Makalah Klp. 2 Logistik Linen RS

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

MANAJEMEN PENGENDALIAN LOGISTIK LINEN RUMAH SAKIT

DOSEN PEMBIMBING:
Dr. NURHALINA, S.Kep, M.Kep, Sp.Kom

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:


1. YASSER ARAPAT
2. HASRITA OCTALIANA
3. ELIYA FITRI SARI
4. DERITA
5. ERVINA NOVENTA
6. DESI PUSPITA SARI
7. JULIANITA SEMBIRING
8. IDA ROYANI
9. MEPI SULASTRI
10. JULIET RAMADHANTI
11. SUGIYEM WINAARSIH

FAKULTAS PASCA SARJANA


PROHRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata
kuliah Managemen Logistik Rumah Sakit dengan judul “Manajemen
Pengendalian Logistik Linen Rumah Sakit”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada guru Bahasa Indonesia kami yang telah membimbing dalam menulis
makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 2
C. Tujuan Masalah ......................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Rumah Sakit ………………........................................................ 3
B. Laundry Rumah Sakit ................................................................. 7
C. Manajemen Linen Di RS ……….................................................. 9
D. Peran dan Fungsi ……………………………………………….. 11
E. Pengelolaan Linen ……………………………………………… 11
F. Sarana Fisik, Prasarana, Dan Peralatan ………………………… 13
G. Prosedur Layanan Linen ………………………………………… 18
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 27
B. Saran ............................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan
pelayanan kesehatan sekaligus sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan
penelitian, ternyata memiliki dampak positif dan negatif terhadap lingkungan
sekitarnya. Rumah sakit dalam penyelenggaraan upaya pelayanan rawat jalan,
rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik dan non medik
menggunakan teknologi yang dapat memengaruhi lingkungan di sekitarnya
(Adisasmito, 2007).
Pelayanan medik tidak dapat berhasil, jika tidak didukung oleh pelayanan
penunjang medik dan pelayanan penunjang non medik. Unit laundry merupakan
unit penunjang non medik yang memberikan pelayanan linen terutama kepada
pasien inap. Unit laundry merupakan unit yang melakukan pengelolaan linen
rumah sakit, khususnya linen yang merupakan kelengkapan tempat tidur pasien
rawat inap (Nugraheni, 2013).
Linen adalah istilah untuk menyebutkan seluruh produk tekstil yang berada
dirumah sakit yang meliputi linen di ruang perawatan maupun baju bedah diruang
operasi (OK), sedang baju perawat, jas dokter maupun baju kerja biasanya tidak
dikelompokan pada kategori linen, tetapi dikategorikan sebagai seragam
(uniform). Menurut bidang laundry ada linen kotor (soiled linen) dan ada linen
terinfeksi (fouled and infected linen) serta linen yang terinfeksi hepatitis.
Pengumpulan linen ini harus dipisahkan dengan kantung yang dibedakan
warnanya. Temperatur untuk mencuci adalah 650C selama 10 menit atau 710C
selama 3 menit. Mesin cuci, alat-alat cuci seperti sikat, ember juga harus di
desinfeksi. Ruang yang perlu disediakan adalah ruang linen kotor, ruang linen
bersih, gudang kereta linen, gudang untuk penyimpanan perlengkapan bersih,
perlengkapan cuci (Djojodibtoro, 1997).
Linen di rumah sakit dibutuhkan di setiap ruangan. Kebutuhan akan linen
di setiap ruangan bervariasi, baik jenis dan kondisinya. Alur pengelolaan linen

1
cukup panjang membutuhkan pengelolaan khusus dan banyak melibatkan tenaga
kesehatan dengan bermacam macam klasifikasi. Klasifikasi tersebut terdiri dari
ahli manajemen, teknisi, perawat, tukang cuci, penjahit, tukang setrika, ahli
sanitasi, serta ahli kesehatan dan keselamatan kerja. Untuk mendapatkan kualitas
linen yang baik, nyaman dan siap pakai, diperlukan perhatian khusus, seperti
kemungkinan terjadinya pencemaran infeksi dan efek penggunaan bahan-bahan
(Depkes RI, 2004)
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
mengetahui system pengendalian logistic linen rumah sakit.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah adalah bagaimana
system pengendalian logistik linen.

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui Sistem Pengendalian
logistic linen Rumah sakit.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumah Sakit

1. Pengertian Rumah Sakit


Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif, yang menyediakan, pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat (Permenkes RI, 2008)
Menurut American Hospital Association (1974), rumah sakit adalah
organisasi tenaga medis profesional yang teroganisasi serta sarana kedokteran
yang permanen dalam menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan
keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan penyakit yang
diderita oleh pasien. Sementara itu, menurut wolper dan Pena (1987), rumah sakit
adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran
serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat, dan
berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan (Adisasmito, 2007).
Rumah sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan
pelayanan kesehatan sekaligus sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan
penelitian, ternyata memiliki dampak posititf dan negatif terhadap lingkungan
sekitarnya. Rumah sakit dalam menyelenggarakan upaya pelayanan rawat jalan,
rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik, dan nonmedik
menggunakan teknologi yang dapat memengaruhi lingkungan di sekitarnya
(Adisasmito, 2007).
2. Jenis-jenis Rumah Sakit
Adapun jenis-jenis rumah sakit adalah sebagai berikut (Amalia, 2011):
a. Rumah Sakit Umum
Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang melayani hampir seluruh
penyakit umum, dan biasanya memiliki institusi perawatan darurat yang siaga
24 jam (ruang gawat darurat) untuk mengatasi bahaya dalam waktu

3
secepatnya dan memberikan pertolongan pertama. Rumah Sakit Umum ini
biasanya merupakan fasilitas yang mudah ditemui di suatu negara dengan
kapasitas rawat inap sangat besar untuk perawatan intensif ataupun jangka
panjang. Rumah sakit jenis ini juga dilengkapi dengan fasilitas bedah, bedah
plastik, ruang bersalin, laboratorium, dan fasilitas lainnya. Tetapi
kelengkapan fasilitas ini bisa saja bervariasi sesuai kemampuan
penyelenggaraanya.
Menurut SK Menkes RI Nomor 983/Menkes/SK/XI/1992 tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum, fungsi Rumah Sakit Umum adalah
sebagai berikut :
1) Menyelenggarakan pelayanan medik
2) Menyelenggarakan pelayan penunjang medis dan non medis
3) Menyelenggarakan pelayanan asuhan keperawatan
4) Menyelenggarakan pelayanan rujukan
5) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
6) Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan
7) Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan
b. Rumah Sakit Terspesialisasi
Rumah sakit jenis ini mencangkup trauma center, rumah sakit anak,
rumah sakit manula, atau rumah sakit yang melayani kepentingan khusus
seperti psychiatric (pyschiatric hospital), penyakit pernapasan, dan lain-lain.
Rumah sakit terspesialisasi ini bisa berdiri atas gabungan ataupun hanya satu
bangunan. Kebanyakan mempunyai afiliasi dengan universitas atau pusat
riset medis tertentu.
c. Rumah Sakit Penelitian/ Pendidikan
Rumah sakit penelitian/ pendidikan adalah rumah sakit umum yang terkait
dengan kegiatan penelitian dan pendidikan di fakultas kedokteran pada suatu
universitas/ lembaga pendidikan tinggi. Biasanya rumah sakit ini dipakai untuk
pelatihan dokter-dokter muda, uji coba berbagai macam obat baru atau teknik
pengobatan baru. Rumah sakit ini diselenggarakan oleh pihak universitas/

4
perguruan tinggi sebagai salah satu wujud pengabdian masyarakat/ Tri Dharma
perguruan tinggi.
d. Rumah Sakit Lembaga/ Perusahaan
Rumah Sakit Lembaga/ Perusahaan merupakan rumah sakit yang didirikan
oleh suatu lembaga/ perusahaan untuk melayani pasien-pasien yang merupakan
anggota lembaga tersebut/ karyawan perusahaan tersebut. Alasan pendirian
rumah sakit ini bisa karena penyakit yang berkaitan dengan kegiatan lembaga
tersebut misalnya rumah sakit miiter, lapangan udara), bentuk jaminan sosial/
pengobatan gratis bagi karyawan, atau karena letak/ lokasi perusahaan yang
terpencil/ jauh dari rumah sakit umum. Biasanya rumah sakit lembaga/
perusahaan di Indonesia juga menerima pasien umum dan menyediakan ruang
gawat darurat untuk masyarakat umum.
2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang rumah sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yaitu kegiatan pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit, dan memulihkan kesehatan. Untuk
menjalankan tugas sebagaimana Rumah Sakit mempunyai fungsi :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkata kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis
yaitu upaya kesehatan perorangan tingkat lanjut dengan mendayagunakan
pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik. Pelayan kesehatan
paripurna tingkat ketiga adalah upaya kesehatan perorangan tingkat lanjut
dengan mendayagunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan sub
spesialistik.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

5
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
3. Tipe-tipe Rumah Sakit
Dari fungsi dan tugas rumah sakit yang telah disebutkan diatas, terjadilah
penggolongan tipe rumah sakit berdasarkan kemampuan rumah sakit tersebut
memberikan pelayanan medis kepada pasien. Ada 5 tipe rumah sakit di Indonesia,
yaitu rumah sakit tipe A, B, C, D, E.
a. Rumah Sakit Tipe A
Adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran
spesialis dan subspesialis luas oleh pemerintah ditetapkan sebagai rujukan
tertinggi (Top Referral Hospital) atau disebut pula sebagai rumah sakit
pusat.
b. Rumah Sakit Tipe B
Adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran
spesialis dan subspesialis terbatas. Rumah sakit ini didirikan disetiap
ibukota propinsi yang menampung pelayanan rujukan di rumah sakit
kabupaten.
c. Rumah Sakit Tipe C
Adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran
spesialis terbatas. Rumah sakit ini didirikan disetiap ibukota kabupaten
(Regency Hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari puskesmas.
d. Rumah Sakit Tipe D
Adalah rumah sakit yang bersifat transisi dengan kemampuan hanya
memberikan pelayanan kedokteran umum dan gigi. Rumah sakit ini
menampung rujukan yang berasal dari puskesmas.
e. Rumah Sakit Tipe E
Adalah rumah sakit khusus (spesial hospital) yang menyelenggarakan
hanya satu macam pelayan kesehatan kedokteran saja. saat ini banyak
rumah sakit kelas ini ditemukan misal, rumah sakit kusta, paru, jantung,
kanker, ibu dan anak.

6
B. Laundry Rumah Sakit
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit adalah
melalui pelayanan penunjang non medik, khususnya dalam pengelolaan linen di
rumah sakit (Depkes RI 2004).
Laundry rumah sakit adalah tempat penyucian linen yang dilengkapi dengan
sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan bahan desinfektan, mesin uap,
pengering, meja dan meja setrika. Unit laundry merupakan unit yang melakukan
pengolahan linen rumah sakit, khususnya linen yang merupakan kelengkapan
tempat tidur pasien rawat inap (Jumadewi, 2014).
1. Persyaratan Umum Laundry
Persyaratan umum untuk laundry di rumah sakit adalah
a. Ditempat laundry tersedia kran air bersih dengan kualitas dan tekanan
aliran yang memadai, air panas untuk desinfeksi dan tersedia desinfektan.
b. Peralatan cuci dipasang permanen dan diletakan dekat dengan saluran
pembuangan air limbah serta tersedia mesin cuci yang dapat mencuci
jenis-jenis linen yang berbeda.
c. Tersedia ruangan dan mesin cuci yang terpisah untuk linen infeksius dan
non infeksius
d. Laundry harus dilengkapi saluran air limbah tertutup yang dilengkapi
dengan pengolahan awal (pre-treatment) sebelum dialirkan ke instalasi
pengolahan air limbah.
e. Laundry harus disediakan ruang-ruang terpisah sesuai dengan
kegunaannya yaitu ruang linen kotor, ruang linen bersih, ruang untuk
perlengkapan kebersihan, ruang perlengkapan cuci, ruang kereta linen,
kamar mandi dan ruang peniris atau pengering untuk alat-alat termasuk
linen.
f. Untuk rumah sakit yang tidak mempunyai laundry tersendiri,
pencuciannya dapat bekerjasama dengan pihak lain dan pihak lain tersebut
harus mengikuti persyaratan tatalaksana yang telah ditetapkan.
2. Persyaratan Umum Laundry Rumah Sakit Tipe C

7
Unit Laundry merupakan unit servis yang melakukan pelayanan pencucian
kain yang digunakan dalam pelayanan medis sesuai kebutuhan dan permintaan
unit-unit lain. Unit ini merupakan zona pelayanan yang sifatnya intern,
memberikan suasana sejuk dan menghangatkan.
Ketentuan-ketentuan :
a. Di ruang cuci harus ada ruang terpisah untuk linen bersih dan linen kotor
b. Pekerja harus berpakaian seragam bersih dan memakai tutup kepala
c. Pada tahap penyabunan, linen kotor direndam dalam air panas (suhu antara
65-70 oC) selama 30 menit, sabun yang digunakan untuk bleaching yang
berfungsi sebagai bahan pembunuh kuman. Pada tahap pembilasan akhir,
digunakan air panas dengan suhu antara 74-77 oC.
C. Manajemen Linen di Rumah Sakit
1. Linen
Linen adalah bahan/alat yang terbuat dari kain tenun. Menurut bidang
laundry ada linen kotor (soiled linen) dan linen terinfeksi (fouled and infected
linen) serta linen yang terkontaminasi hepatitis (Djojodibroto, 1997).
Linen juga dapat diartikan sebagai bahan-bahan dari kain yang digunakan
dalam fasilitas perawatan kesehatan oleh staf rumah tangga (kain tempat tidur dan
handuk), staf pembersih (kain pembersih, gaun, dan kap), personel bedah (kap,
masker, baju cuci, gaun bedah, drapes dan pembungkus), serta staf di unit khusus
seperti ICU dan unit- unit lain yang melakukan prosedur medic invasive (seperti
anestesiologi, radiologi, atau kardiologi) (Tietjen dkk, 2004).
Ada bermacam-macam jenis linen yang digunakan di rumah sakit. Jenis
linen dimaksud antara lain (Depkes RI,2004):
1) Sprei/ laken
2) Steek laken
3) Perlak/ Zeil
4) Sarung bantal
5) Sarung guling
6) Selimut
7) Boven laken

8
8) Alas kasur
9) Bed cover
10) Tirai/ gorden
11) Vitage
12) Kain penyekat/ scherm
13) Kelambu
14) Taplak
15) Barak schort (tenaga kesehatan dan pengunjung)
16) Celemek, topi, lap
17) Baju pasien
18) Baju operasi
19) Kain penutup (tabungan gas, troli dan alat kesehatan lainnya)
20) Macam-macam dock
21) Popok bayi, baju bayi, kain bedong, gurita bayi
22) Steek laken bayi
23) Kelambu bayi
24) Laken bayi
25) Selimut bayi
26) Masker
27) Gurita
28) Topi kain
29) Wash lap
30) Handuk
31) Linen operasi (baju, celana, jas, macam-macam laken, topi, masker, doek,
sarung kaki, sarung meja mayo, alas meja instrumen,mitela, barak schort)

a. Linen Bersih (clean linen)


Menurut Peninsula Comunity Health (2012) linen bersih (clean linen)
adalah linen yang tidak digunakan sejak terakhir di laundry.
b. Linen Kotor (soiled used linen)

9
Linen kotor yang sudah digunakan baik terkena darah ataupun cairan
tubuh lain; dan semua linen yang digunakan oleh pasien yang terkena
infeksi (baik kotor/ternoda ataupun tidak) (Pennisula Community Health,
2012). Ada penjelasan lain menurut Laundry Management Policy (2013)
linen kotor adalah linen yang sudah digunakan tetapi tetap kering.
c. Linen Kotor Terinfeksi (fouled and infected linen)
Adalah linen yang terkontaminasi dengan darah/ cairan tubuh yang masih
basah atau linen yang sudah digunakan oleh pasien dari sumber isolasi
(Laundry Management Policy, 2013). Menurut Depkes RI (2004) linen
kotor terinfeksi adalah linen yang terkontaminasi dengan darah, cairan
tubuh dan feses terutama yang berasal dari Infeksi TB Paru, infeksi
Salmonella dan Shigella (sekresi dan eksresi), HBV dan HIV (jika terdapat
noda darah) dan infeksi lainnya yang spesifik (SARS).

D. Peran dan Fungsi


Peran pengelolaan manajemen linen di rumah sakit cukup penting. Diawali
dari perencanaan, salah satu subsistem pengelolaan linen adalah proses pencucian.
Alur aktivitas fungsional dimulai dari linen kotor, penimbangan, pemilahan,
proses pencucian, pemerasan, pengeringan, sortir noda, penyetrikaan, sortir linen
rusak, pelipatan, merapikan mengepak, atau mengemas, menyimpan, dan
mendistribusikan ke unit-unit yang membutuhkannya, sedangkan linen yang rusak
dikirim kekamar jahit (Depkes RI, 2004).
Untuk melaksanakan aktivitas tersesebut dengan lancar dan baik, maka
diperlukan alur yang terencana dengan baik, peran sentral lainnya adalah
perencanaan, pengadaan, pemusnahan, kontrol dan pemeliharaan fasilitas
kesehatan, dan lain-lain, sehingga linen dapat tersedia di unit-unit yang
membutuhkan.

E. Pengelolaan Linen
1. Struktur Organisasi

10
Pengelolaan linen di rumah sakit merupakan tanggung jawab dari penunjang
medik. Saat ini struktur pengelolaan linen sangat beragam. Pada umumnya
diserahkan pada bagian rumah tangga atau bagian pencucian dan strelisasi bagian
sanitasi, bahkan pencucian linen dapat dikontrakan pada pihak ketiga (di luar
rumah sakit) atau yang kita kenal dengan metode out sourching. Hal ini
berdasarkan pemikiran bahwa :
a. Beban kerja berbeda di setiap rumah sakit
b. Adanya keterbatasan lahan di rumah sakit
c. Adanya keterbatasan tenaga kesehatan
d. Manajemen perlu berkonsentrasipada core bisnis yaitu jasa layanan
kesehatan yang artinya adalah perawatan dan pengobatan
Kewenangan pengaturan dan struktur organisasi unit pengelolaan linen
laundry disera, kan sepenuhnya kepada direktur rumah sakit, disesuaikan
dengan kondisi rumah sakit masing-masing (Depkes RI, 2004).
2. Tata Laksana Pengelolaan
Dalam Buku Pedoman Manajemen Linen Rumah Sakit, Direktorat Jendral
Pelayanan Medik, Depkes RI (2004), tata laksana dalam pengelolaan linen terdiri
dari :
a. Perencanaan
b. Penerimaan linen kotor
c. Penimbangan
d. Pensortiran/ pemilahan
e. Proses pencucian
f. Pemerasan
g. Pengeringan
h. Sortir noda
i. Penyetrikaan
j. Sortir linen rusak
k. Pelipatan
l. Merapikan, pengepakan,/ pengemasan
m. Penyimpanan

11
n. Distribusi
o. Perawatan kualitas linen
p. Pencatatan dan pelaporan

F. Sarana Fisik, Prasarana, dan Peralatan


1. Sarana Fisik
Sarana fisik untuk instalasi pencucian mempunyai persyaratan tersendiri,
terutama untuk pemasangan peralatan pencucian yang baru. Sebelum
pemasangan, data lengkap SPA (sarana, prasarana, alat) diperlukan untuk
memudahkan koordinasi dan jejaring selama pengoperasiannya. Tata letak dan
hubungan antar ruangan memerlukan perencanaan teknik yang matang, untuk
memudahkan penginstalan termasuk instalan listrik, uap, air panas, dan penunjang
lainnya, misalnya mendekatkan power house dengan steam boiler dan penunjang
lainnya. Sarana fisik instalansi pencucian terdiri dari beberapa ruang antara lain :
a. Ruang penerimaan linen
Ruangan ini memuat :
1) Meja penerima yaitu untuk linen yang terinfeksi dan tidak terinfeksi.
Linen yang diterima harus sudah terpisah, kantung warna kuning untuk
yang terinfeksi dan kantung warna putih untuk yang tidak terinfeksi.
2) Timbangan duduk
3) Ruang cukup untuk troli pembawa linen kotor untuk dilakukan
desinfektan sesuai Standart Sanitasi Rumah Sakit.
4) Sirkulasi udara perlu diperhatikan dengan memasang fan atau exhaust
fan dan penerangan minimal kategori pencahayaan D= 100-200 lux.
Sesuai pedoman pencahayaan rumah sakit.
b. Ruang pemisahan linen
Ruang ini memuat meja panjang untuk mensortir jenis linen yang tidak
terinfeksi. Sirkulasi udara perlu diperhatikan dengan memasang fan dan
penerangan minimal kategori pencahayaan D= 200-500 lux sesuai
pedoman pencahayaan rumah sakit, lantai dalam ruangan ini tidak boleh
dari bahan licin.

12
c. Ruang pencucian dan pengeringan linen
Ruang ini memuat :
1) Mesin cuci
2) Mesin pengering
Bagi rumah sakit kelas C dan D yang belom memiliki mesin pencuci
harus disiapkan :
1) Bak pencuci yang terbagi tiga yaitu bak perendam non infeksius,
bak infeksius dengan desinfektan, dan bak untuk pembilas
2) Disiapkan instalasi air bersih dengan drainasenya
3) Lantai dalam ruangan in tidak dibuat dari bahan yang licin dan
diperhatikan kemiringannya.
d. Ruang penyetrikaan linen
Ruang ini memuat :
1) Penyetrikaan linen menggunakan Flatwork Ironers, pressing ironer
yang membutuhkan tenaga listrik sekitar 3,8 Kva- 4 Kva per alat
atau jenis yang menggunakan uap dari boiler dengan tekanan kerja

sekitar 5 kg/cm2 dan tenaga listrik sekitar 1 kva per unit alat
2) Alat setrika biasa yang menggunakan listrik sekitar 200 va per alat
3) Sirkulasi udara perlu diperhatikan dengan memasang fan dan
exhaust fan untuk penerangan minimal kategori pencahayaan
D=200-500 lux sesuai pedoman pencahayaan rumah sakit.
e. Ruang penyimpanan linen
Ruang ini memuat :
1) Lemari dan rak untuk menyimpan linen
2) Meja adminitrasi
Ruang ini bebas dari debu dan pintu selalu tertutup.
Sirkulasi udara dipertahankan tetap baik dengan memasang fan/exhaust
fan. Dan penerangan minimal kategori pencahayaan D= 200-500 Lux

sesuai pedoman pencahayaan rumah sakit, suhu 22-27oC dan kelembapan


45-75% RH.

13
f. Ruang distribusi linen
Ruang ini memuat :
1) Meja panjang untuk penyerahan linen bersih kepada pengguna.
2) Sirkulasi udara perlu diperhatikan dengan memasang fan dan
penerangan minimal kategori pencahayaan C= 100-200 Lux sesuai
pedoman pencahayaan rumah sakit.
2. Prasarana
a. Prasarana Listrik
Sebagian besar peralatan pencucian menggunakan daya listrik. Kabel yang
diperlukan untuk instalasi listrik sebagai penyalur daya digunakan kabel
dengan jenis NYY untuk instalasi dalam gedung, dan jenis NYFGBY
untuk instalasi luar gedung pada kabel Feeder antara panel induk utama
sampai panel Gedung Instalasi Pencucian. Adapun tenaga listrik yang
digunakan di Instalasi Pencucian terbagi menjadi dua bagian antara lain :
1) Instalasi penerangan
2) Instalasi tenaga
Daya instalasi pencucian cukup besar terutama untuk mesin cuci, mesin
pemeras, mesin pengering, dan alat setrika.
b. Prasarana Air
Prasarana air untuk instalasi pencucian memerlukan sedikitnya 40%
dari kebutuhan air di rumah sakit atau diperkirakan 200 liter per tempat
tidur per hari. Kebutuhan air untuk proses pencucian dengan kualitas air
bersih sesuai standar air. Reservoir dan pompa perlu disiapkan untuk

menjaga tekana air 2kg/cm2.


Air yang digunakan untuk mencuci mempunyai standar air bersih
berdasarkan PerMenKes No.416 tahun 1992 dan standar khusus bahan
kimia dengan penekanan tidak adanya :
1) Hardness – garam (calcium, carbonate dan chloride) standar baku
mutu : 0- 90 ppm

14
2) Garam akan mengubah warna linen putih menjadi ke abu-abuan
dan linen warna akan cepat pudar. Mesin cuci akan berkerak (scale
forming) sehingga akan menyumbat saluran-saluran air dan mesin.
3) Iron – Fe (besi) Standar baku mutu : 0 – 0,1 ppm
Linen putih akan menjadi kekuning-kuningan (yellowing) dan linen
warna akan cepat pudar. Mesin cuci akan berkarat.
Kedua polutan tersebut (hardness dan besi) mempunyai sifat alkali,
sehingga linen yang rusak akibat kedua kotoran tersebut harus
dilakukan penetralan pH.
c. Prasarana Uap
Prasarana uap pada instalasi pencucian digunakan pada proses
pencucian, pengeringan dan setrika, yakni penggunaan uap panas dengan

tekanan uap minimum 5 kg/cm2. Kualitas uap yang baik adalah dengan
fraksi kekeringan minimum 70% (pada skala 0-100%) dan temperatur

ideal 70oC
3. Peralatan dan Bahan Pencuci
Peralatan pada instalasi pencucian menggunakan bahan pencuci kimiawi
dengan komposisi dan kadar tertentu, agar tidak merusak bahan yang dicuci/
linen, mesin pencuci, kulit petugas yang melaksanakan dan limbah buangannya
tidak merusak lingkungan.
a. Peralatan pada instalasi pencuci antara lain :
1) Mesin cuci/ Washing machine
2) Mesin peras/ Washing extractor
3) Mesin pengering/ Drying tumbler
4) Mesin penyetrika/ Flatwork ironer
5) Mesin penyetrika pres/ Presser ironer
6) Mesin jahit/ Sewing machine
b. Produk bahan kimia
Proses kimiawi akan berfungsi dengan baik apabila 3 faktor diatas
bereaksi dengan baik. Menggunakan bahan kimia berlebihan tidak akan

15
membuat hasil menjadi lebih baik, begitu pula apabila kekurangan.
Bahan kimia yang dipakai secara umum terdiri dari :
1) Alkali
Mempunyai peran meningkatkan fungsi atau peran deterjen dan
emulsifier serta membuka pori linen
2) Detergen = sabun pencuci
Mempunyai peran menghilangkan kotoran yang bersifat asam secara
global
3) Emulsifier
Mempunyai peran untuk mengemulsi kotoran yang berbentu minyak
dan lemak.
4) Bleach = pemutih
Mengangkat kotoran/ noda, mencemerlangkan linen, dan bertindak
sebagai desinfektan, baik pada linen yang berwarna (ozone) dan yang
putih (chlorine)
5) Sout/ penetral
Menetralkan sisa dari bahan kimia pemutih sehingga pH-nya menjadi
7 atau netral
6) Softener
Melembutkan linen. Digunakan pada proses akhir pencucian
7) Starch/ kanji
Digunakan pada proses akhir pencucian untuk membuat linen menjadi
kaku, juga sebagai pelindung linen terhadap noda sehingga noda tidak
sampai ke serat.
4. Pemeliharaan Ringan Peralatan
Alat cuci pada instalasi pencucian laundry rumah sakit dijalankan oleh para
operator alat, dengan demikian para operator alat harus memelihara peralatannya.
Berbagai kelainan pada saat pengoperasiannya, misalnya kelainan bunyi pada alat
dapat segera dikenalai oleh para operator. Pemeliharaan ringan peralatan
pencucian terdiri dari :

16
a. Pembersihan peralatan sebelum dan sesudah pemakaian, dilakukan setiap
hari.
b. Pemeriksaan bagian-bagian yang bergerak, dilakukan pemeriksaan satu
bulan sekali yaitu pda bearing, engsel pintu alat atau roda yang berputar
c. Pemeriksaan V-belt dilakukan setiap satu bulan, yakni secara visual
dengan melihat keretakan lempeng v-belt, dan dengan perabaan untuk
menilai kehalusan v-belt dan ketegangannya (kelenturan).
d. Pemeriksaan pipa uap panas (steam) dilakukan setiap akan dimulai
menjalankan alat pencucian.

G. Prosedur Pelayanan Linen


1. Perencanaan linen
a. Sentralisasi Linen
Sentralisasi merupakan suatu keharusan yang dimulai dari proses
perencanaa, pemantauan, dan evaluasi, dimana merupakan suatu siklus
berputar. Sifat linen adalah barang habis pakai. Supaya terpenuhi persyaratan
mutlak yaitu kondisi yang selalu siap pakai baik dari segi kualitas dan
kuantitas, maka perlu diadakan sistem pengadaan satu pintu yang sudah
terprogram dengan baik. Untuk itu diperlukan kesepakatan-kesepakatan baku
dan merupakan satu kebijakan yang turun dari pihak Top Level Management
yang kemudian diaplikasikan menjadi suatu standar yang harus dijalankan dan
dilaksanakan dengan prosedur tetap (protap) dan petunjuk teknis (juknis) yang
selalu dievaluasi.
b. Standarisai Linen
Secara fungsional linen digunakan untuk baju, alas, pembungkus, lap, dan
sebagainya, sehingga dalam perkembangan manajemennya menjadi tidak
sederhana lagi, berhubung tiap bagian di rumah sakit mempunyai spesifikasi
pekerjaan, jumlah kebutuhan yang benar, frekuensi cuci yang besar, frekuensi
cuci yang tinggi, keterbatasan persediaan, penggunaan yang majemuk dan
imageyang ingin dicapai. Oleh karena itu perlukan standar linen antara lain :

17
1) Standar produk, berhubung sarana kesehatan bersifat universal, maka
sebaiknya setiap rumah sakit mempunyai standar produk yang sama,
agar bisa diproduksi massal dan mencapai skala ekonomi.
2) Standar desain, pada dasarnya baju rumah sakit lebih mementingkan
fungsinya daripada estetikanya, maka desain yang sederhana,
ergonomis, dan unisex merupakan pilihan yang ideal.
3) Standar material, pemelihan material harus disesuaikan dengan fungsi,
cara perawatan dan penampilan yang diharapkan.
4) Standar ukuran, ukuran linen sebaiknya dipertimbangkan tidak hanya
dari sisi penggunaanya, tetapi juga dari biaya pengadaan dan biaya
operasional yang timbul.
5) Standar jumlah, idealnya jumlah stok linen 5 par (kapasitas) dengan
posisi 3 par berputar diruangan : stok 1 par dicuci, stok 1 par
cadangan dan 2 par mengendap di logistik : 1 par sudah dijahit, 1 par
berupa kain.
6) Standar penggunaan, linen yang baik seharusnya tahan cuci sampai
350 kali dengan prosedur normal.
c. Tenaga Laundry
Untuk mencegah infeksi yang terjadidi dalam pelaksanaan kerja terhadap
tenaga pencuci maka perlu ada pencegahan dengan :
1) Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala
2) Pemberian imunisasi poliomyelitis, tetanus, BCG dan Hepatitis
3) Pekerja yang memiliki permasalahan kulit : luka-luka, ruam, kondisi
kulit eksfolatif tidak boleh melakukan pencucian.
2. Penataklasaan Linen
a. Tahapan Pencucian Linen
1) Pengumpulan, dilakukan :
Pemilahan antara linen infeksius dan non-infeksius dimulai dari
sumber dan memasukan linen ke dalam kantong plastik sesuai
jenisnya dan diberi label.
2) Menghitung dan mencatat linen diruangan.

18
b. Penerimaan linen kotor dan penimbangan prosedur pencatatan
Linen kotor diterima yang berasal dari ruangan dicatat berat timbangan
sedangkan jumlah satuan berasal dari informasi ruangan dengan formulir
yang sudah di standarkan. Tidak dilakukan pembongkaran muatan untuk
mencegah penyebaran organism. Membersihkan linen kotor dan tinja,
darah, urin, dan muntahan kemudian merendamnya menggunakan
desinfektan. Mencuci dikelompokan berdasarkan tingkat kekotorannya.
Penimbangan sesuai dengan kapasitas dimaksudkan untuk menghitung
kebutuhan bahan-bahan kimia dalam tahapan proses pencucian.
c. Pencucian
Pencucian mempunyai tujuan selain utuk menghilangkan noda (bersih),
awet (tidak cepat rapuh), namun memenuhi persyaratan sehat (bebas dari
mikroorganisme pathogen). Sebelum melakukan pencucian setiap harinya
lakukan pemanasan-desinfeksi untuk membunuh seluruh mikroorganisme
yang mungkin tumbuh dalam semalam di mesin-mesin cuci. Untuk dapat
mencapai tujuan pencucian harus mengikuti persyaratan teknis pencucian :
1) Waktu
Waktu merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan temperature
dan bahan kimia guna mencapai hasil cucian yang bersih, sehat. Jika
waktu tidak tercapai sesuai dengan yang di persyaratkan, maka kerja
bahan kimia tidak berhasil dan yang terpenting mikroorganisme dan
jenis pest seperti kutu dan tungau dapat mati
2) Suhu

Suhu yang di rekomendasikan untuk tekstil : katun 90oC; Polykatun <

80 oC;polyester <75 oC; woll dan silk < 30 oCsedangkan suhu terkait
dengan pencampuran bahan kimia dan proses :
a) Proses pra cuci dengan tanpa/bahan kimia dengan suhu normal
b) Proses cuci dengan bahan kimia alkali dan detergen untuk linen

warna putih 45-50oC, untuk linen warna 60-80 oC

19
c) Proses bleaching atau dilakukan desinfeksi 65 oC atau 71 oC -
Proses bilas I dan II dengan suhu normal
d) Proses penetralan dengan suhu normal
e) Proses pelembut/pengkanjian dengan suhu normal
3) Bahan kimia
Bahan kimia yang digunakan terdiri dari : alkali, emulfisier, detergen,
bleach (Chlorine bleach, dan oksigen bleach), sour, softener dan
starch. Masing-masing mepunyai fungsi sendiri penanganan linen
infeksius dipersyaratakan menggunakan bahan kimia Chlorine
formulasi 1% atau 10.000 ppm.
4) Mechanical action
Adalah perputaran mesin pada saat proses pencucian. Factor-faktor
yang memepengaruhinya adalah :
Loading muatan yang tidak sesuai dengan kapasitas mesin. Mesin
harus dikosongkan 25% dari kapasitas mesin
a) Level air yang tidak tepat
b) Motor penggerak yang tidak stabil
c) Takaran detergen yang berlebihan
5) Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan mesin pengering/drying yang

mempunyai suhu sampai 70oC selama 10 menit. Pada proses ini


jika mikroorganisme yang belum mati atau terjadi kontaminasi
ulang diharapkan dapat mati.
6) Penyetrikaan
Penyetrikaan dapat dilakukan dengan mesin setrika besar dapat di

setel sampai dengan suhu 120 oC namun harus diingat bahwa linen
mempunyai keterbatasan terhadap suhu sehingga di setel antara 70-80
oC

7) Penyimpanan

20
Penyimpanan mempunyai tujuan selain melindungi linen dari
kontaminasi ulang baik dari bahaya seperti mikroorganisme dan pest
juga mengontrol posisi linen yang terdapat di ruang penyimpanan
dipisahkan menurut masing- masing ruangan dan diberi obat ngengat
yaitu kapur barus. Linen harus
8) Distribusi
Pendistribusian merupakan aspek administrasi yang penting yaitu
pencatatan linen yang keluar. Disini diterapkan system FIFO yaitu
linen yang tersimpan sebelumnya 1,5 par yang mengendap di
penyimpanan harus dikeluarkan dilakukan berdasarkan kartu tanda
terima dari petugas penerima, kemudian petugas menyerahkan linen
bersih kepada petugas ruangan sesuai kartu tanda terima.setiap linen
yang dikeluarkan dicatat sesuai identitas yang tertera disetiap linen,
nomor berapa yang keluar dan nomor berapa yang disimpan, dengan
pencatatan tersebut dapat diketahui berapa kali linen di cuci dan linen
mana saja yang mengendap tidak digunakan.
9) Pengangkutan
a) Kantong untuk membungkus linen bersih harus dibedakan dengan
kantong yang digunakan untuk membungkus linen kotor
b) Menggunakan kereta dorong yang berbeda dan tertutup antara linen
kotor dan linen bersih. Kereta dorong harus dicuci dengan
desinfektan setelah digunakan mengangkut linen kotor.Waktu
pengangkutan linen bersih dan kotor tidak boleh dilakukan dalam
waktu bersamaan.
c) Linen bersih diangkut dengan kereta dorong yang berbeda warna
d) Rumah sakit yang tidak mempunyai laundry tersendiri,
pengangkutannya dari dan ke tempat laundry harus menggunakan
mobil khusus.
e) Petugas yang bekerja dalam pengelolaan laundry linen harus
menggunakan pakaian kerja khusus, alat pelindung diri dan

21
dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, serta dianjurkan
memperoleh imunisasi hepatitis B.
3. Prosedur Penanganan Linen Kotor Infeksius dan Linen Kotor Tidak
Terinfeksi
a. Linen Kotor Infeksius
1) Biasakan mencuci tangan hygienis dengan sabun paling tidak 10-15
detik sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan.
2) Gunakan APD : sarung tangan, masker, dan apron
3) Persiapkan alat dan bahan : sikat, spayer, ember dengan tulisan linen
infeksius, lem warna merah untuk tutup dan sebagai segel
4) Lipat bagian yang terinfeksi di bagian dalam lalu masukan linen kotor
infeksius ke dalam ember tertutup dan bawa ke spoel hock.
5) Noda darah atu feses dibuang ke dalam baskom, basahkan dengan air
dalam sprayer dan masukan kedalam kantung transparan dengan
pemisahan antara linen warna dan linen putih (kantung khusus linen
kotor infeksius). Sampah tercampur seperti jarum suntik tempatkan di
wadah penampungan jarum suntik.
6) Lakukan penutupan kantung dengan bahan lem kuat yang berwarna
merah ( masih dapat lepas pada suhu pemanasan desinfeksi) yang juga
berfungsi sebagai segel.
7) Beberapa kantung linen kotor infeksius yang sudah tertutup/ segel
dimasukan kembali ke dalam kantung luar bewarna ( sesuai dengan
standart).
8) Siapkan troli linen kotor dekat dengan ruang spoel hock.
9) Kumpulkan ke troli linen kotor siap dibawa ke laundry dalam keadaan
tertutup.
b. Linen Kotor Tidak Terinfeksi
1) Biasakan mencuci tangan hygienic dengan sabun paling tidak 10-15
detik sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan
2) Gunakan APD : sarung tangan, masker dan apron
3) Persiapkan alat dan bahan

22
4. Proses Pencucian Linen Kotor Infeksius dan Linen Kotor Non Infeksius
a. Linen Kotor Non Infeksius
Proses pencucian linen non infeksius adalah linen dimasukan ke dalam
mesin cuci kemudian ditambahkan air dan merendamnya selama 5 menit,
petugas linen mengganti air tersebut dengan air panas dan menambahkan
detergen untuk proses pencucian. Lama waktu pencucian sekitar 15 menit.
Setelah itu lakukan pembilasan sebanyak 2 kali, dan memberikan
penambahan softener pada bilasan terakhir. Kemudian linen diperas dan
masuk ke dalam mesin pengering (Nugraheni,2013).
b. Linen Kotor Infeksius
Menurut Nugraheni (2013) proses pencucian linen kotor infeksius
hamper sama dengan pencucian linen kotor ringan yaitu dimulai dari
penimbangan, perendaman, penggantian air dan penambahan deterjen,
pembilasan dan pengering. Jumlah mesin peras dan pengering di RS X
Yogyakarta sebanyak 2 unit mesin peras dengan kapasitas 80 kg dan 2 unit
mesin pengering dengan kapasitas 80 kg.
Pemerasan adalah proses pengurangan kadar air setelah tahap
pencucian selesai. Lama proses pemerasan selama 5-8 menit dengan mesin
pada putaran tinggi, sedangkan pengeringan dilakukan dengan mesin

pengering yang mempunyai suhu 70oC selama 10 menit.


Setelah proses pencucian selesai linen kemudian dibawa ke bagian
proses finishing untuk dilakukan pengerolan, penyetrikaan dan pelipatan.
Setelah selesai dilipat, linen disimpan di tempat penyimpanan sementara
sebelum akhirnya didistribusikan ke bangsal-bangsal sesuai dengan
fungsinya.
5. Perlengkapan Pelindungan Diri (APD) dalam Memroses Linen
Petugas pelayanan kesehatan setiap hari dihadapkan kepada tugas berat
untuk bekerja dengan aman dalam lingkungan yang membahayakan. Kini,
risiko pekerja yang umum dihadapi oleh petugas pelayanan kesehatan adalah
kontak dengan darah dan duh tubuh sewaktu perawatan rutin pasien. Pemaparan

23
terhadap pathogen ini meningkatkan risiko mereka terhadap infeksi yang serius
dan kemungkinan kematian (Tietjen dkk, 2004).
a. Sarung Tangan
Sarung tangan (lebih baik sarung tangan yang digunakan dalam rumah
tangga) dan sepatu tertutup yang melindungi kaki dari kejatuhan benda
(tajam). Darah yang terciprat ke tubuh.
Dipakai pada saat:
1) Menangani larutan desinfektan
2) Mengumpulkan dan menangani linen kotor
3) Membawa linen kotor
4) Mencuci linen kotor dengan tangan
5) Memasukan ke dalam mesin cuci
b. Apron plastic atau karet dan kaca mata
Dipakai pada saat:
1) Memilih kain kotor
2) Mencuci linen kotor dengan tangan
3) Memasukan linen ke dalam mesin cuci

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Laundry rumah sakit adalah tempat penyucian linen yang dilengkapi dengan
sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan bahan desinfektan, mesin uap,
pengering, meja dan meja setrika. Unit laundry merupakan unit yang melakukan
pengolahan linen rumah sakit, khususnya linen yang merupakan kelengkapan
tempat tidur pasien rawat inap.
Linen juga dapat diartikan sebagai bahan-bahan dari kain yang digunakan
dalam fasilitas perawatan kesehatan oleh staf rumah tangga (kain tempat tidur dan
handuk), staf pembersih (kain pembersih, gaun, dan kap), personel bedah (kap,
masker, baju cuci, gaun bedah, drapes dan pembungkus), serta staf di unit khusus
seperti ICU dan unit- unit lain yang melakukan prosedur medic invasive (seperti
anestesiologi, radiologi, atau kardiologi).

B. Saran
Dengan terselesaikannya tugas ini, diharapkan dapat menambah wawasan
dan pengetahuan kita tentang manajemen logistic rumah sakit yang dalam tugas
ini berfokus pada sistem pengendalian logistic linen rumah sakit, tugas ini penulis
susun dengan sebaik mungkin dan agar dapat lebih baik lagi. Saran dan kritik
pembaca sangat kami harapkan untuk melengkapi kekurangan tugas ini.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Nauli M. Analisis Pengelolaan Linen Laundry di Rumah Sakit Umum X

kota Medan Tahun 2015 (SKRIPSI): Universitas Sumatera Utara. 2015

2. Zulkifli S, Susilawati. Gambaran Pengelolaan Linen di Rumah Sakit Umum

Yarsi Pontianak. Jurnal Sanitarian. 2016

26

Anda mungkin juga menyukai