Hubungan Penyajian Makanan Dan Nafsu Makan Anak
Hubungan Penyajian Makanan Dan Nafsu Makan Anak
Hubungan Penyajian Makanan Dan Nafsu Makan Anak
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
makanan juga dapat mempengaruhi perubahan nafsu makan pada anak balita,
Maka dibutuhkan kreasi makanan yang unik dan semenarik mungkin yang dapat
menjadi daya tarik dan kesenangan sendiri bagi anak balita untuk peningkatan
nafsu makan. Nafsu makan merupakan suatu masalah yang komplek terjadi pada
setiap balita dan anak-anak. Hal ini sering sekali dialami pada balita dan anak-
tidak terganggu dan tidak mudah terserang penyakit asupan makanan yang
diberikan oleh ibu selalu sama, sehingga anak menjadi gampang bosan dengan
makanan yang disajikan oleh ibu padahal anak balita sangat membutuhkan asupan
nafsu makan dapat dilihat dari asupan makanan kurang dari yang dibutuhkan akan
menyebabkan berat badan menurun dan rentan terhadap penyakit. Nafsu makan
pada anak balita memang sering berubah-ubah tergantung kondisi orang tua yang
1
2
2012 sebanyak 84% kasus kekurangan gizi anak usia di bawah lima tahun (balita)
terjadi di Asia dan Afrika. Sedangkan di Indonesia tahun 2012 terdapat sekitar
53% anak di bawah usia 5 tahun menderita gizi buruk disebabkan oleh kurangnya
responden (70,5%), yang memiliki kategori tidak sulit makan ada 13 responden
(29,5%), berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa pada
kecenderungan prevalensi status gizi anak balita di Propinsi Jawa Timur tahun
2010 diketahui terdapat 2,4 juta balita dan 15% diantaranya mengalami masalah
sulit makan. Di Kabupaten Ponorogo tahun 2010 terdapat 1300 balita kurang gizi
yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan. Dari total tersebut sebesar 700 balita
mengalami sulit makan. Untuk wilayah Ponorogo kota terdapat 146 balita
mengalami sulit makan. Berdasarkan PSG (Pemantauan Status Gizi) tahun 2012
untuk Provinsi Jawa Timur, angka gizi buruk pada balita berdasarkan BB/U (Berat
jajanan di luar daripada memakan makan yang diberikan oleh ibu. Berdasarkan
3
penelitian (Mulyani, 2009) bahwa usia satu sampai lima tahun mengalami
kesulitan makan sebanyak, yaitu sebesar 58%. Presentasi keluhan kesulitan makan
pada anak, yaitu 27,5% menghabiskan makanan kurang dari sepertiga, 24,8%
menolak makanan, 22,9% anak rewel dan merasa tidak senang atau marah, 7,3%
hanya menyukai satu jenis makanan, 18,3% hanya mau minum susu, 19,3%
memerlukan waktu lebih dari satu jam untuk makan dan 15,6% mengemut.
gizi balita, hal tersebut disebabkan anak balita mempunyai nafsu makan yang
mendapatkan perhatian besar. Hal ini karena pada masa balita merupakan masa
dengan pertumbuhan yang sangat pesat dan kritis, biasanya dikenal dengan istilah
Golden Age atau masa emas. Anak masa balita akan mengalami pertumbuhan dan
merupakan salah satu faktor yang berperan penting bagi seorang anak (Kumala,
2005). Nafsu makan dapat dilihat dari asupan makanan kurang dari yang
dibutuhkan akan menyebabkan tubuh menjadi kurus dan rentan terhadap penyakit.
Nafsu makan pada anak balita memang sering berubah-ubah tergantung dari
kondisi orang tua yang menyajikan makanan anak balita tersebut (Fathonah,
2005).
4
pada dasarnya anak akan cepat merasa bosan dengan menu makan yang sama
disajikan oleh ibu padahal usia tersebut anak sangat membutuhkan asupan
itu sendiri. Pemberian beragam makanan terutama sayuran yang biasanya kurang
disukai oleh anak menjadi disukai oleh anak. Banyak hal atau cara untuk menarik
anak balita agar dapat menyukai sayuran, yaitu dengan menambahkan lauk pauk
yang sudah dicampur dengan sayuran dan juga nasi yang dapat di masak dan
B. Batasan Masalah
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
makan anak balita dan sebagai perbandingan antara materi yang dicapai
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
c. Bagi Keluarga
keputusan, dalam merawat anak balita yang mengalami penurunan nafsu makan,
gizi balita sehingga dapat mencegah nafsu makan yang menurun dan