Makalah Neonatus Resiko Tinggi Dan Pelaksanaannya

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah
berat bayo yang ditimbang dalam satu jam setelah lahir. BBLR termasuk
faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas, dan disabilitas
neonatus, bayi, dan serta memberikan dampak jangka panjang terhadap
kehidupannya di masa depan.
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat
bernafas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin
sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan.
Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil,
kelainan tali pusat, atau maslaah yang memengaruhi kesejahteraan bayi
selama atau sesudah persalinan.
Sindrom gangguan pernafasan pada neonatus merupakan penyakit
membran hialin, dimana terjadinya perubahan atau kurangnya komponen
surfaktan pulmoner komponen ini merupakan suatu zat aktif pada alveoli
yang dapat mencegah kolapnya paru. Penyakit saluran pernafasan
merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang paling sering
dan penting pada anak. Terutama pada bayi, karena saluran pernafasannya
masih sempit dan daya tahan tubuhnya masih rendah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Bayi Berat Lahir Rendah, Asfiksia Neonatorum, Dan
Sindrom Gangguan Pernafasan?
2. Apa Penyebab Bayi Berat Lahir Rendah, Asfiksia Neonatorum, Dan
Sindrom Gangguan Pernafasan?
3. Apa Gambaran Klinis Bayi Berat Lahir Rendah, Asfiksia Neonatorum,
Dan Sindrom Gangguan Pernafasan?
4. Apa Saja Penatalaksanaan Bayi Berat Lahir Rendah, Asfiksia
Neonatorum, Dan Sindrom Gangguan Pernafasan?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas dari dosen yang bersangkutan.
2. Agar mahasiswa lebih memahami tentang Bayi Berat Lahir Rendah,
Asfiksia Neonatorium, dan Sindrom GangguanPernafasan.
3. Untuk mengetahui penyebab tentang Bayi Berat Lahir Rendah,
Asfiksia Neonatorium, dan Sindrom GangguanPernafasan.
4. Untuk mengetahui gambaran klinis tentang Bayi Berat Lahir Rendah,
Asfiksia Neonatorium, dan Sindrom GangguanPernafasan.
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan tentang Bayi Berat Lahir Rendah,
Asfiksia Neonatorium, dan Sindrom GangguanPernafasan.
D. Manfaat penulisan
1. Sebagai bahan bacaan.
2. Merupakan stimulant bagi mereka yang berminat dalam mempelajari
persalinan.
3. Sebagai sarana belajar bagi pembaca.
4. Sebagai bahan bacaan khususnya dalam profesi kebidanan.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Bayi Berat Lahir Rendah


1. Definisi
Mendefinisikan bayi berat kahir rendah ialah bayi baru lahir
yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram.
2. Etilogi
Bayi berat lahir rendah mungkin premature ( kurang bulan)
mungkin juga cukup bulan (dismatur) yang diuraikan sebagai
berikut:
a. Premature murni adalah neonatus dengan usia kehamilan
kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan yang
sesuai dengan masa kehamilan atau disebut juga neonatus
preterm.
b. Faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan
premature atau BBLR adalah:
1.) Faktor Ibu
a.) Penyakit, seperti malaria, anemia, sipilis, infeksi
TORCH, dan lain-lain.
b.) Komplikasi pada kehamilan komplikasi yang terjadi
pada kehamilan ibu seperti pendarahan anterpartum,
pre-eklampsia berat, pre-eklampsia, dan kelahiran
preterm.
c.) Usia ibu dan paritas
d.) Faktor kebiasaan ibu
Ibu perokok dan pecandu alcohol.
2.) Faktor janin
a.) Premature
b.) Hidramion
c.) Kehamilan kembar/ ganda (gemeli)
d.) Kelainan kromosom

3
3.) Faktor lingkungan
a.) Tempat tinggal dataran tinggi
b.) Radiasi
c.) Ekonomi
d.) Social ekonomi
e.) Paparan zat-zat racun

3. Gambaran Klinis

a. Berat kurang dari 2500 gram.


b. Panjang kurang dari 45 cm.
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm.
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
e. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.
f. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
g. Kepala lebih besar.
h. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak
kurang.

4
i. Tulang rawan daun telinga belum sempurna
pertumbuhannya.
j. Otot hipotonik lemah merupakan otot yang tidak ada
gerakan aktif pada lengan dan sikunya.
k. Pernapasan tidak teratur.
l. Ekstermitas : paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus,
tumit mengkilap, telapak kaki halus.
m. Kepala tidak mampu tegak, fungsi syaraf yang belum atau
tidak efektif dan tangisnya lemah.
n. Pernapasan 40 – 50 kali/ menit dan nadi 100-140 kali/
menit.
4. Penatalaksanaan
a. Permukaan tubuh relative lebih luas sehingga BBLR
banyak kehilangan panas dan cairan melalui kulit.
b. Prinsip pencegahan hipotermi:
1.) Tunda memandikan bayi memakai minyak kelapa.
2.) Tempatkan pada incubator atau afies hangat.
3.) Perhatikan status cairan bila perlu pasang infuse.
4.) Bungkus bayi dengan metode kanguru.
c. Nutrisi
1.) Pada 2 jam pertama, beri ASI
a.) ASI diberikan dengan pipet/sendok sedikit-sedikit.
b.) Susu yang mengandung lemak (mudah dicerna)
c.) Frekuensi pemberian 3 jam sekali
2.) Pada bayi KMK
a) Reflek hisap sudah membaik.
b) Enzim pencernaan aktif.
c) Pemberian cairan parental sampai dengan enternal
tercukupi.

5
B. Asfiksia Neonatorium
1. Definisi
Asfiksia neonatorium adalah kegagalan bernafas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir.
2. Klasifikasi
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR:
a. Asfiksia dengan nlai APGAR 0-3.
b. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6.
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-
10.
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10

Nilai 0 1 3
Denyut Jantung Tidak ada Tidak teratur Teratur
Nafas Tidak ada <100 >100
Warna Kulit Biru/ pucat Tubuh merah Merah jambu
jambu dan
ekstremitas biru
Gerakan/ tonus Tidak ada Sedikit fleksi Fleksi
otot
Reflek menangis Tidak ada Lemah/lambat Kuat

3. Etiologi
a. Asfiksia dalam kehamilan
1) Penyakit infeksi akut.
2) Penyakit infeksi kronik.
3) Keracunan oleh obat-obat bius.
4) Uremia dan toksemia gravidarum.
5) Anemia berat.
6) Trauma.

6
b. Asfiksia dalam persalinan
1) Kekurangan O2
a) Partus lama.
b) Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus
yang terus menerus mengganggu sirkulasi darah
ke plasenta.
c) Tekanan darah terlalu kuat dari kepala anak pada
plasenta.
d) Prolapse fenikuli tali pusat akan tertekan antara
kepala dan panggul.
e) Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak
tepat pada waktunya.
f) Pendarahan banyak: plasenta previa dan solutio
plasenta.
g) Plasenta sudah tua.
2) Paralisis pusat pernafasan
a) Tindakan forceps.
b) Akibat obat bius.
4. Gambaran Klinis

Setiap bayi baru lahir (BBL) akan menampilkan gejala dari


asfiksia neonatorum yang berbeda-beda. Secara umum gejala
yang sering muncul pada asfiksia neonatorum adalah :
a. Tidak bernafas atau kurang dari 30x/menit. Pernafasan
tidak teratur, terdengar dengkuran, retraksi (pelekukan
dada).
b. Tangisan lemah atau merintih.

7
c. Warna kulit pucat dan kebiruan.
d. Tonus otot lemas.
e. Denyut jantung tidak ada atau lambat (Bradikardia)
(kurang dari 100 kali permenit).
5. Penatalaksanaan
a. Persiapan Alat Resusitasi
Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan
juga alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu :
1) helai kain / handuk.
2) Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa
kain, kaos, selendang, handuk kecil, digulung
setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk
mengatur posisi kepala bayi.
3) Alat penghisap lendir de lee atau bola karet.
4) Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup
neonatal.
5) Kotak alat resusitasi.
6) Jam atau pencatat waktu. (Wiknjosastro, 2007)
b. Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir
Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-
tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu :
1) Memastikan saluran terbuka
a) Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi
bahu diganjal 2-3 cm.
b) Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.
c) Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa
ET) untuk memastikan saluran pernafasan
terbuka.
2) Memulai pernafasan
a) Memakai rangsangan taksil untuk memulai
pernafasan.

8
b) Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan
balon pipa ETdan balon atau mulut ke mulut
(hindari paparan infeksi).
3) Mempertahankan sirkulasi
a) Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah
dengan cara.
b) Kompresi dada.
c) Pengobatan.

Skema manajement BBL dengan asfiksia

C. Sindrom Gangguan Pernafasan


1. Definisi
Sindrom gangguan pernafasan adalah kumpulan gejala
yang terdiri dari dispnea atau hiperapnea dengan frekuensi
pernapasan lebih dari 60 kali/menit, sianosis, rintihan pada
ekspirasi dan kelainan otot-otot pernapasan pada inspirasi.
Insidens pada bayi prematur kulit putih lebih tinggi dari pada
bayi kulit hitam dan sering lebih terjadi pada bayi laki-laki
daripada bayi perempuan (Nelson, 1999). Selain itu, kenaikan
frekuensi juga ditemukan pada bayi yang lahir dari ibu yang
menderita gangguan perfusi darah uterus selama kehamilan,
misalnya : Ibu penderita diabetes, hipertensi, hipotensi, seksio
serta perdarahan antepartum.

9
2. Etiologi
a. Obstruksi saluran pernapasan bagian atas (atresia esofagus,
atresia koana bilateral).
b. Kelainan parenkim paru (penyakit membran hialin,
perdarahan paru-paru).
c. Kelainan di luar paru (pneumotoraks, hernia diafragmatika).
3. Gambaran Klinis

Tanda dan gejala sindrom gangguan pernapasan sering disertai


riwayat asfeksia pada waktu lahir atau gawat janin pada akhir
kehamilan. Adapun tanda dan gejalanya adalah :
a. Timbul setelah 6-8 jam setelah lahir.
b. Pernapasan cepat/hiperapnea atau dispnea dengan frekuensi
pernapasan lebih dari 60 kali/menit.
c. Retraksi interkostal, epigastrium atau suprasternal pada
inspirasi.
d. Sianosis.
e. Grunting (terdengar seperti suara rintihan) pada saat
ekspirasi.
f. Takikardia yaitu nadi 170 kali/menit.
4. Klasifikasi Sindrom Gangguan Pernapasan
Sindrom gangguan pernapasan terbagi menjadi tiga yaitu:
a. Gangguan napas berat

10
Dikatakan gangguan napas berat bila Frekuensi napas dari 60
kali/menit dengan sianosis sentral dan tarikan dinding dada
atau merintih saat ekspirasi.
b. Gangguan napas sedang
Dikatakan gangguan napas sedang apabila Pemeriksaan
dengan tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi
tetapi tanpa sianosis sentral.
c. Gangguan napas ringan
Dikatakan gangguan napas ringan apabila Frekuensi napas
60-90 kali/menit tanda tarikan dinding tanpa merintih saat
ekspirasi atau sianosis sentral.
5. Penatalaksanaan pada Sindrome Ganguan Pernapasan
Bidan sebagai tenaga medis di lini terdepan diharapkan peka
terhadap pertolongan persalinan sehingga dapat mencapai well
born baby dan well health mother. Oleh karena itu bekal utama
sebagai Bidan adalah:
a. Melakukan pengawasan selama hamil.
b. Melakukan pertolongan hamil resiko rendah dengan
memanfaatkan partograf .
c. Melakukan perawatan Ibu dan janin baru lahir.
Berdasarkan kriteria nilai APGAR maka bidan dapat melakukan
penilaian untuk mengambil tindakan yang tepat diantaranya
melakukan rujukan medik sehingga keselamatan bayi dapat
ditingkatkan.
Penatalaksanaan RDS atau Sindrom gangguan napas adalah
sebagai berikut:
a. Bersihkan jalan nafas dengan menggunakan penghisap
lendir dan kasa steril.
b. Pertahankan suhu tubuh bayi dengan membungkus bayi
dengan kaki hangat.
c. Atur posisi bayi dengan kepala ekstensi agar bayi dapat
bernafas dengan leluasa.

11
d. Apabila terjadi apnue lakukan nafas buatan dari mulut ke
mulut.
e. Longgarkan pakaian bayi.
f. Beri penjelasan pada keluarga bahwa bayi harus dirujuk ke
rumah sakit.
g. Bayi rujuk segera ke rumah sakit
Penatalaksanaan medik maka tindakan yang perlu dilakukan
adalah sebagsai berikut:
a. Memberikan lingkungan yang optimal.
b. Pemberian oksigen, tidak lebih dari 40% sampai gejala
sianosis menghilang.
c. Pemberian cairan dan elektrolit (glukosa 5% atau 10%)
disesuaikan dengan berat badan (60-125 ml/kgBB/hari)
sangat diperlukan untuk mempertahankan homeostatis dan
menghindarkan dehidrasi.
d. Pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder.
e. Pemberian surfaktan oksigen.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir
adalah berat bayi yang ditimbang dalam satu jam setelah lahir. BBLR
termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas, dan
disabilitas neonatus, bayi, dan serta memberikan dampak jangka
panjang terhadap kehidupannya di masa depan.
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat
bernafas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin
sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat
dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan
ibu hamil, kelainan tali pusat, atau maslaah yang memengaruhi
kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan.
Sindrom gangguan pernafasan pada neonatus merupakan penyakit
membran hialin, dimana terjadinya perubahan atau kurangnya
komponen surfaktan pulmoner komponen ini merupakan suatu zat
aktif pada alveoli yang dapat mencegah kolapnya paru. Penyakit
saluran pernafasan merupakan salah satu penyebab kesakitan dan
kematian yang paling sering dan penting pada anak. Terutama pada
bayi, karena saluran pernafasannya masih sempit dan daya tahan
tubuhnya masih rendah.
B. Saran
Kami sadar bahwa makalah yang kami susun masih banyak
terdapat kesalahan. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan
kritik dari pembaca yang positif dan membangun, guna penyusunan
makalah kami berikutnya agar dapat tersusun lebih baik lagi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Deslidel, Zucharah, SKM, Rully, dan Yan. 2012. Buku Ajar Neonatus, Bayi &
Balita. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Enik, Eka. 2013. Asuhan Kegawat daruratan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
CV. Trans Info Media.
Kosim Soleh, dkk. 2005. Panduan Manejemen Bayi Baru Lahir Untuk Dokter,
Perawat, Bidan di Rumah Sakit dan Rujukan Dasar. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Nelson Waldoe. 1996. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume I. Jakarta: EGC
Surasmi Astrining, dkk. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Wahyuni Sari. 2011. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

14

Anda mungkin juga menyukai