LAPORAN KASUS Hernia Inkarserata

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS

Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Inkarserata

DISUSUN OLEH:
Azahrah Purnamaladi

PEMBIMBING:
dr. M. Reza Jauhari Zen, SpB

PROGRAM INTERNSIP ANGKATAN 2019-2020


RSU KOTA TANGERANG SELATAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hernia inguinalis merupakan penyakit bedah terbanyak setelah appendicitis. Hernia
inguinalis sudah dicatat sebagai penyakit pada manusia sejak tahun 1500 sebelum masehi dan
mengalami banyak perkembangan seiring bertambahnya pengetahuan struktur anatomi pada
region inguinal. Hampir 75% hernia abdomen merupakan hernia inguinalis.1
Hernia inguinalis merupakan kasus yang cukup sering ditemukan pada anak-anak.2 Hernia
inguinalis pada anak secara umum disebabkan oleh kegagalan penutupan prosesus vaginalis.3
Hernia ini merupakan salah satu jenis hernia ventral yang terjadi saat struktur intraabdomen
seperti usus atau omentum menonjol di dinding perut.2
Kejadian hernia inguinalis pada anak dapat terjadi pada berbagai rentang usia dan insiden
tertinggi sering pada anak laki-laki yaitu sebanyak 80-90%. Sekitar 3-5% bayi sehat dapat lahir
dengan hernia inguinalis. Angka terjadinya hernia inguinalis meningkat sampai 30% terutama
pada bayi prematur dan 10% diantaranya memiliki riwayat hernia dikeluarga. Secara umum,
penanganan hernia untuk mencegah komplikasi adalah dengan tindakan operatif. Hal ini
mencegah hernia menjadi hernia inkarserta ataupun hernia strangulata.4
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS

Nama : An. R K
Jenis kelamin : laki-laki
Usia : 1 tahun 6 bulan 29 hari
Alamat : Jl. Kp Dukuh Serua Ciputat Rt 5 Rw 1 Kelurahan Ciputat, Tangerang Selatan
Agama : Islam
Suku : Betawi
Asuransi : E-KTP
Masuk RS : 13 Oktober 2019

II. KELUHAN UTAMA

Muntah sejak 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit

ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis pada tanggal 13 Oktober 2019 di ruang IGD RSU
Kota Tangerang Selatan pukul 14.30 WIB.

Riwayat Penyakit Sekarang


OS datang dengan keluhan muntah sejak 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit, Muntah setiap
makan dan minum, muntah berisi makanan dan cairan. Demam sumeng-sumeng sejak 5 hari
yang lalu. Satu minggu yang lalu os juga sempat mengalami muntah muntah seperti ini dan BAB
mencret selama 2 hari, dan membaik setelah berobat ke klinik. Terdapat bengkak dan benjolan
pada skrotum sejak usia 2 bulan, awalnya benjolan ini hanya timbul jika pasien menangis dan
mengejan, namun sejak usia 6 bulan benjolan ini menetap dan tidak dapat mengecil seperti
semula. Benjolan berbentuk bulat, dengan permukaan yang rata dan warna sama seperti warna
kulit sekitarnya. Ukuran benjolan kira-kira berdiameter ± 5 cm. Permukaan benjolan rata dengan
konsistensi lunak. Benjolan masih dapat digerakan. Buang air kecil dan Buang air besar dalam
batas normal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Terdapat benjolan pada skrotum sejak usia 2 bualan, awalnya benjolan hanya timbul jika pasien
menangis dan mengejan, namun saat usia 6 bulan benjolan menetap. OS tidak memiliki riwayat
penyakit lain seperti alergi dan batuk-batuk. OS belum pernah menjalani operasi sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga OS yang mengalami keluhan yang sama. Dari keluarga tidak ada
yang menderita hipertensi, diabetes mellitus, asma, batuk-batuk lama, kelainan jantung dan
keganasan.

Riwayat Kebiasaan
Os makan biasa, minum ASI dan susu formula.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Tampak sakit sedang, gelisah, rewel


Kesadaran : Compos mentis
Status gizi : Kesan gizi cukup
Tanda vital
 Nadi : 120 x/menit

 Suhu : 37.8oC

 Pernafasan : 28 x/menit

Kulit
 Warna : Kuning langsat, tidak pucat, tidak ikterik, tidak terdapat
hipopigmentasi ataupun hiperpigmentasi.
 Lesi : Tidak terdapat lesi primer seperti makula, papula, vesikula,
pustula maupun lesi sekunder seperti jaringan parut atau keloid
 Rambut : Tumbuh rambut pada permukaan kulit
 Turgor : Baik, kembali cepat
 Keringat : Normal
Kepala
 Normocephali
 Distribusi rambut merata dan berwarna hitam
 Tidak tampak adanya deformitas
 Ubun ubun besar normal, tidak cekung

Mata
 Tidak terdapat ptosis pada palpebra dan tidak terdapat oedem
 Conjunctiva tidak anemis
 Sklera tidak tampak ikterik
 Pupil : isokor, RCL +/+, RCTL +/+
 Air Mata +/+

Telinga
 Daun telinga : Normal
 Tofi : Tidak ditemukan
 Liang telinga : Lapang
 Membrana timpani : Intak
 Nyeri tekan mastoid : Tidak nyeri tekan
 Serumen : Tidak ada
 Sekret : Tidak ada

Hidung
 Bagian luar : Normal, tidak terdapat deformitas
 Septum : Terletak di tengah dan simetris
 Mukosa hidung : Tidak hiperemis
 Cavum nasi : Tidak ada tanda perdarahan

Mulut dan Tenggorokan


 Bibir : Tidak pucat dan tidak sianosis
 Gigi geligi : Lengkap, tidak ada karies
 Palatum : Tidak ditemukan torus
 Lidah : Normoglosia
 Tonsil : T1/T1 tenang
 Faring : Tidak hiperemis
 Selaput lendir : lembab

Leher
 JVP : (5+2) cm H20
 Kelenjar tiroid : Tidak teraba membesar
 Trakea : Letak di tengah

Kelenjar Getah Bening


 Leher : Tidak teraba membesar
 Axilla : Tidak teraba membesar
 Inguinal : Tidak teraba membesar

Thorax
 Cor : Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis teraba 1 jari linea midklavikularis kiri, ICS 5


Perkusi : Batas atas : ICS 2 garis parasternal kiri
Batas kanan : ICS 3-4 garis sternalis kanan
Batas kiri : ICS 5, 1 cm lateral garis midklavikularis kiri
Auskultasi : S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
 Pulmo : Inspeksi : Pergerakan nafas saat statis dan dinamis
Palpasi : Vocal Fremitus sama pada kedua paru
Perkusi : Sonor pada seluruh lapangan paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler di kedua paru, Rh -/-, Wh -/-
Abdomen
 Inspeksi : Datar, tidak terdapat pelebaran vena
 Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), benjolan (-)
 Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-), shifting dullnes (-)
 Auskultasi : Bising usus 3 x/menit

Punggung
 Tidak terdapat kelainan bentuk tulang pada punggung pasien
 Tidak terdapat skoliosis, lordosis, dan kifosis
 Tidak terdapat nyeri pada perabaan vertebra panggul
 Tidak terdapat nyeri ketok sudut costovertebra

Ekstremitas
 Ekstremitas atas
o Regio kanan : Akral hangat, tidak terdapat oedem
o Regio kiri : Akral hangat, tidak terdapat oedem, CRT <2
 Ekstremitas bawah
o Regio kanan : Akral hangat, tidak terdapat oedem, CRT <2
o Regio kiri : Akral hangat, tidak terdapat oedem, CRT <2

IV. Status Lokalis


Status lokalis genitalia
Inspeksi : terdapat massa dengan bentuk agak bulat dengan diameter ±5 cm di
daerah skrotum sinistra, berwarna seperti warna kulit disekitarnya dan tidak terdapat
tanda-tanda radang
Palpasi : teraba massa di daerah skrotum sinistra dengan ukuran ± 5 cm,
permukaan rata, tidak nyeri, massa teraba lunak, fluktuasi (-), testis tidak teraba.

V. PEMERIKSAAN TAMBAHAN

Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 13 Oktober 2019

Pemeriksaan Hasil Nilai normal


Hemoglobin 11.8 g/dl 14 – 18 g/dl
Hematokrit 33 % 43 – 51 %
Leukosit 7.200 /µL 5000 – 10000 /µL
Trombosit 507.000 /mm3 150.000 – 400.000 /mm3
Gula darah sewaktu 68 mg% < 200 mg%
Natrium 134 mmol/L 136 – 145 mmol/L
Kalium 4.2 mmol/L 3.3 – 5.1 mmol/L
Chlorida 102 mmol/L 98 – 106 mmol/L

Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 14 Oktober 2019

Pemeriksaan Hasil Nilai normal


Golongan Darah B+
PT 11.4 detik 9.9 – 11.8 detik
Kontrol PT 11.1 detik
APTT 32.2 detik 26.4 – 37.5 detik
Kontrol APTT 31.9 detik
Ureum 10 mg/dL 10 – 50 mg/dL
Creatinin 0.27 mg/dL <1.15 mg/dL
SGOT 29 U/L <37 U/L
SGPT 17 U/L <41 U/L
Natrium 132 mmol/L 136 – 145 mmol/L
Kalium 4.3 mmol/L 3.3 – 5.1 mmol/L
Chlorida 102 mmol/L 98 – 106 mmol/L

VI. DIAGNOSA KERJA

Pra bedah : Hernia Inguinalis Sinistra Inkarserata


Pasca bedah : Hernia Inguinalis Sinistra Inkarserata

VII. PENATALAKSANAAN

1. UGD :

IVFD Kaen 3 B 10 tpm Makro

Inj. Paracetamol 100 mg


Inj. Ondansetron 1 mg

Lapor dr Reza SpB jam 21.30 WIB tanggal 13 Oktober 2019

Advice dr Reza SpB : Dekompresi NGT dan Kateter, observasi tanda tanda obstruksi.

 NGT no 03 : produksi hitam di selang


 DC no 10 : urin (+)

2. Operasi : herniotomi

Laporan Operasi :

a. OS dalam general anastesi

b. Desinfeksi lapangan operasi

c. Insisi bagian area di inguinal sinistra

d. Indentifikasi kantong hernia (dibuka sebagian)

e. Didalam kantong hernia didapatkan usus halus dan caecum + appendix, lalu di
reduksi

f. Dilakukan herniotomy

g. Luka operasi di jahit

h. Operasi selesai

3. Instruksi post-operasi

 Puasa ± 3 jam post operasi, setelah itu aff NGT

 Beri infuse Kaen 3B 10 tpm makro

 Obat :

- Injeksi cefotaxime 2x250mg

- Injeksi paracetamol 3x150mg


 Kompres skrotum sinistra dengan air dingin

VIII. PROGNOSIS

Ad vitam : Ad bonam

Ad sanationam : Dubia ad bonam

Ad fungsionam : Ad bonam

XI FOLLOW UP
Hari perawatan ke-3 (15 Oktober 2019)
S: tidak ada mual dan muntah, pasien sudah mulai bisa makan dan minum, kentut (+), nyeri
daerah operasi (+).
O : RR : 26x/menit, HR: 117x/menit Suhu : 36,7 C
abdomen : supel, nyeri tekan (+), BU 3x normal, luka operasi di daerah inguinal kiri tertutup
perban, pus(-), cairan (-), darah (-), demam (-)
A : post operasi herniotomi hari pertama
P : IVFD Kaen 3B 10 tpm makro, Inj. cefotaxime 2x250mg, Inj. paracetamol 3x150mg,
Kompres skrotum sinistra dengan air dingin

Hari perawatan ke-4 (16 Oktober 2019)


S: tidak ada mual dan muntah, makan dan minum (+), kentut (+) BAK dan BAB dalam batas
normal, nyeri daerah operasi (+), demam (-)
O : RR : 26x/menit, HR: 117x/menit Suhu : 36,7 C
abdomen : supel, nyeri tekan (+), BU 3x normal, luka operasi kering
A : post operasi herniotomi hari ke2
P : IVFD Kaen 3B 10 tpm makro, Inj. cefotaxime 2x250mg, Inj. paracetamol 3x150mg,
Kompres skrotum sinistra dengan air dingin, Aff kateter, besok boleh rawat jalan jika kondisi
sudah baik
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui suatu defek atau kelemahan dari
dinding rongga yang bersangkutan yaitu lapisan muskulo-aponeurotik.5 Hernia inguinalis
adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus/lateralis menelusuri kanalis
inguinalis dan keluar rongga abdomen melalui anulus inguinalis externa/medialis.6
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang
didapat.7
Hernia inguinalis lebih banyak pada pria dibandingkan pada wanita. Banyak
faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus
yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Perlu diperhatikan
pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup
lebar tersebut. Pada orang sehat terdapat tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya
hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur muskulus
obliqus internus abdominis yang menutupi anulus inguinalis internus ketika berkontraksi,
dan adanya fascia transversal yang kuat menutupi trigonum Hasselbach yang umumnya
hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan hernia. Faktor
yang berperan sebagai penyebab hernia adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka,
peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena
usia.5
Adapun faktor – faktor predisposisi yang berpengaruh terhadap insidensi hernia
inguinalis adalah sebagai berikut :
1. Hereditas
Menurut Macready hernia lebih sering terjadi pada penderita yang
mempunyai orang tua, kakak atau nenek dengan riwayat hernia inguinalis.
2. Jenis kelamin
Hernia inguinalis jauh lebih banyak dijumpai pada laki – laki
dibanding pada wanita (9:1). Hernia pada laki –laki 95% adalah jenis
inguinalis, sedangkan pada wanita 45-50%. Perbedaan prevalensi ini
disebabkan karena ukuran ligamentum rotundum, dan prosentase obliterasi
dari processus vaginalis testis lebih kecil dibanding obliterasi kanalis
nuck.
3. Umur
Menurut Macready, kasus hernia inguinalis banyak terdapat pada anak
usia 1 tahun, yaitu 17,5% pada anak laii-laki dan 9,16% pada anak
perempuan. Tendensi hernia meningkat sesuai dengan meningkatnya
aktifitas, sekitar umur 26 – 50 tahun insidensi menurun dan setelah
umur diatas 50 tahun insidensi meningkat lagi oleh karena menurunnya
kondisi fisik.
4. Konstitusi atau keadaan badan
Banyaknya lemak preperitoneal akan mendesak dinding abdomen dan
menimbulkan lokus minoris atau kelemahan – kelemahan otot serta terjadi
relaksasi dari annulus. Bila lemak menginfiltrasi ke omentum dan
mesenterium, maka hal tersebut akan mengurangi volume rongga
abdomen sehingga terjadi peningkatan tekanan intraabdomen.
5. Kelahiran prematur dan berat lahir yang kecil
Kelahiran prematur dan berat lahir yang kecil merupakan salah satu faktor
yang memiliki resiko yang besar untuk menyebabkan hernia. Cacat
bawaan seperti kelainan pelvis atau ekstrosi pada kandung kemih, dapat
menyebabkan kerusakan pada saluran inguinal tak langsung. Hal
yang jarang terjadi kelainanan bawaan atau cacat collagen dapat
menyebabkan tumbuhnya hernia inguinal langsung.1

Hernia inguinalis yang terjadi pada bayi dan anak-anak sebagian besar disebabkan
oleh Patent Processus Vaginalis (PPV) yang persisten. Angka kejadian hernia inguinalis
pada anak hampir mendekati 50% terjadi pada 1 tahun pertama kehidupan, dan sebagian
besar pada usia 6 bulan pertama.3
3.2 Epidemiologi
Hernia inguinalis pada anak terjadi antara 0,8% sampai 4,4%. Insiden ini meningkat 10
kali lebih sering pada laki-laki daripada perempuan. Kasusnya lebih tinggi terjadi pada bayi
yang lahir secara prematur, 13% kasus terjadi pada bayi baru lahir sebelum berusia 32
minggu kehamilan dan 30% kasus terjadi pada bayi baru lahir dengan berat kurang dari 1000
gram.8 Hernia inguinalis sering terjadi pada sisi kanan sebanyak 75% dan pada sisi kiri
terjadi sebanyak 25%, sedangkan pada kedua sisi terjadi sebanyak 15%.9

3.3 Embriologi dan Patogenesis


Regio inguinalis untuk beberapa struktur merupakan tempat peralihan dari daerah perut
ke organ – organ kelamin luar dan ke tungkai bagian atas. Garis pemisah anatomis antara
kedua daerah tersebut di bentuk oleh ligamentum inguinale (poupart) yang terletak diantara
tuberculum ossis pubikum, pada sisi medialnya dan spina illiaka anterior superior, pada sisi
lateralnya. Sebenarnya ligamentum inguinale ini merupakan tempat pertemuan fascia yang
menutupi permukaan perut dan fascia yang menutupi permukaan tungkai (fascia lata).10
Di atas ligamentum inguinale, funikulus spermatikus meninggalkan rongga perut melalui
anulus inguinalis profundus yang terletak di sebelah lateral. Funikulus spermatikusini
menembus dinding perut melalui kanalis inguinalis yang terletak sejajar dengan ligamentum
inguinale dan berada di bawah kulit dalam annulus inguinalis superfisialis yang terletak di
sebelah medial. Lubang yang di sebutkan belakangan ini dengan mudah dapat diraba di
bawah kulit pada dinding perut, jika skrotum didorong ke dalam, serta meraba di atas lipatan
inguinal. Kanalis inguinalis dibatasi di kranio lateral oleh annulus inguinalis internus yang
merupakan bagian terbuka dari facia transversalis dan aponeurosis m. Transversus
abdominis.10
Di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum, kanalis inguinalis dibatasi oleh anulus
inguinalis eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis m. obliqus eksternus. Batas atas dari
kanalis inguinalis ialah m. obliqus internus dan m. transverses abdominis, dan didasarnya
terdapat ligamentum inguinale, bagian depan dibatasi oleh aponeorosis m. obliqus abdominis
eksternus, dan pada bagian belakang dibatasi oleh m. obliqus abdominis internus. Kanal
berisi tali sperma pada pria, dan ligamentum rotundum pada wanita.5
Gambar 1 anatomi prosesus vaginalis

Hernia inguinalis lateralis (indirek), karena keluar dari rongga peritonem melalui annulus
inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior,kemudian hernia
masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis
eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia
skrotalis. Sedangkan hernia inguinalis medialis (direk), menonjol langsung kedepan melalui
trigonum Hesselbach di batasi oleh :10
- inferior : ligamentum inguinale
- lateral : vasa epigastrica inferior
-
medial : tepi lateral musculus rectus abdominis.
Pada laki- laki, penutupan yang berhubungan dengan terjadinya hernia ini memerlukan
pengetahuan embriologis yang berhubungan dengan turunnya testis. Mula-mula testis tumbuh
sebagai suatu struktur di daerah ginjal dalam abdomen (retroperitoneal). Selama pertumbuhan
fetus testis akan turun (descensus testis) dari dinding belakang abdomen menuju kedalam
scrotum. Selama penurunan ini peritoneum yang terdapat didepannya ikut terbawa serta sebagai
suatu tube, yang melalui kanalis innguinalis masuk kedalam scrotum. Penonjolan peritoneum ini
dikenal sebagai processus vaginalis. Sebelum lahir processus vaginalis ini akan mengalami
obliterasi, kecuali bagian yang mengelilingi testis yang disebut tunika vaginalis. Jika processus
vaginalis tetap ada, akan didapat hubungan langsung antara cavum peritonei dengan scrotum, hal
ini potensial dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis di kemudian hari.11
Mayoritas hernia inguinalis pada anak adalah hernia inguinalis lateralis akibat dari
prosesus vaginalis yang patent. Secara embriologi penurunan processus vaginalis bersama sama
testis terjadi pada bulan ke 3 kehidupan foetus. Testis turun dari dinding belakang abdomen
melalui kanalis inguinalis menuju kantong scrotum, hal ini amat erat hubungannya dengan
kejadian hernia inguinalis lateralis dan hydrocele pada anak-anak. Pada waktu perkembangan
lebih lanjut bagian distal prosessus vaginalis bersatu dan menutupi testis yang disebut sebagai
procesus vaginalis peritonei sedangkan bagian proximal berobliterasi. Kegagalan obliterasi
mengakibatkan berbagai anomali inguinal dan dapat terjadi hernia akibat masuknya organ
intraperitoneal seperti usus, ovarium dan sebagainya ke dalam kantong hernia dengan atau tanpa
hydrocele. Kegagalan total obliterasi akan menghasilkan hernia inguinalis total. Obliterasi distal
dengan bagian distal patensi akan menghasilkan hernia inguinalis lateralis Apabila bagian
proximal processus vaginalis peritonei tidak menutup sempurna.11,12

3.4 Patofisiologi
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke – 8 dari
kehamilan,terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis itu akan
menarikperitoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang disebut
denganprosesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus ini telah
mengalamiobliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi
dalambeberapa hal sering belum menutup, karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari
yangkanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan
normal,kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. 2,3
Bila prosesus terbuka sebagian, makaakan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus, karena
prosesus tidak berobliterasi maka akantimbul hernia inguinalis lateralis kongenital.Biasanya
hernia pada orang dewasa ini terjadi kerana usia lanjut, karena pada umur tua ototdinding rongga
perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringantubuh mengalami proses
degenerasi.Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup.
Namun karena daerah ini merupakan locusminoris resistance, maka pada keadaan yang
menyebabkan tekanan intraabdominalmeningkat seperti batuk – batuk kronik, bersin yang kuat
dan mengangkat barang – barangberat, mengejan. Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka
kembali dan timbul herniainguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan
keluar melalui defektersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas akibat
trauma, hipertropiprotat, asites, kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital dan dapat terjadi
pada semua. 3,4
Prialebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan alat reproduksi
priadan wanita semasa janin.Potensial komplikasi terjadi perlengketan antara isi hernia dengan
dinding kantong herniasehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan
terhadap cincinhernia, akibat semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit
danmenimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi obtruksi usus
yangkemudian menekan pembuluh darah dan kemudian terjadi nekrosis. Bila terjadi
penyumbatandan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah, konstipasi. Bila inkarserata
dibiarkan,maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah
dan terjadi nekrosis. 3,4 Juga dapat terjadi bukan karena terjepit melainkan ususnya terputar. Bila
isiperut terjepit dapat terjadi shock, demam, asidosis metabolik, abses.Komplikasi hernia
tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Antara lainobstruksi usus sederhana
hingga perforasi (lubangnya) usus yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau
peritonitis. 2-4

3.5 Klasifikasi
Hernia terdiri dari kantong hernia, isi hernia, pintu hernia, leher hernia, dan locus minoris
resistance.
 Kantong hernia : Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia
memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia intertitialis.
 Isi hernia : Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya usus,
ovarium, danjaringan penyangga usus (omentum).
 Pintu hernia : Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia.
 Leher hernia : Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.
 Locus minoris resistence (LMR)

Gambar 2 Bagian-bagian Hernia

Jenis – jenis hernia di klasifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu :


a. Menurut lokasinya :
 Hernia inguinalis adalah hernia yang terjadi dilipatan paha. Jenis ini merupakan yang
tersering dan dikenal dengan istilah turun berok atau burut.
 Hernia umbilikus adalah hernia yang terjadi di pusat.
 Hernia femoralis adalah hernia yang terjadi di paha.
b. Menurut isinya
 Hernia usus halus
 Hernia omentum
c. Menurut penyebabnya
 Hernia kongenital atau bawaan
 Hernia traumatik
 Hernia insisional adalah akibat pembedahan sebelumnya.
d. Menurut terlihat atau tidaknya
 Hernia eksterna, misalnya hernia inguinalis, hernia scrotalis, dan sebagainya.
 Hernia interna misalnya hernia diafragmatica, hernia foramen winslowi, hernia
obturaforia.
e. Menurut keadaannya
 Hernia inkarserata adalah bila isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali kedalam
rongga perut disertai akibat yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara
klinis hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia irrenponibel.
 Hernia strangulata adalah jika bagian usus yang mengalami hernia terpuntir atau
membengkak, dapat mengganggu aliran darah normal dan pergerakan otot serta mungkin
dapat menimbulkan penyumbatan usus dan kerusakan jaringan.
f. Menurut nama penemunya
 Hernia petit yaitu hernia di daerah lumbosacral.
 Hernia spigelli yaitu hernia yang terjadi pada linen semi sirkularis diatas penyilangan
vasa epigastrika inferior pada muskulus rektus abdominalis bagian lateral.
 Hernia richter yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang terjepit.
g. Menurut sifatnya
 Hernia reponibel adalah bila isi hernia dapat keluar masuk. Isi hernis keluar jika berdiri
atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan
nyeri atau gejala obstruksi usus.
 Hernia irreponibel adalah bila isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam
rongga
h. Jenis hernia lainnya
 Hernia pantalon adalah hernia inguinalis dan hernia femuralis yang terjadi pada satu sisi
dan dibatasi oleh vasa epigastrika inferior.
 Hernia scrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke scrotum secara lengkap.
 Hernia littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum meckeli.

Hernia inguinal memiliki dua tipe, yaitu:


a. Hernia inguinalis medialis
Merupakan hernia yang terjadi karena adanya degenerasi jaringan ikat pada otot
abdomen. Hal ini terjadi karena lemahnya otot karena pengaruh usia. Hernia inguinalis
medialis terjadi hanya pada laki-laki. Hernia inguinalis direk, disebut juga hernia inguinalis
medialis, menonjol langsung kedepan melalui segitiga Hesselbach, daerah yang dibatasi
ligamentum inguinal dibagian inferior, pembuluh epigastrika inferior dibagian lateral dan
tepi otot rektus dibagian medial. Dasar segitiga hasselbach dibentuk oleh fasia transversal
yang diperkuat oleh serat aponeurisis m.tranversus abdominis yang kadang-kadang tidak
sempurna sehingga daerah ini potensial untuk menjadi lemah. Hernia medialis, karena tidak
keluar melalui kanalis inguinalis dan tidak keskrotum, umumnya tidak disertai strangulasi
karena cincin hernia longgar.11 Hernia inguinalis direk ini hampir selalu disebabkan faktor
peninggian tekanan intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum
Hesselbach. Oleh karena itu hernia ini umumnya terjadi bilateral, khususnya pada pria tua.
b. Hernia inguinalis lateralis
Hernia inguinalis lateralis merupakan hernia kongenital dan lebih sering terjadi pada laki-
laki daripada perempuan yang disebabkan oleh perkembangan ketika di dalam kandungan.
Hernia tipe ini disebabkan oleh lambatnya penutupan kanal inguinalis.13 Hernia inguinalis
indirek, disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar dari rongga peritoneum melalui
anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian
hernia masuk kedalam kanalis inguinalis, dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari
anulus inguinalis ekternus. Apabial hernia inguinalis lateralis berlanjut, tonjolan akan sampai
ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada dalam muskulus kremaster
terlatak anteromedial terhadap vas deferen dan struktur lain dalam funikulus spermatikus.
Pada anak hernia inguinalis lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak
menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis ke
skrotum.11
Pada bayi dan anak, hernia lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak
menutupnya prosessus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis ke
skrotum. Hernia yang dikanan biasanya berisi sekum dan sebagian kolon asendens.
Sedangkan yang dikiri berisi sebagai kolon desendens.11
 Hernia inguinalis indirekta congenital.
Terjadi bila processus vaginalis peritonei pada waktu bayi dilahirkan sama sekali tidak
menutup. Sehingga kavum peritonei tetap berhubungan dengan rongga tunika vaginalis
propria testis. Dengan demikian isi perut dengan mudah masuk ke dalam kantong
peritoneum tersebut. 1,6
 Hernia inguinalis indirekta akuisita.
Terjadi bila penutupan processus vaginalis peritonei hanya pada suatu bagian saja.
Sehingga masih ada kantong peritoneum yang berasal dari processus vaginalis yang tidak
menutup pada waktu bayi dilahirkan. Sewaktu-waktu kentung peritonei ini dapat terisi
dalaman perut, tetapi isi hernia tidak berhubungan dengan tunika vaginalis propria testis.

Gambar 3. Hernia inguinalis indirek dan direk

1. Klasifikasi Nyhus.
Tipe I : Hernia Inguinalis indirek  cincin interna yang normal (co: pada hernia
anak-anak).
Tipe II : Hernia Inguinalis indirek  dengan cincin interna yang melebar, tetapi lantai
kanalis inguinalis intak.
Tipe III : Defek dinding Posterior
a. Hernia inguinalis direk
b. Hernia inguinalis indirek  cincin interna yang melebar dengan destruksi dari lantai
kanalis inguinalis yang bersangkutan (massive scrotal,
sliding, pantalon hernia)
c. Hernia Femoralis
Tipe IV : Hernia Rekurens
a. Hernia Direk
b. Hernia Indirek
c. Hernia Femoral
d. Hernia Campuran
2. Klasifikasi Gilbert
Terbagi 5 tipe ( 1 - 3 = indirek dan 5 = direk )
Tipe 1 : Hernia dengan kantung masuk ke ring interna yang intak tidak melebihi 1 jari
(<1 cm), dinding posterior intak.
Tipe 2 : Hernia dengan kantung yang masuk lebih dari 1 jari (< 2 cm), dinding
posterior intak, merupakan tipe hernia indirek yang terbanyak.
Tipe 3 : Hernia dengan kantung yang dapat dimasuki 2 jari (>2 cm), biasanya isi
kantung dapat berupa usus.
Tipe 4 : Hernia dengan kelemahan dinding posterior menyeluruh, ring interna intak,
tidak terdapat kantung hernia.
Tipe 5 : Hernia dengan tuberkulum pubikum rekurens atau primary diverticle hernia
kantung tidak ada, ring interna intak, biasanya merupakan gabungan dari tipe 2
dan 4.

3.6 Diagnosis
a. Anamnesis
Anamnesis dari hernia inguinalis dinilai dari awal munculnya gejala sampai melihat adanya
kegawatdaruratan bedah seperti inkaserasi dan strangulasi. Pasien yang datang dengan keluhan
pada area inguinal, umumnya mengalami keluhan nyeri. Hernia inguinalis mungkin menekan
saraf yang berada disekitarnya, hal ini menyebabkan penekanan secara keseluruhan, nyeri lokal
yang bersifat tajam, dan nyeri pindah. Perasaan seperti tertekan pada daerah inguinal merupakan
keluhan yang sering dialami, terutama setelah melakukan aktivitas lama. Nyeri yang terjadi
biasanya menunjukan bahwa impinged nerve dan tidak berhubungan dengan tingkatan aktivitas
fisik yang dilakukan pasien. Nyeri neurogenik dapat menjalar ke skrotum, testikel, atau paha
bagian dalam. Gejala ekstrainguinal seperti perubahan pola defekasi dan gangguan berkemih
jarang dikeluhkan. Perubahan dalam pola defekasi atau gangguan berkemih mungkin
mengindikasian adanya sliding hernia yang terdiri dari isi intestinal atau saluran kemih dalam
kantung hernia.1
Hernia inguinalis lateralis biasanya terlihat sebagai benjolan pada daerah inguinal dan
meluas ke depan atau ke dalam skrotum. Kadang-kadang, anak akan datang dengan bengkak
skrotum tanpa benjolan sebelumnya pada daerah inguinal. Orang tuanya biasanya sebagai orang
pertama yang melihat benjolan ini, yang mungkin muncul hanya saat menangis atau mengejan.
Selama tidur atau apabila pada keadaan istirahat atau santai, hernia menghilang spontan tanpa
adanya benjolan atau pembesaran skrotum. Riwayat bengkak pada pangkal paha, labia, atau
skrotum berulang-ulang yang hilang secara spontan adalah tanda klasik untuk hernia inguinalis
lateralis. Keluhan nyeri jarang dijumpai, bila ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau
paraumbilical berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen
usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual dan muntah baru timbul
kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren.5,11

b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan hal yang penting dalam mendiagnosis hernia inguinalis.
Pasien yang tidak merasakan adanya keluhan umumnya di diagnosis dengan pemeriksaan fisik
atau datang dengan keluhan adanya benjolan yang abnormal. Pada saat melakukan pemeriksaan
posisi ideal pasien dalam keadaan berdiri untuk meningkatkan tenakan intra-abdomen, dengan
memperlihatkan daerah lipat paha dan skrotum.1
1. Inspeksi
Inspeksi dilakukan terlebih dahulu dengan tujuan mengidentifikasi adanya benjolan
abnormal pada daerah inguinal sampai ke skrotum. Jika benjolan tidak dapat terdeteksi
melalui inspeksi, maka diakukan palpasi untuk mengkonfirmasi adanya hernia.
 Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk,
bersin atau mengedan dan mneghilang setelah berbaring.
 Hernia inguinal
o Lateralis : uncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke medial,
tonjolanberbentuk lonjong.
o Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
 Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan tojolan lanjutan
dari hernia inguinalis lateralis.
2. Palpasi
 Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL) ditekan lalu pasien disuruh
mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka dapat diasumsikan bahwa itu
hernia inguinalis medialis.
 Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM) ditekan lalu pasien
disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik yang kita tekan maka dapat
diasumsikan sebagai hernia inguinalis lateralis.
 Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis inguinalis) ditekan
lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateralnya berarti hernia inguinalis
lateralis jika di medialnya hernia inguinalis medialis.
 Hernia inguinalis : kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus
spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera, tanda ini disebut sarung tanda sarung
tangan sutera. Kantong hernia yang berisi mungkin teraba usus, omentum (seperti karet),
atau ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu jari masih berada dalam
annulus eksternus, pasien mulai mengedan kalau hernia menyentuh ujung jari berarti
hernia inguinalis lateralis dan kalau samping jari yang menyentuh menandakan hernia
inguinalis medialis. lipat paha dibawah ligamentum inguina dan lateral tuberkulum
pubikum.
 Hernia inkarserata : nyeri tekan.
3. Perkusi. Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan hernia
strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.
4. Auskultasi. Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang
mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata). Auskultasi juga dapat dilakukan dengan
meletakkan stetoskop di atas benjolan ataupermukan kulit skrotum. Tujuan dari pemeriksaan
ini adalah untuk mengetahui isi dari hernia tersebut. Apabila terdengar bisisng usus, isidari
hernia skrotalis tersebut adalah usus.
5. Colok dubur. Tonjolan hernia yang nyeri yang merupakan tanda Howship – romberg (hernia
obtutaratoria).
6. Tanda – tanda vital : temperatur meningkat, pernapasan meningkat, nadi meningkat, tekanan
darah meningkat.

Teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test dan Tumb test.13
a. Pemeriksaan Finger Test :
1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.

2. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal.


3. Penderita disuruh batuk:

 Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.


 Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.

Gambar 4 Finger test


b. Pemeriksaan Ziemen Test :
1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh penderita).

2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.

3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :

 Jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.


 Jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.
 Jari ke 4 : Hernia Femoralis.

Gambar 5 Ziement test

c. Pemeriksaan Thumb Test :


1. Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan

2. Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.

3. Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.


Gambar 6 Thumb test

Pemeriksaan fisik sulit dilakukam pada pasien dengan obesitas, sehingga diagnosis hernia
inguinalis sulit ditegakan. Pada pasien dengan obesitas, hernia femoralis dapat disalahartikan
menjadi hernia inguinalis. Hernia femoralis sendiri dapat diraba dibawa ligamentum inguinal,
dan ateran dari tuberkulum pubikum.1

b. Pemeriksaan penunjang
Pada umumnya tidak membutuhkan pemeriksaan penunjang, namum pemeriksaan seperti
USG, CT scan, dan MRI terkadang dibutuhkan. Pemeriksaan herniogram digunakan dengan
menyuntikan kontras dalam rongga peritonium, kemudian dilihat apakah adanya kantung atau
tonjolan yang tidak simetris pada daerah inguinal.6
USG merupakan pemeriksaan paling tidak invasif dan tidak memberikan radiasi kepada
pasien. Struktur anatomi dapat dilihat dengan lebih baik dikarenakan adanya struktur tulang yang
khas, pada daerah lipat paha terdapat beberapa tulang dan pembuluh darah epigastrika inferior
dimana dapat menngidentifikasi letak dari regio inguinal. Pada pasien yang kurus, pergerakan
dari spermatic cord dan dinding abdomen bagian posterior terhadap dindig abdomen anterior
dapat memberikan gambaran false-positve untuk diagnosis hernia.1
CT dan MRI memberikan gambaran statis yang dapat mendeteksi hernia ingunalis, dan dapat
menyingkirkan kemungkinan diagnosis lainnya. MRI digunakan jika pada pemeriksaan fisik
didapatkan adanya benjolan pada daerah inguinal, namun pada hasil pemeriksaan USG tidak
mendukung hasil pemeriksaan fisik. Penggunaan MRI sekarang jarang digunakan, dikarenakan
harganya yang mahal dan akses yang terbatas. 1

2.6 Penatalaksanaan
a. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga
atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Reposisi tidak dilakukan
pada hernia inguinalis strangulata, kecuali pada pasien anak-anak, reposisi spontan lebih sering
(karena cincin hernia yang lebih elastis). Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri
memegang hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin
hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi.2
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan
tidak pernah menyembuhkan, sehingga harus dipakai seumur hidup. Namun, cara yang sudah
berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai sampai sekarang. Sebaiknya cara seperti ini
tidak dianjurkan karena menimbulkan komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot
dinding perut di daerah yang tertekan, sedangkan strangulasi tetap mengancam.2
b. Pembedahan
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.
Indikasi operatif sudah ada begitu diagnosa ditegakkan. Prinsip dasar operatif hernia adalah
herniorafi, terdiri atas herniotomi dan hernioplastik. Pada herniotomi dilakukan pembebasan
kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.2

Gambar 7 Langkah-langkah Herniotomi pada hernia inguinalis


Ket: A,B: Insisi hernia dapat berupa transverse atau oblik. C: Buka aponeurosis m. Obliquus
abdominis externus. D: Identifikasi funikulus spermatikus. E,F: Identifikasi dan bebaskan
kantong hernia. G,H: Ligasi kantong hernia
Pada hernioplastik dilakukan tindakan untuk memperkecil annulus inguinalis internus
dan memperkuat dinding belakang kanalis iguinalis. Hernioplastik lebih penting dalam
mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Hernia bilateral pada orang
dewasa, dianjurkan melakukan operasi dalam satu tahap kecuali jika ada kontra indikasi. Begitu
juga pada anak-anak dan bayi, operasi hernia bilateral dilakukan dalam satu tahap, terutama pada
hernia inguinalis sinistra.2
Terdapat beberapa metode hernioplasti pada tatalaksana hernia inguinalis, yaitu:
 Pure Tissue Repair Metode Bassini
Tindakan herniorafi pertama kali dilakukan oleh seorang ahli bedah Italia bernama
Eduardo Bassini pada tahun 1884. Prinsip hernioplasti yang dilakukan Bassini adalah penjahitan
conjoint tendon dengan ligamentum inguinalis. Kemudian metode Bassini tersebut
dikembangkan dengan berbagai variasinya. Shouldice pada tahun 1953 memperkenalkan
multilayered repairdan metode ini dianggap sebagaioperasi pure tissue repair yang paling sukses
dengan angka rekurensi <1%.

Gambar 8 Bassini hernioplasti

Tindakan pure tissue repair pada metode Bassini menghasilkan ketegangan jaringan
sehingga cenderung terjadi kegagalan. Hal ini disebabkan karena terjadinya nekrosis iskemik
pada jaringan yang tegang, sehingga untuk mengatasi masalah ini para ahli bedah mencari
hernioplasti yang tidak tegang. Hernioplasti berupa anyaman (darn) yang menghubungkan
conjoint tendon dengan ligamentum inguinalis pertama kali diperkenalkan oleh McArthur pada
tahun 1901.15,16

Gambar 9 Multilayered Repair Metode Shouldice


 Herniorafi Tension-Free dengan Nylon Darn Repair
Moloney memperkenalkan teknik nylon darn modern pertama kali pada tahun 1948.
Moloney mengubah jahitan tipe Bassini dengan menggunakan benang monofilament nilon
kontinyu untuk membawa conjoint tendon pada ligamentum inguinalis, tetapi tanpa usaha untuk
mendekatkan dua struktur ini secara paksa jika jahitan terlalu tegang. Jahitan ini kemudian
diikuti oleh jahitan kontinyu kedua yang berjalan dari tuberkulum pubikum antara jaringan yang
cukup kuat pada sarung rectus dan bagian tendon otot obliquus internus diatas ke ligamentum
inguinalis dibawah dan berakhir di balik cincin internus. Angka kesembuhan nylon darn repair
dilaporkan sebesar 0,8%, ekuivalen dengan penggunaan mesh.15-17

Gambar 10 Langkah-langkah metode darn repair


Ket: A: Jahitan pertama dibuat dengan arah mendatar, kontinyu dari ligamentum inguinalis ke
conjoint tendon. B: Jahitan kedua, sama dengan jahitan pertama tetapi dengan arah oblik ke
medial. C: Jahitan ketiga, sama dengan jahitan kedua tetapi dengan arah berlawanan. D:Hasil
akhir darn repair.15
 Herniorafi Tension-Free dengan Pemasangan Mesh
Funikulus spermatikus dipisahkan dari dinding posterior kanalis inguinalis dan kantong
hernia telah diikat serta dipotong, kemudian lembaran polypropylene mesh dengan ukuran lebih-
kurang 8x6 cm dipasang dan dipaskan pada daerah yang terbuka. Mesh dijahit dengan benang
polypropylene monofilamen 3.0 secara kontinyu. Sepanjang tepi medial dan inferior mesh
dijahitkan pada ligamentum inguinalis. Tepi superior dijahitkan ke conjoint tendon. Bagian
lateral mesh dibelah menjadi dua bagian sehingga mengelilingi funikulus spermatikus pada
cincin internus, dan kedua bagian mesh yang terbelah tadi disilangkan dan difiksasi ke
ligamentum inguinalis dengan jahitan. Kemudian dilakukan penjahitan aponeurosis obliquus
eksternus kembali.14

Gambar 11 Langkah-langkah herniorafi metode Lichstenstein


Ket: A: Lapangan operasi setelah dilakukan herniotomi. B: Jahitkan tepi bawah mesh pada
ligamentum inguinalis. C: Jahitkan tepi atas mesh pada conjoint tendon (aponneurosis m.
obliquus internus) dan tepi lateral mesh dibelah untuk tempat lewatnya funikulus spermatikus. D:
Tepi lateral mesh disilangkan mengelilingi funikulus spermatikus dan dijahitkan pada
ligamentum inguinalis. 14
Prostetik sintetik untuk perbaikan hernia adalah Marlex, Prolene, Surgipro, Mersilene, dan
Gore-Tex. Marlex dan Prolene terdiri dari serat monofilamen yang dirajut dari polipropilen dan
mirip satu sama lainnya. Keduanya berpori-pori dan agak kaku, mengandung memori plastic,
dan melengkung bila dibengkokkan dalam dua arah pada saat yang sama. Prostesis surgipro
terdiri dari rajutan anyaman benang polipropilen. Mersilenen adalah prosthesis rajutan terbuka
yang terdiri dari anyaman serat polyester Dacron. Berpori-pori dan lebih lemas, mempunyai
tekstur berbutirbutir untuk mencegah penggelinciran, dan hanya mempunyai kecenderungan
minimal untuk melengkung jika dibengkokkan ke dua arah sekaligus.1

2.7 Komplikasi
Komplikasi hernia inguinalis lateralis bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi
hernia. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia inguinalis lateralis, pada hernia ireponibel
ini dapat terjadi kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ
ekstraperitoneal atau merupakan hernia akreta. Hal tersebut tidak timbul gejala klinis kecuali
benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia
strangulata/ inkarserasi yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Bila cincin
hernia sempit, kurang elastis, atau lebih kaku seperti pada hernia hernia femoralis dan hernia
obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial.5
Hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan gambaran obstruksi usus
dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Hernia inkarserata ini
mengakibatkan gangguan pasase usus berupa penyumbatan saluran cerna, atau terjadi nekrosis
sampai perforasi. Akibat penyumbatan usus terjadi aliran balik berupa muntah-muntah sampai
dehidrasi dan shock dengan berbagai macam akibat lain. Bila telah terjadi strangulasi karena
gangguan vaskularisasi, terjadi keadaan toksik akibat gangren dan gambaran klinis menjadi
kompleks dan sangat serius. Penderita mengeluh nyeri lebih hebat di tempat hernia. Nyeri akan
menetap karena rangsangan peritoneal.5
2.8 Prognosis
Prognosis hernia inguinalis lateralis pada bayi dan anak sangat baik. Insiden terjadinya
komplikasi pada anak hanya sekitar 2%. Insiden infeksi pascah bedah mendekati 1%, dan
recurent kurang dari 1%. Meningkatnya insiden recurrent ditemukan bila ada riwayat inkarserata
atau strangulasi.15
BAB IV
ANALISA KASUS

Berdasarkan Alloanamnesis dari asien An. R, laki laki 1 tahun 7 bulan, datang dengan
keluhan muntah sejak 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit, Muntah setiap makan dan
minum, muntah berisi makanan dan cairan. Demam sumeng-sumeng sejak 5 hari yang
lalu. Satu minggu yang lalu os juga sempat mengalami muntah muntah seperti ini dan
BAB mencret selama 2 hari, dan membaik setelah berobat ke klinik. Terdapat bengkak
dan benjolan pada skrotum sejak usia 2 bulan, awalnya benjolan ini hanya timbul jika
pasien menangis dan mengejan, namun sejak usia 6 bulan benjolan ini menetap dan tidak
dapat mengecil seperti semula. Ini menandakan bahwa hernia pasien bersifat irreponible
di mana tidak dapat dimasukkan kembali ke rongga peritoneum. Benjolan berbentuk
bulat, dengan permukaan yang rata dan warna sama seperti warna kulit sekitarnya.
Ukuran benjolan kira-kira berdiameter ± 5 cm. Permukaan benjolan rata dengan
konsistensi lunak. Benjolan masih dapat digerakan. Buang air kecil dan Buang air besar
dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan os tampak dehidrasi ringan, dan
status lokalis, Inspeksi terdapat massa dengan bentuk agak bulat dengan diameter ±5 cm
di daerah skrotum sinistra, berwarna seperti warna kulit disekitarnya dan tidak terdapat
tanda-tanda radang saat di Palpasi teraba massa di daerah skrotum sinistra dengan ukuran
± 5 cm, permukaan rata, tidak nyeri, massa teraba lunak, fluktuasi (-), testis tidak teraba.
Terdapat mual dan muntah setiap makan dan minum pada pasien sehingga kita bisa
menduga bahwa kemungkinan incarserata ( hernia yang disertai gangguan pasase) pada
pasien ini.
Dari pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, roentgen thorax tidak ditemukan
adanya kelainan sehingga diagnosis hernia bisa ditegakkan dan dapat dilakukan penangan
pada pasien ini yaitu tindakan operasi herniotomi cito.
Dikarenakan pasien disertai komplikasi dan penangan yang tepat dan baik maka
prognosis pasien ini baik.
BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
1. Hernia inguinalis merupakan kasus yang cukup sering ditemukan pada anak-anak dan
disebabkan oleh kegagalan penutupan prosesus vaginalis.
2. Hernia inguinalis pada anak terjadi antara 0,8% sampai 4,4% dan 10 kali lebih sering
pada laki-laki dibanding perempuan.
3. Tanda klasik untuk hernia inguinalis lateralis adalah adanya riwayat bengkak pada
pangkal paha, labia, atau skrotum berulang-ulang yang hilang secara spontan.
4. Indikasi operasi pada hernia inguinalis lateralis yaitu pada saat hernia terdiagnosis.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sabiston. Hernia dalam Buku Ajar Bedah Bagian 2. Jakarta : EGC. 1994.228-245.
2. Scherer II LR, Grsfeld Jl. Inguinal Hernia and Umbilical Anomalies, Pediactric Clinic of
North America, 6, 1993: 1121-30.
3. Kliegman RM, Behrman RE, Stanton BF, 2007. Nelson Textbook of Pedatric, 18th
edition, Saunders Elsevier Inc.
4. https://www.hernia.org/types/inguinal-umbilical-hernias-in-infancy-and-childhood/.
Akses tanggal 11 februari 2018.
5. Sjamsuhidajat R. dan Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 4. Jakarta. Buku
Kedokteran EGC. 1997.
6. Achmad L, Kamardi T, 2007. Dinding Perut. Hernia. Retroperitoneum dan Omentum.
Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi3. EGC
7. Schwartz, Hernia dinding abdomen dalam Intisari prinsip-prinsip Ilmu bedah,
edisi VI, Jakarta : EGC, 2000, 509-518.
8. Mary L, Brandt MD. Pediatric Hernias. Surg Clin N Am 88 (2008) 27–43.
9. Pediatric Hernia Inguinal and Femoral Repair. Amdrican Collague of Surgeon (pdf).
10. Kuijjer, P. J, prof. Dr, (1991), Kapita Selekta Pemeriksaan Bedah, cetakan IV, 62-66,
EGC, Jakarta
11. Michael M, Henry & Jeremy, Thompson T. Clinical Surgical Edisi II. 2005.
12. Brian W, Ellis & Simon P-Brown. Emergency Surgery Edisi XXIII. Hodder Arnold.
2006.
13. Inguinal Hernia. National Digestive Disease Information Clearing House. NIH
Publication (pdf). 2008.
14. Girl MK, Mantu FN. Hernia inguinalis lateralis pada anak-anak National Digestive
Disease Information Clearinghouse (NDDIC). Inguinal Hernia.
15. Grace, Pierce A, Borley, Neil. At a Glance Ilmu Bedah, Edisi 3. 2006. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai