Laporan Akhir Praktikum Produksi Ternak Unggas 2017

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PRODUKSI TERNAK UNGGAS

“Sistem Pencerrnaan dan Reproduksi Pada Unggas”

Disusunoleh :
Kelompok 5
Kelas A
Dhiyaa Apriliani 200110170012
Sarah Desyanti 200110170137
Rachmat Farhan Basri 200110170183
Fauzi Setiawan 200110170189
Viandi Putraji Nugraha 200110170190
Selvy Fitria Nida 200110170192

LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK UNGGAS


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
SUMEDANG
Commented [a1]: Setiap paragraf 1 sepasi
2019 Nama harus capital dan di bold
KATA PENGANTAR Commented [a2]: Kasih halaman “ii”

Puji dan syukur marilah kitapanjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Commented [a3]: Ganti pakai penyusun !

Ta’ala yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga,
shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi
Wassalam beserta keluarga dan para sahabat - sahabatnya.

Akhirnya kelompok kami dapat menyelesaikan laporan praktikum tentang


“Sistem Pencernaan dan Reproduksi Pada Unggas”. Laporan ini merupakan
bagian dari tugas mata kuliah Produksi Ternak Unggas, yang isinya mengenai
sistem pencernaan dan reproduksi pada unggas. Diharapkan dengan adanya
laporan praktikum ini kami sebagai mahasiswa tau tentang apa yang sudah
dilaksanakan pada praktikum dan dapat mengamalkan ilmu dari apa yang kami
dapat selama praktikum.

Laporan praktikum ini masih perlu penyempurnaan, oleh karena itu kami
sebagai penulis menerima kritik dan saran yang membangun untuk Commented [a4]: Semua yang di merah ganti jadi
penyusun
penyempurnaan laporan praktikum ini. Semoga laporan praktikum ini bermanfaat
untuk semua yang membacanya.

Sumedang, 28 Maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI Commented [a5]: 3 spasi
Kasih halaman iii
Bab Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
I PENDAHULUAN ................................................................................................1 Commented [a6]: 2 spasi
Menjolok 1,25
1.1 LatarBelakang .............................................................................................1 Nomor kata pengantar 2 bukan 1
Untuk titik titik jangan sampai menyatu pada haalaman
1.2 IdentifikasiMasalah .....................................................................................2
1.3 MaksuddanTujuan.......................................................................................2
1.4 ManfaatPraktikum.......................................................................................2
1.5 WaktudanTempat ........................................................................................3
II TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................................4 Commented [a7]: Dua spasi

2.1 Sistem Pencernaan unggas ..........................................................................4


2.1.1 Organ Sistem Pencernaan Unggas ...........................................................5
2.1.2 Kelenjar Aksesori Pada Sistem Pencernaan Unggas ...............................6
2.2 Saluran Reproduksi Unggas ........................................................................6
2.2.1Sistem Reproduksi Unggas Jantan ............................................................7
2.2.2Saluran Reproduksi Unggas Betina ..........................................................8 Commented [a8]: Satu sepasi

III ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA ..............................................10 Commented [a9]: Menjolok 1,25

3.1 Alat ............................................................................................................10 Commented [a10]:

3.2 Bahan ........................................................................................................10


3.3 ProsedurKerja ...........................................................................................10
IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN.........................................12
4.1 HasilPengamatan.......................................................................................12
4.2 Pembahasan...............................................................................................12
4.2.1 Alat Pencernaan Ayam...........................................................................12
4.2.2 Alat Reproduksi Ayam Betina ...............................................................13
4.2.3 Alat Reproduksi Ayam Jantan ...............................................................14
4.2.4 TulangdanKerangka ...............................................................................15 Commented [a11]: Meenjolok dan 1 sppasi

V KESIMPULAN DAN SARAN………………………..……………………..17


5.1 Kesimpulan………………………………..…………………………….17
5.2 Saran……………………………………………………….…………….18
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................19
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Unggas merupakan hewan ternak yang didalam kehidupan ternak sering

dimanfaatkan untuk dikonsumsi. Baik daging maupun organ dalam unggas dapat

dimanfaatkan oleh manusia untuk diolah menjadi makanan. Untuk menjaga

kualitas kesehatan unggas untuk konsumsi diperlukan peran dari dokter hewan.

Struktur organ dalam unggas berbeda dengan hewan mamalia maupun primata,

sehingga kami selaku calon dokter hewan harus mengetahui struktur organ dalam
unggas.

Unggas termasuk hewan monogastrik, yaitu hewan yang berlambung

tunggal tidak seperti ternak ruminansia atau ternak poligastrik lainnya. Pada

ternak ruminansia atau poligastrik lambung terdidri dari empat bagian, yang mana

terdapat banyak mikroba yang membantu proses perncernaan. Tidak demikian


dengan ayam yang hanya memiliki lambung tunggal, sehingga peranan mikroba
sangat sedikit untuk degradasi makanan yang dicernanya.

Lambung unggas dan semua alat pencernaan lainnya hampir sama antara

hewan monogastrik dengan hewan poligastrik. Ukuran panjang saluran

pencernaan secara keseluruhan pada unggas lebih kecil atau lebih pendek dari

hewan mamalia. Unggas mengambil makanannya dengan paruh dan kemudian

ditelan. Makanan tersebut disimpan dalam tembolok untuk dilunakkan dan

dicampur dengan getah pencernaan proventrikulus kemudian digiling dalam

empedal. Tidak ada enzim pencernaan yang dikeluarkan oleh empedal unggas.
Fungsi utama alat tersebut adalah untuk memperkecil ukuran partikel-partikel
makanan.

Salah satu ciri-ciri makhluk hidup adalah berkembang biak. Berkembang

biak adalah proses reproduksi atau proses memperbaharui keturunan pada mahluk

hidup untuk mempertahankan jenisnya agar tidak punah. Reproduksi adalah suatu

proses biologis di mana individu organisme baru diproduksi. Reproduksi pada

hewan terjadi dalam dua jenis yaitu reproduksi aseksual dan reproduksi

seksual.Reproduksi aseksual adalah penciptaan individu baru yang semua gennya

berasal dari satu induk tanpa peleburan telur dan sperma.Sedangkan reproduksi

seksual adalah penciptaan keturunan melalui peleburan gamet jantan dan betina

untuk membentuk zigot. Peleburan gamet (sperma dan ovum) disebut dengan
fertilisasi. Fertilisasi terbagi menjadi dua macam yaitu fertilisasi eksternal dan
fertilisasi internal.

Sistem bereproduksiunggas adalah dengan cara bertelur sehingga pada

unggas ini memilki organ reproduksi yang berbeda dengan mamalia.Kelompok


unggas merupakan hewan ovipar.Sehinggatidak memiliki alat kelamin

luar.Walaupun demikian, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh.Hal ini dilakukan

dengan cara saling menempelkankloaka.Pada unggas organ reproduksi jantan

berupa testes, epididimis danductus deferens.Sedangkan pada betina terdiri dari


satu ovarium dan satu oviduk.

1.2 Identifikasi Masalah

(1) Bagaimana sistem pencernaan pada ternak unggas.

(2) Bagaimana sistem reproduksi pada ternak unggas jantan.


(3) Bagaimana sistem reproduksi pada ternak unggas betina.

1.3 Maksud dan Tujuan

(1) Untuk mengetahui sistem pencernaan pada ternak unggas

(2) Untuk mengetahui sistem reproduksi pada ternak unggas jantan

(3) Untuk mengetahui sistem reproduksi pada ternak unggas betina

1.4 Manfaat Praktikum

Manfaat yang kita dapatkan dari praktikum yang telah dilakukan,

mahasiswa dapat mengetahui alat pencernaan pada ternak unggas beserta

fungsinya dan mengetahui alat reproduksi pada ternak unggas jantan dan
betina.

1.5 Waktu dan Tempat

Praktikum Sistem Pencernaan dan Alat Reproduksi Ternak Unggas

Hari / tanggal : Selasa, 26 Maret 2019


Waktu : 10.00 – 12.00 WIB
Tempat : Laboratorium Produksi Ternak Unggas Unpad
II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Pencernaan Unggas

Sistem pencernaan merupakan sistem yang terdiri dari saluran pencernaan

dan organ-organ pelengkap yang berperan dalam proses perombakan bahan

makanan, baik secara fisik maupun secara kimia menjadi zat-zat makanan yang

mudah diserap oleh dinding saluran pencernaan (Rasyaf M, 2008). Menurut


Commented [a12]: Jangan pake kata menurut
Anggorodi (1995), pencernaan adalah penguraian bahan makanan ke dalam zat-

zat makanan dalam saluran pencernaan untuk dapat diserap dan digunakan oleh

jaringan-jaringan tubuh. Sistem pencernaan meliputi saluran pencernaan (paruh,

mulut, tenggorok, lambung kelenjar, empedal, usus halus, usus buntu, usus besar,
kloaka, anus) dan alat tambahan (hati, pankreas, lien). Secara garis besar fungsi

saluran pencernaan adalah sebagai tempat pakan ditampung, tempat pakan

dicerna, tempat pakan diabsorbsi dan tempat pakan sisa yang dikeluarkan.
(Kamal, 1994).

Sistem pencernaan unggas berbeda dengan sistem pencernaan ternak

mamalia atau ternak ruminansia, karena pada unggas tidak memiliki gigi untuk

menghaluskan makanan. Unggas menimbun makanan yang dimakannya dalam

tembolok (Tillman dkk, 1991). Prinsip pencernaan pada ayam ada tiga macam
(Kamal, 1994) :

1. Pencernaan secara mekanik (fisik); Pencernaan ini dilakukan oleh

kontraksi otot polos, terutama terjadi di empedal (gizzard) yang dibantu

oleh bebatuan (grit). Pencernaan ini banyak terjadi pada ayam yang
dipelihara secara umbaran sehingga mendapatkan grit lebih banyak

daripada ayam yang dipelihara secara terkurung.

2. Pencernaan secara kimiawi (enzimatik); Pencernaan secara kimia

dilakukan oleh enzim pencernaan yang dihasilkan: (1) kelenjar saliva di

mulut; (2) enzim yang dihasilkan oleh proventrikulus; (3) enzim dari

pankreas; (4) enzim empedu dari hati; dan (5) enzim dari usus halus.

Peranan enzim-enzim tersebut sebagai pemecah ikatan protein, lemak, dan

karbohidrat.

3. Pencernaan secara mikrobiologik (jumlahnya sedikit sekali) dan terjadi di

sekum dan kolon.

2.1.1 Organ Sistem Pencernaan Unggas


(1) Mulut

Mulut unggas tidak memiliki gigi, sehingga tidak bisa memecah makanan

di dalam mulut (Anggorodi, 1984). Mulut ayam di dalamnya terdapat lidah yang

berfungsi untuk mendorong makanan masuk kedalam oesophagus. Kelenjar saliva

mengeluarkan sejenis mukosa yang berfungsi sebagai pelumas makanan untuk


mempermudah masuk ke oesophagus (Nesheim dkk, 1979). Air diambil dengan

cara menyendok saat minum dengan menggunakan paruh (beak), dan masuk ke

dalam kerongkongan setelah kepala menengadah dengan memanfaatkan gaya

gravitasi (North, 1978).


(2) Oeshophagus

Oesophagus adalah organ yang menghubungkan faring dan lambung.

Bolus bahan makanan yang dibentuk dalam rongga mulut dapat berjalan melalui

oesophagus tersebut oleh adanya gerakan peristaltik dari oesophagus. Peristaltik


tersebut terjadi setelah proses penelanan bolus bahan makanan (peristaltik primer)
dan akibat rangsangan-rangsangan bolus-bolus itu sendiri terhadap oesophagus
dalam perjalannya ke lambung (Frandson, 1993).

(3) Tembolok

Tembolok berperan sebagai tempat penyimpanan pakan. Pakan disimpan

dalam tembolok hanya sementara. Pelunakan dan pencampuran pakan terjadi di


sini oleh kerja enzim (Blakely dan Bade, 1992).

(4) Proventriculus/ Lambung Sejati

Tempat terjadinya pencernaan secara enzimatis, karena dindingnya

disekresikan asam klorida, pepsin dan getah lambung yang berguna mencerna

protein (Nesheim dkk, 1979).


(5) Ventriculus/ Gizzard

Ventrikulus tersusun dari suatu struktur bertanduk yang berotot tebal.

Fungsi gizzard adalah untuk mencerna makanan secara mekanik dengan bantuan

grit dan batu-batu kecil yang berada dalam gizzard yang ditelan oleh ayam
(Nesheim dkk, 1979). Partikel batuan ini berfungsi untuk memperkecil partikel

makanan dengan adanya kontraksi otot dalam gizzard sehingga dapat masuk ke
saluran intestine (North, 1978).

(6) Usus Halus / Intestinum tenue

Dibagi menjadi tiga bagian, yaitu duodenum penghubung dengan

lambung, jejenum adalah bagian tengah, dan ileum yang menghubungkan dengan

usus besar (intestinum crassum) (Tillman dkk, 1998). Pada bagian duodenum

disekresikan enzim pankreatik yang berupa enzim amilase, lipase dan tripsin

(North, 1978).
(7) Ceca ( Usus Buntu)

Ceca dapat disamakan dengan usus buntu manusia, dengan fungsi utama

ceca secara jelas belum diketahui tetapi di dalamnya terdapat sedikit pencernaan

karbohidrat dan protein dan absorbsi air (North, 1978). Di dalamnya juga terjadi
digesti serat oleh aktivitas mikroorganisma (Nesheim dkk, 1979).

(8) Usus Besar

Usus besar absorbsi hasil pencernaan makanan sebagian besar terjadi

dalam usus kecil (halus), maka sebagian bahan-bahan yang dicerna yang masuk

usus besar zat-zat makanannya telah mengalami absorbsi, menyisakan bahan-

bahan yang tahan pencernan yaitu selulose dan hemiselulosa yang dihasilkan

hewan (Tillman dkk, 1998). Pada large intestine terjadi reabsorbsi air untuk
meningkatkan kandungan air pada sel tubuh dan mengatur keseimbangan air pada

unggas (North, 1978).

(9) Kloaka

Kloaka merupakan lubang pelepasan sisa-sisa digesti, urin dan merupakan


muara saluran reproduksi. Kloaka pada bagian terluar mempunyai lubang

pelepasan yang disebut vent, yang pada betina lebih lebar dibanding jantan,

karena merupakan tempat keluarnya telur (North, 1978).

2.2.2 Kelenjar Aksesori pada Sistem Pencernaan Unggas

(1) Liver merupakan organ asesori pada sistem pencernaan. Liver suatu

kelenjar terbesar di dalam tubuh. Liver tersusun dari dua lobi besar. Fungsi

fisiologis hati adalah sekresi empedu, detoksifikasi persenyawaan racun bagi

tubuh, metabolisme protein, karbohidrat, dan lipid, penyimpanan vitamin,


penyimpanan karbohidrat, destruksi sel-sel darah merah, pembentukan protein

plasma, dan inaktivasi hormone polipeptida (Suprijatna dkk, 2005).


(2) Empedu

Kantong empedu merupakan produk liver dan bagian organ asesori. Dua
saluran empedu mentransfer empedu dari hati ke usus (Suprijatna dkk, 2005).

(3) Pankreas

Terletak diantara duodenum pada usus halus. Sebagai kelenjar endokrin,

pancreas mensekresikan hormone insulin dan glukagon. Pancreas juga

memproduksi enzim seperti tripsin, lipase, dan amilase (Suprijatna dkk, 2005).

2.2 Saluran Reproduksi Unggas


Organ reproduksi pada unggas adalah testis untuk unggas jantan dan

ovarium dan oviduct untuk unggas betina. Pada unggas betina organ reproduksi

bagian kiri yang berkembang normal dan berfungsi dengan baik (Nesheim dkk,

1972), tetapi untuk bagian kanan mengalami rudimeter (Sarwono, 1988).

2.2.1 Sistem Reproduksi Unggas Jantan

(1) Testis

Merupakan organ kelamin jantan yang berfungsi sebagai tempat sintesis

hormon androgen (terutama testosteron) dan tempat berlangsungnya proses


spermatogenesis. Kedua fungsi testis ini menempati lokasi terpisah di dalam

testis. Biosintesis androgen berlangsung dalam sel Leydig di dalam jaringan

interlobular, sedangkan prosesspermatogenesis berlangsung dalam epitel tubulus

seminiferus (Junqueira, 2007). Testis merupakan sepasang struktur berbentuk


oval, agak gepeng, dengan panjang sekitar 4 cm dan diameter sekitar 2,5 cm,

bersama epididimis, testis berada di dalam skrotum yang merupakan sebuah


kantung ekstra abdomen tepat di bawah penis (Sheerwood, 2009).

Dinding pada rongga yang memisahkan testis dengan epididimis disebut

tunika vaginalis. Tunika vginalis dibentuk dari peritoneum intra abdomen yang

bermigrasi ke dalam skrotum primitif selama perkembangan genitalia interna

pria. Setelah migrasi ke dalam skrotum, saluran tempat turunnya testis (prosesus

vaginalis) akan menutup (Fior,2007).

Testis banyak mengandung tubulus seminiferus. Tubulus seminiferus

tersebut terdiri atas deretan sel epitel yang akan mengadakan pembelahan mitosis

dan meiosis sehingga menjadi sperma. Sel-sel yang terdapat di antara tubulus
seminiferus disebut inerstisial (Leydig). Sel ini menghasilkan hormon seks pria

yang disebut testosteron (Junqueira, 2007).

Testis melaksanakan dua fungsinya yaitu menghasilkan sperma dan

mengeluarkan testosteron. Sekitar 80% massa testis terdiri dari tubulus


seminiferosa yang didalamnya berlangsung proses spermatogenensis. Sel Leydig

atau sel interstitium yang terletak di jaringan ikat antara tubulus- tubulus

seminiferus inilah yang mengeluarkan testosteron (Sherwood, 2009). Setelah

disekresikan oleh testis, kurang lebih 97% dari testosteron berikatan lemah

dengan plasma albumin atau berikatan kuat dengan beta globulin yang disebut

hormon sex binding globulin dan akan bersirkulasi di dalam darah selama 30

menit sampai satu jam. Saat itu testosteron ditransfer ke jaringan atau

didegredasikan menjadi produk yang tidak aktif yang kemudian diekskresikan

(Sheerwood,2009).

(2) VasDeferens
Vas deferens merupakan saluran yang menghubungkan epididimis dan

uretra. Letak vas deferens dimulai dari ujung kauda epididimis yang ada di

dalam kantung skrotum, lalu naik ke bagian atas lipat paha. Bagian ujungnya,

vas deferens dikelilingi oleh suatu pembesaran kelenjar-kelenjar yang disebut

ampula. Sebelum masuk ke uretra, vas deferens in bergabung terlebih dahulu

dengan saluran ekskresi vesika seminalis membentuk duktus ejakulatorius. Saat

ejakulasi sprema dari epididimis diangkut melalui vas deferens dengan suatu seri

kontraksi yang dikontrol oleh saraf (Sheerwood,2009).

Vas deferens akan melalui kanalis inguinalis masuk ke dalam rongga

tubuh dan akhirnya menuju uretra penis. Uretra penis dilalui oleh sperma dan

urin. Sperma akan melalui vas deferens oleh kontraksi peristaltik dindingnya.
Sepanjang saluran sperma terdapat beberapa kelenjar yang menghasilkan cairan

semen. Sebelum akhir vas deferens terdapat kelenjar vesika seminalis. Bagian

dorsal buli-buli, uretra dikelilingi oleh kelenjar prostat. Selain itu terdapat

kelenjar ketiga yaitu kelenjar Cowper. Keluar dari saluran repreduksi pria berupa

semen yang terdiri dari sperma dan sekresi kelenjar-kelenjar tersebut (semen
plasma). Semen plasma berfungsi sebagai medium sperma dan dipergunakan

sebagai buffer dalam melindungi sperma dari lingkungan asam saluran

reproduksi wanita (Ganong,2008).

(3) Organ Copulatory Rudimenter/Papillae

Papillae merupakan alat kopulasi pada unggas berupa papila (penis ) yang

mengalami rudimenter, kecuali pada itik berbentuk spiral yang panjangnya 12

sampai 18 cm. Papila memproduksi cairan transparan yang bercampur dengan

sperma saat terjadinya kopulasi (Yuwanta, 2004).

2.2.2 Saluran Reproduksi Unggas Betina


(1) Ovarium

Ovarium merupakan bagian alat kelamin primer yang berfungsi sebagai

alat pembentuk telur. Ovarium terletak diantara paru-paru dan ginjal dibawah dan

dibelakang hati, ovarium tersebut terletak pada tulang belakang dan dikelilingi

oleh alat-alat lainnya sehingga ia tertutup dalam suatu kantung ovarium sehingga

jalan satu-satunya adalah oviduct (Sarwono, 1993). Ovarium unggas betina

biasanya terdiri dari 5-6 folikel yang sedang berkembang, berwarna kuning besar

(yolk) dan sejumlah besar folikel putih kecil yang menunjukkan sebagai kuning
telur yang belum dewasa (Suprijatna, 2005).

Awal perkembangan embrio, terdapat dua ovarium dan dua oviduk.

Bagian sebelah kanan mengalami atrofi sehingga pada saat menetas yang tinggal
hanya ovarium dan oviduk bagian kiri. Sebelum produksi telur ovarium terisi

penuh oleh folikel yang mengandung ova. Beberapa ova cukup besar sehingga

dapat dilihat dengan mata, sedangkan yang lainnya harus menggunakan

mikroskop. Beberapa ribu ova terdapat pada setiap hewan betina. Saat dewasa ova
menjadi kuning telur yang berukuran penuh dan berperan penting untuk produksi
telur selama hewan hidup (Partodihardjo, 1992).

Ovarium unggas dewasa menyekresikan hormon estrogen dan progesteron.

Hormon estrogen menyebabkan terjadinya 1) perkembangan oviduk; 2)

peningkatan kadar kalsium darah, protein, lemak, vitamin dan bahan-bahan lain

yang diperlukan dalam proses pembentukan telur; 3) merangsang peregangan

tulang pubis untuk mempersiapkan unggas betina dalam proses bertelur


(Suprijatna, 2005).
Hormon progesteron berfungsi sebagai releasing factor di hipotalamus

yang menyebabkan pembesaran Luteinizing hormon (LH) dari pituitari anterior.

LH berfungsi merangsang sel-sel granulosa dan sel-sel techa pada folikel yang

masak untuk memproduksi estrogen. Kadar estrogen yang tinggi menyebabkan

produksi LH semakin tinggi. Tingginya kadar LH menyebabkan terjadinya proses

ovulasi pada folikel yang masak. Ovarium pada unggas dibagi dalam dua bagian,

yaitu cortex pada bagian luar dan medulla pada bagian dalam. Cortex

mengandung folikel yang sedang tumbuh. Jumlah sel telur dapat mencapai 3000-

4000 buah. Ovarium unggas biasanya terdiri dari 5-6 folikel yang sedang tumbuh,

berwarna kuning yolk) dan sejumlah besar folikel putih kecil yang menunjukkan
sebagai folikel yolk yang belum masak (Partodihardjo, 1992).

(2) Oviduct

Oviduk merupakan sebuah pipa yang panjang dimana yolk lewat dan

bagian telur lainnya disekresikan. Oviduct digantung oleh dua lapis lipatan

peritoneum yang membentuk ligamen-ligamen oviduct. Oviduct terdiri dari 5


bagian, yaitu infundibulum, magnum, isthmus, uterus dan vagina.

a) Infundibulum

Infundibulum berfungsi sebagai corong yang terdapat pada bagian ujung

oviduct, di tempat inilah terjadi pembuahan. Sastridihardjo dan Resnawati (1999)

berpendapat bahwa pada bagian leher infundibulum yang merupakan tempat

penyimpanan sperma, sperma juga tersimpan pada bagian pertemuan antara uterus

dan vagina. Penyimpanan ini terjadi pada saat kopulasi hingga saat fertilisasi,

namun menurut North (1978) Infundibulum adalah bagian teratas dari oviduk dan
mempunyai panjang sekitar 9 cm, berbentuk seperti corong atau fimbria dan
menerima telur yang telah diovulasikan. Perbedaan ini disebabkan adanya

perbedaan jenis makanan, penyakit, umur dan jenis unggas (Yuwanta, 2004).
Commented [a13]: Sesuikan dg point 1
b) Magnum

Magnum terletak di bagian bawah funnel, panjang magnum adalah

33 cm, Magnum tesusun dari glandula tubuler yang sangat sensibel.

Mukosa dari magnum tesusun dari sel gobelet yang berfungsi dalam

mensekresikan putih telur kental dan cair (Yuwanta, 2004). Albumin pada

sebutir telur terdiri dari 4 lapisan. Masing-masing adalah chalazae (27.0

%), putih kental (57.0 %), putih telur encer (17.3%) dan putih telur encer

bagian luar (23.0%). Keempat lapisan tersebut diproduksi pada magnum,

tetapi putih telur encer luar (outer thin white) tidak lengkap sampai air
ditambahkan di uterus (Suprijatna, 2005).

c) Isthmus

Isthmus merupakan tempat pembentukan kerabang tipis dan tempat


terjadi plumping, kandungan pada masa ini tidak secara lengkap mengisi

membran kerabang dan telur menyerupai sebuah kantung hanya sebagian

yang terisi air (Suprijatna, 2005). Nalbandov (1990) menyatakan bahwa

terdapat garis yang memisahkan antara magnum dan isthmus.

Menurut North (1978), panjang isthmus sekitar 10 cm dan

merupakan tempat terbentuknya membran sel (selaput kerabang lunak)

yang banyak tersusun dari serabut protein, yang berfungsi melindungi telur

dari masuknya mikroorganisme ke dalam telur. Membran sel yang

terbentuk terdiri dari membran sel dalam dan membran sel luar, di dalam
isthmus juga disekresikan air ke dalam albumen. Calon telur di dalam

isthmus selama 1,25 jam (Sastridihardjo dan Resnawati, 1999).

d) Uterus

Uterus disebut juga glandula kerabang telur, panjangnya 10 cm.

Telur yang berkembang tinggal di uterus sekitar 18-20 jam, lebih lama

daripada dibagian lain dari oviduk (Frandson, 1992). Uterus memiliki

fungsi sebagai tempat pembentukan kerabang telur dan pewarnaan

kerabang. Warna kerabang telur terdiri atas phorpyrin yang terbentuk

dibagian ini pada akhir mineralisasi kerabang telur (Suprijatna, 2005).

Tugas uterus adalah menyempurnakan pembentukan telur, dari uterus telur


keluar menuju vagina dan kemudian kloaka (Hunter, 1995). (North, 1978),

uterus merupakan bagian oviduk yang melebar dan berdinding kuat.

Warna dominan dari kerabang telur adalah putih dan cokelat, yang

pewarnaannya tergantung pada genetik pewarnaannya tergantung pada


genetik setiap individu (North, 1978). Protoporphyrin merupakan pigmen

coklat yang menyebabkan warna coklat kemerahan pada kerabang telur,

pada ayam yang menghasilkan telur berkerabang coklat hanya

memproduksi senyawa protoporphyrinmenurut (Miksik dkk, 1996). Di

dalam uterus telur mendapatkan kerabang keras yang terbentuk dari

garam-garam kalsium (Nalbandov, 1990).

e) Vagina
Vagina merupakan tempat penyimpanan telur sementara waktu,

sebelum telur dikeluarkan dari dalam tubuh. (Sarwono, 1993). Dalam

kondisi normal telur dibentuk bagian tumpul terlebih dahulu. Jika induk

tidak terggangu pada saat bertelur, sebagian besar telur akan dikeluarkan

dengan ujung tumpul lebih dulu. Hal ini tidak diketahui secara pasti

sebabnya, tetapi diketahui bahwa sesaat sebelum dikeluarkan, telur diputar

secara horisontal (tidak ujung ke ujung), 180 derajat sesaat sebelum telur

itu dikeluarkan.

Ovulasi pada ayam secara normal terjadi 30 menit setelah telur

dikeluarkan. Interval waktu dapat bervariasi antara 7 sampai 74 menit

(James Blakely dan David, 1985). Lebih lanjut menyatakan pengeluaran


telur dirangsang oleh cahaya sehingga merangsang dan meningkatkan

suplai FSH. Hormon ini pada gilirannya melalui aktivitas ovari

mengakibatkan terjadinya ovulasi dan oviposisi.


III Commented [a14]: 2 spasi

ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA Commented [a15]: 3 spasi

3.1 Alat

(1) Baki atau nampan

(2) Pisau
(3) Pisau bedah

(4) Gunting
Commented [a16]: Menjolok 1,25
(5) Pinset Pakai fungsi

3.2 Bahan

(1) Ayam Ras Petelur


Commented [a17]: Ayam lokal jantan
(2) Ayam Jantan

3.3 Prosedur Kerja

Commented [a18]: Tabel terbuka


NNo. Pengamatan Prosedur Jika tabel terpotong tolong judul atas nya di tulis kembali

11. Alat 1. Potong objek praktikum (ayam ras petelur)


Pencernaan sesuai dengan prosedur pemotongan hingga mati.

2. Tempatkan ayam yang telah mati diatas baki.

(Sebelum melakukan pembedahan jika perlu


meminta petunjuk dari asisten praktikum)

3. Bedah ayam dengan cara menyayat bagian perut

mulai dari bagian perut dekat kloaka, ke dada, ke

leher hingga ke paruh sampai terlihat organ

dalamnya.
4. Keluarkan dan pisahkan saluran pencernaan dari

tubuh ayam dengan hati-hati (jangan sampai

merusak bagian saluran reproduksi dan ovarium)

mulai dari bagian oesophagus sampai kloaka

beserta alat asesorianya.

5. Perhatikan dengan seksama bagian saluran

pencernaan yang telah terpisah, lalu gambar,

ukur bila perlu tiap bagiannya.


6. Diskusikan dengan asisten jika perlu.

22. Alat 7. Masih pada objek ayam yang sama, pisahkan


Reproduksi saluran reproduksi dari tubuh ayam.
Betina 8. Urutkan hingga memanjang mulai dari

infundibulum sampai kloaka.

9. Perhatikan dengan seksama bagian saluran

pencernaan yang telah terpisah, lalu gambar,

ukur bila perlu tiap bagiannya.

10. Diskusikan dengan asisten jika perlu.

33. Alat 1. Potong objek praktikum (ayam jantan) sesuai

Reproduksi dengan prosedur pemotongan hingga mati.


Jantan 2. Tempatkan ayam yang telah mati diatas baki.
3. Bedah ayam dengan cara menyayat bagian perut

dari mulai anus ke dada, ke leher hingga ke

paruh hingga kelihatan organ dalamnya.

4. Keluarkan saluran pencernaannya


5. Biarkan saluran reproduksi jantan menempel.
6. Amati dan gambar
IV

Commented [a19]: Hasil ????


HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Pembahasan

Dalam praktikum kali ini penyusunmembahas tentang alat pencernaan

dan alat reproduksi pada ayam. Alat pencernaan adalah faktor yang sangat penting

bagi ayam untuk produksinya, baik dalam produksi untuk daging maupun untuk

telur karena semua pengolahan nutrisi terjadi disini.

4.2.1 Alat Pencernaan Ayam

Dalam pengamatan terlihat bahwa alat pencernaan ayam ini sendiri ayam

tidak memiliki gigi seperti pada sapi untuk mencerna secara mekanis di dalam

mulutnya. Ketika makanan masuk melewati mulut, di dalamnya tidak terjadi


proses apa-apa makanan hanya melewati mulut dan menuju esophagus. Dalam

esophagus pun tidak terjadi apa-apa, makanan melewatinya dan menuju ke crop.

Di dalam crop makanan di tampung secara sementara dan terjadi proses oleh

enzim amilase yang berasal dari air liur ayam. Hal ini sesuai dengan pendapat
Commented [a20]: italic
Nesheim dkk (1979) bahwacropberfungsi menyimpan dan menerima makanan

untuk sementara sebelum masuk ke proventriculus.

Enzim ini berfungsi untuk melunakan makanan yang ada di dalam

croptersebut agar lebih mudah dicerna. Setelah dari crop, makanan menuju

proventriculus. Proventriculusadalah lambung sejati dari ayam karena disini


terjadi proses pencernaan secara kimiawi oleh enzim pepsin dan HCl. Hal ini

sesuai Nesheim dkk (1979) dindingnya disekresikan asam klorida, pepsin dan

getah lambung yang berguna mencerna protein Setelah makanan dicerna secara
Commented [a21]: italic
kimiawi, makanan menuju gizzard.Gizzardadalah lambung otot, disini terjadi

pencernaan secara mekanis oleh dinding-dinding otot gizzard itu sendiri dan

dibantu dengan kerikil yang dimakan oleh ayam atau grit. Ada dinding otot yang

sangat tebal, kuat, berwarna merah dan bertanduk disebut koilin. Pencernaan

mekanis pada ayam terjadi di gizzard disebabkan tidak adanya gigi pada mulut

ayam. Setelah makanan menjadi halus makanan menuju ke usus halus. Usus halus

sendiri memilki 3 bagian yaitu duodenum, jejenum dan ileum. Duodenum

memiliki ciri berbentuk U dan didalam duodenum ini terjadi sekresi pencernaan

dibantu oleh hati dan pankreas. Jejenum dan ileum memiliki satu batas pemisah

yaitu adanya suatu tonjolan yang bernama Michell diventriculum. Didalam

jejenum dan ileum juga terjadi penyerapan zat-zat makanan. Lalu makanan masuk
ke caecum yang didalamnya terdapat mikroorganisme bakteri untuk mencerna

serat kasar dengan enzim selulase untuk merubahnya menjadi vitamin K dan B12.

Setelah caecum, makanan masuk ke usus besar, disini terjadi proses reabsorpsi air.
Commented [a22]: beri pembanding dari pernyataan
Setelah usus besar, makanan akan keluar melalui saluran kloaka. literatur

4.2.2 AlatReproduksiAyamBetina Commented [a23]: max satu pragraf 18 baris

Pada ayam betina, organ reproduksi secara garis besar dibagi menjadi 2

bagian yaitu ovarium dan oviduct. Dalam ovarium itu sendiri berfungsi sebagai

penghasil ova atau ovum hal ini sesuai dengan pernyataan (Suprijatna dkk. 2008).

Pada setiap ayam rata-rata memiliki 2.000-4.000 buah ova seumur hidupnya. Ova

sendiri diselimuti oleh slaput vitelline. Ova sendiri memiliki pembuluh darah yang

menempel kepada tiap-tiap ova, ova yang tidak memilki pembuluh darah adalah

stigma.Stigma ini adalah salah satu tanda ova sudah hampir mencapai titik

ovulasinya. Ketika ovulasi maka ova akan jatuh dari ovarium menuju bagian
kedua yaitu oviduct. Oviduct sendiri dibagi menjadi 5 bagian yaitu infundibulum,

magnum, isthmus, uterus, dan vagina. Setelah ova jatuh dari ovarium makan ova

akan ditangkap oleh infundibulum. Fungsi infundibulum adalah menangkap ova

dan selain itu juga menjadi tempat penyimpanan sementara sperma yang memiliki

nama sperm mass.

Didalam infundibulum ini ada sebuah lubang dinamakan ostium. Di

Infundibulum ini tidak terjadi proses apa-apa ova hanya ditangkap dan

melewatinya saja. Dari infundibulum ova menuju ke magnum untuk mendapatkan

sekresi albumen atau putih telur. Proses pensekresian albumen ini terjadi selama

kurang lebih 3 jam. Magnum itu sendiri adalah saluran terpanjang di organ

reproduksi ayam betina yaitu sekitar 33 cm. Dari magnum ova yang telah diberi
albumen tadi menuju ke isthmus. Isthmus ini berfungsi sebagai pensekresian shell

membran baik itu outer shell membran atau inner shell membran. Proses disini

terjadi sekitar75 menit. Setelah itu ova menuju ke uterus. Disini terjadi proses

yang paling lama sekitar 21 jam yaitu proses pengkerabangan. Proses


Commented [a24]: beri pembanding dari pernyataan
pengkerabangan ini sangat bergantung dari kalsium dari ayam tersebut. Kalsium literatur

itu sendiri bisa didapatkan dari ransum yang baik, jika kalsium dari ransum tidak

terpenuhi tubuh akan mencari kalsium dan mengambilnya dari tulang-tulang yang

termasuk ke dalam medullary bone. Dalam proses ini juga diberikan warna pada
Commented [a25]: kasih literatur
kerabang telur. Warna ini dipengaruhi oleh beta amino levulinic acid.

Didalam uterus juga terdapat tempat penyimpanan sperma sementara yaitu

utero vaginal junction. Setelah proses pengkerabangan selesai maka telur menuju

vagina untuk menjalani proses ovoposisi atau pemutaran telur. Jika telur sudah

siap untuk keluar maka telur akan berputar agar bagian tumpul dari telur dapat

keluar terlebih dahulu, hal ini untuk memudahkan proses pengeluaran telur.
Setelah itu telur keluar melalui saluran kloaka, pernyataan ini sesuai dengan

pernyatan (Hardjosworo, 2006). Apabila terjadi gangguan sehingga ada tahap

yang tidak beroperasi sebagaimana mestinya, berakibat telur yang dihasilkan

menjadi abnormal.

Kerabang telur merupakan lapisan luar telur yang melindungi telur

dari penurunan kualitas baik disebabkan oleh kontaminasi mikroba, kerusakan

fisik, maupun penguapan. Salah satu yang mempengaruhi kualitas kerabang telur

adalah umur ayam, semakin meningkat umur ayam kualitas kerabang semakin

menurun, kerabang telur semakin tipis, warna kerabang semakin memudar, dan

beratelur semakin besar (Yuwanta, 2010).

Warna kerabang telur ayam ras dibedakan menjadi dua warna utama, putih
dan coklat. Perbedaan warna ini dipengaruhi oleh genetik dari masing‐masing

ayam (Romanoff dan Romanoff, 1963). Warna coklat pada kerabang dipengaruhi

oleh pigmen porpirin yang tersusun dari protoporpirin, koproporpirin, uroporpirin,

dan beberapa jenis porpirin yang belum teridentifikasi (Miksik, dkk., 1996).

Warna kerabang selain dipengaruhi oleh jenis pigmen juga dipengaruhi oleh
konsentrasi pigmen warna telur dan juga struktur dari kerabang telur (Hargitai,

dkk. 2011).

Telur dengan warna coklat tua lebih kuat dan tebal dibanding telur yang

berwarna coklat terang (Joseph, dkk., 1999). Menurut penelitian Gosler dkk.,

(2005) pigmen protoporpirin pada pada telur coklat memiliki hubungan dengan

ketebalan kerabang, diyakini bahwa protoporpirin memiliki fungsi dalam

pembentukan kekuatan struktur kerabang. Sehubungan dengan hal tersebut perlu

dilakukan suatu penelitian mengenai penurunan kualitas telur yang memiliki

intensitas warna coklat kerabang yang berbeda selama penyimpanan.


Warna dari kerabang telur terdiri atas merah-coklat, biru-hijau dan putih,

Pigmen yang memberi warna merah-coklat pada kerabang adalah oophorphyrin.

Ooporphyrin ini juga terdapat pada kerabang putih, tetapi pada, saat telur

ditelurkan pigmen tersebut segera rusak karena kena sinar. Sedang oocyan adalah

pigmen pada kerabang berwama biru-kehijauan. (Eliza, 2013).

Warna kerabang telur itik dan bangsanya dipengaruhi oleh pigmen

biliverdin yang berwarna hijau (dihasilkan oleh hati) dan zinc chelate yang

memberi warna biru telur. Biliverdinmerupakan senyawa pigmen empedu dari

keluarga porpirin dan memiliki hubungan dengan ketebalan kerabang yaitu

biliverdin memiliki fungsi membantu proses pembentukan kekuatan struktur

kerabang. Warna kerabang selain dipengaruhi oleh jenis pigmen juga dipengaruhi
oleh konsentrasi pigmen warna telur dan juga struktur dari kerabang telur

(Hargitai, dkk. 2011). Kerabang telur yang lebih tebal dan berwarna gelap

cenderung mempunyai jumlah pori-pori yang lebih sedikit. Semakin sedikit pori-

pori penguapan dari dalam telur akan lebih lambat (Grant, 1979).

Setiap tahap dalam pembentukan telur akan berjalan sesuai rencana


apabila ayam tidak terganggu. Seandainya terjadi gangguan, termasuk gangguan

terhadap saluran telur, maka biasanya telur yang dihasilkan abnormal. Menurut

D.L Satie (1996), terdapat bermacam-macam bentuk abnormalitas telur yang


dapat dikelompokkan berdasar penyebabnya, yaitu:

a. Telur dengan kerabang keriput. Ini terjadi karena kerabang kehilangan

bentuknya sewaktu penambahan zat penyusunannya sehingga lapisannya

tidak rata. Penyebab utama hal ini adalah karena ayam terserang Infectious

Bronchitis (IB). Penyebab lain yang memungkinkan adalah karena terjadi


tekanan pada telur di dalam uterus ketika awal penambahan kalsium.
Penanggulangan yang dapat dilakukan adalah dengan mengontrol kembali

program vaksinasi IB, disamping menghindarkan hal-hal di dalam

kandang yang dapat menyebabkan terjadinya stres pada ayam.


Commented [a26]: sesuaikan pormat dg pormat bagian
b. Telur dengan kerabang tebal di bagian tengah. Bentuk telur menjadi tidak A

oval karena terjadi penebalan pada bagian tengah yang melingkari telur. Commented [a27]:
Commented [a28]:
Ini disebabkan oleh rusaknya kerabang (di dalam uterus) sesaat menjelang

pengerasan. Selanjutnya secara kompensatif, ayam berusaha

memperbaikinya dengan cara penambahan ulang, maka terjadilah

penebalan di bagian tengah. Masalah ini dapat ditanggulangi dengan

menambah sarang bertelur di dalam kandang apabila menggunakan

kandang sistem litter. Untuk kandang battery, mengurangi jumlah ayam di


dalam sangkar merupakan cara penanggulangan yang baik.

c. Telur terkontaminasi darah dan kotoran. Telur kehilangan warna aslinya

karena terkontaminasi darah dan kotoran. Hal ini disebabkan ayam

mengalami pendarahan di bagian cloaca, akibat terlalu gemuk pada saat

mulai bertelur atau terjadi kanibalisme diantara kelompok ayam.


Pendarahan dapat dicegah dengan salalu mengontrol berat badan ayam

dara, melakukan potong paruh serta memberikan hijauan utuh, misalnya

daun pepaya. Sedangkan untuk menghindari kontaminasi oleh kotoran,

usahakan lantai dan tempat bertelur agar selalu bersih.

d. Telur dengan kerabang lunak. Kerabang telur sangat tipis sehingga telur

mengalami perubahan bentuk. Keadaan ini disebabkan oleh belum sipanya

ayam untuk bertelur (terlalu dini). Penyebab lainnya mungkin karena ayam

terserang IB, dan kekurangan unsur kalsium di dalam pakannya

Pengontrolan dan perbaikan terhadap program vaksinasi IB merupakan


tindakan pencegahan yang efektif, disamping menyediakan pecahan kulit

kerang sebagai sumber tambahan kalsium.

e. Telur tanpa kerabang. Seperti halnya telur dengan kerabang lunak,

penyebabnya adalah IB. Disamping itu ayam terganggu sewaktu proses

pembentukan telur sedang berlangsung. Selain memperbaiki program

vaksinasi IB, hal lain yang dapat membantu memecahkan masalah ini

adalah mengurangi jumlah ayam di dalam kandang atau mengurangi

kepadatan.

f. Telur dengan darah atau daging di dalamnya. Ini hanya dapat dilihat

apabila telur dipecahkan, ternyata ditemukan darah atau daging.

Penyebabnya adalah luka pada saluran darah di dalam ovarium sehingga


sewaktu kuning telur dilepaskan, darah atau daging turut bersama-sama

dalam proses embentukan telur. Mengusahakan situasi yang tenang di

dalam kandang dan mengontrol pakan dari masa kadaluarsa serta

tercemarnya oleh air dan jamur, merupakan tindakan pencegahan dini.

g. Telur dengan butir-butir kalsium. Pada permukaan kerabang terdapat


bintik/butir yang menempel. Apabila kita lepas, maka telur menjadi

berlubang. Penyebab yang nyata dari kasus ini tidak jelas, tetapi besar

kemungkinan disebabkan oleh adanya bahan atau benda yang asing di

dalam oviduct.

h. Telur dengan dua atau lebih kuning telur. Hal ini terjadi karena pada waktu

pelepasan ovum oleh ovarium, secara bersama-sama jatuh dua atau lebih

kuning telur ke dalam infundibulum. Kemudian proses pembentukan telur

berjalan sebagaimana mestinya.


i. Telur di dalam telur. Terjadi karena oviduct terganggu sehingga telur yang

sudah lengkap yang semestinya keluar akan terdorong kembali ke dalam

uterus, bersamaan dengan datangnya telur dari istmus yang kemudian

mengalami proses penambahan kerabang bersama-sama. Walaupun ini

jarang terjadi, menjaga ketenangan ayam merupakan tindakan pencegahan

dini yang efektif.

j. Cacing di dalam telur. Terjadi akibat masuknya cacing ke dalam saluran

telur melalui cloaca dan akhirnya ikut terproses pada pembentukan telur.

Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan selalu mengontrol

program pemberian obat cacing secara reguler serta menjaga kebersihan

kandang dan sarang bertelur.

4.2.3 Alat ReproduksiAyamJantan Commented [a29]: BERI LITERATUR PENDUKUNG

Sistem reproduksi pada ayam jantan berbeda dengan ayam betina. Alat

reproduksi ayam jantan dibagi dalam tiga bagian utama, yaitu sepasang testis,
sepasang saluran deferens, dan kloaka.

1) Testis

Testis ayam jantan terletak di rongga badan dekat tulang belakang,

melekat pada bagian dorsal dari rongga abdomen dan dibatasi oleh ligamentum
mesorchium, berdekatan dengan aorta dan vena cavar, atau di belakang paru-paru

bagian depan dari ginjal. Meskipun dekat dengan rongga udara, temperatur testis

selalu 41o - 43o C karena spermatogenesis (pembentukan sperma) akan terjadi

pada temperatur tersebut.Testis ayam berbentuk biji buah buncis dengan warna
putih krem. Testis terbungkus oleh dua lapisan tipis transparan, lapisan albugin

yang lunak. Bagian dalam dari testid terdiri atas tubuli seminiferi (85% – 95%
Commented [a30]: BERI LITERATUR PENDUKUNG
dari volume testis), yang merupakan tempat terjadinya spermatogenesis, dan

jaringan intertitial yang terdiri atas sel glanduler (sel Leydig) tempat

disekresikannya hormon steroid, androgen, dan testosteron. Besarnya testis


tergantung pada umur, strain, musim, dan pakan.

Commented [a31]: SESUAIKAN DG FORMAT 1


2. Saluran Deferens

Saluran deferens dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian atas yang

merupakan muara sperma dari testis, serta bagian bawah yang

merupakan perpanjangan dari saluran epididimis dan dinamakan

saluran deferens. Saluran deferens ini akhirnya bermuara di kloaka

pada daerah proktodeum yang berseberangan dengan urodium dan

koprodeum. Di dalam saluran deferens, sperma mengalami


pemasakan dan penyimpanan sebelum diejakulasikan. Pemasakan

dan penyimpanan sperma terjadi pada 65% bagian distal saluran


deferens.

3. Alat Kopulasi

Alat kopulasi pada ayam berupa papila (penis) yang mengalami

rudimenter, kecuali pada itik berbentuk spiral yang panjangnya 12-


Commented [a32]: BERI LITERATUR PENDUKUNG
18 cm. Pada papila ini juga diproduksi cairan transparan yang
bercampur dengan sperma saat terjadinya kopulasi.

4. Mekanisme Spermatogenesis

Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel sperma yang terjadi

di epitelium (tubuli) seminiferi di bawh kontrol hormon

gonadotropin dan hipofisis (pituitaria bagian depan). Tubuli


seminiferi ini terdiri atas sel sertoli dan sel germinalis.

Spermatogenesis terjadi dalam tiga fase, yaitu fase spermatogenial,

fase meiosis, dan fase spermiogenesis yang membutuhkan waktu 13


Commented [a33]: BERI LITERATUR PENDUKUNG
– 14 hari.
V
KESIMPULAN DAN SARAN Commented [a34]: FORMAT RAPIHKAN

5.1 Kesimpulan
Commented [a35]: GANTI BAHSANYA ,
(1) Praktikan telah mengetahui sistem pencernaan pada ternak unggas, yaitu
Commented [a36]:
alat pencernaan ayam ini sendiri ayam tidak memiliki gigi seperti pada

sapi untuk mencerna secara mekanis di dalam mulutnya. Ketika makanan

masuk melewati mulut, di dalamnya tidak terjadi proses apa-apa makanan


hanya melewati mulut dan menuju esophagus. Dalam esophagus pun tidak

terjadi apa-apa, makanan melewatinya dan menuju ke crop.

(2) Praktikan telah mengetahui sistem reproduksi pada ternak unggas jantan,

yaitu Sistem reproduksi pada ayam jantan berbeda dengan ayam betina.

Alat reproduksi ayam jantan dibagi dalam tiga bagian utama, yaitu

sepasang testis, sepasang saluran deferens, dan kloaka.

(3) Praktikan telah mengetahui sistem reproduksi pada ternak unggas betina,

yaitu Pada ayam betina, organ reproduksi secara garis besar dibagi

menjadi 2 bagian yaitu ovarium dan oviduct. Dalam ovarium itu sendiri
berfungsi sebagai penghasil ova atau ovum.

5.2 Saran

Cara memberikan materi sebaiknyatidak terlalu cepat agar


praktikantidaksulituntuk memahaminya serta

diberikanpemberitahuanterlebihdahulujika ada gambar untuk preparat,

karenapraktikankesulitan untuk fokus pada materi yang disampaikan dan

jugaketika menggambar.
DAFTAR PUSTAKA

___________. 1984. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia, Jakarta.

___________________. 1979. Poultry Production. 11th ed. Lea and Febiger:

Philadelphia.

Anggorodi, R. 1995. Ilmu Makanan Ternak Unggas. Universitas Indonesia Press,

Jakarta.

Blakely, J. dan D. H. Bade. 1992. Ilmu Peternakan edisi keempat. Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta.

Eliza. 2013. KomposisidanKualitasTelur. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.


Fior. 2007. Atlas of Human Histology. EGC: Jakarta.

Frandson, R. D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University

Press, Yogyakarta.

Frandson. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Collage of Veteraning Medicine

Colorado State University fort calling, New York.


Ganong. 2003. Fisiologi Kedokteran. EGC: Jakarta.

Gosler, A. G., J. P. Higham, S. J. Reynolds. 2005. Why are bird’seggs spe

ckled. Ecol Lett. 8: 1105‐1113.

Grant, R. A. 1979. Applied Protein Chemistry. Research Director. Aquapure, Ltd.

Parkstone Poole. Dorset. United Kingdom.

Hargitai, R., R. Mateo, dan J. Torok. 2011. Shell thickness and pore density in

relation to shell colouration female characterstic, and enviroental

factors in the collared flycatcher. Ficedulaalbicollis. J. Ornithol.

152: 579-588.
Commented [a37]: TOLONG PERBAIKI SESUAI PANDUAN
Hunter, R. H. F. 1995. Fisiologi dan Teknologi dan Reproduksi Hewan Domestik. SKRIPSI

Institut Teknologi Bandung, Bandung.

James Blakely and David H. Bade, 1985. Ilmu Peternakan. Edisi keempat. Gadjah

Mada University Press. Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh Bambang

Srigandono dan Soedarsono).

Joseph, N. S., N. A. Robinson, R. A. Renema, dan F. E. Robinson. 1

999. Shell quality and color variation in broiler eggs. J. Appl. Poult. Res .

8:70‐74.

Junqueira L.C., J.Carneiro, R.O. Kelley. 2007. Histologi Dasar. Edisi ke-5.
Terjemahan dari Basic Histology. EGC: Jakarta.

Kamal, M., 1994. Nutrisi Ternak I. Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah

Mada: Yogyakarta.

Miksik, I., V. Holan, dan Z. Deyl. 1996. Avian Eggshell Pigments and Their

Variability. Comp. Biochem. Physiol. Elsevier Scince. 113B: 607-612.

Miksik, I., V. Holan, dan Z. Deyl. 1996. Avian eggshell pigments and their
variability. Comp. Biochem. Physiol. Elsevier Science. 113B: 607‐612.

Nalbandov. A.V.1990. Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia dan Unggas. UI Press:

Jakarta.

Nesheim, M. C., R. E. Austic dan L. E. Card, 1972. Poultry Production. 12th ed.

Lea and Febiger: Philadelphia.

Nesheim, M. C., R. E. Austic dan L. E. Card, 1972. Poultry Production. 12th ed.

Philadelphia: Lea and Febiger.


North, M. O., 1978. Commercial Chicken Production Manual. 3rd ed. AVI Pub.

Co. Inc., Westport, Connecticut.

Partodihardjo, S. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber Widya: Jakarta.

Rasyaf M. 2008. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Depok.

Romanoff, A. I. dan A. J. Romanoff. 1963. The Avian Egg. Jhon Willey

and Sons. Inc, New York.

Sarwono, B., 1988. Pengawetan dan Pemanfaatan Telur. Penebar Swadaya:

Jakarta.

Sastrodihardjo, S. dan H. Resnawati, 1999. Inseminasi Buatan Ayam Buras:

Meningkatkan Produksi Telur Mendukung Pengadaan DOC Unggul.

Penebar Swadaya: Jakarta.

Sherwood, L. 2009. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi VI. EGC: Jakarta.

Suprijatna, Edjeng dkk. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Depok: Penebar
Swadaya.

Suprijatna, Edjeng dkk. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya:

Jakarta.

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S.

Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University

Press, Yogyakarta.

Tillman, et.al,. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University

Press, Yogyakarta.
Yuwanta, Tri. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius: Yogyakarta.
Yuwanta, T. 2010. Telur dan Kualitas Telur. Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta.

LAAMPIRAN

TABEL DISTRIBUSI

Anda mungkin juga menyukai