Kti sp3 Keluarga Defisit Perawatan Diri
Kti sp3 Keluarga Defisit Perawatan Diri
Kti sp3 Keluarga Defisit Perawatan Diri
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain (UU No 36,
secera umum. individu yang sehat jiwa dapat beradap tasi dari lingkungan
fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang
melaksanakan peran sosial. Gangguan jiwa terbagi kedalam dua jenis yaitu
1
2
juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta orang
yang ditunjukan dengan gejala – gejala depresi dan kecemasan untuk usia
Skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000
penduduk.
pembentukan arus serta isi pikiran. Disamping itu, juga ditemukan gejala
Muhith, 2011).
Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Dewi (2016) , bahwa
adanya sikap yang aneh serta perilaku yang kacau, serta adanya efek datar
secara fisik dan psikologis, dan adanya disorganisasi pikiran dan perilaku
pada penderita. Oleh karena itu, dibutuhkan caregiver untuk merawat, dan
3
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
pasien cara makan, rencana tindak lanjut keluarga atau jadwal keluarga
merawat pasien.
berpakaian, mandi, eliminasi, dan aktivitas sehari – hari yang harus ada
Tahun 2017. Di dapatkan bahwa jumlah klien Skizofrenia pada tahun 2016
dari Rumah Sakit Jiwa provinsi Jambi pada Tahun 2018. Mengalami
laki 231 orang dan perempuan berjumlah 180 orang. Pada tahun 2017,
Diketahui jumlah laki-laki 180 orang dan perempuan berjumlah 135 orang.
Berdasarkan data yang diperoleh dari puskesmas kumun pada tahun 2018.
274 0rang dan laki-laki sebanyak 370 orang (Puskesmas Kumun 2018).
pasien defisit perawatan diri yang belum bisa merawat pasien, tentang
B. RUMUSAN MASALAH
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
2019.
D. Manfaat Penulisan
Tahun 2018.
Dapat dijadikan sebagai informasi atau bahan acuan bagi Akper Bina
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
1. Definisi
2. Etiologi
a. Pertimbangan umum
faktor.
b. Predisposisi genetika
39%.
Skizofrenia.
meliputi:
kedua.
dilahirkan.
9
kanak awal.
struktur otak.
1) Pembesaran ventrikel
4) Atrofi serebral
3. Klasifikasi
PPDGJ-III:
menyendiri.
kalimat.
Skizofrenia.
4. Manifestasi Klinis
e. Gangguan emosi efek tumpul atau datar, efek tak serasi dan labil
(Junaidi, 2014).
a. Gejala positif
(bicara kacau).
4) Perubahan perilaku
b. Gejala negatif
c. Fase Skizofrenia
6. Pemeriksaan Diagnostik
menyatakan intensitas.
7. Penatalaksanaan
a. Pertimbangan Umum
sakit jiwa akut, rumah sakit jiwa jangka panjang, dan program
berbasis komunitas.
paling normal.
terkoordinasi.
2) Menejemen lingkungan
17
kontinuitas asuhan.
d. Rehabilitasi psikososial
1. Definisi
(Sutejo, 2017).
kebersihan diri pada klien, perawat dapat mengkaji status fisik dan
2. Etiologi
a. Citra tubuh
perawatan diri yang penting, seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
c. Pengetahuan
d. Variabel kebudayaan
sekali.
e. Kondisi fisik
klien dengan kondisi fisik yang tidak sehat lebih memilih untuk
a. Faktor presdiposisi
1) Perkembangan
2) Biologis
b. Faktorpresipitasi
kebersihan dirinya.
personal hygiene.
menyediakannya.
22
a. Kebersihan diri
Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, pakaian korot, bau
c. Makan
d. Toileting
dengan defisit perawatan diri, dari faktor psikososial yaitu malas/ tidak
ada inisiatif, menarik diri/ isolasi diri, merasa tak berdaya/ rendah diri
berprilaku sesuai norma, cara makan tidak teratur, bak dan bab
sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak dapat dilakukan sendiri.
Menurut (Keliat, 2012) tanda dan gejala pada klien yang mengalami
kotor, kulit berdaki dan bau, serta kuku panjang dan kotor.
acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada
air besar (BAB) atau buang air kecil (BAK) tidak pada tempatnya,
a. Mandi/hygiene.
b. Berpakaian/berhias
c. Makan
d. BAB/BAK (Toileting)
kamar kecil.
5. Batasan Karakteristik
tersebut meliputi:
karakteristiknya meliputi:
kaki, sepatu).
kai, sepatu).
diterima.
mulut.
komplet.
a. Dampak fisik
b. Dampak psikososial
interaksi sosial.
7. Pohon Masalah
Bagan 2.2
Pohon Masalah
C. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
sebagai berikut:
1) Data subjektif:
2) Data objektif:
2. Diagnosa keperawatan
keperawatan, dan alat evaluasi) dan dibuat sebagai penentu utama gaya
BAB/BAK.
32
3. Perencanaan
Tabel 2.1
SP 2
Evaluasi SP 1
Latih keluarga
merawat langsung
ke pasien,
kebersihan diri, dan
berdandan
Rencana tindak
lanjut
keluarga/jadwal
keluarga untuk
merawat pasien.
SP 3
Evaluasi
kemampuan SP 2
Latih keluarga
merawat langsung
ke pasien cara
makan
Rencana tindak
lanjut
keluarga/jadwal
keluarga untuk
merawat pasien.
SP 4
Evaluasi
kemampuan
keluarga
Evaluasi
kemampuan pasien
Rencana tindak
lanjut keluarga,
Follow Up, Rujukan
35
4. Implementasi
(Doenges 2007).
5. Evaluasi
dilaksanakan.
36
2019.
intelektual, psikomotor dan efektif, SPTK terdiri dari dua bagian, yaitu
penelitian.
a. Proses Keperawatan
2) Tahap Perkenalan/Orientasi
Secara garis besar tahapan ini dapat dibagi tiga pola sepanjang
kontrak.
3) Tahap Kerja
4) Tahap terminasi
a. Orientasi:
1) Salam terapeutik
apa?’’
2) Evaluasi/validasi
3) Kontrak
41
b. Kerja
rumah”
c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
2) Evaluasi objektif
42
1. Sebelum Makan
2. Ketika makan
makanlah
mereka malu.
3. Setelah Makan
membersihkan mulut.
44
BAB III
suatu penelitian tentang status subjek yang berkenaan dengan suatu fase
(Nursalam, 2008).
mendetail tentang latar belakang, sifat maupun karakter yang khas dari
suatu kasus intensif dan rinci. Penelitian dalam metode ini dilakukan
Sampel yang digunakan dalam pelaksanaan studi kasus ini adalah defisit
1. Kriteria Inklusi
2. Kriteria Ekslusi
Waktu penyusunan studi kasus ini telah dimulai pada tanggal 26 Desember
Tahun 2019.
46
Secara umum terdapat empat prinsip utama dalam etik penelitian studi
apakah akan ikut serta atau menolak sebagai sampel. Prinsip ini
confidentiality)
secara luas.
inclisiveness)
partisipan (normaledeficience).
48
Menurut Dharma (2017) dalam pengumpulan data pada studi kasus, ada
1. Metode Observasi
sistematis.
2. Metode Wawancara
3. Metode Pengukuran
Penulis mengajukan judul studi kasus pada tanggal 26 Desember 2018 dan
Kumun Kota Sungai Penuh dengan pengambilan data terkait di ruang Tata
revisi dari penguji maka penulis akan merevisi proposal sesuai dengan
pelaksanaan studi kasus yang akan dilaksanakan pada juni 2019, setelah
BAB IV
Tabel 4.1
yang dilakukan selama lima hari mulai dari tanggal 05 Agustus 2019
merawat pasien cara makan yang benar, pada hari kedua keluarga
sudah bisa cara merawat pasien cara makan yang benar, pada hari
penerapan dalam merawat pasien cara makan yang benar, dan pada
: 93). Hal ini sejalan dengan penelitian yang ditemukan bahwa angka
pasien.
dijelaskan berulang-ulang.
53
Tabel 4.2
yang dilakukan selama lima hari mulai dari tanggal 05 Agustus 2019
tentang cara merawat pasien cara makan yang benar, pada hari kedua
keluarga sudah mengerti cara merawat pasien cara makan yang benar,
merawat pasien cara makan yang benar, pada hari ke empat keluarga
merawat pasien cara makan yang benar dan pada kunjungan hari
hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Budi (2014), yang
aktivitas sehari – hari harus ada bantuan dari tenaga kesehatan atau
peran keluarga.
pasien.
defisit perawatan diri dengan cara menerapkan pada pasien cara makan
yang benar.
Tabel 4.3
sudah paham cara penerapan dalam merawat pasien cara makan pada
pasien defisit perawatan diri yang dialami pasien berkurang dan pasien
sudah mulai mau makan dan mulai mau berkumpul dengan keluarga
57
pasien.
sama tetapi hasilnya berbeda, hal ini bisa dikarenakan faktor dukungan
Hasil temuan dalam studi kasus ini memiliki beberapa implikasi yang
keperawatan.
58
Data dari studi kasus ini dapat menjadi dasar bagi tenaga kesehatan
skizofrenia.
Penulis menyadari penuh bahwa studi kasus ini masih jauh dari
dianjurkan.
Skizofrenia.
60
BAB V
A. Kesimpulan
Defisit Perawatan Diri: Cara makan pada Tn. F dan Tn. R dengan
kurang bisa dan kurang mampu dalam menerapkan cara makan dengan
B. Saran
1. Bagi Penulis
keperawatan keluarga.
Skizofrenia.
62