Ekstrak Kering

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

PRAKTIKUM FITOFARMAKA
TUGAS 1
Pembuatan Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galanga)
Dengan Metode Maserasi (Ultrasonika)

KELOMPOK : 9

KELAS : FARMASI E

Nisa’u Dhorifa Firdausy (201610410311232)

DOSEN PEMBIMBING :

1. Siti Rofida, S.Si, M.Farm., Apt.


2. Drs. Herra Studiawan, M.Si., Apt.
3. Amaliyah Dina Anggraeni, M.Farm., Apt.

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2019

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan salah satu dari lima jenis tumbuhan yang
dikembangkan sebagai tanaman obat asli Indonesia. Kencur merupakan tanaman obat yang
bernilai cukup ekonomis cukup tinggi hingga banyak dibudidayakan. Bagian rimpangnya
digunakan sebagai bahan baku industri obat tradisional,bumbu dapur, bahan makanan,
maupun minuman penyegar lainnya (Rostiana dkk,2003)

Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan salah satu jenis empon-empon atau tanaman
obat. Tanaman kencur yang tergolong dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae). Rimpang
atau rizoma tanaman ini mengandung minyak atsiri dan alkaloid yang dimanfaatkan sebagai
stimulan (Anonim, 2007).
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehinggga terpisah
dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan pelarut cair. Senyawa aktif yang
terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak atsiri,
alkaloida, falvonoida dan lain-lain. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung
simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Ditjen POM,
2000). Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati
atau hewani menurut cara yang cocok. diluar pengaruh matahari langsung (Ditjen POM,
1979).
Metode ekstraksi dapat dilakukan dengan cara Maserasi. Maserasi adalah proses ekstraksi
simplisia yang paling sederhana, menggunakan pelarut yang cocok dengan beberapa kali
pengadukan pada temperatur ruangan (kamar) (Ditjen POM, 2000). Maserasi digunakan
untuk menyari zat aktit yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung stirak,
benzoin dan lain-lain. Maserasi pada umumnya dilakukan dengan cara merendam 10 bagian
serbuk simplisia dalam 75 bagian cairan penyari (pelarut) (Ditjen POM, 1986).
Pembuatan ekstrak tersebut tidak hanya dapat dilakukan pada industri farmasi yang
bergerak pada bidang obat tradisional. Namun mahasiswa pun seharusnya bisa melakukan
pembuatan ekstrak tersebut sebagai bekal ilmu sebelum berada pada industri farmasi. Maka
pada praktikum kali ini mahasiswa dituntun untuk dapat melakukan ekstraksi pada rimpang
kencur dan sekaligus melakukan pembuatan sediaan dari ekstrak tersebut serta melakukan
pengujian kadar senyawa yang terkandung didalam sediaan tersebut.

1.2 TUJUAN PRAKTIKUM


Dari uraian diatas adapun tujuan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa mampu untuk melakukan pembuatan ekstrak rimpang kencur
2. Mahasiswa dapat memahami prosedur pembuatan ekstrak rimpang kencur
3. Mahasiswa mampu untuk melakukan penetapan kadar senyawa pada ekstrak
rimpang kencur dan sediaan yang dibuat

1.3 MANFAAT PRAKTIKUM

Hasil dari praktikum ini diharapkan dapat memberikan informasi lebih kepada
mahasiswa mengenai pembuatan ekstrak rimpang kencur hingga penetapan kadar dari
ektrak tersebut sehingga mahasiswa dapat menerapkan hal tersebut saat berada di industri
farmasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PRINSIP TEORI

A. Tanaman (Kaempferia galanga)


Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus :Kaempferia
Spesies : Kaempferiagalanga
Kencur (Kaempferia galanga L.) adalah salah satu jenis tanaman obat yang tergolong
dalam suku temu - temuan (Zingiberaceae).Rimpang atau rizoma tanaman ini mengandung
minyak atsiri dan alkaloid yang dimanfaatkan sebagai stimulan. Terdapat pula kerabat dekat
kencur yang biasa ditanam dipekarangan sebagai tanaman obat, temu rapet (K. rotunda Jacq.),
namun mudah dibedakan dari daunnya.
Kencur merupakan temu kecil yang tumbuh subur di daerah dataran rendah atau
pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak air. Jumlah helaian daun kencur
tidak lebih dari 2-3 lembar (jarang 5) dengan susunan berhadapan, tumbuh menggeletak di
atas permukaan tanah. Bunga majemuk tersusun setengah duduk dengan kuntum bunga
berjumlah antara 4 sampai 12 buah, bibir bunga (labellum) berwarna lembayung dengan
warna putih lebih dominan.Tumbuhan ini tumbuh baik pada musim penghujan. Kencur dapat
ditanam dalam pot atau di kebun yang cukup sinar matahari, tidak terlalu basah dan setengah
ternaungi (Anonim, 2007).
Bunga tanaman kencur berwarna putih dengan bibir bunga berwarna ungu dan berbau
harum. Bunga tersebut tumbuh diantara helaian daun yang letaknya diatas, berjumlah antara
4-12. Kelopak dan mahkota bunga jumlahnya tiga helai dan bakal buah tenggelam. Buah
kotak beruang tiga,berkelep tiga dan bijinya beraril. Jika dilihat dari jenis daunnya,kencur
terbagi dalam dua bagian yaitu kencur berdaun lebar dan kencur berdaun sempit. Jenis kencur
ini kultivarnya dapat ditemukan di Jawa Tengah yang dikenal diantarnya kencur boro (daun
lebar), kencur kalipare, kencur ketawang, kencur arjosari dan kencur kopral (Afriastini,2002).

Kencur (Kampferia galanga L) adalah salah satu jenis temu-temuan yang banyak
dimanfaatkan oleh rumah tangga dan industri obat maupun makanan serta minuman dan
industri rokok kretek yang memiliki prospek pasar cukup baik. Kandungan etil p-
metoksisinamat (EPMS) didalam rimpang kencur menjadi bagian yang penting didalam
industri kosmetik karena bermanfaat sebagai bahan pemutih dan juga anti eging atau penuaan
jaringan kulit (Rosita,2007).

Ekstrak minyak atsiri tumbuhan Kaempferia galangal L. mempunyai kandungan ɑ-


pinen (1,28%), kamphen (2,47%), karvon (11,31%), benzene (1,33%), eucalyptol (9,59%),
borneol (2,87%), metil sinamat (23,23%), penta dekana (6,41%) dan etil ρ-metoksi sinamat
(31,77%). (Tewtrakul et al,2005). Selain itu,konstituen lain dari rimpang adalah
sineol,borneol 3-karven,kamphene,kaempferal, sinamaldehid, asam ρ-metoksi sinamat.
(Mohanbabu et al,2010).

2.2 Senyawa Etil P-Metoksisinamat


EPMS termasuk kedalam senyawa ester yang mengandung cincin benzene dan gugus
metoksi yang bersifat nonpolar dan juga gugus karbonil yang mengikat etil yang bersifat
sedikit polar sehingga dalam ekstraksinya dapat menggunakan pelarut-pelarut yang
mempunyai variasi kepolaran yaitu etanol, etil asetat, metanol, air dan heksana. Dalam
ekstraksi suatu senyawa yang harus diperhatikan adalah kepolaran antara lain pelarut dengan
senyawa yang diekstrak, keduanya harus memiliki kepolaran yang sama atau mendekati sama.
EPMS adalah suatu ester yang mengandung cincin benzene dan gugus metoksi yang bersifat
nonpolar dan mengandung gugus karbonil yang mengikat etil yang bersifat agak polar
menyebabakan senyawa ini mampu larut dalam beberapa pelarut dengan kepolaran bervariasi
(Taufikhurohmah,2008).

2.3 Ekstrak

Ekstrak simplisia banyak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa
yang tidak dapat larut, seperti serat, karbohidrat, protein, dan lain-lain. Untuk memisahkan
senyawa aktif tersebut maka perlu dilakukan proses ekstraksi. Ekstraksi merupakan kegiatan
atau proses pemisahan bahan dari campurannya dengan menggunakan pelarut (Agoes G.,
2007). Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan penyari simplisia
menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus
mudah digerus menjadi serbuk (BPOM RI, 2010).
Ekstrak merupakan bahan yang diperoleh dari proses ekstraksi. Proses ekstraksi adalah
cara yang digunakan oleh tenaga ahli untuk memperoleh zat yang mengandung senyawa aktif
dari suatu bahan alam dengan menggunakan pelarut yang sesuai.
Ekstrak kering merupakan hasil olahan lebih lanjut dari ekstrak kental. Cara
pembuatan ekstrak kering dapat dilakukan dengan mengeringkan ekstrak kental baik
menggunakan sinar matahari, oven, spray dryer maupun frezee dryer. Untuk ekstrak yang
berasal dari temu-temuan maupun daun dapat diolah menjadi ekstrak kering dengan bantuan
spray dryer maupun frezee dryer. Untuk mempersingkat waktu pengeringan kedalam ekstrak
ditambahkan bahan pengisi baik berupa dekstrin ataupun amylum. Kemudian diaduk-aduk
lalu dikeringkan. Pengeringan dengan sinar matahari juga boleh dilakukan tetapi hasilnya
kurang higienis.

2.4 Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan menggunakan
pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai kesetimbangan antara
konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses
ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan penyaringan. Ekstrak awal sulit dipisahkan
melalui teknik pemisahan tunggal untuk mengisolasi senyawa tunggal. Oleh karena itu,
ekstrak awal perlu dipisahkan ke dalam fraksi yang memiliki polaritas dan ukuran molekul
yang sama.

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian tanaman obat,
hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat-zat aktif terdapat di dalam sel, namun
sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula ketebalannya, sehingga diperlukan metode
ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam mengekstraksinya. Tujuan ekstraksi bahan alam
adalah untuk menarik komponen kimia yang terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini
didasarkan pada prinsip perpindahan massa komponen zat ke dalam pelarut, dimana
perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam
pelarut(Harbone, 1987; Dirjen POM, 1986).
Ekstrak kental/oleoresin dapat diperoleh dengan cara mengekstrak bahan baik yang
berasal dari rimpang maupun daun. Simplisia yang telah digiling dicampur dengan pelarut
etanol 70% kemudian dikocok. Setelah dikocok didiamkan semalam kemudian esoknya dapat
disaring. Hasil saringan (filtrat) diuapkan menggunakan rotavapor sehingga dihasilkan
ekstrak kental dan selanjutnya dianalisis bahan aktifnya.. Mutu ekstrak dipengaruhi oleh
mutu simplisia dan teknik ekstraksi. Ada beberapa cara membuat ekstrak yaitu:
1. Metode maserasi. Maserasi merupakan ekstraksi bahan dengan pelarut pada suhu
kamar selama waktu tertentu dengan sesekali diaduk / digojok. Maserasi merupakan
salah satu metode ekstraksi yang dilakukan melalui perendaman serbuk bahan dalam
larutan pengekstrak. Metode ini digunakan untuk mengekstrak zat aktif yang mudah
larut dalam cairan pengekstrak, tidak mengembang dalam pengekstrak, serta tidak
mengandung benzoin. Ada beberapa variasi metode maserasi, antara lain digesti,
maserasi melalui pengadukan kontinyu, remaserasi, maserasi melingkar, dan maserasi
melingkar bertingkat. Digesti merupakan maserasi menggunakan pemanasan lemah
(40-50°C). Maserasi pengadukan kontinyu merupakan maserasi yang dilakukan
pengadukan secara terus-menerus, misalnya menggunakan shaker, sehingga dapat
mengurangi waktu hingga menjadi 6-24 jam. Remaserasi merupakan maserasi yang
dilakukan beberapa kali. Maserasi melingkar merupakan maserasi yang cairan
pengekstrak selalu bergerak dan menyebar. Maserasi melingkar bertingkat merupakan
maserasi yang bertujuan untuk mendapatkan pengekstrakan yang sempurna. (Voight,
R., 1995). Kelemahan metode maserasi adalah pengerjaannya lama dan penyarian
kurang sempurna. Secara tekhnologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode
pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan
pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyarigan maserat pertama dan
seterusnya (Depkes RI, 2000; Depkes RI, 1995).
a. Maserasi Ultrasonik
Metode ultrasonik ini adalah metode maserasi yang dimodifikasi dimana ekstraksi
difasilitasi dengan menggunakan ultrasound (pulsa frekuensi tinggi, 20 kHz).
Ekstrak ditempatkan dalam botol. Vial ditempatkan dalam penangas ultrasonik,
dan USG digunakan untuk menginduksi mekanik pada sel melalui produksi
kavitasi dalam sampel. Kerusakan seluler meningkat pelarutan metabolit dalam
ekstraksi pelarut dan meningkatkan hasil. Efisiensi ekstraksi tergantung pada
frekuensi instrumen, dan panjang dan suhu sonikasi. Ultrasonication adalah jarang
diterapkan untuk ekstraksi skala besar; itu adalah sebagian besar digunakan untuk
awal ekstraksi dari sejumlah kecil bahan. Hal ini umumnya diterapkan untuk
memfasilitasi ekstraksi metabolit intraseluler dari kultur sel tanaman.
Keuntungan metode ekstraksi dengan bantuan ultrasonik yakni:
a. Mempercepat waktu ekstraksi

b. Lebih efisien dalam penggunaan pelarut.

c. Tidak ada kemungkinan pelarut yang digunakan dalam ekstraksi menguap sampai
kering.Berbeda halnya apabila menggunakan hot plate, terutama apabila menggunakan
sedikit pelarut dalam proses peleburan atau pelarutan.

d. Aman digunakan karena prosesnya tidak mengakibatkan perubahan yang signifikan pada
struktur kimia, partikel, dan senyawa-senyawa bahan yang digunakan.

e. Meningkatkan ekstraksi lipid dan protein dari biji tanaman, seperti kedelai (misalnya
tepung kedelai atau yg dihilangkan lemak) atau bibit minyak lainnya.

Kekurangan dari metode ekstraksi dengan bantuan ultrasonic ialah:


a. Membutuhkan biaya yang tidak sedikit, karena relatif mahal.
b. Membutuhkan curing pada prosesnya.

b. Maserasi Kinetik
Maserasi kinetik yaitu maserasi termodifikasi dengan pengadukan terus menerus
menggunakan kecepatan konstan sehingga proses ekstraksi lebih efektif (Fauzana,
2010; Depkes, 2000). Gerakan pelarut dapat mempercepat proses difusi dan
membantu meningkatkan penyebaran larutan di sekitar partikel (Singh, 2008).
Maserasi termodifikasi lainnya yang sering digunakan adalah remaserasi yaitu
pengulangan penambahan pelarut secara berkala setelah dilakukan penyaringan filtrat
pertama dan seterusnya (Depkes, 2009; Depkes, 2000). Proses ini menguntungkan
terutama pada ekstrak tertentu dimana pelarut organik yang tercampur terlalu lama
dapat mengakibatkan penurunan aktifitas senyawa aktif (Houssen dan Jaspars, 2006).

2. Metode remaserasi. Remaserasi dilakukan dengan pengulangan penambahan pelarut


setelah dilakukan penyaringan maserat pertama.
3. Metode digesti. Digesti merupakan maserasi kinetik yang dilakukan pada suhu diatas
suhu kamar, biasanya pada suhu 40-50°C. Maserasi kinetic dilakukan dengan
pengadukan terus-menerus.
4. Metode infundasi. Infundasi merupakan metode ekstraksi dengan pelarut air. Pada
waktu proses infundasi berlangsung, temperature pelarut air harus mencapai suhu 90ºC
selama 15 menit.
5. Metode dekoksi. Dekoksi merupakan proses ekstraksi yang mirip dengan proses
infundasi, hanya saja infuns yang dibuat membutuhkan waktu lebih lama (≥ 30 menit)
dan suhu pelarut sama dengan titik didih air.
6. Metode perkolasi. Perkolasi adalah proses ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru
sampai sempurna. Secara umum proses perkolasi ini dilakukan pada temperature ruang.
7. Metode soxkletasi. Soxkletasi yaitu proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang
selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus soxklet sehingga terjadi
ekstraksi konstan dengan adanya pendingin balik.
Metode pembuatan ekstrak yang umum digunakan antara lain maserasi dan perkolasi.
Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan mentah obat dan
daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh
ekstrak yang sempurna (Ansel,1989).
Maserasi merupakan proses penyarian yang paling sederhana dan banyak digunakan.
Maserasi adalah proses pengestrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan disertai
beberapa kali pengadukan pada temperatur ruang. Maserasi dilakukan dengan cara merendam
bahan-bahan tumbuhan yang telah dihaluskan dalam pelarut terpilih. Bahan-bahan tumbuhan
yang dimaserasi tersebut disimpan dalam waktu tertentu dalam ruang yang gelap dan sesekali
diaduk. Metode ini memiliki keuntungan yaitu cara pengerjaannya yang lebih mudah, alat-alat
yang digunakan sederhana, dan cocok untuk bahan yang tidak tahan pemanasan. Di sisi lain,
metode ini memiliki kelemahan yaitu dibutuhkan pelarut yang cukup banyak (Departemen
Kesehatan RI,1986).
Perkolasi merupakan proses penyarian serbuk simplisia dengan pelarut yang cocok
dengan melewatkan secara perlahan-lahan melewati suatu kolom. Serbuk simplisia
dimasukkan ke dalam percolator, dengan cara mengalirkan cairan melalui celah untuk keluar
ditarik oleh gaya berat seberat cairan dalam kolom. Pembaharuan bahan pelarut secara terus
menerus, sehingga memungkinkan berlangsungnya maserasi bertingkat (Ansel, 1989).
BAB III
PROSEDUR KERJA

3.1 Kerangka Operasional


Ditimbang 400 g simplisia rimpang kencur

Ditambahkan 1000 ml etanol 96 % ,aduk sampai terbasahi

hasil no.2 di atas ditambah 600 ml etanol 96% aduk ad homogen , diamkan 24 jam

hasil no.2 di saring ,tampung filtrat dan maserasi kembali dengan 1200 ml etanol selama 24
jam

Disaring hasil no.3, tampung filtrat lakukan kembali maserasi 1200ml etanol selama 24 jam.

Disaring kembali no.4 kumpulkan filtrat menjadi satu.

Kalibrasi labu rotavapor, beri tanda 400 ml.

Filtrat yang terkumpul di pekatkan dengan rotavapor, ratakan ekstrak pada loyang.

Ditambahkan cab-o-sil sebanyak 5% dari ekstrak 20%, taburkan sedikit demi sedikit ,diamkan
selama semalam (ad kering).

Homogenkan dan siman dalam wadah tertutup (botol selai), beri label identitas
3.2 Prosedur Operasional
1. Ditimbang 400g serbuk rimpang kencur, dimasukkan dalam bejana maserasi.
2. Ditambahakan 1000ml etanol 96 %, aduk sampai serbuk terbasahi.
3. Hasil no. 2 ditambahkan 600ml etanol 96%, aduk sampai homogen, tutu bagian
mulut bejana dengan alumunium, dan diamkan selama 24jam.
4. Hasil maserasi no. 2 disaring. Tampung filtrat dan lakukan kebali maserasi
dengan 1200ml etaol 96% pada residu selama 24 jam.
5. Disaring hasil maserasi no. 3. Tampung filtrat dan lakukan kembali maserasi
dengan 1200ml etanol pada residu selama 24 jam.
6. Disaring kembali maserasi no.4. kumpulkan semua filtrat menjadi satu.
7. Kaliberasi labu pada rotavapor ( berisi ekstrak ), berikan tanda pada volume
400ml.
8. Filtrat yang terkumpul dilakukan pemekatan dengan rotavapor yaitu peguapan
dengan penurunan tekanan higga volume tersisa ±400ml ( tanda kaliberasi ) dan
pindahkan hasilnya kedalam loyang. Ratakan ekstrak pada loyang.
9. Ditambahkan cab-o-sil sebanyak 5% dari ekstrak (20g) dengan ditaburkan sedikit
demi sedikit secara merata. Ekmudian diamkan selama semalam ( samapai kering
).
10. Homogenkan dan simpan pada wadah tertutup ( botol selai )
11. Berikan label identitas pada wadah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Bagaimana Cara Membuat Ekstrak ‘‘Obat Herbal Nusantara’’ diakses 24
September 2015.
Anonim. TEKNOLOGI PENGOLAHAN TANAMAN OBAT ‘‘aku dan tanamanku’’ diakses
24 September 2015.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia, edisi III. Jakarta. Departemen Kesehatan RI.
Halaman. 9, 755, 902
Ditjen POM. (1986). Sediaun Galenik. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. Halaman. 10-11.
Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan Pertama.
Jakarta. Departeman Kesehatan RI. Halaman. 10-12.
Wikipedia. Kencur/ Wikipedia/ bahasa Indonesia. ensiklopedia bebas diakses 24 September
2015

Anda mungkin juga menyukai