Apus Vagina PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 50

STRUKTUR SEL-SEL EPITEL PADA ULAS VAGINA FASE

PROESTRUS DAN FASE ESTRUS SERTA LAMA WAKTU


ESTRUS MENCIT (Mus musculus L.) SETELAH
PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA
(Carica papaya L.)

(Skripsi)

Oleh
Fanisha Restu Dikjayati

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK

STRUKTUR SEL-SEL EPITEL PADA ULAS VAGINA FASE


PROESTRUS DAN FASE ESTRUS SERTA LAMA WAKTU ESTRUS
MENCIT (Mus musculus L.) SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI
PEPAYA (Carica papaya L.)

Oleh

Fanisha Restu Dikjayati

Untuk mencegah kehamilan dan ledakan penduduk yang tak terkendali maka
masyarakat Indonesia baik wanita maupun pria menggunakan alat kontrasepsi.
Namun penggunaan kontrasepsi ternyata memiliki efek negatif bagi pemakainya.
Sehingga perlu adanya penelitian tentang bahan-bahan alami yang dapat
digunakan sebagai bahan antifertilitas. Biji pepaya mengandung senyawa bersifat
antifertilitas berupa senyawa alkaloid, flavonoid dan minyak atsiri yang
berpotensi sebagai bahan antifertilitas alami. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.) terhadap
struktur sel epitel dan lama waktu estrus mencit fase proestrus dan fase estrus.
Penelitian eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap ini menggunakan 20
ekor mencit betina yang dibagi ke dalam empat kelompok perlakuan dengan lima
kali ulangan. Selama 14 hari ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.) diberikan
dengan dosis masing-masing 0, 2, 4, 8 mg/ekor/hari dengan volume 0,4 ml secara
oral. Sebelum pencekokan dilakukan, mencit diaklimatisasi terlebih dahulu
selama satu minggu. Pengambilan data dilakukan sebelum pemberian perlakuan
dan setelah selesai perlakuan. Adapun parameter yang diamati adalah perubahan
komposisi dan struktur sel epitel vagina serta lama waktu estrus fase proestrus
dan fase estrus. Berdasarkan hasil penelitian, tidak ada pengaruh antara kontrol
dan perlakuan terhadap komposisi dan struktur sel epitel. Namun, ekstrak biji
pepaya dapat memperlama waktu estrus fase proestrus dan fase estrus. Pada fase
proestrus, antara kontrol dengan semua kelompok perlakuan menunjukkan beda
nyata, sedangkan antara kelompok perlakuan 2 mg/40 gr BB dan 4 mg/40 mg BB
mg tidak berbeda nyata. Pada fase estrus, semakin tinggi dosis ekstrak biji
pepaya, maka lama waktu fase estrus semakin panjang.

Kata kunci : Antifertilitas, Carica papaya L, estrus, proestrus


STRUKTUR SEL-SEL EPITEL PADA ULAS VAGINA FASE
PROESTRUS DAN FASE ESTRUS SERTA LAMA WAKTU
ESTRUS MENCIT (Mus musculus L.) SETELAH
PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA
(Carica papaya L.)

Oleh

Fanisha Restu Dikjayati

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar


SARJANA SAINS

pada

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Jurusan Biologi

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandarlampung, Provinsi Lampung pada tanggal 15 Oktober

1996, yang merupakan anak bungsu dari lima saudara, dari Bapak Fatchur

Rochman dan Ibu Sri Hartiningsih (ALM)

Penulis mulai menempuh pendidikan pertamanya di TK Taruna Jaya pada tahun

2000. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 2

Merapi Bandarlampung pada tahun 2002. Setelah 6 tahun di Sekolah Dasar,

penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 29

Bandarlampung pada tahun 2008. Pada tahun 2011, penulis melanjutkan

pendidikannya di Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Bandarlampung sampai tahun

2014.

Pada tahun 2014, Penulis tercatat sebagai salah satu mahasiswa Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung melalui

jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama

menjadi mahasiswa, Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Sains

Dasar Biologi, Palinologi dan Embriologi Hewan di jurusan Biologi FMIPA.

Penulis juga aktif di Organisasi Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO) sebagai

Anggota Bidang Kaderisasi tahun 2015-2016, Sekretaris Departemen

Pemberdayaan Wanita Badan Eksekutif Mahasiswa tahun 2016, Sekretaris Komisi


Kelembagaan Dewan Perwakilan Mahasiswa tahun 2017. Selain itu, penulis

pernah lolos Program Kreativitas Mahasiswa di bidang Penelitian didanai tahun

2017. Prestasi penulis lainnya adalah pernah mendapatkan Juara III dalam Lomba

Karya Tulis Nasional di Provinsi Jambi tahun 2017 dan pernah terpilih menjadi

salah satu dari 20 Duta Persahabatan Indonesia di Malaysia pada tahun 2017.
PERSEMBAHAN

Bismillah
Dengan mengharap rahmat dan keberkahan Allah SWT, kupersembahkan
Karya iniSebagai cinta kasih, tanda bakti,
dan terima kasihku yang terdalam kepada:

Alm. Ibuku dan Bapak terkasih,


Yang telah mendidik dan membesarkanku dengan cinta, kasih sayang, serta
do’a dan dukungan terhadap segala langkahku, menuju kesuksesan.

Kakak, dan segenap keluarga besarku


Atas kebersamaan, keceriaan, kasih sayang, dan do’a serta segala bentuk
dukungan

Rasa Hormatku kepada:

Ibu Dr. Nuning Nurcahyani, M.Sc.


Ibu Dra. Martha L Lande, M.P.
Bapak Dr. Hendri Busman, M.Biomed
atas ilmu, inspirasi, motivasi serta pengorbanan waktu dan kesabaran dalam
membimbing dan menjadikanku insan yang lebih baik

Para sahabat seperjungan


Atas kebersamaan, dukungan, nasihat kepadaku

Serta
Almamaterku tercinta
MOTTO

Jikalau hidup kita ingin dimudahkan, dilancarkan,


dan dipermudah oleh Allah, maka jangan lupa
untuk bersyukur.

Berbuat baiklah kepada kedua orangtua kita,


karena ridho Allah adalah ridho orangtua.

Jangan balas keburukan orang lain dengan


keburukan pula, balaslah dengan kebaikan.
InsyaAllah Syurga.
ْ‫ وَﻣَﻦْ أَرَادَھُﻤَﺎ ﻓَﻌَﻠَﯿ‬,ِ‫ وَﻣَﻦْ أَرَادَ اﻷَﺧِﺮَةَ ﻓَﻌَﻠَﯿْﮫِ ﺑِﺎﻟْﻌِﻠْﻢ‬,ِ‫ﮫِ ﺑِﺎﻟْﻌِﻠْﻢِﻣَﻦْ أَرَادَ اﻟﺪُّﻧْﯿَﺎ ﻓَﻌَﻠَﯿْﮫِ ﺑِﺎﻟْﻌِﻠْﻢ‬

"Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan

dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya ; dan barang

siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) di akhirat,

wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang

menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu

kedua-duanya pula". (HR. Bukhari dan Muslim)


SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat, rahmat

serta karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Struktur

Sel-Sel Epitel Pada Ulas Vagina Fase Proestrus Dan Fase Estrus Serta Lama

Waktu Estrus Mencit (Mus musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Biji

Pepaya (Carica papaya L.)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains Bidang Biologi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam (FMIPA) Universitas Lampung.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat masukan, bantuan,

dorongan, saran, bimbingan, dan kritik dari berbagai pihak. Maka pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Pembimbing Utama sekaligus

sebagai Ketua Jurusan atas bimbingan, saran, ilmu dan dukungan yang

telah diberikan dari awal penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini.

2. Ibu Dra. Martha L.Lande, M.P., selaku Pembimbing Kedua atas

bimbingan, saran, ilmu dan kasih sayang yang diberikan dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Dr. Hendri Busman, M.Biomed., selaku Pembahas. Terima kasih

banyak atas saran dan kritik, serta masukan yang telah diberikan dalam

upaya perbaikan skripsi ini.


4. Ibu. Dr. Endang Nurcahyani, M.Si., selaku Pembimbing Akademik.

5. Ibu Dra. Yulianty, M.Si, Selaku dosen Biologi Fmipa Unila yang telah

banyak membimbing, memberikan motivasi dan ilmu yang bermanfaat

selama penulis menjadi mahasiswa di Jurusan Biologi.

6. Kedua orangtuaku; Bapak Fatchur Rochman dan Ibu Sri Hartiningsih

(alm) serta kakak-kakakku tersayang, Fanti Rosmaningrum, Firman

Felani, Fahardian Abdillah, Farah Risma, Mully, Yusita dan Ila atas doa

dan dukungan dalam bentuk motivasi, bantuannya baik secara moril

maupun materil yang diberikan selama ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen, serta seluruh staff Fakultas Matematika dan ilmu

Pengetahuan Alam, Unversitas Lampung, khususnya di Jurusan Biologi.

8. Rekan Tim Penelitian M.Rizky Ramadhan dan Mesy Hervista,

terimakasih banyak atas kerjasama yang baik selama penelitian.

9. Terkhusus untuk sahabat Ukhti The Gengs, Dian Anggraini, Siti Umairoh,

Tika Noviana, dan Juwita Angelina. Terimakasih atas bantuan dan kasih

sayangnya selama proses penelitian ini berlangsung.

10. Sahabat-sahabatku Dibyo Mika, Lasmi Putri, Elen Fitria, Nur Is’fani,

Fauziah, Afan Ndut, Fathia Jannah, Nida Nurhanifah, Kamelia Tsany,

Nuzulul Istiqomah dan Amelia Palendra. Terimakasih banyak atas

bantuan, keceriaan, dan kebersamaan yang selama ini telah kalian berikan.

11. Sahabat-sahabatku DPM-F Dimas Aji Sukma, Muzakki Aditya, Deni

Diora, Santi Komala Dewi, Zhofar Murry, Della Kharisma, Hamidin, Dira

Fauzi dan Abdul Kodir atas kebersamaan dan dukungan yang diberikan

kepada penulis selama ini.


12. Teman-teman serta Adik-adik angkatan 2014, 2015, 2016, dan yang telah

berjuang, belajar, banyak bertukar cerita dan pengalaman. Semangat terus

untuk kalian.

13. Teman-teman kosan Ceria, Esya, Dewi, Ratih dan Fauziah untuk semua

keceriaan yang menghapus penat selama ini.

14. Teman-teman Kerja Praktik Agus, Desti, Charenina, Woro, Andrew dari

Jurusan Pertanian Unila .Terima kasih atas semua semangat, loyalitas serta

kebersamaan dalam menjalankan Kerja Praktik.

15. Almamaterku tercinta Universitas Lampung dan semua pihak yang telah

banyak membantu dalam penyelesaian penelitian dan penyusunan skripsi

ini.

Hanya ALLAH SWT yang dapat membalas kebaikan kalian semua. Semoga ini

menjadi hal terbaik untuk kita semua. Penulis menyadari masih banyak

kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang

membangun sangat diperlukan dalam penulisan dikemudian hari.

Bandar Lampung, 1 Februari 2018

Fanisha Restu D
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK …………………………………………………………………. i

HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………. ii

LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………. iii

RIWAYAT HIDUP …………………………………………………… iv

PERSEMBAHAN ……………………………………………………….... vi

MOTTO …………………………………………………………………… vii

SANWACANA ……………………………………………………………. ix

DAFTAR ISI …………………………………………………………….. xii

DAFTAR TABEL ………………………………………………………. xiv

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………… xv

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………………... 1


B. Tujuan Penelitian ……………………………………………… 3
C. Manfaat Penelitian ……………………………………………. 3
D. Kerangka Pemikiran ………………………………………….. 3
E. Hipotesis …………………………………………………………. 5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pepaya (Carica papaya L.)

1. Klasifikasi Pepaya ……………………………………… 6


2. Deskripsi Pepaya ………………………………………. 7
3. Kandungan Buah dan Biji Pepaya ………………………………. 8

A. Mencit (Mus musculus L)

1. Gambaran Umum Hewan Uji …………………………………. 9


2. Klasifikasi Mencit …………………………………………….. 10
3. Reproduksi Mencit Betina ……………………………………. 11
4. Siklus Estrus …………………………………………………. 14
5. Metode Apus Vagina …………………………………..……… 18

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………….. 20

B. Alat Dan Bahan


1. Alat …………………………………………………………. 20
2. Bahan ………………………………………………………. 20

C. Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan Kandang …………………………………………… 21


2. Pemeliharaan Hewan Uji ……………………………………… 21
3. Pembuatan Ekstrak Biji Pepaya ……………………………….. 22
4. Pemberian Perlakuan ………………………………………….. 22
5. Perhitungan dan penetapan dosis.……………………………… 23
6. Pengambilan Sampel Sel Vagina ……………………………… 24
7. Parameter Yang Diamati ……………………………………… 24

D. Rancangan Penelitian dan Analisis Data.………………………… 25

E. Diagram Alir Penelitian ………………………………………….. 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Fase Proestrus …………………………………………………. 27
2. Fase Estrus …………………………………………………….. 31

B. Pembahasan ………………………………………………………. 36

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ………………………………………………………. 42
B. Saran ……………………………………………………………… 42

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman

1. Gambaran Sel Epitel Vagina Selama Siklus Estrus ................................. 17

2. Rata-rata lama waktu siklus estrus fase proestrus setelah pemberian

perlakuan dengan ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.) ± standar

deviasi.................................................................................................. 30

3. Rata-rata lama waktu siklus estrus fase estrus setelah pemberian

perlakuan dengan ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.) ± standar

deviasi.................................................................................................. 35
DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Pepaya (Carica papaya L.) ……………………………….. 8

2. Siklus hidup mencit (Mus musculus L.)……………………………. 11

3. Organ reproduksi mencit betina …………..………………………… 13

4. Gambaran Sel Epitel Vagina Selama Siklus Estrus…………………. 17

5. Empat Tahapan Siklus Estrus pada Tikus. Empat tahapan siklus estrus

ditunjukkan oleh varian albino. …………………………………….. 19

6. Struktur sel epitel ulas vagina mencit (Mus musculus L.) betina antara

kontrol dan perlakuan pada fase proestrus.

Perbesaran 100x …………………………………………….……….. 28

7. Rata-rata lama waktu estrus fase proestrus mencit (Mus musculus L.)

betina sebelum perlakuan dan setelah perlakuan

dengan pemberian ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.)…………… 30

8. Struktur sel epitel ulas vagina mencit (Mus musculus L.) betina antara

kontrol dan perlakuan pada fase estrus.

Perbesaran 100x ….…………………………………………….…… 32


9. Rata-rata lama waktu estrus fase estrus mencit (Mus musculus L.) betina

sebelum perlakuan dan setelah perlakuan dengan pemberian ekstrak biji

pepaya (Carica papaya L.) ………………………………………… 36

10. Alat – alat yang digunakan ……….………………………………. . 45

11. Tahap-tahap Pembuatan ekstrak …….……………………………. . 46

12. Ekstrak Murni Biji Pepaya ……….………………………………... 47

13. Larutan Stok Per dosis ……….…………………………………….. 47

14. Proses Pencekokan Ekstrak ……….………………………………... 48

15. Proses pengambilan sel vagina ……….……………………………. 48

16. Pembuatan preparat ulas vagina mencit dan pewarnaan.…………... 49

17. Pengamatan Ulas Vagina Mencit ……….………………………… . 49


1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kontrasepsi adalah suatu upaya yang dilakukan oleh wanita maupun pria

untuk mencegah terjadinya kehamilan (Prawirohardjo dan Sawarno, 2006).

Kontrasepsi dapat dilakukan dengan menggunakan alat atau obat-obatan.

Kontrasepsi alat dapat dilakukan dengan menggunakan kondom, IUD atau

spiral, dan implan. Kontrasepsi obat-obatan dilakukan dengan penggunaan

suntik dan mengonsumsi pil kontrasepsi (Mochtar, 1996).

Penggunaan kontrasepsi ternyata dapat berpengaruh terhadap kesehatan

pemakainya. Naser et al. (2009) menyatakan bahwa penggunaan kontrasepsi

suntik memiliki efek samping berupa gangguan pola menstruasi, kegemukan

atau obesitas, sakit kepala, dan rasa ketidaknyamanan di perut. Sudibyo

(2013) menyatakan beberapa efek tersebut menjadi alasan pemutusan

pemakaian kontrasepsi.

Masyarakat Indonesia saat ini sudah mulai banyak yang mengonsumsi

tanaman obat sebagai alternatif obat herbal (back to nature). Adanya

kesadaran bahwa mengonsumsi banyak obat-obatan yang mengandung

bahan kimia dapat membahayakan tubuh. Akbar (2010) menyatakan


2

bahwa zat tumbuhan alami memiliki sifat antiestrogenik yang cukup kuat

sehingga berpeluang dijadikan bahan antifertilitas yang aman digunakan.

Seperti halnya biji pepaya (Carica papaya L.), ternyata biji yang tidak

dimanfaatkan ini memiliki banyak manfaat dan bisa sebagai alternatif obat

herbal. Hasil penelitian Siburian dkk (2008) mengenai biji pepaya

menunjukkan bahwa biji tersebut mengandung senyawa bersifat

antifertilitas berupa senyawa alkaloid, flavonoid dan minyak atsiri.

Pepaya (Carica papaya L.) memiliki bahan aktif yaitu triterpenoid

merupakan salah satu turunan steroid, bahan aktif steroid dan triterpenoid

diduga sebagai bahan aktif yang bekerja sebagai faktor antifertilitas. Kedua

bahan aktif tersebut diduga mampu mengakibatkan adanya gangguan pada

jalur hipotalamus hipofise yang selanjutnya mengakibatkan gangguan

sekresi GnRH yang kemudian akan berpengaruh terhadap pembentukan,

perkembangan dan pematangan folikel (Borrow et al., 2001 ; Garor et al.,

2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Christijanti (2009) tentang pengaruh

senyawa antiferilitas ekstrak biji pepaya terhadap kualitas spermatozoa pada

mencit jantan dan diaplikasikan sebagai obat kontrasepsi bagi pria. Namun,

belum ada penelitian tentang pengaruh senyawa antifertilitas ekstrak biji

pepaya terhadap fase estrus mencit betina.

Dari uraian di atas perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui efek ekstrak

biji pepaya (Carica papaya L.) sebagai alat antifertilitas pada wanita yang
3

diujikan pada mencit betina (Mus musculus L.) dengan melihat struktur sel

epitel dan lama waktu estrus fase proestrus dan fase estrus mencit dengan

metode apus vagina.

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak biji pepaya (Carica

papaya L.) yang diujikan pada mencit betina (Mus musculus L.)

terhadap struktur sel epitel ulas vagina.

2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak biji pepaya terhadap

lama waktu estrus fase proestrus dan fase estrus mencit.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi ilmiah kepada

masyarakat tentang pengaruh ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.) yang

diujikan pada mencit betina (Mus musculus L.) terhadap struktur sel epitel

dan lama waktu estrus fase proestrus dan fase estrus mencit, sehingga dapat

diketahui pengaruh dari ekstrak biji pepaya terhadap sistem reproduksi

khususnya pada wanita dan penggunaannya sebagai bahan antifertilitas.

D. Kerangka Pikir

Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman yang bernilai ekonomis dan

mudah didapatkan. Selain harganya yang terjangkau, tanaman tersebut

memiliki banyak manfaat hampir di semua bagiannya. Namun, tidak banyak

yang mengetahui manfaat dari biji pepaya. Biji pepaya dapat dimanfaatkan

sebagai alternatif obat kontrasepsi.


4

Biji pepaya memiliki kandungan senyawa alkaloid yang bersifat

antifertilitas dan dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi ( Walansendouw,

dkk, 2016). Untuk melihat pengaruh ekstrak biji pepaya tersebut perlu

dilakukan penelitian dengan melihat fase estrus pada mencit betina yang

telah disuntikkan ekstrak biji pepaya. Pada penelitian ini terdapat beberapa

perlakuan pada masing-masing kelompok mencit yang disuntikkan ekstrak

biji pepaya dengan konsentrasi yang berbeda, dan salah satunya adalah

kelompok kontrol (tanpa disuntik). Setelah diberi perlakuan beberapa kali

dalam waktu satu bulan, maka tingkat kesuburan mencit betina akan

diperiksa dengan metode apus vagina.

Metode apus vagina atau vagina swab merupakan salah satu metode untuk

mengamati tipe sel dan proporsi masing-masing sel yang ditemukan pada

apusan vagina. Hasil yang didapatkan dari pengamatan tersebut dapat

menentukan fase yang sedang dialami oleh hewan betina yang

diuji. Pembuatan apus mukosa vagina dilakukan untuk mengamati tipe sel

dari masing-masing fase. Metode ini digunakan pada mamalia seperti

mencit dan juga pada manusia.

Pada manusia metode vagina swab ini sangat bermanfaat untuk mengetahui

apakah kondisi vagina jauh dari bakteri atau tidak ketika dilakukan

pengambilan lendir yang terdapat pada daerah vagina untuk diperiksa sel-sel

yang terkandung di dalamnya dengan menggunakan bantuan mikroskop.

Sehingga vaginal swab ini merupakan salah satu metode yang paling mudah

untuk mengetahui kondisi kesehatan vagina pada manusia (Abidin, 2014).


5

E. Hipotesis

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.) dapat menyebabkan perubahan

komposisi dan struktur sel epitel ulas vagina.

2. Ekstrak biji pepaya dapat mempercepat lama waktu estrus fase

proestrus dan fase estrus mencit.


6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pepaya (Carica papaya L.)

1. Klasifikasi Pepaya (Carica papaya L.)

Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman buah yang berasal dari

Amerika tropis. Meksiko bagian selatan dan Nikaragua diduga menjadi

daerah pusat penyebaran dari tanaman ini. Penyebaran buah pepaya ini

terjadi sampai ke negara-negara tropis di Asia, Afrika termasuk India dan

Indonesia pada abad ke-16 oleh pelayar-pelayar bangsa Portugis (Kalie,

2008).

Adapun klasifikasi dari tanaman pepaya (Carica papaya L.) menurut

Suprapti (2005) adalah sebagai berikut :

1. Kerajaan : Plantae

2. Divisi : Spermatophyta

3. Kelas : Angiospermae

4. Bangsa : Caricales

5. Suku : Caricaceae

6. Marga : Carica

7. Jenis : Carica papaya L.


7

2. Deskripsi Pepaya (Carica papaya L.)

Tanaman pepaya dikelompokkan sebagai tanaman buah-buahan

semusim, namun dapat tumbuh setahun lebih. Sistem perakarannya

adalah akar tunggang dan memiliki akar-akar cabang yang tumbuh

mendatar ke semua arah pada kedalaman 1 meter atau lebih, dan

menyebar sekitar 60-150 cm atau lebih dari pusat batang tanaman

(Suprapti, 2005).

Batangnya berbentuk bulat lurus, di bagian tengahnya berongga,

dan tidak berkayu. Ruas-ruas batang merupakan tempat

melekatnya tangkai daun yang panjang, berbentuk bulat, dan

berlubang. Pertulangan daun pepaya menjari dengan warna

permukaan atas hijau-tua, sedangkan warna permukaan bagian

bawah hijau-muda (Suprapti, 2005).

Pohon ini biasanya tidak bercabang, batang bulat berongga, tidak

berkayu, terdapat benjolan bekas tangkai daun yang sudah rontok.

Daun terkumpul di ujung batang, berbagi menjari. Buah

berbentuk bulat hingga memanjang tergantung jenisnya, buah

muda berwarna hijau dan buah tua kekuningan / jingga, berongga

besar di tengahnya; tangkai buah pendek yang dapat dilihat pada

Gambar 1. Biji berwarna hitam dan diselimuti lapisan tipis

(Muhlisah, 2007).
8

Gambar 1. Carica papaya L. (Wikipedia, 2013)

3. Kandungan Buah dan Biji Pepaya

Meski semakin banyak jenis dan ragam buah impor, pepaya tetap populer

di Indonesia. Selain murah, zat gizi yang dikandungnya pun lengkap.

Biji, daun, batang, dan akarnya sangat bermanfaat sebagai obat. Dari

tumbuhan dapat diisolasi beberapa jenis senyawa aktif biologi yang dapat

digunakan sebagai bahan antifertilitas. Senyawa tersebut umumnya

termasuk golongan steroid, alkaloid, isoflavonoid, triterpenoid dan

xanton (Farnsworth et al., 1975 dan Chattopadhyay et al., 1984).

Tanaman pepaya mengandung senyawa alkaloid yang bersifat

antifertilitas dan dapat digunakan sebagai bahan untuk kontrasepsi pria

dan wanita (Rionaldy et al., 2016). Alkaloid merupakan zat aktif

beracun, yang dapat memiliki rasa pahit dan sedikit bahaya dalam

penggunaannya (Soedibyo,2002). Senyawa alkaloid dapat menghambat

proses terjadinya ovulasi dan meresorpsi fetus tikus sehingga apabila

diberikan pada masa kebuntingan, zat aktif ini bisa mengurangi jumlah

fetus yang ada didalam uterus tikus (Winarno & Sundari, 1997).
9

Studi fitokimia telah menunjukkan C. papaya mengandung alkaloid,

carpain, nikotin, flavonol, tanin, dan terpene serta enzim seperti papain

dan chymopapain (Adeneye et al.,2009).

Bahan aktif pepaya yaitu triterpenoid merupakan salah satu turunan

steroid, bahan aktif steroid dan triterpenoid diduga sebagai bahan aktif

yang bekerja sebagai faktor antifertilitas. Kedua bahan aktif tersebut

diduga mampu mengakibatkan gangguan pada jalur hipotalamus

hipofise yang selanjutnya mengakibatkan gangguan sekresi GnRH

yang kemudian akan berpengaruh terhadap pembentukan, perkembangan

dan pematangan folikel (Borrow et al., 2001 ; Garor et al.,2009).

Naggayi et al. (2015) menyatakan bahwa senyawa yang terkandung

dalam ekstrak air biji pepaya adalah saponin, tanin, flavonol, glikosida,

terpeoid, alkaloid, pereduksi gula, asam amino, lemak, protein, fenol,

vitamin, sterol dan triterpene. Senyawa golongan saponin, tanin,

flavonoid, terpenoid, alkaloid, sterol serta triterpene dapat menekan

tingkat fertilitas dengan cara mengganggu fungsi ovarium, uterus atau

vagina (Setyowati dkk., 2015).

B. Mencit (Mus musculus, L.)

1. Gambaran Umum Hewan Uji

Mencit (Mus musculus, L.) merupakan hewan yang memiliki tubuh

kecil, berwarna putih, memiliki siklus estrus teratur yaitu 4-5 hari.

Kondisi tempat untuk pemeliharaan mencit (Mus musculus, L.) harus


10

selalu bersih, kering dan jauh dari kebisingan. Mencit betina dewasa

dengan umur 35-60 hari memiliki berat badan 18-40 g (Akbar,2010).

Mencit memiliki lama hidup sekitar 1-2 tahun, bahkan dapat mencapai 3

tahun. Reproduksi mencit betina berlangsung selama 1,5 tahun. Mencit

jantan ataupun betina dapat dikawinkan pada umur 8 minggu. Apabila

terjadi perkawinan, maka lama waktu kebuntingan mencit betina yaitu

selama 19-20 hari sampai fetus lahir. Jumlah fetus mencit rata-rata 6-15

ekor dengan berat lahir antara 0,5-1,5 g (Akbar, 2010).

2. Klasifikasi Mencit

Adapun klasifikasi dari mencit (Mus musculus L.) adalah sebagai berikut:

Dunia : Animalia

Filum : Chordata

Sub Filum : Vertebrata

Kelas : Mammalia

Sub Kelas : Theria

Ordo : Rodentiaa

Sub Ordo : Myomorpha

Famili : Muridae

Sub Famili : Murinae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus, L (Priyambodo, 1995).


11

3. Sistem Reproduksi Pada Mencit Betina

Mencit (Mus musculus L.) termasuk mamalia pengerat (rodensia) yang

cepat berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, variasi

genetiknya cukup besar serta sifat anatomisnya dan fisiologisnya

terkarakteristik dengan baik. Mencit yang sering digunakan dalam

penelitian di laboratorium merupakan hasil perkawinan tikus putih

“inbreed” maupun “outbreed” (Akbar,2010)

Mencit mempunyai ciri-ciri umum berwarna putih atau keabu-abuan,

mata berwarna merah atau hitam, kulit berpigmen. Berat badan

bervariasi, pada umur 4 minggu berat badan mencapai 18-44 gr. Mencit

dewasa umur 6 bulan dapat mncapai 30-44 gr atau lebih. Mencit

laboratorium di atas adalah yang telah diternakkan secara selektif selama

80 tahun yang lalu (Smith dan Mangkoewidjoyo, 1988). Siklus hidup

mencit dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Siklus hidup mencit (Meehan, 1984)

Mencit sering digunakan dalam penelitian dengan pertimbangan hewan

tersebut memiliki beberapa keuntungan yaitu daur estrusnya teratur dan


12

dapat dideteksi, periode kebuntingannya relatif singkat, dan mempunyai

anak yang banyak serta terdapat keselarasan pertumbuhan dengan

kondisi manusia.

Adapun sistem reproduksi pada mencit betina adalah sebagai berikut dan

dapat dilihat pada gambar 3:

a. Ovarium

Ovarium berfungsi untuk menghasilkan sel telur dan hormon kelamin

yaitu estrogen dan progesteron. Ovarium merupakan tempat

berkembangnya folikel telur, yaitu folikel primer, folikel sekunder,

folikel tersier, folikel de Graaf, korpus rubrum, korpus luteum dan

korpus albikan.

b. Oviduk

Saluran ini terdapat sepasang dan merupakan penghubung antara

ovarium dengan uterus. Oviduk berfungsi pada saat ovulasi dimana

ovum disapu ke dalam ujung oviduk yang berfimbria. Fungsi lain dari

oviduk adalah kapasitasi sperma, fertilisasi, dan pembelahan embrio

yang terjadi dibagian ampula.

c. Uterus

Uterus adalah suatu struktur saluran muskuler yang diperlukan untuk

penerimaan ovum yang dibuahi, penyediaan nutrisi dan perlindungan

fetus, serta stadium permulaan ekspulsi fetus pada waktu kelahiran.

Dinding uterus terdiri dari 3 lapisan yaitu membran serosa

(Perimetrium), merupakan lapisan terluar yang membungkus uterus


13

yang terdiri dari jaringan ikat. Miometrium merupakan lapisan ke dua

yang terdiri dari otot polos yang mengandung pembuluh darah dan

limpa. Lapisan ketiga adalah endometrium merupakan tempat nidasi

atau implantasi serta perkembangan embrio bagi mencit yang bunting.

Bagi mencit yang tidak bunting endometrium merupakan selaput

lendir yang mengandung kelenjar dan pembuluh darah.

d. Vagina

Vagina terbagi menjadi dua bagian yaitu vertibulum (bagian luar

vagina) dan vagina posterior (dari muara uterus sampai serviks).

Dinding vagina terdiri dari mukosa, muscularis dan serosa. Pada

betina yang memiliki siklus normal, sel-sel epithelium yang

membatasi vagina mengalami perubahan secara periodik yang

dikontrol oleh hormon yang disekresikan oleh ovarium (Akbar, 2010).

Gambar 3. Organ reproduksi mencit (Partodihardjo, 1992)


14

C. Siklus Estrus

Siklus estrus adalah siklus reproduksi yang dialami oleh mamalia betina

yang sudah dewasa dan jika pada manusia disebut dengan siklus menstruasi.

Pada saat siklus estrus dan siklus menstruasi terjadi maka endometrium

akan menebal karena dialiri oleh darah untuk mempersiapkan uterus ketika

implantasi embrio terjadi. Siklus estrus ini juga merupakan cerminan dari

berbagai aktivitas yang saling berkaitan antara hipotalamus, hipofisis, dan

ovarium. Selama siklus estrus terjadi berbagai perubahan baik pada organ

reproduksi maupun pada perubahan tingkah laku seksual. Mencit termasuk

hewan poliestrus, artinya dalam periode satu tahun terjadi siklus reproduksi

yang berulang-ulang.

Satu siklus estrus mencit terbagi menjadi 4 fase : proestrus, estrus,

metestrus, diestrus. Proestrus dan estrus adalah masa subur untuk

menghasilkan keturunan bagi mencit, sedangkan fase metestrus dan diestrus

adalah masa tidak subur (Partodihardjo, 1980).

Proestrus adalah fase sebelum estrus yaitu periode dimana folikel ovarium

tumbuh menjadi folikel de graaf dibawah pengaruh FSH. Fase ini

berlangsung 12 jam. Setiap folikel mengalami pertumbuhan yang cepat

selama 2-3 hari sebelum estrus. Sistem reproduksi memulai persiapan-

persiapan untuk pelepasan ovum dari ovarium yang membuat sekresi

estrogen dalam darah semakin meningkat sehingga akan menimbulkan

perubahan-perubahan fisiologis dan saraf, disertai kelakuan birahi pada

hewan-hewan betina peliharaan.


15

Perubahan fisiologis tersebut meliputi pertumbuhan folikel, meningkatnya

pertumbuhan endometrium, uteri dan serviks serta peningkatan

vaskularisasi dan keratinisasi epitel vagina pada beberapa spesies.

Preparat apus vagina pada fase proestrus ditandai akan tampak jumlah sel

epitel berinti dan sel darah putih berkurang, digantikan dengan sel epitel

bertanduk atau kornifikasi.

Estrus adalah fase yang terpenting dalam siklus bIrahi, karena dalam fase ini

hewan betina memperlihatkan gejala yang khusus untuk tiap-tiap jenis

hewan, dan dalam fase ini pula hewan betina mau menerima pejantan untuk

kopulasi. Ciri khas dari estrus adalah terjadinya kopulasi. Jika betina

menolak untuk kopulasi, meskipun tanda-tanda estrusnya sangat jelas

terlihat, maka penolakan tersebut memberi pertanda bahwa hewan betina

masih dalam fase proestrus atau fase estrus telah terlewat. Ciri lain dari fase

estrus adalah memperlihatkan tanda-tanda gelisah, nafsu makan berkurang

atau hilang sama sekali, menghampiri pejantan dan tidak lari bila pejantan

menungganginya (Partodihardjo, 1980).

Perubahan-perubahan pada alat kelamin bagian dalam pada waktu estrus

adalah : pertumbuhan folikel yang telah dimulai pada waktu proestrus, kini

mencapai dimensi maksimal, ovum yang dikandung oleh folikel telah cukup

matang, dan dinding folikel menjadi tipis dan menonjol keluar dari

permukaan ovarium karena folikel telah mencapai maksimal, terjadilah

ovulasi yaitu pecahnya dinding folikel dan keluarnya ovum dari folikel.

(Partodihardjo, 1980).
16

Metestrus adalah periode segera sesudah estrus. Saat fase ini corpus luteum

tumbuh lebih cepat dari sel granulosa folikel yang telah pecah di

bawah pengaruh LH dan adenohypophysa. Metestrus sebagian besar

berada di bawah pengaruh progesteron yang dihasilkan oleh corpus luteum.

Progesteron menghambat sekresi FSH oleh adenohypophysa sehingga

menghambat pembentukan folikel de graaf yang lain dan mencegah

terjadinya estrus.

Diestrus adalah periode terakhir dan terlama siklus birahi pada ternak-

ternak dan mamalia. Fase ini berlangsung selama 48 jam. Serviks

menutup dan lendir vagina mulai kabur dan lengket. Selaput mukosa

vagina pucat dan otot uterus mengendor. Pada akhir periode ini corpus

luteum memperlihatkan perubahan-perubahan retrogresif dan vakualisasi

secara gradual. Endometrium dan kelenjar-kelenjarnya berubah keukuran

semula. Mulai terjadi perkembangan folikel-folikel primer dan sekunder

dan akhirnya kembali ke proestrus. Pada preparat apus vagina dijumpai

banyak sel darah putih dan epitel berinti yang letaknya tersebar dan

homogen (Karlina, 2003).

Setiap fase umunya akan terlihat perubahan dengan ciri-ciri yang berbeda

antara fase proestrus, estrus, metestrus dan diestrus. Gambaran apus vagina

akan menunjukkan setiap fase dari siklus estrus pada mencit (Mus

musculus L.). Perubahan yang terjadi pada saluran reproduksi betina

selama siklus estrus dapat terlihat gambaran perubahan epitel vagina

seperti yang disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4 berikut.


17

Tabel 1. Gambaran Sel Epitel Vagina Selama Siklus Estrus


No. Fase Sel Epitel Bentuk Sel Leukosit

1. Proestrus Sel intermediet Bulat, terdapat inti dan Tidak


berbentuk oval dan berada ada
2. Estrus Sel superficial di tengah sel.
Poligonal, pipih, Tidak
sitoplasma luas, tidak ada
berinti, pinggiran sel
3. Metestrus Sel parabasal melipat.
Bulat, berinti Ada

4. Diestrus Sel parabasal Sel kecil, berinti Ada

(Nadjamuddin, dkk, 2011)

Gambar 4. Gambaran Sel Epitel Vagina Selama Siklus Estrus


Keterangan:A= Proestrus,B= Estrus,C=Metestrus,D=Diestrus, =
Epitel Kornifikasi, ∆= Epitel berinti, O= Leukosit.

(Nadjamuddin, dkk, 2011)


18

D. Metode Apus Vagina

Ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mengetahui fase estrus

pada mencit. Salah satunya dengan metode Vaginal Smear. Metode vaginal

smear lebih banyak digunakan karena bisa menunjukkan hasil yang lebih

akurat. Metode ini menggunakan sel epitel dan leukosit sebagai bahan

identifikasi. Sel epitel merupakan sel yang terletak di permukan vagina,

sehingga apabila terjadi perubahan kadar estrogen maka sel epitel

merupakan sel yang paling awal terkena akibat dari perubahan tersebut.

Leukosit merupakan sel antibodi yang terdapat di seluruh bagian individu.

Leukosit di vagina berfungsi membunuh bakteri dan kuman yang dapat

merusak ovum. Sel epitel berbentuk oval atau polygonal, sedangkan leukosit

berbentuk bulat berinti (Nalbandov, 1990).

Fase estrus merupakan periode ketika betina reseptif terhadap jantan dan

akan melakukan perkawinan, mencit jantan akan mendekati mencit betina

dan akan terjadi kopulasi. Mencit jantan melakukan semacam panggilan

ultrasonik dengan jarak gelombang suara 30 kHz – 110 kHz yang dilakukan

sesering mungkin selama masa pedekatan dengan mencit betina, sementara

itu mencit betina menghasilkan semacam pheromon yang dihasilkan oleh

kelenjar preputial yang diekskresikan melalui urin. Pheromon ini berfungsi

untuk menarik perhatian mencit jantan. Mencit dapat mendeteksi pheromon

ini karena terdapat organ vomeronasal yang terdapat pada bagian dasar

hidungnya (Gilbert, 1994).


19

Gambar 5.Empat Tahapan Siklus Estrus pada Tikus. Empat


tahapan siklus estrus ditunjukkan oleh varian albino.
(Proestrus (A), Estrus (B), Metesrus (C), Diestrus (D)
(Abidin, 2014)

Pada gambar 5. merupakan contoh visual morfologi vagina mecit yang

dapat terlihat perbedaannya dalam beberapa fase. Pada fase estrus yang

dalam bahasa latin disebut oestrus yang berarti “kegilaan” atau “gairah”

(Campbell et al, 2010). Hipotalamus terstimulasi untuk melepaskan

gonadotropin-releasing hormone (GRH). Estrogen menyebabkan pola

perilaku kawin pada mencit. Gonadotropin menstimulasi pertumbuhan

folikel yang dipengaruhi Follicle Stimulating Hormone (FSH) sehingga

terjadi ovulasi (Gilbert, 1994).


20

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan

September sampai November 2017.

Pembuatan ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.) dilakukan di

Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : kandang

mencit yang terbuat dari kawat dan papan sejumlah 20 kandang, tempat

makanan dan minuman mencit, kertas label yang digunakan untuk

pemberian nama preparat, objek dan cover glass untuk membuat

preparat, cotton bud digunakan untuk mengambil sel-sel vagina,

mikroskop cahaya untuk pemeriksaan sediaan, kamera untuk

pengambilan foto dan gambar, soklet untuk pembuatan ekstrak biji

pepaya, rotary evaporator untuk memekatkan ekstrak biji pepaya.


21

2. Bahan

Bahan yang digunakan yaitu : 20 ekor mencit betina fertil berumur 3-4

bulan dengan berat sekitar ± 40 gram; pellet ayam sebagai makanan

mencit; aquadest untuk membasahi cotton bud agar mudah pada saat

pengambilan sampel; Giemsa 3% untuk pewarnaan; minyak emersi untuk

memperjelas objek yang akan diamati; ekstrak biji pepaya; aquabidest

untuk pengenceran ekstrak biji pepaya.

C. Pelaksanaan Penelitian

1. Kandang Mencit

Kandang yang digunakan untuk pemeliharaan mencit selama penelitian

terbuat dari bahan kawat berukuran 15x15 cm sebanyak 20 unit.

2. Pemeliharaan Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan yaitu mencit betina yang berumur 3-4 bulan,

dengan kondisi fertil, berat sekitar ± 40 gram yang diperoleh dari Balai

Penyidikan dan pengujian Veteriner (BPPV) Regional III Bandar

Lampung. Hewan Uji kemudian diaklimatisasi selama satu minggu

dalam kondisi laboratorium yang bertujuan untuk penyesuaian mencit

tersebut terhadap lingkungan dan perlakuan yang baru dan juga untuk

membatasi pengaruh lingkungan dalam percobaan. Mencit

dikelompokkan secara acak menjadi 4 kelompok dan masing-masing

kelompok terdiri dari 5 ekor mencit. Setiap mencit diberi perlakuan

secara oral sehari sekali, dengan konsentrasi yang berbeda-beda dari


22

setiap kelompok. Waktu pencekokan pada pagi hari pukul 10.00 WIB.

Pakan yang diberikan selama penelitian yaitu pellet ayam.

3. Pembuatan Ekstrak Biji Pepaya

Biji pepaya dibersihkan kemudian dikeringanginkan sampai kadar airnya

berkurang. Dilanjutkan dengan pengeringan biji pepaya menggunakan

oven pada suhu 400c selama satu hari. Setelah itu biji pepaya yang telah

kering dihaluskan menggunakan blender dan diayak untuk mendapatkan

serbuk halusnya. Setelah bubuk menjadi halus, kemudian bubuk tersebut

dimeserasi menggunakan etanol dan disaring lagi menggunakan pompa

vakum sehingga didapatkan filtrat . Kemudian filtrat dievaporasi

menggunakan rotary evaporator hingga terbentuk ekstrak.

4. Pemberian Perlakuan

Pemberian ekstrak biji pepaya pada masing-masing kelompok perlakuan

dengan cara dicekok (secara oral) menggunakan spluit atau sonde yang

ujungnya ditumpulkan dan diberi pipa karet kecil. Perlakuan pencekokan

ini dilakukan setiap hari pukul 10.00 WIB selama 14 hari, kemudian

setelah 14 hari dilakukan pemeriksaan ulas vagina mencit dan dilihat

struktur histologi vaginanya sedang dalam fase apa. Menurut Christijanti

(2009), Dosis ekstrak biji pepaya yang diberikan pada tikus putih adalah

sebagai berikut :

1. Kelompok kontrol dengan diberi 0 ml / 200grBB aquabides (A)

2. Kelompok dosis 10 mg/200 gr BB dalam 1 ml aquabides (B)

3. Kelompok dosis 20 mg/200 gr BB dalam 1 ml aquabides (C)


23

4. Kelompok dosis 40 mg/200 gr BB dalam 1 ml aquabides (D)

Dosis ini diberikan pada hewan uji tikus putih yang beratnya 5 x mencit

(sekitar ±200gr), dikonversi ke berat badan mencit sehingga dosis ekstrak

biji pepaya yang digunakan adalah :

Kelompok Perlakuan K : 0 mg/40 gr BB dalam 0,4 ml aquabides

Kelompok Perlakuan P1 : 2 mg/40 gr BB dalam 0,4 ml aquabides

Kelompok Perlakuan P2 : 4 mg/40 gr BB dalam 0,4 ml aquabides

Kelompok Perlakuan P3 : 8 mg/40 gr BB dalam 0,4 ml aquabides

5. Perhitungan Penetapan Dosis

1 ml = 0,86 g

0,4 ml = ekstrak yang diperlukan dalam satu kali pencekokan

Contoh

Perlakuan C : Dosis 45mg/40gBB dalam 0,4 ml aquabides

45 mg = ...... ml

45 mg/ 0,86 g = 0,045 g/ 0,86 g x 1 ml

= 0,052 ml x 14 x 50

= 36,4 ml

Keterangan : 14 = lama waktu pemberian ekstrak

50 = jumlah atau banyaknya mencit (Agustina, 2008).

Sehingga dalam penelitian ini, banyaknya ekstrak biji pepaya yang akan

disediakan untuk 25 ekor mencit selama 14 hari pemberian ekstrak

adalah:

1. Kelompok K (Kontrol) disiapkan Aquabides sebanyak 28 ml


24

2. Kelompok P1 (2 mg/40gBB) disiapkan ekstrak sebanyak 0,17 ml

3. Kelompok P2 (4 mg/40gBB) disiapkan esktrak sebanyak 0.32 ml

4. Kelompok P3 (6 mg/40gBB) disiapkan esktrak sebanyak 0,49 ml

6. Pengambilan Sampel Sel Vagina

Pengambilan sampel sel-sel vagina dengan metode mengusap

menggunakan cotton bud bayi. Cotton bud dibasahi dengan aquadest

kemudian diusapkan pada dinding vagina sehingga sel-sel epitelium

dinding vagina terikut padanya. Cotton bud yang telah mengandung sel-

sel epitelium ini kemudian dioleskan di atas gelas benda dan ditetesi

dengan satu tetes zat pewarna Giemsa. Selanjutnya ditutup dengan gelas

penutup. Sediaan yang telah diwarnai ini dapat langsung diamati di

bawah mikroskop dengan perbesaran 100x. Pengambilan sampel epitel

vagina dilakukan setiap 4 jam sekali.

7. Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah bentuk sel epitel

vagina dan lama waktu siklus estrus masa subur fase proestrus dan estrus

mencit (Mus musculus L.) setelah pemberian ekstrak biji pepaya (Carica

papaya L.). Fase proestrus ditandai dengan adanya sel-sel epitel biasa

dan leukosit pada preparat histologi, sedangkan fase estrus ditandai

dengan adanya sel-sel epitel bertanduk. Perhitungan lama waktu siklus

estrus dengan cara mengamati berapa lama siklus estrus mencit setelah

pemberian perlakuan dibandingkan dengan lama waktu siklus estrus

sebelum pemberian perlakuan.


25

D. Rancangan Penelitian dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah secara statistik dan dianalisis dalam Analisis

Ragam (ANARA) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan perlakuan.

Apabila ada perbedaan berarti (berbeda nyata) maka akan dilakukan uji

Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5 % untuk perbandingan dari

masing-masing perlakuan.
26

E. Diagram Alir Penelitian

Persiapan penelitian :
1. Persiapan Kandang
2. Persiapan Hewan Uji
3. Persiapan dan Pembuatan Ekstrak
4. Persiapan alat dan Bahan

Aklimatisasi hewan uji di lingkungan laboratorium

Pemeriksaan data awal siklus estrus mencit (Mus musculus L.)

Pemberian perlakuan dengan ekstrak biji pepaya


(Cyperus rotundus L.) selama 14 hari

Pemeriksaan data akhir siklus estrus mencit


setelah pemberian perlakuan

Analisis data

Penyusunan laporan akhir

Selesai
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa :

1. Ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.) tidak memperlihatkan

perubahan komposisi dan struktur sel epitel ulas vagina.

2. Ekstrak biji pepaya dapat memperlama waktu estrus fase proestrus

dan fase estrus pada dosis 2 mg/40 gr BB, 4 mg/40 gr BB, dan 8

mg/40 gr BB.

A. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diajukan adalah :

1. Penelitian lebih lanjut tentang histologi ulas vagina untuk menghitung

jumlah sel-sel epitel apakah berbeda antara kontrol dan perlakuan

serta penambahan diameter epitel berinti pada fase proestrus dan

epitel terkornifikasi pada fase estrus.


DAFTAR PUSTAKA

Abidin. 2014. Vaginal Smear. Laporan Praktikum Perkembangan Hewan.Fakultas


Biologi.Universitas Jendral Soedirman

Adeneye, A.A. and J.A. Olagunju, 2009. Preliminary Hypoglycemic and


Hypolypidemic Activities of the Aqueous Seeds Extract of Carica
papaya Linn, in Wistar Rat. Biology and Medicine 1(1): 1-10.

Astirin, OP dan Mutmainah. 2002. Struktur histologi ovarium Tikus


(Rattus novergicus) Gravid setelah pemberian ekstrak
Momordica charantina L.Pharmacon,1(2) :26-31

Akbar,B. 2010. Tumbuhan Dengan Kandungan Senyawa Aktif Yang Berpotensi


Sebagai Bahan Antifertilitas. Adabia Press. Jakarta.

Borrow ME, SM Bone, BM Coelin, LI Meinik, BN Duana, SW Canter, TE Wiese,


TE Cleveland and JA Mc. Lachlan. 2001. Phytochemical Gliceolins
Isolated from Soy Medicine Antihormonal Effect Through Estrogen
Receptor Alpha and Beta. J. Clin. Endocrinol. Metab. Apr. 86 (4) : 1750-
1758.

Busman, H. 2013. Histologi Ulas Vagina dan Waktu Siklus Estrus Masa Subur
Mencit Betina Setelah Pemberian Ekstrak Rimpang Rumput Teki,
Prosiding Semirata, FMIPA Universitas Lampung, 08 April 2013.

Campbell, N.A., J.B. Reece, and L. G. Mitchell.2010. Biologi Edisi ke 8 Jilid III.
Erlangga, Jakarta

Chattopadhyay, S., U. Chattopadhyay., S.P. Sukla., and S. Ghosal. 1984. Effect of


mangiferin a naturally occuring glucoxylxanthones on reproductive
function of rats. J. Pharmaceut. Sci. 41: 279 - 282.
Christijanti, W. 2009. Penurunan Jumlah dan Motilitas Spermatozoa Setelah
Pemberian Ekstrak Biji Pepaya. Biosaintifika. 1(1): 19-26.

Cox, N.M., K.A. Meurer., C.A. Carlton., R.C. Tubbs., and D.P. Mannis. 1994.
Effect of Diabetes Mellitus During The Luteal Phase of Oestrous Cycle
on Preovulatory Follicular Function, Ovula- tion and Gonadotrophins in
Gilts. Journal of Reproduction and Fertility. 101: 77-86

Farnsworth, N. R., A.S. Bingel., G.A. Cordell., F.A.Cane., and H.H.S.Fong. 1975.
Potential value of plants as soueces of new antifertility agents I. J.
Pharmaceut. Sci. 64: 535 - 598.

Garor, R., R. Abir., A. Erman., C Felz., Nitke, and B. Fish. 2009. Effect of Basic
Fibroblast Grotwh Factor on In Vitro Development of Human Ovarian
Primordial Follicles. Fertility and Sterility 91(5): 1967-1975.

Gilbert, S.F. 1994. Developmental Biology 4th ed. Sianuer Associates inc
Publisher, Massachusetts.

Gutes, A., A. Ibanez.., F. Cespedes., S. Alegret., and M. del Valle. 2005.


Simultaneous determination of phenolic compounds by means of an
automated voltammetric electronic tongue. Anal Bioanal Chem 382: 471

Kalie, M.B. 2008. Bertanam Pepaya. Penebar Swadaya. Jakarta

Karlina, Y., 2003, Siklus Estrus Dan Struktur Histologi Ovarium Tikus Putih
(Rattus Norvegicus) Setelah Pemberian Alprazolam, Tesis, Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.

Kumar, V, Abbas, A K, Fausto, N. 2005. Pathologic basic of Disease. 7th


Edition. Philadelphia: Elsevier saunders.

Kusdiantoro, M, Hernadi, H, Djuwita, I.2005. Allotransplantasi ovarium


mencit baru Lahir ke mencit dewasa : Pengaruhnya terhadap siklus
estrus resipien dan morfologi ovarium donor. Veteriner; 6(4): 20-25.
Meehan. 1984. Life Cycle of Commensal Rats and Mice. http://www.google.com.
Online pada tanggal 14 Agustus 2017 pukul 14.00

Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetry Jilid I. EGC: Jakarta.

Muhlisah, F. 2007. Tanaman Obat Keluarga (Toga). Penebar Swadaya. Jakarta.

Nadjamudin, Rusdin, Sriyanto, S. Amrozi., Agungpriyono, dan T.L.. Yusuf.


2010. Penentuan Siklus Estrus Pada Kancil (Tragulus Javanicus)
Berdasarkan Berdasarkan Sitologi Vagina, J. Veteriner, 11: 81-86.

Naggayi, Madinah, M. Nozmo, I. Ezekiel, 2015. The Protective Effects of


Aqueous Extract on Carica papaya seeds in Paracetamol Induced
Nephrotoxicity in Male Wistar Rats. African Health Sciences. Vol.
15 Issue 2.

Nalbandov,A. V. 1990. Fisiologi Reproduksi pada Mammalia dan Unggas. Edisi


Ketiga.Jakarta: Universitas Indonesia.

Naser, M., S.A. Ehab and S.G. Ahmed. 2009.Why do depo provera users
discontinue?. Journal of the royal medical services.16: 3.

Novalinda, N. 2017. Pengaruh Ekstrak Biji Pepaya (Carica papaya, L.) Terhadap
Ketebalan Lapisan Endometrium Dan Kadar Hemoglobin Tikus Putih
(Rattus norvegicus, L.). Jurnal Prodi Biologi. 6:255

Partodihardjo, S. 1980. Ilmu Reproduksi Hewan. Penerbit Mutiara. Jakarta. Hal


174

Partodihardjo, S. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan, Mutiara Sumber Widya, Jakarta.

Prawirohardjo dan Sarwono. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.


Jakarta : YBP – SP.

Priyambodo, S. 1995. Pengendalian Hama Tikus Terpadu, Penebar Swadaya,


Jakarta.
Rionaldy. 2016. Pengaruh Pemberian Ekstrak Biji Pepaya (Carica papaya L.)
Terhadap Kualitas Spermatozoa TikusWistar (Rattus norvegicus). Jurnal
e-Biomedik.Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Bagian
Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Schatten, H. and G.M. Constantinescu. 2007. Comparative Reproductive


Biology. First Edition. Blackwell Publishing. Iowa.

Setyowati, E. A.W., A.D. R. Sri., Ashadi, dan M. Bakti., H. Arif. 2015.


Aktivitas Antifertilitas Kontrasepsi Kulit Durian (Durio zibethinus Murr.)
varietas Petruk. PS Pendidikan Kimia. Jurusan PMIPA FKIP UNS.
Surakarta.

Siburian, J., J. Marlina dan A. Johari. 2008. Pengaruh Ekstrak Biji Pepaya
(Carica papaya L.) Pada Tahap Prakopulasi Terhadap Fungsi
Reproduksi Mencit (Mus musculus L.) Swiss Webster Betina. Laporan
Penelitian. PS Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP
Universitas Jambi.1: 1–5.

Smith, J.B. dan S. Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan


Penggunaan Hewan Percobaan Di Daerah Tropis. UI_Press. Jakarta.
Hal 11-15.

Sudibyo, A. 2013. Angka Perceraian di Indonesia Tertinggi di Asia-Pasifik.


BKKBN Online http://www.bkkbn.go. diakses pada tanggal 10 Agustus
2017.

Sudibyo, R.S. 2002. Metabolit Sekunder: Manfaat dan Perkembangannya dalam


Dunia Farmasi. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar UGM.
Jogjakarta.

Suci, 2015. Histologi Hasil Ulas Vagina dan Waktu Siklus Estrus Mencit (Mus
musculus, L.) Setelah Pemberian Monosodium Glutamat (MSG). Skripsi.
Universitas Halu uleo. Kendari.

Suprapti, M.L. 2005. Teknologi Pengolahan Pangan Aneka Olahan pepaya


Mentah. Kanisius. Yogyakarta.
Walansendow, R., M.R. Janette., dan T. Lydia. 2016. Pengaruh pemberian ekstrak
biji pepaya (Carica papaya L.) terhadap kualitas spermatozoa tikus
Wistar (Rattus norvegicus). Jurnal e- Biomedik (eBm). 4(1): 1–4.

Wikipedia. 2013. Carica papaya. http://ed.wikipedia.org/wiki/ Carica_ papaya/.


Diakses pada 12 Agustus 2017 pukul 13.53 WIB.

Winarno dan Sundari, 1997. Informasi Tanaman Obat Untuk Kontrasepsi


Tradisional. Cermin Dunia Kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai