Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
A. Konsep Medis
1. Pengertian
Demam Thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada
pencernaan dan gangguan kesadaran ( Nursalam dkk, 2005 : 152 ). Dan pada anak
biasanya lebih ringan dari pada orang dewasa, masa inkubasi 10 – 20 hari, yang
tersingkat 4 hari jika inpeksi terjadi melalui makanan ( Ngastiyah, 2008).
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella
thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi
oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella (Bruner and Sudart,
2013).
2. Etiologi
Demam Thypoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Selain oleh Salmonella
typhi, demam typhoid juga bisa disebabkan oleh Salmonella paratyphi A, B dan C namun
gejalanya jauh lebih ringan.Ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien
dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari
demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih
selama lebih dari 1 tahun.(Sudoyo.2008).
3. Manifestasi Klinik
a. Prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan dan demam.
b. Lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat
c. Nafsu makan berkurang
d. Bibir kering dan pecah-pecah
e. Perut Kembung
f. Sulit BAB
g. Gangguan kesadaran, Masa tunas typhoid 10 – 14 hari
a. Minggu I
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari.
Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual,
batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.
b. Minggu II
Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang
khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan
kesadaran.( Nurarif.2015).
4. Komplikasi
a. Komplikasi intestinal
1) Perdarahan usus
2) Perporasi usus
3) Ilius paralitik
b. Komplikasi ekstra intestinal
1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis,
trombosis, tromboplebitis.
2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia
hemolitik.
3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.
5) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
6) Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.
7) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis
perifer
8) Perforasi usus terjadi pada 0,5-3% dan perdarahan berat pada 1-10% penderita
demam tifoid. Kebanyakan komplikasi terjadi selama stadium ke-2 penyakit dan
umumnya didahului oleh penurunan suhu tubuh dan tekanan darah serta kenaikan
denyut jantung.( Nurarif.2015).
5. Patofisiologi
Kuman salmonella thypi, salmonella paratyphy yang menjadi penyebab demam thypoid
masuk ke saluran cerna. Saat berada dalam saluran cerna sebagian diantaranya dimusnahkan
dalam asam lambung, namun sebagian lagi masuk kedala usus halus, dan membentuk limfoid
plaque peyeri. Ada yang hidup dan bertahan ada juga yang menembus lamina propia dan
masuk ke aliran limfe serta masuk ke kelenjar limfe dan menembus aliran darah sehingga
bersarang dihati dan limfa. Dan terjadi hepatomegali yang akan menimbulkan nyeri tekan dan
infeksi yang menyebabkan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan meradang dan ini yang
menyebabkan demam tifoid sehingga terjadi peningkatan suhu badan atau panas.
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan
5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui
Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi
kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan
hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut
kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang
tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian
kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan
sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam
jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel
retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam
sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan
kandung empedu (Mansjoer et, al 2008).
6. Pemenuhan KDM
Bakteri Salmnela thypi
1. Pendarahan usus. Bila sedikit, hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja
dengan benzidin. Jika perdarahan banyak, maka terjadi melena yang dapat disertai nyeri
perut dengan tanda-tanda renjatan.
2. Perforasi usus. Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada
bagian distal ileum.
3. Peritonitis. Biasanya menyertai perforasi, tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus.
Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut hebat, dinding abdomen tegang, dan
nyeri tekan
4. Komplikasi diluar usus. Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis, yaitu
meningitis, kolesistisis, ensefalopati, dan lain-lain (Susilaningrum, Nursalam, & Utami,
2013)
B. Konsep Asuhan Keperawatan Demam Typoid Fevers
1. Pengkajian
a. Biodata Klien dan penanggung jawab (nama, usia, jenis kelamin, agama, alamat)
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Biasanya klien dirawat di rumah sakit dengan keluhan sakit kepala, demam,
nyeri dan pusing
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien mengeluh kepala terasa sakit, demam,nyeri dan pusing, berat
badan berkurang, klien mengalami mual, muntah dan anoreksia, klien merasa sakit
diperut dan diare, klien mengeluh nyeri otot.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit lain/pernah menderita penyakit seperti ini
sebelumnya
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya keluarga yang menderita penyakit yang sama (penularan).
c. Pemeriksaan Fisik
1) Pengkajian umum
Tingkat kesadaran : composmentis, apatis, somnolen,supor, dan koma
Keadaan umum : sakit ringan, sedang, berat
Tanda-tanda vital
2) Pengkajian sistem tubuh
a) Pemeriksaan kulit dan rambut
Kaji nilai warna, turgor, tekstur dari kulit dan rambut pasien
b) Pemeriksaan kepala dan leher
Pemeriksaan mulai dari kepala, mata, hidung, telinga, mulut dan leher. Kaji
kesimetrisan, edema, lesi, maupun gangguan pada indera.
c) Pemeriksaan dada
Paru-paru
Inspeksi : kesimetrisan, gerak napas
Palpasi : kesimetrisan taktil fremitus
Perkusi : suara paru (pekak, redup, sono, hipersonor, timpani)
Jantung
Inspeksi : amati iktus cordis
Palpalsi : raba letak iktus cordis
Perkusi : batas-batas jantung
d) Pemeriksaan abdomen
Inspeks : keadaan kulit, besar dan bentuk abdomen, gerakan
Palpasi : hati, limpha teraba/tidak, adanya nyeri tekan
Perkusi : suara peristaltic usus
Auskultasi : frekuensi bising usus
e) Pemeriksaan ekstremitas
Kaji warna kulit, edema, kemampuan gerakan dan adanya alat bantu.
3) Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan
a) Riwayat prenatal : ibu terinfeksi TORCH selama hamil, preeklamsi, BB ibu tidak
naik, pemantauan kehamilan secara berkala. Kehamilan dengan resiko yang tidak
dipantau secara berkala dapat mengganggu tumbang anak
b) Riwayat kelahiran : cara melahirkan anak, keadaan anak saat lahir, partus
lamadan anak yang lahir dengan bantuan alat/ forcep dapat mengganggu tumbang
anak
c) Pertumbuhan fisik : BB (1,8-2,7kg), TB (BB/TB, BB/U, TB/U), lingkar kepala
(49-50cm), LILA, lingkar dada, lingkar dada > dari lingkar kepala,
d) Pemeriksaan fisik : bentuk tubuh, keadaan jaringan otot (cubitan tebal untuk pada
lengan atas, pantat dan paha mengetahui lemak subkutan), keadaan lemak (cubitan
tipis pada kulit dibawah tricep dan subskapular), tebal/ tipis dan mudah / tidak
akarnya dicabut, gigi (14- 16 biji), ada tidaknya udem, anemia dan gangguan
lainnya.
e) Perkembangan : melakukan aktivitas secara mandiri (berpakaian) , kemampuan
anak berlari dengan seimbang, menangkap benda tanpa jatuh, memanjat,
melompat, menaiki tangga, menendang bola dengan seimbang, egosentris dan
menggunakan kata ” Saya”, menggambar lingkaran, mengerti dengan kata kata,
bertanya, mengungkapkan kebutuhan dan keinginan, menyusun jembatan dengan
kotak –kotak.
4) Riwayat imunisasi
Riwayat sosial: bagaimana klien berhubungan dengan orang lain.
d. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
1) Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan
Yang perlu dikaji adalah bagaimana pola sehat – sejahtera yang dirasakan,
pengetahuan tentang gaya hidup dan berhubungan dengan sehat, pengetahuan tentang
praktik kesehatan preventif, ketaatan pada ketentuan media dan keperawatan.
Biasanya anak-anak belum mengerti tentang manajemen kesehatan, sehingga perlu
perhatian dari orang tuanya.
2) Pola nutrisi metabolik
Yang perlu dikaji adalah pola makan biasa dan masukan cairan klien, tipe
makanan dan cairan, peningkatan / penurunan berat badan, nafsu makan, pilihan
makan.
3) Pola eliminasi
Yang perlu dikaji adalah pola defekasi klien, berkemih, penggunaan alat bantu,
penggunaan obat-obatan.
4) Pola aktivas latihan
Yang perlu dikaji adalah pola aktivitas klien, latihan dan rekreasi, kemampuan
untuk mengusahakan aktivitas sehari-hari (merawat diri, bekerja), dan respon
kardiovaskuler serta pernapasan saat melakukan aktivitas.
5) Pola istirahat tidur
Yang perlu dikaji adalah bagaimana pola tidur klien selama 24 jam, bagaimana
kualitas dan kuantitas tidur klien, apa ada gangguan tidur dan penggunaan obat-
obatan untuk mengatasi gangguan tidur.
6) Pola kognitif persepsi
Yang perlu dikaji adalah fungsi indra klien dan kemampuan persepsi klien.
7) Pola persepsi diri dan konsep diri
Yang perlu dikaji adalah bagaimana sikap klien mengenai dirinya, persepsi klien
tentang kemampuannya, pola emosional, citra diri, identitas diri, ideal diri, harga diri
dan peran diri. Biasanya anak akan mengalami gangguan emosional seperti takut,
cemas karena dirawat di RS.
8) Pola peran hubungan
Kaji kemampuan klien dalam berhubungan dengan orang lain. Bagaimana
kemampuan dalam menjalankan perannya.
9) Pola reproduksi dan seksualitas
Kaji adakah efek penyakit terhadap seksualitas anak.
10) Pola koping dan toleransi stress
Yang perlu dikaji adalah bagaimana kemampuan klien dalam manghadapai
stress dan adanya sumber pendukung. Anak belum mampu untuk mengatasi stress,
sehingga sangat dibutuhkan peran dari keluarga terutama orang tua untuk selalu
mendukung anak.
11) Pola nilai dan kepercayaan
Kaji bagaimana kepercayaan klien. Biasanya anak-anak belum terlalu mengerti
tentang kepercayaan yang dianut. Anak-anak hanyan mengikuti dari orang tua
(Nurarif.2015).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia
b. Nyeri akut
c. Resiko deficit nutrisi
d. Resiko ketidakseimbangan cairan
3. Intervensi Keperawatan
Rencana Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
DX
1 Hipertemia Setelah dilakukan Utama:
berhubungan dengan : tindakan selama - Manajemen hipertermia
- Dehidrasi ………………………… - Regulasi temperatur
- Terpapar . Diharapakan: Pendukung:
lingkungan panas Utama: - Edukasi analgesia terkontrol
- Ketidaksesuaian - Termoregulasi - Edukasi dehidrasi
pakaian dengan Tambahan: - Edukasi pengukuran suhu tubuh
suhu lingkungan - Perfusi perifer - Edukasi program pengobatan
- Peningkatan laju - Status cairan - Edukasi termoregulasi
metabolisme - Status kenyamanan - Kompres dingin
- Respon trauma - Status neurologis - Manajemen cairan
- Aktivitas berlebihan - Status nutrisi - Manajemen kejang
- Penggunaan - Termoregulasi - Pemantauan cairan
inkubator neonatus - Pemberian obat
- Pemberin obat intravena
- Pemberian obat oral
- Pencegahan hipertermi keganasan
- Perawatan sirkulasi
2 Nyeri Akut Setelah dilakukan Utama:
berhubungan dengan : tindakan selama - Manajemen nyeri
- Agen pencedera ………………………… - Pemberian analgesik
fisiologis (mis. . Diharapakan: Pendukung:
Inflamasi, iskemia, Utama: - Aromaterapi
neoplasma) - Tingkat nyeri - Dukungan hypnosis diri
- Agen penderita Tambahan: - Dukungan pengungkapan kebutuhan
kimiawi (mis. - Fungsi - Edukasi efek samping obat
Terbakar bahan gastrointestinal - Edukasi manajemen nyeri
kimia iritan) - Kontrol nyeri - Edukasi proses penyakit
- Agen penderita fisik - Mobilitas fisik - Edukasi teknik napas
(mis. Abses, - Penyembuhan luka - Kompres dingin
amputasi, terbakar, - Perfusi miokard - Kompres panas
terpotong, - Perfusi perifer - Konsultasi
mengagkat berat, - Pola tidur - Latihan pernapasan
prosedur operasi, - Status kenyamanan - Manajemen efek samping obat
trauma, latihan fisik - Tingkat cedera - Manajemen kenyamanan lingkungan
berlebihan) - Manajemen medikasi
- Manajemen sedasi
- Manajemen terapi radiasi
- Pemantauan nyeri
- Pemberian obat
- Pemberian obat intravena
- Pemberian obat oral
- Pemberian obat topical
- Pengaturan posisi
- Perawatan amputasi
- Perawatan kenyamanan
- Tehknik distraksi
- Tehknik imajinasi terbimbing
- Terapi akupresure
- Terapi akupuntur
- Terapi bantan hewan
- Terapi humor
- Tarapi murattal
- Terapi music
- Terapi pemijatan
- Terapi relaksasi
- Terapi sentuhan
- Trancutaneous Electrical Nerve
Stimulation (TENS)
3 Resikon defisit nutrisi Setelah dilakukan Utama:
berhubungan dengan : tindakan selama - Manajemen Gangguan makan
- Ketidakmampuan ………………………… - Manajemen nutrisi
menelan makanan . Diharapakan: Intervensi Pendukung:
- Ketidakmampuan Utama: - Edukasi berat badan efektif
mencerna makanan - Status nutrisi - Eduksi diet
- Ketidakmampuan Tambahan: - Edukasi nutrisi
mengabsorbsi - Berat badan - Edukasi nutrisi anak
nutrisi - Eliminasi fekal - Edukasi nutria Bayi
- Peningkatan - Fungsi - Manajemen energy
kebutuhan gastrointestinal - Manajemen hiperglikemia
metabolisme - Nafsu makan - Nabajemen hipoglkemi
- Factor ekonomi - Perilaku - Manajemen kemoterapi
(mis. Financial meningkatkan berat - Manjemen reaksi alergi
tidak mencukupi) badan - Edukasi nutrisi parenteral
- Factor psikologis - Status menelan - Pemantauan nutrisi
(mis. Stress, - Tingkat depresi - Identifikasi resiko
keengganan untuk - Tingkat nyeri - Konseling laktasi
makan) - Konseling nutrisi
- Manajemen cairan
- Manajemen demensia
- Manajemen diare
- Manajemen eliminasi fekal
- Pemantauan cairan
- Pemantauan nutrisi
- Pemantauan tanda vital
- Pemberian makanan
- Pemberian makanan enteral
- Pemberian makanan parenteral
- Promosi berat badan
- Terapi menelan
4 Resiko Setelah dilakukan Utama:
ketidakseimbagan tindakan selama - Manajemen cairan
cairan berhubungan ………………………… - Pemantauan cairan
dengan : . Diharapakan: Pendukung:
- Prosedur Utama: - Identifikasi resiko
pembedahan mayor - Keseimbangan - Insersi intravena
- Trauma/perdarahan cairan - Insersi selang nasogastrik
- Luka bakar Tambahan: - Kateterisasi urine
- Aferesis - Keseimbangan - Manajemen aritmia
- Asites elektrolit - Manajemen autotransfusi
- Obstruksi intestinal - Penyembuhan luka - Manajemen edema cerebral
- Peradangan - Status cairan - Manajemen elektrolit
pancreas - Status nutrisi - Manajemen hipervolemia
- Penyakit ginjal dan - Termoregulasi - Manajemen hipovolemia
kelenjar - Termoregulasi - Manajemen nutrisi
- Disfungsi intestinal neonatus - Manajemen medikasi
- Tingkat infeksi - Manajemen perdarahan
- Tingkat - Manajemen specimen darah
mual/muntah - Manajemen syok
- Manajemen syok anafilaktik
- Manajemen hipovolemik
- Manajemen kardiogenik
- Manajemen neurogenik
- Manajemen obstruktif
- Manajemen syok septic
- Pemantauan elektrolit
- Pemantauan hemodinamik invarsrf
- Pemantauan neurologis
- Pemantauan tanda vital
- Pencegahan infeksi
- Pencegahan perdarahan
- Pencegahan syok
- Pengambilan sampel darah arteri
- Pengambilan sampel darah vena
- Pengontrolan infeksi
- Perawatan kateter sentral perifer
- Perawatan luka
- Perawatan luka bakar
- Perawatan selang dada
- Perawatan selang gastrointestinal
- Regulasi temperature
- Terapi intravena
- Transfuse darah
DAFTAR PUSTAKA
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesi. Edisis 1. Cetakan 2018. Jakarta
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesi. Edisis 1. Cetakan 2018. Jakarta
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Standar Luaran Keperawatan
Indonesi. Edisis 1. Cetakan 2018. Jakarta
Nursalam dkk, (2005), Asuhan Keperawatan bayi dan anak, Jakarta, Salemba Medika.
Ngastiyah, (2005), Perawat Anak Sakit. Edisi 2, Jakarta, EGC.
Hidayat AA, (2006), Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, (Edisi 1), Jakarta, Salemba Medika.
Mansjoer S, Suprohaita., Wardhani, W., Setiowulan, W.2008. Kedokteran Jilid II.Jakarta. Media
Aesculapius.
Brunner & Suddart. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8volume
2.Jakarta.EGC.
Nurarif, A.H. & Kusuma, H.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
Nanda Nic-Noc.Jogjakarta.Mediaaction
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PADA NY. R DENGAN MASALAH DEMAM
TYPOID FEVER DI RUANG PERAWATAN INTERNA BADAN LAYANAN UMUM
RUMAH SAKIT KONAWE
TANGGAL, 04 NOVEMBER 2019
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. Pengumpulan Data
1. Identitas
Pasien
Nama : Nn. R
Umur : 34 thn
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Tolaki
Alamat : Desa Uete
Tanggal masuk : 02 November 2019
Tanggal pengkajian : 04 November 2019
Sumber informasi : Keluarga
Diagnosa masuk : Demam Typoid Fevert
Penanggung jawab
Nama : Tn. I
Hubungan dengan pasien : Suami
2. Status kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
Keluhan utama
Demam disertai nyeri kepala
Alasan masuk Rumah Sakit dan perjalanan penyakit saat ini
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan demam sejak 5 hari yang lalu,
disertai nyeri kepala, mengigil pada malam hari, mual, susah tidur, pusing,
nyeri uluhati,.
P : Nyeri saat beraktivitas
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Nyeri kepala dan nyeri uluhati
S : Skala nyeri 4 (ringan)
T : Nyeri hilang timbul
Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Istrahat dan menganti posisi powler atau semi powler.
b. Status kesehatan masa lalu
Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat dengan masalah Diare
Pernah dirawat
Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat dengan penyakit Diare
Riwayat alergi : Ya Tidak
Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi
Riwayat transfusi : Ya Tidak
Kebiasaan
Merokok : Ya Tidak
Sejak : Jumlah :-
Minum Kopi : Ya Tidak
Sejak : Jumlah : -
Penggunaan Alkohol : Ya Tidak
Lain-lain : -
Jelaskan : Klien mengatakan tidak pernah merokok, minum kopi maupun
minum alkohol
3. Riwayat Keluarga
a. Genogram
? X
39 34 ? ? ? ? ? 32
23 20
Genogram 3 generasi
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Klien
x : Meninggal
0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total.
b. Oksigenasi
Inspeksi : - RR 20 x/menit
c. Pola tidur dan istirahat
Sebelum sakit :
- Klien mengatakan sebelum sakit tidurnya normal
- Jumlah jam tidur > 8 jam perhari
Saat sakit :
- Klien mengatakan tidur tidak menentu
- Klien mengatakan susah tidur
- Jumlah jam tidur ≥ 2 jam (malam : 2 jam, siang 10 menit)
- Klien mengatakan kebutuhan istrahat tidak terpenuhi
- Klien mengatakan pola tidur selalu berubah
e. Pola persepsi diri/kosep diri
- Saat ini klien merasakan sakit
- Klien binggung dengan apa yang akan dilakukan
f. Pola peran-hubungan
- Klien mengatakan saat ini dirinya tinggal bersama suaminya dan kedua anaknya
g. Pola keyakinan-nilai
Klien mengatakan dirinya selalu sholat 5 waktu dan mengaji
4. Diagnosa medis dan therapy
Diagnose : Demam Typoid Fever
Heraphy :
- RL 20 tts/menit
- Drips Paracetamol 1 gr/eks
- Inj. Omeprasole 40 mg/iv/12 jam
- Inj. Ondensefron 4 mg//iv/12jam
a. Nutrisi /metabolik
Sebelum sakit :
- Klien mengatakan frekwensi makan 3 kali/hari
- Porsi makan dihabiskan
- Tidak ada makanan pantangan
Saat sakit :
- Klien mengatakan tidak ada perubahan nutrisi
- Porsi makan sedikit tetapi sering
- Klien mengatakan makanan terasa tawar
b. Pola eliminasi
Sebelum sakit :
- BAB : Klien mengatakan BAB 1 sampai 2 kali sehari
- BAK : Klien mengatakan BAK 5-6 kali sehari
Saat sakit :
- BAB : Klien mengatakan BAB >1 kali/hari
- BAK : Klien mengatakan selama sakit lebih sering BAK ≥10 kali
sehari
5. Riwayat Kesehatan dan Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik Sedang Lemah Kesadaran : baik
TTV : TD: 100/70 mmhg Nadi: 112 kali/menit Suhu: 39,6 ˚ C RR:
20 kali/menit
a. Kulit, rambut dan kuku
Distribusi rambut :
Lesi Ya Tidak
Warna kulit Ikterik Sianosis Kemerahan Pucat
Akral Hangat Panas Dingin Kering Dingin
Turgor :
Oedema Ya Tidak Lokasi :
Warna kuku : Pink Sianosis Lain-lain
Lain-lain: Kuku nampak pendek dan bersih
b. Kepala dan leher
Kepala Simetris Asimetris, Lesi: Ya Tidak
Deviasi Trakea Ya Tidak
Pembesaran Kelenjar Tiroid Ya Tidak
Lain-lain :- Mulut tampak kotor dan berbau, bibir tampak kering
c. Mata dan Telinga
Gangguan pengihatan Ya Tidak
Menggunakan kaca mata Ya Tidak
Pupil isokor anisokor
Sclera/konjungtiva anemis ikterus
Gangguan pendengaran Ya Tidak
Menggunakan alat bantu dengar Ya Tidak
Tes weber : Tes Rinne : Tes swebach :
Lain-lain : tes weber, tes rinne dan tes swebech tidak dilakukan, tampak
kehitaman pada kelopak mata bawah klien
d. Sistem pernapasan:
Batuk : Ya Tidak
Sesak : Ya Tidak
Inspeksi :
- Tampak dada simetris antara kiri dan kanan
- Pernapasan 20 kali/menit
Palpasi :
- Pemeriksaan ekstrasi pernafasan tidak ditemukan adanya gerakan
dada
- Tidak ada pembesaran pada daerah dada
e. Sistem kardiovaskuler :
Nyeri dada Ya Tidak
CRT <3dtk >3dtk
Inspeksi
- Tidak ada pembesaran jantung
- Dada kiri dan kanan tampak simetris
Palpasi
- Tidak ada pembesaran daerah dada
- Tidak terdapat nyeri tekan pada daerah dada
f. Payudara wanita dan pria
Tidak dilakukan pengkajian
g. Sistem gastrointestinal :
Mulut Bersih Kotor Berbau
Mukosa Lembab Kering Stomatitis
Pembesaran Hepar Ya Tidak
Abdoman Meteorismus Asites Nyeri Tekan
Peristaltik :7 x/mnt
h. Sistem urinarius :
Penggunaan alat bantu/kateter Ya Tidak
Kandung kencing, nyeri tekan Ya Tidak
Gangguan Anuria Oliguria Retensi Inkontinensia
Nokturia Lain-lain : Tidak ada gangguan system urinarius
i. Sistem Reproduksi wanita/pria :
Tidak dilakukan pengkajian
j. Sistem saraf :
GCS : Eye :4 Verbal :6 Motorik :5
Rangsangan meningeal kaku kuduk Kernik
Brudzinski I Brudzinski II
Reflex fisiologi Patela Trisep Bisep Achiles
Refleks patologis Babinski Chaddck Oppenheim
Rossolimo Gordon Schaefer
Stransky Gonda
Gerakan infolunter : Tidak dilakukan pengkajian
k. Sistem muskuloskeletal :
Kemampuan pergerakan sendi Bebas Terbatas
Deformitas Ya Tidak Lokasi :
Fraktur Ya Tidak Lokasi :
Kekakuan Ya Tidak
Nyeri sendi/otot Ya Tidak
Kekuatan Otot : 5,5,5,5
l. Sistem imun :
Perdarahan gusi Ya Tidak
Perdarahan lama Ya Tidak
Pembengkakan KGB Ya Tidak
Keletihan/kelemahan Ya Tidak
m. Sistem endokrin :
Hiperglikemia Ya Tidak
Hipoglikemia Ya Tidak
Luka Gangrene Ya Tidak
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Data laboratorium yang berhubungan
Hasil Nilai Rujukan
- HGB : - 10.9 g/dl (12.0-16.0)
- HCT : - 30.8 (%) (35.0-47.0)
- PLT : - 105(fl) (150-440)
- RDW-SD : - 35.6 (%) (37.0-54.0)
- PDW : + 14.3 (fl) (9.0-13.0)
- MPV : + 11.4 (fl) (7.2-11.1)
- PCT : - 0.12 (%) (0.15-0.50)
- E0% : - 0.0 (%) (1.0-6.0)
b. Pemeriksaan radiologi
Tidak dilakukan
c. Hasil konsultasi
- Tidak ada
d. Pemeriksaan penunjang diagnostic lain
- Tidak ada
C. Diagnosis Keperawatan (Berdasarkan Prioritas)
1. Hipertermia
2. Gangguan pola tidur
3. Nyeri akut
B. Klasifikasi Data
Data Subjektif Data Objektif
1. Klien mengatakan demam sejak 5 hari yang 1. Klien teraba panas
lalu 2. KU lemah
2. Klien mengatakan nyeri kepala 3. Lidah tampak kotor dan berbau
3. Klien mengatakan mengigil pada malam hari 4. Mukosa bibir tampak kering
4. Klien mengatakan nyeri uluhati 5. Klien tampak meringis
5. Klien mengatakan nyeri saat beraktivitas 6. Skala nyeri 4 (sedang)
6. Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk 7. Klien tampak memegangi daerah kepala dan
7. Klien mengatakan nyeri hilang timbul uluhati
8. Klien mengatakan susah tidur 8. Warna kulit tampak merah
9. Klien mengatakan lemas. 9. Klien tampak pucat
10. Klien mengatakan kepala terasa pusing 10. Tampak kehitaman pada kelopak mata bawah
11. Klien mengatakan kebutuhan istrahat tidak klien.
terpenuhi 11. Waktu tidur :
12. Klien mengatakan pola tidur selalu berubah a. Siang ± 10 menit (tidak menentu)
b. Malam ± 2 jam (tidak menentu)
12. TTV :
* TD : 100/70 mmhg
* Nadi : 112 kali/menit
* Suhu : 39,6 ˚ C
* RR: 20 kali/menit
II. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Nama Pasien : Nn. R No.RM : 01 91 01
Tanggal Lahir/Umur : 34 tahun
No. Data Masalah
1 DS : Hipertermia berhubungan dengan proses
1. Klien mengatakan demam sejak 5 hari yang lalu
penyakit
2. Klien mengatakan mengigil pada malam hari
DO :
1. Klien teraba panas
2. KU lemah
3. Lidah tampak kotor dan berbau
4. Mukosa bibir tampak kering
5. Warna kulit tampak merah
6. Klien tampak pucat
6. TTV :
* TD : 100/70 mmhg
* Nadi : 112 kali/menit
* Suhu : 39,6 ˚ C
* RR: 20 kali/menit
2 DS : Nyeri akut berhubungan dengan Agen
1. Klien mengatakan nyeri kepala
pencedera fisiologis (adanya Inflamasi)
2. Klien mengatakan pusing
3. Klien mengatakan nyeri uluhati
4. Klien mengatakan nyeri saat beraktivitas
5. Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk
6. Klien mengatakan nyeri hilang timbul
DO :
1. Klien tampak meringis
2. Skala nyeri 4 (sedang)
3. Klien tampak memegangi daerah kepala dan
uluhati
3 DS : Gangguan pola tidur berhubungan dengan
1. Klien mengatakan susah tidur
hambatan lingkungan
2. Klien mengatakan lemas.
3. Klien mengatakan kepala terasa pusing
4. Klien mengatakan kebutuhan istrahat tidak
terpenuhi
5. Klien mengatakan pola tidur selalu berubah
DO :
1. Klien tampak lemas
2. Klien tampak pucat.
3. Tampak kehitaman pada kelopak mata bawah
klien.
4. Waktu tidur :
a. Siang ± 10 menit (tidak menentu)
b. Malam ± 2 jam (tidak menentu)
B. Pathway
Proses infeksi
(Bakteri salmonela thypi)
Hipertermi
TINDAKAN KEPERAWATAN