Gangguan Afektif Bipolar
Gangguan Afektif Bipolar
Gangguan Afektif Bipolar
I.
Status psikiatrik
A. Identitas pasien
Meliputi nama (inisial), tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, suku bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat tempat tinggal, tanggal
pasien masuk rumah sakit atau pusat kesehatan lainnya, kedatangan pasien apakah
di rujuk, dating sendiri atau diantar keluarga.3
B. Riwayat psikiatrik
Riwayat psikiatrik terdiri dari wawancara psikiatrik yang dapat dilakukan dengan
dua cara ; autoanamnesis yaitu wawancara langsung kepada pasien yang
bersangkutan, dan alloanamnesis mewawancara orang lain yang mengantar pasien
(tuliskan tanggal wawancara, nama orang yang diwawancara, hubungannya
dengan pasien, tempat wawancara.3
C. Keluhan utama
Untuk menentukan keluhan utama maka harus dilakukan anamnesis lebih lanjut
kepada pasien atau orang lain yang mengantar pasien tersebut. Dengan
mengajukan pertanyaan sebagai berikut ;3
Apa masalah pasien ?
Apakah gejalanya sudah berlangsung lama ?
Mengapa kini mereka mencari bantuan medis ? (misalnya keinginan
pribadi, upaya bunuh diri, ditemukan berkeliaran dalam keadaan bingung)
1
mengubah penyakit ?
Apa yang diperhatikan oleh orang lain (teman, keluarga, professional lain)
?
diderita.
Tanyakan pula mengenai diagnosis, terapi, dosis, durasi terapi, kondisi
setelah terapi, efek samping, dan ketergantungan pasien dengan obat yang
diresepkan sebelumnya.
Tanyakan apakah adanya upaya bunuh diri atau perilaku menyakiti diri
halusinogen).
Tanyakan kapan pertama kali menggunakanya, jumlah yang di konsumsi,
ketidakmampuan
menghentikan
atau
mengendalikan
rumah)
Pendididkan dan kualifikasi (termasuk hubungan dengan teman sebaya dan
guru)
Pekerjaan ( setiap pekerjaan yang
perfeksionisme pasien )
Minat (misalnya hobi)
Keyakinan (agama, moral,dan pandangan politik).
G. Riwayat sosial
Tanyakan tentang perencanaan hidup pasien dan hubungan serius terbaru. 3
3
H. Riwayat keluarga
Buatlah silsilah keluargam dan asukkan semua informasi yang tersedia mengenai
penyakit medis umum dan penyakit psikiatrik yang dialami keluarga dekat.
Informasi ini harus mencakup setiap riwayat gangguan mood, psikosisi, bunuh
diri, dan penyalahgunaan zat. 3
I. Tinjauan sistem
Meliputi gejala-gejala saat ini yang belum disebutkan dalam anamnesis keluhan
utama. Gejala khusus yang relevan adalah gangguan tidur, selera makan, gejala
II.
III.
curiga, marah ?
Adakah peningkatan variabilitas mood (labilitas) atau penurunan (reaktivitas
berkurang) ?
Apakah mood yang tampak sesuai dengan isi bicara ?
Apa interpretasi subjektif pasien terhadap moodnya ? Tanyakan bagaimana
peribahasa
Fungsi eksekutif (sistem frontal) (misalnya membuat daftar, mencegah
Penilaian fungsional
Penilaian fungsional harus mencakup penilaian aktivitas fisik dari kehidupan seharihari, misalnya makan, menggunakan toilet, berpindah, mandi, dan berpakaian.
Seharusnya juga mencakup penilaian aktivitas sehari-hari yang lebih canggih seperti
mengemudi atau menggunakan transportasi umum, mengkonsumsi obat sesuai resep,
berbelanja, mengatur keuangan, berkomunikasi melalui surat atau telepon, dan
merawat anak atau orang lain yang tergantung. 3
Gambaran biologis depresi 3
Kurang energy
Sulit tidur (terbangun dini hari)
Penurunan selera makan
Penurunan berat badan
Anhedonia
Penurunan libido
IV.
Peningkatan energi
Merasa tidak butuh tidur
Peningkatan aktivitas
Diagnosis
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar dibedakan
menjadi 2 yaitu gangguan bipolar I dan II. Gangguan bipolar I atau tipe klasik ditandai
dengan adanya 2 episode yaitu manik dan depresi, sedangkan gangguan bipolar II ditandai
dengan hipomanik dan depresi. PPDGJ III membaginya dalam klasifikasi yang berbeda yaitu
menurut episode kini yang dialami penderita. 2
F31.1 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik tanpa Gejala Psikotik
Pedoman diagnostik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik
(F30.1) dan,
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran
di masa lampau.
F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan Gejala Psikotik
Pedoman diagnostik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala psikotik
(F30.2) dan,
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran
di masa lampau.
F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, episode kini Depresif Ringan atau Sedang
Pedoman diagnostik
Untuk mendiagnosis pasti :
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan
(F32.0) ataupun sedang (F32.1), dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran
di masa lampau.
Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya gejala somatik
dalam episode depresif yang sedang berlangsung.
F31.30 Tanpa gejala somatik
F31.31 Dengan gejala somatik
F31.4 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat tanpa Gejala
Psikotik
Pedoman diagnostik
Untuk mendiagnosis pasti :
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa
gejala psikotik (F32.2), dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran
di masa lampau.
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran
di masa lampau.
Jika dikehendaki, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak
serasi dengan afeknya.2
F31.6 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Campuran
Pedoman diagnostik
a. Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomanikdan depresif
yangtercampur atau bergantian dengan cepat (gejala mania/hipomania dan depresi
sama-sama mencolok selama masa terbesar dari episode penyakit yang sekarang, dan
telah berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu) dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran
di masa lampau.
Diagnosis banding
A. Skizoafektif
Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif
adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat
bersamaan (simultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang
lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana sebagai konsekuensi
dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun
episode manik atau depresif. 2,4
Diagnosis skizoafektif tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan
gejala skizofrenia dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang
berbeda. Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah
mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (depresi pascaskizofrenia). Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif berulang,
baik berjenis manik (F25.1) atau campuran dari keduanya (F25.2). Pasien lain
mengalami satu atau dua episode skizoafektif terselip diantara episode manic atau
depresif (F30-F33). 2,4
Klasifikasi skizoafektif 2
1) Gangguan Skizoafektif Tipe Manik (F25.0)
Pedoman diagnostik :
Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manik yang
tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode
memuncak.
Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih baik
lagi dua, gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk
skizofrenia.
10
kualitasnya berbeda.
thought insertion or withdrawl = isi pikiran yang asing dari luar masukke
dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
umum mengetahuinya.
b. Waham 2
delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
c. halusinasi auditorik 2
Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku
pasien.
Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagaisuara
yang berbicara).
Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
11
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
e. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengembang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan yang menetap atau
apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus
menerus.2
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan(interpolation)
yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.
g. Perilaku
katatonik,
seperti
keadaan
gaduh-gelisah,
posisi
tubuh
tertentu(posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor. 2
h. Gejala gejala negatif seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yangmengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerjasosial; tetapi harus
jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan olehdepresi atau medikasi
neuroleptika. 2
Adanya gejala gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase non psikotik prodromal)
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai
hilangnya minat, hidup tak bertujuan, sikap larut dalam diri sendiri, tidak berbuat
sesuatu, dan penarikan diri secara sosial. 2
VI.
Gejala klinis
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar
dibedakan menjadi 2 yaitu gangguan bipolar I dan II. Perbedaannya adalah pada gangguan
bipolar I memiliki episode manik sedangkan pada gangguan bipolar II mempunyai episode
hipomanik. Beberapa ahli menambahkan adanya bipolar III dan bipolar IV namun sementara
ini yang 2 terakhir belum dijelaskan. 4
12
VII.
13
Dahulu virus sempat dianggap sebagai penyebab penyakit ini. Serangan virus pada
otak berlangsung pada masa janin dalam kandungan atau tahun pertama sesudah kelahiran.
Namun, gangguan bipolar bermanifestasi 15-20 tahun kemudian. Telatnya manifestasi itu
timbul karena diduga pada usia 15 tahun kelenjar timus dan pineal yang memproduksi
hormon yang mampu mencegah gangguan psikiatrik sudah berkurang 50%. 5
Penyebab gangguan Bipolar multifaktor. Mencakup aspek bio-psikososial. Secara
biologis dikaitkan dengan faktor genetik dan gangguan neurotransmitter di otak. Secara
psikososial dikaitkan dengan pola asuh masa kana-kanak, stres yang menyakitkan, stres
kehidupan yang berat dan berkepanjangan, dan banyak lagi faktor lainnya. 5
Didapatkan fakta bahwa gangguan alam perasaan (mood) tipe bipolar (adanya
episode manik dan depresi) memiliki kecenderungan menurun kepada generasinya, berdasar
etiologi biologik. 50% pasien bipolar mimiliki satu orangtua dengan gangguan alam
perasaan/gangguan afektif, yang tersering unipolar (depresi saja). Jika seorang orang tua
mengidap gangguan bipolar maka 27% anaknya memiliki resiko mengidap gangguan alam
perasaan. Bila kedua orangtua mengidap gangguan bipolar maka 75% anaknya memiliki
resiko mengidap gangguan alam perasaan. Keturunan pertama dari seseorang yang menderita
gangguan bipolar berisiko menderita gangguan serupa sebesar 7 kali. Bahkan risiko pada anak
kembar sangat tinggi terutama pada kembar monozigot (40-80%), sedangkan kembar dizigot
lebih rendah, yakni 10-20%. 5
Beberapa studi berhasil membuktikan keterkaitan antara gangguan bipolar dengan
kromosom 18 dan 22, namun masih belum dapat diselidiki lokus mana dari kromosom
tersebut yang benar-benar terlibat. Beberapa diantaranya yang telah diselidiki adalah 4p16,
12q23-q24, 18 sentromer, 18q22, 18q22-q23, dan 21q22.Yang menarik dari studi kromosom
ini, ternyata penderita sindrom Down (trisomi 21) berisiko rendah menderita gangguan
bipolar. 5
Sejak ditemukannya beberapa obat yang berhasil meringankan gejala bipolar, peneliti
mulai menduga adanya hubungan neurotransmiter dengan gangguan bipolar. Neurotransmiter
tersebut adalah dopamine, serotonin, dan noradrenalin. Gen-gen yang berhubungan dengan
neurotransmiter tersebut pun mulai diteliti seperti gen yang mengkode monoamine oksidase A
(MAOA),
tirosin
hidroksilase,
catechol-O-metiltransferase
(COMT),
dan
serotonin
transporter (5HTT).5
Penelitian terbaru menemukan gen lain yang berhubungan dengan penyakit ini yaitu
gen yang mengekspresi brain derived neurotrophic factor (BDNF). BDNF adalah neurotropin
yang berperan dalam regulasi plastisitas sinaps, neurogenesis dan perlindungan neuron otak.
BDNF diduga ikut terlibat dalam mood. Gen yang mengatur BDNF terletak pada kromosom
11p13. Terdapat 3 penelitian yang mencaritahu hubungan antara BDNF dengan gangguan
bipolar dan hasilnya positif. Kelainan pada otak juga dianggap dapat menjadi penyebab
14
penyakit ini. Terdapat perbedaan gambaran otak antara kelompok sehat dengan penderita
bipolar. Melalui pencitraan magnetic resonance imaging (MRI) dan positron-emission
tomography (PET), didapatkan jumlah substansia nigra dan aliran darah yang berkurang pada
korteks prefrontal subgenual. Tak hanya itu, Blumberg dkk dalam Arch Gen Psychiatry 2003
pun menemukan volume yang kecil pada amygdala dan hipokampus. Korteks prefrontal,
amygdala dan hipokampus merupakan bagian dari otak yang terlibat dalam respon emosi
(mood dan afek).4,5
Penelitian lain menunjukkan ekspresi oligodendrosit-myelin berkurang pada otak
penderita bipolar. Seperti diketahui, oligodendrosit menghasilkan membran myelin yang
membungkus akson sehingga mampu mempercepat hantaran konduksi antar saraf. Bila
jumlah oligodendrosit berkurang, maka dapat dipastikan komunikasi antar saraf tidak berjalan
lancar.5
VIII.
Epidemiologi
Di dunia, tingkat prevalensi gangguan bipolar sebagai gangguan yang lama
dan menetap sebesar 0,3 1,5 %. Namun, angka itu belum termasuk yang misdiagnosis.
Di Amerika Serikat, tingkat prevalensi ini dapat mencapai 1 1,6 %, dimana dua jenis
gangguan bipolar ini berbeda pada populasi dewasa, yaitu sekitar 0,8 % populasi
mengalami BP I dan 0,5 % populasi mengalami BP II. Morbiditas dan mortalitas dari
gangguan bipolar sangat signifikan. Banyaknya angka kehilangan pekerjaan, kerugian
yang ditimbulkan sebagai akibat dari gangguan tingkat produktivitas yang disebabkan
gangguan ini di Amerika serikat sepanjang periode awal tahun 1990an diperkirakan
sebesar 15,5 miliar dolar Amerika. Perkiraan lainnya, sekitar 25 50 % individu
dengan gangguan bipolar melakukan percobaan bunuh diri dan 11 % benar-benar
tewas karena bunuh diri. Risiko bunuh diri meningkat pada penderita bipolar yang tidak
diterapi yaitu 5,5 per 1000 pasien. Sementara yang diterapi hanya 1,3 per 1000 pasien. 4,5
Gangguan pada lelaki dan perempuan sama, umumnya timbul di usia remaja atau
dewasa. Hal ini paling sering dimulai sewaktu seseorang baru menginjak dewasa, tetapi
kasus-kasus gangguan bipolar telah didiagnosis pada remaja dan bahkan anak- anak.
IX.
Terapi
A. Medikamentosa
Pengobatan gangguan bipolar biasanya memerlukan penanganan dokter
spesialis jiwa, dengan melibatkan psikolog maupun perawat jiwa. Penanganan
gangguan bipolar dilakukan dengan pemberian obat-obatan, psikoterapi
15
dialami penderita. Pilihan obat tergantung pada gejala yang tampak, seperti gejala
psikotik, agitasi, agresi, dan gangguan tidur. Antipsikosis atipikal meningkat
penggunaannya untuk kedua hal yaitu manic akut dan mood stabilization. Rentang
yang luas dari antidepresan dan ECT digunakan untuk episode depresi akut
(contoh, depresi berat). Selanjutnya, suatu medikasi lain dipilih untuk terapi
pemeliharaan/maintenance dan pencegahan. 4,5
Pengalaman klinik menunjukkan bahwa bila diterapi dengan obat mood
stabilizer, penderita gangguan bipolar akan mengalami lebih sedikit periode
manik dan depresi. Medikasi ini bekerja menstabilkan mood penderita sesuai
namanya, juga menstabilakn manik dan depresi yang ekstrim. Antipsikosis
atipikal kini juga sering digunakan untuk menstabilkan manic akut, bahkan untuk
mengobati beberapa kasus depresi bipolar untuk menstabilkan mood, seperti
ziprasidone, quetiapine, risperidone, aripiprazole and olanzapine. Berdasarkan
konsensus yang sekarang, pengobatan yang paling efektif untuk manik akut
adalah kombinasi dari generasi kedua antipsikosis dan medikasi mood stabilizing.
Tabel berikut menunjukkan FDA-approved bipolar treatment regimens. 5
Tabel FDA-Approved Bipolar Treatment Regimens
Nama
Nama Generik
Dagang
Mani Mixe
c
d
Maintenanc
Depresi
e
16
Valproate
Depakote
Equestro
Lamotrigine
Lamictal
Lithium
X
X
Aripiprazole
Abilify
Ziprasidone
Geodon
Risperidone
Risperdal
Quetiapine
Seroquel
Chlorpromazine
Thorazine
Olanzapine
Zyprexa
Olanzapine/fluoxetine
Combination
Symbyax
X
X
X
X
Obat obatan
Ada berbagai macam obat untuk gangguan bipolar. Bila satu jenis obat tidak
cocok, masih ada jenis lain yang mungkin akan lebih sesuai. Kadang dokter
mengkombinasikan beberapa obat untuk mendapatkan manfaat yang maksimal. Obat
untuk gangguan bipolar antara lain berupa obat untuk menstabilkan suasana hati
(mood) sehingga tidak terlalu rendah atau terlalu tinggi, dan obat lain untuk
mengendalikan kecemasan (anxiety) dan depresi. Ada beberapa jenis obat untuk obat
gangguan bipolar, yaitu: 5
17
Obat anti depresi. Tergantung gejala yang ada, dokter kemungkinan akan
memberi obat anti depresi. Pada beberapa kasus, pemberian anti depresi pada
penderita gangguan bipolar bisa memicu timbulnya gejala mania. Namun hal
ini bisa dihindari bila obat anti depresi diberikan bersamaan dengan obat
penstabil suasana hati (mood stabilizer). Efek samping paling sering dari anti
depresi adalah menurunnya dorongan seksual dan kesulitan orgasme.
Beberapa obat anti depresi kuno, seperti golongan tricyclic dan MAOI dapat
menyebabkan efek samping yang fatal sehingga memerlukan monitor yang
ketat. 5
Symbiax. Merupakan campuran obat anti depresi fluoxetine dan obat anti
psikotik olanzapine. Campuran tersebut bekerja sebagai anti depresi dan
mood stabilizer. Efek sampingnya berupa penambahan berat badan,
peningkatan nafsu makan, dan rasa mengantuk. Obat ini juga menimbulkan
efek samping berupa penurunan dorongan seksual seperti pada obat anti
depresi. 5
(Klonopin),
lorazepam
(Ativan),
diazepam
(Valium),
19
Pertama, penjelasan biologis tentang penyakit harus jelas dan benar. Hal
ini mengurangi perasaan bersalah dan mempromosikan pengobatan yang
adekuat.
C. Psikoterapi
Psikoterapi merupakan salah satu komponen penting dari pengobatan gangguan
jiwa bipolar. Psikoterapi untuk gangguan jiwa bipolar meliputi: 5
20
Psychoeducation.
Penyuluhan
tentang
gangguan
bipolar
sehingga
Terapi lainnya. Terapi lainnya antara lain terapi untuk mendeteksi gejala
yang memburuk (prodrome detection), interpersonal and social rhythm
therapy, dll.
Metode lain
Pendekatan lain yang masih baru adalah dengan transcranial magnetic
stimulation. Kabel-kabel dipasang di kepala bagian depan untuk mengantarkan
aliran magnetik ke otak. Pengobatan ini juga hanya diberikan pada penderita
depresi kronis yang tidak mempan obat.5
Pengobatan pada anak dan remaja.
Pengobatan pada anak dan remaja memakai pendekatan yang sama dengan
penderita dewasa. Hanya saja riset pengobatan gangguan bipolar pada anak
anak masih sangat terbatas. Selain obat obatan, anak anak dan remaja dengan
gangguan bipolar juga memerlukan psikoterapi atau konseling.
X.
Prognosis
Penderita dengan BP I lebih buruk daripada penderita depresi berat. Dalam 2
tahun pertama setelah episode awal, 40 50 % penderita mengalami serangan manik
lain.
Pencegahan
Prevensi merupakan kunci dari terapi jangka panjang dari gangguan bipolar.
Hal ini mencakup beberapa hal sebagai berikut : pertama, medikasi seperti litium
22
bertindak sebagai mood stabilizers. Kedua, psikoedukasi dimulai dari penderita dan
keluarga penderita. Keduanya harus memahami dan mengetahui pentingnya
pengobatan adekuat dan tanda-tanda awal dari manic dan depresi, ini merupakan hal
yang penting. 5
XII.
Kesimpulan
Gangguan bipolar merupakan gangguan jiwa yang bersifak episodek dan
ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran. Biasanya
rekuren serta dapat berlangsung seumur hidup. Secara umum, terdapat dua jenis
gangguan bipolar, pada gangguan bipolar tipe I, ditemukan sekurang-kurangnya satu
episode manic. Sedangkan pada gangguan bipolar tipe II ditemukan sekurangkurangnya satu episode hipomanik.
Hingga saat ini penanganan gangguan bipolar masih difokuskan pada
pemberian terapi farmakologi yang dikombinasi dengan non farmakologi berupa
psikoterapi.
Daftar pustaka
1. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri
Klinis Jilid Satu. Jakarta. Binarupa Aksara. 2010.
2. Depkes RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta. Departemen Kesehatan. 1993.
23