Laporan Praktikum He

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM PILOT PLANT

MODUL PENUKAR PANAS SHELL & TUBE

Dosen Pembimbing: Ir. Umar Khayam, M.T

Disusun oleh:
Kelompok 4

Hana Selvyana NIM 171411013

Kelas 3A – D3 TEKNIK KIMIA

PRODI D3 TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Alat penukar panas (atau alat penukar kalor) banyak sekali digunakan di industri kimia,
terutama pada industri kimia yang bahan baku dan produknya sebagian besar berupa cairan
atau gas. Pada umumnya namanya berbeda-beda tergantung pada fungsinya. Nama alat
penukar kalor dalam industri kimia antara lain disebut; Heater (Pemanas), Pre Heater
(Pemanas Awal), Cooler (Pendingin), Evaporator (Penguap), condenser (Pengembun) dan
lain-lain.
Alat penukar panas berfungsi untuk memindahkan panas/kalor dari suatu fluida panas
ke fluida dingin melalui kontak secara langsung atau tidak langsung. Penukar panas ini pada
umumnya bertujuan untuk memanaskan, mendinginkan, menguapkan, dan mengembunkan
suatu fluida dengan menggunakan fluida lain sebagai media pemanas atau pendingin.
Perpandahan panas merupakan unit operasi penting yang berkontribusi terhadap efisiensi dan
keamanan banyak proses. Dalam praktikum ini alat penukar panas yang digunakan adalah jenis
Double Pipe dan jenis Shell & Tube. Semua penukar panas ini bisa dioperasikan secara paralel
dan counter-flow. Pertukaran panas dilakukan antara air panas dan air dingin.

II. Tujuan Percobaan

Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat :


1. Memahami fungsi alat penukar panas jenis Double Pipe dan jenis Shell & Tube
2. Menjelaskan mekanisme operasi alat penukar panas jenis Double Pipe dan jenis Shell &
Tube
3. Menjelaskan komponen-komponen utama alat penukar kalor jenis Double Pipe dan jenis
Shell & Tube
4. Mengevaluasi kinerja alat penukar panas jenis Double Pipe dan jenis Shell & Tube dengan
menghitung efisiensinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. Mekanisme Perpindahan Panas


Berdasarkan mekanismenya, perpindahan panas dibedakan atas 3 cara, yakni:
a) Perpindahan panas secara konduksi
Yakni perpindahan panas melalui suatu bahan padat. Pertukaran energi terjadi pada
tingkat molekuler. Besarnya energi yang berpindah telah diteliti oleh Fourier. Model
matematik untuk perpindahan panas secara konduksi dituliskan oleh Fourier sebagai
berikut:

A = luas penampang, m2
k = konduktivitas termal, W/m.K
∆T = beda suhu, K
∆X = panjang/tebal, m

b) Perpindahan panas secara konveksi


Perpindahan panas bergantung pada konduksi antara permukaan benda padat dengan
fluida terdekat yang bergerak. Model matematik untuk perpindahan panas secara
konveksi dituliskan oleh Newton sebagai berikut:

A = luas penampang, m2
h = koefisien konveksi, W/m2.K
Ts = suhu permukaan, 0C
Tf = suhu fluida, 0C

c) Perpindahan panas radiasi


Perpindahan energi melalui pelompatan foton dari suatu permukaan ke permukaan yang
lain. Model matematik untuk perpindahan panas secara konveksi dituliskan oleh Stefan-
Boltzmann sebagai berikut:
σ = tetapan Stefan-Boltzmann, 5,669 x 10-8 W/m2.K
T = suhu absolute, K

II. Jenis Alat Penukar Panas berdasarkan Arah Aliran antar fluida
a) Penukar Panas Searah (Co-Current)

b) Penukar Panas Berlawanan Arah (Counter Current)

III. Jenis Alat Penukar Panas berdasarkan konstruksinya


Double Pipe dan Shell and Tube Heat Exchanger merupakan salah satu jenis alat
penukar panas berdasarkan konstruksinya.
a) Double Pipe Heat Exchanger

Gambar 2.3 DPHE counter current

Gambar 2.4 DPHE co-current

Alat penukar panas pipa rangkap terdiri dari dua pipa logam standar yang dikedua
ujungnya dilas menjadi satu atau dihubungkan dengan kotak penyekat. Fluida yang satu
mengalir di dalam pipa, sedangkan fluida kedua mengalir didalam ruang anulus antara pipa
luar dengan pipa dalam. Alat penukar panas jenis ini dapat digunakan pada laju alir
fluida yang kecil dan tekanan operasi yang tinggi. Sedangkan untuk kapasitas yang
lebih besar digunakan penukar panas jenis selongsong dan buluh (shell and tube heat
exchanger).

 Ciri Double Pipe Pipe Heat Exchanger

1. Terdiri atas pipa yang berada dalam pipa dengan ukuran diameter yang berbeda.
2. Umumnya fluida panas mengalir dalam tube dan fluida dingin mengalir dalam
anulus
3. Dalam hal ini untuk larutan korosif, bagian tube terbuat dari kaca atau bahan lain
yang tahan korosif.
4. Double pipe exchanger pada dasarnya terdiri dari 2 buah pipa konsentrik, satu fluida
mengalir lewat pipa dalam sedangkan fluida lain mengalir antara pipa dalam dan
pipa luar.
b) Shell and Tube Heat Exchanger

Gambar 2.5 STHE counter current

Alat penukar panas cangkang dan buluh terdiri atas suatu bundel pipa yang

dihubungkan secara paralel dan ditempatkan dalam sebuah pipa cangkang. Fluida

yang satu mengalir di dalam bundel pipa, sedangkan fluidayang lain mengalir di luar

pipa pada arah yang sama, berlawanan, atau bersilangan. Kedua ujung pipa tersebut

dilas pada penunjang pipa yang menempel pada mantel. Untuk meningkatkan effisiensi

pertukaran panas, biasanya pada alat penukar panas cangkang dan buluh dipasang buffle.

Ini bertujuan untuk membuat turbulensi aliran fluida dan menambah waktu tinggal.

Namun pemasangan sekat akan memperbesar pressure drop operasi dan menambah

beban kerja pompa, sehingga laju alir fluida yang dipertukarkan panasnya harus diatur.

IV. Analisis Kinerja Alat Penukar Panas Jenis Shell & Tube
a) Analisis Kinerja Alat dengan metode LMTD (Log Mean Temperature Different)
 Perhitungan LMTD LMTD atau menunjukkan nilai rata rata aritmatik
perbedaan suhu antara fluida panas dan fluida dingin. Yaitu :

 Untuk menghitung LMTD STHE, diperluka faktor koreksi (f)

Faktor koreksi (F) didapatkan dari grafik

Dimana nilai P dan R pada garfik F adalah :


 Perhitungan laju perpindahan panas (Q)
Laju perpindahan panas dalam suatu alat adalah sebagai berikut :

Sedangkan laju perpindahan panas melalui permukaan pipa adalah :

As adalah luas perpindahan panas


U adalah koefisien perpindahan panas keseluruhan

 Perhitungan efisiensi perpindahan panas


n= Q dingin/ Q panas

b) Analisis Kinerja Alat dengan metode Effectiveness – NTU


 Perhitungan Effectiveness

Dimana nilai Q adalah :

dan nilai Cc dan Ch adalah :

nilai Cmin adalah nilai Cc atau Ch yang lebih kecil.


BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat yang Digunakan


Skema peralatan praktikum untuk Alat Penukar Jenis Double Pipe dan Shell and Tube di
Laboratorium Pilot Plant adalah sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3. Peralatan
tersebut terdiri atas dua buah HE Double Pipe dan HE Shell and Tube yang dipasang secara
paralel. Penukar Panas tersebut dilengkapi dengan termometer pada setiap arus yang masuk
dan keluar serta pengukur besar aliran.
Media pemanas yang digunakan adalah air panas dan fluida yang dipanaskan adalah air
dingin. Air panas tersebut dibuat dari campuran aiar dingin dan uap air
3.2 Prosedur Percobaan
a. Kalibrasi laju alir air dingin

Buka v1, v4, v5, v12, dan v20 dan tutup v2, v13,v16 dan v10 untuk HE1
Buka v1, v4, v3', v16, dan v10 dan tutup v13, v2, v12 dan v20 untuk HE2
Buka v2, v17, v7, v6, v11 dan v18, dan tutup v14 dan v1 untuk HE3

Atur laju pada 3, 6, 9 LPM pada rotameter

Ambil sampel air yang keluar sebanyak 2L pada v untuk HE1


Ambil sampel air yang keluar sebanyak 2L pada v untuk HE1
Ambil sampel air yang keluar sebanyak 2L pada v untuk HE3

Catat waktu yang digunakan hingga air mencapai 2L

Komparasikan antara laju alir yang terbaca di Rotameter dengan laju alir yang terukur secara
manual
b. Pertukaran panas
 Heat Exchanger 1

Atur laju pada 3, 6, 9 LPM pada rotameter

Buka v1, v19, v4, v5, v13, v12, dan v20

Catat suhu masukan fluida dingin masuk dan keluar serta suhu fluida panas
masuk dan keluar yang tertera pada Temperatur Indikator (TI)

Pencatatan dilakukan 5 kali dengan selang waktu 5 menit

 Heat Exchanger 2

Atur laju pada 3, 6, 9 LPM pada rotameter

Buka v1, v19, v3', v4, v13, v10 dan v15

Catat suhu masukan fluida dingin masuk dan keluar serta suhu fluida panas
masuk dan keluar yang tertera pada Temperatur Indikator (TI)

Pencatatan dilakukan 5 kali dengan selang waktu 5 menit

 Heat Exchanger 3

Atur laju pada 3, 6, 9 LPM pada rotameter

Buka v2, v8, v7, v11, v14, v17, dan v18

Catat suhu masukan fluida dingin masuk dan keluar serta suhu fluida panas
masuk dan keluar yang tertera pada Temperatur Indikator (TI)

Pencatatan dilakukan 5 kali dengan selang waktu 5 menit


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
a. Heat Exchanger 1

Air Panas Air Dingin


U η
No Laju Th In Th Out Laju Tc In Tc Out ΔTlm NTU
(kW/m² K) (%)
(LPM) (°C) (°C) (LPM) (°C) (°C)
1 3,724 72 52 3,123 23 34 33,30 0,39 0,283 46,15
2 3,724 75 60 3,123 23 33,5 39,21 0,34 0,248 58,70
3 3,724 75 58 3,123 23 33 38,39 0,32 0,234 49,32
4 3,724 79 61 3,123 23 35 40,93 0,37 0,267 55,88
5 3,724 59 52 3,123 23 31 28,50 0,38 0,279 95,94
6 3,724 71 52 3,123 23 33 33,30 0,35 0,258 44,16
𝑥̅ 3,724 71,83 55,83 3,123 23 33,25 35,60 0,36 0,261 58,36

Air Panas Air Dingin


U η
No Laju Th In Th Out Laju Tc In Tc Out ΔTlm NTU
(kW/m² K) (%)
(LPM) (°C) (°C) (LPM) (°C) (°C)
1 3,724 71 54 6,054 23 33 34,38 0,41 0,251 95,70
2 3,724 63 46 6,054 23 27 29,02 0,18 0,109 38,78
3 3,724 53 42 6,054 23 26 22,77 0,18 0,109 44,75
4 3,724 51 39 6,054 23 25 20,60 0,12 0,076 27,35
5 3,724 48 37 6,054 23 25 18,13 0,14 0,086 29,80
6 3,724 51 37 6,054 23 26 18,97 0,19 0,117 35,17
𝑥̅ 3,724 56,17 42,50 6,054 23 27 23,98 0,20 0,124 45,26

Air Panas Air Dingin


U η
No Laju Th In Th Out Laju Tc In Tc Out ΔTlm NTU
(kW/m² K) (%)
(LPM) (°C) (°C) (LPM) (°C) (°C)
1 3,724 56 38 9,539 23 25 22,04 0,10 0,063 28,79
2 3,724 57 35 9,539 23 25 20,39 0,10 0,061 23,57
3 3,724 54 38 9,539 23 25 21,24 0,11 0,068 32,33
4 3,724 41 35 9,539 22 24 14,91 0,18 0,114 85,93
5 3,724 46 33 9,539 22 24 15,87 0,14 0,088 39,72
6 3,724 51 35 9,539 21 24 19,79 0,17 0,107 48,53
𝑥̅ 3,724 50,83 35,67 9,539 22,33 24,50 19,04 0,14 0,08 43,14
b. Heat Exchanger 2
Laju alir 1
Laju alir air dingin : 0,0532 kg/s
Laju alir air panas : 0,0546 kg/s

U
U dengan
N Waktu Tcin Tcout Thin Thout Qcold Qhot η NT dengan
LMTD LMTD
o (menit) (oC) (oC) (oC) (oC) (Watt) (Watt) (%) U ε
(W/m2K)
(W/m2K)
1 0 22 29 46 44 44,99 1564,66 458,77 341 0,09 160,09 40,90
2 3 22 30 50 46 47,97 1788,19 917,53 195 0,17 163,38 75,07
3 6 22 32 52 46 48,94 2235,23 1376,30 162 0,26 208,61 112,72
4 9 22 30 48 44 45,97 1788,19 917,53 195 0,19 180,73 81,91
5 12 22 28 45 42 43,48 1341,14 688,15 195 0,15 144,94 67,55
6 15 22 30 48 42 44,93 1788,19 1376,30 130 0,31 193,49 135,36
Rata-Rata 22 29,83 48,17 44 46,05 1750,93 955,76 203 0,20 175,21 85,58

Laju alir 2
Laju alir air dingin : 0,1065 kg/s
Laju alir air panas : 0,0546 kg/s

U U
Waktu Tcin Tcout Thin Thout Qcold Qhot η dengan dengan
No LMTD NTU
(menit) (oC) (oC) (oC) (oC) (Watt) (Watt) (%) LMTD ε
(W/m2K) (W/m2K)
1 0 22 26 46 30 37,43 2673,03 3670,13 73 1,28 469,18 573,97
2 3 22 26 52 39 45,19 2673,03 2981,98 90 0,62 257,62 278,47
3 6 23 26 53 41 46,74 2004,77 2752,59 73 0,55 181,51 248,50
4 9 23 26 50 39 44,27 2004,77 2523,21 79 0,57 205,06 254,98
5 12 22 25 46 37 41,34 2004,77 2064,45 97 0,51 226,88 227,34
6 15 22 26 52 38 44,63 2673,03 3211,36 83 0,69 266,60 310,70
Rata-Rata 22,33 25,83 49,83 37,33 43,27 2338,90 2867,29 82,52 0,70 267,81 315,66
Laju alir 3
Laju alir air dingin : 0,1591 kg/s
Laju alir air panas : 0,0546 kg/s
U U
Waktu Tcin Tcout Thin Thout Qcold Qhot η dengan dengan
No LMTD NTU
(menit) (oC) (oC) (oC) (oC) (Watt) (Watt) (%) LMTD ε
(W/m2K) (W/m2K)
1 0 22 28 58 44 50,68 2685,14 3211,36 84 0,55 213,31 249,10
2 3 22 27 52 43 47,36 2237,61 2064,45 108 0,39 196,85 174,91
3 6 22 26 48 42 44,93 1790,09 1376,30 130 0,28 170,28 125,83
4 9 22 25 44 39 41,45 1342,57 1146,91 117 0,27 148,61 123,52
5 12 22 26 46 38 41,87 1790,09 1835,06 98 0,45 202,59 201,09
6 15 22 26 46 38 41,87 1790,09 1835,06 98 0,45 202,59 201,09
Rata-Rata 22,00 26,33 49,00 40,67 44,69 1939,26 1911,52 105,7 0,40 189,04 179,26

c. Heat Exchanger 3

Laju (LPM) Waktu Tcin Tcout Thin Thout


η A U
No Air NTU
air hot Menit °C °C °C °C (%) (m2) (w/m2K)
cold
1 3,950 6,393 0 20 36 50 38 82,3 1,413 225,99 1,155
2 3,950 6,393 3 20 34 54 40 61,7 1,413 - -
3 3,950 6,393 6 20 34 58 42 54 1,413 129,48 0,662
4 3,950 6,393 9 20 34 56 43 66,5 1,413 128,12 0,6551
5 3,950 6,393 12 20 34 58 40 48 1,413 137,15 0,7012
6 3,950 6,393 15 20 34 54 41 66,5 1,413 142,12 0,7267
Rata-rata 63,2 1,413 152,57 0,78

Laju Tcin Tcout Thin Thout


U
No Air η (%) A (m2) NTU
air hot °C °C °C °C (w/m2K)
cold
1 7,81 6,39 20 34 56 41 113,4 0,413 21075,9 19,369
2 7,81 6,39 20 27 58 39 44,76 0,413 1297,2 1,192
3 7,81 6,39 20 27 58 39 44,76 0,413 1297,2 1,192
4 7,81 6,39 21 26 48 38 60,75 0,413 1745,8 1,604
5 7,81 6,39 21 26 44 35 67,5 0,413 2190,4 2,013
6 7,81 6,39 21 25 42 34 60,75 0,413 1764,1 1,621
Rata-rata 65,32 0,413 4895,1 4,4985
laju Waktu Tcin Tcout Thin Thout
A
No Air η (%) U NTU
menit °C °C °C °C (m2)
cold air hot
1 12,17 6,39 0 21 24 40 34 94,900 0,413 432,98 0,4
2 12,17 6,39 3 21 24 38 31 81,300 0,413 531,59 0,49
3 12,17 6,39 6 21 24 36 30 94,900 0,413 612,26 0,56
4 12,17 6,39 9 20 23 34 29 113,800 0,413 640,62 0,59
Rata-rata 96,225 0,413 554,36 0,51

4.2 Pembahasan
Praktikum yang dilakukan kali ini adalah memanaskan air pada double pipe heat
exchanger (DPHE) co-current, counter-current, dan shell and tube heat exchanger (STHE).
Prinsipnya fungsi dari alat penukar panas yang digunakan baik itu DPHE maupun STHE
adalah untuk menukarkan panas baik itu untuk pemanasan maupun pendinginan fluida.
Penukaran panas ini terjadi karena adanya panas yang berpindah dari fluida yang lebih
panas ke fluida yang lebih dingin secara konveksi dan konduksi di dalam alat penukar
panas. Berbeda dengan heater biasa yang fungsinya hanya dapat memanskan, heat
exchanger dapat berfungsi juga untuk mendinginka fluida dengan cara mengalirkan fluida
yang lebih dingin sehingga terjadi perpindahan panas dari fluida panas tersebut.
Mekanisme operasi pada alat DPHE dan STHE yang ada, harus diperhatikan betul
aliran masuk sampai keluar sistem beserta mengetahui betul mana aliran panas dan aliran
dingin yang masuk ke sistem. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan menutup dan
membuka valve yang sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan ketika mengoperasikan
DPHE co-current, DPHE counter-current, dan STHE karena alat yang tersedia terpasang
satu rangkaian dan ada beberapa aliran yang terhubung paralel. Parameter-parameter yang
diamati dalam praktikum ini adalah suhu masuk dan suhu keluar sistem baik itu untuk air
panas maupun air dingin.
Pada hasil dan pengolahan data yang telah dilakukan, HE 1 yang merupakan DPHE
counter-current (aliran berlawanan) memiliki rata-rata efisiensi terbaik yaitu 58,36% pada
laju alir air panas dan air dingin kurang lebih sama-sama 3 LPM. Kemudian HE 2 yang
merupakan DPHE Co-current (aliran searah) memiliki rata-rata efisiensi terbaik yaitu
82,52% pada laju alir air dingin 6 LPM dan laju alir air panas 3 LPM sementara untuk laju
alir lainnya memiliki rata-rata efisiensi >100%. Selanjutnya, pada HE 3 atau STHE
memiliki rata-rata efisiensi terbaik yaitu 96,22% pada laju alir alir panas 12 LPM dan laju
alir air dingin 6 LPM.
Dari hasil yang didapatkan ini, untuk DPHE counter-current, efisiensi terbaiknya
adalah ketika laju alir air panas dan laju alir dingin sama. Artinya, perpindahan panas yang
terjadi keadaan terbaiknya adalah ketika waktu tinggal air panas dan air dingin di dalam
DPHE sama besar. Untuk DPHE Co-current, efisiensi terbaiknya adalah ketika laju alir air
dingin lebih besar dari laju alir air panas. Artinya, perpindahan panas yang terjadi keadaan
terbaiknya adalah ketika waktu tinggal air dingin lebih cepat dua kalinya dari waktu tinggal
air panas dalam sistem. Untuk laju alir air dingin lainnya yaitu 3 LPM dan 9 LPM,
efisiensinya bernilai lebih dari 100%. hal ini terjadi karena berbagai faktor, salah satunya
adalah adanya perpindahan panas tambahan dari dinding tube, karena sistem pada HE yang
dilakukan adalah dengan memanaskan air pada heater terlebih dahulu menggunakan steam,
terlebih lagi laju steam yang berubah-rubah selama praktikum saat alat DPHE co-current
beroperasi,hal ini berasal dari boiler utama yang sempat tidak stabil.
Pada STHE, efisiensi terbaik adalah ketika laju alir air panas jauh lebih rendah dari
laju alir dingin. Pada STHE ini, efisiensinya lebih besar dari DPHE karena struktur dan
komponen yang ada pada STHE ini juga berbeda. Terdapat baffle yang membuat air dingin
yang masuk berkontak lebih banyak dengan tube air panas. Atau dengan kata lain, luas
perpindahan panasnya menjadi lebih besar dari DPHE yang sistemnya hanya berupa double
pipe saja. Maka ketika laju air dinginnya cepat, massa air yang berkontak dengan tube air
panaspun menjadi lebih banyak sehingga efisiensinya menjadi tinggi.
BAB V
SIMPULAN

Dari praktikum didapatkan simpulan nilai efisiensi sebagai berikut :


1. Heat Exchanger 1
a. Laju alir fluida dingin 3 LPM = 58,36%
b. Laju alir fluida dingin 6 LPM = 45,26%
c. Laju alir fluida dingin 9 LPM = 43,14%
2. Heat Exchanger 2
a. Laju alir fluida dingin 3 LPM = 203%
b. Laju alir fluida dingin 6 LPM = 82,52%
c. Laju alir fluida dingin 9 LPM = 105,7%
3. Heat Exchanger 3
a. Laju alir fluida dingin 4 LPM = 63.2%
b. Laju alir fluida dingin 8 LPM = 65.32%
c. Laju alir fluida dingin 12 LPM = 96%
DAFTAR PUSTAKA

1. R. K. Sinnott, R.K. (2005). Coulson & Richardson’s Chemical Engineering, Chemical


Engineering Design, Volume 6, Fourth Edition, Elsevier Butterworth-Heinemann.
2. Technische Ausbildung Ciba Geigy Roche Sandoz (1984). “Chemische
TechnologieWarmeaustausch”, volume 7, SANDOZ AG, Basel,
3. Yunus A. Cengel, Afshin J. Ghajar (2011). “Heat and Mass Transfer: Fundamentals &
Applications”, Fourth Edition, McGrawHill. Diunduh dari
http://me.emu.edu.tr/tahir/meng345/W12.pdf.
4. Amalia, Ilma. (2011). “PENUKAR PANAS ( HEAT EXCHANGER)” (online). Tersedia
di : http://id.scribd.com/doc/46808854/Tugas-Shell-and-Tube-Ex-Changer-2
5. Anonim. (2010). “Heat Exchanger’’ (online). Tersedia di : http://www.alaquainc.com/
Heat_Exchangers.aspx

Anda mungkin juga menyukai