Dasar Dasar Teknik Mikrobiologi
Dasar Dasar Teknik Mikrobiologi
Dasar Dasar Teknik Mikrobiologi
DISUSUN OLEH :
NIM : 20180311112
SESI : 05
KELOMPOK : 1
ANGGOTA KELOMPOK :
2. Michelle 20180311111
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Saya panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-
Nya, penyusunan laporan praktikum Mikrobiologi Farmasi (dasar-dasar teknik mikrobiologi) ini
dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Selesainya laporan ini tidak terlepas dari kritik, saran, serta bantuan yang sangat besar dari berbagai
pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini Saya ingin mengucapkan Terima Kasih kepada berbagai
pihak yang telah memberikan bantuan moril baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga
Saya dapat menyelesaikan laporan ini, yaitu :
Saya menyadari bahwa laporan ini masih terdapat kekurangan baik dalam segi isi, tata bahasa,
maupun penulisan, sehingga diperlukan segala bentuk saran maupun kritik yang bersifat
membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Penyusun
PERCOBAAN IV
I. TUJUAN
Untuk menanam suatu mikroba perlu diperhatikan faktor- faktor nutrisi serta
kebutuhan akan oksigen (gas, O2 atau udara). Cara menumbuhkan mikroba yang anaerob
sangat berbeda dengan yang aerob. Mengisolasi suatu mikroba ialah memisahkan mikroba
tersebut dari lingkungannya di alam dan menumbuhkannya sebagai biakan murni dalam
medium buatan. Untuk isolasi harus diketahui cara-cara menanam dan menumbuhkan
mikroba pada medium biakan serta syarat-syarat lain untuk pertumbuhannya (Jutono dkk,
1980).
Teknik-teknik isolasi mikroorganisme yaitu Streak Plate, teknik ini digunakan untuk
mengisolasi kultur murni bakteri. Jarum ose yang penuh sel bakteri di goreskan di permukaan
steril pada padatan agar media nutrisi yang terkandung dalam piring petri. Spread Plate, dalam
metode ini setetes cairan yang mengandung suspensi mikroorganisme ditempatkan di tengah
cawan petri yang berisi agar dan disebarkan di permukaan agar menggunakan batang bengkok
atau batang gelas berbentuk L. Pour Plate, dalam teknik ini suspensi mikroorganisme
ditambahkan ke tabung yang berisi agar meleleh didinginkan dengan sekitar 420C sampai
450C. Bakteri dan agar yang di tengah dicampur dengan baik dan suspensi dituang ke dalam
cawan petri steril menggunakan teknik aseptik (Atlas, 1997).
Bakteri atau mikroba lainnya dapat dilihat dengan mikroskop cahaya tanpa
pewarnaan/pengecatan atau dengan pewarnaan/pengecatan.Pengamatan tanpa pengecatan
lebih sukar dan tidak dapat dipakai untuk melihat bagian-bagian sel dengan teliti karena sel
bakteri atau mikroba lainnya transparan atau semi transparan.Dengan pengecatan, dapat
dilihat struktur sel mikroba lebih seksama.Fungsi pengecatan adalah a).memberi warna pada
sel atau bagian-bagiannya sehingga member kontras dan tampak lebih jelas, b). dapat untuk
menunjukkan bagian-bagian struktur sel, c). membedakan mikroba satu dengan yang lain,dan
d). menentukan pH 36 dan potensial oksidasi reduksi ekstraseluler dan intraseluler (Jutono
dkk., 1980).
Cara fiksasi yang paling banyak digunakan dalam pengecatan bakteri adalah dengan membuat
lapisan suspensi/pulasan bakteri di atas gelas benda, kemudian dikering anginkan dan
dilalukan beberapa kali di atas nyala lampu spiritus (Jutono dkk., 1980).
Cara kerja :
1. Dinginkan media NA dalam tabung reaksi sampai suhu ± 45 - 500C (cirinya : terasa
hangat di kulit/tidak “kemranyas‟).
2. Buka tutup tabung yang mengandung kultur murni bakteri, dan bakar leher botol.
3. Pindahkan 1 ml kultur murni bakteri ke dalam tabung reaksi yang mengandung NA
secara aseptis.
4. Bakar leher tabung di atas bunsen, dan tuangkan media NA yang telah mengandung
kultur murni bakteri ke dalam cawan petri.
5. Goyangkan perlahan-lahan untuk mencampur kultur bakteri dengan NA sampai
homogen.Penggoyangan petri jangan terlalu kuat. Pada saat penuangan media, petri bisa
diletakkan dalam radius maksimal 20 cm dari sumber api (zona steril)
6. Setelah agar memadat diinkubasi terbalik pada suhu kamar selama 24 jam. Inkubasi
terbalik dilakukan setelah agar memadat. Amati pertumbuhannya.
Cara kerja :
1. Panaskan jarum ose hingga memijar di atas bunsen, kemudian dinginkan. Gunakan
ose yang telah dingin untuk menggores pada permukaan media agar dalam cawan petri.
2. Ambil 1 ose kultur murni bakteri dan goreskan pada permukaan media agar dimulai
pada satu ujung. Perhatikan teknik penggoresan! (lihat Gambar 3, 4, 5, 6). Ose
disentuhkan pada permukaan media agar dalam cawan petri, sewaktu menggores ose
dibiarkan meluncur di atas permukaan agar.
3. Setiap kali menggoreskan ose untuk kuadran berikutnya, pijarkan ose terlebih dahulu
dan biarkan dingin.
4. Inkubasikan secara terbalik pada suhu kamar selama 24 jam dan amati
pertumbuhannya.
IV. HASIL
- Jamur oncom
V. PEMBAHASAN
Teknik yang dipakai untuk pembiakan mikroba adalah spread plate dan pour plat.
Kelompok 1 membawa sampel berupa dahak dan oncom. Langkah awal yang dilakukan
adalah menimbang oncom sebanyak 1 gram lalu dimasukkan ke dalam mortar lalu di tumbuk
dan ditambahkan aquadest sebanyak 1 ml. Setelah itu dimasukkan kedalam tabung reaksi dan
ditutup dengan aluminium foil. Untuk dahak diencerkan dengan aquadest lalu dimasukkan
kedalam tabung reaksi. Setelah jadi sampel dari oncom dan dahak dilakukan pengenceran.
Sampel yang sudah dibuat tadi dipipet sebanyak 1 mil dan dipindahkan ke tabung reaksi yang
sudah berisi aquadest steril sebanyak 9 ml lalu di vortex dan di labeli 10-1, selanjutnya di pipet
lagi dari tabung 10-1 sebanyak 1 ml dan masukkan ke dalam tabung yang kedua lalu di votex
kembali dan labeli 10-2. Lalu di pipet kembali dari tabung 10-2 sebanyak 1 ml dan masukkan
kedalam tabung ketiga, divortex kembali dan labeli 10-3. Kita hanya melakukan pengenceran
sebanyak 3 kali dan pengenceran ketiga ini yang dipakai untuk isolasi. Pengenceran oncom
dan dahak harus dibedakan agar tidak tertukar.
Untuk teknik spread plate media dimasukkan kedalam cawan petri ditunggu sampai
medianya membeku lalu dimasukkan sampelnya dan ratakan menggunaka spreader. Dan
untuk teknik pour plate sampel dimasukkan terlebih dahulu setelah itu dimasukkan medianya
agar sampelnya merata letakkan cawan petri di meja dan goyangkan perlahan agar sampel
merata. Setelah itu inkubasikan secara terbalik selama 24 jam, setelah 24 jam akan terbentuk
koloni dan koloninya dihitung. Tapi pada kelompok kami koloni bakterinya tidak terlalu
banyak jadi tetapi pada jamur koloniny sangat banyak. Setelah dihitung koloninya mikroba
yang ada di dalam cawan petri dipindahkan ke dalam tabung reaksi yang berisi media agar
miring, dipindahkan di dalam ruang terpisah secara aseptis dan di diamkan selama 2 hari.
Setelah 2 hari akan dilakukan pengamatan mikroskopis pada media agar miring yang berisi
jamur dari oncom. Siapkan 5 objek glass, lampu bunsen, jarum ose, media agar miring yang
sudah ditumbuhi jamur dan metilen blue lalu amati dibawah mikroskop. Setelah diamati
dibawah mikroskop jamur kelompok kami terkontaminasi jamur roti. Tetapi kelompok kami
mendapatkan juga jamur oncomnya.
Kingdom : fungi
Filum : Ascomycota
Kelas : Sordariomycetes
Ordo : Sordariales
Famili : Sordariaceae
Genus : Neurospora
Spesies : Neurospora sitophila
Pertumbuhan jamur ini yang sangat pesat, warna jingganya yang khas,serta
bentuk spora (konidia) yang berbentuk seperti tepung merupakanciri-ciri khas kapang
ini. Dalam kehidupan sehari-hari kapang Neurospora telah memegang peranan
penting terutama dalam pengolahan makanan fermentasi. Kapang Neurospora telah
dimanfaatkan untuk membuat oncom yang sangat populer bagi masyarakat Jawa
Barat. Nama Neurospora berasal dari kata neuron (= sel saraf), karena guratan-guratan
pada sporanya menyerupai bentuk akson. Jamur oncom termasuk dalam kelompok
kapang (jamur berbentuk filamen). Sebelum diketahui perkembangbiakan secara
seksualnya, jamur oncom masuk kedalam kelompok Deuteromycota, tetapi setelah
diketahui fase seksualnya (teleomorph), yaitu dengan pembentukan askus, maka jamur
oncom masukke dalam golongan Ascomycota.
Siklus hidup Neurospora sitophila :
- Mula-mula Hifa berbeda jenis saling berdekatan.
- Hifa betina akan membentuk Askogonium dan hifa jantan akan
membentuk Anteridium, masing-masing berinti haploid.
- Dari askogonium akan tumbuh Trikogin yaitu saluran yang
menghubungkan askogonium dan anteridium.
- Melalui trikogin anteridium pindah dan masuk ke askogonium sehingga
terjadi plasmogami.
- Askogonium tumbuh membentuk sejumlah hifa askogonium yang
dikarion. Pertumbuhan terjadi karena pembelahan mitosis antara inti-inti
tetapi tetap berpasangan.
- Pada ascomycota yang memiliki badan buah, kumpulan hifa askogonium
yang dikariotik ini membentuk jalinan kompak yang disebut Askokarp.
Ujung-ujung hifa pada askokarp membentuk askus dengan inti haploid
dikariotik.
- Di dalam askus terjadi kariogami menghasilkan inti diploid.
- Di dalam askus terdapat 8 buah spora. Spora terbentuk di dalam askus
sehingga disebut sporaaskus. Spora askus dapat tersebar oleh angin. Jika
jatuh di tempat yang sesuai, spora askus akan tumbuh menjadi benang hifa
yang baru. sedangkan perkembangbiakan secara aseksual dengan
pembentukan konidia.
Jika Neurospora sitophila jenis (+) bertemu dengan Neurospora sitophila jenis
(-), maka terjadilah perkembang-biakan seksual kemudian terbentuklah askus yang
berisi askospora. Askus-askus ini tubuh di dalam tubuh buah yang disebut peritesium
. Tiap askus mengandung 8 askospora.
VI. KESIMPULAN
Pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa pemindahan mikroba harus dilakukan
secara aseptis agar mencegah adanya kontaminasi mikroorganisme yang tidak dikehendaki.
Hal ini dilakukan dengan cara meminimalisir adanya kontaminan dengan mendekatkan media
pada lampu Bunsen saat pemindahan bakteri. Teknik-teknik isolasi mikroba yang digunakan
adalah spread plate dan pour plate. Teknik isolasi mikroorganisme adalah suatu usaha untuk
menumbuhkan mikroba diluar dari lingkungan alamiahnya. Untuk memperoleh biakan murni.
Biakan murni yaitu mikroba yang sudah tidak bercampur lagi dengan mikroba lainny. Teknik
isolasi harus dilakukan dengan steril agar tidak terkontaminasi oleh mikroba dari luar.
DAFTAR PUSTAKA
C. Brown Publishers.