Meneladani Kehidupan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

MENELADANI KEHIDUPAN

DARI CERITA PENDEK

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4
1. AISYAH
2. AZZAHRA
3. OKTA
4. ANTONI
5. RANGGA
6. RICKO
7. YANDI
KELAS : XI IPA 2

GURU PEMBIMBING : SADIPI HUSEN, S.Pd

SMA PGRI 1 PALEMBANG


TAHUN PELAJARAN 2019 / 2020
MENEMUKAN NILAI KEHIDUPAN DALAM CERPEN

A). Nilai Moral


Nilai Moral adalah nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan perangai, budi
pekerti, atau tingkah laku manusia terhadap sesamanya. Biasanya nilai ini dapat diketahui
melalui deskripsi tokoh, hubungan antartokoh, dialog, dan lain-lain.
Berikut contoh kutipan Nilai Moral:
"Awalnya, aku mau berteman dengan siapa saja, namun setelah mengetahui kelebihanku,
aku mulai memilih teman yang bisa dekat denganku. Apalagi dengan otakku yang pandai,
semakin banyak teman yang menyukaiku. Maka, aku pun mulai memilih teman dari
golongan menengah ke atas. Aku tidak lagi mau berteman dengan anak yang setara
padaku"
(Kutipan Cerpen "Penyesalanku" karya Dian Indria A)
Pada kutipan cerpen diatas, terdapat nilai moral yang diambil. Nilai moral tersebut adalah
aku yang berotak pandai dan hanya ingin berteman dari golongan menengah ke atas
menggambarkan kesombongan yang merupakan sifat buruk.

B). Nilai Sosial


Nilai Sosial adalah nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan masalah sosial dan
hubungan manusia dengan masyarakat (interaksi sosial antar-manusia). Biasanya nilai ini
dapat diketahui dengan penggambaran hubungan antar-tokoh.
Berikut contoh kutipan Nilai Sosial:
"Dua penumpang laki-laki, saat melihat Lail dan ibunya masuk, berdiri memberikan
tempat duduk, "Terimakasih". Lail dan ibunya segera duduk"
(Kutipan Novel "Hujan" karya Tere Liye)
Pada kutipan novel diatas, terdapat nilai sosial yang diambil. Nilai sosial tersebut
digambarkan oleh perilaku sopan santun dua penumpang laki-laki yang memberikan
tempat duduknya kepada Lail dan ibunya yang baru masuk. Kemudian Lail dan ibunya
mengucapkan terimakasih, yang menggambarkan bahwa Lail dan ibunya menghargai
sopan santun kedua laki-laki itu.

C). Nilai Religius


Nilai Religius adalah nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan kepercayaan
atau ajaran agama tertentu. Biasanya nilai ini dapat diketahui dengan simbol agama
tertentu, kutipan atau dalil dari suatu kitab suci, dan penggambaran nilai-nilai kehidupan
yang dilandasi ajaran agama yang bersifat universal.
Berikut contoh kutipan Nilai Religus/Keagamaan:
"Sebenarnya sangat banyak kejadian seperti itu yang terjadi kepadaku, sangat sering.
Terkadang aku bingung dengan orang-orang yang tak peduli untuk menutup aurat
mereka. Sungguh, sebenarnya apa arti jilbab bagi mereka?"
(Kutipan Cerpen "Apa Arti Jilbab Bagimu" karya Lamia N S)
Pada kutipan cerpen diatas, terdapat nilai religius yang diambil. Nilai religius tersebut
meliputi jilbab yang merupakan penutup aurat yang dipakai perempuan muslim untuk
menutupi kepala dan leher sampai ke dada.

D). Nilai Budaya


Nilai Budaya adalah nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan adat istiadat,
kebudayaan, serta kebiasaan suatu masyarakat. Biasanya nilai ini dapat diketahui dengan
penggambaran adat istiadat, bahasa dan gaya bicara tokoh yang mencerminkan bahasa
tertentu, dan kebiasaan yang berlaku pada tempat para tokoh.
Berikut contoh kutipan Nilai Budaya:
"Iyaa, kita mau. Asalkan kamu mau janji akan nerusin tari jaipong ini. Kan asik kalo kita
bisa ngewakilin Indonesia ke berbagai negara"
(Kutipan Cerpen "Jaipong" karya Aldizza Aurelia)
Pada kutipan cerpen diatas, terdapat nilai budaya yang diambil. Nilai budaya tersebut
adalah tari jaipong yang merupakan tarian tradisional (kebudayaan) khas Jawa Barat.

E). Nilai Pendidikan/Edukatif


Nilai Pendidikan/Edukatif adalah nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan
pengubahan tingkah laku dari baik ke buruk (pengajaran) atau bisa juga berhubungan
dengan sesuatu hal yang mempunyai latar belakang pendidikan/pengajaran.
Berikut contoh kutipan Nilai Pendidikan:
"Agaknya selama turun menurun keluarga laki-laki cemara angin itu tak mampu terangkat
dari endemik kemiskinan komunitas Melayu yang menjadi nelayan. Tahun ini beliau
menginginkan perubahan dan ia memutuskan anak lelaki tertuanya Lintang, tak akan
menjadi seperti dirinya"
(Kutipan Novel "Laskar Pelangi" karya Andrea Hirata)
Pada kutipan novel diatas terdapat nilai pendidikan, yaitu Ayah Lintang yang memutuskan
untuk mendidik anak lelaki tertuanya Lintang agar tidak menjadi seperti dirinya, agar
kelak dapat mengubah nasib keluarganya.

F). Nilai Etika


Nilai Etika adalah nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan sopan santun dalam
aspek kehidupan. Merupakan bagian dari nilai moral.
Berikut contoh kutipan Nilai Etika:
"Zahra... masuk nak, kita sarapan dulu" suara ibuku yang sontak membuyarkan
lamunanku.
"Dan setelah sarapan tolong belikan bahan-bahan untuk membuat kue ya nak, ibu tidak
enak badan"
"Baik bu", singkatku.
(Kutipan Cerpen "Harapan Seorang Ibu" karya Lutaful Kafifah)
Pada kutipan cerpen diatas, terdapat nilai etika yang diambil. Nilai etika tersebut adalah
kita menuruti perintah orangtua dengan membelikan bahan membuat kue untuk ibunya
yang tidak enak badan.

G). Nilai Estetika


Nilai Estetika adalah nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan keindahan baik
dari segi bahasa, penyampaian cerita, pelukisan alam, keistimewaan tokoh, dan lingkungan
sekitar tokoh.
Berikut contoh kutipan Nilai Estetika:
"Karyamin melangkah pelan dan sangat hati-hati. Beban yang menekan pundaknya
adalah pikulan yang digantungi dua keranjang batu kali. Jalan tanah yang sedang
didakinya sudah licin dibasahi air yang menetes dari tubuh Karyamin dan kawan-kawan"
(Kutipan Cerpen "Senyum Karyamin" karya Ahmad Tohari)
Pada kutipan cerpen diatas, terdapat nilai estetika yang diambil. Nilai estetika tersebut
terdapat pada penggunaan kalimat "Beban yang menekan pundaknya adalah pikulan yang
digantungi dua keranjang batu kali. Jalan tanah yang sedang didakinya sudah licin
dibasahi air yang menetes dari tubuh". Menurut penulis, penggunaan kata beban,
menekan, dan pikulan merupakan bentuk permainan bahasa yang indah. Gambaran
lingkungan sekitar pelaku juga menjadikan cerpen ini semakin jelas dan hidup.
H). Nilai Politik
Nilai Politik adalah nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan usaha warga
negara untuk mewujudkan kebaikan bersama, proses pelaksanaan kebijakan di masyarakat,
dan penyelenggaraan pemerintahan diberbagai tingkat dalam negara.
Berikut contoh kutipan Nilai Politik:
"Bukan hanya itu. Para pemilih kadang-kadang terpengaruh uang. Terpengaruh praktek-
praktek money politics," sahut Rita
(Kutipan Cerpen "Bajingan-Bajingan Politik" karya Harimanto Imadha)
Pada kutipan cerpen diatas, terdapat nilai politik yaitu money politics yang merupakan
suatu bentuk pemberian uang terhadap seseorang agar dapat mempengaruhi orang tersebut
untuk memilihnya pada saat pemilihan umum.

I). Nilai Patriotik/Perjuangan


Nilai Patriotik adalah nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan jiwa
kepahlawanan atau suatu perjuangan (misalkan perjuangan hidup, semangat yang
membara, cinta tanah air, dan lain-lain).
Berikut contoh kutipan Nilai Patriotik:
"Jika malam, mataku sulit terpejam membayangkan diriku berdiri di barisan sebelas
pemain PSSI, membela tanah air. Kubekapkan tangan di dada, menekan lambang Garuda
di sana. Indonesia Raya membahana"
(Kutipan Novel "Sebelas Patriot" karya Andrea Hirata)
Pada kutipan cerpen diatas terdapat nilai patriotik, yaitu antusiasme anak-anak kecil dalam
menunjukkan dukungannya bagi tim nasional Indonesia, sebagai salah satu bentuk
kesetiaan (semangat yang membara), sebagai wujud nyata patriotisme.

J). Nilai Psikologi


Nilai Psikologi adalah nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan kondisi
kejiwaan tokoh (misalkan antisosial, depresi, keterbelakangan mental, shock, halusinasi,
delusi, emosi yang berlebih, gangguan kejiwaan, dan lain-lain).
Berikut contoh kutipan Nilai Psikologi:
"...aku mulai Shock, dan bertanya-tanya ada apa dengan diriku? Terutama dengan kedua
mataku ini? Keluargaku secara perlahan memberitahuku, bahwa aku mengalami
kebutaan, karena kornea mataku rusak dan harus mencari pendonor kornea mata"
(Kutipan Cerpen "Cinta yang Tak Tergantikan" karya Fenny Marsella)
Pada kutipan cerpen diatas terdapat nilai psikologi yang diambil. Nilai Psikologi tersebut
adalah karakter aku yang mengalami Shock, yang merupakan sebuah keadaan psikologis
dimana dia terkejut atas apa yang terjadi pada matanya.

K). Nilai Ekonomi


Nilai Ekonomi adalah nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan status/kondisi
ekonomi, perdagangan, atau permasalahan ekonomi dalam masyarakat.
Berikut contoh kutipan Nilai Ekonomi:
"Kalau ada, mengapa biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua?
Sedang harta bendamu kau biarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka..."
(Kutipan Cerpen "Robohnya Surau Kami" karya A.A Navis)
Pada kutipan cerpen diatas, terdapat nilai ekonomi yang diambil, yaitu melarat yang
merupakan kondisi dalam perekonomian dimana tidak memiliki harta alias sengsara.

L). Nilai Historis


Nilai Historis adalah nilai dalam cerpen/novel yang berhubungan dengan hal-hal yang erat
kaitannya dengan sejarah.
Berikut contoh kutipan Nilai Historis:
"...Jangankan mendengar nama Sukarno, Hatta, Sjahrir, dan Tan Malaka. Jangan pula
menyebut peristiwa berdarah 30 September 1965,..."
(Kutipan Novel "Pulang" karya Leila S. Chudori)
MENENTUKAN UNSUR PEMBANGUNAN CERPEN
Perjuangan Malam
Hari itu adalah hari sabtu, aku diajak sahabatku untuk mengikuti perlobaan diluar
kota yaitu dikota Malang. Oh iya, namaku Rudi, sedangkan sahabatku itu bernama Irma
yang rumahnya tidak jauh dari rumahku. Lomba yang kami ikuti adalah lomba dalam mata
pelajaran Fisika. Pukul 15.00 aku dan Irma pun berangkat dari Probolinggo menuju ke
Universitas Brawijaya (UB) Malang tempat pelaksanaan perlombaan itu. Kami berdua
berangkat dengan mengendarai bus. “Ir, nanti kalau diperjalanan bacalah sholawat,
usahakan pikiran jangan kosong”, kataku sambil meyakinkannya. “iya aku sudah tahu
maksudmu”, jawab Irma sambil menganggukkan kepala. Selama sekitar tiga jam
perjalanan, akhirnya kami sampai diterminal Kota Malang. “Alhamdulillah, akhirnya kita
nyampek juga”, sahud Irma dengan rasa syukur.
Setelah ini kita kemana?”, tanyaku pada Irma. “Kita langsung saja UB, takutnya
nanti kemalaman, takut formulirnya habis”, jawab Irma. Sebelum ke UB, kami
menyempatkan diri untuk melaksanakan ibadah sholat maghrib dan menjamaknya dengan
sholat isyak. Setelah selesai sholat kami langsung beranjak meninggalkan musholah.
Akupun bertanya pada Irma, “Ir, kita naik apa utuk bias ke UB?”. “kita coba nyari angkot,
barangkali masih ada angkot malam-malam begini”, jawabnya sambil menoleh kanan kiri.
Selama setengah jam kami menunggu angkot namun angkot pun tak kunjung terlihat.
Akhirnya kami memutuskan untuk menaiki becak menuju ke Universitas Brawijaya.
Setelah setengah jam lebih, akhirnya sampai di Universitas Brawijaya. Kami langsung
beranjak menuju Aula Universitas Brawijaya. “ayo cepat, sebelum formulirnya habis”,
ucap Irma sambil menarikku.
Setelah kami berdua sampai didepan Aula kami melihat orang berhamburan
meninggalkan tempat itu dengan raut wajah sedih dan kecewa. Dengan perasaan bingung,
aku pun bertanya kepada salah satu pria yang meninggalkan tempat itu, “Mas.. Mas.. ada
apa ya, kenapa mereka semua berhamburan keluar dari Aula?”. “itu loh, formulir untuk
lomba sudah habis, mereka banyak yang kecewa karena tidak bisa mengikuti perlombaan
besok”. Setelah mendengar penjelasan dari orang itu Irma langsung berlari masuk ke Aula
dan memberanikan diri menghampiri Kak Andy yang merupakan mahasiswa sekaligus
panitia perlombaan itu. “Kak, berapa formulir yang kalian sediakan untuk perlombaan ini?
Seharusnya anda menyediakan lebih banyak lagi. Apa Kakak tidak kasian dengan mereka
yang sudah antri untuk mendapatkan selembar formulir?” ucap Irma dengan marahnya.
Kak Andy pun juga terpancing emosi karena Irma membentaknya, “kamu itu siapa?
Beraninya membentak kita. Merasa lebih tua kamu ya!!”, balasnya dengan membentak
Irma. “maaf Kak, bukannya kita membentak Kakak-Kakak semua, kenapa Kakak-Kakak
ini tidak memberi kesempatan kepada mereka yang sudah rela datang kesini”, sambungku
disela-sela pembicaraan mereka. “sekarang hari sudah larut malam, sebaiknya kalian
keluar dari aula ini. Kalian tidak ada hak mengatur-ngatur kami”, Kakak itu pun mengusir
kami berdua keluar Aula.
Nah sekarang kita harus bagaimana? Semua rencana kita gagal untuk mengikuti
perlombaan ini”, tanyaku pada Irma. “tidak ada jalan lagi selain menunggu mereka keluar,
kita tunggu disini saja sampai mereka punya hati untuk kita!”, jawab Irma. Aku dan Irma
pun sepakat untuk menunggu Kakak itu hingga mereka mau memberikan kesempatan
untuk kita berdua.
Selama berjam kami berdua menunggu didepan Aula hingga jam menunjukkan
pukul 22.40 WIB, tapi tidak ada orang yang terlihat disekitar Aula itu. “Irma, apa kamu
tidak ngantuk, apa kita sebaiknya pergi dari sini?”, tanyaku. “kalau kamu ngantuk
dancapek silahkan saja kamu istirahat di Masjid itu saja!”, suruhnya padaku. Aku pun
termenung dengan kegigihan Irma yang sangat ingin mengikuti lomba Fisika itu.
Tiba-tiba terdengar suara kendaraan bermotor yang menhampiri Aula itu. Seorang
pria dan perempuan turun dari motor itu dan menghampiri kami berdua. Pria itu bertanya
kepadakudengan ramahnya, “kalian ini siapa dan sedang apa disini?”. “begini Kak, kami
berdua berniat untuk mengikuti lomba Anak Fisika ini, tapi formulir yang disediakan
sudah habis”, jawab aku sambil mengerutkan wajah. “memangnya kalian dari mana?
Kenapa kalian tidak pulang saja, kenapa memilih untuk menunggu ditempat ini?, sambung
Kakak itu. “kami dari Probolinggo Kak, tiga jam lebih kami berangkat dari probolinggo
untuk mengikuti lomba ini. Tapi tadi malah diusir sama panita lombanya”, jawab Irma.
Tidak disangka ternyata Kakak itu adalah ketua pelaksanaan lomba itu. “kalian tau siapa
saya? Namaku Adam, saya adalah ketua panitia lomba Anak Fisika. Dan kenalkan cewek
disampingku ini adalah wakil saya namanya Putri”. “salam kenal ya adek-adek”, sambung
Kak Putri. Kak Putri pun menyuruh masuk ke Aula dan memberikanku sebuah kertas
kosong. Kak Putri menyuruh menuliskan data lengkapku dan Irma. Dengan perasaan
gembira aku mulai menulis kertas itu dan tidak menyangka bisa mengikuti lomba Fisika
itu. “terimakasih banyak ya Kak telah member kesempatan kepada kami untuk mengikuti
lomba ini” ucap Irma yang matanya mulai meneteskan air mata.
Setelah ini kalian mau kemana?”, tanya Kak Adam yang baik hati itu. “kami mau
istirahat dimasjid Universitas ini”, jawab Irma. Untuk kali kedua, Kak Adam menawarkan
kebaikannya kepadaku dan Irma untuk beristirahat dirumahnya. “sebaiknya kalian
beristirahat dirumah Kakak saja, kebetulan Kakak asli orang Malang jadi tidak ngekos”.
“maaf Kak, sebaiknya kita beristirahat dimasjid saja, kalau begini jadi ngerepotin kan
jadinya!”, ucap Irma yang sungkan menerima tawaran Kak Adam. “tidak apa-apa kok,
malahan aku senang bisa bantu kalian. Lagian kalian pasti belum makan kan? Tidak apa-
apa, tidak perlu sungkan padaku!”, Kak adam terus membujukku untuk bermalam
dirumahnya. “maaf ya Kak Adam, tapiii…”. “aahh.. sudahlah ayo kita pulang!!”. Aku dan
Irma pun diantarkan kerumahnya Kak Adam.
Setelah sampai dirumah Kak Adam, kami dipersilahkan masuk. “silahkan masuk!
Ya beginilah rumah Kakak, tapi maaf kamarnya tinggal satu kamar yang kosong”. “tidak
usah repot-repot Kak, biar Irma saja yang tidur dikamar kosong itu. Aku tidur di lantai atau
di sofa saja”. Ucapku pada Kak Adam. “owh iya kalian pasti lapar kan? Sebentar ya,
Kakak mau beli makanan dulu”. Kali ini aku dan Irma terdiam atas kebaiikan Kak Adam.
Setelah Kak Adam kembali dengan membawa makanan, kami pun dihidangkan makanan
oleh Kak Adam. Setelah makan kami langsung tidur untuk melepas lelah.
Ketika adzan Subuh terdengar kami pun terbangun dan bersiap-siap untuk
mengikuti lomba. Lagi-lagii Kak Adam menyuruhku sarapan bersama keluarganya. Orang
tua Kak Adam pun juga baik kepada kami berdua. “setelah sarapan kalian berangkat
bareng sama Kakak ya!”. aku dan Irma hanya bisa menganggukkan kepala dan tidak bisa
berbuat apa-apa. Aku, Irma dan Kak Adam berpamitan kepada orang tua Kak Adam lalu
berangkat menuju Universitas Brawijaya.
Tiba di Universitas Brawijaya suasanyanya sangat ramai. “Banyak sekali ya
pesertanya?”, kata Irma. Akhirnya lomba pun dimulai dengan mengerjakan soal-soal
Fisika. Di ruang tes, aku duduk bersebelahan dengan Irma. Setelah satu jam tes itu
berjalan, dalam ruangan itu yang pertama kali menyelesaikan soal-soal Fisikanya yaitu
Irma. Sedangkankan aku selesai belakangan dengan beberapa peserta lain.
Pengumuman hasil lomba itu diumumkan dua jam setelah lomba itu dilaksanakan.
Dan akhirnya hasil perlombaan diumumkan. Yang paling mengejutkan yaitu Irma berhasil
mendapatkan juara ke dua. Sedangkan aku berada diurutan ke 344, sangat jauh dengan
hasil yang diperoleh Irma. “selamat ya Ir, kamu memang hebat. Dipertahankan ya!” aku
langsung member selamat kepada Irma. “makasih ya Rud, kamu juga tingkatkan
prestasimu” kata irama menasehatiku. Tidak lupa Kak Adam juga mengucapkan selamat
kepada Irma. “selamat ya Irma, Kakak tidak menyangka kalau juara kedua bisa kamu
raih”. “makasih Kak, ini juga berkat dukungan Kakak”, ucap Irma. Dengan perasaan
senang dan bangga, aku dan Irma pun kembali ke Probolinggo.

(Cerpen Karya Muhammad Rudi Irawan)

Unsur Instrinsik Cerpen :


I. Tema
Cerpen Perjuangan Malam diatas bertemakan tentang Perjuangan.

II. Setting/Plot
a. Tempat : Setting tempat dalam cerpen diatas antara lain, di Bus, di Aula
Universitas Brawijaya, di Rumah Kak Adam.
b. Waktu : Setting waktu pada cerpen yaitu pada hari sabtu dan minggu.
c. Suasana : Setting suasana pada terjadinya konflik dalam cerpen yaitu
menegangkan. Suasana pada akhir cerita mengharukan.

III. Tokoh/Penokohan
Didalam cerpen diatas terdapat 5 tokoh, antara lain:
a. Aku/Rudi :Memiliki watak yang sopan dan sabar tapi mudah putus asa.
b. Irma :Sahabat Rudi yang mudah terpancing emosi namun dia sebenarnya juga
baik. Dia anak yang pintar sehingga memiliki banyak prestasi.
c. Kak Andy :Seorang panitia perlombaan yang sombong dan tiidak peduli dengan
orang lain.
d. Kak Adam :Ketua panitia perlombaan yang sangat baik dan suka menolong.
e. Kak Putri :Wakil ketua panitia perlombaan yang juga baik hati.

IV. Alur dalam cerpen


Alur dalam cerpen diatas adalah alur maju.
a. Pertemuan antar tokoh.
Hari itu adalah hari sabtu, aku diajak sahabatku untuk mengikuti perlobaan diluar
kota yaitu dikota Malang. Oh iya, namaku Rudi, sedangkan sahabatku itu bernama
Irma yang rumahnya tidak jauh dari rumahku. Lomba yang kami ikuti adalah
lomba dalam mata pelajaran Fisika. Pukul 15.00 aku dan Irma pun berangkat dari
Probolinggo menuju ke Universitas Brawijaya (UB) Malang tempat pelaksanaan
perlombaan itu. Kami berdua berangkat dengan mengendarai bus.
b. Peristiwa
Setelah kami berdua sampai didepan Aula kami melihat orang berhamburan
meninggalkan tempat itu dengan raut wajah sedih dan kecewa. Dengan perasaan
bingung, aku pun bertanya kepada salah satu pria yang meninggalkan tempat itu,
“Mas.. Mas.. ada apa ya, kenapa mereka semua berhamburan keluar dari Aula?”.
“itu loh, formulir untuk lomba sudah habis, mereka banyak yang kecewa karena
tidak bisa mengikuti perlombaan besok”.
c. Konflik
Setelah mendengar penjelasan dari orang itu Irma langsung berlari masuk ke Aula
dan memberanikan diri menghampiri Kak Andy yang merupakan mahasiswa
sekaligus panitia perlombaan itu. “Kak, berapa formulir yang kalian sediakan untuk
perlombaan ini? Seharusnya anda menyediakan lebih banyak lagi. Apa Kakak tidak
kasian dengan mereka yang sudah antri untuk mendapatkan selembar formulir?”
ucap Irma dengan marahnya.
d. Puncak Konflik
Kak Andy pun juga terpancing emosi karena Irma membentaknya, “kamu itu
siapa? Beraninya membentak kita. Merasa lebih tua kamu ya!!”, balasnya dengan
membentak Irma. “maaf Kak, bukannya kita membentak Kakak-Kakak semua,
kenapa Kakak-Kakak ini tidak memberi kesempatan kepada mereka yang sudah
rela datang kesini”, sambungku disela-sela pembicaraan mereka. “sekarang hari
sudah larut malam, sebaiknya kalian keluar dari aula ini. Kalian tidak ada hak
mengatur-ngatur kami”, Kakak itu pun mengusir kami berdua keluar Aula.
e. Penyelesaian
Tiba-tiba terdengar suara kendaraan bermotor yang menhampiri Aula itu. Seorang
pria dan perempuan turun dari motor itu dan menghampiri kami berdua. Pria itu
bertanya kepadakudengan ramahnya, “kalian ini siapa dan sedang apa disini?”.
“begini Kak, kami berdua berniat untuk mengikuti lomba Anak Fisika ini, tapi
formulir yang disediakan sudah habis”, jawab aku sambil mengerutkan wajah.
“memangnya kalian dari mana? Kenapa kalian tidak pulang saja, kenapa memilih
untuk menunggu ditempat ini?, sambung Kakak itu. “kami dari Probolinggo Kak,
tiga jam lebih kami berangkat dari probolinggo untuk mengikuti lomba ini. Tapi
tadi malah diusir sama panita lombanya”, jawab Irma. Tidak disangka ternyata
Kakak itu adalah ketua pelaksanaan lomba itu. “kalian tau siapa saya? Namaku
Adam, saya adalah ketua panitia lomba Anak Fisika. Dan kenalkan cewek
disampingku ini adalah wakil saya namanya Putri”. “salam kenal ya adek-adek”,
sambung Kak Putri. Kak Putri pun menyuruh masuk ke Aula dan memberikanku
sebuah kertas kosong. Kak Putri menyuruh menuliskan data lengkapku dan Irma.
Dengan perasaan gembira aku mulai menulis kertas itu dan tidak menyangka bisa
mengikuti lomba Fisika itu. “terimakasih banyak ya Kak telah member kesempatan
kepada kami untuk mengikuti lomba ini” ucap Irma yang matanya mulai
meneteskan air mata.

Unsur Ekstrinsik Cerpen :


I. Sudut Pandang
Sudut pandang dalam cerpen yaitu orang pertama menggunakan “aku” dan
menceritakan pengalaman pribadi bersama orang lain.
II. Amanat
Amanat yang terkandung dalam cerpen yaitu, bahwa kita harus memperjuangkan hak
kita, walaupun banyak halangan dan rintangan yang menghalangi. Jangan mudah putus asa
dengan sebuah keadaan.

Anda mungkin juga menyukai