9919 30011 2 PB
9919 30011 2 PB
9919 30011 2 PB
Abstrak
Gangguan jiwa merupakan gangguan kesehatan mental yang dapat mempengaruhi cara berpikir,
emosi, hingga perilaku pada manusia. Gangguan jiwa juga dapat mempengaruhi efektifitas
dalam beraktivitas. Prevalensi orang dengan gangguan jiwa di Indonesia terus bertambah.
Gangguan jiwa berat seperti skizofrenia memiliki angka penderita yang tinggi di Indonesia
khususnya di Bali. Banyak artikel yang menyebutkan bahwa Bali menjadi provinsi dengan
peringkat pertama yang memiliki pasien penderita skizofrenia di Indonesia. Berdasarkan data
yang ada, jumlah penderita skizofrenia menglamai peningkatan. Maka dari itu, penting untuk
mengedukasi masyarakat mengenai peranan faktor penting yang dapat meningkatkan taraf
kesembuhan bagi penderita skizofrenia atau Orang Dengan Skizofrenia (ODS). Artikel ini
ditujukan untuk menjelaskan faktor-faktor penting tersebut berdasarkan kajian literatur
mengenai penyakit skizofrenia itu sendiri dan peranan dukungan sosial. Dukungan sosial
merupakan dukungan yang dapat diterima oleh individu sehingga individu merasa tenang,
diperhatikan, timbul rasa percaya diri dan sebagainya. Bentuk dukungan sosial bisa didapatkan
dari lingkungan informal seperti keluarga. Bentuk dari dukungan sosial khususnya dari keluarga
yang dapat membantu proses pemulihan ODS antara lain: dukungan pendampingan, dukungan
emosional, dukungan instrumental, dukungan kelompok, dan dukungan informasi.
Kata kunci: Gangguan Jiwa Berat; Skizofrenia; ODS; Dukungan Sosial
Abstract
Mental disorders are one of mental health problems that can affect the way of thinking,
transitioning, to behavior in humans. Mental disorders can also affect people to do their regular
activities. The prevalence of people with mental disorders in Indonesia continues to grow. Severe
mental disorders such as Schizophrenia have a high numbers of sufferers in Indonesia, especially
in Bali. Many sources mention that Bali is the one of the highest rate of schizophrenic sufferers
in Indonesia. Based on available data, the number of schizophrenics was increasing during time.
Therefore, it is important to educate the citizen about the role of important factors that can help
the people with schizophrenia to improve the healing process. This article is aimed to explain
these important factors based on a literature review on schizophrenia and the role of social
support. Social support is an empowerment that can be received by people so that people feel
comfy, being cared for, raising self-confidence, etc. The forms of social support can be achieved
from the environment especially family. Social support that can help people with schizophrenia
to improve their healing process can be given as; mentoring support, emotional support,
instrumental support, group support, and informational support.
Keyword: Severe Mental Disorders; Schizophrenia; ODS; Social Support
178
Dewi, Sukmayanti
Dukungan Sosial Dan Skizofrenia
Pendahuluan
Kesehatan yang ideal menurut World Health Organization (1946) sendiri adalah
sebagai berikut: “a state of complete physical, mental and social well-being, not merely
the absence of disease or infirmity” (Kazarian, 2001). Kutipan tersebut memiliki arti
bahwa sehat bukan berarti hanya tentang keadaan fisik yang sejahtera, melainkan ada
komponen jiwa menjadi penting juga untuk dijaga agar terhindar dari segala bentuk
gangguannya. Pada kenyataannya, tidak jarang ditemukan berbagai gangguan jiwa
dialami oleh masyarakat hampir di seluruh belahan dunia, tidak terkecuali di Indonesia.
Berdasarkan data riset kementrian Kesehatan tahun 2018, sebanyak 282.654 rumah
tangga atai sekitar 0,67% masyarakat mengalami skizofrenia (Fikri, 2019).
Gangguan jiwa merupakan salah satu gangguan kesehatan mental pada seseorang
yang mempengaruhi cara berpikir, emosi, hingga perilakunya. Gangguan jiwa ini dapat
mempengaruhi efektifitas dalam beraktivitas sebagaimana mestinya termasuk perannya
dalam dunia sosial. Konsep dari gangguan jiwa sendiri menurut DSM-IV dalam buku
Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-V oleh Maslim (2013)
yaitu:
“Gangguan Jiwa dikonsepkan sebagai gejala psikologis atau perilaku atau pola tertentu
secara klinis, mengganggu kondisi saat ini, meningkatkan resiko kematian, rasa sakit,
kehilangan kemampuan pada individu yang mengalaminya”
Terdapat banyak bentuk dari gangguan jiwa tergantung daripada bagaimana pola perilaku
yang diidentifikasi.
Prevalensi orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) dapat dikatakan cukup tinggi.
Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang
terkena bipolar, 47,5 juta terkena dimensia, serta 21 juta terkena skizofrenia. Di Indonesia
Prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau
sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk (Kemenkes RI, 2016). Provinsi Bali menjadi provinsi
dengan peringkat keempat untuk jumlah penderita gangguan jiwa berat.
Dari total penderita ODGJ berat di Bali tersebut, sebagian besarnya menderita
skizofrenia. Penderita skizofrenia ini ternyata memiliki angka yang tinggi terjadi di Bali.
Banyak artikel yang menjelaskan data skizofrenia di Bali disebut sebagai provinsi dengan
peringkat satu di Indonesia. Berdasarkan data Dinkes Provonsi Bali Jumlah persentase
pendertita skizofrenia di Bali mencapai 11% menurut Riskesdas (2018). Menurut data
Profil Kesehatan Provinsi Bali tahun 2017, penderita skizofrenia berjumlah 4924 pasien
(Dinkes Provinsi Bali, 2017). Kemudian, berdasarkan Rekam Medik Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Bali tahun 2018 didapatkan data pasien skizofrenia yang melakukan kunjungan
poli sebanyak 7.647 orang. Pasien skizofrenia yang dirawat di IGD sebanyak 391 orang.
Pasien skizofrenia di ruang rawat inap sebanyak 3.553 orang. Jumlah pasien skizofrenia
sebanyak 11.591 orang (Suciati, 2019).
Dari angka-angka yang telah tercantumkan pada uraian sebelumnya, dapat dilihat
jumlah penderita skizofrenia mengalami peningkatan. Berdasarkan hal tersebut, tulisan
179
Psikobuletin: Buletin Ilmiah Psikologi
Vol. 1, No. 3, September, 2020 (179 – 186)
e-ISSN : 2720 – 8958
DOI : 10.24014/pib.v%vi%i.9919
ini dimaksudkan untuk mengenali lebih jauh tentang apa itu skizofrenia dan faktor
penting yang dapat membantu memengaruhi kesembuhan dari skizofrenia. Faktor
tersebut merupakan peranan dukungan sosial untuk Orang Dengan Skizofrenia (ODS).
Masyarakat khususnya di Bali dengan jumlah penderita skizofrenia yang tinggi perlu
mempertimbangkan edukasi mengenai peranan dukungan sosial untuk membantu
menekan angka penderita skizofrenia. Isu ini didukung dengan beberapa hasil penelitian
yang menjelaskan edukasi tentang skizofrenia dan dukungan sosial membantu
masyarakat dan khususnya ODS. Seperti pada penelitian Hartika (2018) dinyatakan
bahwa masih banyaknya masyarakat yang tidak paham mengenai skizofrenia dan orang
dengan skizofrenia (ODS). Dalam penelitian tersebut dilakukan intervensi berupa
Pendampingan Psikologis ODS, Kampanye Kesehatan Mental Bersama ODS, dan
Seminar dan Talkshow Ngopy bareng ODS dan berdasarkan hasil evaluasinya, intervensi
tersebut dapat mengubah persepsi negatif dan mengurangi stigma pada peserta setelah
berinteraksi dengan ODS. Penelitian oleh Adianta (2017) juga menyebutkan adanya
hubungan dukungan sosial oleh keluarga terhadap kepatuhan minum obat pasien
skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali tahun 2015. Dengan demikian, penulisan
dengan bentuk kajian literatur ini diharapkan dapat menginformasikan sekaligus
mengedukasi masyarakat lebih luas lagi tentang skizofrenia dan peranan dukungan sosial
dalam meningkatkan taraf kesembuhan ODS.
Pembahasan
180
Dewi, Sukmayanti
Dukungan Sosial Dan Skizofrenia
kondusif dan sifatnya menekan mental bagi individu inilah yang akhirnya menjadi stresor
psikososial (Ariananda, 2015).
Gejala dari skizofrenia dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar (Samsara,
2018). Pertama gejala positif Merupakan perilaku yang tidak dapat terlihat pada orang
yang sehat. Kadar keparahan dari gejala positif biasanya tergantung pada apakah orang
yang mengalami mendapatkan pengobatan. Gejala positif ini termasuk halusinasi, waham
atau delusi, gangguan pikir, dan gangguan gerak. Halusinasi adalah pengalaman pada
panca indra tanpa adanya stimulus dari luar diri. Tipe lain dari halusinasi termasuk
melihat orang atau objek yang sebenarnya tidak ada, mencium aroma yang orang lain
tidak bisa mendeteksi keberadaannya, dan merasakan sesuatu yang tidak dapat dijelaskan
siapa. Waham atau delusi adalah keyakinan yang kuat oleh ODS yang berbeda dengan
nilai-nilai orang lainnya. ODS dapat memiliki waham yang aneh, seperti yakin bahwa
para tetangga dapat mengendalikan perilaku mereka lewat gelombang magnetik dan
semacamnya yang disebut dengan “waham refrensi”. Terkadang mereka yakin bahwa
mereka adalah tokoh yang terkenal dalam sejarah. Atau mereka juga mungkin memiliki
waham paranoid dan yakin bahwa orang lain mencoba membahayakan mereka.
Keyakinan ini disebut dengan “waham kejar”. Gangguan pikir adalah cara berpikir yang
tidak biasa atau tidak berfungsi. Salah satu bentuknya disebut “pikiran yang tidak
berarturan” yang terjadi ketika seseorang memiliki maslaah dalam mengelola atau
menghubungkan secara logis pikirannya. Bentuk lainnya disebut dengan “hambatan
pikiran”, yaitu ketika orang tersebut berbicara tiba-tiba berhenti di tengah-tengah sebuah
pikiran. Gangguan gerak terlihat sebagai gerakan-gerakan tubuh yang tergugah.
Kedua gejala negatif Gejala ini berkaitan dengan kurangnya kadar emosi dan
perilaku jika dibandingkan dengan orang yang sehat. Gejala ini lebih susah dikenali
sebagai bagian dari gangguan jiwa skizofrenia. Gejala-gejalanya meliputi: gejala yang
datar, berkurangnya merasakan kesenangan pada kehidupan sehari-hari, kesulitan dalam
memulai dan mempertahankan aktivitas, dan wicara yang kurang. Ketiga gejala daya pikir
Pada sejumlah ODS, gejala daya pikirnya sangatlah sukar untuk dikenali. Seringkali,
mereka terdeteksi hanya ketika uji spesifik berkenaan dengan hal tersebut dilakukan.
Gejala daya pikir tersebut termasuk hal-hal berikut: fungsi eksekutif yang kurang (yaitu
kurangnya kemampuan untuk memahami informasi dan menggunakannya untuk
membuat keputusan), masalah dalam konsentrasi, dan masalah dengan memori kerja
(kemampuan dalam menggunakan informasi segera setelah dipelajari).
Gejala tersebut juga sejalan dengan gejala skizofrenia yang disebutkan dalam
buku DSM-V (2013). Pertama delusi, secara umum diartikan sebagai pikiran ataup
andangan yang tidak berdasar (tidak rasional), biasanya berwujud sifat kemegahan diri
atau perasaan dikejar-kejar; pendapat yang tidak berdasarkan kenyataan atau khayal.
DSM V mmeberikan penjelasan bahwa delusia adalah keyakinan yang menentap yang
tidakmenerimauntukberubahpada kejadian yang terjadi serta mungkin terdiri dari
beberapa variasi tema, yaitu persecutory delusions seperti keyakinan pada kejahatan,
godaan, dan seterusnya dilakukan oleh individu, organisasi, atau kelompok lain.
181
Psikobuletin: Buletin Ilmiah Psikologi
Vol. 1, No. 3, September, 2020 (179 – 186)
e-ISSN : 2720 – 8958
DOI : 10.24014/pib.v%vi%i.9919
182
Dewi, Sukmayanti
Dukungan Sosial Dan Skizofrenia
183
Psikobuletin: Buletin Ilmiah Psikologi
Vol. 1, No. 3, September, 2020 (179 – 186)
e-ISSN : 2720 – 8958
DOI : 10.24014/pib.v%vi%i.9919
kepada orang lain untuk membantu diri mereka. Sehingga dukungan sosial dapat menjadi
sumber pendampingan yang diberikan oleh orang lain untuk ODS.
Dukungan sosial merupakan dukungan yang dapat diterima oleh individu
sehingga membuat individu merasa tenang, diperhatikan, timbul rasa percaya diri dan
kompeten. Tersedianya dukungan sosial akan membuat individu merasa dicintai, dihargai
dan menjadi bagian dari kelompok. Pernyataan tersebut sejalan dengan pengertian
dukungan sosial oleh Cobb (1976) dalam Brugha (2007) bahwa dukungan sosial
didefinisikan sebagai informasi kepada seseorang bahwa dirinya termasuk dalam
komunitas yang koheren secara sosial dan seseorang tersebut dicintai dan dihargai.
Menurut Cohen, Gottlieb, dan Underwood (dalam Tola, 2015) dukungan sosial
merupakan hasil dari interaksi sosial antara individu dengan orang lain atau
lingkungannya yang dapat meningkatkkan kesejahteraan dan meningkatkan ketahanan
individu terhadap masalah kesehatan. Lingkungan yang menerima dan memberi
dukungan yang baik bagi penderita skizofrenia membuatnya merasa aman dan menjadi
bagian dari lingkungan tersebut. Sehingga penderita skizofrenia dapat menikmati hidup
dan merasa sejahtera, sehat, dan dapat hidup mandiri. Perasaan inilah yang kemudian
dapat meningkatkan kualitas hidup penderita skizofrenia (Fiona, 2013).
Dukungan sosial dapat diperoleh dari lingkungan informal, seperti keluarga,
teman, rekan kerja, atasan dan beberapa lagi dari lingkungan bantuan formal, seperti
pekerja kesehatan, pekerja jasa kemanusiaan) (Glanz dkk., 2008; Nurhidayanti, 2014).
Bentuk dari dukungan sosial terbagi menjadi lima jenis yang dapat membantu proses
pemulihan ODS, khususnya dukungan sosial keluarga (Eni, 2018) antara lain: dukungan
pendampingan, dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan kelompok, dan
dukungan informasi. Dukungan pendampingan adalah dukungan sosial yang meliputi
perawatan, ketersediaan, waktu dan tenaga dalam hal pengobatan dan keseharian ODS.
Dukungan emosional dapat berarti kedekatan maupun keterbukaan antara ODS dengan
orang sekitarnya seperti keluarga. Keluarga mengetahui segala kondisi ODS, karena ODS
terbuka kepada keluarganya dan menceritakan segala sesuatu yang dialami dan
keluhannya kepada keluarga. Keluarga juga memberikan respon yang tepat kepada ODS.
Dukungan instrumental meliputi pembiayaan selama menjalani proses pengobatan baik
itu terapi maupun obat-obatan, perawatan ODS dan pemenuhan kebutuhan ODS seperti
peralatan mandi, pakaian, dan makanan. Dukungan kelompok meliputi kesediaan orang
lain memberikan waktunya kepada yang membutuhkan, dalam artian dukungan dari luar
keluarga sebagai kelompok yang dapat membantu proses pemulihan ODS. Dukungan
informasi yang merupakan dukungan keluarga dnegan memberikan nasihat, tanggapan
ataupun saran untuk membantu ODS dalam proses pemulihannya.
Kesimpulan
184
Dewi, Sukmayanti
Dukungan Sosial Dan Skizofrenia
total orang yang menjadi pasien skizofrenia sebanyak 11.591 orang. Sejauh ini penderita
skizofrenia mengalami peningkatan. Hal tersebut tentunya menjadi hal yang
memprihatinkan. Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa yang dikategorikan
sebagai gangguan jiwa berat. Penyebab utama dari skizofrenia masih belum dapat
dipastikan namun berdasarkan beberapa literatur, skizofrenia disebabkan oleh faktor
genetik dan dapat diperparah dengan kondisi lingkungan. Gejala yang ditunjukkan oleh
penderitanya simtom-simtom seperti halusinasi, delusi yang parah, serta pemikiran yang
kurang rasional dari manusia pada umumnya
Berdasarkan hal tersebut, penting untuk mengedukasi masyarakat tentang faktor
yang dapat membantu mempengaruhi kesembuhan dari skizofrenia. Faktor tersebut
merupakan peranan dukungan sosial untuk Orang Dengan Skizofrenia (ODS). Beberapa
penelitian dan kegiatan seminar telah mendukung peranan dukungan sosial dapat
membantu meningkatkan taraf kesembuhan ODS. Dukungan sosial merupakan dukungan
yang dapat diterima oleh individu sehingga membuat individu merasa tenang,
diperhatikan, timbul rasa percaya diri dan kompeten. Perasaan inilah yang kemudian
dapat meningkatkan kualitas hidup penderita skizofrenia. Bentuk dari dukungan sosial
terbagi menjadi lima jenis yang dapat membantu proses pemulihan ODS, khususnya
dukungan sosial yang berasal dari keluarga ODS yaitu dengan adanya dukungan
pendampingan, dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan kelompok, dan
dukungan informasi.
Refrensi
185
Psikobuletin: Buletin Ilmiah Psikologi
Vol. 1, No. 3, September, 2020 (179 – 186)
e-ISSN : 2720 – 8958
DOI : 10.24014/pib.v%vi%i.9919
186