Pembuatan Mie Instan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 33

PEMBUATAN MIE INSTAN

Kondisi masyarakat pada saat ini lebih menyukai hal-hal yang instan. Tuntutan bagi mereka
untuk lebih produktif dalam segala hal, memaksa untuk lebih efektif dan efisien dalam
menggunakan waktu dan tenaga. Pada akhirnya, kondisi ini berdampak pada cara pemenuhan
kebutuhan pangan mereka, sehingga terjadi perubahan budaya pangan ke arah konsumsi
makanan instan sehingga fenomena ini menjadi peluang yang bagus bagi pihak industri pangan
untuk memproduksi makanan instan. Salah satu jenis makanan instan tersebut adalah mie instan.

Mie instan adalah makanan yang terbuat dari bahan dasar terigu. Bentuknya panjang
dan elastis dengan diameter ± 2 mm. Cara memasaknya mudah, yakni dengan
merebusnya di dalam air mendididh selama 3 menit saja. Meskipun mie instan belum
dapat dianggap sebagai makanan penuh ( wholesome food ), namun mampu
menyumbang energi untuk aktivitas tubuh. Karena dua alasan tersebut, yakni mie
instan sebagai makanan cepat saji dan mampu menyumbang energi, semakin banyak
masyarakat yang tertarik untuk mengkonsumsi mie instan sebagai pengganti nasi.

Proses pembuatan mie instan meliputi persiapan bahan baku, pencampuran adonan,
pengadukan, pelempengan, pencetakan, pengukusan, pemotongan, penggorengan,
pendinginan, dan pengemasan.Pada proses tersebut tidak dimungkinkan adanya cemaran
terhadap mikrobiologi produk baik oleh lingkungan, pekerja, maupun alat
yang digunakan.Untuk mengetahui banyak sedikitnya jumlah mikrobiologi yang
mencemari produk maka perlu dilakukan adanya analisa mikrobiologi terhadap produk
akhir berupa produk jadi mie instan.

Bahan Baku

`a. Tepung terigu

Bahan baku utama dalam pembuatan mie instan adalah tepung terigu, tepung
tapioka dan air. Tepung terigu berasal dari gandum, dimana pada umunya gandum
diklasifikasikan berdasarkan atas kekerasan dari gandum dan protein yang
dikandungnya dan warna butir gandum itu sendiri (Kent, 1983).

Tepung terigu merupakan hasil dari proses penggilingan gandum yaitu berupa
endoperm halus yang terpisah dari kulit luar lembaga (Jones dan Amos, 1983). Menurut
Kent (1983), gandum pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan tesktur endosperm
dan kandungan proteinnya. Tekstur endosperm berhubungan dengan pengadaan
tepung untuk berbagi keperluan.

Pemakaian tepung gandum sebagian besar untuk industri makanan seperti mie
basah 32%, mie instan 20%, mie telor 8%, biskuit 29%, roti 15% dan hanya 5%
dikonsumsi secara langsung, serta sebagian kecil dipakai untuk bahan baku industri
non makanan antara lain perekat untuk industri plywood (Ramelan, 1999).

KomposisikimiaTepungterigudihitung per 100 gram bahan


Komponen Kadar

Kadar air 12,00

Karbohidrat 74,5

Protein 11,80

Lemak 1,20

Abu 0,46
Kalori 340 kal
Sumber : Kent (1993)

Pada perusahaan makanan yang berkualitas haruslah menggunakan tepung terigu


yang baik dan sesuai dengan standart perdagangan. Syarat mutu tepung terigu yang
telah ditetapkanya itu berdasarkan Standart Nasional Indonesia (SNI). Sehingga
digunakan tepung terigu jenis hard flour (jenis kuat) dimana tepung terigu jenis ini
memiliki kandungan gluten yang tinggi sehingga bisamenghasilkan adonan yang elastis
dan tidak mudah putus, dengan standart kadar gluten minimal 9% dan kadar gluten
maksimal 14%.

b. Tepung Tapioka

Tepung tapioka memiliki daya serap air besar sehingga mempermudah proses
dehidrasi yaitu granula pati kembali ke posisi ke posisi semula (Winarno, 1991). Tabel
komposisi tepung tapioka dapat dilihat dalam tabel 5.

Komposisi Kimia Tepung Tapioka (per 100 gram bahan)

Komposisi Jumlah
Kalori (kal) 363.0

Karbohidrat (g) 88.2

Protein (g) 1.1

Lemak (g) 0.5

Air (g) 9.0

Ca (mg) 84.0

Phospor (mg) 125.0

Zat Besi (mg) 1.0

Vitamin B (mg) 0.4


Sumber : Soedarmo dan Soediatmo (1987).

Pada proses pembuatan mie, tepung tapioka berfungsi untuk meningkatkan


kelembutan dan gelatinisasi mie. Pada pembuatan mie perlu diperhatikan perbandingan
penyampuran antara tepung terigu dan tepung tapioka, semakin banyak penambahan
tepung tapioka maka akan mempengaruhi kelembutan tekstur dan keranyahan dari
produk mie itu sendiri dimana mie akan semakin renyah.

Granula-granula tepung tapioka terletak pada sel umbi akar, mempunyai bentuk sama
dengan pati kentang. Granula tepung tapioka berukuran 3-35 mm dan mempunyai sifat
birefringent yang kuat. Pati tapioka tersusun atas 20% amilosa dan amilopektin
(Winarno, 1991).

Tepung tapioka golongan yang mempunyai amilopektin tinggi, namun tapioka


memiliki sifat-sifat yang mirip amilopektin. Diantar sifat-sifat amilopektin yang disukai
oleh para ahli pengolahan pangan adalah sangat jernih. Tidak mudah mengumpal,
mempunyai daya perekat yang tinggi dan tidak mudah pecah atau rusak serta bersuhu
genetalisasi lebih mudah. Dalam bentuk pasta, amilopektin menunjukan kenampakan
yang sangat jernih sehingga sangat disukai karena dapat mempertinggi panampilan
produk akhir. Pamakaian pati dapat dihemat karena dalam konsentrasi rendah sudah
dapat memberikan efek pemekatan yang cukup besar. Disamping itu pemakaian energi
untuk gelatinisasi relatuv lebih rendah karena suhu gelatinisasi lebih rendah karena
suhu gelatinisasi umbi ketela pohon relativ rendah (Tjokroadi Koesomo, 1986).

c. Air

Penambahan air dalam adonan berfungsi untuk membentuk konsistensi adonan yang
diinginkan. Umumnya air yang ditambahkan dalam pembuatan mie antara 30-35%
(Bhusuk dan Rasper, 1994).

Menurut Sunaryo (1985), suhu air yang disarankan untuk pembuatan mie sebesar -C,
untuk mengaktifkan enzim amilase yang akan memecah pati menjadi dekstrin dan
protease yang akan memecah gluten, sehingga menghasilkan adonan lembut dan
halus. Jika suhu kurang dari C adonan menjadi keras, rapuh dan kasar. Jika suhu lebih
dari C akan menghasilkan mie dengan tingkat elastisitas yang menurun dan
kelengketannya meningkat.

d. Air Alkali

Menurut Sunaryo (1985) air yang digunakan haruslah air lunak yang bersih artinya air
yang memiliki persyaratan mutu air untuk industri yaitu air yang baik secara kimiawi dan
mikrobiologis. Fungsi air alkali sebagai bahan tambahan membuat mie instan adalah:
Media reaksi antara glutenin dan karbohidrat, larutan garam, membentuk sifat kenyal
pada glutein

Natrium karbonat (), dan kalium karbonat () sebagai tambahan pada mie segar atau mie
yang segera dimasak stelah dipotong. Penggunaan senyawa ini mengakibatkan pH
lebih tinggi yaitu pH 7,0-7,5 , warna sedikit kuning dan flavor disukai oleh konsumen.
Komponen-komponen tersebut berfungsi untuk mempercepat pengikat gluten,
meningkatkan elastisitas dan fleksibilitas (garam fosfat) dan meningkatakan Sodium
tripolifosfat () digunakan sebagai bahan pengikat air agar air dalam adonan tidak
menguap sehingga adonan tidak mengalami pengerasan atau kekeringan dipermukaan
sebelum proses pembentukan lembaran adonan. Perbaikan terhadap sifat-sifat adonan
tidak menunjukan penghambatan terhadap α-amilase (Trenggono,dkk, 1990).

1. Garam Dapur (NaCl)

Menurut Sunaryo (1985), biasanya membuat mie jarang digunakan tambahan


bumbu seperti gula, karena gula pada penggorengan (suhu tinggi) akan
menyebabkan reaksi karamelisasi. Biasanya dalam pembuatan mie instan
dapat ditambahkan garam. Garam yang digunakan biasanya NaCl dimana
pada garam NaCl yang digunakan adalah kemurniannya. Fungsi garam itu
sendiri adalah memberi rasa, memperkuat tekstur mie,membantu reaksi
antara glutenin dan karbohidrat (meningkatkan elastisitas dan fleksibilitas
mie), mengikat air.

f. Minyak Goreng

Minyak goreng pada proses pembuatan mie digunakan sebagai media


penghantar panas. Penambahan lemak berfungsi untuk menambah kolesterol
serta memperbaiki tekstur dan cita rasa dari bahan pangan. Warna minyak
tergantung macam pigmennya. Bila minyak dihidrogenasi maka akan terjadi
hidrogenasi karotenoid dan warna merah akan berkurang. Selain itu,
perlakuan pemanasan juga akan mengurangi warna pigmen, karena
karotenoid tidak stabil pada suhu tinggi sehingga minyak akan mudah tengik.
Pada umumnya suhu penggorengan adalah – C. (Winarno, 2002).

Bahan Baku Pembantu

a. Seasoning

terdapat beberapa macam seasoning antara lain bumbu (teriri dari garam,
gula, MSG, flavor flavor, dll) minyak bumbu, bawang goreng, kecap, cabe
bubuk, saus dan sambal pasta. Jenis seasoning pada setiap mie instan
tergantung dari jenis mie dan flavonya. Pada produk mie polos tidak
digunakan bumbu-bumbu tersebut.

b. Ingredients

Bahan tambahan makanan tersebut antara lain garam, guar gum, ,


potasium karbonat, gliserin, lesitin, tartrazine Cl 19140 (pewarna
kuning),acidity regulator dan antioksidan TBHQ dicampurkan kedalam air
alkali. Cara pencampurannya yaitu mixer VT (mixer alkali) diisi dengan air
sampai bak kemudian ditambahkan garam, guar gum, dan potasium karbonat
dengan jumlah tertentu semuanya dicampur terlebih dahulu di dalam mixer
alkali, baru kemudian ditambahkan pewarna, lesitin dan gliserin.

c. Kemasan

Untuk kemasan mie instan polos digunakan kemasan plastik yang


berbahan Polypropilen (PP) dengan ketebalan sesuai dengan produk yang
dihasilkan (misalnya 0,06 mm)

Hal-hal tercantum pada kemasan adalah sebagai berikut :

1. Kemasan etiket/plastik : nama produk, nama dan alamat pabrik, tanda


halal tanda SNI, cara pemasakan.

2. Kemasan karton : nama dan alamat pabrik, merk dagang, jumlah isi,
nomor pendaftaran, jumlah tumpukan maximum, kode produksi
tanggal kadaluarsa, tanda SNI, tanda halal, cara penyimpanan dan
penyajian, nutrition fact, netto, kode produksi, tanggal kadaluarsa.

Proses Pembuatan Mie

Proses produksi merupakan urut-urutan proses dari mulai persiapan


bahan baku untuk diolah sampai menjadi produk akhir yang siap dipasarkan
dengan kuantitas dan kualitas yang telah ditentukan.

Bahan baku yang datang (dikirim oleh Suplier) sebelum masuk diperiksa
dahulu oleh QC bahan baku. Alur penerimaan bahan baku tersebut dalam
gudang werehouse adalah sebagai berikut:

3. Pemeriksaan dokumen bahan baku.

4. Pemeriksaan bahan baku dan di ambil sampelnya untuk dibandingkan


dengan standar bahan baku yang telah ditentukan.

5. Meletakkan bahan baku sesuai dengan ketentuannya disetiapmasing –


masing bahan.

6. Pemberisan number identity mengikuti standar yang telah ditentukan


dan dilakukan setiap pallet ( kedatangan) dan jenis barang.

7. Setelah pembongkaran selesai , dilakukan penerbitan Surat


Penerimaan Barang (SPB) oleh bagian administrasi dan disahkan oleh
kepala gudang.
Alat – alat yang digunakan dalam proses pembongkaran yaitu palet, hand palet,
forklifi, chainhoist, mesin pompa, dan blower dilakukan sesuai jenis bahan –
bahannya. Pemeriksaan yang dilakukan oleh QC meliputi pengambilan
sampel dan dibandingkan dengan standar serta dilakukan uji terhadap bahan
– bahan pembantu lainnya.

Proses produksi dimulai dari pencampuran sampai pada pengemasan.


Proses-proses tersebut dilalui melalui delapan tahap yaitu : pencampuran
(mixing), pengepresan (pressing), pembelahan (slitting), pembentukan
untaian (waving), pengukusan (steaming), penggorengan (frying), dan
pengemasan (packing).

 Pencampuran (Mixing)

Mixing adalah proses pencampuran bahan yang digunakan dalam pembuatan mie
instan. Dengan tujuan untuk mendapatkan lama mixing yang sempurna.
Karena mixing yang berlebihan akan merusak susunan gluten dan adonan akan
semakin panas, dan apabila mixing kurang dapat menyebabkan adonan kurang elastis
sehingga menyebabkan volume mie menjadi sangat kurang dan tidak sesuai dengan
apa yang diinginkan. Bahan – bahan yang dicampur antara lain tepung terigu, tepung
gaplek,tepung tapioka atau pati, alkali (maksimal 35%) dan air. Proses pencampuran
dilakukan pada suhu 35-37 oC. Mixing dilakukan dengan mixer, selama 14 menit secara
bertahap. Berikut ini tahapan mixing:

1. Tahap awal

Pada tahap ini terjadi pencampuran larutan alkali dengan kadar air 30-34%.
Kadar air 30% untuk tekstur ringan seperti mie kremez, dan 34% untuk
tekstur kuat seperti mie polos. Waktu pengadukan awal atau disebut sebagai
pengadukan basah dilakukan selama 11 menit.

2. Tahap akhir

Tahap akhir ini lebih kepada proses pengadukan secara cepat sehingga dihasilkan
campuran yang homogen. Pengadukan akhir (pengadukan kering) dilakukan selama 3
menit.

Kadar air adonan berpengaruh terhadap proses gelatinisasi. Karena apabila kadar air
terlalu tinggi akan menyebabkan untaian mie akan tersangkut di rollpenghubung
antara conveyor steamer dengan conveyor cutter sedangkan kadar air yang terlalu rendah
menyebabkan adonan dan mie yang dihasilkan berwarna kuning pucat. Sehinggaa
dalam hal ini dibutuhkan kadar air yang optimal agar didapatkan mie dengan
kekenyalan yang optimal.

Faktor – faktor yang mempengaruhi proses mixing antara lain:


1. Larutan alkali

Larutan alkali yang ditambahkan berfungsi sebagai penetrasi partikel terigu.


Sehingga semakin banyak larutan alkali yang terpenetrasi kedalam larutan
pati, maka akan mendekati titik WHC-nya maka semakin baik.

2. Waktu mixing

Lama waktu mixing akan perpengaruh terhadap homogenitas dan suhu


adonan.

3. Temperatur adonan

Temperatur adonan diatas 40 oC mengakibatkan adonan cenderung lembek


dan lengket.

 Pelempengan (Pressing) Dan Pembelahan (Slitting)

Pressing merupakan proses pembentukan lembaran adonan dengan ketebalan tertentu,


sedangkan slitting merupakan proses pembelahan lembaran adonan menjadi pilinan
mie dengan diameter tertentu.

Adonan mie dari mixer selanjutnya ditampung oleh feeder DCM (Dough Compoung
Machine). Kemudian dipress oleh dough presser menjadi du lembar adonan. Dan
selanjutnya ditangkap oleh roll press untuk dipress menjadi selembar adonan dengan
ketebalan yang lebih rendah dari sebelumnya. Roll press berjumlah 6 pasang yang
setiap pasang terdiri dari dua buah silinder dan masing – masing roll press berputar
berlawanan arah. Ketebalan yang dihasilkan masing – masing roll press adalah:

1. Roll press 1 dengan ketebalan 4,75 mm

2. Roll press 2 dengan ketebalan 4,55 mm

3. Roll press 3 dengan ketebalan 3,80 mm

4. Roll press 4 dengan ketebalan 2,45 mm

5. Roll press 5 dengan ketebalan 1,15 mm

6. Roll press 6 dengan ketebalan 1,10 mm

Sehingga tidak terjadi penarikan atau penumpukan lembaran adonan ketika melewati
atau menuju antar roll press.

Beberapa hal yang harus diperhatikan agar mie hasil sliting baik:
1. Ketepatan pemasangan mangkok pemisah mie

2. Kebersihan slitter

3. Fungsi sisir mie harus baik

 Pengukusan (Steaming)

Steaming adalah proses pemanasan yang dilakukan dengan uap air panas (98oC)
sebagai media penghantarnya. Untaian mie yang telah ditangkap olehWaving Net
Conveyor selanjutnya dilewatkan melalui steam box dengan menggunakan mesin Boiler.
Steaming digunakan untuk mendukung proses terjadinya gelatinisasi gluten. Dengan
beberapa tahap proses gelatinisasi yaitu pembasahan, tahap gelatinisasi dan tahap
solidifikasi. Pada tahap pembasahan mie bersifat mudah putus. Pada tahap gelatinisasi
mie akan mengalami gelatinisasi dengan penetrasi panas ke dalam mie dan bersifat
agak lentur. Pada tahap soliditasi permukaan mie terjadi penguapan dan membentuk
lapisan film tipis sehingga menjadi halus dan kering yang menyebabkan sifat mie jadi
solid.

Tahap steaming prosesnya harus benar – benar baik dalam titik kritis, steaming
yang kurang lama atau suhu yang kurang optimal menyebabkan gelatinisasi juga
kurang optimal. Selai itu boiler harus benar – benar dipastikan bahwa tidak
mengandung air karena hal itu akan menyebabkan tekstur mie menjadi lembek.
Sebelum menuju kater mie dikeringkan terlebih dahulu dengan kipas angin untuk
mengurangi kadar air dipermukaan mie akibat proses steaming. Hal ini penting karena
apabila tidak dikeringkan akan menyebabkan mie tersangkut di bagian pemutar Waving
net conveyor.

 Pemotongan (Cutting)

Cutting merupakan proses pemotongan untaian mie menjadi blog mie yang
mempunyai ukuran tertentu dengan standar berat dan ukuran mie instan
tergantung dari jenis mie. Mie yang telah dipotong kemudian dilipat dengan
cangkulan sehingga menghasilkan 2 blok mie yang sama panjang dan simetris
lipatannya. Selanjutnya didistribusikan ke dalam mangkok fryer yang berbentuk
persegi yang dilengkapi dengan conveyor yang mampu menggerakkan melewati
bak fryer untuk dilakukan proses Frying.

 Penggorengan (Frying)

Frying merupakan salah satu metode pengawetan bahan pangan.


Prinsipfrying adalah mengeringkan mie basah dengan media minyak goreng
pada suhu tinggi sehingga diperoleh mie dengan kadar air dan minyak tertentu
dan dipatkan mie yang matang, kering dan awet. Metode frying digunakan
adalahdeep fat frying dimana seluruh bagian terendam oleh minyak selama
dilakukan proses frying dengan temperature 150 oC selama 3 menit.
Dalam proses frying berat mie menyusut dikarenakan air yang terkandung didalam mie
diuapkan oleh panas dari minyak goreng. Penguapan terutama terjadi pada bagian
terluar mie sampai 3% yang menyebabkan timbulnya kerenyahan.

Menurut anonymous (2005), pada saat frying juga terjadi denaturasi protein dan
reaksi maillard. Denaturasi protein dapat meningkatkan daya cerna.
Reaksimaillard merupakan reaksi antara gugus reduksi dari karbohidrat pada pati
dengan gugus amino pada protein. Reaksi ini menimbulkan aroma yang khas dan
perubahan warna yang cenderung lebih gelap dan berbentuk kaku.

Kematangan mie instan dipengaruhi oleh 3 faktor:

1. Level minyak

Level minyak goreng diukur dari penutup mangkok. Semakin tinggi level
minyak goreng maka semakin lama pula prose frying. Standar level
minyak adalah 4 cm.

2. Lama waktu frying

Lama waktu frying dipengaruhi oleh level minyak goreng dan


kecepatan net fryer.

3. Suhu minyak goreng

Suhu minyak goreng dipengaruhi oleh persentase bukaan volve. Semakin


besar bukaan volve maka sirkulassi minyak goreng semakin besar dan
suhu juga semakin tinggi. Sirkulasi dilakukan dengan minyak agar tetap
stabil.

 Pendinginan (Cooling)

Cooling merupakan proses penurunan suhu mie instan, selama 1 menit dengan cara
melewatkan mie dalam cooling box yang berisi fan. Udara untuk fan bersumber dari
udara luar ruang produksi (udara bebas) sehingga fan dilengkapi filter untuk menyaring
polutan. Suhu mie setelah cooling adalah kurang dari 45oC dan kemudian ditangkap
oleh konveyor untuk selanjutnya dikemas.

 Pengemasan (Packing)

Packing merupakan proses pembungkusan mie dan seasoningnya dengan kemasan,


dengan meliputi dua tahap yaitu packing dengan etiket dan dengan karton.

Menurut Kent(1983), pada pembuatan mie biasanya diusahakan tepung terigu hard
yang dicampur bahan-bahan lain dan dibuat adonan yang kaku seperti pembuatan
macaroni. Adonan ini kemiduan dilewatkan pada suatu roll pengepres untuk
membentuk lembaran dengan tebal 1/8 inci atau kurang dengan komposisi kimia dari
tepung terigu.

Pada produksi mie instant faktor-faktor yang berpengaruh terhadap mutu produk
akhir adalah persiapan bahan baku, penambahan larutan alkali, pengadukan,
pengukusan (steaming), penggorengan (frying), pendinginan (cooling) dan pengemasan
(packing).

Bahan baku pembuatan mie adalah tepung terigu sebasar 200 kg, tepung tapioka 25
kg dan alkali 65 kg. Penambahan larutan alkali harus sesuai dengan standart, apabila
air alkali yang ditambahkan terlalu banyak maka akan berpengaruh terhadap tekstur
mie yang keras dan memiliki rasa yang tidak sesuai. Jadi larutan alkali sangat berperan
dalam menentukan mutu mie instant yaitu sebagia pengatur pH untuk mempercepat
proses gelatinisasi pati dan karena terdapat pada bentuk garam karbonat maka larutan
alkali berfungsi sebagai zat pengembang adonan mie instant ( Anonymous, 1987).

Pembuatan alkali adalah dengan melarutkan beberapa ingridient seperti garam-


garam mineral, guargum dan pewarna dengan air dengan kedalaman tangki yang
dilengkapi dengan agiator. Menurut Kent (1983), penggunaan air adalah sebesar 25-
38% dengan temperatur air sebesar 32-38°C. Kegunaan air disini adalah untuk
membentuk adonan. Selain itu digunakan air kie yang berfungsi untuk membuat adonan
menjadi lebih ringan dan porus, disamping sebagai pengembang ( Anonymous, 1987).

Untuk memperoleh hasil pengadukan yang baik yaitu adonan yang tidak pera dan
tidak lembek, larutan garam tercampur rata dan adonan homogen, maka yang perlu
diperhatikan adalah jumlah larutan alkali ditambahkan harus sesuai standart. Menurut
Kent (1987), waktu pencampuran terbaik untuk pasta adalah 10-15 menit.

Pencampuran adalah proses penyebaran suatu komponen ke komponen lain. Secara


ideal proses pencampuran dimulai dengan mengelompokan masing-masing komponen
pada beberapa wadah yang berbeda, sehingga masih tetap terpisah satu sama lain
dalam bentuk komponen-komponen murni. Selanjutnya komponen-komponen tersebut
disatukan dalam wadah baru (Earle, 1969).

Pada tahap pencampuran protein mempunyai elastisitas dan kepegasan maksimum,


artinya protein mengembang maksimal, artinya protein mengembang optimal, apabila
pengaduan terus dilakukan maka akan terjadi pengenduran lebih lanjut, adonan
menjadi lembek dan lengket karena pemutusan ikatan-ikatan disulfide karena pada
proses moxing juga terjadi reaksi enzimatis (Lasztity. 1984).

Pengepresan bertujuan untuk membuat pasta menjadi lembaran yang siap dipotong
menjadi bentuk khas mie. Fungsi lain dari proses pelempengan yaitu agar proses
geletinisasi pati yang terjadi pada proses proses pengukusan dapat berjalan bersama-
sama. Pada proses pengepresan ini adonan yang dibuat dicetak menjadi rol-rol
pengepresan pada mesin pengepres. Menurut Kent (1983), pengepresan ini dilakukan
untuk membuat lembaran-lembaran setebal 1/8 inchi atau kurang. Pencetakan
dilakukan dengan mengunakan silinder teralur. Lembaran yang dicetak menjadi pilinan
atau utasan mie diletakan pada silinder mie beralur tersebut. Pengukusan dilakukan
dengan tujuan agar pati yang ada dalam mie tergelatinisasi sehingga mie yang
dihasilkan menjadi produk instant. Menurut Kent (1983) suhu tergelatinisasi pati
gandum adalah 54,5-64°C.

Pengeringan adalah proses pelepasan uap air dari bahan atau komoditi hasil
pertanian sehingga mencapai kadar air tertentu dan terjadi keseimbangan antara kadar
air bahan denga udara sekitar bahan (Kent, 1983).

Pengeringan pada proses ini dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan


sebagian air bebas yang ada pada bahan pangan sehingga pada saat penggorengan
tidak terbentuk gelembung-gelembung kecil pada permukaan mie yang dihasilkan.
Selain itu juga untuk mengurangi air yang ada pada mie sehingga mie tidak mudah
terserang oleh kikroorganisme. Menurut Kent (1983) pengeringan dilakukan untuk
mendapatkan mie yang berkadar air antara 10-11%.

Tujuan utama penggorengan adalah untuk mematangkan mie instant sehingga dapat
dimakan tanpa pemasakan lebih dahulu atau digunakan sebagai makanan ringan.
Proses penggorengan inilah yang menyebabkan produk mudah menjadi rusak, karena
minyak yang dikandung tersebut jika teroksidasi akan menghasilkan ketengikan, karena
itu pengemasan yang digunakan harus rapat. Menurut Winarno (1997) fungsi minyak
pada penggorengan adalah sebagai penghantar panas, memberi flavor dan menambah
niolai gizi makanan.

Menurut Djatmiko (1985) proses penggorengan adalah proses untuk mempersiapkan


makanan dengan jalan memanaskan makanan dalam ketel yang berisi minyak. Menurut
Winanrno (1991) suhu pengorengan yang umum digunakan adalah antar 177-221°C,
sedangkan suhu yang baik ditinjau dari segi ekonomi Djatmiko (1985) adalah antara
183-199°C. Pengorengan dilakukan pada suhu yang agak rendah pada saat mie
dimasukkan. Karena jika suhu penggorengan awal tinggi maka mie yang dihasilkan
akan mudah pecah atau disebut crack.

Proses pendinginan dilakukan secara perklahan yang bertujuan untuk menghindari


terjadinya keretakan atau kehancuran mie instant. Menurut Kent (1983), perbedaan
suhu yang tinggi akan menyebabkan mie instant retak atau crack.

Tahap akhir dari industri mie adalah pengemasan. Menurut Djatmiko (1985)
pengemasan merupakan suatu cara dalam memberi kondisi sekeliling yang tepat
bagian bahan pangan. Secara nyata pengemasan berperan sangat penting dalam
mempertahankan bahan dalam keadaan bersih dan higienis.

Persyaratan dari bahan pengemasan antara lain harus mampu menghindari


kerusakan mikrobiologis, fisis, mekanis, khemis maupun biologis juga mudah pada
proses pengemasanya dan menyebabkan perubahan warna, cita rasa maupun
perubahan lainya terhadap produk, serta beracun (Susanto, 1993).

2.4 Proses Gelatinisasi Pati


Pengertian gelatinisasi pati adalah menggambarkan pembengkakan dan proses
kekacauan yang terjadi dalam granula-granula pati karena dipanaskan dengan adanya
air (Fardiaz, 1996).

Menurut winarno (1991), walaupun tidak larut air, pati akan menyerap air dan akan
mengembang sampai pada pembengkakan yang terbatas. Apabila suspensi pati dalam
air dipanaskan, akan terjadi tiga tahap pengembangan granula. Tahap pertama terjadi
di dalam air dingin, granula pati akan menyerap air sebanyak 20 %-25 % dari beratnya,
tahap ini bersifat rversibel.

Pati merupakan komponen utama dalam tepung dan terdapat sebanyak 74-90%
berdasarkan berat kering. Pati merupakan homopolymer glukosa dengan ikatan α-D-
glikosidik. Dalam bentuk aslinya secara alami pati merupakan butiran-butiran kecil yang
sering disebut granula.

Pati terdiri dari 2 (dua) fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut
disebut amilosa dan fraksi terlarut disebut amilopektin. Pada amilosa dan amilopektin
terdapat gugus hidroksil. Semakin banyak gugus hidroksil pada molekul pati maka
semakin besar kemampuan menyerap air.

Gelatinisasi pati gandum melalui 3 (tiga) tahap, yaitu:

1. Pembengkakan terbatas pada suhu antara 60-70⁰C termasuk gangguan pada


ikatan yang lemah atau yang siap menerima perubahan bentuk.

2. Selanjutnya granula membengkak dngan cepat pada suhu 80-90⁰C, termasuk


gangguan pada ikatan yang lebih kuat atau kurang dapat menerima
perubahan bentuk.

3. Jika pemanasan dilanjutkan, granula yang membengkak akan pecah.

Pengembangan granula pati disebabkan karena molekul-molekul air berpenetrasi


masuk ke dalam granula dan terperangkap pada susunan molekul-molekul amilosa dan
amilopektin (Winarno, 1997).

Faktor-faktor yang mmpengaruhi gelatinisasi pati antara lain:

1. Jenis pati

Jenis pati yang berbeda akan memiliki kekuatan mengontrol yang brbeda
pula. Pati pada jagung yang sebagian terkandung pati murni mempunyai
kekuatan mengontrol dua kali lebih besar dari pada tepung yang berasal dari
endosperm.

2. Konsentrasi pati
Suhu gelatinisasi tergantung dari konsentrasi pati. Semakin kental larutan pati,
suhu gelatinisasi akan semakin lambat tercapai dan pada suhu tertentu
kekentalan tidak bertambah bahkan kadang-kadang turun.

3. pH larutan

pH larutan sangat berpengaruh terhadap pembentukan gel. Dimana


pembentukan gel optimum tercapai pada pH 4-7, yaitu kecepatan
pembentukan gel lebih lambat dari pada pH 10, tetapi jika pemanasan
diteruskan viskositas tidak bertambah.

4. Ukuran granula

Pati yang mempunyai ukuran granula yang lebih besar cenderung


mengembang pada suhu yang relative rendah.

5. Kandungan amilosa

Pada pati terdapat dua macm komponen yaitu amilosa dan amilopektin.
Amilosa merupakan rangkaian lurus tidak bercabang, sedangkan amilopektin
merupakan rantai polisakarida yang bercabang pada 1,6 α-Glikosida
(Gregor,et al, 1980). Amilosa adalah salah satu komponen dari pati yang
bertanggung jawab pada proses gelatinisasi disamping ukuran granula itu
sendiri.

Dalam proses gelatinisasi ada dua komponen penting yang sangat berpengaruh yaitu
panas dan air. Apabila cukup air dan panas, maka proses gelatinisasi dapat terjadi
sempurna.

Peralatan yang digunakan

Adapun dalam proses pembuatan mie instan diperlukan peralatan-peralatan mesin


pengolahannya,diantaranya yaitu:

a.Screw

Screw berfungsi sebagai perantara pemindahan bahan dan premixer. Prinsip kerja
dari screw ini adalah dengan mendorong bahan seperti butiran, serbuk/tepung secara
continue dengan conveyor ulir. Spesifikasi dari screw adalah:

Sumber daya : Motor elektrik 5 HP

Kapasitas : 240,21 kg/3 menit

Material : Stainless stell


Waktu proses : 3 menit tiap 1 kali proses

b.Mixer

Mixing dilakuakan dengan menggunakan mixer.Mixer berfungsi untuk


menghomogenkan campuran,dengan prinsip kerja mencampur tepung melalui gerakan
rotasi oleh blade yang digerakkan dengan sebuah motor. Spesifikasi dari mixer adalah

Kapasitas : 350 kg terigu/23 menit

Material : Stainless stell

Power : 9/11 KW/ 380 V/50Hz

Model : HM-200

Berat : 1500 kg

Dimensi volum: 1,738 m3

Gambar1a. Mixer (Choiriah, 2005) Gambar 1b. Mixer(Choiriah, 2005)

1. Dough feeder

Dough feeder berfungsi mengistirahatkan adonan, meratakan air dan menurunkan suhu.
Prinsip kerjanya adalah mensuplai adonan ke DCM dan diteruskan keshapping folder.
Spesifikasi dari dough feeder yaitu :

Kapasitas : 500 kg/30 menit

Material : Stainless stell

Power : 2,2 KW/ 380 v/50 Hz

Model : WL-200
Berat : 100 kg

Dimensi volum : diameter 2 m, tinggi 40 cm

Kecepatan putaran : 9,5 rpm

Type : horizontal dan bulat

1. DCM (Dough compound machine)

DCM (Dough compound machine) berfungsi membentuk adonan menjadi lembaran sheet
yang terdiri dari dua sel roll
press. Prinsip kerja dengan adanya tekanan dibentuk menjadi lembaran-lembaran tebal.
Spesifikasi dari DCM (Dough compound machine) adalah :

Material : Stainless stell

Power : 34,4 KW/ 380 V/50 Hz

1. Laminate Roller

Laminate Roller berfungsi membentuk lembaran adonan dengan prinsip kerja adanya
tekanan dari roller atau pressing. Spesifikasi alatnya adalah :

Power : 5,5 KW/ 380 v/50 Hz

Model : FY-610-3

Berat : 4700 kg
Gambar 2. Laminate roller (www.google.com)

1. Continous Roller

Continous Roller berfungsi membentuk lembaran menjadi lebih tipis, dengan prinsip
adanya tekanan antar roller/pressing. Spesifikasi alat :

Power : 17,2 KW/ 380 v/50 Hz

Model : LY-610-6

Berat : 5500 kg

Gambar 3. Continous roller (www.google.com)

1. Slitter

Befungsi untuk memotong lembaran adonan menjadi untaian mie yang selanjutnya
menuju ke waving unit. Prinsip kerjanyan adalah membentuk untaian mie dengan
ukuran mie yang standar yang diakukan oleh sepasang roller yang permukaannya
bergerigi. Alat ini berjumlah 2.
Gambar 4. Slitter (www.google.com)

1. Steamer

Berfungsi untuk memasak atau mengukus untaian mie dari waving


unit secara kontinyu dengan media panas berupa steam. Prinsip kerjanya adalah aliran
uap dari boiler dengan tiga bagian utama yaitu bagian pembasahan, bagian gelatinisasi,
dan bagian pengeringan, masing-masing dengan suhu yang berbeda. Jumlah alat 2
buah. Spesifikasi alat :

Model : ZN – 10 – 3 – 74

Berat : 2500 kg

Jenis : Multi stage

Panjang : 9 meter

Kapasitas : 0, 43015 untaian mie per detik

Gambar5. Pengukus ( Steam Box )( Choiriah, 2005)

1. Cutter

Berfungsi untuk memotong dan memisahkan untaian mie dengan tekanan. Prinsip
kerjanya adalah karena adanya tekanan dari Roller. Jumlah alat 2 buah. Spesifikasi
alat :

Power : 5,5 KW/ 380 v/50 Hz

Model : QK – 6 – 12

Berat : 1300 kg
Kecepata : 70 potong/menit

1 potong = 65 gram mie basah

Gambar 6. Pemotong dan Pembelah(Choiriah, 2005)

1. Fryer

Berfungsi untuk menggoreng mie dengan metode deep fat frying untuk mengopltimalkan
gelatinisasi sehingga diperoleh kematangan mie yang baik. Prinsip kerjanya adalah
sirkulasi minyak goreng dengan pemanasan pada heat
exchanger (HE) secara kontinyu. Jumlah alat 2 buah. Spesifikasi alat :

Power : 96,6 KW/ 380 v/50 Hz

Model : YKM – 15 – Woil Fried Noodle Production Lines

Output : 15000 / 8jam

Berat : 1300 kg

Steam Consumption : 2000kg/jam

Kecepatan : 73 penggorengan / menit


Gambar 7.Friyer dan Peniris Minyak(Choiriah, 2005)

1. Booler

Berfungsi untuk mendinginkan mie setelah frying. Prinsip kerjanya adalah aliran udara
dari kipas dalam cooling box. Jumlah alat 2 buah. Spesifikasi alat :

Power : 11,5 Kwh/ 380 v/50 Hz

Model : FI – 13 – 140

Berat : 3000 kg

Gambar 8. Mesin Pendingin(Choiriah, 2005)

1. Packer

Berfungsi untuk mengemas mie dengan etiket tertentu dengan jumlah alat 6 buah.
Prinsip kerjanya adalah melipat dan merekatkan bagian bawah kemasan denganlong
sealer, penutup dan pemotongan dengan End sealer. Spesifikasi alat :

Power : 4 Kw/ 380 v/50 Hz

Model : DW – 8000

Berat : 1500 kg

Gambar 9. Mesin Pengemas(Choiriah, 2005)

1. Product Conveyor

Berfungsi sebagai perantara langsung produk sebelum dikartonkan, jumlah alatnya 6


buah. Spesifikasi alat :

Power : 0,37 Kw/ 380 v/50 Hz

Model : CP 150 20

Berat : 1000 kg

Gambar 10.Product Conveyor(www.google.com)


n.Control Sealing Machine

Berfungsi untuk mengemas mie dalam karton, yang berjumlah 2 buah. Spesifikasi alat :

Power : 220 volt/50 Hz

Model : 3ALF 50

Gambar 11. Control Sealing machine (www.google.com)

DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2008. Sanitation for The Food Preservation Industries. Mc Graw Hill
Company, Inc, New York

Ahyari, A. 1998. Manajemen Produksi (Pengendalian Mutu). Badan


Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta

Anonymous. 1997. Standard Industri Indonesia. Departemen Perindustrian.


Jakarta

Aptindo. 2000. Macam-Macam Tepung Terigu Merk


Bogasari.http://www.bogasariflour.com

Astawan. 2003. Membuat Mie dan Bihun. Penebar Swadaya. Jakarta

Anonymous. 2005. Theory Instan


Noodles. http://www.mostproject.org/updatemasr06/Theory Instan Noodles.pdf.
Asian

Anonymous. 2008. Good Manufacturing


Practices.http://library.usu.ac.id/modules.php?op=noodled&name=Downloads&file=in
dex&req=getit&lid=985

Bhusuk, W., V.F., Rasper. 1994. Wheat Production, Properties, and Quality.
Blackie Academic and Professional.

BSN. 1996. SNI 01-3553-1996. Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air


Minum. Badan Standarisasi Nasional

Brown. 1992. A Model for Quantitating Energy and Degree of Starch


Gelatization Based Water, Sugar, and Salt Content. J Food Science. 55:543-
546

Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet, and M. Wotton. Diterjemahkan oleh:
Hari Purnomo dan Adiono. 1987. Ilmu Pangan. UI Press. Jakarta

Chinachcoti, P.M., M.P. Steinberg and R, Villera. 1990. A Model for


Quantitating Energy and Degree of Starch Gelatization Based Water,
Sugar, and Salt Content. J Food Science. 55:543-546

Choiriah, Siti. 2005. Laporan Praktik Kerja Lapang Proses


pembuatan Mie instan di PT Tiga Pilar Sejaterah Food, tbk Sraagen Solo.
FTP Universitas Brawijaya Malang

Fardiaz. 1989. Mikrobiologi Pangan I. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Fennema, Q.R. 1990. Principle of Food Science : Food Chemistry. Marcel


Dekker Inc. New York

Fire, F.L. 1991. Combustibility of Plastics. Van Nostrand Reinhold. New York

Golberg, J. Dan R. Williams. 1991. Biotechnology and Food Ingredients. Van


Nostrand Reinhold. New York

Hotchkiss. 1995. A Model for Quantitating Energy and Degree of Starch


Gelatization Based Water, Sugar, and Salt Content. J Food Science. 55:543-
546

Kim. 1996. The Science of Food. John Willey and Sons, Inc. New York

Lab. Teknik dan Manajemen Lingkungan IPB. 2007. Persyaratan-Persyaratan


Air Minum Kep. Menkes
RI No.907/Menkes ri/2002.http://bima.ipb.ac.id/html_atsp/baku_ mutu.html

Lusas and Roney. 2001. Food Experimental Perspectives 4th e.d.prentice


Hall Upper Saddle River. New Jersey
Makfoeld, D. 1997. Deskripsi Pengolahan. Departemen Ilmu dan Teknologi
makanan. FTP-UGM. Yogyakarta

Matz, S.A. 1992. Bakery Technology and Engineering 3th edition. Van
Nostrand reinhold. New York

Medikasari. 2000. Sifat Fisik dan Sensoris Mie Kering dari Berbagai tepung
Terigu dan formula Kansuib. Skripsi Fak. TP UGM. Yogyakarta

Mudjayanto. E.S. dan Yulianti L.N. 2004. Membuat aneka Roti. Penebar
swadaya. Jakarta

Muyasaroh, Silvi. 2002. Laporan Praktik Kerja Lapang Proses Pembuatan


Mie Instan di PT I Tsun Food Indonesia. FTP Universitas Brawijaya Malang

Nicholson, J.W. 1997. The Chemistry of Paper. The Royal Society of


Chemistry. UK

Palupi. 2005. Dasar-Dasar Biokima. UI Press. Jakarta

Sofyan, F. 1992. RBD Palm Oil sebagai Noodle Frying Oil. PT. Sanmaru
Food Mfg.Co.Ltd. manufacturing Departement. Jakarta

Susanto, t. dan B. Saneto. 1994. Teknologi pengolahan Hasil Pertanian. PT.


Bina Ilmu. Surabaya

Tranggono, Sutardi, Haryadi, Suparmo, A. Murdiati, S. Sudarmadji, K. Rahayu,


S. Naruki, dan M. Astuti. 1990. Bahan Tambahan Makanan. PAU Pangan dan
Gizi Universitas Gadjah Mada. Jogjakarta

Aku Kamu
EAT, PRAY, LOVE
 BERANDA
 AUTHOR
 BERITA
 KHUNTORIA
RSS

← Rindukan Dirimu
Analisis Perkembangan Usaha Bell-Mart →

Analisis Produk PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk


06APR
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. merupakan salah satu perusahaan mie instant dan makanan
olahan terkemuka di Indonesia yang menjadi salah satu cabang perusahaan yang dimiliki oleh
Salim Group. PT Indofood Sukses Makmur (PT ISM), Tbk merupakan produsen mie instan di Indonesia
yang memproduksi mie instan dengan 40 citarasa dan beberapa merek. Banyaknya produk mie instan
yang beredar di pasaran dan persaingan tingkat produsen yang semakin tinggi, menyebabkan PT ISM,
Tbk harus dapat bertahan dengan baik dan meningkatkan daya saing. Salah satu cara meningkatkan
daya saing adalah perusahaan harus mengoptimalkan kinerja dari fungsi-fungsi yang ada di perusahaan.
Berdasarkan data PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (2004-2006), perkembangan produksi mie instan di
Indonesia memperlihatkan suatu peningkatan yang positif, walaupun pada tahun 2006 sempat
mengalami suatu penurunan produksi. Secara kuantitas, produksi mie instan dari tahun ke tahun
mengalami kenaikan dengan tren yang positif. Hal ini menunjukkan suatu prospek yang cukup baik bagi
industri mie instan ini pada masa yang akan datang.PT. Indofood Sukses Makmur menjadikan mutu dan
kepuasan pelanggan sebagai basis bagi perencanaan yang dilakukan oleh perusahaan. Oleh karena itu
keinginan dan kebutuhan konsumen harus diperhatikan oleh produsen karena kebutuhan ini akan
senantiasa berubah. Perkembangan produk mie instan yang sudah dianggap sebagai makanan cepat
saji dan bahkan sebagai makanan pokok, menyebabkan tingkat persaingan pada industri mie instan ini
semakin tinggi.
Proses Produksi di PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk

Proses pembuatan mie instan terdiri dari delapan tahap,


yaitu mixing (pencampuran), pressing (pengepresan),slitting (pembentukan
untaian), steaming (pengukusan), cutting and folder (pemotongan dan
pencetakan), frying(penggorengan), cooling (pendinginan) dan packing (pengemasan). Proses yang
terjadi pada setiap tahap adalah:
Mixing atau Pencampuran
Proses mixing adalah proses pencampuran dan pengadukan material-material yang terdiri dari material
tepung dan air alkali (campuran antara air dan beberapa ingredient yang ditentukan) sehingga diperoleh
adonan yang merata atau homogen. Mutu adonan yang baik adalah yang tidak lembek atau dengan kata
lain memiliki kadar air sebesar 32% sampai dengan 34%. Proses pencampuran ini berlangsung kurang
lebih selama 15 menit dengan suhu 35oC.
Pressing atau Pengepresan
Selain adonan menjadi homogen, campuran tersebut masuk ke dalam mesin pengepres adonan. Di
dalam mesin pengepres, adonan melalui beberapa roll press. Adonan akan mengalami peregangan pada
aat dipressdan terjadi relaksasi pada saat keluar dari roll press. Hal ini terjadi beberapa kali pada saat
melalui roll presssehingga terbentuk lembaran yang lembut, homogen, elastik, dan tidak terputus dengan
ketebalan tertentu. Tebal lembaran yang dihasilkan bergantung dengan jenis mesin yang digunakan.
Rataan tebal lembaran yang dihasilkan adalah 1,12 – 1,18 mm.
Slitting atau Pembentukan Untaian
Suatu proses pemotongan lembaran adonan menjadi untaian mie dan kemudian siap dibentuk
gelombang mie. Selanjutnya untaian mie tersebut dilewatkan ke dalam suatu laluan berbentuk segi
empat yang disebut waving net, sehingga terbentuk gelombang mie yang merata dan terbagi dalam
beberapa jalur.
Streaming atau Pengukusan
Proses selanjutnya adalah proses pegukusan untaian mie yang keluar dari slitter secara kontinu dengan
menggunakan stream box atau mesin yang memiliki tekanan uap yang cukup tinggi dengan suhu tertentu.
Proses pengukusan akan berlangsung selama dua menit dengan suhu pemanasan ± 65oC. Tujuannya
adalah memasak mie mentah menjadi mie dengan sifat fisik padat. Dalam proses streaming ini akan
terjadi proses gelatinisasi pati dan koagulasi gluten, yang menyebabkan gelombang mie bersifat tetap
dan memiliki tekstur lembut, lunak, elastis, dan terlindungi dari penyerapan minyak yang terlalu banyak
pada proses penggorengan atau frying.
Cutting and Folder atau Pemotongan dan Pencetakan
Pemotongan dan pencetakan adalah suatu proses memotong lajur mie pada ukuran tertentu dan melipat
menjadi dua bagian sama panjang, kemudian mendistribusikannya ke mangkok penggorengan. Mie
dipotong dengan menggunakan alat berupa pisau yang berputar.
Frying atau Penggorengan
Proses penggorengan adalah suatu proses merapikan mie didalam mangkok pengorengan, kemudian
merendamnya di dalam media penghantar panas. Dalam hal ini minyak olein atau minyak goreng pada
suhu tertentu dalam waktu tertentu. Tujuan dari proses penggorengan adalah untuk mengurangi kadar air
dalam mie dan pemantapan pati tergelatinisasi. Kadar air setelah penggorengan adalah 4% sehingga mie
menjadi matang, kaku dan awet.
Cooling atau Pendinginan
Ruangan pendingin mie adalah ruangan atau lorong yang terdiri dari sejumlah kipas untuk
menghembuskan udara segar ke mie-mie yang dilewatkan dalam ruangan tersebut. Tujuan proses
pendinginan adalah untuk mendinginkan mie panas yang keluar dari proses penggorengan hingga
diperoleh suhu ± 30°C sebelum dikemas dengan etiket. Dengan diperolehnya suhu mie yang rendah
sebelum dikemas maka mie akan lebih awet untuk disimpan dalam etiket selama beberapa waktu dan
menghindari penguapan air yang kemudian menempel pada permukaan bagian dalam etiket yang dapat
menyebabkan timbulnya jamur. Lamanya proses pendinginan adalah kurang lebih dua menit.
Packing atau Pengemasan
Proses yang terakhir dalam produksi mie adalah pengemasan atau packing. Pengemasan mie adalah
proses penyatuan dan pembungkusan mie, bumbu, minyak bumbu dan solid ingredient lainya dengan
menggunakan etiket sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Tujuan dari proses pengemasan
adalah untuk melindungi mie dari kemungkinan-kemungkinan tercemar atau rusak sehingga mie tidak
mengalami penurunan mutu ketika sampai kepada konsumen. Setelah dikemas, selanjutnya mie tersebut
akan dimasukkan ke dalam karton. Setelah mie dimasukkan ke dalam karton seluruhnya, karton akan
direkatkan dan kemudian menuju gudang untuk disalurkan.
Secara Sistematis alur proses produksi mie instan dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Diagram Alur Produksi Mie Instan

Sumber daya yang terlibat dalam proses produksi pembuatan mie instan ini tidak terlalu membutuhkan
sumber daya manusia yang terlalu banyak karena pengerjaan produksi dilakukan oleh teknologi mesin
sehingga SDM yang dibutuhkan pada proses produksi sebatas pengawas jalannya produksi.

Karakteristik perusahaan dalam melakukan kegiatan produksi yang dimiliki PT Indofood CBP Sukses
Makmur Tbk. yakni bersifat mass production, yaitu jenis barang yang diproduksi relatif sedikit tetapi
dengan volume produksi yang besar, permintaan produk tetap/stabil demikian juga desain produk jarang
sekali berubah bentuk dalam jangka waktu pendek atau menengah.
Pengertian dan Perbedaan Barang atau Jasa di PT ISM, Tbk

Produk yang dihasilkan oleh PT Indofood Sukses Makmur Tbk yaitu berupa barang setengah jadi. Produk
yang dihasilkan salah satunya adalah produk mie instan. Merek-merek Indofood yang sudah mapan dan
dikenal seperti Indomie, Supermi, Sarimi, Pop Mie, dan Mie Telur Cap 3 Ayam. Setiap produk mie instan
tersebut memiliki perbedaan atau karakteristik tertentu, misalnya antara produk merek indomie dengan
sarimi.

1. Komposisi
1. 1. Komposisi Indomie
 Mie : Tepung terigu, minyak sayur, tepung tapioka, garam, pemantap (nabati dan natrium tripolifosfat),
pengatur keasaman, mineral (zat besi), pewarna (tartrazin CI 19140), antioksidan (TBHQ)
 Bumbu : Gula, garam, penguat rasa mononatrium glutamat (MSG) bubuk bawang putih, bubuk
bawang bombay, perisa ayam (mengandung penguat rasa dinatrium inosinat dan guanilat), bubuk
lada dan vitamin (A, B1, B12, B6, Niasin, Asam Folat dan Pantotenat)
 Minyak : Minyak sayur dan bawang merah
 Kecap manis : Gula (mengandung sulfit), air, kedelai, gandum, garam, bumbu dan rempah-rempah,
pengawet (natrium benzoat), minyak nabati.
 Saos cabe : Cabe, air, gula, garam, pengental, pengatur keasaman, bumbu, penguat rasa
(mononatrium glutamat, dinatrium inosinat dan guanilat), perisa, pengawet (natrium benzoat dan
natrium metabisulfit)
 Bawang goreng : mengandung antioksidan (TBHQ)
1. 2. Komposisi Sarimi
 Mie : Tepung terigu, minyak sayur, tepung tapioka, garam, pengatur keasaman, pemantap (nabati
dan natrium polifosfat), antioksidan (TBHQ), pewarna
 Bumbu : Gula, garam, penguat rasa mononatrium glutamat (MSG), perisa ayam, bubuk bawang putih,
pewarna karamel, bubuk lada dan bubuk cabe.
 Minyak : Minyak sayur dan bawang merah
 Kecap manis : Gula (mengandung sulfit), air, kedelai, gandum, garam, bumbu dan rempah-rempah,
pengawet (natrium benzoat), minyak nabati.
 Bahan pelengkap : Sayuran kering
2. Harga
Dari segi harga, produk antara sarimi dengan indomie berbeda. Produk Indomie memiliki harga yang
lebih mahal dibandingkan produk Sarimi. Produk sarimi memiliki harga yang terjangkau bagi kalangan
masyarakat kebawah.

3. Nilai Gizi
Produk hasil olah Di Indofood adalah Mie Instan. Dengan Brand yaitu Indomie, Supermie, Sarimi dan
Sakura. Masing-masing Brand mempunyai karakteristik dan ciri khas yang berbeda-beda. Pada Produk
Indomie memiliki nilai gizi yang paling tertinggi dari semua brand, misalnya dalam Indomie Mie instan
terdapat mineral seperti Zat besi dan Vitamin. sehingga harga Indomie adalah Mie Instan dengan harga
jual tinggi dan untuk sasaran pemakaian biasanya pada kalangan masyarakat menengah keatas. Untuk
Brand Supermie, mempunyai kharakteristik seperti terdapat penambahan zat pelembut sehingga cita
rasa Supermi semakin Baik. Sarimi adalah produk ketiga dari Indofood yang memiliki spesifikasi untuk
masyarakat kalangan menengah kebawah sehingga harga sarimi cukup terjangkau dan terakhir adalah
Sakura, seperti sarimi mie Sakura juga didistribusikan untuk kalangan menengah kebawah.

4. Pemasaran Produk
Produk PT Indofood CBP Sukmes Makmur Noodle Division dibagi menjadi tiga produk yaitu Indomie,
Supermi, Sarimi dan Sakura. Keempat produk itu mempunyai segmentasi yang berbeda-beda. Indomie
misalnya yang merupakan produk unggulan dari Indofood segmentasinya adalah kelas menengah hingga
atas, diikuti oleh Supermi, Sarimi dan yang terakhir Sakura.

Pemasaran produk-produk ini dilakukan menurut segmentasinya. Untuk produk Indomie, Supermie dan
Sarimi dipasarkan di seluruh daerah dengan berbagai macam lini masyarakat yang dianggap masih
mampu. Pemasarannya dilakukan di Supermarket-supermarket, Mini Market dan Pasar-pasar tradisional,
selain itu produk ini juga ada di warung-warung kelontong dan toko-toko kecil. Sedangkan untuk produk
Sakura biasanya di pasarkan di warung-warung kecil dan berada di daerah yang masyarakatnya masih
memikirkan harga yang murah.

Selain penyetoran langsung ke Pasar, produk Indofood juga sering melakukan kegiatan kemanusiaan
yang diselingi dengan bazaar-bazaar produk Indofood yang sangat banyak peminatnya. Selain itu
koperasi di dalam pabrik juga menjual barang-barang produksi PT Indofood.

Untuk menarik konsumen terutamadi Supermarket kota besar, Indofood juga memiliki SPG yang siap
membantu pemasaran produk.

Output Produksi PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk


Karakteristik Produk
Produk yang dihasilkan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. divisi mi instan terdiri dari 2 kelompok
besar yaitu :

1. Bag Noodle, yaitu mie instan dalam kemasan bungkus; dan


2. Mie telor, yaitu mi yang dalam proses pembuatannya tidak digoreng melainkan dikeringkan.
Produk mie instan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk memiliki karakeristik sendiri. Brand name yang
digunakan adalah Indomie. Satu bungkus Indomie standard memiliki massa 85 gram, dan terdapat 2
sachet berisi 5 bumbu-bumbuan yang disertakan, yaitu kecap manis, saus sambal, minyak palm, bubuk
perasa dan bawang goreng. Indomie juga tersedia dalam versi jumbo dengan massa 120 gram. Indomie
memiliki rasa yang sesuai dengan selera orang Indonesia. Indomie pun selalu berusaha memenuhi
keinginan konsumen yang semakin banyak, terbukti dengan semakin bertambahnya variasi produk
Indomie, mulai dari mie goreng, mie soup, mie regional (mie dengan variasi rasa sesuai dengan masakan
tradisional daerah-daerah Indonesia), mie premium, serta mie jumbo.
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. divisi noodle merupakan salah satu cabang perusahaan yang
dimiliki Salim Group yang memproduksi mie instan. Jenis produk mie instant yang dihasilkan oleh PT
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Bandung dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini
Tabel 3 Produk yang Dihasilkan PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk

NO PRODUK JUMLAH VARIAN RASA

Indomie 8
1

Indomie Special 2
2

Indomie Vegan 2
3
NO PRODUK JUMLAH VARIAN RASA

Indomie Regional Flavor 11


4

Indomie Kriuk 3
5

Indomie Jumbo 2
6

Indomie SQN 6
7

Indomie Paket 4
8

Supermie Reguler 4
9

Supermie Sedaaap 3
10

Supermie Go Series 3
11

Sarimi 6
12

Sarimi Extra Besar 6


13

Sakura 6
14

Intermi 1
15

POP Mie 15
16

Mie Telor 2
17

Anak Mas 2
18
NO PRODUK JUMLAH VARIAN RASA

POP Bihun Spesial 4


19
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. memiliki orientasi pasar, dimana produksi yang dilakukan oleh
perusahaan disesuaikan dengan permintaan pasar. Perusahaan selalu berusaha memenuhi kebutuhan
konsumen, baik dalam kuantitas maupun kualitas produk. Oleh karena itu, perusahaan selalu
mengembangkan inovasi guna memenuhi kepuasan pelanggan, khususnya selera konsumen.

Kualitas dan kuantitas produk


Produk mie instan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk selalu memperhatikan aspek kualitas dan
kuantitas produknya. Produk PT ISM memiliki kualitas yang tinggi dari segi rasa, packing dll. Hal tersebut
terlihat dari bahan-bahan yang digunakan disetiap produknya merupakan bahan pilihan. Tepung terigu
yang digunakan merupakan kualitas terbaik dari Bogasari Flour Mils. Rempah-rempah dan bumbu yang
terkandung dalam tiap masing-masing rasa indomie yang merupakan pilihan terbaik dari kekayaan alam
nusantara dan diproses dengan sangat higienis, proses dengan Standard Internasional, dan teknologi
berkualitas tinggi. Tambahan fortifikasi mineral dan vitamin A, B1, B6, B12, Niasin, Asam Folat dan
Mineral Zat Besi.

Secara kuantitas PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk merupakan perusahaan yang memiliki
permintaan produk mie instan yang tinggi. Indofood merupakan produsen mie instan terbesar dengan
kapasitas produksi 13 milyar bungkus per tahun. Selain itu Indofood juga mempunyai jaringan distribusi
terbesar di .Berdasarkan data PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (2004-2006), perkembangan produksi
mie instan di Indonesia memperlihatkan suatu peningkatan yang positif, walaupun pada tahun 2006
sempat mengalami suatu penurunan produksi. Secara kuantitas, produksi mie instan dari tahun ke tahun
mengalami kenaikan dengan tren yang positif. Hal ini menunjukkan suatu prospek yang cukup baik bagi
industri mie instan ini pada masa yang akan datang. PT. Indofood Sukses Makmur menjadikan mutu dan
kepuasan pelanggan sebagai basis bagi perencanaan yang dilakukan oleh perusahaan. Oleh karena itu
keinginan dan kebutuhan konsumen harus diperhatikan oleh produsen karena kebutuhan ini akan
senantiasa berubah

Cara Pengemasan
Pengemasan mie adalah proses penyatuan dan pembungkusan mie, bumbu, minyak bumbu dan solid
ingredient lainya dengan menggunakan etiket sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Tujuan dari
proses pengemasan adalah untuk melindungi mie dari kemungkinan-kemungkinan tercemar atau rusak
sehingga mie tidak mengalami penurunan mutu ketika sampai kepada konsumen. Setelah dikemas,
selanjutnya mie tersebut akan dimasukkan ke dalam karton. Setelah mie dimasukkan ke dalam karton
seluruhnya, karton akan direkatkan dan kemudian menuju gudang untuk disalurkan.
Jenis Produk PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
Produk Barang
Produk yang dihasilkan oleh PT Indofood Sukses Makmur Tbk merupakan produk setengah jadi (Work In
Process) karena produk yang dihasilkan berupa mie instan. Sebagai salah satu produsen mie instan
terbesar didunia, Divisi Mie Instan Indofood senantiasa berada di posisi terdepan dalam industri mi instan
Indonesia. Produk yang dihasilkan berkualitas dan memiliki citarasa yang tinggi dengan harga terjangkau.
Merek-merek Indofood yang sudah mapan dan dikenal seperti Indomie, Supermi, Sarimi, Pop Mie, dan
Mie Telur Cap 3 Ayam, melayani konsumen dari berbagai kalangan dan usia serta memiliki tingkat
kepercayaan dan loyalitas konsumen yang tinggi. Salah satu produk Indofood yang terkenal yaitu
Indomie. Indomie pertama kali diluncurkan pada tahun 1982 dan telah merambah banyak negara
termasuk Amerika Serikat, Australia, Inggris, Timur Tengah dan China. Produk indomie goreng ini
tersedia dalam berbagai varian rasa seperti, mie goreng spesial, mie goreng spesial plus, mie goreng
pedas, mie goreng rendang, mie goreng rasa ayam, mie goreng rasa sate dan mie goreng cabe ijo.
Produk Jasa
Produk jasa yang diberikan oleh PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk ini adalah berupa penyediaan tempat
penyimpanan barang baik bahan baku maupun barang yang siap dipasarkan. Manfaat dari penyimpanan
di gudang ini adalah untuk menyimpan barang yang siap dipasarkan agar tetap terjaga kualitas dan
kuantitasnya. Penyimpanan ini dipantausecara intensif oleh bagian quality control.
Produk jasa selanjutnya dari PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk adalah berdirinya anak perusahaan
bernama PT. Indomarco yang memiliki fungsi distribusi terhadap produk-produk yang diluncurkan oleh
PT. Indofood Sukses Makmur,Tbk. Oleh karena dalam pendistribusian produk-produk PT. Indofood ini
dilakukan oleh PT. Indomarco sendiri, sehingga PT. Indofood Sukses Makmur tidak perlu mengeluarkan
biaya pengiriman lagi dan tentunya konsumen tidak perlu mengambil produk pesanan langsung ke pabrik.

PT. Indofood Sukses Makmur,Tbk juga dalam menjalani produksinya mengantisipasi adanya keluhan
pelanggan atau customer caranya dengan meningkatkan mutu proses, mutu produk dan kepuasan
pelanggan. Oleh karena itu jika terjadi kemungkinan protes atau keluhan dari pelanggan
atau customer, PT. Indofood Sukses Makmur juga memnyediakan customer Service dan Call
Centre untuk menangani keluhan-keluahan dari pelanggan.
Report this ad

Report this ad

Share this:

 Twitter
 Facebook2

Terkait
Ruang Lingkup Manajemen Produksi PT. Indofood Sukses Makmur, Tbkdalam "Analitical"
Analisis Perkembangan Usaha Bell-Martdalam "Analitical"
Analisis LIngkungan Internal dan Eksternal Usaha Budidaya Ayam Arabdalam "Analitical"

2 Komentar
Ditulis oleh rvinka pada April 6, 2013 in Analitical
Tag: bahan kuliah, Indofood

← Rindukan Dirimu
Analisis Perkembangan Usaha Bell-Mart →
2 responses to “Analisis Produk PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk”

1.
syira
Agustus 16, 2013 at 2:28 am

itu ada ditambah lilin gak?

Balas

2.
ervinkurnia92
September 22, 2013 at 8:31 am

sebenernya ada…masalah nya kalau ga di tambah lilin… mie na pasti mudah rusak… oleh karena itu kalau
merembus mie instan..air rebusannya wajib di buang..jangan dijadikan kuah mie nya:)

Balas

Tinggalkan Balasan

Report this ad

Search

 Halaman
o Author

o Berita

o Khuntoria
 Khuntoria’s Facts
 Nichkhun Profile
 Victoria’s Profile

 Arsip
o Oktober 2013
o September 2013
o April 2013

o Maret 2013

 Kategori
o Analitical (8)

o Vanilla (2)
Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com. Tema: Choco oleh .css{mayo}.
Entri (RSS) dan Komentar (RSS)

Anda mungkin juga menyukai