedap air. Setiap tempat/ wadah limbah cair darah
dan komponen darah harus diberi tutup.
- Seluruh penghasil limbah dalam mengelola limbah cairan tubuh dan
darah harus menggunakan APD
- Petugas khusus (Cleaning service) mengumpulkan dan mengangkut
limbah cairan tubuh dan darah yang berada didalam ruangan ke
TPSLB3 dengan menggunakan troli.
- Petugas/ Cleaning service setelah selesai mengangkut limbah non medis
ke TPS / kontainer harus mencuci tangan dan membersihkan diri.
- Waktu penanganan limbah cairan tubuh dan darah dilakukan setiap
selesai tindakan medis.
- Pengelolaan limbah cairan tubuh dan darah dirumah sakit
pengelalaannya diserahkan kepada pihak ketiga yang memiliki izin
yang masih berlaku.
f) Pengorganisasian
Penanggung jawab : Muh. Hasan Dg Mapudji, S.Kep
Moh Asdul ambo Awe S.Kep
g) Penatalaksanaan
Kegiatan edukasi pemilahan jenis sampah dilaksanakan pada minggu ke
II Praktek Profesi Manajemen Keperawatan diruangan Flamboyan RSUD
Undata.
h) Rencana strategi
- Berkonsultasi dengan tim PPI mengenai pengelolaan sampah dirumah
sakit
- Melakukan hasil dari konsultasi dengan bagian tim PPI
- Membuat poster mengenai ajakan untuk membuang sampaah pada
tempatnya
72
- Menempelkan poster diatas tempat sampah
- Melakukan sosialisasi cara memmbuang sampah sesuai dengan jenisnya
Yuk.. !!!
BUANGlah
SAMPAH
PADA TEMPATNYA
j) Evaluasi
- Struktur
Pada edukasi pemilahan jenis sampah sarana dan
prasarana yang menunjang telah tersedia antara lain : tersedianya
tempat sampah non medis dan sampah medis di depan ners
station yang di sediakan oleh pihak rumah sakit RSUD Undata
akan tetapi plastic yang berwarna hitam untuk sampah non
73
medis sementara habis dan masih dalam proses pembelanjaan
oleh pihak manajemen RSUD Undata. Dan tempat sampah yang
tersedia di depan pintu kamar pasien hanyalah untuk sampah non
medis (palstik berwarna hitam)
- Proses
Proses pemberian edukasi pemilahan jenis sampah kepada
pasien dan keluarga dipimpin oleh mahasiswa praktek
manajemen keperawatan yang bertanggung jawab terhadap
program.
- Hasil
Pasien dan keluarga dapat memilih jenis sampah sesuai dengan
jenis dan membuang sampah pada tempat sampah sesuai
jenisnya.
e. Pasien dan keluarga tidak puas terhadap pelayanan perawat dalam memberi
informasi tentang fasilitas yang bisa digunakan selama perawatan (orientasi
ruangan dan fasilitas yang dapat digunakan saat pasien masuk rumah sakit.
Pasien adalah orang sakit yang dirawat dokter dan tenaga kesehatan
lainnya ditempat praktek (Yuwono, 2003). Kepuasan adalah perasaan senang
seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesenangan terhadapa aktivitas
dan suatu produk dengan harapannya (Nursalam,2011). Westbrook dan Reilly
(dalam Tjiptono,2012) berpendapat bahwa kepuasan pelanggan merupakan respon
emosional terhadap pengalaman-pengalaman berkaitan dengan produk atau jasa
tertentu yang dibeli, atau bahkan pula perilaku (berbelanja dan berbeli) serta pasar
secara keseluruhan. Pohan 2007 menyebutkan bahwa kepuasan pasien adalah
tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan
yang diperolehnya, setelah pasien membandingkan dengan apa yang
diharapkannya.
Berdasarkan uraian dari beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa kepuasan pasien adalah hasil penilaian dalam bentuk respon emosional
(perasaan senang dan puas) pada pasien karena terpenuhinya harpan atau
keinginan dalam menggunakan dan menerima pelayana perawat.
Menurut Budiastuti, 2008 faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien
adalah :
74
1) Kualitas produk atau jasa, pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka
menunjukkan bahwa produk atau jasa yang digunakan berkualitas. Persepsi
pasien terhadap kualitas produk atau jasa dipengaruhi oleh dua hal yaitu
kenyataan kualitas produk atau jasa dan komunikasi perusahaan, dalam hal ini
rumah sakit dapat mengiklankan tempatnya.
2) Kualitas pelayanan, pasien akan merasa puas jika mereka memperoleh
pelayanan yang baik atau sesuai dengan harapannya
3) Factor emosional, pasien merasa bangga, puas dan kagum terhadap rumah
sakit yang dipandang “ruamh sakit mahal”
4) Harga, semakin mahal harga perawatan maka pasien mempunyai harapan yang
lebih besar. Sedangkan rumah sakit yang berkualitas sama tetapi
berhargamurah, meemberi nilai yang lebih tinggi pada pasien
5) Biaya, pasien tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu
membuang waktu untuk mendapatkan jasa pelayanan, maka pasien cenderung
puas terhadap jasa pelayanan.
Menurut Tjiptono, 2001 ada empat unsur pokok yang terkandung dalam
pelayanan yang prima yaitu kecepatan, ketepatan keramahan dan kenyamanan.
Sedangkan kualitas pelayanan perawat dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu :
pengetahuan, beban kerja dan factor komunikasi. Factor komunikasi merupakan
unsur utama bagi perawat dalam melaksanakan pelayanan keperawatan untuk
mencapai hasil yang optimal. Dengan adanya komunikasi yang baik terutama
bagi pelanggan yang baru pertama kali memakai jasa layanan merupakan hal
penting sebagai suatu peningkatan promosi perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas maka penyampaian informasi kepada pasien
dan keluarga yang baru pertamakali masuk di ruang perawatan inap merupakan
hal yang penting baik itu mengenai suasana lingkungan, fasilitas rumah sakit,
fasilitas pelayanan ruang rawat inap, admisi dan informasi penting lainnya perlu di
sampaikan dan diorientasikan kepada pasien dan keluarga.
Penerimaan pasien baru merupakan suatu tata cara ataupun pedoman dalam
menerima pasien baru masuk. Penerimaan pasien baru merupakan suatu prosedur
yang dilakukan oleh perawat ketika ada pasien yang baru datang kesebuah
ruangan rawat inap. Dalam penerimaan pasien baru disampaikan beberapa hal
mengenai orientasi ruangan, perawatan, medis, dan tata tertib ruangan
75
Tujuan :
1) Menerima dan menyambut kedatangan pasien dengan hangat dan terapeutik.
2) Meningkatkan komunikasi antara perawat dengan pasien
3) Mengetahui kondisi dan keadaan pasien secara umum
4) Menurunkan tingkat kecemasan pasien saat masuk rumah sakit
Pengorganisasian
Penanggung jawab : Moh. Taufik, S.Kep
Pelaksanaan;
Kegiatan dilakukan pada minggu ke dua praktek mahasiswa manajemen
keperawatan di ruangan Flamboyan RSUD Undata
Tahapan pelaksanaan penerimaan pasien baru
1) Pasien datang keruangan diterima oleh kepala ruangan / perawat
primer/perawat yang diberi delegasi.
2) Perawat mwmperkenalkan diri kepada pasien dan keluarganya
3) Perawat menunjukkan kamar atau tempat tidur pasien dan mengantar ketempat
yang telah ditetapkan
4) Perawat bersama karyawan yang lain memindhkan pasien ketempat tidur
(apabila pasien dengan brancard/kursi roda) dan berikan posisi yang nyaman
5) Perawat primer menerima obat, alat, data pemeriksaan penunjang yang dibawa
dan catatan khusus dari perawat yang mengantar kemudian
mendokumentasikan pada lembar serah terima pasien dari ruangan lain dan
menandatangani antara perawat sebelumnya dengan perawat primer
6) Perawat primer dan atau perawat asosiete melakukan pengkajian terhadap
pasien sesuai dengan format
7) Perkenalkan pasien baru dan pasien lama yang sekamar
8) Setelah pasien tenang dan situasi sudah memungkinkan perawat memberiakn
informasi kepada pasien dan keluarga tentang orientasi ruangan, perawat
(termasuk perawat yang bertanggung jawab dan sentralisasi obat),
medis(dokter yang bertanggung jawab dan jadwal visite), dan tata tertib
ruangan.
9) Perawat menanyakan kembali tentang kejelasan informasi yang telah
disampaikan
10) Apabila pasien dan keluarga sudah jelas, maka diminta untuk menandatangani
lembar inform consent.
76
Evaluasi
1) Struktur
a) Sarana dan prasara yang menunjang antara lain lembar penerimaan pasien
baru, lembar serah terima pasien dari ruangan lain, inform consent, format
pengkajian, nursing kit dan lembar tata tertib pasien dan pengunjung dan
penjaga pasien
b) Penerimaaan pasien baru pada shift pagi dilakukan oleh kepala ruangan,
perawat pelaksana dan perawat assosiete. Sedangkan pada shift sore
dilakukan oleh perawat penanggung jawab shift dan perawat asosiete
2) Proses
a) Pasien baru disambut oleh kepala ruangan, perawat primer dan perawat
assosiete
b) Perawat primer menerima obat, alat, data pemeriksaan penunjang yang
dibawa dan catatan khusus
c) Perawat pelaksana melakukan anamneses dengan dibantu oleh perawat
asosiete
d) Pasien baru diberi penjelasan tentang orientasi ruangan, perawat(termasuk
sentralisasi obat), medis, serta tata tertib ruangan
e) Perawat melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien dan keluarga
3) Hasil
a) Hasil penerimaan pasien baru didokumentasikan dengan benar
b) Pasien mengetahui tentang fasilitas ruangan, perawatan, medis, serta tata
tertib ruangan
f. Sarana dan prasarana (penyediaan kamar mandi yang bersih dan lancar)
Rumah Sakit menurut UU Nomor 44 Tahun 2009 adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna. Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan
yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Oleh karena itu
Rumah Sakit bukan hanya melayani pasien dengan cara pengobatan (kuratif dan
rehabilitatif) tetapi juga harus melayani masyarakat dengan cara menjaga
lingkungan tempat Rumah Sakit itu berada supaya bersih dan bebas dari sumber
penyakit (promotif dan preventif). Berdasarkan Kepmenkes Nomor 1204 Tahun
2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, sebagai sarana
pelayanan kesehatan rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya orang sakit
77
maupun orang sehat, sehingga dapat menjadi tempat penularan penyakit serta
memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan.
Untuk menghindari risiko pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan maka
penyelenggaraan kesehatan lingkungan Rumah Sakit harus sesuai dengan
persyaratan kesehatan dan kebersihan. Kebersihan Rumah Sakit adalah suatu
keadaan atau kondisi yang bebas dari bahaya dan risiko minimal untuk terjadinya
infeksi silang. Untuk menciptakan kondisi fasilitas pelayanan publik yang sehat
maka Presiden RI telah mengintruksikan melalui Surat Sekretaris Wakil Presiden
Nomor B.1082/Seswapres/KK.04.01.10/2011 tanggal 17 Oktober 2011 untuk
melaksanakan gerakan Indonesia Bersih. Kementerian Kesehatan RI
memprioritaskan gerakan Indonesia Bersih ini pada fasilitas pelayanan kesehatan
dan dalam pelaksanaannya diperlukan pedoman teknis fasilitas pelayanan
kesehatan bersih.
Kebersihan Rumah Sakit yang dimaksud dalam pedoman ini adalah
kebersihan halaman dan ruangan, yang meliputi fisik, sampah, limbah cair, air
bersih, serangga dan binatang pengganggu. Area yang menjadi prioritas dalam
mewujudkan Rumah sakit bersih diantaranya adalah halaman, lobby/ruang
tunggu, kantin, toilet, ruang periksa/poliklinik, ruang perawatan, dan Instalasi
Gawat Darurat (IGD).
Masyarakat di dalam lingkungan rumah sakit yang terdiri dari pasien,
pengunjung dan karyawan memberikan konstribusi kuat terhadap pengotoran
lingkungan rumah sakit. Untuk menciptakan kebersihan yang optimal, maka
langkah awal kita perlu mengenal jenis aktifitas masyarakat rumah sakit. Aktifitas
ini di bagi berdasarkan:
- Aktifitas utama : karyawan melaksanakan kegiatan perkantoran dan tindakan
pelayanan , pasien dan pengunjung menunggu, mendapatkan pelayanan dan
kegiatan penunjang, kegiatan lainnya seperti pelatihan, kunjungan tamu, dan
lain-lain
- Aktifitas lain terkait dengan aktifitas utama yaitu : buang air kecil, buang air
besar, membuang sampah, mencuci muka,tangan, dan merapikan diri, makan
dan minum , merokok, menyusui & memerah ASI, meludah
- Aktifitas pendukung : kegiatan menjaga dan membersihkan lingkungan
bangunan dan halaman.
1) Kebersihan kamar mandi
Kriteria kamar mandi yang bersih :
78
a) Tersedia toilet yang cukup untuk pasien, pengunjung, dan petugas serta
berfungsi dengan baik.
b) Toilet bersih, tidak berbau, dan kering.
c) Tersedia sarana cuci tangan pakai sabun/desinfektan.
d) Bebas dari serangga dan binatang pengganggu.
e) Kemiringan lantai cukup.
f) Tidak terdapat genangan air.
g) Sirkulasi udara baik.
79
F. POA (Planning Of Action)
PENANGGUNG
MASALAH KEGIATAN TUJUAN SASARAN TARGET
JAWAB
1. Belum terlaksananya - Menyediakan poster Agar pasien dan Pasien dan 1 April – 13 Mahasiswa Profesi
edukasi terhadap pasien cara mencuci keluarga dapat keluarga April 2019 Ners STIKes Widya
mengenai hand hygiene tangan 6 langkah mengetahui cara Nusantara Palu
dan pemilahan sampah menurut WHO mencuci tangan yang
dengan data : - Melakukan baik dan benar sehingga
- Selama observasi sosialisasi cara meminimalisir
belum pernah mencuci tangan terjadinya infeksi
dilakukannya edukasi dengan benar nosokomial dan dapat
mencuci tangan bersama perawat mengetahui tong
kepada pasien dan yang ada di ruangan sampah sesuai dengan
keluarga baik oleh tim Flamboyan jenisnya
PPI maupun perawat - Memberikan
ruangan edukasi kepada
- Pasien dan keluarga pasien dan keluarga
tidak bisa tentang pemilahan
membedakan jenis” sampah dalam
sampah. bentuk ceramah dan
leafleat
- Berkolaborasi
dengan Tim PPI
RSUD UNDATA
Palu
2. Penerapan MPKP belum - Melakukan role Agar kepala ruangan, Kepala ruangan, 1 April – 13 Mahasiswa profesi
maksimal (tidak play penerapan ketua tim,dan perawat ketua tim, dan April 2019 Ners STIKes WNP
melakukan pre dan post MPKP pelaksana memahami perawat
conference / timbang dan dapat melaksanakan pelaksana
terima Model Praktek
80
Keperawatan
Profesional
3. Rendahnya kepuasan - Meningkatkan Agar pasien dan - Kepala 1 April – 13 Mahasiswa Ners
pasien dengan data yang sosialisai SPO keluarga mengetahui ruangan dan April 2019 STIKes WNP
didapatkan : tentang penerimaan fasilitas yang dapat Staf
- 59% pasien dan pasien baru. dipergunakan selama - Pasien ,
keluarga tidak puas - Membuat poster dirawat dan dapat keluarga dan
terhadap pelayanan tentang informasi menjaga kebersihan Cleaning
perawat dalam pentingnya menjaga kamar mandi. Service (CS)
memberi informasi kebersihan kamar
tentang fasilitas yang mandi.
bisa digunakan selama
perawatan (orientasi
ruangan dan fasilitas
yang dapat digunakan)
- 36% pasien dan
keluarga tidak puas
terhadap sarana rumah
sakit dalam hal
penyediaan kamar
mandi dan wc yang
bersih.
81
BAB V
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
A. Tahap Implementasi
Tahap implementasi merupakan kegiatan penyelesaian masalah sesuai dengan
kesepakatan pada saat diskusi diseminar awal. Implemnetasi dilakukan berdasarkan
presentase hasil identifikasi masalah dan konfirmasi langsung kepada kepala ruangan
serta disetujui oleh pembimbing institusi dan pembimbing lahan..
1. Rangkuman Masalah
Adapun masalah yang telah disepakati untuk ditindak lanjuti adalah sebagai berikut :
a. Penerapan MAKP yang belum maksimal (tidak melakukan pre conference dan
post conference/ timbang terima)
b. Belum terlaksananya edukasi terhadap pasien mengenai hand hygiene dan
pemilahan sampah
c. Rendahnya kepuasan pasien tentang sarana dan prasarana serta kepuasan pasien
terhadap pelayanan perawat dalam memberikan informasi tentang fasilitas yang
bisa digunakan selama perawatan (orientasi ruangan dan fasilitas yang dapat
digunakan)
2. Implementasi Kegiatan
a. Pelaksanaan kegiatan timbang terima
1) Persiapan
Persiapan dilakukan 2 hari sebelum pelaksanaan, dengan persiapannya
meliputi :
a) Menyiapkan buku dan alat tulis untuk role play stase manajemen
keperawatan yang terdiri dari buku catatan perkembangan pasien (laporan
harian pasien),buku TTV, buku tindakan, buku timbang terima (nurse kit)
b) Melakukan latihan utuk timbang terima
c) Menyiapkan pelaksanaan timbang terima keperawatan
2) Pelaksanaan timbang terima dilaksanakan pada minggu kedua dan minggu
ketiga, dilaksanakan pada pergantian shift (pagi ke sore, dan malam ke pagi),
pelaksanaan timbang terima dilaksanakan pada pukul 08.00 dinas malam ke
dinas pagi, dan pukul 14.00 pada dinas pagi ke dinas sore. Timbang terima di
awali di ners station dengan berdoa. Timbang terima dilakukan dengan
menyampaikan identitas pasien, diagnosa atau masalah yang dihadapi pasien,
intervensi yang sudah dilaksanakan dan yang belum dilaksanakan, tindakan
yang akan dilakukan pada shift berikutnya, pemeriksaan yang akan dilakukan
di hari tersebut, jumlah pasien baru dan masalah yang dihadapi selama dinas
sebelumnya. Setelah pasien di timbang terima, perawat melakukan validasi
data dengan mendatangi pasien ke kamar perawatan satu per satu bersama
masing-masing anggota tim dan ketua tim yang bertanggung jawab di kamar
82
tersebut. Setelah validasi data tersebut, perawat kembali ke ners station.
Kepala ruangan memberikan reward untuk perawat yang dinas malam yang
akan mengakhiri dinasnya.
3) Hambatan
Selama melakukan timbang terima didapatkan hambatan yaitu saat melakukan
timbang terima dokter datang melakukan visite pasien. Dokter yang datang
melakukan visite kadang lebih dari 1 orang dokter sehingga pelaksanaan
timbang terima tidak berjalan dengan maksimal. Kedisiplinan pegawai untuk
datang dinas tepat waktu sehingga timbang terima terlambat untuk
dilaksanakan dan akhirnya berbenturan dengan visite dokter.
4) Dukungan
Dukungan positif diberikan oleh kepala ruangan dan staf saat melakukan role
play. Kepala ruangan dan katim mau meluangkan waktu untuk datang lebih
awal saat dilakukan role play yaitu pukul 07.15. saat melakukan timbang
terima diawal kepala ruangan banyak memberikan arahan dan contoh dalam
melaksanakan timbang terima.
b. Pelaksanaan pre conference
1) Persiapan
Persiapan dilakukan 2 hari sebelum pelaksanaan, dengan persiapannya
meliputi :
a) Menyiapkan buku dan alat tulis untuk role play stase manajemen
keperawatan yang terdiri dari buku catatan perkembangan pasien (laporan
harian pasien),buku TTV, buku tindakan, buku timbang terima (nurse kit)
b) Melakukan latihan pre conferens
d) Menyiapkan pelaksanaan pre conferen
2) Pelaksanaan pre conference dilaksanakan pada minggu kedua dilaksanakan
pada pergantian shift (pagi ke sore, dan malam ke pagi), pelaksanaan pre
conferense setelah dilakukannya timbang terima. Pre conferense dilakukan
oleh ketua tim bersama dengan perawat anggota tim masing – masing. Yang
dilakukan saat pre conferens adalah menyampaikan masalah yang dihadapi
klien, rencana keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien, pemeriksaan
laboratorium dan penunjang lainnya, ketua tim membagi tugas kepada anggota
tim masing – masing.
3) Hambatan
Selama pelaksanaan pre conference tidak ada hambatan yang ditemui oleh
perawat primer karena pada saat timbang terima semua masalah yang perlu
disampaikan sudah tersampaikan dengan jelas.
4) Dukungan
83
Dukungan positif diberikan oleh kepala ruangan saat pelaksanaan pre
conference.
c. Pelaksanaan post conference
1) Persiapan
Persiapan dilakukan 2 hari sebelum pelaksanaan, dengan persiapannya
meliputi :
a) Menyiapkan buku dan alat tulis untuk role play stase manajemen
keperawatan yang terdiri dari buku catatan perkembangan pasien (laporan
harian pasien)
b) Melakukan latihan post conferens
c) Menyiapkan pelaksanaan post conferen
2) Pelaksanaan post conference dilaksanakan pada minggu kedua dilaksanakan
pada pergantian shift (pagi ke sore, dan malam ke pagi), pelaksanaan post
conferense dilakukan sebelum pergantian dinas dengan shift berikutnya. Post
conferense diikuti oleh perawat penanggung jawab dan anggota tim yang
dinas saat itu. Yang dilakukan saat post conferens adalah menyampaikan
masalah yang dihadapi klien, rencana keperawatan yang akan dilakukan
kepada pasien, pemeriksaan laboratorium dan penunjang lainnya, ketua tim
membagi tugas kepada anggota tim masing – masing.
3) Hambatan
Selama pelaksanaan post conference tidak ada hambatan yang ditemui saat
role play stase manajemen
4) Dukungan
Dukungan positif diberikan oleh kepala ruangan saat pelaksanaan post
conference.
d. Pelaksanaan pemasangan struktur organisasi
1) Persiapan
a) Membentuk penanggung jawab pembuatan struktur
b) Penanggung jawab berkonsultasi dengan kepala ruangan untuk pembuatan
fisik struktur organisasi
2) Pelaksanaan
Lembaran struktur organisasi di cetak dalam bentuk poster dan ditempelkan
didinding luar ruangan Flamboyan pada minggu ketiga.
3) Hambatan
Tidak didapatkan hambatan saat melakukan pemasangan struktur organisasi
e. Pelaksanaan edukasi hand hygiene
1) Persiapan
Persiapan dilakukan 3 hari sebelum pelaksanaan, dengan persiapannya
meliputi :
a) Konsultasi ke tim PPI RSUD Undata, mengenai strategi pelaksanaan
edukasi hand hygiene
b) Menyiapkan leaflet, poster cuci tangan dan handrub
84
c) Melakukan sosialisasi hand hygiene dengan perawat senior ruang
Flamboyan
d) Menyiapkan pelaksanaan cuci tangan
2) Pelaksanaan edukasi hand hygiene dilaksanakan pada minggu kedua yang
dilakukan setelah pre conference ( sebelum memberikan asuhan keperawatan).
edukasi hand hygiene diikuti oleh semua perawat yang dinas saat itu ( kepala
ruangan, katim dan perawat asosiate) serta yang memberikan edukasi adalah
mahasiswa keperawatan stase manajemen.
3) Hambatan
Tidak didapatkan hambatan pada pelaksanaan hand hygiene
4) Dukungan
Dukungan positif diberikan oleh kepala ruangan saat pelaksanaan edukasi
hand hygiene berupa support dalam pelaksanaan. Perawat senior ikut
sertadalam pelaksanaan edukasi hand hygiene tersebut
2) Pelaksanaan
a) Melakukan pengawasan terhadap kebersihan kamar mandi yang dilakukan
setiap pagi hari
b) Bekerja sama dengan cleaning servise dalam membersihkan kamar mandi
c) Menegur secara langsung pasien dan keluarga pasien yang membuang
sampah di kamar mandi
3) Hambatan
Dalam pelaksanaan penyediaan kamar mandi yang bersih di temukan
hambatan berupa penyediaan air yang tidak mencukupi untuk kebutuhan
MCK (mandi, cuci, kakus). Cleaning servis yang bertugas untuk menjaga
kebersihan kamar mandi, ruangan dan selasar terbatas. Cleaning service ada
5 orang yang bertugas satu gedung ( Flamboyan, Melati, Bogenvile dan
Seroja) serta clening service hanya masuk pada shift pagi saja sampai dengan
pukul 15.00 wita
4) Dukungan
Pihak rumah sakit mendukung sarana dan prasarana berupa alat – alat untuk
membersihkan kamar mandi. Kepala ruangan membantu melakukan
pengawasan atas kebersihan kamar mandi. Kepala ruangan memberikan
reward kepada mahasiswa praktek manajemen yang menyediakan fasilitas
tempat sampah yang di peruntukkan kamar mandi.
B. Tahap Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan
kegiatan yang dilakukan dan apakah sesuaia dengan tujuan kegiatan. Berikut ini akan di
uraikan evaluasi kegiatan mahasiswa dalam praktek manajemen keperawatan di
ruangan Flamboyan RSUD Undata :
1. Timbang terima
a) Evaluasi struktur
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah disiapkan
antara lain : catatan perkembangan pasien ( buku laporan harian pasien), status
pasien, kelompok shift timbang terima. Acara role play dilaksanakan sesuai
dengan jadwal yang telah direncanakan (POA). Timbang terima dailaksanakan
pada pergantian shift yaitu malam ke pagi dan pagi ke sore. Kegiatan timbang
terima dipimpin oleh perawat penanggung jawab pada shift malam ( untuk
timbang terima malam ke pagi) dan oleh ketua tim pada shift pagi ke sore
b) Evaluasi proses
87
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan oleh
seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift. Ketua tim
mengoperkan ke perawat penanggung jawab dinas. Timbang terima pertama
dilakukan di ners station kemudian di bed klien dan kembali lagi ke ners station.
Isi timbang terima mencakup jumlahklien, masalah keperawatan, intervensi yang
sudah dilakukan, intervensi yang belum dilakukan dan pesan khusus setiap klien
tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi ke klien.
c) Evaluasi hasil
Role play timbang terima tidak dapat dilaksanakan setiap pergantian shift karena
keterbatasan jumlah mahasiswa praktik manajemen keperawatan sehingga
timbang terima dari perawat sore ke malam tidak dapat dilaksanakan. Setiap
perawat dapat mengetahui perkembangan,masalah keperawatan pasien, dan
intervensi keperawatan pasien yang belum dilakukan dan sudah diselesaikan.
Sehingga komunikasi antara perawat berjalan dengan baik.
2. Evaluasi Pre confrense
a) Evaluasi struktur
Pada pre conference sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia antara
lain : buku laporan pasien, status pasien dan alat tulis
b) Evaluasi proses
Proses pre conferens dipimpin oleh ketua tim pada saat shift pagi. Dan pada dinas
sore dipimpin oleh penanggung jawab shift. Ketua tim membuka acara pre
conference yang diikuti oleh perawat pelaksana yang dinas pada shift tersebut.
Kemudian ketua tim membagikan rencana kegiatan untuk mengatasi masalah
pasien pada masing-masing anggota tim. Kemudian memberikan masukan dan
rencana tindak lanjut yang terkait dengan asuhan keperawatan pasien. Setelah itu
ketua tim menutup acara pre conference
c) Evaluasi hasil
Pre conference tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya setiap shift sebelum
melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien karena bersamaan dengan jam
visite dokter.
88
Proses post conferens dipimpin oleh ketua tim ( shift pagi). Ketua tim membuka
acara post conference yang diikuti oleh perawat pelaksana yang dinas pada shift
pagi. Kemudian ketua tim membahas masalah pasien pada masing-masing
anggota tim jika ada masalah. Sedangkan post conferens pada shift sore tidak
dilakukan karena mahasiswa praktek manajemen keperawatan tidak ada yang
dinas malam.
c) Evaluasi Hasil
Post conference dapat dilaksanakan sebelum pergantian shift yang dilakukan oleh
mahasiswa praktek manajemen keperawatan. Ketua tim membahas setiap
masalah yang ditemukan pada saat post conference terkait dengan asuhan
keperawatan pasien yang menjadi tanggung jawab tim tersebut.
4. Evaluasi pemasangan struktur organisasi
a) Evaluasi Struktur
Pelaksanaan perekapan struktur organisasi ruang perawatan ruang Flamboyan
mahasiswa mengadakan koordinasi dengan kepala ruangan serta para staf tentang
pemasangan struktur organisasi di ruang perawatan flamboyan
b) Evaluasi proses
1) Mengadakan koordinasi dengan kepala ruangan serta para staf di perawatan
dalam perekapan kembali struktur organisasi ruang perawatan Flamboyan
2) Mencetak kembali lembaran struktur organisasi dalam bentuk poster yang
utuh
c) Evaluasi hasil
Telah dilakukan perekapan kembali struktur organisasi untuk ruang perawatan
Flamboyan
5. Evaluasi edukasi hand hygiene
a) Evaluasi struktur
Pada edukasi hand hygiene sarana dan prasarana yang menunjang telah disiapkan
antara lain : tersedianya hand rub yang di sediakan oleh pihak rumah sakit RSUD
Undata dan terpasang di setiap dinding depan pintu masuk kamar perawatan
pasien yang di lengkapi dengan poster 6 langkah cuci tangan.
b) Evaluasi proses
Proses pemberian edukasi hand hygiene terhadap perawat dipimpin oleh
mahasiswa praktek manajemen keperawatan yang dilakukan sebelum proses
validasi ke pasien ( masih timbang terima di nurse station). Selanjutnya perawat
ruangan mengikuti edukasi hand hygiene kepada pasien yang dipimpin oleh
mahasiswa praktek manajemen keperawatan.
c) Evaluasi hasil
Perawat dapat melakukan cuci tangan yang benar menurut WHO. Pasien dan
keluarga mengerti dan memahami tujuan dan manfaat mencuci tangan. Pasien
89
dan keluarga dapat mempraktekkan cara mencuci tangan yang benar dengan hand
rub
6. Evaluasi edukasi pemilahan jenis sampah
a) Evaluasi struktur
Pada edukasi pemilahan jenis sampah sarana dan prasarana yang menunjang
telah tersedia antara lain : tersedianya tempat sampah non medis dan sampah
medis di depan ners station yang di sediakan oleh pihak rumah sakit RSUD
Undata. Dan tempat sampah yang tersedia di depan pintu kamar pasien hanyalah
untuk sampah non medis (plastik berwarna hitam)
b) Evaluasi proses
Proses pemberian edukasi pemilahan jenis sampah kepada pasien dan keluarga
dipimpin oleh mahasiswa praktek manajemen keperawatan di ruang perawatan
Flamboyan kelas III A (Perempuan)
c) Evaluasi hasil
Pasien dan keluarga dapat mengerti dan memahami jenis sampah dan membuang
sampah pada tempat sampah sesuai jenisnya.
7. Evaluasi pemberian informasi pada saat penerimaan pasien baru
a) Evaluasi struktur
Sarana dan prasara yang menunjang telah disiapkan untuk penerimaan pasien baru
antara lain lembar penerimaan pasien baru/lembar transfer pasien, inform
consent, lembar edukasi pasien, format pengkajian, nursing kit dan lembar tata
tertib pasien dan pengunjung dan penjaga pasien
b) Evaluasi proses
Penerimaan pasien baru pada shift pagi dilakukan oleh kepala ruangan, ketua tim
atau perawat pelaksana yang bertugas saat itu. Sedangkan pada shift sore
dilakukan oleh perawat penanggung jawab shift.
c) Evaluasi hasil
Proses pemberian informasi mengenai fasilitas yang bisa digunakan oleh pasien
dan keluarga, tata tertib pengunjung sudah dilakukan pada saat serah terima pasien
baru di station serah terima pasien baru. Orientasi ruangan dilakukan dikamar
perawatan pasien.
8. Evaluasi penyediaan kamar mandi yang bersih
a) Evaluasi struktur
Sarana dan prasarana yang mendukung kebersihan kamar mandi sudah tersedia
seperti alat – alat pembersih kamar mandi (sikat lantai, sikat WC, deterjen
pembersih)
b) Evaluasi proses
90
Kebersihan kamar mandi dilakukan oleh clening service yang bertugas di ruangan
Flamboyan. Dan sebagai pengawasan dilakukan oleh kepala ruangan dan juga
mahasiswa praktek manajemen keperawatan di ruang Flamboyan.
c) Evaluasi hasil
Kebersihan kamar mandi dapat dilaksanakan setiap pagi hari yang dilakukan oleh
cleaning service yang bertugas membersihkan ruangan perawatan Flamboyan.
Untuk menjaga kebersihan telah dipasang poster untuk tidak membuang sampah
di kamar mandi, menyiapkan tempat sampah.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Timbang terima telah dilaksanakan pada setiap pergantian shift yang dipimpin oleh
ketua tim pada dinas pagi. Timbang terima dilakukan di nurse station terlebih dahulu
kemudian dilakukan validasi ke setiap pasien satu per satu. Timbang terima
menekankan pada jumlah pasien, ( pasien baru, pindah, pulang, meninggal dan di
rujuk), data focus, masalah yang dihadapi pasien,intervensi yang sudah dilakukan dan
yang belum dilakukan, terapi medis yang sudah dilakukan dan yang belum
dilakukan, pemeriksaan laboratorium yang akan dilakukan dan pesanan khusus.
Pelaksanaan timbang terima sudah sesuai dengan konsep yang di tetapkan
2. Pelaksanaan edukasi hand hygiene dan pembuangan sampah pada tempat yang
sesuai dengan jenis sampah telah terlaksana dengan baik.
3. Pelaksanaan pemberian informasi kepada pasien dan keluarga tentang fasilitas, dan
orientasi ruangan telah dilaksanakan dengan baik sesuai alur penerimaan pasien baru
4. Penyediaan kamar mandi yang bersih dan lancer belum sepenuhnya terlaksana
karena terbatas pada penyediaan air yang mencukupi serta tenaga cleaning service
yang masih kurang
5. Pemasangan struktur organisasi yang baru telah terlaksana pada tanggal 12 April
2019
B. Saran
91
1. Dalam pelaksanaan timbang terima perlu di tingklatkan kedisiplinan setiap perawat
untuk hadir lebih awal sehingga timbang terima dapat terlaksana lebih awal dari jam
visite dokter
2. Diharapkan timbang terima dan pre post conference tetap terlaksana dengan baik.
3. Diharapkan cleaning service dapat melaksanakan tugasnya untuk menjaga
kebersihan kamar mandi dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
Budiastuti. 2008. Peran dan Fungsi Perawat. http://www.fadlie.web.id/bangfad/html. Diakses
tanggal 4 april 2019
DEPKKES RI (Departemen Kesehatan Republik Indonesia). 2007. Profil Kesehatan
Indonesia. DEPKKES RI
Hadiatma, M. (2011). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Mencuci Tangan Terhadap
Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Mencuci Tangan. Skripsi. Kartasura: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Handayani, Lenny. 2000. “Cuci Tangan, Cara Efektif Cegah Penyakit” Dari :
http//www.apotik-tempo.com/berita.aspx?nid=100176 - 60k
Nursalam. 2012. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik. Keperawatan
Profesional. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika
Nursalam. 2013. Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
Nursalam. 2015. Manajemen Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika
Pohan. 2007. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan:Dasar-Dasar Pengertian dan Penerapan.
Jakarta : Salemba Medika
Ratna Sitorus,2011. Manajemen Keperwatan : Manajemen Keperawatan di Ruang Rawat.
Jakarta : Sagung Seto
Suyono Trisno.2003. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya:Arkola
Tjiptono ,Fandi. 2012. Pemasaran Strategik. Yogyakarta.
92