Dewatering

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

1.

DEWATERING

Proses dewatering merupakan suatu proses pekerjaan sipil yang bertujuan untuk
mengendalikan air tanah yang akan dibangun suatu konstruksi. Hal ini dilakukan agar selama
proses konstruksi air tanah tidak menggangu jalannya proyek. Hal ini sangat perlu diperhatikan
terutama jika bangunan yang akan dibangun memiliki basement. Air tanah harus
dipertimbangkan sebelum proses konstruksi dimulai sebab apabila tidak diperhitungkan, dapat
memiliki dampak yang signifikan. Dampak yang ditimbulkan dapat merupakan dampak kecil
seperti mengubah proses pelaksanaan hingga dampak yang besar seperti mengubah desain
struktur yang disesuaikan dengan kondisi air tanah yang kemudian akan mempengaruhi biaya
konstruksi yang sudah direncanakan sebelumnya.

2. DAMPAK DEWATERING

Dewatering memang diperlukan sebelum mendirikan suatu bangunan, terutama bila


bangunan tersebut memiliki basement. Basement pada umumnya merupakan bangunan yang
lebih rendah dibandingkan ketinggian muka air tanah. Namun perlu diingat bahwa proses
dewatering memiliki dampak negatif bagi lingkungan disekitarnya. Berikut ini merupakan
dampak yang diakibatkan proses dewatering:

1. Terjadinya settlement pada tanah disekitarnya.


2. Tersedotnya partikel halus tanah oleh pompa yang digunakan.
3. Dapat menyebabkan intrusi air yang tercemar.
4. Apabila terdapat konstruksi sipil yang terbuat dari kayu disekitarnya, maka akan
menyebabkan kerusakan struktur yang berada dibawah muka air tanah.
5. Tumbuhan yang ada disekitar dapat mati karena penyerapan air dan unsur hara oleh
pompa yang digunakan.
6. Apabila menggunakan deep pump atau pompa yang dalam, maka akan memungkinkan
sumur warga yang ada disekitar akan kering.
7. Apabila menggunakan alat berat selama proses dewatering, maka akan menimbulkan
polusi udara dan polusi suara/bising.
Untuk menghindari dampak negatif yang ada selama proses dewatering, maka perlu dibuat
rencana-rencana untuk menanggulangi dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang
ada dengan dibuatnya AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan).

3. METODE DEWATERING

Metode dewatering yang umum dilakukan sebelum proses konstruksi dimulai dibagi manjedi
tiga yakni:

1. Metode Open Pumping.


2. Metode Predrainage.
3. Metode Cut Off.

1. Metode Open Pumping

Metode open pumping merupakan metode yang paling umum digunakan pada proses
dewatering. Metode ini, biasanya digunakan pada tanah padat yang memiliki karakter
berkohesi dan bergradasi baik. Metode ini, tidak mengganggu area proyek dan debit
rembesan air tidak besar. Metode open pumping dilakukan dengan mengumpulkan air
rembesan dan permukaan dari bagian tepi galian dengan menggunakan kolektor. Kolektor
berfungsi membuang air dari galian dengan posisi kolektor yang terus mengikuti elevasi
galian. Metode ini merupakan metode yang membutuhkan biaya paling sedikit jika
dibandingkan metode lainnya. Dari segi waktu, metode open pumping terbilang singkat
karena pekerjaan penempatan pipa hanya perlu dilakukan disatu tempat yakni di lubang
penampungan air saja. Metode ini juga tidak menggunakan bor sehingga tidak memiliki efek
yang besar pada sumur warga disekitar area proyek.

2. Metode Predrainage

Pada metode predrainage, muka air tanah akan diturunkan terlebih dahulu sebelum
dilakukan penggalian lebih lanjut. Metode predrainage cocok digunakan pada tanah dengan
karakteristik tanah lepas, cadas lunak dengan banyak celah dan tanah berbutir seragam.
Selain itu, metode ini juga bisa dipakai pada area yang 9 memiliki saluran pembuangan air,
memiliki debit rembesan cukup besar, dan tanah yang sensitif terhadap erosi. Dampak yang
ditimbulkan pada saat metode ini digunakan terhadap bangunan disekitarnya kecil. Namun
sebaliknya, metode ini dapat menimbulkan polusi udara dan polusi suara berupa bising yang
diakibatkan saat pengeboran untuk penempatan pompa didalam tanah. Selain itu, sumur di
area sekitar konstrusi berpotensi mengalami kekeringan karena pompa yang digunakan cukup
dalam. Metode dewatering predrainage dapat dilakukan dengan dua metode yakni metode
pompa dalam dan metode well points. Metode pompa dalam atau deep well adalah metode
pengeringan dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Alat yang digunakan pada metode ini
adalah pompa submersible yang bisa diletakkan di dalam air. Sementara metode well points
atau disebut juga metode pemompaan dilakukan dengan teknik vacum. Jika dibandingkan
dengan metode open pumping yang telah dijelaskan sebelumnya, metode ini terbilang
memakan waktu yang lebih lama karena sebelum pompa dipasang dibawah tanah, harus
dilakukan pengeboran pada kedalaman tertentu dan penyambungan pipa sebagai konsekuensi
dari penempatan pompa yang dalam.

3. Metode Cut Off

Prinsip yang digunakan pada metode ini adalah memotong aliran air tanah dengan
dinding pembatas agar area konstruksi dapat terbebas dari air tanah. Metode cut off cocok
dipakai jika area proyek bersebelahan dengan gedung yang sensitif terhadap penurunan air
tanah, tidak ada saluran pembuangan, dan karakteristik tanah berupa cadas lunak yang
banyak celah, tanah lepas, serta tanah berbutir seragam. Biaya yang dikeluarkan pada metode
ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan dua metode sebelumnya. Biaya tinggi ini berasal
dari dinding cut off yang akan dibangun serta penggunaan alat berat yang merupakan
kewajiban bagi kontraktor yang akan menggunakan metode cut off. Penggunaan alat berat
tentunya akan menimbulkan dampak bagi bangunan disekitarnya karena getaran yang terjadi
10 serta kebisingan maupun polusi udara yang ditimbulkan. Oleh karena itu metode ini lebih
cocok diterapkan pada proyek yang terletak jauh dari pemukiman warga.

4. PELAKSANAAN DEWATERING

Jika pada bab sebelumnya dibahas mengenai macam-macam metode dewatering


beserta syarat-syarat setiap metode, maka pada sub bab berikut akan dijelaskan langkah-langkah
dewatering pada setiap metode.
 Metode Open Pumping

Pelaksanaan metode open pumping dilakukan berdasarkan langkahlangkah berikut ini:

1. Siapkan saluran untuk mengalirkan air tanah yang dipompa, sejak sebelum penggalian
dimulai.
2. Penggalian dilakukan hingga kedalaman rencana, bila belum sampai pada kedalaman
rencana sudah ada air yang menggenangi pekerjaan galian, maka penggaliannya
dilakukan secara bertahap.
3. Tempat pompa hisap diletakkan pada setiap tahapan galian berupa sumur kecil.
4. Pada sumur kecil tersebut dipasang pompa untuk pengeringan.
5. Bila kedalaman galian melebihi kemampuan hisap pompa, maka pemompaan dapat
diturunkan.
6. Bila galian sangat luas, dapat dilakukan secara bertahap sebagai berikut:
a. Gali tanah sebatas muka air tanah pada seluruh luasan galian dengan bulldozer/excavator.
b. Disekeliling tepi galian dibuat galian selokan dengan kedalaman lebih dari elevasi dasar
galian, dengan menggunakan excavator.
c. Prosedur ini bermanfaat untuk mengendalikan rembesan ke dalam selokan di sekeliling
tepi galian.
 Metode Predrainage

Pelaksanaan metode predrainage dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah berikut:

1. Membuat suatu perencanaan untuk memperoleh jumlah wellpoint yang diperlukan (letak
dan jaraknya) dan kapasitas pompa yang akan digunakan. Jarak tiap wellpoint biasanya
berkisar antara 1 sampai 4 meter, dengan penurunan muka air tanah antara 5 sampai 7
meter.
2. Membuat sumur tes yang bertujuan untuk mengetahui lapisan tanah dan tinggi muka air
tanah, guna meyakinkan perencanaan yang telah dibuat.
3. Mempersiapkan saluran untuk mengalirkan air buangan dari pompa kedalam saluran
drainase yang tersedia.
4. Memasang wellpoint dengan kedalaman dan jarak tertentu dan bagian penghisapnya
dihubungkan dengan pipa penghubung wellpoint. Kemudian header pipe dihubungkan
dengan pompa dengan pipa buangnya disambung dan diarahkan ke saluran pembuang.

Pada pemilihan sistem predrainage ini harus memperhatikan ketersediaan saluran drainase yang
dapat menampung debit air yang harus dibuang permenitnya. Bila tidak tersedia saluran drainase
yang cukup, akan menimbulkan dampak. Untuk mengatasi dampak tersebut, biasanya air
buangan dibalikkan kembali ke tanah dengan membuat sumur resapan.

 Metode Cut Off

Metode ini menggunakan dinding pembatas agar daerah proyek bebas dari air tanah. Jenis
dinding yang digunakan dijelaskan sebagai berikut:

1. Steel Sheet Pile

a. Menetapkan jenis profil steel sheet pile yang akan digunakan karena akan
berfungsi sebagai struktur penahan tanah.
b. Menetapkan model profil yang terletak pada belokan .
c. Menyambung steel sheet pile sebelum dipancang. Perhatikan agar alur sambungan
dengan steel sheet pile yang lain tetap terjaga.
d. Steel sheet pile dipancang pada tempatnya untuk tahap 1 cukup pada kedalaman
agar steel sheet pile dapat berdiri dengan stabil.
e. Steel sheet pile yang berikutnya dipancang dengan mengikuti alur sambungan
dengan steel sheet pile yang telah dipancang lebih dulu dengan kedalaman yang
sama. Begitu seterusnya dengan steel sheet pile selanjutnya sampai sepanjang
yang telah direncanakan.
f. Pemncangan tahap berikutnya adalah memancang steel sheet pile satu per satu
hingga kedalaman yang dikehendaki. Untuk menjaga agar steel sheet pile tidak
keluar dari interlocking selama proses pemancangan, disarankan menggunakan
vibro hammer yang dilayani dengan crane. Disarankan dipancang bagian tengah
terlebih dahulu.
g. Bila pemancangan telah sesuai dengan kedalaman yang telah dikehendaki,
barulah pekerjaan galian dapat dimulai. Bila diperlukan steel sheet pile dapat
diperkuat dengan strutting yang dipasang bersamaan mengikuti pekerjaan galian.
h. Bila diinginkan daerah galian bebas dari struktur penahan, maka dapat
menggunakan sistem angkur.
i. Bila apada kaki steel sheet pile terdapat lapisan impermeable yang ketebalannya
tidak cukup kuat menahan tekanan air, agar tidak terjadi peristiwa quick sand,
diluar dinding steel sheet pile dipasang sumur pelepasan tekanan.
KESIMPULAN DAN SARAN

 KESIMPULAN
1. Dewatering merupakan salah satu pekerjaan sipil yang bertujuan untuk mengendalikan
air tanah di daerah galian proyek agar tidak mengganggu jalannya suatu proses
konstruksi. Dewatering yang umum digunakan terbagi menjadi 3 metode yakni metode
open pumping, metode predrainage dan metode cut off yang berupa dinding penahan.
2. Setiap metode dewatering memiliki kelebihan dan kekurangannya masingmasing.
Penggunaan dari setiap metode tersebut perlu memperhatikan faktorfaktor seperti
karakteristik tanah, air tanah mapupun lingkungan agar dewatering berjalan efektif. Perlu
diingat bahwa menggunakan metode dewatering yang sesuai dengan persyaratannya
masing-masing, dapat meminimalisir dampak negatif.
 SARAN

Perlu diperhatikan setiap langkah dalam penulisan ilmiah agar sesuai dengan kaidah yang
berlaku.
DAFTAR PUSTAKA

Upthumas01.2016. Dewatering Sebagai Proses Pajak Air Tanah, Available from

URL: http://bprd.jakarta.go.id/2016/12/08/dewatering-sebagai-proses-pajak-airtanah/
(4 November 2018 15:45)

Warsita, Ita.2014. Perancangan Dewatering pada Konstruksi Basement, Available from

URL:http://download.portalgaruda.org/article.php?article=438860&val=6210&title=
PERANCANGAN%20DEWATERING%20PADA%20KONSTRUKSI%20BA
SEMENT%20%20(STUDI%20KASUS%20PROYEK%20LANDMARK%20R
ESIDENCE%20%C3%A2%E2%82%AC%E2%80%9C%20BANDUNG)(4Novemb
er 2018 15:57)

Sukaryanto.2016. Pengaruh Muka Air Tanah Terhadap Pekerjaan Galian, Available from

URL: https://media.neliti.com/media/publications/191942-ID-pengaruh-mukaair-
tanah-terhadap-pekerja.pdf (4 November 2018 16:32)

Indonesia, Strong.2018. Dewatering dan Metode-Metodenya, available from

URL: http://strong-indonesia.com/artikel/dewatering-dan-metodenya/ (4 November


2018 17:00)

Anda mungkin juga menyukai