Referat Bipolar
Referat Bipolar
Referat Bipolar
Gangguan bipolar merupakan gangguan mood kronis yang ditandai dengan adanya
episode mania atau hipomania yang terjadi secara bergantian atau bercampur
dengan episode depresi. Gangguan bipolar disebut juga sebagai depresi manik,
gangguan afektif bipolar atau gangguan spektrum bipolar.1
Hingga saat ini belum ada hipotesis tunggal yang dapat menyatukan data genetik,
biokimia, farmakologis, anatomi, dan tidur pada gangguan bipolar. Studi biokimia
sedang dilakukan untuk meneliti transmitter (katekolamin, serotonin, gamma
aminobutyric acid (GABA), glutamat dan lainnya), hormon (brain-derived
neurotrophic factor, tiroid dan lainnya), dan steroid.2
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gangguan bipolar merupakan gangguan mood kronis yang ditandai dengan adanya
episode mania atau hipomania yang terjadi secara bergantian atau bercampur
dengan episode depresi. Gangguan bipolar disebut juga sebagai depresi manik,
gangguan afektif bipolar atau gangguan spektrum bipolar.1
Istilah mania digunakan ketika terjadi peningkatan mood yang berat dan
berkelanjutan atau terkait dengan gejala psikotik, yang mengarah ke gangguan
perilaku dan fungsi. Hipomania mengacu pada peningkatan mood yang lebih
ringan, yang mungkin cukup singkat, dengan tingkat gangguan yang lebih rendah.
Namun, hipomania dapat berkembang menjadi mania.3 Episode depresi mayor
adalah ketika terdapat 5 atau lebih gejala depresi yang menetap selama setidaknya
2 minggu dan terjadi hampir setiap hari, dan menyebabkan gangguan fungsi atau
stres.3
2.2 Epidemiologi
Gangguan bipolar I terjadi hampir sama rata pada pria dan wanita dengan prevalensi
sebesar 0,4 – 1,6%. Gangguan bipolar II lebih umum terjadi pada wanita dengan
prevalensi sekitar 0,5%. Pada sebuah studi populasi, prevalensi bipolar secara
signifikan lebih tinggi pada wanita. Penelitian yang melibatkan gabungan sampel
dari 61.392 orang yang tinggal di 11 negara, utamanya di Amerika, Eropa dan Asia,
menyebutkan bahwa prevalensi total gangguan bipolar seumur hidup sebesar 2,4%.
Pada tahun 2012, prevalensi penderita gangguan bipolar I dan bipolar II di Kanada
berturut-turut adalah 0,87% dan 0,57%. Prevalensi ini tidak dibedakan atas jenis
kelamin. Prevalensi gangguan bipolar menurun seiring pertambahan usia serta
tingkat pendidikan dan prevalensinya pada individu yang tidak bekerja lebih tinggi
dibandingkan dengan individu yang bekerja. Namun, prevalensi gangguan bipolar
tidak selalu berkaitan dengan jenis kelamin, ras/etnis atau pendapatan.1
2
2.3 Patofisiologi
Hingga saat ini belum ada hipotesis tunggal yang dapat menyatukan data genetik,
biokimia, farmakologis, anatomi, dan tidur pada gangguan bipolar. Studi biokimia
sedang dilakukan untuk meneliti transmitter (katekolamin, serotonin, gamma
aminobutyric acid (GABA), glutamat dan lainnya), hormon (brain-derived
neurotrophic factor, tiroid dan lainnya), dan steroid.2
Beberapa hipotesis serotonin juga telah diajukan, baik sendiri atau berhubungan
dengan sistem lain. Hipotesis serotonin menyatakan bahwa fungsi serotonergik
yang rendah berperan dalam keadaan manik dan depresi karena inhibisi yang rusak
pada neurotransmitter lain (terutama norepinefrin dan dopamin). Beberapa ahli
3
menggunakan hipotesis untuk menjelaskan mengapa beberapa pasien bipolar lebih
cocok mendapatkan antidepresan. 2
4
2.5 Klasifikasi
Gangguan bipolar dapat diklasifikasikan menjadi gangguan bipolar I, gangguan
bipolar II yang merupakan dua tipe utama serta siklotimia dan gangguan spektrum
bipolar.1 Tipe I didiagnosis ketika diidentifikasi setidaknya satu episode manik.
Biasanya depresi berulang juga terjadi, tetapi pada 5 hingga 10 persen kasus tidak
ada episode depresi mayor yang dapat didiagnosis, meskipun hampir selalu ada
episode depresi minor. Gangguan bipolar tipe II didagnosis bila tidak ada episode
mania, dan ada setidaknya satu episode hipomanik dan setidaknya satu episode
depresi utama.4
2.6 Gejala
Gejala utama gangguan bipolar ialah mania/hipomania dan depresi. Gejala dari
episode mania diantaranya:1
5
Memiliki penilaian yang buruk dan mengambil keputusan secara impulsif
yang mengarah pada perilaku berbahaya.
Hipomania merupakan episode mania yang lebih ringan dengan gejala yang sama
namun terjadi dalam waktu yang lebih singkat, biasanya 4 hari dan biasanya tidak
disadari karena tidak berbeda secara signifikan dengan kebiasaan normal.1
6
2.7 Diagnosis
Kriteria diagnosis bipolar berdasarkan DSM V:4
1. Episode Manik:
A. Ditemukan mood yang secara abnormal meningkat atau tidak stabil,
bertahan hampir setiap hari selama setidaknya 1 minggu (atau
selama durasi dari perawatan).
B. Dalam keadaan mood terganggu, 3 (atau lebih) dari gejala berikut
harus ada (4 apabila mood hanya tidak stabil) dan harus ada dalam
derajat yang signifikan.
1) Peningkatan kepercayaan diri atau grandiosity
2) Kurangnya kebutuhan tidur
3) Lebih banyak bicara dari biasanya
4) Flight of ideas
5) Distractibility
6) Increase in goal-directed activity or psychomotor agitation
7) Peningkatan keterlibatan dalam aktivitas yang
menyenangkan pasien yang dapat memberikan konsekuensi
buruk
C. Gangguan mood yang parah dapat menyebabkan pasien terganggu
dalam sosial maupun pekerjaan. Mengganggu fungsi sehari-hari dan
sebaiknya dirawat guna menghindari kemungkinan merugikan diri
sendiri ataupun orang lain. Atau apabila pasien memiliki gangguan
psikotik.
D. Gejala pasien tidak merupakan efek dari substansi lain
7
2. Episode Depresif:
A. Lima (atau lebih) dari gejala berikut harus ada sekurang-kurangnya
selama 2 minggu. Setidaknya salah satu gejalanya merupakan
depressed mood atau loss of interest or pleasure. Gangguan yang
disebabkan oleh kondisi medis lain tidak boleh diikut sertakan.
1) Mood yang depresif hampir setiap hari (seperti merasa sedih,
kosong, atau hopeless). Atau dilihat dari observasi orang lain
(pasien yang terlihat menangis atau murung). Pada anak atau
orang tua dapat terlihat mood yang labil.
2) Kehilangan keinginan atau kesenangan yang nyata dalam
segala hal hampir setiap hari.
3) Penurunan berat badan yang signifikan saat tidak melakukan
diet atau peningkatan berat badan (perubahan 5% dari berat
badan selama 1 bulan), atau peningkatan atau kurangnya
napsu makan hampir setiap hari. (pada anak-anak lebih
memperhatikan kegagalan untuk mencapai berat badan yang
diharapkan).
4) Sulit tidur atau tidur terlalu banyak hampir setiap hari.
5) Psychomotor agitation or retardation hampir setiap hari
(diobservasi dari orang lain atau perasaan subjektif merasa
lamban dan lelah)
6) Lemas atau kehilangan energi hampir setiap hari.
7) Merasa tidak berguna atau terus merasa bersalah hampir
setiap hari.
8) Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau
berkonsentrasi hampir setiap hari.
9) Pengulangan pikiran untuk mati (atau takut akan kematian),
atau ide untuk bunuh diri tanpa rencana spesifik. Pasien juga
bisa sudah mencoba melakukan bunuh diri atau memiliki
rencana spesifik untuk bunuh diri.
8
B. Gejala tersebut akan mengakibatkan pengurangan atau gangguan
pada kehidupan sosial, pekerjaan, dan lainnya.
C. Episode gejala tersebut bukan merupakan efek dari obat-obatan atau
keadaan medis lain.
3. Gangguan siklotimik:
A. Sekurang-kurangnya 2 tahun (sekurang-kurangnya 1 tahun pada
anak dan remaja) ada banyak periode dengan gejala hipomania yang
tidak memenuhi kriteria episode hipomania dan banyak periode
dengan gejla depresi yang tidak memenuhi kriteria untuk episode
depresi mayor.
B. Selama periode diatas 2 tahun (1 tahun pada anak-anak dan remaja),
Periode hipomania dan depresi ditemukan selama sekurang-
kurangnya setengah dari waktu tersebut dan individu tersebut tidak
pernah tanpa gejala selama lebih dari 2 bulan.
C. Tidak pernah memenuhi kriteria depresi mayor, mania atau
hipomania.
D. Gejala di kriteria A tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan
skizoafektif, skizofrenia, gangguan skizofreniform, gangguan
delusi, atau skizofrenia spesifikasi lain atau tidak terspesifikasi atau
gangguan psikotik lainnya
E. Gejala bukan disebabkan oleh efek fisiologis dari zat (misalnya
penyalahgunaan obat, obat-obatan) atau kondisi medis lainnya
(misalnya, hipertiroidisme).
Berdasarkan PPDGJ:
9
2. Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat tanpa Gejala
Psikotik (F31.4):
A. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2); dan
B. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,
manik, atau campuran di masa lampau
3. Gangguan Afektif Bipolar, Kini dalam Remisi (F31.7):
A. Pasien sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama
beberapa bulan terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurang-
kurangnya 1 episode afektif hipomanik, manik atau campuran di
masa lampau dan ditambah sekurang-kurangnya 1 episode afektif
lain (hipomanik, manik, depresif, atau campuran). Apabila periode
remisi pada saat pengobatan profilaksis dimasukkan ke dalam kode
ini.
10
Riwayat keluarga dengan gangguan bipolar
Insomnia awal
Kehilangan nafsu makan atau berat badan (atau keduanya)
Tingkat aktivitas normal atau meningkat
Masalah somatik (tubuh)
Awitan depresi lama (> 25 tahun)
Durasi episode depresi lebih lama
11
antimanik untuk mengurangi risiko mood yang tidak stabil. Selective serotonin
reuptake inhibitors (SSRI) adalah obat pilihan pada depresi bipolar, karena obat-
obat ini tidak menyebabkan peralihan ke mania. Pedoman saat ini juga
merekomendasikan untuk tidak memberikan antidepresi setelah perbaikan gejala
depresi. Terapi psikologis juga harus dipertimbangkan untuk diberikan bersama
obat-obatan, terutama jika terjadi depresi berkepanjangan atau berulang atau gejala
ringan bertahan.3
2.9.1 Terapi farmakologis yang telah terbukti efektif pada depresi bipolar
a. Kombinasi olanzapine / fluoxetine
Terapi pertama yang disetujui untuk depresi bipolar akut adalah OFC.
Penelitian awal dilakukan pada pasien dengan depresi bipolar untuk menerima
OFC (6 dan 25, 6 dan 50, atau 12 dan 50 mg / hari [n = 86]), olanzapine
monoterapi (n = 370), atau plasebo (n = 377) selama 8 minggu. OFC (rata-rata
dosis harian 7,4 dan 39,3) lebih unggul dibandingkan plasebo dalam tingkat
respons (56,1% vs 30,4%, number needed to treat [NNT] = 4) dan tingkat remisi
(48,8% vs 24,5%, NNT = 5). Monoterapi olanzapine (dosis rata-rata 9,7 mg /
hari) juga lebih unggul dibandingkan dengan plasebo dalam tingkat respons
12
(39,0% vs 30,4%, NNT = 12) dan tingkat remisi (32,8% vs 24,5%, NNT = 12).
8
OFC dikaitkan dengan penambahan berat badan yang signifikan dan disregulasi
metabolik pada pasien dengan depresi bipolar. Proporsi pasien dengan potensi
kenaikan berat badan yang signifikan secara klinis (≥7%) selama pengobatan
OFC lebih tinggi dibandingkan kelompok plasebo (17,4% vs 2,7%, number
needed to harm [NNH] = 7). Selain itu, OFC dikaitkan dengan peningkatan
nafsu makan yang mempengaruhi 12,8% pasien versus 5% pasien yang
menerima plasebo (NNH = 13). Selain itu, telah ditunjukkan bahwa pasien yang
diobati dengan OFC dengan depresi bipolar mengalami diare yang relevan
secara klinis (18,6% vs 6,6%, NNH = 9), tremor (9,3% vs 2,4%, NNH = 15),
asthenia (12,8% vs .2,2%, NNH = 11), dan mulut kering (16,3% vs 6,1%, NNH
= 10) bila dibandingkan dengan plasebo. 8
b. Quetiapine
13
dengan hasil penelitian sebelumnya, namun tidak ada kelompok kontrol aktif
yang berbeda dari plasebo. 8
Sedasi / mengantuk telah ditemukan pada sekitar setengah dari pasien yang
terdaftar dalam studi depresi bipolar jangka pendek dibandingkan dengan
plasebo (56,2% vs 14,4%, NNH = 3) dan merupakan efek samping yang paling
sering menyebabkan penghentian pengobatan secara prematur. Quetiapine juga
dikaitkan dengan penambahan berat badan pada pasien dengan depresi bipolar
(8,4% vs 1,9%, NNH = 16). Selain itu, pasien dengan depresi bipolar yang
diobati dengan quetiapine terbukti mengalami mulut kering yang relevan secara
klinis (42,5% vs 11,1%, NNH = 4), pusing (16,8% vs 8,0%, NNH = 12),
konstipasi (9,9% vs 4,5%, NNH = 19), sindrom ekstrapiramidal (8,6% vs 3,3%,
NNH = 19), dan kelelahan (9,6% vs 6,0%, NNH = 28) bila dibandingkan dengan
plasebo. 8
c. Lurasidone
Efek samping sedikit lebih umum pada dosis yang lebih tinggi (80-120 mg /
hari) dibandingkan pada dosis yang lebih rendah (20–60 mg / hari) dari
monoterapi lurasidone dibandingkan dengan plasebo: mual (dosis lebih tinggi:
14
10,8% vs 2,4%, NNH = 12; dosis lebih rendah: 7,9% vs 2,4%, NNH = 18),
akathisia (dosis lebih tinggi: 17,4% vs 7,7%, NNH = 11; dosis lebih rendah:
10,4% vs 7,7%, NNH = 39), somnolen ( dosis lebih tinggi: 13,8% vs 6,5%,
NNH = 14; dosis lebih rendah: 7,3% vs 6,5%, NNH = 130), sindrom
ekstrapiramidal (dosis lebih tinggi: 9,0% vs 2,4%, NNH = 16 dan dosis rendah:
4,9 % vs 2,4%, NNH = 40), dan muntah (dosis lebih tinggi: 6,0% vs 1,8%, NNH
= 24 dan dosis lebih rendah: 2,4% vs 1,8%, NNH = 154) [30]. Lurasidone
menunjukkan kecenderungan rendah untuk menambah berat badan dalam studi
depresi bipolar (monoterapi: 2,4% vs 0,7%, NNH = 58; tambahan untuk lithium
atau valproat: 3,1% vs 0,3%, NNH = 36). 8
2.9.2 Terapi farmakologis yang belum terbukti efektif pada depresi bipolar
a. Lamotrigin
Lamotrigin, obat yang disetujui untuk fase rumatan gangguan bipolar I, tidak
disetujui untuk depresi bipolar akut. Calabrese dkk pertama kali menunjukkan
kemanjuran lamotrigin dalam pengobatan depresi bipolar akut, tetapi penelitian
selanjutnya tidak mendapatkan hasil serupa. Namun, meta-analisis (monoterapi
lamotrigine) dan satu studi terkontrol plasebo (tambahan untuk lithium)
menunjukkan kemungkinan kemanjuran obat ini pada depresi bipolar akut. 8
Meta analisis ini mencakup 5 uji coba terkontrol plasebo (n = 1072) dengan
durasi studi (7-10 minggu) dan dosis variabel (dosis tetap, 50 mg / hari vs 200
mg / hari; dosis fleksibel 100-400 mg / hari hari). NNT untuk respons yang lebih
besar dari yang diamati pada plasebo adalah 13. Analisis subkelompok
menunjukkan efek pengobatan yang lebih signifikan pada pasien dengan
depresi berat (NNT = 7). Tingkat remisi tidak konsisten dengan lamotrigin
relatif terhadap plasebo. Dalam 8 minggu lain, uji coba terkontrol plasebo yang
melibatkan 124 pasien yang dirawat dengan lithium dengan depresi bipolar
akut, terapi tambahan dengan lamotrigin 200 mg / hari menghasilkan tingkat
respons yang lebih tinggi dibandingkan plasebo (51,6% vs 31,7%, NNT = 5).
Lamotrigin berpotensi menyebabkan ruam sebagai efek samping; Namun,
prevalensi ruam berat pada pasien yang diobati dengan lamotrigin rendah (1
15
dalam 1000-2000), dan studi terkontrol plasebo pada lamotrigin untuk depresi
bipolar memberi NNH 44 untuk ruam ringan. 8
b. Antidepresan
16
a. Depresi bipolar-I: Episode baru.
Efektivitas monoterapi lithium untuk depresi bipolar akut masih kurang jelas
dibandingkan untuk mengobati mania akut atau untuk rumatan. Namun,
beberapa penelitian telah menunjukkan efek signifikan lithium untuk
mengurangi upaya bunuh diri dan kematian pada pasien dengan gangguan
bipolar dibandingkan dengan antidepresan atau mood stabilizer lainnya. Oleh
karena itu, lithium dapat dianggap baik sebagai monoterapi atau sebagai
tambahan untuk beberapa pasien dengan depresi bipolar-I akut, terutama
mereka dengan dorongan bunuh diri. 7
17
gambaran psikotik, risiko bunuh diri yang tinggi, atau komplikasi medis / nutrisi
karena asupan oral yang buruk. Ketamin yang diberikan secara intravena atau
intranasal pada dosis subanestetik dapat dicoba untuk depresi bipolar
nonpsikotik refrakter, namun pengobatan ini masih eksperimental dan belum
tersedia data mengenai efektivitas atau keamanan jangka panjangnya.
Monoterapi antidepresan hampir selalu harus dihindari, terutama untuk pasien
dengan bipolar-I.7
18
lithium dapat dioptimalkan untuk menghasilkan konsentrasi serum 0,8 mEq / L
atau lebih besar. Tidak ada bukti untuk mendukung pengukuran konsentrasi
mood stabilizer atau obat antipsikotik atipikal serum. Namun, untuk pasien
yang menggunakan dosis rendah, dianjurkan untuk meningkatkan dosis obat
harian ke dosis minimum yang terbukti efektif untuk episode depresi bipolar
akut. 7
c. Depresi bipolar-II
Saat ini sangat sedikit penelitian yang berfokus pada pengobatan depresi
bipolar-II. Secara umum, pilihan pengobatan untuk depresi bipolar-II sangat
serupa dengan pilihan untuk depresi bipolar-I. Terdapat rekomendasi empiris
untuk monoterapi quetiapine untuk depresi bipolar-II dari uji coba acak.
Rekomendasi yang lebih lemah juga ditemukan untuk penggunaan lithium,
antidepresan tambahan (diminum dengan obat mood stabilizer atau obat
antipsikotik atipikal dengan efek antidepresif bipolar), dan lamotrigin. 7
19
Gambar 4. Dosis terapi depresi bipolar.7
20
BAB III KESIMPULAN
Gangguan bipolar merupakan salah satu gangguan mood kronik yang memerlukan
pengobatan jangka panjang. Agen-agen terapi yang umum digunakan dalam
pegobatan diantaranya litium yang merupakan “gold standard” dalam pengobatan
gangguan bipolar, divalproex atau valproate, lamotrigin, olanzapine, risperidone,
quetiapine dan agen antidepresan.
21
DAFTAR PUSTAKA
2. Leamon MH, Lim RF, Kelly RH, Hales RE. A Review of Bipolar Disorder
in Adults. Psychiatry. 2006;43–55.
22