Gugus Fungsi
Gugus Fungsi
Gugus Fungsi
12
Berikan nomor pada rantai (usahakan cabang pertama mendapatkan
nomor terendah dari salah satu ujung, baik itu alkil atau halogen)
1. 2.
13
2. Alkohol
(a) Tatanama alkohol
Terdapat 2 cara penamaan alkil halida, yaitu sistem IUPAC dan trivial (umum).
i. Sistem IUPAC
Penamaan alkohol hampir sama dengan penamaan alkana, akhiran -a pada
alkana diganti dengan –ol untuk alkhol.
Contoh : berikanlah nama IUPAC alkhol berikut :
14
Latihan D.2.
1. Tentukanlah nama senyawa berikut!
a. b.
2. Buatlah struktur senyawa berikut!
a. 7,7-dimetiloktan-4-ol
b. 5-metil-4-propilheptan-3-ol
c. 2-tert-butil-3-metilsikloheksanol
3. Eter
(a) Tatanama eter
Terdapat 2 cara penamaan alkil halida, yaitu sistem IUPAC dan trivial (umum).
i. Sistem IUPAC
Eter dinamakan sebagai alkoksi alkana. Alkoksi (RO-) dianggap sebagai
substituent dan alkana dianggap sebagai rantai induk. Alkana dipilih dari
rantai karbon paling panjang. Alkoksi dinamakan dengan mengganti
akhiran –ana pada alkana dengan –oksi. Conrtoh :
CH3O - (metoksi)
C2H5O- (etoksi)
C3H7O- (propoksi)
Contoh :
Berikanlah nama IUPAC untuk eter berikut ini!
etoksi
Nomori rantai induk, sehingga gugus etoksi memiliki nomor rendah
15
Tulislah nama secara alfabetis, dengan memperhatikan posisi cabang,
maka nama senyawa tersebut adalah 4-etoksioktana
ii. Sistem trivial
Sistem trivial sangat bermanfaat untuk eter sederhana, namun sangat susah
diterapkan untuk eter dengan rantai yang kompleks. Penamaan eter secara
trivial, mengikuti aturan berikut :
Untuk eter yang tidak simetris, dinamakan sebagai alkil alkil eter
Contoh :
a. b.
2. Buatlah struktur senyawa berikut!
a. diisopropil eter
b. metil tert-butil eter
c.isopropoksi 2-metilbutana
4. Aldehid
(a) Tatanama aldehid
Terdapat 2 cara penamaan alkil halida, yaitu sistem IUPAC dan trivial (umum).
i. Sistem IUPAC
Nama aldehid dibuat dengan cara menambahkan suatu akhiran pada nama
rantai induk. Terdapat 2 cara penambahan akhiran, bergantung pada gugus
CHO terikat pada suatu rantai atau cincin, yaitu :
16
(1) Jika CHO terikat pada rantai karbon terbuka, temukan rantai terpanjang
yang mengandung CHO sebagai rantai induk. Ganti akhiran –a pada
alkana menjadi –al untuk aldehid.
(2) Jika CHO terikat pada cincin, namai cincin dan tambahkan akhiran -
karbaldehid
Untuk penomoran rantai atau cincin, karbon gugus CHO menjadi C1 (jika
tidak ada gugus karboksilat).
Contoh : Buatlah nama IUPAC 2 aldehid berikut!
1. 2.
Jawab:
Untuk senyawa 1 :
Tentukan rantai induk (rantai terpanjang bergugus CHO)
17
ii. Sistem trivial
Sistem trivial digunakan secara luas untuk menamakan aldehid sederhana.
Nama umum aldehid didapatkan dari nama umum rantai induk dan ditambah
akhiran aldehid.
Contoh :
a. b.
2. Buatlah struktur senyawa berikut!
a. 2-isobutil-3-isopropilheksanal
b. 1-metilsiklopropanakarbaldehid
c.3,6-dietilnonanal
5. Keton
(a) Tata nama keton
Terdapat 2 cara penamaan alkil halida, yaitu sistem IUPAC dan trivial (umum).
i. Sistem IUPAC
Keton dinamakan dengan cara mengganti akhiran –a pada alkana dengan
akhiran –on untuk keton. Untuk rantai terbuka, penomoran dilakukan
sedemikian rupa agar gugus (-CO-) memperoleh nomor terendah.
Sedangkan untuk cincin, umumnya gugus (-CO-) diberi nomor 1.
Contoh : Tentukan nama 2 keton berikut :
1. 2.
18
Untuk senyawa 1 :
Tentukan rantai terpanjang yang mempunyai gugus –CO-
19
Nama umum : etil metil keton
Nama IUPAC : butan-2on
Namun, terdapat beberapa senyawa yang telah digunakan secara luas tidak
mengikuti aturan ini, contoh :
a. b.
2. Buatlah struktur senyawa berikut!
a. metil vinil keton
b. p-etilasetofenon
c.6,6-dimetilsikloheks-2-enon
6. Asam Karboksilat
(a) Tata nama asam karboksilat
Terdapat 2 cara penamaan asam karboksilat, yaitu cara IUPAC dan trivial.
i. Sistem IUPAC
Asam karboksilat (asam alkanoat) diberi nama dengan menambahkan
awalan asam pada nama rantai terpanjang, dan mengganti akhiran –a pada
alkana dengan –oat untuk asam karboksilat berantai terbuka. Sedangkan
untuk gugus –COOH yang terikat pada cincin ditambahkan akhiran
karboksilat setelah nama cincin utama.
Contoh :
Berikanlah nama untuk 2 asam karboksilat berikut :
1. 2.
Senyawa 1 :
20
Tentukan rantai terpanjang yang memiliki gugus –COOH
Contoh :
21
Asam format asam asetat asam propionat
Latihan D.6.
1. Tentukanlah nama senyawa berikut!
a. b.
c. d.
2. Buatlah struktur senyawa berikut!
a. asam 2,3-dimetilfumarat
b. asam 3-metilftalat
c.asam 3-kloroheptanadioat
1. 2.
Untuk senyawa 1 :
Tentukan rantai induk dan alkilnya serta beri nama
22
Nomori rantai induk, dimana karbon –COO- mendapatkan nomor 1.
Untuk alkil, atom C yang terikat pada O dari –COO- mendapatkan
nomor 1.
Tulis nama senyawa secara alfabetis dan perhatikan cabang.
Nama senyawa adalah etil etanoat
Untuk senyawa 2 :
Tentukan rantai induk dan alkilnya serta beri nama
a. b. C3H7COOCH(CH3)2
23
E. MINYAK BUMI
1. Proses Pembentukan Minyak Bumi dan Gas Alam
Minyak Bumi berasal dari bahasa latin, yaitu petroleum. Petra berarti
batuan dan Oleum berarti minyak. Jadi petroleum berarti minyak batuan. Minyak
bumi terbentuk akibat pelapukan sisa-sisa atau bangkai hewan dan tumbuhan renik
serta lapisan- lapisan lumpur yang terkubur dalam jangka waktu jutaaan tahun
lamanya di dasar laut. Proses tersebut dipengaruhi oleh suhu, tekanan, dan aktivitas
mikroorganisme tertentu yang menghasilkan senyawa-senyawa, khususnya
hidrokarbon.
24
yang disebut fraksi. Fraksi-fraksi hasil penyulingan minyak bumi berdasarkan
kenaikan titik didihnya yaitu fraksi gas, petroleum eter, bensin, nafta, minyak tanah,
solar, minyak bakar, pelumas, lilin dan residu berupa aspal.
Reaksi-reaksi pengolahan minyak bumi antara lain:
(a) reforming, yaitu mengubah bentuk struktur(isomer) dari rantai karbon
lurus menjadi bercabang untuk meningkatkan mutu bensin.
(b) cracking, yaitu proses pemecahan molekul senyawa yang panjang menjadi
molekul pendek.
(c) polimerisasi, yaitu penggabungan molekulmolekul kecil menjadi
molekul besar(isobutana + isobutena + isooktana) bensin yang berkualitas tinggi
(d) treating, yaitu proses menghilangkan pengotor pada minyak bumi supaya
lebih murni.
(e) blending, yaitu proses pencampuran zat aditif untuk meningkatkan kualitas
bensin.
27
(a) Olefin (alkena)
Olefin merupakan bahan dasar petrokimia yang paling utama. Produksi
olefin di seluruh dunia mencapai milyaran kg per tahun. Di antara olefin yang
paling banyak diproduksi adalah etilena (etena), propilena (propena), dan
butadiena. Beberapa produk petrokimia yang menggunakan bahan dasar etilena
adalah:
Polietilena, merupakan plastik yang paling banyak diproduksi, plastik
ini banyak digunakan sebagai kantong plastik dan plastik pembungkus
(sampul). Di samping polietilena sebagai bahan dasar, plastik dari
polietilena ini juga mengandung beberapa bahan tambahan, yaitu bahan
pengisi, plasticer, dan pewarna.
PVC atau polivinilklorida, juga merupakan plastik yang digunakan pada
pembuatan pipa pralon dan pelapis lantai.
Etanol, merupakan bahan yang sehari-hari dikenal dengan nama alkohol.
Digunakan sebagai bahan bakar atau bahan antara untuk pembuatan
produk lain, misalnya pembuatan asam asetat.
Etilena glikol atau glikol, digunakan sebagai bahan antibeku dalam
radiator mobil di daerah beriklim dingin.
Beberapa produk petrokimia yang menggunakan bahan dasar propilena adalah:
Polipropilena, digunakan sebagai karung plastik dan tali plastik.
Bahan ini lebih kuat dari polietilena.
Gliserol, digunakan sebagai bahan kosmetika (pelembab), industry
makanan, dan bahan untuk membuat peledak (nitrogliserin).
Isopropil alkohol, digunakan sebagai bahan-bahan produk petrokimia
yang lain, misalnya membuat aseton.
Beberapa produk petrokimia yang menggunakan bahan dasar butadiena adalah:
Karet sintetis
Nilon
(b) Aromatis
Pada industri petrokimia, bahan aromatika yang terpenting adalah benzena,
toluena, dan xilena. Beberapa produk petrokimia yang menggunakan bahan
dasar benzena adalah:
Stirena, digunakan untuk membuat karet sintetis.
28
Kumena, digunakan untuk membuat fenol.
Sikloheksana, digunakan untuk membuat nilon.
Beberapa produk petrokimia yang menggunakan bahan dasar toluena dan xilena
adalah:
Bahan peledak, yaitu trinitrotoluena (TNT)
Asam tereftalat, merupakan bahan dasar pembuatan serat.
(c) Syn-Gas (Gas sintetis)
Gas sintetis ini merupakan campuran dari karbon monoksida (CO) dan hidrogen
(H2). Beberapa produk petrokimia yang menggunakan bahan dasar gas sintetis
adalah:
Amonia (NH3), yang dibuat dari gas nitrogen dan gas hidrogen.Pada
industri petrokimia, gas nitrogen diperoleh dari udara sedangkan
gas hidrogen diperoleh dari gas sintetis.
Urea (CO(NH2)2), dibuat dari amonia dan gas karbon dioksida.
Selain sebagai pupuk, urea juga digunakan pada industri perekat, plastik,
dan resin.
Metanol (CH3OH), dibuat dari gas sintetis melalui pemanasan pada
suhu dan tekana tinggi dengan bantuan katalis. Sebagian methanol
digunakan dalam
Pembuatan formaldehida, dan sebagian lagi digunakan untuk membuat
serat dan campuran bahan bakar.
Formaldehida (HCHO), dibuat dari metanol melalui oksidasi dengan
bantuan katalis. Formaldehida yang dilarutkan dalam air dikenal
dengan nama formalin, yang berfungsi sebagai pengawet specimen
biologi. Sementara penggunaan ainnya adalah untuk membuat resin
urea-formaldehida dan lem.
29
bersama tentang gas-gas hasil pembakaran minyak bumi yang sangat membahayakan
kesehatan manusia.
(a) Gas karbon monoksida (CO)
Gas karbon monoksida adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau,
tidak berasa, dan tidak merangsang. Hal ini menyebabkan keberadaannya
sulit dideteksi. Padahal gas ini sangat berbahaya bagi kesehatan karena pada
kadar rendah dapat menimbulkan sesak napas dan pucat. Pada kadar yang
lebih tinggi dapat menyebabkan pingsan dan pada kadar lebih dari 1.000 ppm
dapat menimbulkan kematian.
Gas CO ini berbahaya karena dapat membentuk senyawa dengan
hemoglobin membentuk HbCO, dan ini merupakan racun bagi darah. Oleh
karena yang diedarkan ke seluruh tubuh termasuk ke otak bukannya HbO,
tetapi justru HbCO. Keberadaan HbCO ini disebabkan karena persenyawaan
HbCO memang lebih kuat ikatannya dibandingkan dengan HbO. Hal ini
disebabkan karena afinitas HbCO lebih kuat 250 kali dibandingkan dengan
HbO. Akibatnya Hb sulit melepas CO, sehingga tubuh bahkan otak akan
mengalami kekurangan oksigen. Kekurangan oksigen dalam darah inilah yang
akan menyebabkan terjadinya sesak napas, pingsan, atau bahkan kematian.
Sumber keberadaan gas CO ini adalah pembakaran yang tidak
sempurna dari bahan bakar minyak bumi. Salah satunya adalah pembakaran
bensin, di mana pada pembakaran yang terjadi di mesin motor, dapat
menghasilkan pembakaran tidak sempurna dengan reaksi sebagai berikut :
2 C8H18(g) + 17 O2(g) →16 CO(g) + 18 H2O(g)
30
(b) Gas karbondioksida (CO2)
Sebagaimana gas CO, maka gas karbon dioksida juga mempunyai
sifat tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak merangsang. Gas CO2 merupakan
hasil pembakaran sempurna bahan bakar minyak bumi maupun batu bara. Dengan
semakin banyaknya jumlah kendaraan bermotor dan semakin banyaknya jumlah
pabrik, berarti meningkat pula jumlah atau kadar CO2 di udara kita.
Keberadaan CO2 yang berlebihan di udara memang tidak berakibat
langsung pada manusia, sebagaimana gas CO. Akan tetapi berlebihnya
kandungan CO2 menyebabkan sinar inframerah dari matahari diserap oleh bumi
dan benda-benda di sekitarnya.
Kelebihan sinar inframerah ini tidak dapat kembali ke atmosfer karena
terhalang oleh lapisan CO2 yang ada di atmosfer. Akibatnya suhu di bumi
menjadi semakin panas. Hal ini menyebabkan suhu di bumi, baik siang maupun
malam hari tidak menunjukkan perbedaan yang berarti atau bahkan dapat
dikatakan sama. Akibat yang ditimbulkan oleh berlebihnya kadar CO2 di udara
ini dikenal sebagai efek rumah kaca atau green house effect. Untuk mengurangi
jumlah CO2 di udara maka perlu dilakukan upaya-upaya, yaitu dengan
penghijauan, menanam pohon, memperbanyak taman kota, serta pengelolaan
hutan dengan baik.
(c) Gas belerang oksida (SO3 dan SO2)
Gas belerang dioksida (SO2) mempunyai sifat tidak berwarna, tetapi berbau
sangat menyengat dan dapat menyesakkan napas meskipun dalam kadar rendah.
Gas ini dihasilkan dari oksidasi atau pembakaran belerang yang terlarut dalam
bahan bakar miyak bumi serta dari pembakaran belerang yang terkandung
dalam bijih logam yang diproses pada industry pertambangan.
Penyebab terbesar berlebihnya kadar oksida belerang di udara adalah pada
pembakaran batu bara. Akibat yang ditimbulkan oleh berlebihnya oksida belerang
memang tidak secara langsung dirasakan oleh manusia, akan tetapi menyebabkan
terjadinya hujan asam. Proses terjadinya hujan asam dapat dijelaskan dengan
reaksi berikut.
31
Pembentukan asam sulfit di udara lembap
SO2(g) + H2O(l) H2SO3(aq)
Gas SO2 dapat bereaksi dengan oksigen di udara
2SO2(g) + O2(g) 2SO3(g)
Gas SO3 mudah larut dalam air, di udara lembap membentuk asam sulfat
yang lebih berbahaya daripada SO2 dan H2SO3
2SO3(g) + H2O(l) H2SO4(aq)
Hujan yang banyak mengandung asam sulfat ini memiliki pH<5,
sehingga menyebabkan sangat korosif terhadap logam dan berbahaya bagi
kesehatan. Di samping menyebabkan hujan asam, oksida belerang baik SO2
maupun SO3 yang terserap ke dalam alat pernapasan masuk ke paru-paru
juga akan membentuk asam sulfit dan asam sulfat yang sangat berbahaya bagi
kesehatan pernapasan, khususnya paru-paru.
(d) Oksida nitrogen (NO dan NO2)
Gas nitrogen monoksida memiliki sifat tidak berwarna, yang pada konsentrasi
tinggi juga dapat menimbulkan keracunan. Di samping itu, gas oksida nitrogen
juga dapat menjadi penyebab hujan asam. Keberadaan gas nitrogen
monoksida di udara disebabkan karena gas nitrogen ikut terbakar bersama
dengan oksigen, yang terjadi pada suhu tinggi. Reaksinya adalah:
N2(g) + O2(g) 2NO(g)
Pada saat kontak dengan udara, maka gas NO akan membentuk gas NO2
dengan reaksi sebagai berikut:
2NO(g) + O2(g) 2NO2(g)
Gas NO2 merupakan gas beracun, berwarna merah cokelat, dan berbau
seperti asam nitrat yang sangat menyengat dan merangsang. Keberadaan gas
NO2 lebih dari 1 ppm dapat menyebabkan terbentuknya zat yang bersifat
karsinogen atau penyebab terjadinya kanker. Jika menghirup gas NO2 dalam
kadar 20 ppm akan dapat menyebabkan kematian. Sebagai pencegahan maka
di pabrik atau motor, bagian pembuangan asap ditambahkan katalis logam
nikel yang berfungsi sebagai konverter. Prinsip kerjanya adalah mengubah gas
buang yang mencemari menjadi gas yang tidak berbahaya bagi lingkungan
maupun kesehatan manusia. Proses pengubahan tersebut dapat dilihat pada reaksi
berikut : 2NO2(g) N2(g) + 2O2(g)
32
F. Senyawa Aromatik
1. Definisi
Senyawa aromatik merupakan senyawa siklik yang memiliki beberapa ikatan
rangkap terkonjugasi. Salah satu senyawa aromatik adalah benzena. Benzena lebih
stabil dari pada senyawa alkatriena padanannya karena terdapat energi penstabilan
dari resonansi elektron ikatan phi dalam strukturnya. Kestabilan ini bisa dibuktikan
oleh panas yang dihasilkan pada hidrogenasi benzena lebih kecil tiga kali lipat
dibandingkan dengan sikloheksena.
Suatu molekul dikatakan aromatik, jika memenuhi semua syarat berikut :
(a) Struktur harus siklik, memiliki beberapa ikatan pi terkonjugasi
(b) Tiap atom pada cincin harus mempunyai orbital p yang tidak terhibridisasi.
(atom pembentuk cincin umumnya berhibdridisasi sp2, kadang-kadang sp)
(c) Orbital p yang tidak berhibridisasi harus saling tumpang-tindih membentuk
suatu cincin yang saling bersambung dari orbital yang paralel. Dalam banyak
kasus, struktur harus planar untuk mengefektifkan tumpang-tindih.
(d) Delokalisasi (penyebaran) elektron-elektron pi pada cincin harus mempunyai
energi elektronik lebih rendah. Dalam hal ini, jumlah elektron pi harus
memenuhi aturan Huckel. Huckel menyatakan bahwa jika jumlah elektron pi
dalam siklik adalah :
4n + 2 = Aromatik
4n = Anti Aromatik
dimana, n adalah bilangan bulat : 0, 1, 2, 3,…..
Contoh :
Benzena mempunyai 6 elektron pi pada cincinnya, maka berdasarkan
aturan Huckel : 4n + 2 = 6 n = 1 (benzena bersifat aromatik)
2. Benzena dan Turunannya
(a) Tatanama
Turunan benzena telah diisolasi dan digunakan sebagai industri selama lebih dari
100 tahun. Benzena bisa dinamakan secara tradisional (umum) dan mengikuti
aturan IUPAC. Senyawa-senyawa berikut biasanya disebut dengan nama umum
dan hampir tidak pernah menggunakan nama IUPAC.
33
Fenol Toluena anilina
(benzenol) (metilbenzena) (benzenamina)
34
Umum o-diklorobenzena asam m-kloroperoksi benzoat p-nitrofenol
IUPAC 1,2-diklorobenzena asam 3-kloroperoksibenzoat 4-nitrofenol
Jika cincin benzena memiliki lebih dari dua substituen, maka nomor digunakan
untuk menunjukkan posisi substituennya. Jika substituennya mempunyai prioritas
lebih rendah dari alkana (gugus halo dan nitro), maka senyawa dianggap sebagai
turunan benzena. Namun, jika mempunyai prioritas lebih tinggi, maka gugus
prioritas lebih tinggi menjadi nama dasar bagi senyawa.
Ketika cincin benzena bertindak sebagai cabang, itu dinamakan gugus phenil dan
dilambangkan dengan ph dalam struktur yang lebih kompleks
35
Gugus tujuh-karbon yang mempunyai cincin benzena dan metilen (-CH2-)
dinamakan sebagai gugus benzil. Hati-hati dalam membedakan fenil dan benzil.
a. b.
c. d.
2. Buatlah struktur senyawa berikut!
a. isobutilbenzena
b.o-kloroanilina
c.4-kloro-1,2-dietilbenzena
d. 3-tert-butil-2-etiltoluena
36
(b) Reaksi Benzena dan Turunannya
Benzena umumnya menjalani reaksi penggantian (substitusi) suatu proton
(H+) pada cincin aromatik dengan suatu elektrofil, sehingga reaksi ini sering
disebut sebagai Reaksi Substitusi Elektrofilik. Suatu elektrofilik umumnya
merupakan spesi yang bermuatan positif atau kekurangan elektron sehingga
menyukai cincin benzena yang kaya elektron.
Adapun mekanisme umum reaksi subtitusi elektrofilik adalah :
i. Penyerangan pada elektrofil membentuk kompleks sigma (hilangnya
sifat aromatis cincin)
37
Selanjutnya terjadi penyerangan elektrofil oleh cincin benzena
menghasilkan kompleks sigam dan FeBr4-
+
Cincin melepaskan proton dan menghasilkan produk
b) Reaksi klorinasi
Ion kloronium (Cl+) yang bertindak sebagai elektrofil umumnya
dibuat dari reaksi klorin (Cl2) dengan aluminium klorida (AlCl3).
Reaksi ini menghasilkan ion Cl+ dan kompleks tetrakloro aluminat.
Cl2 + AlCl3 Cl+ + AlCl4-
Mekanisme reaksi penyerangan elektrofil oleh cincin dan
pembentukan produk hampir sama dengan reaksi brominasi.
c) Reaksi iodinasi
Ion iodonium (I+) yang bertindak sebagai elektrofil umumnya dibuat
dari reaksi oksidasi iodin (I2) oleh asam nitrat (HNO3).
38
Ion nitronium dihasilkan melalui reaksi asam nitrat dan asam sulfat.
Disini, terjadi reaksi asam basa Bronsted, asam sulfat (lebih asam)
memberikan proton pada asam nitrat.
39
Karbokation yang terbentuk dapat mengalami penataan ulang
menjadi karbokation yang lebih stabil. Karbokation yang lebih
stabil inilah yang akan bertindak sebagai elektrofil.
Penyerangan elektrofil oleh cincin benzena
Ion asilium yang bertindak sebagai elektrofil dihasilkan dari reaksi antara
asil halida dengan aluminium triklorida. Reaksi asilasi benzena
menghasilkan suatu aril keton.
40
Pelepasan proton menghasilkan produk
v. Reaksi Sulfonasi
Reaksi sulfonasi merupakan cara yang mudah membuat aril sulfonat
melalui reaksi benzena dengan belerang trioksida (SO3) yang bertindak
sebagai elektrofil. Asam sulfat berasap merupakan nama umum untuk
larutan 7% SO3 dalam H2SO4 pekat. SO3 merupakan anhidrida asam
sulfat, yang berarti bahwa penamabahan air pada SO3 menghasilkan asam
sulfat. Berikut adalah mekanisme reaksi sulfonasi :
Penyerangan elektrofil oleh cincin benzena
41
Gugus sulfonat terprotonasi dalam asam kuat
Latihan F.2.
1. Tentukanlah hasil reaksi jika benzena direaksikan dengan :
a. Br2, FeBr3 d. CH3CH2CH2Cl, AlCl3
b. HNO3, H2SO4 e. C6H5COCl, AlCl3
c. SO3, H2SO4
42