Makalah Fisiologi Otot (Andi Musa)

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH FISIOLOGI VETERINER

FISIOLOGI OTOT

DISUSUN

OLEH:

ANDI MUSAQOFA AL-KAZHIM

C031181325

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah tugas Fisiologi Veteriner 1 dengan
judul “FISIOLOGI OTOT”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih. Demikian, semoga makalah ini
dapat bermanfaat. Terima kasih.

Makassar, 09 Oktober 2019

Andi Musa Qofa Al-kazhim

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
I.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
I.3 Tujuan ............................................................................................................ 2
I.4 Manfaat .......................................................................................................... 2
I.5 Batasan Masalah............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
II.1 Pengertian Fisiologi ...................................................................................... 3
II.2 Pengertian Sistem Otot ................................................................................. 3
II.3 Fungsi Sistem Otot........................................................................................ 4
II.4 Jenis-Jenis Otot ............................................................................................. 4
II.5 Sistem Otot Hewan ..................................................................................... 10
II.6 Kinerja Sistem Otot .................................................................................... 15
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 20
III.1 Kesimpulan ................................................................................................ 20
III.2 Saran .......................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Otot adalah salah satu dari empat jaringan dasar tubuh (jaringan epitel,
jaringan ikat, dan jaringan saraf adalah tiga lainnya). Itu terdiri dari sel-sel otot
dengan empat karakteristik umum (1) rangsangan: mereka dapat menanggapi
stimulus seperti impuls saraf, (2) kontraktibilitas: mereka memendek panjang
ketika dirangsang, (3) diperpanjang: mereka akan meregang ketika ditarik , dan
(4) elastisitas: mereka akan kembali ke bentuk dan panjang aslinya setelah
kontraksi atau ekstensi. Di dalam tubuh, otot memiliki tiga fungsi utama: untuk
memberikan gerakan, mempertahankan postur, dan menghasilkan panas (Colville
dan Joanna, 2016).
Berdasarkan ciri-ciri histologik, lokasi serta kontrol sistem saraf dan
endokrin, jaringan otot dikelompokkan atas jaringan otot rangka, otot jantung, dan
otot polos. Jaringan otot rangka terutama melekat pada tulang dan berfungsi
menggerakkan bagian-bagian skeleton. Jaringan otot ini tergolong otot
bercorak/striated karena pada pengamatan mikroskopik jaringan ini
memperlihatkan adanya garis/pita gelapterang bergantian. Jaringan otot rangka
bersifat volunter karena berkontraksi dan berelaksasi di bawah kontrol kesadaran.
Jaringan otot jantung juga tergolong otot bercorak tetapi kontraksinya tidak di
bawah kontrol kesadaran (Wangko, 2014).
Dasar untuk bergerak dalam sel hidup adalah protein kontraktil, yang
dapat mengubah energi kimia menjadi energi mekanik, ketegangan dan gerak.
Sel-sel otot khusus untuk kontraksi, dan konstituen utamanya adalah protein
kontraktil. Namun, protein dengan sifat kontraktil juga telah diekstraksi dari
banyak jenis sel lainnya. Sebagai contoh, protein tersebut bertanggung jawab
untuk migrasi beberapa sel darah putih dari kapiler ke jaringan perifer, untuk
pergerakan mitokondria, dan untuk pergerakan silia pada beberapa sel epitel
(Frandson et al., 2009).

1
I.2 Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud Fisiologi ?
2. Apa yang dimaksud dengan sistem Otot ?
3. Apa fungsi dari sistem otot ?
4. Apa jenis-jenis otot ?
5. Bagaimana sistem otot hewan Vertebrata dan Invertebrata ?
6. Bagaimana Kinerja Sistem otot ?

I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Fisiologi
2. Untuk mengatahui pengertian sistem Otot
3. Untuk mengetahui fungsi dari amper otot
4. Untuk mengetahui jenis-jenis otot
5. Untuk mengetahui bagaimana sistem otot hewan Vertebrata dan
Invertebrata
6. Untuk mengatahui bagaimana kinerja sistem otot

I.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini, semoga pembaca pengetahuannya bertambah
mengenai fisiologi otot

I.5 Batasan Masalah


Agar masalah pembahasan tidak terlalu luas dan lebih terfokus pada
masalah dan tujuan dalam pembahasan materi di makalah ini. Maka, dimakalah
ini akan membahas tentang sistem otot pada hewan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Fisiologi

Istilah Fisiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu PHYSIS yang berarti
“Asal Usul/Hakikat” dan Logi/Logia/Logos yang berarti “Kajian/Ilmu”. Secara
umum Fisiologi adalah ilmu kedokteran yang khusus mempelajari tentang fungsi
dan kerja tubuh secara kesuluruhan dan juga fungsi struktur serta organ yang
terdapat di dalam tubuh manusia (Kuntoadi, 2019).

II.2 Pengertian Sistem Otot


Sistem otot adalah alat gerak utama serta membentuk postur
tubuh.Jenisnya adalah alat gerak aktif. Gerak terjadi karena mekanisme kontraksi
serat kontraktil. Serat kontraktil terdiri dari bagian Aktin dan Miosin. Dalam otot,
disimpan glikogen yang berfungsi sebagai cadangan energi yang akan digunakan
oleh otot untuk berkontraksi. Organ yang berada dalam sistem otot ini adalah otot
lurik, otot polos, dan otot jantung. Organ penyusunnya adalah serabut dan tendon
(Kus, 2004).

Otot merupakan jaringan eksitabel atau jaringan peka rangsang, yang


dapat dirangsang secara kimiawi, listrik dan mekanik untuk menimbulkan suatu
aksi potensial. Di dalam kehidupan manusia, otot merupakan salah satu organ
tubuh yang sangat penting. Manusia dapat bekerja dan bersahabat dengan
lingkungannya apabila dapat menggunakan otot dengan baik pula. Dalam
pekerjaan yang sangat kasar hingga yang sangat halus diperlukan koordinasi dan
kemampuan otot yang baik dari tubuh. Betapa pentingnya otot dalam kehidupan
manusia memiliki berat separo dari berat badan, diperkirakan berat otot kurang
lebih 40-50% dari berat badan (Komi,2009).

Otot dapat berkontraksi dan berelaksasi karena tersedianya energi dari


sistem energi. Melalui kontraksi otot, tubuh manusia mampu melakukan kerja
seperti mesin. Dengan kata lain, otot merupakan mesin pengubah energi kimia

3
menjadi energi mekanik, yang terwujud dalam suatu kerja atau aktivitas fisik
(Sarifin, 2010).
II.3 Fungsi Sistem Otot
Sistem otot dalam tubuh terdiri dari otot rangka, otot jantung dan otot
polos. Otot rangka menempel terutama untuk kerangka dan bergerak secara
sukarela atau dengan amper. Otot jantung adalah otot jantung dan berkontraksi
tanpa sadar. Dan satu lagi, otot polos ditemukan dalam pembuluh darah, mata,
folikel rambut dan dinding organ berongga seperti perut dan usus. Berkenaan
dengan amper otot berikut ini merupakan ulasan singkatnya semoga
bermanfaat!

Sistem otot adalah alat gerak utama serta membentuk postur tubuh.
Jenisnya adalah alat gerak aktif. Gerak terjadi karena mekanisme kontraksi serat
kontraktil. Serat kontraktil terdiri dari bagian Aktin dan Miosin. Dalam otot,
disimpan glikogen yang berfungsi sebagai cadangan amper yang akan
digunakan oleh otot untuk berkontraksi. Organ yang berada dalam amper otot
ini adalah otot lurik, otot polos, dan otot jantung. Organ penyusunnya adalah
serabut dan tendon
Fungsi Sistem Otot:
1. Pergerakan. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut
melekat & bergerak dalam bagian-bagian organ internal tubuh.
2. Penopang tubuh dan mempertahankan postur. Otot menopang rangka dan
mempertahankan tubuh saat berdiri atau duduk terhadap gaya gravitasi.
3. Produksi panas. Kontraksi otot secara metabolis menghasilkan panas untuk
mempertahankan suhu normal tubuh.

II.4 Jenis-Jenis Otot


a) Otot lurik (otot rangka)

Otot rangka atau otot skelet, juga di biasanya disebut otot bergaris atau otot
lurik, adalah organ somatik, yang fungsinya dipengaruhi oleh kemauan, oleh
karena inervasinya dilakukan oleh saraf motorik somatik tipe Aα. Fungsi utama

4
otot rangka adalah berkontraksi dalam rangka menggerakkan anggota tubuh dan
fungsi yang lain adalah menghasilkan panas tubuh, memberi bentuk tubuh serta
melindungi organ yang lebih dalam. Otot dapat berkontraksi dan berelaksasi
karena tersedianya energi dari sistem energi. Melalui kontraksi otot, tubuh
manusia mampu melakukan kerja seperti mesin. Dengan kata lain, otot merupakan
mesin pengubah energi kimia menjadi energi mekanik, yang terwujud dalam suatu
kerja atau aktivitas fisik. Otot rangka/skelet tersusun oleh kumpulan serabut (sel)
otot bergaris (muscle fiber/skeletal myocyte), mempunyai banyak inti yang
terletak di tepi. Dinding atau membran sel disebut sarkolemma mempunyai
kemampuan menghantarkan impuls (potensial aksi) kesemua arah temasuk
melanjutkan penghantaran sepanjang dinding tubulus transversalis (transvere
tubule/Ttub). Sitoplasma serabut otot atau sarkoplasma mengandung struktur
kontraktil (suatu cytoskeleton) yang berperanan terhadap fungsi utama otot rangka
yaitu fungsi kontraksi. Jumlah massa otot mencapai 40% sampai 50% berat tubuh.
Otot rangka/skelet tersusun oleh sekumpulan serabut otot bergaris (muscle fibers :
skeletal myocyte) yang merupakan sel fungsional untuk berkontraksi. Panjang : 1
– 40 mm, Ø : 10 – 80 μm, multinucleated : 100 inti. Selain itu diantara muscle
fibers terdapat muscle spindle yang berfungsi sebagai reseptor regang, ikut
mengendalikan tones otot serta memperhalus kontraksi otot. Muscle fibers
dilayani oleh saraf motorik Aα yang berasal dari motorneuron medulla spinalis
maupun brain stem (batang otak), muscle spindle dilayani oleh saraf motorik Aγ.
Fungsi utama otot rangka adalah kontraksi, sehingga terjadi perubahan posisi atau
gerakan kerangka satu terhadap yang lainnya atau disebut gerakan anggota tubuh
(motor movement). Agar otot rangka dapat berkontraksi, diperlukan
pelayanan/inervasi sistem saraf motorik somatik (Sarifin, 2010).

Jaringan otot rangka terutama melekat pada tulang dan berfungsi


menggerakkan bagian-bagian skeleton. Jaringan otot ini tergolong otot
bercorak/striated karena pada pengamatan mikroskopik jaringan ini
memperlihatkan adanya garis/pita gelapterang bergantian. Jaringan otot rangka
bersifat volunter karena berkontraksi dan berelaksasi di bawah kontrol kesadaran.

5
Jaringan otot jantung juga tergolong otot bercorak tetapi kontraksinya tidak di
bawah kontrol kesadaran (Wangko, 2014).

GAMBARAN HISTOLOGIK UMUM JARINGAN OTOT RANGKA

Gambar 1. Gambaran mikroskopik dan gambaran skematik jaringan otot rangka.


Tampak corak bergaris melintang baik pada gambaran mikroskopik maupun
skematik (Wangko, 2014).

Gambaran histologik umum jaringan otot rangka memperlihatkan tiga komponen


dasar yang menyusun otot rangka, yaitu: jaringan ikat, jaringan otot, dan sistem
membran. Komponen jaringan ikat terdiri atas (dari luar ke dalam) fasia
superfisialis, fasia profunda, epimisium, perimisium, dan endomisium. Gambaran
histologik jaringan otot rangka memperlihatkan beratus-ratus sampai beribu-ribu
serat panjang, berbentuk silindrik, yang disebut serat otot (fiber). Serat otot
terletak sejajar satu dengan lainnya. Diameter serat berkisar 10- 100 µm dan
panjang 100 µm, tetapi dapat mencapai 30 cm. Serat otot rangka berasal dari fusi
banyak sel kecil semasa embrio; oleh karena itu setiap serat otot mempunyai
banyak inti. Inti terletak di tepi, tepat di bawah sarkolema, bebas dari elemen
kontraktil. Mitokondria terletak dalam deretan di seluruh serat otot, berdekatan
dengan protein otot yang menggunakan ATP untuk kontraksi. Secara mikoskopik
dengan pembesaran tinggi pada sarkoplasma terlihat adanya benang-benang halus

6
yang disebut miofibril, terletak memanjang dan tersusun sedemikian rupa
sehingga memperlihatkan pita gelap terang bergantian; hal ini yang menyebabkan
serat otot tampak bercorak garis melintang (Wangko, 2014).

Menurut Akhmad (2015), seluruh sel-sel tubuh, terutama di dalam sel otot
rangka, konversi energi dapat dibagi ke dalam dua kategori umum. Pertama,
melibatkan reaksi kimia sehingga energi kimia yang ada sebagai hasil dari
mencerna makanan yang kemudian dikonversi menjadi zat ber-energi tinggi yang
dapat dipergunakan oleh tubuh, yaitu adenosine triphosphate (ATP). Kedua,
transfer energi yang melibatkan konversi energi kimia ATP menjadi kerja sel.
Kemudian beberapa kerja sel terjadi, seperti kontraksi otot, sintesis protein dan
pemompaan ion. Aktivitas fisik dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok
berdasarkan sistem energi yang mendukungnya, seperti daya ledak dalam tolak
peluru, kecepatan dalam lari cepat dan daya tahan dalam lari maraton. Dalam
kegiatan tersebut keberhasilan seseorang tergantung pada semangat dan
pengembangan yang tinggi sistem energi seluler yang berbeda. Untuk kegiatan
yang sangat cepat dan memerlukan pengerahan tenaga maksimal serta hanya
berlangsung dari beberapa detik sampai satu menit, otot sangat tergantung kepada
nonoksidatif atau glikolitik yang sumber energinya sama dengan sumber energi
cepat. Untuk kegiatan yang berlangsung dari 90 menit atau lebih mekanisme
oksidatif menjadi sangat penting. ATP diperlukan sebagai energi dalam kontraksi
otot dan untuk daur ulang (recycling) cross-bridge selama proses kontraktil.
Reaksi ini terjadi di tempat yang secara enzimatik aktif di cross-bridge
myofilament myosin dan memungkinkan cross-bridge bergerak. Tanpa ATP actin
thin filament tidak dapat meluncur mendekati, bahkan melewati myosin thick
filament. Simpanan ATP di dalam otot hanya dalam jumlah yang sangat terbatas
dan cukup untuk menyediakan kontraksi otot maksimal selama kurang lebih satu
detik. Untungnya tubuh mempunyai kemampuan untuk mengganti ATP hampir
secepat pecahnya. Penggantian ATP ini dapat dilakukan apabila cadangan
molekul bahan bakar seperti karbohidrat dan lemak dipecah untuk menyediakan
energi bebas yang dapat dipergunakan untuk menyatukan ADP dan Pi untuk

7
membentuk ATP. Simpanan bahan bakar seperti karbohidrat dan lemak tidak
dapat diubah menjadi molekul ATP. Cadangan bahan bakar pertama yang akan
dipakai apabila ATP sudah dipakai adalah molekul PC (phosphocreatine) yang
disimpan di dalam serabut otot. Oleh karena itu para ahli sependapat bahwa energi
untuk kontraksi otot selama latihan fisik atau dengan kata lain mekanisme untuk
regenerasi ATP melibatkan tiga proses atau tiga sumber yang saling
ketergantungan, yaitu: (1) sistem fosfagen (sistem ATP – PC atau phosphagen
system), (2) sistem glikolisis anaerobik atau sistem asam laktat (Anaerobic
Glycolysis system atau Lactic acid system), dan (3) sistem aerobik atau sistem
oksigen atau sistem oksidatif (Aerobic system atau Oxygen system atau
Oxydative system). Dua dari tiga sistem energi tersebut yaitu sistem fosfagen dan
sistem asam laktat diklasifikasikan ke dalam sistem anaerobik, yang berarti tanpa
oksigen dan metabolismenya berhubungan dengan berbagai rangkaian reaksi
kimia yang terjadi di dalam tubuh (dalam sel otot). Jadi metabolisme anaerobik
atau produksi ATP anaerobik berhubungan dengan resintesis ATP melalui reaksi
kimia yang tidak memerlukan adanya oksigen yang dihisap; dan yang satu lagi
sistem aerobik, yaitu produksi ATP memerlukan adanya oksigen.

Otot lurik mempunyai serabut kontraktil yang memantulkan cahaya


berselang-seling gelap (anisotrop) dan terang (isotrop). Sel atau serabut otot lurik
berbentuk silindris atau serabut panjang. Setiap sel mempunyai banyak inti dan
terletak di bagian tepi sarkoplasma. Otot lurik bekerja di bawah kehendak (otot
sadar) sehingga disebut otot volunter dan selnya dilengkapi serabut saraf dari
sistem saraf pusat. Kontraksi otot lurik cepat tetapi tidak teratur dan mudah lelah.
Otot lurik disebut juga otot rangka karena biasanya melekat pada rangka tubuh,
misalnya pada bisep dan trisep. Selain itu juga terdapat di lidah, bibir, kelopak
mata, dan diafragma. Otot lurik berfungsi sebagai alat gerak aktif karena dapat
berkontraksi secara cepat dan kuat sehingga dapat menggerakkan tulang dan
tubuh. Sifat-sifat Otot Tulang adalah alat gerak pasif, sedangkan otot adalah alat
gerak aktif. Otot tidak hanya menggerakkan rangka, tetapi juga menggerakkan
organ-organ tertentu dalam tubuh. Misalnya jantung, usus dan lambung. Kerja

8
otot juga mengakibatkan membesar dan mengecilnya rongga dada,tempat paru-
paru berada. Adapun sifat-sifat otot, antara lain: 1. Kontraksibilitas yaitu
kemampuan otot untuk memendek dan lebih pendek dari ukuran semula, hal ini
teriadi jika otot sedang melakukan kegiatan. 2. Ektensibilitas, yaitu kemampuan
otot untuk memanjang dan lebih panjang dari ukuran semula. 3. Elastisitas, yaitu
kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula (Razak, 2004).

b) Otot Polos

Otot polos (smooth muscle) dinamai demikian karena otot ini tidak
memiliki penampakan berlurik, ditemukan dalam dinding saluran pencernaan,
kandung kemih, arteri, dan organ internal lainnya. Sel-sel itu berbentuk
gelendong, otot polos berkontraksi lebih lambat dibandingkan dengan otot rangka
tetapi dapat berkontraksi dalam jangka waktu yang lebih lama. Dikontrol oleh
jenis saraf yang berbeda dari saraf yang mengontrol otot rangka, otot polos
bertanggung jawab atas aktivitas tubuh tidak sadar, seperti gerakan lambung atau
penyempitan arteri (Campbell, 2003).
Otot polos terdiri dari sel-sel otot polos. Sel otot ini bentuknya seperti
gelendongan, dibagian tengan terbesar dan kedua ujungnya meruncing. Otot polos
memilki serat yang arahnya searah panjang sel tersebut miofibril. Serat
miofilamen dan masing-masing mifilamen teridri dari protein otot yaitu aktin dan
miosin. Otot polos bergerak secara teratur, dan tidak cepat lelahg. Walaupun tidur.
Otot masih mampu bekerja.
Otot polos terdapat pada alat-alat dinding tubuh dalam, misalnya pada
dinding usus, dinding pembuluh darah, pembuluh limfe, dinding saluran
pencernaan, takea, cabang tenggorok, pada muskulus siliaris mata, otot polos
dalam kulit, saluran kelamin dan saluran ekskresi (Ville,1984).
Cara kerja otot polos: Bila otot polos berkontraksi, maka bagian tengahnya
membesar dan otot menjadi pendek. Kerutan itu terjadi lambat, bila otot itu
mendapat suatu rangsang, maka reaksi terhadap berasal dari susunan saraf tak
sadar (otot involunter), oleh karena itu otot polos tidak berada di bawah kehendak.
Jadi bekerja di luar kesadaran kita.

9
c) Otot Jantung
Otot Jantung (cardiac muscle) membentuk dinding kontraktil jantung.
Otot ini tampak lurik seperti otot rangka akan tetapi sel otot jantung bercabang
dan ujung sel-sel tersebut dihubungkan dengan cakram berinterkalar yang merelai
sinyal dari satu sel ke sel lain dalam waktu satu denyutan jantung (Campbell, Neil
A. 2003).
Otot jantung merupakan otot “istimewa”. Otot ini bentuknya seperti otot
lurik perbedaanya ialah bahwa serabutnya bercabang dan bersambung satu sama
lain. Berciri merah khas dan tidak dapat dikendalikan kemauan. Kontraksi tidak di
pengaruhi saraf, fungsi saraf hanya untuk percepat atau memperlambat kontraksi
karena itu disebut otot tak sadar. Otot jantung di temukan hanya pada jangtung
(kor), mempunyai kemampuan khusus untuk mengadakan kontraksi otomatis dan
gerakan tanpa tergantung pada ada tidaknya rangsangan saraf. Cara kerja otot
jantung ini disebut miogenik yang membedakannya dengan neurogonik
(Ville,1984).

II.5 Sistem Otot Hewan


Sistem Otot merupakan sistem tubuh yang memiliki fungsi untuk alat
gerak. Otot terdiri dari sel-sel (serabut otot) yang terspesialisasi untuk kontraksi
(mengandung protein kontraktil). Sel otot memiliki kemampuan untuk
berkontraksi (memendek dan menebal) dan relaksasi (kembali ke keadaan
semula).
Otot rangka (skeletal muscle) merupakan organ utama dari sistem otot
yang menyusun tubuh. Sistem ini terutama terdiri dari otot lurik dan jaringan ikat,
mengandung jaringan syaraf yang mengontrol kontraksi otot, dan jaringan epitel
yang melapisi bagian dalam jaringan pembuluh darah.
A. Sistem Otot Hewan Invertebrata
Pada Invertebrata amper otot tidak serupa dengan hewan-hewan
vertebrata, pada hewan-hewan rendah seperti pada protozoa, porifera, dan
coelenterate tidak memiliki amper tersebut.

10
Pada sistem otot Invertebrata dibagi menjadi dua yaitu Eksoskeleton dan
Sistem Rangka Hidrostatik. Invertebrata lain membutuhkan sistem rangka luar
untuk menutupi tubuh mereka. Masalah ini diatasi dengan rangka luar atau
Eksoskeleton. Eksoskeleton dibagi menjadi dua yaitu:
a) Body chase, merupakan eksoskeleton yang menutup seluruh permukaan
tubuh hewan. Terdiri dari sejumlah kepingan yang disatukan pada sendi-
sendi tertentu yang fleksibel.
Contoh pada Arthropoda (Serangga, Udang, Laba-laba, dll)
b) Shell, merupakan eksoskeleton yang tidak ditutupi seluruh tubuh hewan.
Terdiri dari satu atau dua bagian kepingan yang tumbuh bersama dengan
tubuh hewan pemiliknya.
Contoh Hewan Bivalvia dan Molusca
Sedangkan pada sistem rangka Hidrostatik, Rangka Hidrostatik merupakan
Rangka tubuh amper rate yang bentuknya tergantung pada tekanan cairan
tubuh. Ex: cacing pipih, cacing gilig, hewan golongan annelida dan
amper rate.Adanya rangka hidrostatik memungkinkan gerakan peristaltis.
Gerakan peristaltis adalah Pergerakan yang dihasilkan oleh kontraksi otot
yang ritmik dari kepala sampai ekor. Gerakan ini dapat terjadi karena otot sirkuler
dan otot longitudinal.
Pada Platyhelminthes terdapat amper otot yang juga berfungsi sebagai
alat gerak aktif terutama berfungsi dalam mengatur gerakan tubuhnya. Pada
Nemathelminthes kita mengenal adanya otot-otot longitudinal yang mengontrol
gerakan tubuh membengkok kea rah dorsoventral. Sementara pada Annelida kita
bisa menemukan adanya otot longitudinal dan otot melingkar pada dinding tubuh
dan saluran pencernaanya. Otot-otot inilah yang berperan dalam mengatur
gerakan pada cacing tanah, mislanya ketika memendek, memanjang dan merayap
bekerja sama denga setae.
Otot rangka Arthropoda amper amper dengan otot rangka vertebrata.
Akan tetapi. Otot terbang pada serangga mampu melakukan kontraksi independen
dan ritmik (berirama), sehingga sayap serangga sesungguhnya dapat mengibas
lebih cepat dari potensial aksi yang tiba di amper saraf pusat. Mollusca, pada

11
kelompok hewan ini sudah memiliki jenis otot bergaris melintang. Yang menarik
pada amper otot pada kijing atau remis, kemampuan otot yang menahan
cangkangnya agar tetap dalam keadaan menututp. Filamen tebal pada serabut otot
ini mengandung suatu protein unik yang disebut paromiosin, yang memungkinkan
otot tetap berada dalam kondisi kontraksi dengan laju konsumsi energy yang
rendah selama sekitar satu bulan (Sonic, 2008).
1. Sistem otot pada cacing pipih (Platyhelminthes)
Serabut otot terbagi atas Sirkular, Longitudinal, Serong atau vertical yang
mana Sirkular terdapat di bawah epidermis dan berkontraksi memanjang kan
tubuh nya, longitudinal yang berfungsi memperpendek tubuh nya ,dan otot
serong atau vertical yang berfungsi untuk bergerak seperti membalik,melipat
dan merentangkan diri nya keseluruh arah.
2. Sistem otot pada Molusca
Sebagian otot besar otot berupa otot halus yang berkontraksi lambat namun
yang dapat aktif berenag menggerakkan cangkang nya terdapat otot halus atau
lurik. Otot halus yang berfungsi untuk menutup cangkang pada saat istirahat
dan otot lurik yang berfungsi untuk menimbulkan gerakan berenang.
3. System otot pada Arthropoda
Pada mosculer sangat kompleks ukuran maupun otot-otot tubuh yang banyak
jumlah nya dan bersendi dan otot melekat pada permukaan dalam rangka luar.
B. Sistem Otot Hewan Invertebrata
Pada hewan vertebrata, seperti halnya pada manusia, otot-otot yang
menyusun tubuhnya terdiri atas otot rangka (otot skelet), otot polos dan otot
jantung. Fungsi amper otot pada hewan vertebrata juga serupa seperti halnya
pada manusia sebagai alat gerak aktif melalui kontraksinya. Penamaan pada otot
rangka, misalnya pada katak pun amper serupa dengan pada manusia
 Pisces (Hewan Hidup di Air)
Pada ikan dan hewan-hewan vertebrata lain, hewan-hewan ini mempunyai
otot, seperti otot-otot pada kepala dan badan. Otot badan pada ikan Sistem otot
pada ikan yakni penggerak tubuh, berupa sirip-sirip, Otot-otot di seluruh tubuh
secara teratur bersegemen, bergerak ketika mengadakan gerakan berenang.

12
Sistem perototan atau muscularis pada ikan adalah sama seperti pada sistem
perototan vertebrata lainnya yang terdiri dari otot rangka, otot polos, dan otot
jantung.
Sistem muscularis yang paling sederhana ditemukan pada kelompok
Cyclostomata karena posisi evolusinya dan tidak adanya spesialisasi pada
ototnya. Berdasarkan bentuknya, otot pada ikan terbagi atas Cyclostomine
yang dimiliki oleh kelompok Agnatha dan Piscine yang dimiliki oleh
kelompok Osteichthyes dan Condrichthyes. Pada kelompok Cyclostomine,
bentuk myomere terdiri dari satu lekukan kedalam dan dua lekukan keluar
dimana ujungnya tumpul. Sedangkan pada myomere penyusun otot piscine
memiliki lekukan yang ujungnya tajam. Penyebutan otot rangka pada ikan
tergantung dari sistem gerak yang dilakukan, lokasi otot, struktur otot dan
pergerakannya (Ville, 1984).
 Amphibi (Hewan Hidup di Darat)
Otot-otot segmental mencolok pada tubuh. Segmen kaki teratas berotot
besar. Dan otot fleksor.
 Reptilia (Hewan Hidup di Darat)
Dibandingkan dengan katak, sistem otot buaya itu lebih rumit, karena
gerakannya lebih kompleks. Otot-otot kepala, leher, dan kaki tumbuh baik,
walaupun kurang jika dibandingkan pada mammalia. Segmentasi otot jelas
pada kolumna vertebralis dan rusuk.
 Aves (Hewan Hidup di Udara)
Pada burung otot badan sangat temodifikasi, dengan ada pada sayap yang
berperan untuk terbang dengan adanya persatuan yang kokoh antara vertebrata
thoracale dan vertebrata lumbale otot ini kurang berfungsi kecuali di daerah
leher. Otot badan sangat temodifikasi, dengan ada nya modifikasi mussculi
apendiculares dan lebih berkembang di bagian pelvis dan pada burung juga di
temukan otot sphinchter colli yang berfungsi untuk mengusir serangga yang
hinggap di tubuhnya.
Sistem otot pada hewan avertebrata atau Alat gerak hewan pada umumnya
merupakan kontraksi sel-sel khusus (otot) material kontraksi yang disebut sebagai

13
aktomiosin .pada dasar nya sama baik otot polos lurik maupun otot jantung
vertebrata maupun avertebrata (Ville, 1984).
Dibalik mekanisme otot yang secara eksplisit hanya merupakan gerak
mekanik itu. Terjadilah beberapa proses kimiawi dasar yang berseri demi
kelangsungan kontraksi otot. Hampir semua jenis makhluk hidup memilki
kemampuan untuk melakukan pergerakan. Fenomena pergerakan ini dapat berupa
transport aktif melalui membran, translokasi polimerase DNA sepanjang rantai
DNA, dan lain-lain termasuk kontraksi otot (Ville, 1984).
Perbandingan Otot dari Tiap Vertebrata
 Pisces: Sistem otot (urat daging): penggerak tubuh, sirip-sirip, insang-organ
listrik (Sonic,2008).
-Belut laut, Sistem otot: Tubuh berupa lingkaran-lingkaran otot yang
tersusun sebagai huru W. Corong bukal digerakan oleh otot-otot radial.
Lidah digerakan oleh otot retraktor dan protraktor.
-Ikan hiu, Sistem otot: Otot-otot di seluruh tubuh secara teratur
bersegemen (materik) disebut miotom. Otot-otot itu bermodifikasi kepala
dan di apendiks.
-Ikan perak, Sistem otot: Otot tubuh dan ekor terutama terdiri dari
miomer-miomer (otot-otot bersegmen) yang berselang-seling/berganti-
ganti tempat dengan vertebra ketika mengadakan gerakan berenang dan
berbalik arah. Miomer-miomer itu secara kasar berbentuk seperti hurup W
dan dirakit menjadi 4 sabuk miomer, yang di sepanjang punggung
merupakan rakitan yang terberat. Antara miomer-miomer itu terdapat
jaringan ikatan yang jika direbus, sabuk-sabuk miomer itu terpisah-pisah
menjadi lapisan-lapisan daging (Sonic, 2008).
 Amphibi
Secara majemuk, sistem otot katak berbeda dari susunan mioton primitif,
terutama dalam apendiks. Otot-otot segmental mencolok pada tubuh.
Segmen kaki teratas berotot besar (Sonic, 2008).
 Reptilia
Dibandingkan dengan katak, sistem otot buaya itu lebih rumit, karena

14
gerakannya lebih kompleks. Otot-otot kepala, leher, dan kaki tumbuh baik,
walaupun kurang jika dibandingkan pada mammalia. Segmentasi otot jelas
pada kolumna vertebralis dan rusuk (Sonic, 2008) .
 Aves
Tulang kuadrat dari tengkorak mempunyai 2 permukaan artikular dorsal.
Semua tulang pelvis bersatu. Ada sebuah pigostil. Sternum mempunyai 4
buah tekik (celah) posterior. Otot pektoralis mayor dimulai pada lunas
tulang sternum, dan menarik tulang humerus kebawah (berarti menarik
sayap ke bawah). Sebaliknya, otot pektoralis minor menarik sayap ke atas
(Sonic, 2008).
 Mamalia
Tulang kuadrat dari tengkorak mempunyai 2 permukaan artikular dorsal.
Semua tulang pelvis bersatu. Ada sebuah pigostil. Sternum mempunyai 4
buah tekik (celah) posterior. Otot pektoralis mayor dimulai pada lunas
tulang sternum, dan menarik tulang humerus kebawah (berarti menarik
sayap ke bawah). Sebaliknya, otot pektoralis minor menarik sayap ke atas
(Sonic, 2008).

II.6 Kinerja Sistem Otot


1. Sifat Gerak Otot
Penggerak Utama, Sinergis dan Antagonis. Meskipun sebagian besar
gerakan diselesaikan melalui kerjasama dari sekelompok otot, satu otot umumnya
bertanggung jawab untuk sebagian besar gerakan. “Otot utama” disebut
penggerak utama. Yang membantu penggerak utama adalah “otot penolong” yang
disebut sinergis. Sinergis bekerjasama dengan otot-otot yang lain. Sebaliknya,
antagonis adalah otot yang berlawanan aksinya dengan otot yang lain. Singkatnya,
kontraksi dari biceps brachii, penggerak utama, menarik lengan bawah ke bahu.
Triceps brachii (lengan atas bagian belakang) adalah antagonis. Dia melawan
gerakan dari biceps brachii dengan menarik lengan bawah menjauhi scapula. Otot
yang digunakan secara berlebihan dan yang kurang digunakan.

15
2. Macam-macam Gerak Otot
 Kontraksibilitas: Kemampuan otot untuk menjadi lebih pendek dari ukuran
sebelumnya
 Ekstensibilitas: Kemampuan otot untuk menjadi lebih panjang dari ukuran
semula
 Elastisitas: Kemampuan otot untuk kembali ke ukuran semula setelah
mengalami kontraksi atau ekstensi

3. Mekanisme Gerak Otot


 Kontraksi terjadi jika ada rangsangan (impuls)
 Zat yang sangat peka terhadap rangsangan adalah asetil kolin
 Bila otot rangsang maka asetil kolin akan terurai. Asetil kolin
menyebabkan aktin miosin (protein otot) yang membuat otot berkontraksi.
 Kontraksi otot menyebabkan tulang bergerak

Kontraksi otot secara umum mengikuti urutan proses berikut :


1. Aksi potensial dihantarkan sepanjang saraf dan berakhir pada membran
otot
2. Pada ujun saraf dilepaskan neurotrasnmitter asetilkolin
3. Asetilkolin akan bekerja pada membran serabut otot dan membuka gate
Natrium
4. Masuknya ion Natrium dalam jumlah banyak memulai terjadinya aksi
potensial pada membran otot
5. Aksi potensial dihantarkan sepanjang membran otot sebagaimana yang
terjadi pada membran saraf
6. Aksi potensial yang terjadi di membran otot akhirnya sampai ke bagian
tengah otot yang menstimulasi retikulum sarkoplasma melepaskan ion
Kalsium
7. Ion Kalsium akan berikatan dengan troponin-C, dan ini mengawali ikatan
antara aktin dengan myosin

16
8. Ikatan antara aktin dan myosin menyebabkan kedua filamen ini saling
menarik ke arah tengah (sliding filament mechanism) dan inilah yang
disebut kontraksi otot
9. Setelah beberapa waktu, ion Kalsium dipompa kembali ke retikulum
sarkoplasma, lalu terjadi pelepasan ikatan antara aktin dan myosin
(relaksasi).
Kontraksi yang terjadi melalui sliding filament mechanism, akibat
terbentuknya cross-bridge yang disusun oleh filamen myosin dan aktin, yang akan
menarik aktin ke arah myosin (tengah). Kekuatan untuk menarik diperoleh dari
ATP yang tersedia di kepala myosin dan akan aktif saat aksi potensial mencapai
bagian otot.
Struktur kontraktil didalam serabut otot rangka adalah miofibril terdiri dari
2 filamen yaitu actin filament (filament tipis) dan Myosin filament (filamen tebal).
Pada gambaran mikroskopis terlihat garis-garis gelap dan terang, yaitu I band, A
band, H zone dan Z line. Antara dua Z lines disebut Sarcomere. Pada dasarnya
garis gelap akibat adanya filament tebal dan tipis, gambaran terang oleh karena
hanya ada filamen tipis. Actin filament tersusun oleh kumpulan molekul actin
yang membentuk pilinan (helix) ganda, kumpulan molekul tropomyosin juga
membentuk pilinan ganda dan troponin molekul. Troponin mempunyai 3 bagian
yaitu T,I dan C. Myosin filament merupakan kumpulan molekul myosin tipe II.
Myosin II adalah dobel trimer yang membentuk helix/pilinan, tiap molekul
myosin II terdiri rod/batang, hinge/leher, dan head/kepala. Pada bagian head
terdapat 2 sisi yaitu, regulatory light chain yang mengandung myosin-ATPase dan
alkali light chain yang berperanan terhadap stabilisasi posisi head terhadap
hinge/rod. Pada saat relaksasi head myosin tidak terikat, sedangkan pada saat
kontraksi head myosin terikat atau menempel pada bagian aktif dari filamen actin
(binding site of actin). Keadaan menempelnya head myosin pada actin disebut
kontraksi atau sliding antara actin dan myosin. Kontraksi otot rangka oleh karena
terjadinya interaksi antara filamen actin dan myosin (Sliding filamen actin dengan
myosin ). Agar terjadi kontraksi diperlukan ion Ca2+, oleh karena ion Ca2+
didalam sitosol sangat rendah maka diperlukan ion Ca2+ yang berasal dari

17
sarkoplasmic reticulum (SR). Depo ion Ca2+ pada proses kontraksi otot rangka
terdapat didalam cisternae SR, oleh karena kadar didalam cisterna jauh lebih
tinggi dibanding didalam sarkoplasmic retikulum (SR) jauh lebih tinggi ([Ca2+]0
: 10 -3 M ) dibanding sitosol ([Ca2+]i : 10 -7 M), padahal ion Ca2+ sangat
diperlukan untuk proses kontraktil miofibril yang ada didalam otot. Agar miofibril
mulai dapat kontraksi diperlukan [Ca2+]i paling sedikit 10 -6 M. Agar ion Ca2+
dapat keluar dari cisterna maka diperlukan adanya potensial aksi yang mencapai
triad. Potensial aksi/impuls yang dihantarkan sepanjang sarkolemma, juga
dihantarkan sepanjang membran T tubules, akibatnya DHP (Dihydropyridine)
reseptor yang terdapat dimembran T tub akan terbuka. Dengan terbukanya
reseptor DHP maka merangsang terbukanya RyR (Ryanodine reseptor) di
membrane Cisterna SR. Ion Ca2+ yang masuk kedalam sitosol sangat banyak
yang selanjutnya merangsang terjadinya kontraksi/sliding antara actin dan myosin
(Sarifin, 2010).

Mekanisme kontraksi otot yang dianut sekarang ialah sliding filament


mechanism yang dikemukakan oleh Jean Hanson dan Hugh Huxley tahun 1950.
Pada kontraksi otot terjadi pergeseran miofilamen tebal dan tipis serta
pemendekan sarkomer dan serat otot, tetapi tidak terjadi pemendekan miofilamen
(Gambar 4A). Pada saat akan dimulainya kontraksi otot rangka, ion Ca2+
dilepaskan ke dalam sarkoplasma melalui saluran pelepas Ca2+ (reeptor rianodin)
dan akan secara efisien ditranspor kembali ke dalam RS oleh kerja SERCA pada
membran RS saat relaksasi otot. RS akan menyimpan Ca2+ yang terikat pada
protein calsequestrin. Oleh karena Ca2+ didaur ulang sedemikian efisien maka
pada kontraksi otot rangka (short term) tidak diperlukan Ca2+ ekstrasel. RS otot
rangka merupakan tempat penyimpanan ion Ca2+ dalam jumlah besar. Transpor
ion ini melalui membran RS diatur oleh dua molekul: reseptor rianodin dan Ca+2
–ATPase. Sinyal pelepasan ion Ca2+ diawali oleh adanya depolarisasi membran
sarkolema yang dihantarkan ke TT. Aksi potensial akan meluas ke RS melalui
struktur kaki pada daerah triad dan memicu pelepasan ion Ca2+ dari RS melalui

18
saluran pelepas Ca2+ ke sarkoplasma di sekitar miofilamen tebal dan tipis
(Wangko, 2014).

Gambar. Kontraksi otot yang diawali oleh terikatnya Ca2+ ke troponin C.


Kepala miosin berikatan dengan aktin dan terjadi hidrolisis ATP menjadi ADP
yang menghasilkan energi, dan pergerakan kepala miosin Terjadi tumpang tindih
miofilamen sehingga sarkomer memendek yang menghasilkan kontraksi otot
(Wangko, 2014).

19
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
1) Sistem otot adalah alat gerak utama serta membentuk postur
tubuh.Jenisnya adalah alat gerak aktif. Otot adalah salah satu dari empat
jaringan dasar tubuh (jaringan epitel, jaringan ikat, dan jaringan saraf
adalah tiga lainnya).
2) Otot terbagi menjdadi 3 jenis yaitu:
 Otot Rangka (skeletal muscle) yang dilekatkan ke tulang oleh tendon,
bertanggung jawab atas pergerakan tubuh secara sadar.
 Otot polos (smooth muscle) dinamai demikian karena otot ini tidak
memiliki penampakan berlurik, ditemukan dalam dinding saluran
pencernaan, kandung kemih, arteri, dan organ internal lainnya.
 Otot jantung adalah uniseluler dan tidak multiseluler. Garis pada otot
jantung adalah sama seperti otot kerangka dan terdapatt garis – garis
Z.
3) Otot adalah jaringan yang paling banyak terdapat pada sebagian besar
hewan, dan kontraksi otot merupakan bagian besar dari kerja seluler yang
memerlukan energi dalam suatu hewan yang aktif. Unit dasar dari seluruh
jenis otot adalah miofibril, yaitu struktur filamen yang berukuran sangat
kecil yang tersusun dari protein kompleks, yaitu filamen aktin dan miosin.
Pada saat berkontraksi, filamen-filamen tersebut saling bertautan yang
mendapatkan energi dari mitokondria di sekitar miofibil
4) Kontraksi sel otot jantung terjadi oleh adanya potensial aksi yang
dihantarkan sepanjang membran sel otot jantung. Jantung akan
berkontraksi secara ritmik, akibat adanya impuls listrik yang dibangkitkan
oleh jantung itu sendiri yang disebut “autorhytmicity”. Terdapat dua jenis
khusus sel otot jantung, yaitu: sel kontraktil dan sel otoritmik
5) Pada vertebrata karakteristiknya yang tidak biasa terletak pada jenis
seratnya yang sangat heterogen, sehingga dapat dilihat sebagai tambalan
sel yang agak berbeda. Sedangkan pada invertebrata terdapat sistem otot

20
yang juga berfungsi sebagai alat gerak aktif terutama berfungsi dalam
mengatur gerakan tubuhnya.

III.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran
mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

21
DAFTAR PUSTAKA

Akhmad, Imran. 2015. Efek Latihan Berbeban Terhadap Fungsi Kerja Otot.
Jurnal Pedagogik Keolahragaan.Vol, 1. No, 2. Hal: 80-102.

Campbell, Neil A. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta : Erlangga

Colville, T. Dan Joanna M.B. 2016. Clinical Anatomy and Physiology For
Veterinary Technicians. Missouri: Elsevier.
Frandson, R. D., W. L.Wilke dan Anna D. F. 2009. Anatomy and Physiology of
Farm Animals. State Avenue: Wiley-Blackwell.
Kuntoadi., Gama Bagus. 2019. Anatomi Fisiologi. Jakarta: Panca Terra Fima.

Kus. Irianto. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis.
Gramedia: Jakarta.
Komi,Paavo.V.2009. Physiological And Biomechanical Correlates Of Muscle
Function:Effects Of Muscle Structure And Stretch-Shortening Cycle On
Force And Speed. Journal Physiologi.Vol. 2. No.1. Hal: 82-83.
Razak, Datu. 2004. Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Unhas. Jakarta:
Gitamedia.

Sarifin, G. 2010. Kontraksi dan Kelelahan. Jurnal ILARA.Vol, 1. No, 2. Hal: 58-
60.

Sonic, R. 2008. Regulation of Skeletal Muscle Physiology and Metabolism by


Peroxisome Proliferator-Activated Receptor. Pharmacological Journal. Vol
61, No. 3 : (373-380).

Ville dkk. 1984. Zoologi Umum. Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama..

Wangko, Sunny. 2014. Jaringan Otot Rangka Sistem Membran Dan Nabeebaccus
Struktur Halus Unit Kontraktil. Jurnal Biomedik. Vol, 6.No, 3. Hal: S27-32.

22

Anda mungkin juga menyukai