Analisis Teknikal

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah mata kuliah “Manajemen Investasi dan Pasar Modal”.
Shalawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW
yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan sunnah untuk
keselamatan umat didunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Manajemen Investasi
dan Pasar Modal diprogram studi S1 akuntansi Fakultas Ekonomi pada
Universitas Negeri Gorontalo. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Bapak Amir Lukum S.Pd,. MSA selaku dosen
pengampuh mata kuliah Manajemen Investasi dan Pasar Modal.

Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan


makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Gorontalo, Maret 2019

Penulis
Daftar Isi

Halaman Sampul...............................................................................................
Kata Pengantar..................................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................
BAB I Pendahuluan..........................................................................................
1.1......................................................................................................... Latar
Belakang.........................................................................................
1.2......................................................................................................... Rum
usan Masalah..................................................................................
1.3......................................................................................................... Tuju
an Masalah......................................................................................
BAB II Pembahasan.........................................................................................
2.1........................................................................................................Peng
ertian Analisis Teknikal..................................................................
2.2........................................................................................................Kera
ngka Analisis Teknikal...................................................................
2.3........................................................................................................Indik
ator-Indikator Teknis......................................................................
2.4........................................................................................................Peng
gunaan Grafik atau Chart...............................................................
2.5........................................................................................................Peng
ujian Analisis..................................................................................
2.6........................................................................................................Strate
gi Investasi.....................................................................................
2.7........................................................................................................Strate
gi Investasi Pasif............................................................................
2.8........................................................................................................Strate
gi Investasi Aktif............................................................................
BAB III Penutup...............................................................................................
3.1.........................................................................................................Kesi
mpulan............................................................................................
3.2.........................................................................................................Saran
Daftar Pustaka...................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Analisis ini merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham (kondisi
pasar) dengan megamati perubahan harga saham tersebut (kondisi pasar) di
waktu yang lalu. Berlainan dengan pendekatan fundamental, analisis teknikal
tidak memperhatikan faktor-faktor fundamental (seperti kbijaksanaan
pemerintah, pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penjualan perusahaan.
Pertumbuhan laba, perkembangan tingkat bunga, dan sebagainya), yang
mungkin mempengaruhi harga saham (kondisi pasar).
Pemikiran yang mendasari analisis tersebut adalah (i) bahwa harga saham
mencerminkan informasi yang relevan , (ii) bahwa informasi tersebut
ditunjukan oleh perubahan harga di waktu yang lalu , dan (iii) karenanya
perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu, dan pola tersebut akan
berulang. Kalau kita perhatikan asumsi-asumsi tersebut maka nampak
“penyempitan” arti informasi yang relevan (yaitu asumsi [ii]), dan
ketidakpercayaan bahwa gerakan harga saham mengikuti pola random walk
(telah dijelaskan pada efesiensi pasar modal).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan analisis Teknikal?
2. Bagaimana Kerangka Analisis Teknikal?
3. Apa saja indicator-indikator teknis?
4. Bagaimana pengguna grafik atau chart?
5. Bagaimana Pengujian Analisis?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa itu analisis teknikal!
2. Untuk mengetahui apa saja kerangka analisis teknikal!
3. Untuk Mengetahui apa saja idikator-indikator teknis!
4. Untuk megetahui pengguna grafik atau Chart!
5. Untuk mengetahui pengujian analisis

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Analisis Teknikal
Analisis teknis atau lebih dikenal dengan istilah analisis teknikal adalah
suatu teknik analisis yang dikenal dalam dunia keuangan yang digunakan
untuk memprediksi trend suatu harga saham dengan cara mempelajari data
pasar yang lampau, terutama pergerakan harga dan volumePada awalnya
analisis teknikal hanya memperhitungkan pergerakan harga pasar atau
instrumen yang bersangkutan, dengan asumsi bahwa harga mencerminkan
seluruh faktor yang relevan sebelum seorang investor menyadarinya melalui
berbagai cara lain. Analisis teknikal dapat menggunakan berbagai model dan
dasar misalnya, untuk pergerakan harga digunakan metode seperti misalnya
Indeks Kekuatan Relatif, Indeks pergerakan rata-rata, regresi, korelasi antar
pasar dan intra pasar, siklus ataupun dengan cara klasik yaitu menganalisis
pola grafik.
Analisis teknikal dikenal secara luas di antara para pedagang saham (atau
dikenal dengan sebutan "trader") dan para profesional dibidang keuangan,
namun dalam dunia akademis dianggap sebagai pseudosainsor "voodoo
finance;" it receives little or no direct support from academic sources and is
considered akin to "astrology".
Akademisi seperti Eugene Fama mengatakan bahwa pembuktian analisis
teknikal ini sangat tipis dan inkonsisten yang merupakan " bentuk kekurangan
" dari tehnik yang diterima secara umum yaitu Hipotesis pasar efisien.
Ekonom bernama Burton Malkiel berargumen bahwa "Analisis teknikal
merupakan sesuatu yang diharamkan (anathema) dalam dunia akademis" dan
selanjutnya ia mengatakan pula bahwa " dalam bentuknya yang merupakan
hipotesis efisien pasar yang lemah maka engka tidak akan dapat memprediksi
harga saham kedepannya berdasarkan harga yang lampau".

Dalam pasar valuta asing, analisis teknis ini lebih banyak digunakan para
praktisi dibandingkan penggunaan analisis fundamental .[8][9] Beberapa studi
internal mengindikasikan bahwa aturan perdagangan tehnikal ini dapat
menghasilkan imbal hasil yang konsisten pada periode hingga tahun 1987,
kebanyakan penelitian akademis menitik beratkan pada sifat alamiah dari
posisi anomali dari pasar mata uangTerdapat spekulasi bahwa anomali ini
terjadi sebagai akibat dari adanya intervensi bank sentral.

2.2 Kerangka Analisis Teknikal


Analisis teknikal dapat dilakukan untuk saham-saham individual ataupun
untuk kondisi pasar secara keseluruhan. Analisis teknikal meggunakan grafik
(charts) maupun berbagai idikator teknis. Informasi tentang harga dan volume
perdagangan berkaitan dengan peningkatan (penurunan) volume perdagangan.
Apabila harga naik, tetapi tidak diikuti dengan peningkatan volume
perdagangan, para analisis teknikal umumnya skeptic dengan trend kenaikan
harga tersebut. Gerakan penurunan harga dari pola tertentu, diikuti dengan
peningkatan volume penjualan sangat tinggi umumnya di tafsirkan kondisi
pasar akan bearish (pasar akan mengalami penurunan harga). Gambar 2.2
menunjukan pendekatan analisis teknikal.

Analisis Teknikal
Mecoba untuk

Mengidentifikasi
Kapan gerakan

Kondisi pasar dan/atau suatu saham

Dengan
Menganalisis
Peruhan
Harga
Lewat

Indikator Grafik
Teknis

Gambar 2.2 kerangka pendekatan analisis Teknikal

Analisis teknikal pada dasarnya merupakan upaya untuk menentukan kapan akan
membeli (masuk ke pasar) atau menjual saham (keluar dari pasar)., dengan
memanfaatkan indikator-indikator teknis ataupun menggunakan analisis grafis.
Untuk itu berikut ini dijelaskan beberapa indikator teknis yag mugkin
dipergunakan, dan penggunaan analisis grafis.

2.3 Indikator-indikator Teknis


Beberapa indikator teknis yang sering dipergunakan adalah Moving
average,new highs and lows, volume perdagangan, dan short-interest ratio.
Penjelasan satu demi satu indikator-indikator tersebut adalah sebagai berikut.

1. Moving average
Teknik ini cukup banyak dipergunakan baik untuk saham-saham individual
maupun untuk kondisi pasar secara keseluruhan. Moving average dihitung
berdasarkan atas sejumlah hari tertentu. Di AS jumlah hari yang sering
dipergunakan untuk menghitung moving average adalah 200 hari moving
average. Seri movig average tersebut kemudian digambarkan dalam grafik
yang sama dengan gambar perkembangan harga saham aslinya. Moving
average dihitung dengan cara sebagai berikut.

Tabel 2.3. Moving average dengan basis 5 pengamatan

Hari ke Harga saham Moving average


(basis 5 pengamatan)
01 4.000
02 4.200 -
03 4.100 4.080
04 3.900 4.180
05 4.200 4.200
06 4.500 4.260
07 4.300 4.280
08 4.400 4.280
09 4.000 -
10 4.200

Misalkan kita mengamati gerakan saham harian sebagaimana dicantumkan


pada table 2.3, dan ingin menghitung moving average dengan basis 5
pengamatan. Moving average pada hari ke-3 diperoleh angka Rp4.080
yang berasal dari (4.000 + 4.200 + 4.100 + 3.900 + 4.200)/5 = 4.080.
Demikian seterusnya. Apabila perkembanga harga “asli” dan harga yang
dihitung moving average-nya (perhitungan moving average tidak harus
menggunakan basis yang berbeda), digambarkan dalam satu grafik yang
sumbu tegaknya adalah harga dan sumbu datarnya waktu (hari), maka kita
mugkin memperoleh gambar sebagai berikut :

46
45
44

43
42

41 Harga Saham
Column1
40
39

38
37

36
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pedoman yang dipergunakan adalah bahwa apabila harga saham “asli”


berbeda dibawah harga moving average, harga tersebut kemudian naik
memotong harga moving average dengan volume perdagangan yang cukup
tinggi, maka saham tersebut merupakan kandidat untuk dibeli. Sebaliknya
apabila harga-harga saham diatas moving average, dan harga saham
tersebut turun memotong moving average, analisis sebenarna melakukan
timming kapan suatu saham sebaliknya dibeli dan kapan sebaliknya dijual.

Modifikasi pedoman beli dan jual untuk analisis moving average dapat
dilakukan sebagai berikut. Suatu saham sebaiknya dijual apabila,
1. Harga saham aslinya berada dibawah garis moving average, harga
saham tersebut mendekati garis moving average tetapi kemudian tidak
memotong garis tersebut, bahkan kemudian menjauhi.
2. Mengikuti suatu kenaikan, garis moving average kemudian mendatar
atau menurun, dan harga saham aslinya memotong garis tersebut dari
atas.
3. Harga saham naik diatas garis moving average sedangkan garis
tersebut tetap turun.
2. New highs and lows
Suatu bursa mungkin melaporkan saham-saham yang mencapai harga
tertinggi (atau terendah) selama 52 minggu terakhir. Para analis teknikal
menyimpulkan bahwa pasar akan bullish (artinya harga-harga akan naik).
Apabila sejumlah besar saham mencapai harga tertinggi selama 52 minggu
terakhir. Sebaliknya, para analis teknikal akan khawatir kalau indeks pasar
menigkat tetapi tidak banyak saham yang mencapai harga tertinggi selama
beberapa minggu terakhir.
3. Volume Perdagangan
Volume perdagangan merupakn bagian yang diterima dalam analisis
teknikal. Kegiatan perdagangan dalam volume yang sangat tinggi di suatu
bursa akan ditafsirkan sebgai tanda pasar akan membaik (bullish).
Peningkatan volume perdagangan dibaregi dengan peningkatan harga
merupakan gejala yang makin kuat akan kondisi yang bullish.
4. Short-interest ratio
Short interest untuk suatu saham yang menunjukan jumlah saham yang
dilakukan short selling tetapi belum dilakukan pembelian kembali. Short
interest ratio didefinisikan sebagai,
jumlah saham yang di−short selling
Short interest ratio =
Rata−rata volume perdaganganharian
Rasio ini menunjukkan berapa hari perdagangan yang diperlukan agar
short selling tersebut dapat diselesaikan. Apabila rasio tersebut sama
dengan 2,0 hal tersebut berarti diperlukan dua hari kerja untuk
“menyelesaikan” jumlah short selling tersebut.

Pemodal melakukan short selling dengan harapan bhawa harga saham


akan turun dimasa yang akan datang. Dengan demikian, nampaknya rasio
short interest yang besar menunjukkan pengharapan yang cukup besar
bahwa harga akan turun. Meskipu demikian para analis teknikal justru
menafsirkan hal ini secara berlawanan. Rasio short interest yang tinggi
justru ditafsirkan kondisi akan bullish karena berarti akan banyak pemodal
yang terpaksa melakukan pembelian untuk menutup short selling-nya.
Karena itu, semakin besar rasio short interest akan ditafsirkan makin besar
potential demand.

2.4 Penggunaan Grafik atau Chart


Selain indikator-indikator teknis, grafik atau chart merupakan alat analisis
lain. Karena itu para penganut analis ini sering juga disebut sebagai chartist.
Chart yang dipergunakan mungkin berbentuk bar chart ataupun line chart.
Dengan bar chart diperlukan informasi tentang harga tertinggi, harga
terendah, dan harga penutupan untuk digambarkan dalam chart tersebut.
Sedangkan line chart hanya memerlukan harga penutupan untuk digambarkan
dalam chart tersebut.
1. Pola-pola Chart
Penggunaan chart dimaksudkan untuk mengenali pola-pola (patterns) dari
gerakan harga saham (atau indeks pasar) yang diamati. Para analis teknikal
umumnya berpendapat bahwa beberapa pola tertentu mungkin dapat
diidentifikasi. Pola-pola tersebut diantaranya adalah key reversals, head
and shoulders, triple tops, ascending and descending triangles.
a. Key reversals
Pada gambar 2.4. (a) menunjukkan pola key reversals top, sedangkan
bagian (b) menunjukkan key reversals bottom. Key reversals terjadi pada
suatu periode (biasanya harian) kegiatan perdagangan. Key reversals top
menujukkan gerakan harga yang secara cepat naik, tapi pada akhir
periode kembali lagi ke posisi awal periode. Hal yang sebaliknya terjadi
untuk key reversals bottom. Apabila pola semacam ini diidentifikasi,
maka aksi yang harus dilakukan adalah segera menjual saham sewaktu
mencapai puncak, dan membeli saham sewaktu mencapai dasar.

Gambar (a) Gambar (b)

b. Head and shoulders


Pola “kepala dan bahu” (head and shoulders) ditunjukkan pada gambar
dibawah ini. (a). seorang analis yag percaya bahwa suatu saham berada
pada titik A, akan memutuskan untuk membeli saham tersebut,
menahannya untuk jangka pendek untuk memperoleh capital gains.
Sebaliknya kalau seorang analis percaya bahwa suatu saham telah berada
pada titik b, ia akan menjualnya (atau melakukan short selling) karena
diperkirakan harga akan turun.

Triple Tops Head And Shoulders


c. Triple tops
Analis yang percaya bahwa gerakan harga saham akan mengikuti pola
triple tops berpendapat, bahwa setelah melalui tiga puncak harga, maka
saham tersebut akan jatuh harganya. Keadaan ini menunjukkan pada
gambar dibawah ini. (b) jadi apabila seorang analis “menemukan” bahwa
suatu saham telah menempuh tiga kali harga tinggi (ditunjukkan oleh titik
C), maka saham tersebut harus dijual (atau short selling).
d. Ascending and descending triangels
Pola ini mejukkan pada gambar dibawah ini (a) (b). untuk Ascending
triangels (segitiga yang meningkat) terjadi gerakan harga antara garis
batas atas horizontal dengan garis batas bawah yag mempunyai slope
meningkat. Pola ini terjadi apabila permintaan yang meningkat tetapi
masih dapat dipenuhi. Apabila permintaan tersebut mulai tidak dapat
terpenuhi, harga akan meningkat terus , “keluar” dari pola tersebut.

Untuk descending triangels (segitiga yag menurun), gerakan harga saham


mengikuti pola yang berkebalikan denga ascending triangels. Pola ini
terjadi pada saat terjadi peambahan suplly saham, tetapi dapat diimbangi
dengan permintaan. Hanya saja sampai pada titik tertentu penambahan
supply tersebut tidak dapat lagi terserap, sehingga harga akan jatuh,
“keluar” dar pola tersebut.

Pola ini memberikan sinyal yang bagus untuk melakuka transaksi, pola
ascending triangels menunjukkan kemungkinan pasar akan bullish
(kesempatan beli), sedangkan ascending triangels menunjukkan
kemungkinan pasar akan bearish (kesempatan menjual).

Relative Strength

Relative Strength suatu saham menunjukkan rasio harga saham tersebut


dengan indeks pasar, atau indeks industry. Contoh perhitungan relative strength
untuk saham Indosat selama 40 hari setelah mulai diperdagangkan di BEJ
disajikan pada table 15.2 berikut ini. Hari ke-1 menunjukan hari pertama saham
tersebut mulai diperdagangkan di bursa. Pada hari ke-1 tersebut harga saham dan
indeks pasar (yang diwakili oleh IHSG) dipergunakan sebagai basis (=100),
sehingga relative strength-nya = 100,00. Hari ke-2, relative strength-nya sebesar
105,64 menunjukkan bahwa harga saham Indosat meingkat lebih besar dari
peningkatan IHSG. Relative strength di atas 100 menunjukkan bahwa saham
tersebut outperform (mengalahkan) indeks pasar.

Ilustrasi 15.1

Berikut ini disajikan perhitungan relative strength saham Indosat.

Table 15.2, Perhitungan relative strength saham indosat

Hari ke Indosat IHSG Relative


Strength
1 8.475 518.971 100,00
2 8.950 518.761 105,64
3 8.650 514.972 102,85
4 8.350 512.478 99,77
5 8.300 514.533 98,77
6 8.450 516.322 100,21
7 8.625 517.851 101,99
8 8.525 516.407 101,08
9 8.650 523.494 101,18
10 8.550 524.651 99,79
11 8.500 524.095 99,31
12 8.375 522.839 98,08
13 8.350 520.595 98,21
14 8,325 517.789 98,45
15 8.325 515.803 98,83
16 8.375 515.123 99,55
17 8.375 513.911 99,79
18 8.400 513.379 100,19
19 8.500 514.138 101,23
20 8.400 512.457 100,37
21 8.350 509.836 100,29
22 8.325 506.657 100,61
23 8.150 498.662 100,08
24 7.825 482.007 99,41
25 8.100 488.496 101,53
26 8.050 487.573 101,10
27 8.075 486.844 101,56
28 8.175 485.419 103,12
29 8.200 482.632 104,04
30 8.350 482.129 106,05
31 8.200 471.050 106,59
32 8.200 470.585 106,70
33 8.125 466.393 106,67
34 8.000 462.333 105,95
35 7.950 461.201 105,55
36 7.600 454.084 102,48
37 7.225 447.759 98,80
38 7.425 447.040 101,70
39 7.675 453.370 103,66
40 7.950 458.933 106,07
Angka relative strength apabila digambarkan, bersama dengan perkembangan
harga Indosat, Nampak sebagai berikut.

Relative strength untuk periode yang cukup lama mungkin dipergunakan untuk
maksud-maksud peramalan. Karena dalam analisis teknikal, trends
(kecenderungan) diharapkan akan terjadi untuk beberapa waktu, maka penigkatan
rasio antara harga suatu saham dengan indeks pasar ditafsirkan sebagai relative
strength. Hal tersebut mengidentifikasi bahwa saham tersebut out-perform
(mengalahkan) pasar, dan diharapkan situasi akan berlangsung untuk beberapa
lama. Hal yang sebaliknya apabila peningkatan harga saham lebih rendah dari
peningkatan indeks. Dalam situasi ini dikatakan bahwa saham tersebut
underperform pasar.

Teknik analisis lain yang juga menggunakan istilah relative strength, adalah
relative strength index. Penghitungan sama sekali lain, demikian pula
penerapannya. Teknik ini pertama kali dikemukakan pada tahun 1978 oleh J.
Welles Wilder, Jr. dalam bukunya New Concepts In Technical Trading System
(P.O. Box 128, McLeansville, NC 27301). Relative Stregth Index (RSI) dihitung
dengan formula sebagai berikut.

RSI = 100 – [100/(1+RS)]

Dalam hal ini ;

Rata−ratakenaikan harga selama N hari


RS =
Rata−rata penurunan harga selama N hari

N = Jumlah hari (periode) yang digunakan dalam perhitungan.

2.5 Pengujian Analisis


Dalam menguji akurasi analisis teknikal tersebut ada beberapa hal yang
perlu di perhatikan.
1. Risiko. Dalam pembahasan di depan, telah dijelaskan bahwa risiko
saham bisa berbeda satu sama lain. Dengan demikian suatu strategi
investasi yang menanggung risiko lebih tinggi mungkin memang akan
menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi. Apabila dengan
menerapkan teknik analisis teknikal tertentu ternyata memang dapat
menghasilkan return yang lebih tinggi, apakah hal tersebut bukan
disebabkan karena risiko yang lebih tinggi?
2. Biaya Transaksi. Dengan teknik analisis teknikal tertentu, mungkin
saja mengakibatkan biaya transaksi sangat tinggi karena menyangkut
keputusan beli-jual yang berkali-kali. Biaya transaksii tersebut dapat
meniadakan keuntungan yang diperoleh karena analisis teknikal yang
digunakan.
3. Konsistenasi. Apakah hasil analisis akan konsisten untuk periode yang
cukup lama, misalkan 5 atau 10 tahun?
4. Validitas diluar sampel yang dipergunakan. Apakah teknik analisis
terbukti benar pula untuk saham-saham diluar sampel yang
dipergunakan untuk merumuskan suatu teknik analisis?

Terlepas dari sejauh mana kita percaya akan pemikiran yang melandasi analisis
teknikal tersebut, nampaknya jenis analisis ini masih banyak dipergunakan di
bursa. Dikalangan akademis (dan juga banyak para praktisi) sikap skeptic
terhadap teknik-teknik analisis tersebut umumnya dijumpai. Pertanyaan yang
diajukan oleh kalangan akademis sebenarnya sederhana. Kalau benar gerakan
harga saham mempunyai pola tertentu dan akan berulang, bukankah pola tersebut
akan dapat diprediksi? Bukankah informasinya hanyalah perubahan harga di
waktu yang lalu, yang dapat diperoleh oleh semua pemodal? Dengan demikian,
para pemodal akan bereaksi sesuai dengan prediksi tersebut, sehingga akhirnya
pola tersebut akan hilang, sehingga menjadi tidak berpola lagi.

2.6 Strategi Investasi


Dalam melakukan analisis, pemodal mungkin menggunakan strategi
pemilihan saham yang termasuk growth stocks atau value stocks. Growth
stocks adalah saham-saham yang diharapkan memberikan pertumbuhan laba
yang lebih tinggi dari rata-rata saham-saham lain, dan karenanya mempunyai
PER yang tinggi. Pada tahun 1997, saham-saham seperti Indofood dan
Gudang Garam mungki merupakan contoh growth stocks, Karena saham-
saham tersebut mempunyai PER yang lebih tinggi dari rata-rata perusahaan
makanan & minuman, serta perusahaan tembakau.
Value stocks, sebaliknya, menunjukan saham-saham perusahaan yang
menunjukkan asset yang Nampak murah, dan neraca yang kuat. Sebagai misal,
suatu mempunyai harga pasar sebesar Rp8.000 per lembar, sedangkan nilai
buku modal sediri per lembar saham adalah Rp7.000, dengan saldo kas di
neracayang cukup besar, ekuivalen dengan, misalnya, Rp3.000 per lembar
saham. Dengan demikian, seandainya kas tersebut dibagikan, maka para
pemegang saham akan menerima Rp3.000 per lembar, sehingga nilai investasi
mereka akan tinggal Rp5.000 (yaitu Rp8.000 dikurangi Rp3.000). Dengan
demikian maka para pemodal bisa memiliki ekuitas sebesar Rp7.000 (nilai
buku) hanya dengan membayar Rp5.000. Mereka yang memilih value stocks
berarti akan memilih saham-saham dengan price to book value (PBV) yang
rendah, yaitu lebih kecil dari satu.
Apakah memilih growth stocks lebih baik daripada memilih value stocks?
Ataukah justu sebaliknya? Apabila growth stocks diwakili oleh saham-saham
dengan PER yang tinggi, maka penelitian di BEJ menunjukkan bahwa selama
tahun 1992-1994, saham-saham dengan PER yang tinggi memang
memberikan hasil investasi yang lebih baik dari saham-saham dengan PER
rendah, tetapi perbedaan tersebut tidak signifikan (Vandry, 1997). Sedangkan
Roll (1994) menemukan bahwa semenjak deregulasi pasar modal di Indonesia
sampai dengan 1993, saham-saham dengan PBV rendah nampaknya
memberikan kinerja yag lebih baik.
Apabila dikaitkan dengan konsep pasar modal yang efesien, strategi
investasi pada saham bisa dibagi menjadi dua, yaitu strategi investasi pasif dan
strateggi investasi aktif. Strategi mana yang akan dipilih, disamping
dpengaruhi oleh sejauh mana pemodal percaya akan konsep pasar modal yang
efisien, juga dipengaruhi oleh pengalaman pemodal, waktu investasi, dan sifat
pemodal.

2.7 Strategi Investasi Pasif


Apabila pasar modal sepenuhnya efisien, maka pilihan yang palilng masuk
akal adalah melakukan strategi investasi pasif. Strategi investasi pasif
mendasarkan diri pada asumsi bahwa (a) pasar modal tidak melakukan
mispricing, dan (b) meskipun terjadi mispricing, para pemodal berpendapat
mereka tidak bisa mengidentifikasi da memanfaatkanya. Dengan kata lain,
peganut strategi ini tidak bermaksud untuk mengalahkan (outperform) pasar.
Mereka yang mengadopsi strategi pasif bertujuan untuk menyusun portofolio
yang sesuai dengan preferensi risiko, atau pola arus kas yang mereka ingikan.
Sebagai misal, kalau pemodal tidak ingin menanggung risiko yang tinggi,
mereka akan membentuk portofolio yang terdiri dari saham-saham yang
mempunyai beta rendah. Mereka yang ingin memperoleh arus kas tertentu,
mungkin memilih saham-saham yang membagikan dividen secara teratur.
Mereka yang mempunyai tariff pajak yang tinggi, akan cenderung membentuk
portofolio yang tidak membagikan dividen yang terlalu tinggi. Dengan strategi
pasif maka biaya transaksi akan diminimumkan. Para pemodal dapat
menganut strategi buy and hold, atau melakukan investasi pada portofolio yag
disusun sesuai dengan suatu index pasar.

2.8 Strategi Investasi Aktif


Strategi ini mendasarkan diri pada asumsi bahwa (a) pasar modal
melakukan kesalahan dalam penentuan harga (mispriced), dan (b) para
pemodal berpendapat bisa mengidentifikasikan mispriced ini dan
memanfaatkannya (apakah memang kedua asumsi tersebut benar, masih
merupakan masalah yang perlu diteliti).
Mereka yang menganut strategi aktif pada dasarnya tidak percaya
sepenuhnya pada konsep pasar modal yang efisien, dan yang menganut
strategi investasi pasif berpendapat bahwa pasar modal efisien. Meskipun
demikian tidak berarti pemodal aka menganut active atau passive style secara
mutually exclusive. Mereka mungkin menginvestasikan sebagian dana mereka
dengan menganut active style dan sisanya mendasarkan diri pada passive
style.
Mereka yang menggunakan active investment style mungkin menggunakan
technical analysis, fundamental analysis,maupun market timing. Kedua tipe
analisi pertama telah dibicarakan, sedangkan market timing pada dasarnya
menentukan kapan seharusnya pemodal membeli atau menjual (atau melakukan
short selling). Dengan demikian analisis ini merupakan variasi dari analisis teknikal.
Sebagian besar pemodal namaknya masih memilih untuk melakuka strategi aktif
meskipun telah terdapat berbagai bukti ang mendukung hipotesa pasar yang efisien,
dan kinerja dari berbagai pemodal institusional yang menganut strategi pasif, yag
ternyata juga memberikan inerja yang cukup baik. Alasan mengapa mereka tetap
melakukannya adalah keinginan untuk memperoleh imbalan yang sangat besar dari
strategi yang mereka lakukan.
Salah satu bentuk strategi aktif yang sering dilakukan adalah pemilihan sekuritas.
Strategi ini dilakukan terhadap saham-saham yang diperkirakan akan memberikan
abnormal return positif, dan biasanya dilakukan dengan analisis fundamental,
meskipun kadang-kadang aalisis teknikal juga digunakan (atau kombinasinya).
Upaya untuk melakukan pemilihan saham nampaknya memang mempunyai
justififikasi, karena suatu stdi dari McEnally ad Todd menunjukkan bahwa pemodal
yang berhasil memilih saham-saham yang termasuk 25% peghasil returns tertinggi,
dan konsisten mempertahankan pilihannya, akan berhasil menghindari tahun-tahun
kerugian. Sebaliknya, apabila seorang pemodal memilih saham-saham yang
termasuk 25% terburuk, dan tidak merubahnya, akan berada dalam posisi
memperoleh kerugian yang cukup berarti terutama pad tahun-tahun buruk.
Dalam pemilihan saham tersebut, nampaknya peran para analis saham yang
cukup berarti. Kemampuan analisis, waktu yang dicurahkan, dan informasi yang
dimiliki para analis sekuritas tersebut nampaknya merupakan “keunggulan” apabila
dibandingkan dengan analisis yang dilakuka oleh pemodal individual. Umumnya
saran yang diberikan oleh analis sekuritas menyangkut “buy” , “sell” , atau ”hold”.
Selain melakukan pemilihan sekuritas, salah satu bentuk lain dari strategi aktif
adalah penggantian sektor (sector rotation). Dengan cara ini pemodal merubah
komposisi portofolionya, dari memusatkan pada suatu sektor menjadi pemusatan ke
sektor lain, atau lebih merata, dan berbagai variasi lainnya. Pemodal juga mungkin
menggeser portofolionya dari value stocks ke growth stocks , atau ke cyclical stocks,
atau sebaliknya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Analisis Teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga
saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham
tersebut (kondisi pasar) di waktu yang lalu. Pemikiran yang mendasari
analisis tersebut adalah (i) bahwa harga saham mencerminkan
informasi yang relevan, (ii) bahwa informasi tersebut ditunjukkan oleh
perubahan harga di waktu yang lalu, dan (iii) karenanya perubahan
harga saham akan mempunyai pola tertentu, dan pola tersebut akan
berulang.
Analisis Teknikal pada dasarnya merupakan upaya untuk
menentukan kapan akan membeli (masuk ke pasar) atau menjual
saham (keluar dari pasar), dengan memanfaatkan indikator – indikator
teknis ataupun menggunakan analisis grafis. Beberapa indicator teknis
yang sering dipergunakan adalah moving average, new highs and lows,
volume perdagangan, dan short interest ratio. Pengguna charts
diharapkan dapat mengidentifikasi berbagai pola, seperti key reversals,
head and shoulders, triple tops, ascending and descending triangels
dan sebagainya.
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai