Laporan Praktikum He
Laporan Praktikum He
Laporan Praktikum He
Disusun oleh:
Kelompok 4
2019
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Alat penukar panas (atau alat penukar kalor) banyak sekali digunakan di industri kimia,
terutama pada industri kimia yang bahan baku dan produknya sebagian besar berupa cairan
atau gas. Pada umumnya namanya berbeda-beda tergantung pada fungsinya. Nama alat
penukar kalor dalam industri kimia antara lain disebut; Heater (Pemanas), Pre Heater
(Pemanas Awal), Cooler (Pendingin), Evaporator (Penguap), condenser (Pengembun) dan
lain-lain.
Alat penukar panas berfungsi untuk memindahkan panas/kalor dari suatu fluida panas
ke fluida dingin melalui kontak secara langsung atau tidak langsung. Penukar panas ini pada
umumnya bertujuan untuk memanaskan, mendinginkan, menguapkan, dan mengembunkan
suatu fluida dengan menggunakan fluida lain sebagai media pemanas atau pendingin.
Perpandahan panas merupakan unit operasi penting yang berkontribusi terhadap efisiensi dan
keamanan banyak proses. Dalam praktikum ini alat penukar panas yang digunakan adalah jenis
Double Pipe dan jenis Shell & Tube. Semua penukar panas ini bisa dioperasikan secara paralel
dan counter-flow. Pertukaran panas dilakukan antara air panas dan air dingin.
A = luas penampang, m2
k = konduktivitas termal, W/m.K
∆T = beda suhu, K
∆X = panjang/tebal, m
A = luas penampang, m2
h = koefisien konveksi, W/m2.K
Ts = suhu permukaan, 0C
Tf = suhu fluida, 0C
II. Jenis Alat Penukar Panas berdasarkan Arah Aliran antar fluida
a) Penukar Panas Searah (Co-Current)
Alat penukar panas pipa rangkap terdiri dari dua pipa logam standar yang dikedua
ujungnya dilas menjadi satu atau dihubungkan dengan kotak penyekat. Fluida yang satu
mengalir di dalam pipa, sedangkan fluida kedua mengalir didalam ruang anulus antara pipa
luar dengan pipa dalam. Alat penukar panas jenis ini dapat digunakan pada laju alir
fluida yang kecil dan tekanan operasi yang tinggi. Sedangkan untuk kapasitas yang
lebih besar digunakan penukar panas jenis selongsong dan buluh (shell and tube heat
exchanger).
1. Terdiri atas pipa yang berada dalam pipa dengan ukuran diameter yang berbeda.
2. Umumnya fluida panas mengalir dalam tube dan fluida dingin mengalir dalam
anulus
3. Dalam hal ini untuk larutan korosif, bagian tube terbuat dari kaca atau bahan lain
yang tahan korosif.
4. Double pipe exchanger pada dasarnya terdiri dari 2 buah pipa konsentrik, satu fluida
mengalir lewat pipa dalam sedangkan fluida lain mengalir antara pipa dalam dan
pipa luar.
b) Shell and Tube Heat Exchanger
Alat penukar panas cangkang dan buluh terdiri atas suatu bundel pipa yang
dihubungkan secara paralel dan ditempatkan dalam sebuah pipa cangkang. Fluida
yang satu mengalir di dalam bundel pipa, sedangkan fluidayang lain mengalir di luar
pipa pada arah yang sama, berlawanan, atau bersilangan. Kedua ujung pipa tersebut
dilas pada penunjang pipa yang menempel pada mantel. Untuk meningkatkan effisiensi
pertukaran panas, biasanya pada alat penukar panas cangkang dan buluh dipasang buffle.
Ini bertujuan untuk membuat turbulensi aliran fluida dan menambah waktu tinggal.
Namun pemasangan sekat akan memperbesar pressure drop operasi dan menambah
beban kerja pompa, sehingga laju alir fluida yang dipertukarkan panasnya harus diatur.
IV. Analisis Kinerja Alat Penukar Panas Jenis Shell & Tube
a) Analisis Kinerja Alat dengan metode LMTD (Log Mean Temperature Different)
Perhitungan LMTD LMTD atau menunjukkan nilai rata rata aritmatik
perbedaan suhu antara fluida panas dan fluida dingin. Yaitu :
Buka v1, v4, v5, v12, dan v20 dan tutup v2, v13,v16 dan v10 untuk HE1
Buka v1, v4, v3', v16, dan v10 dan tutup v13, v2, v12 dan v20 untuk HE2
Buka v2, v17, v7, v6, v11 dan v18, dan tutup v14 dan v1 untuk HE3
Komparasikan antara laju alir yang terbaca di Rotameter dengan laju alir yang terukur secara
manual
b. Pertukaran panas
Heat Exchanger 1
Catat suhu masukan fluida dingin masuk dan keluar serta suhu fluida panas
masuk dan keluar yang tertera pada Temperatur Indikator (TI)
Heat Exchanger 2
Catat suhu masukan fluida dingin masuk dan keluar serta suhu fluida panas
masuk dan keluar yang tertera pada Temperatur Indikator (TI)
Heat Exchanger 3
Catat suhu masukan fluida dingin masuk dan keluar serta suhu fluida panas
masuk dan keluar yang tertera pada Temperatur Indikator (TI)
4.1 Hasil
a. Heat Exchanger 1
U
U dengan
N Waktu Tcin Tcout Thin Thout Qcold Qhot η NT dengan
LMTD LMTD
o (menit) (oC) (oC) (oC) (oC) (Watt) (Watt) (%) U ε
(W/m2K)
(W/m2K)
1 0 22 29 46 44 44,99 1564,66 458,77 341 0,09 160,09 40,90
2 3 22 30 50 46 47,97 1788,19 917,53 195 0,17 163,38 75,07
3 6 22 32 52 46 48,94 2235,23 1376,30 162 0,26 208,61 112,72
4 9 22 30 48 44 45,97 1788,19 917,53 195 0,19 180,73 81,91
5 12 22 28 45 42 43,48 1341,14 688,15 195 0,15 144,94 67,55
6 15 22 30 48 42 44,93 1788,19 1376,30 130 0,31 193,49 135,36
Rata-Rata 22 29,83 48,17 44 46,05 1750,93 955,76 203 0,20 175,21 85,58
Laju alir 2
Laju alir air dingin : 0,1065 kg/s
Laju alir air panas : 0,0546 kg/s
U U
Waktu Tcin Tcout Thin Thout Qcold Qhot η dengan dengan
No LMTD NTU
(menit) (oC) (oC) (oC) (oC) (Watt) (Watt) (%) LMTD ε
(W/m2K) (W/m2K)
1 0 22 26 46 30 37,43 2673,03 3670,13 73 1,28 469,18 573,97
2 3 22 26 52 39 45,19 2673,03 2981,98 90 0,62 257,62 278,47
3 6 23 26 53 41 46,74 2004,77 2752,59 73 0,55 181,51 248,50
4 9 23 26 50 39 44,27 2004,77 2523,21 79 0,57 205,06 254,98
5 12 22 25 46 37 41,34 2004,77 2064,45 97 0,51 226,88 227,34
6 15 22 26 52 38 44,63 2673,03 3211,36 83 0,69 266,60 310,70
Rata-Rata 22,33 25,83 49,83 37,33 43,27 2338,90 2867,29 82,52 0,70 267,81 315,66
Laju alir 3
Laju alir air dingin : 0,1591 kg/s
Laju alir air panas : 0,0546 kg/s
U U
Waktu Tcin Tcout Thin Thout Qcold Qhot η dengan dengan
No LMTD NTU
(menit) (oC) (oC) (oC) (oC) (Watt) (Watt) (%) LMTD ε
(W/m2K) (W/m2K)
1 0 22 28 58 44 50,68 2685,14 3211,36 84 0,55 213,31 249,10
2 3 22 27 52 43 47,36 2237,61 2064,45 108 0,39 196,85 174,91
3 6 22 26 48 42 44,93 1790,09 1376,30 130 0,28 170,28 125,83
4 9 22 25 44 39 41,45 1342,57 1146,91 117 0,27 148,61 123,52
5 12 22 26 46 38 41,87 1790,09 1835,06 98 0,45 202,59 201,09
6 15 22 26 46 38 41,87 1790,09 1835,06 98 0,45 202,59 201,09
Rata-Rata 22,00 26,33 49,00 40,67 44,69 1939,26 1911,52 105,7 0,40 189,04 179,26
c. Heat Exchanger 3
4.2 Pembahasan
Praktikum yang dilakukan kali ini adalah memanaskan air pada double pipe heat
exchanger (DPHE) co-current, counter-current, dan shell and tube heat exchanger (STHE).
Prinsipnya fungsi dari alat penukar panas yang digunakan baik itu DPHE maupun STHE
adalah untuk menukarkan panas baik itu untuk pemanasan maupun pendinginan fluida.
Penukaran panas ini terjadi karena adanya panas yang berpindah dari fluida yang lebih
panas ke fluida yang lebih dingin secara konveksi dan konduksi di dalam alat penukar
panas. Berbeda dengan heater biasa yang fungsinya hanya dapat memanskan, heat
exchanger dapat berfungsi juga untuk mendinginka fluida dengan cara mengalirkan fluida
yang lebih dingin sehingga terjadi perpindahan panas dari fluida panas tersebut.
Mekanisme operasi pada alat DPHE dan STHE yang ada, harus diperhatikan betul
aliran masuk sampai keluar sistem beserta mengetahui betul mana aliran panas dan aliran
dingin yang masuk ke sistem. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan menutup dan
membuka valve yang sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan ketika mengoperasikan
DPHE co-current, DPHE counter-current, dan STHE karena alat yang tersedia terpasang
satu rangkaian dan ada beberapa aliran yang terhubung paralel. Parameter-parameter yang
diamati dalam praktikum ini adalah suhu masuk dan suhu keluar sistem baik itu untuk air
panas maupun air dingin.
Pada hasil dan pengolahan data yang telah dilakukan, HE 1 yang merupakan DPHE
counter-current (aliran berlawanan) memiliki rata-rata efisiensi terbaik yaitu 58,36% pada
laju alir air panas dan air dingin kurang lebih sama-sama 3 LPM. Kemudian HE 2 yang
merupakan DPHE Co-current (aliran searah) memiliki rata-rata efisiensi terbaik yaitu
82,52% pada laju alir air dingin 6 LPM dan laju alir air panas 3 LPM sementara untuk laju
alir lainnya memiliki rata-rata efisiensi >100%. Selanjutnya, pada HE 3 atau STHE
memiliki rata-rata efisiensi terbaik yaitu 96,22% pada laju alir alir panas 12 LPM dan laju
alir air dingin 6 LPM.
Dari hasil yang didapatkan ini, untuk DPHE counter-current, efisiensi terbaiknya
adalah ketika laju alir air panas dan laju alir dingin sama. Artinya, perpindahan panas yang
terjadi keadaan terbaiknya adalah ketika waktu tinggal air panas dan air dingin di dalam
DPHE sama besar. Untuk DPHE Co-current, efisiensi terbaiknya adalah ketika laju alir air
dingin lebih besar dari laju alir air panas. Artinya, perpindahan panas yang terjadi keadaan
terbaiknya adalah ketika waktu tinggal air dingin lebih cepat dua kalinya dari waktu tinggal
air panas dalam sistem. Untuk laju alir air dingin lainnya yaitu 3 LPM dan 9 LPM,
efisiensinya bernilai lebih dari 100%. hal ini terjadi karena berbagai faktor, salah satunya
adalah adanya perpindahan panas tambahan dari dinding tube, karena sistem pada HE yang
dilakukan adalah dengan memanaskan air pada heater terlebih dahulu menggunakan steam,
terlebih lagi laju steam yang berubah-rubah selama praktikum saat alat DPHE co-current
beroperasi,hal ini berasal dari boiler utama yang sempat tidak stabil.
Pada STHE, efisiensi terbaik adalah ketika laju alir air panas jauh lebih rendah dari
laju alir dingin. Pada STHE ini, efisiensinya lebih besar dari DPHE karena struktur dan
komponen yang ada pada STHE ini juga berbeda. Terdapat baffle yang membuat air dingin
yang masuk berkontak lebih banyak dengan tube air panas. Atau dengan kata lain, luas
perpindahan panasnya menjadi lebih besar dari DPHE yang sistemnya hanya berupa double
pipe saja. Maka ketika laju air dinginnya cepat, massa air yang berkontak dengan tube air
panaspun menjadi lebih banyak sehingga efisiensinya menjadi tinggi.
BAB V
SIMPULAN