Sop - Tax Review & Tax Planning

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

KONSEP TAX MANAGEMENT & TAX PLANNING

CV. SUMBER MAKMUR GROUP

1. Maksud & tujuan Tax Management & Tax Planning

a. Digunakan untuk melaksanakan proses rekayasa usaha dan transaksi agar hutang
menjadi kecil.
b. Untuk pemenuhan kewajiban secara lengkap, benar & tepat waktu, sehingga dapat
secara optimal menghindari pemborosan uang dan sumberdaya manusia.
c. Memperoleh laba dan likwiditas yang diharapkan.

2. Strategi umum Perencanaan Pajak

a. Tax Saving
Melakukan efisiensi & efektivitas perpajakan dengan cara memilih alternative
pengenaan tarif pajak yang lebih rendah.
Contoh : Tunjangan yang diberikan kepada karyawan dapat berupa uang atau berupa
Natura.

b. Tax Avoidance
Melakukan efisiensi pajak dengan menghindari pengenaan pajak.
Contoh : Mengurangi penjualan atau menambah biaya untuk mengurangi PPh Badan.

c. Menguasai Peraturan Pajak


Melakukan efisiensi pajak dengan menguasai peraturan pajak .
Contoh : Fasilitas pajak bagi omzet perusahaan sampai dengan 4,8 Milyar s/d 50
Milyar.

d. Menunda pembayaran kewajiban pajak


Menunda pembayaran kewajiban pajak tanpa melanggar peraturan yang berlaku.
Contoh : Pembayaran PPh tidak boleh dari tanggal 10 bulan berikutnya, tanggal
pembayaran PPN sebelum akhir bulan berikutnya.

e. Mengoptimalkan kredit pajak yang diperkenankan.


Perusahaan sering kurang memperoleh informasi dan pengetahuan tentang pajak
yang dapat dikreditkan , yang merupakan pajak dibayar dimuka.
3. Tahapan Manajemen & perencanaan pajak
a. Pengumpulan dan penelitian kondisi pajak yang ada di CV. Sumber Makmur , agar
dapat dipilih jenis perencanaan pajak yang dapat dilakukan.

b. Membuat rencana jumlah pajak yanga akan dibayar.

c. Menentukan transaksi-transaksi apa yang mempunyai dampak perpajakan,


diupayakan untuk dikurangi jumlah pajaknya.

d. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap rencana pajak yang sudah dijalankan.

e. Melakukan update / revisi terhadap rencana pajak ( Updating tax planning).

4. Syarat dilakukannya Tax Planning :

a. Secara bisnis dapat diterima, sesuai dengan situasi kondisi perekonomian yang ada.
b. Bukti – bukti pendukung yang lenbkap dan memadai.

5. Tugas & Tanggung Jawab Bag. Pajak

a) Bag. pajak bertanggungjawab untuk merumuskan perencanaan pajak


tahunan Perencanaan pajak harus dibuat untuk memaksimalkan
penggunaan manfaat pajak, untuk menghindari inefisiensi dari
pembayaran pajak .
b) Bag. pajak harus memastikan Penjadwalan penyelesaian kewajiban dan
SPT sesuai jadwal yang ditentukan oleh regulasi pajak Indonesia,
Memberikan informasi yang lengkap kepada otoritas pajak,
Penggunaan secara maksimal fasilitas dan manfaat pajak sesuai
undang-undang dan regulasi pajak, juga batasan hukum pajak yang
relevan.
c) Bag. pajak akan mereview rekonsiliasi yang dibuat dan mengambil
tindakan berdasarkan rekonsiliasi tersebut jika dibutuhkan.
Mengadakan rapat pajak bulanan untuk membahas regulasi pajak
Indonesia terkini.
d) Bag. pajak bertanggungjawab untuk menangani semua permintaan dari
audit pajak dan mengkomunikasikan hasil audit kepada Direktur
sebelum mengadakan konferensi penutup audit pajak dengan auditor
pajak.
e) Bag. pajak bertanggungjawab menyimpan semua dokumen yang
berhubungan dengan pajak untuk kurun waktu sebagaimana diatur
dalam regulasi Indonesia.
f) Bag. pajak bertanggungjawab atas hal-hal berikut:

Memuat slip pajak bulanan (SSP) and surat pemberitahuan pajak


bulanan (SPT), dan segera mengarsipkan SPT tersebut kepada kantor
pajak yang terkait.

Membuat surat-surat pemberitahuan pajak dengan


mengimplementasikan e-SPT yang diperlukan.
Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

1. Bag. Pajak harus membuat faktur pajak dan membebankan PPN kepada
pelanggan untuk semua transaksi yang terkena PPN dan melaporkannya kepada
otoritas pajak.

2. Bag. Pajak harus mengklaim semua PPN Masukan dengan menjalankan prosedur
sesuai dengan undang-undang pajak, kecuali PPN Masukan yang tidak dapat
ditagih kembali berdasarkan regulasi.

3. Bag. pajak harus memverifikasi keabsahan faktur pajak.

4. Bag. pajak harus meminta vendor merevisi faktur pajak yang salah agar
perusahaan dapat mengklaim kembali PPN Masukan tersebut. Faktur pajak yang
telah direvisi harus diterima sebelum pembayaran PPN kepada suplier dilakukan,
dan sebelum masa berlaku klaim PPN berakhir.

5. Faktur Pajak Masukan diakui dan dicatat ke dalam ledger, jika barang sudah
dikirim atau pembayaran dari pelanggan sudah diterima, yang mana lebih dulu
terjadi.

6. PPN Keluaran diakui dan Faktur Pajak dibuat pada saat barang diterima atau
pembayaran dilakukan (down payment), yang mana yang terjadi lebih dulu.

7. Setiap bulan, tim bertanggungjawab mengadakan rekonsiliasi antara SPT Masa


PPN dengan General Ledger.

8. Bag. Pajak pajak bertanggungjawab untuk:


 Membuat faktur pajak berdasarkan invoice penjualan yang dikeluarkan.
 Mereview dan mengklarifikasi rekonsiliasi PPN yang dibuat oleh tim dan
mengambil tindakan yang diperlukan untuk merevisi SPT, jika diperlukan
berdasarkan rekonsiliasi, sebelum pembayaran pajak dan pembuatan SPT
Masa PPN;

9. Menghitung hutang PPN bersih atau kelebihan pembayaran setiap bulan dan
membayar hutang PPN tepat waktu.
Pajak Penghasilan Perusahaan ( PPh Pasal 29 )

1. Bag. pajak bertanggungjawab mereview perhitungan pajak penghasilan

2. Pajak penghasilan tahunan perusahaan dan pajak bulanan perusahaan dihitung


dan SPT perusahaan dibuat sesuai dengan undang-undang pajak penghasilan.

3. Hutang pajak perusahaan final (PPh 29) dihitung dengan mempertimbangkan


pajak tahunan perusahaan dan pajak perusahaan yang dibayar di muka. Hutang
PPh 29 harus dibayarkan tepat waktu sebelum menyerahkan SPT PPh Badan

4. Pajak penghasilan perusahaan harus direncanakan dan dikelola untuk


menghindari kelebihan pembayaran pajak.

5. Pajak perusahaan yang dibayar di muka terdiri dari: PPh 25, Pajak penghasilan
yang dipotong oleh pelanggan atas jasa yang diberikan (PPh 23), Pajak
penghasilan yang dipotong dari transaksi import (PPh 22).

6. Bag. pajak harus membuat daftar pajak yang dibayar di muka dan
direkonsiliasikan dengan ledger saat membuat SPT perusahaan.
Pajak Penghasilan karyawan (PPh 21)

1. Penghasilan pribadi tidak kena pajak untuk perhitungan pajak penghasilan


karyawan harus sesuai dengan status karyawan pada awal tahun. Jika terjadi
perubahan status karyawan (belum menikah, menikah tanpa anak, menikah
dengan satu anak, menikah dengan dua anak atau menikah dengan tiga anak)
pada pertengahan tahun, maka perhitungan pendapatan pribadi tidak kena pajak
tetap didasarkan atas status karyawan pada awal tahun.

2. Setiap bulan, Bag. Pajak bertanggungjawab melakukan rekonsiliasi antara SPT


Masa PPh 21 dengan general ledger. Jika ditemukan perbedaan, maka harus
dilakukan investigasi, ditindak-lanjuti dan dikoreksi.

3. Setiap tahun, Bag. Pajak bertanggungjawab menghitung ulang PPh 21 untuk


tahun yang didasarkan SSP. Bag. Pajak juga bertanggungjawab untuk melakukan
rekonsiliasi antara biaya karyawan dalam general ledger dengan total biaya
karyawan dan PPh 21 terhutang dalam SSP untuk satu tahun.

4. Setelah perhitungan final pajak karyawan tahunan, Bag. Pajak bertanggungjawab


membuat bukti potong PPh 21 – form 1721 A1) untuk didistribusikan ke setiap
karyawan.

5. Perusahaan berkewajiban memotong, membayar &melaporkan pajak penghasilan


yang berhubungan dengan pekerjaan, sebagai berikut:

 Gaji, upah, honorarium, tunjangan dan jenis-jenis pembayaran lainnya yang


berhubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan atau non-
karyawan.

 Honorarium atau jenis-jenis pembayaran lainnya sebagai kompensasi jasa,


termasuk jasa tenaga ahli independen, dan;

 Pembayaran yang berhubungan dengan pelakasanaan kegiatan-kegiatan


tertentu.
PPH 23/26/.4(2)

1. PPh 23 adalah pajak yang terkait dengan penghasilan dari jasa , sewa ( kecuali
sewa gedung) dan suku bunga.

2. PPh 26 adalah pajak yang terkait dengan penghasilan yang diteirma oleh WP
berkewarga negaraan asing.

3. PPh 4(2) adalah pajak yang terkait dengan penghasilan dari sewa gedung , suku
bunga.

4. PPh atas pembagian deviden harus dilakukan saat deviden tsb. Dibayarkan.

5. Setiap bulan, Bag. Pajak wajib membuat rekonsiliasi antara biaya-biaya yang
terkena witholding tax dengan General ledger. Jika ditemukan perbeddaan , maka
harus dilakukan investigasi, ditindak lanjuti dan dikoreksi sebelum pembayaran
pajak dan pembuatatn SPT Masa wItholding tax.

6. Membuat SPT dan bukti Potong untuk didistribusikan ke supplier yang terkait.
Teknik Pengujian / Equalisasi Pajak

 Pengujian Arus Barang

Pengujian arus barang dilakukan untuk meyakini kebenaran unit barang yang keluar
dari gudang/digunakan/dijual ataupun yang masuk ke gudang, baik berupa bahan
baku, bahan pembantu, barang dalam proses, maupun barang jadi.

Bag. Pajak harus memastikan bahwa unit tersebut telah memperhitungkan


pemakaian sendiri, barang rusak (spoiled goods), sampel, pemberian cuma-cuma,
retur pembelian, barang dalam pengiriman (FOB Destination)/perjalanan (intransit).

Formula (disesuaikan dengan jenis persediaan):

Saldo Awal Persediaan (unit) +/+

Pembelian (unit) +/+

Saldo Akhir Persediaan (unit) -/-

Persediaan xxx
Keluar/digunakan/dijual/HPP(unit)

Nilai unit ini dapat digunakan untuk menyakini atau menghitung nilai dari harga pokok
barang atau penjualan apabila harga barang tersebut bernilai sama setiap unitnya,
yang dilakukan dengan cara mengalikan unit dengan harga barang.
 Pengujian Arus Uang

Pengujian arus uang meliputi transaksi kas, bank, dan setara kas lainnya. Pengujian ini
dilakukan untuk menguji aliran uang suatu transaksi dan/atau mendapatkan jumlah
penerimaan uang dalam suatu kurun waktu dalam rangka mendukung pengujian
kebenaran penghasilan bruto yang dilaporkan Wajib Pajak berdasarkan kas (cash
basis).

Formula :

Saldo AKhir Kas/Bank +/+


Pengeluaran Kas/Bank +/+
Saldo Awal Kas/Bank -/-
Penyesuaian non penghasilan +/-
Penerimaan Kas/Bank XXX

Pengujian arus uang selain menggunakan formula tersebut dapat juga dilakukan
dengan melakukan penghitungan atas sisi penerimaan saja. Penerimaan kas/bank
yang diperoleh dari formula di atas harus mengeluarkan penerimaan-penerimaan
yang tidak ada kaitannya dengan penghasilan, seperti transfer antar bank,
penerimaan pinjaman, PPN dipungut sendiri, dan sebagainya; yang
dikelompokkan dalam penyesuaian non penghasilan, serta harus
memperhitungkan uang muka penjualan/pelanggan jika ada.

Khusus untuk penghitungan PPN dipungut sendiri yang harus dikeluarkan dari
penghitungan penerimaan kas/bank perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

* Nilai PPN dipungut sendiri yang dikurangkan dapat diperoleh dari:


* nilai yang dilaporkan pada SPT Masa PPN;
* penelusuran jurnal setiap transaksi PPN; atau
* mutasi hutang PPN pada buku besar.
.
Apabila PPN dipungut sendiri yang tercantum di SPT Masa PPN yang digunakan
sebagai pengurang, maka perlu dipastikan bahwa jumlah tersebut tidak termasuk
PPN yang telah dilaporkan di SPT Masa tetapi tidak terdapat aliran uang yang
masuk ke kas maupun bank, di antaranya meliputi:

 PPN yang ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak, seperti pemberian cuma-cuma,

pemakaian sendiri, sampel, dll;

 PPN yang dipungut beda waktu, faktur telah diterbitkan pelunasan belum

diterima, atau sebaliknya;

 dan transaksi lainnya yang secara nyata tidak terdapat titipan PPN dalam
penerimaan uang yang dihitung.
 Pengujian Arus Piutang

Pengujian arus piutang dilakukan utnuk mendapatkan jumlah pelunasan piutang


usaha dalam suatu kurun waktu dalam rangka mendukung pengujian kebenaran
penghasilan bruto yang dilaporkan Wajib Pajak secara akrual (accrual basis).

Pengujian arus piutang dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara:

1. hanya menggunakan mutasi kredit akun piutang usaha untuk mendapatkan

penjualan secara akrual (non tunai). Jika ingin mendapatkan penjualan secara
total tunai dan non tunai, maka harus ditambahkan dengan hasil penghitungan
penjualan tunai; atau

2. menggabungkan hasil pengujian arus uang dan utang-piutang sekaligus, untuk


mendapatkan penghasilan bruto baik dari tunai maupun non tunai. Hal ini
dilakukan dengan cara menggunakan penerimaan uang/tunai dan non tunai
(seperti offset utang-piutang, bukti potong, bukti pungut) sebagai unsur
pelunasan piutang usaha, dan juga memperhatikan saldo-saldo uang muka
pelanggan ataupun pendapatan ditangguhkan.

Penyesuaian-penyesuaian yang harus juga diperhitungkan terkait dengan


pengujian arus piutang antara lain:

1. ditambah penghapusan piutang;


2. dikurangi retur penjualan;
3. dikurangi PPN dipungut sendiri yang ada dalam penerimaan kas/bank;
4. saldo-saldo uang muka penjualan;
5. saldo-saldo pendapatan yang ditangguhkan; dan
6. penyesuaian lain yang tidak ada hubungan dengan penerimaan dan
penghasilan.
Formula :

Pelunasan/Penerimaan melalui +/+


Kas/Bank
Pelunasan Non Kas/Bank +/+
Saldo Akhir Piutang Usaha +/+
Saldo Awal Piutang Usaha -/-
Penyesuaian +/-
Peredaran Usaha XXX
 Pengujian Arus Utang

Pengujian arus utang tergantung kepada pos yang akan diyakini kebenarannya. Untuk
meyakini pembelian barang secara kredit dilakukan pengujian arus utang usaha.
Sedangkan untuk meyakini penerimaan pinjaman dilakukan pengujian arus utang
bank/afiliasi/pemegang saham. Demikian pula untuk meyakini uang muka penjualan
dan sebagainya.
Formula :
Saldo Akhir Utang Usaha +/+
Pembelian Tunai +/+
Pelunasan Utang Usaha +/+
Saldo Awal Utang Usaha -/-
Penyesuaian +/-
Pembelian XXX
 ekualisasi atau rekonsiliasi;

Ekualisasi atau rekonsiliasi adalah mencocokkan saldo 2 (dua) atau lebih angka yang
mempunyai hubungan satu dengan yang lainnya. Apabila hasilnya terdapat
perbedaan, maka perbedaan tersebut harus dapat dijelaskan.
Prosedur Pemeriksaan yang dapat ditempuh :

 Tentukan saldo-saldo atau pos-pos yang akan dicocokkan (misalnya penjualan,

penyerahan DPP PPN, pembelian);

 gunakan saldo-saldo:
 peredaran usaha dan penghasilan lain-lain dengan jumlah penyerahan
menurut SPT Masa PPN;
 peredaran usaha dengan objek PPh Pasal 22 Kegiatan Usaha di Bidang
Lain;
 pembelian (bahan baku, barang jadi, dan aktiva) dengan Dasar
Pengenaan Pajak PPN Masukan;
 biaya yang merupakan objek pemotongan dan pemungutan Pajak
Penghasilan dengan objek PPh Pemotongan Pemungutan;
 objek pemotongan PPh dengan DPP PPN Masukan;
 objek PPh Pasal 26 dengan objek PPN jasa luar negeri;
 buku besar bank dengan rekening koran;

Untuk meyakini kebenaran angka dengan melakukan penghitungan berdasarkan


formula;
lakukan permintaan data/keterangan Wajib Pajak atas perbedaan yang terjadi;
pastikan pemfakturan antara waktu telah dilakukan tepat waktu;
Formula yang digunakan untuk menuangkan hasil ekualisasi Objek PPh Badan dan Objek
PPN Dalam Negeri dalam rangka menghitung Objek PPN Dalam Negeri:

Objek PPN Dalam Negeri terdiri dari:


Peredaran usaha +/+
Ditambah:
a. Uang muka pelanggan akhir +/+
b. Pendapatan ditangguhkan akhir (PPN dibayar tahun ini) +/+
c. Penyerahan antar cabang (dalam hal tidak terdapat pemusatan PPN terutang) +/+
d. Harga jual aktiva Pasal 16D UU PPN +/+
e. Penyerahan tahun sebelumnya difakturkan tahun ini +/+
f. Penggantian biaya yang pajak masukannya telah dikreditkan +/+
g. Pemakaian sendiri +/+
h. Pemberian cuma-Cuma +/+
i. Penyerahan BKP/JKP lainnya +/+
j. ...... dsb +/+
Jumlah +/+
Dikurangi:
a. Uang muka pelanggan awal (pastikan telah difakturkan masa sebelumnya) -/-
b. Pendapatan ditangguhkan awal (pastikan telah difakturkan tahun sebelumnya) -/-
c. Penyerahan difakturkan tahun berikutnya -/-
d. ....dsb -/-
Jumlah -/-
Jumlah Penyerahan Seluruhnya +/+
Penyerahan non BKP/JKP -/-
Penyerahan BKP/JKP XXX
Formula yang digunakan untuk menuangkan hasil ekualisasi pos-pos PPh Badan dan
Objek PPh
Pemotongan Objek PPh Pemotongan 21/23/26 Final:
a. Macam-macam objek Pos Laba Rugi/Pos Neraca/Pos SPT/Turunan Terkait +/+
b. Objek-objek lainnya +/+
c. Objek dari masa sebelumnya +/+
d. Dipotong/disetor/dilaporkan masa berikutnya -/-
e. Diperhitungkan sebagai objek PPh Pemotongan lain -/-
f. Dipotong/disetor/dilaporkan di KPP lain -/-
Objek Pajak Menurut Pemeriksa Pajak XXX

Pada umumnya perbedaan yang timbul antara nilai omset menurut SPT Tahunan PPh
Badan dengan nilai penyerahan menurut SPT Masa PPN bisa timbul karena dua kondisi.
Pertama, karena karakteristik transaksi dan yang kedua karena peraturan yang berlaku
memang mengakibatkan timbulnya perbedaan.

Ekualisasi yang biasa dilakukan dalam proses pemeriksaan ada 2 (dua) yaitu :

 Ekualisasi PPN dengan Omset (Penjualan) PPh Pasal 25 & 29


 Ekualisasi PPh Pasal 21 dengan Pengakuan Biaya Gaji dan Upah Tenaga Kerja
Langsung pada "Laporan Laba Rugi

SELESAI

Anda mungkin juga menyukai