Alkitab Digital Vs Buku Alkitab
Alkitab Digital Vs Buku Alkitab
Alkitab Digital Vs Buku Alkitab
Kemajuan teknologi menawarkan banyak kemudahan dalam berbagai hal. Telepon genggam kini tidak hanya bisa
menerima dan mengirim pesan atau melakukan panggilan telepon lokal atau internasional, tetapi mampu
melakukan berbagai macam hal. Hari ini, ponsel dan perangkat serupa disesuaikan dilengkapi dengan perangkat
lunak, akses internet, kamera digital, pemutar musik portabel, GPS dan banyak pilihan lainnya.
Untuk melakukan transaksi pemindahan rekening tidak perlu repot-repot mengantri di Bank, dengan beberapa
kali klik sejumlah dana telah berpindah tangan. Jual beli dilakukan oleh mesin tanpa temu atau tatap muka,
seperti banyak penyedia jasa online yang kita ketahui lebih mirip Plaza atau Mal tapi bukan dalam bangunan
megah, tetapi sebuah benda persegi panjang dengan berbagai ukuran, smartphone dengan berbagai sistem
operasi.
Didalamnya bisa diinstal ragam aplikasi tergantung pengguna. Yang menariknya sebuah perpustakaan mini atau
sedang, atau besar juga bisa dimasukkan kedalamnya disesuaikan kapasitas penyimpanan. Berbagai macam e-
book, papers, komik, jenis bacaan apapun ada didalamnya tidak ketinggalan kitab-kitab suci.
Tidak berat dan tidak ribet dengan ukurannya yang cukup kecil, sehingga bisa dimasukkan ke dalam tas kaum
hawa atau saku kaum Adam. Tidak hanya di hari Minggu di mana saja, kapan saja ingin membaca dan
merenungkan firman Tuhan sepanjang ada smartphone sudah pasti bisa dilakukan. Dalam sesi-sesi
pembelajaran Alkitab pun, sangat mudah untuk melakukan proses pencarian suatu kitab, bab dan ayat atau
bahkan sebuah kata kunci. Hampir sama ketika kita menggunakan kalkultor, untuk mendapatkan hasil tinggal
menekan beberapa tuts dan keluarlah hasilnya.
Begitu juga ketika hendak berbagi renungan di media sosial, dengan sentuhan aplikasi maka dalam hitungan
detik, ayat yang ingin dibagi sudah langsung ter-share. Beberapa orang lebih memilih alkitab digital dengan
alasan font yang lebih besar, karena kesulitan membaca buku alkitab dengan ukuran yang tercetak terlampau
kecil.
Bagaimana dengan buku Alkitab? Apakah tetap menjadi favorit? Ataukah malah ditinggalkan di rumah? Karena
tidak seringan smartphone, atau juga mungkin karena bentuknya yang hampir sama dengan harga yang relatif
sama, sebuah prestise tidak bisa dipertontonkan? Jawabannya bisa Ya, bisa juga tidak.
Lalu apakah digital bible telah menggantikan peran buku Alkitab sepenuhnya?
Buat sebagian orang buku Alkitab masih tetap menjadi pegangan. Menyentuh lembaran-lembaran kertasnya,
berjelajah dari satu ayat ke ayat yang lain, dan setiap pencarian akan satu ayat dari setiap sesi saat teduh, selalu
saja ada hal-hal baru yang ditemukan, memberikan highlight pada ayat-ayat yang menyentuh dan menjadi
pengingat di satu atau dua atau tiga atau bahkan berapa lama tahun sepanjang ayat itu masih ada, memberikan
catatan kecil di pinggiran-pinggiran bukunya, sensasi yang ada ketika telapak tangan memegang stabilo atau
sejenisnya-mulai menggaris sambil membaca dengan perlahan, menghayatinya, meresapinya, menjadikannya
darah dan daging bagian dari diri seutuhnya, itu adalah sesuatu yang luar biasa meneduhkan. Rasanya tidak sama
ketika menggunakan aplikasi kitab suci.
Keuntungan lain dari membaca buku Alkitab adalah diharapkan bisa menjadi contoh untuk anak-anak kita, ketika
semua orang beralih ke teknologi. Setidaknya semangat untuk menyentuh, membuka, membaca, memberikan
highlight, merenungkan bisa meninggalkan semangat untuk membaca dan merenungkan.
Teknologi selalu membuat hidup kita menjadi lebih mudah, semakin mudah, semakin sedikit waktu dan tenaga
yang digunakan. Tidak ada yang salah dengan menikmati kemajuan teknologi. Jika malu menjadi alasan buku
alkitab tidak dibawa ke gereja atau kemana saja, karena takut dikatakan “tidak mengikuti perkembangan jaman”
maka iman seseorang yang merasa malu itu boleh dipertanyakan.
Pada akhirnya diharapkan alkitab digital maupun buku alkitab bisa berjalan bersamaan, saling melengkapi
dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Apakah aplikasi atau hasil print, dibaca, direnungkan
intinya para pengguna Alkitab apapun bentuknya, hendaknya menjadi pelaku firman karena bukan alkitab yang
menyelamatkan kita, tetapi Kristus itu sendiri.
“Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak
mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.”
Kasih adalah Kristus itu sendiri.
Malah jadi keingat tahun 90an...ketika lagu pujian masih ditulis di buku. Kenangan berbagi buku dengan orang di
kanan-kiri, dan juga Ibu menyanyi sekaligus mengajari saya not angka yang ada di kidung pujian.
Beda dengan zaman sekarang, ketika semua orang terpaku pada powerpoint ataupun proyektor di depan.
Agak melenceng dikit, tapi ada kesan dan memori tersendiri saat memegang buku "fisik" (dibanding yang digital).
Apakah Anda menggunakan Alkitab digital selama kebaktian? Atau apakah Anda menyadari bahwa
menggunakan sebuah aplikasi untuk membaca Alkitab selama di gereja adalah mengganggu? Perusahaan saya
memproduksi sebuah platform aplikasi kustom gereja yang berpusat di sekitar interaksi digital dengan Alkitab -
- yang berarti kita mendengar orang-orang dari kedua belah pihak. Banyak pengguna yang merasa bersyukur
Alkitab begitu mudah diakses ke smartphone dan perangkat seluler mereka; tetapi yang lain sangat percaya
Alkitab digital di gereja tidaklah tepat.
Kritik yang paling umum tentang Alkitab digital yang kami terima adalah bahwa itu merupakan trend kaum
muda, bahwa itu sangat impersonal, dan bahwa itu mengganggu. Pengkritik mengatakan bahwa kebanyakan
orang yang menggunakan aplikasi Alkitab menjadi cepat teralihkan dari khotbah pendeta dan mulai melihat
aplikasi lain di smartphone mereka. Apakah mereka benar?
Kritik-kritik ini selalu dapat dengan jelas kita pahami karena jika mereka akurat, maka membuat Alkitab bisa
diakses dalam aplikasi mungkin malah menghalangi, bukannya membantu interaksi dengan Alkitab yang
bermakna. Setiap minggu, ratusan ribu orang menggunakan Kustom Aplikasi Gereja mereka untuk membaca
Alkitab di gereja, dalam kelompok-kelompok kecil, dan pada studi Alkitab. Apakah kita membantu mereka
terlibat dengan Alkitab secara lebih dekat dengan membuat Alkitab lebih mudah diakses pada smartphone
mereka, atau kita hanya menambahkan sumber gangguan lain selama ibadah? Apakah kertas menciptakan
pengalaman intim dengan Firman Tuhan sehingga kita harus mengubah pendekatan kita dan mengarahkan
semua orang ke Alkitab cetak mereka?
Pada akhirnya, sulit untuk mengetahui dengan pasti. Namun, melihat data tentang bagaimana orang
menggunakan teknologi dapat memberikan kita suatu pengertian bagaimana mereka mungkin -- atau mungkin
tidak -- menggunakan teknologi untuk terlibat dengan Firman Tuhan.
Pertama, kita tahu bahwa orang menghargai membaca Alkitab. Sebuah studi dari Barna /American Bible Society
baru-baru ini menemukan bahwa lebih dari setengah orang Amerika mengatakan mereka ingin lebih banyak
membaca Alkitab mereka.
Pew Research juga melaporkan bahwa 64% dari orang dewasa Amerika memiliki beberapa jenis smartphone.
Penelitian tambahan menunjukkan bahwa smartphone dan aplikasi merupakan alat yang lengkap dalam
kehidupan kebanyakan orang Amerika -- mayoritas pemilik smartphone menggunakan ponsel dan aplikasi
mereka secara teratur untuk berinteraksi dengan orang lain dan mengikuti peristiwa-peristiwa di dunia sekitar
mereka. Perhatikan implikasi dari angka-angka tersebut untuk jemaat gereja yang khas. Ini berarti mayoritas
setiap jemaat gereja umumnya duduk di gereja masing-masing dan setiap akhir pekan dengan sebuah
smartphone -- sebuah smartphone yang merupakan bagian integral dari cara mereka berinteraksi dengan orang
lain dalam kehidupan sehari-hari mereka. Ketika kita melihat fakta ini maka beberapa hal menjadi jelas:
Aplikasi seluler bukan sebuah keisengan. Mereka adalah media komunikasi yang diinginkan untuk berhubungan
dengan budaya saat ini. Mereka ada untuk seterusnya.
Aplikasi seluler digunakan oleh sebagian besar orang dewasa di Amerika setiap hari. Aplikasi seluler tidak hanya
untuk para pemain game muda; mereka digunakan oleh semua usia dewasa secara demografis dalam persentase
yang semakin bertambah.
Pertanyaannya adalah: apakah ini hal yang baik atau buruk?
Hanya karena masyarakat menerima aplikasi sebagai cara yang lebih disukai untuk terhubung dengan orang-
orang, bisnis, dan organisasi bukan berarti aplikasi secara otomatis baik untuk gereja. Tidak semua yang diterima
masyarakat harus digunakan di gereja. Ada banyak hal yang bermanfaat dalam jangka pendek, tapi menghasilkan
sedikit hasil dalam jangka panjang, dan bahkan mungkin memiliki efek samping yang negatif.
Meski begitu, bertahun-tahun penelitian dan interaksi dengan ribuan pendeta membawa kita kepada keyakinan
ini: Alkitab digital di gereja adalah ide yang baik. Berikut ini alasannya:
Alkitab Digital lebih mudah untuk diakses, di mana saja. Hampir semua pengguna smartphone membawa ponsel
mereka ke mana-mana, termasuk banyak tempat ketika situasinya malahan akan menjadi tidak nyaman jika
membawa atau menggunakan Alkitab cetak. Pendeta memberitahu kita tidak hanya orang-orang membaca
Alkitab di gereja, mereka juga lebih terlibat dengan itu! Pendeta memberitahu kami Alkitab digital sangat
membantu praktek gereja mereka untuk membaca renungan setiap hari.
Alkitab Digital memungkinkan para pengguna untuk membuat catatan yang lebih baik di gereja. Kami
menemukan ketika orang menulis catatan dan memasukkan teks yang sebenarnya dari Kitab Suci (aplikasi digital
memungkinkan untuk menyalin dengan cepat) dalam catatan mereka, ada potensi besar untuk meningkatkan
ingatan dan aplikasi dari khotbah. Dan catatan-catatan itu mudah diakses di smartphone mereka.
Alkitab Digital membawa penginjilan ke tingkat yang baru. Pendeta mampu membuat khotbah-khotbah mereka
lebih interaktif, dan orang-orang sering menyebarkan di media sosial ayat-ayat yang mereka baca. Berbagi secara
sosial adalah mudah bila Anda menggunakan aplikasi digital. Sebuah survei terbaru yang dilakukan oleh Pew
Research menemukan bahwa dari mereka yang disurvei, 1 dari 5 orang Amerika menyaksikan iman mereka
secara daring dalam seminggu rata-rata di tempat-tempat seperti Facebook dan Twitter.
Sampai beberapa tahun yang lalu, kebanyakan orang Kristen diajarkan untuk berinteraksi dengan Alkitab sebagai
artefak fisik: mereka akan menyoroti ayat-ayat di Alkitab cetak mereka, atau menggaris bawahi dan menjelaskan
kata-kata dan ayat-ayat yang mengena bagi mereka. Mereka didorong untuk membuat Alkitab mereka menjadi
buku pribadi yang penuh dengan catatan, garis bawah, dan sorotan. Untuk orang yang terbiasa dengan
pengalaman pengguna ini, sebuah Alkitab digital bisa tampak impersonal. Jelas akan ada preferensi di kedua sisi,
tetapi apakah itu benar-benar harus menjadi salah satu atau yang lain? Penelitian kami menunjukkan bahwa bagi
orang yang bersedia menerima format digital, alkitab digital membawa keuntungan yang tidak dimiliki versi
cetak -- tetapi di atas semua itu, kami berharap orang-orang Kristen akan terus membaca Alkitab berdasarkan
pilihan mereka, digital atau bukan, ketika mereka berkumpul untuk ibadah. (t/Jing-Jing)
Diterjemahkan dari:
Nama situs: Bible Gateway Blog
URL: https://www.biblegateway.com/blog/2015/08/bible-apps-in-church-good-or-bad-idea/
Judul asli artikel: Bible Apps in Church: Good or Bad Idea?
Penulis artikel: Jonathan Petersen
Tanggal akses: 15 April 2016
Alkitab dan Alkitab Elektronik
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Alkitab adalah sebuah peta untuk memperlihatkan kita jalan untuk hidup. Ada dalam Alkitab,”Aku ini orang
asing di dunia, janganlah sembunyikan perintah-perintah-Mu terhadap aku” (Mazmur 119:19). Alkitab
memberikan hikmat kepada kita. Ada dalam Alkitab,”Aku lebih berakal budi dari pada semua pengajarku, sebab
peringatan-peringatan-Mu kurenungkan” (Mazmur 119:99). Alkitab menawarkan pertolongan apabila jalan
kelihatan tidak jelas. Ada dalam Alkitab, ”Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku” (Mazmur
119:105). Alkitab memberikan kita perintah-perintah Allah, yang tidak dapat dirubah. Ada dalam Alkitab,”Karena
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak
akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi” (Matius 5:18).
Alkitab berguna untuk bersaksi tentang Allah dan Putra-Nya Yesus Kristus, Firman yang menjadi manusia,
alkitab berisi hukum dan peraturan dari Allah yang harus ditaati dan dilaksanakan. Alkitab sebagai pedoman
menuju pelabuhan keselamatan di sorga abadi, Sabagai referensi, sumber pengajaran, nasehat, tuntunan menuju
keselamatan abadi, cermin bagi diri sendiri untuk mengetahui dosa dan salah diri sendiri, dan apakah sudah
melaksanakan tanpa henti Firman Allah, sesuai iman kepada Yesus Kristus, Tuhan, Juruselamat manusia.
Mempelajari Alkitab bukan untuk bisa menyalahkan orang lain.
Namun pada abad ini, dunia telah memasuki dan sedang berada dalam perubahan serta perkembangan
cepat sebagai akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Berbagai layanan informasi,
jaringan komunikasi, dan sejumlah peralatan canggih yang dioperasikan lewat komputer membuat segala
sesuatu menjadi semakin mudah untuk dijangkau. Di mana-mana setiap orang berlomba-lomba untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi melalui
adaptasi dengan berbagai media , seperti komputer, telepon genggam, dan berbagai sarana yang lain.
Media adalah bukti bagaimana manusia berupaya mengembangkan diri dan berusaha mengatasi kesulitan-
kesulitan hidup, menyediakan kemudahan kerja, kemudahan berbagi informasi, dan sebagainya. Hal ini
membawa dampak bagi kehidupan masyarakat di berbagai bidang kehidupan, termasuk yang religius.
Perkembangan pengetahuan dan teknologi menyebabkan banyak pemuda-pemudi kristen yang hanyut dalam
pengaruh negatif dan mulai mengabaikan kewajibannya untuk membaca alkitab yang sebagai sarana untuk
mengerti akan kehendak Allah
B. Perumusan Masalah
Berdasar pada latar belakang yang telah dideskripsikan sebelumnya, maka masalah utama yang akan dikaji
dalam metode ilmiah ini adalah :
Bagaimana penggunaan dan pemanfaatan Alkitab di kalangan pemuda-pemudi?
Bagaimana pemahaman pemuda-pemudi Kristen tentang keberadaan Alkitab Elektronik ?
Bagaimana para pemuda-pemudi Kristen menanggapi adat istiadat penggunaan alkitab yang terjadi di zaman ini?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan metode ilmiah ini :
Mengkaji penggunaan dan pemanfaatan Alkitab di kalangan pemuda-pemudi
Mengkaji pemahaman pemuda-pemudi Kristen tentang keberadaan Alkitab Elektronik
Mengkaji pendapat para pemuda-pemudi Kristen menanggapi adat istiadat penggunaan alkitab yang terjadi di
zaman ini.
D. Manfaat Penelitian
Metode ilmiah ini diharapkan dapat :
- Memberikan pengetahuan tentang pentingnya alkitab kepada para pemuda-pemudi kristen dan
pemahaman tentang kegunaan alkitab elektronik yang seharusnya serta menanggapi penggunaan alkitab dalam
adat istiadat yang terjadi saat ini.
E. METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pendekatan
deskriptif maksudnya ialah menjelaskan seluruh fenomena yang terjadi terkait dengan masalah yang dikaji
secara sistematis, faktual dan akurat. Dengan kata lain, pendekatan deskriptif berusaha menggambarkan sifat
suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dan melihat sebab dari sebuah fenomena tertentu.
Penelitian kualitatif lebih memfokuskan pada manusia yang selalu berubah sebagai alat, proses daripada hasil
dan perhatian pada kedalaman dan ketepatan data.
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di mahasiswa Universitas Cenderawasih dan Jemaat GKII Petra, Sentani di
kota Jayapura
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung pada Desember 2011.
3. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari :
Sumber data primer penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Cenderawasih pemuda-pemudi Jemaat GKII
Petra, Sentani .
Buku-buku / sumber sekunder, artikel, serta bahan-bahan lain yang diakses melalui internet.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Alkitab
Alkitab adalah kitab suci umat Kristiani. (Kadang-kadang disebut pula dengan istilah Injil, meskipun
sesungguhnya hanya keempat kitab pertama dalam Perjanjian Baru yang disebut dengan Injil). Alkitab dibagi
atas dua bagian utama, yaitu Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama. Bagian-bagian utama ini disebut "Perjanjian"
karena Allah bangsa Israel membuat perjanjian kepada manusia. Pertama kalinya antara Musa dan bangsa Israel
dan kedua kalinya antara Yesus Kristus dan seluruh umat manusia. Hampir semua bukuPerjanjian Lama ditulis
dalam bahasa Ibrani, kecuali beberapa bagian yang ditulis dalam bahasa Aram contohnya
kitab Daniel sedangkan semua buku Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani.
Istilah Alkitab berasal dari kata "Al-Kitab" (bahasa Arab: )الكتابberarti "buku" atau "kitab".Di negeri-negeri
berbahasa Arab sendiri, Alkitab disebut sebagai "Al-Kitab Al-Muqaddas" (bahasa Arab: )المقدس الكتاب. Dalam bahasa
Indonesia, Alkitab kadang disebut dengan istilah Bibel.Filo (20 SM – 50 M) dan Yosefus menyebut Perjanjian
Lama sebagai bibloi hiërai. Hieronimus, seorang Bapak Gereja yang disuruh oleh Paus Damasus untuk merevisi
Alkitab Latin, berkali-kali menyebut Alkitab dengan nama Biblia yang merupakan kata dari bahasa Latin yang
berarti "buku". Alkitab dalam bahasa Inggris menyebut kitab suci sebagai the Bible, dan dalam bahasa Jerman
sebagai die Bibel.
Alkitab terdiri dari:
39 kitab Perjanjian Lama atau kitab-kitab bahasa Ibrani; karena 97% isinya ditulis dalam bahasa Ibrani dan
sisanya dalam bahasa Aramaik.
27 kitab dan surat Perjanjian Baru atau kitab-kitab bahasa Yunani; karena ditulis dalam bahasa Yunani oleh para
pengikut Kristus (disebut sebagai orang Kristen).
Kitab-kitab Deuterokanonika atau Apokrif (hanya dipakai oleh gereja Katolik Roma dan Ortodoks dan jumlahnya
berbeda-beda menurut denominasi. Kristen Katolik memakai 7 kitab dan 2 tambahan pada kitab-kitab Perjanjian
Lama lainnya.)
Allah adalah sumber dari semua informasi di dalam Alkitab. Ada dalam Alkitab,”Semua yang tertulis dalam
Alkitab, diilhami oleh Allah dan berguna untuk mengajarkan yang benar, untuk menegur dan membetulkan yang
salah, dan untuk mengajar manusia supaya hidup menurut kemauan Allah” (2 Timotius 3:16, BIS). Alkitab
memperkenalkan kita kepada Yesus Kristus. Ada dalam Alkitab,”Pada zaman dahulu banyak kali Allah berbicara
kepada nenek moyang kita melalui nabi-nabi dengan memakai bermacam-macam cara. Tetapi pada zaman akhir
ini Ia berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya. Melalui Anak-Nya inilah Allah menciptakan alam
semesta. Dan Allah sudah menentukan bahwa Anak-Nya inilah juga yang berhak memiliki segala sesuatu” (Ibrani
1:1-2, BIS).
Apakah yang sanggup dibuat oleh Alkitab kepada orang yang percaya pada Alkitab? Ada dalam
Alkitab,”Ingatlah juga bahwa sejak kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat
kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan melalui iman kepada Kristus Yesus” (2 Timotius 3:15).
Apakah syarat untuk mendapatkan pengertian akan perkara-perkara ilahi yang dijanjikan? Ada dalam
Alkitab,”Hai anakku, jikalau engkau menerima perkataanku dan menyimpan perintahku di dalam hatimu,
sehingga telingamu memperhatikan hikmat, dan engkau mencenderungkan hatimu kepada kepandaian, ya,
jikalau engkau berseru kepada pengertian, dan menujukan suaramu kepada kepandaian, jikalau engkau
mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, maka engkau akan
memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan Allah. Karena TUHANlah
yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian” (Amsal 2:1-6).
B. Fungsi Alkitab
Alkitab mempunyai fungsi dalam hubungan dengan kehidupan orang percaya dan pertumbuhan iman dari
orang percaya. Sehingga Alkitab mempunyai fungsi sentral dan dominan dalam kehidupan pribadi maupun umat.
Hal ini menjadi penting, karena jika orang Kristen atau jemaat telah salah memahami fungsi Alkitab bagi mereka
maka bukan tidak mungkin nilai fungsi Alkitab akan mengalami degradasi yang luar biasa, bahwa Alkitab akan
disepelekan. Alkitab memiliki fungsi sentral dan dominan, karena hidup iman seseorang dan persekutuan
ditumbuh-kembangkan tidak dapat dilepaskan dari keberadaan Alkitab. Seseorang makin mengenal Allah, karya
Keselamatan-Nya serta menghayati makna hidup berimannya tidak dapat lepas dari tuntunan Alkitab.
Fungsi Alkitab selanjutnya adalah dalam kaitannya dengan pembangunan tubuh Kristus
(bandingkan Kisah Para Rasul 2; Kisah Para Rasul 4; 1 Korintus 12; 1 Korintus 14; Efesus 4). Yang dimaksudkan
di sini adalah Alkitab berada pada posisi sentral bukan hanya dalam hal kehidupan iman personal atau komunal,
tetapi juga posisi sentral itu berlaku, menerangi segala keputusan atau kebijakan yang diambil dalam menata dan
membangun persekutuan orang percaya / jemaat. Segala keputusan dan kebijakan gerejawi tidak boleh lepas
dari dasar Alkitab. Alkitab sebagai pernyataan kehendak Allah semestinya menjadi dasar pijak dan memayungi
segala keputusan dan kebijakan gerejawi baik yang berlaku ke dalam mau pun ke luar, baik untuk tingkat di
jemaat maupun di tingkat sinodal. Fungsi ini teramat penting, karena di sinilah letak perbedaan fundamental
antara gereja dengan organisasi lainnya; antara keputusan dan kebijakan gerejawi dengan keputusan dan
kebijakan organisasi sekuler lainnya. Hal ini juga menjadi penting dan mesti dihayati oleh setiap pribadi dalam
gereja terutama para pelayan dan pejabatnya, segala keputusan dan kebijakan gerejawi adalah keputusan dan
kebijakan yang mencerminkan citra dan kualitas wibawa Alkitab sebagai pernyataan Allah bagi umat maupun
bagi dunia.
Berikut adalah data dari pemahaman fungsi alkitab bagi para pemuda-pemudi Kristen:
1. AN, pemuda GKII PETRA: “Fungsi untuk berkomunikasi dengan Tuhan agar kita tahu mana yang baik dan
jahat yang tidak boleh kita lakukan, dan untuk tahu Tuhan punya rencana bagi di masa akan datang.
2. IR, pemudi GKII PETRA: “Fungsi alkitab sebagai sumber untuk mempelajari kebenaran firman Allah.”
3. RD, mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat angkatan 2011: “Fungsi Alkitab sebagai pedoman dalam
hidup kita, karena di dalamnya berisi ajaran-ajaran dan nasehat-nasehat dan perintah-perintah untuk membawa
hidup kita kepada keselamatan
4. RO, mahasiswa Fakultas Keperawatan angkatan 2009: “Fungsi alkitab buat saya adalah sebagai suatu
motivasi untuk hidup saya karena dari alkitab saya bisa belajar untuk menghargai hidup yang Tuhan berikan.
5. MR, Mahasiwa Fakultas Teknik angkatan 2011: “Sebagai pelita atau petunjuk dalam kehidupan sehari-hari.”
Alkitab menyatakan kepada kita tentang makna dan tujuan di dalam kehidupan kita. Dan kita menjadi kaya
oleh karena kasihNya dan anugerah-Nya dan kehadiranNya yang melingkupi perjalanan kita di hari-hari
mendatang. Sebagai pemuda dan pemudi Kristen, kita tentunya sadar akan fakta bahwa Tuhan memberi kita
Alkitab adalah bukti dan gambaran kasih-Nya kepada kita. Dia mau agar kita dapat selalu mengerti isi hatinya
dan agar kita mengerti betapa besar cinta-Nya pada kita
Fungsi Alkitab bagi kita para pemuda-pemudi kristiani adalah seperti yang difirmankan Tuhan melalui
alkitab itu sendiri (2 Timotius 3 : 16 ), yaitu “Segala sesuatu yang dilhamkan Allah memamng bermanfaat untuk
mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam
kebenaran.” Ayat ini telah mencangkup semua fungsi kitab suci kita yaitu Alkitab.
Berikut adalah data dari pendapat tentang alkitab elektronik bagi para pemuda-pemudi Kristen:
SR, Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat angkatan 2011: “Hal itu tidak salah karena Tuhan memberikan
kita hikmat dalam menggunakan teknologi, alkitab elektronik dan manual bukan menjadi persoalan yang penting
bagaiman firman Tuhan itu menjadikan hidup kiya menjadi berkat bagi orang lain.”
ER, pemuda GKII PETRA : “Pendapat saya menggunakan alkitab elektronik itu terkesan seakan-akan kita tidak
menghargai alkitab lagi sehingga kurang memberikan penghayatan yang sungguh-sungguh dibandingkan saat
kita membaca firman secara langsung dari dalam alkitab.”
NN, pemudi GKII PETRA : “Saya kurang setuju dengan penggunaan alkitab di handphone karena pada saat kita
sedang saat teduh, saat ada telepon atau sms masuk konsentrasi kita dan pikiran akan tidak terarah juga tidak
akan mendapat kepuasan dibandingkan dengan membaca buku alkitab.”
LO, Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat angkatan 2010: “saya kurang setuju karena hal tersebut akan
membuat orang malas membaca alkitab dan mulai mengabaikan alkitab secara perlahan.”
JN, Mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2011: “hal itu baik, tetapi saat ibadah haruslah memakai alkitab
sebenarnya, alkitab elektronik hanya digunakan saat mendadak saja.”
Alkitab Elektronik merupakan hasil penemuan manusia untuk digunakan sebagai media penyampaian
Firman Tuhan. Alkitab Elekronik merupakan software yang terinstal dalam handphone atau computer sehingga
memudahkan manusia untuk menggunakannya. Alkitab Elektronik merupakan perangkat lunak ciptaan LAI
untuk mempermudah jalannya pelayanan.
Tujuan diciptakan Alkitab Elektronik adalah untuk memudahkan bukan untuk mengganti adanya peranan
buku alkitab untuk dibawa ke tempat beribadah, hanya saja seringkali manusia sendirilah yang menyalah
gunakan Alkitab Elektronik, contohnya sebagai alasan bermain game saat sedang beribadah dan lain-lan. Dampak
positif dan negatif yang ditimbulkan berasal dari diri manusia itu sendiri yang mempergunakaan alkitab. Harus
kita sadari di era globalisasi teknologi akan terus dan terus berkembang.
Berikut adalah data dari pemahaman fungsi alkitab jika diletakkan di atas kepada bayi bagi para pemuda-pemudi
Kristen:
EC, pemudi GKII PETRA: “Tidak ada fungsi apa-apa, hanya kepercayaan dari orang tua terdahulu, maka dari itu
terbawa sampai sekarang karena percuma jika diletakkan di atas kepala bayi jika tidak di baca melainkan hanya
di gambarkan sebagai sebuah buku penjaga.”
AN, pemuda GKII PETRA: “Ada fungsinya juga dengan meletakkan alkitab di atas kepala bayi untuk menjaganya
tidur sampai pagi, dan untuk menjauhkan roh-roh jahat pada saat anak tersebut tidur.”
ER, pemuda GKII PETRA : “Sama sekali tidak ada gunanya, alasannya karena jika kita meletakkan alkitab di atas
kepala bayi berarti kita mendewakan alkitab atau menjadi Mamon.”
IR, pemudi GKII PETRA: “Tidak ada fungsi meletakkan alkitab di atas kepaa bayi karena alkitab hanyalah sebuh
buku bukan Allah, kebanyakan orang mengira cara tersebut dapat melindungi bayi tersebut namun hal itu tidak
benar karena Allah itu sendiri sudah melindungi kita”
RD, mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat angkatan 2011: “Alkitab yang diletakkan di atas kepala bayi telah
menjadi kebiasaan sejak dulu itu dimaksudkan untuk melindungi bayi terhadap gangguan iblis.”
RO, mahasiswa Fakultas Keperawatan angkatan 2009: “pendapat saya hal tersebut baik, karena walaupun bayi
belum mengetahu tentang alkitab tetapi secara tidak langsung dia bisa merasakan bahwa Tuhan akan selalu
menjaga dan menyertainya dan orang tuanya percaya akan hal itu.”
AP, Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat angkatan 2009: “Menurut saya hal itu kurang baik karena alkitab
bukan yang menyembuhkan orang namun alkitab hanya mengajarkan tentang mengenal pribadi Kristus karena
firman itu ialah Allah sendiri, yang menyembuhkan adalah Tuhan Yesus sendiri bukan alkitabnya.”
SR, Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat angkatan 2011: “Saya kurang setuju karena alkitab hanya sebuah
buku biasa namun alkitab itu menjadi bernilai bahkan memiliki kuasa saat firman Tuhan itu hidup dalam diri
seseorang, cukup orang tua menyerahkan bayi itu kepada Tuhan maka Tuhan akan menjaga dan menyertainya.”
Alkitab berisi Firman yang berasal dari mulut Allah yang diilhamkan langsung dari Roh Kudus. Alkitab
adalah sebuah buku dan yang memiliki kuasa adalah Firman Tuhan yang berada di dalam alkitab itu sendiri. Jadi
meletakkan alkitab di atas kepala bayi adalah hal yang tidak berguna karena hal tersebut menjadikan alkitab
sebagai jimat pelindung, yang berkuasa adalah firman yang ada di dalam alkitab itu sendiri.
KESIMPULAN
Alkitab menyatakan kepada kita tentang makna dan tujuan di dalam kehidupan kita. Dan kita menjadi kaya
oleh karena kasihNya dan anugerahNya dan kehadiranNya yang melingkupi perjalanan kita di hari-hari
mendatang.
Tujuan kitab suci ditulis untuk menyatakan fakta bahwa Tuhan memberi kita Alkitab adalah bukti dan
gambaran kasih-Nya kepada kita. Istilah "wahyu" berarti Tuhan mengkomunikasikan kepada manusia siapa Dia
dan bagaimana kita dapat memiliki relasi yang benar dengan Dia. Walaupun pewahyuan Allah dalam Alkitab
diberikan secara progresif dalam kurun waktu kurang lebih 1.500 tahun, Alkitab selalu mengandung segala
sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk mengenal Allah agar dapat memiliki hubungan yang benar dengan-Nya.
Dan kita harus terus mencari Dia sampai kita melihat dan percaya. Hanya dengan iman kita terus menimba
kekayaan-kekayaan Kristus yang dibeberkan bagi kita dalam Alkitab, kita akan bertumbuh menuju kedewasaan
rohani dan menjadi umat milik Allah yang diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.
Alkitab adalah bagian dari kehidupan Kekristenan, namun demikian terkadang masih sulit untuk selalu
mencintai Alkitab, membaca dan merenungkan isi Alkitab. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Untuk itu perlu
sekali kita memahami isi Alkitab agar dapat selalu mencintai Firman Tuhan, membaca, merenungkan dan
melakukan Firman Tuhan dalam hidup sehari-hari.
Alkitab elektronik merupakan sebuah proses hasil berpikir manusia untuk memenuhi kebutuhan praksis
serta praktis mereka. Ini adalah sebuah revolusi terhadap Alkitab dengan melihat keseluruan konten-kontennya
yang berada pada media tersebut. Alkitab elektronik versi 2.0 merupakan sebuah software (perangkat lunak)
yang terinstal di dalam handphone, dan juga laptop serta komputer. Berbagai inovasi dilakukan oleh LAI sebagai
pembuat serta pengelola Alkitab. LAI menerbitkan Alkitab elektronik agar bisa dikonsumsikan masyarakat serta
Gereja. Untuk memudahkan pelayanan para pelayan khusus agar secara umum bisa mengetahui setiap latar
belakang, setiap kitab dan juga nubuat, deutrokanonika, perumpamaan, ayat-ayat tematik, berbagai terjemahan
dengan bahasa Inggris dan bahasa daerah Indonesia serta kamus Alkitab. Dengan demikian Alkitab elektronik
memiliki perbedaan dengan Alkitab buku, sebab Alkitab buku tidak memiliki latarbelakang setiap kitab dan juga
nubuat, deutrokanonika, periumpamaan, ayat-ayat tematik, berbagai terjemahan dengan bahasa daerah
Indonesia secara sistematis. Alkitab Elektronik berguna dan sangat membantu tergantung dari siapa dan
bagaimana dimanfaatkan.
Manfaat & Dampak Buruk Alkitab Digital – Untung Rugi Alkitab Elektronik Relatif Gunakan Sesuai Konteksnya
Kristen Sejati – “Jaman sudah modern ya….” Dimana-mana ungkapan ini sangat populer. Modernisasi di berbagai
bidang adalah sebuah kebanggaan semu, sebab dampak yang diberikannya seperti pedang bermata dua, bisa
positif dan bisa negatif. Seorang penikmat seakan-akan disajikan makanan enak dan kotoran di atas meja yang
sama. Inilah yang kami sebut sebagai semu, artinya manfaat yang anda peroleh bisa bergerak fleksibel ke arah
positif ataupun negatif. Bukankah semuanya itu tergantung di tangan penggunanya masing-masing? Mari
berharap orang yang memakainya sudah dewasa dalam berpikir.
Ditengah modernisasi yang terus terjadi akhir-akhir ini, janganlah berpikir bahwa keadaan tersebut akan
semakin membebaskan kita dari dosa. Sebab resiko dosa dan kebenaran itu selalu seimbang, artinya ketika
potensi untuk melakukan yang benar lebih banyak maka potensi untuk melakukan yang jahat juga lebih banyak.
Oleh karena itu, kedepankan prinsip kewaspadaan saat melakukan segala sesuatu. Jangan biarkan dirimu berada
di bawah kendali modernisasi dengan mengubah kehidupan anda menjadi orang yang penuh dengan ambisi yang
arogan. Tetapi injaklah moderniasasi yang berlebihan itu karena berpotensi membuat kita menjadi orang yang
egois dan tidak peduli kepada orang lain.
Kehidupan kita tidak pernah luput dari kesalahan. Seperti contohnya, kami yang sudah bertahun-tahun datang
ke Gereja dengan rutin. Namun ada satu hal yang kerap kali lupa dibawa, yaitu Alkitab. Ini seharusnya tidak
terjadi. Memang beberapa dari kita meyakini bahwa itu hanyalah sesuatu yang kecil-kecil. Sekalipun demikian,
ketahuilah bahwa dosa kecil bisa saja menarik kita untuk melakukan kesalahan yang besar. Tetapi saat
menyadari hal ini, kami menyesalinya dan mulai bertekad untuk kembali mengaktifkan kegiatan membawa buku
terpopuler tersebut setiap kali mengikuti ibadah baik di Gereja maupun pada persekutuan kelompok kecil.
Pengertian
Alkitab adalah (1) kitab suci agama Kristen, terdiri atas Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru; (2) Alquran (KBBI
Luring). Bagi kami sendiri, buku ini adalah buku yang berisi pengajaran dalam perumpamaan tentang kebenaran
yang hakiki/ kebenaran sejati. Mengapa kami menyebutnya sebagai buku yang berisi tentang perumpamaan?
Karena di dalamnya terdapat kisah-kisah pertarungan antara kebajikan dan kejahatan. Sedang sebagai pembaca
yang budiman, kita hindari pemikiran sempit yang berusaha mengambil sisi jahatnya. Melainkan ambillah makna
kebaikan/ kebajikan yang terkandung di dalam setiap kisah yang tersurat.
Harap di sadari bahwa tidak semuanya isi yang terdapat di dalam Alkitab adalah benar adanya. Melainkan setiap
bagian tersebut harus kita sesuaikan dengan konteks kebenaran yang hakiki, yaitu kasih kepada Tuhan yang
seutuhnya dan kasih kepada sesama seperti diri sendiri. Jikalau ada hal-hal yang bertentangan dari kedua inti
kebenaran yang hakiki tersebut maka semestinya didiamkan dan dianggap sebagai perumpamaan belaka.
Sedangkan yang lainnya bisa diambil atau tidak sesuai dengan kebiasaan di Gereja masing-masing. Kedua hal ini
telah dinyatakan Tuhan Yesus sebagai inti dari kitab suci dan kitab para nabi. Seperti ada tertulis.
(Matius 22:36-40) “Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” Jawab Yesus kepadanya:
“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal
budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah:
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat
dan kitab para nabi.”
Manfaat atau lebih tepatnya keuntungan memiliki Alkitab digital (elektronik)
Ada sejumlah situasi ketika Alkitab digital menjadi sebuah pengembangan atas teks yang dicetak dalam berbagai
gaya penulisan di dalam setiap LCD tepat di depan mata anda. Kita merasa bahwa ketersedian peralatan super
canggih sekelas smartphone, tablet, laptop dan sebagainya akan memberi solusi yang tepat bagi setiap persoalan
yang dapat muncul. Sayang, tidak ada sedikitpun kesadaran betapa hal itu juga merupakan sebuah ancaman bagi
kehidupan yang berlangsung secara lambat.
Berikut manfaat (kelebihan) Kitab Suci yang berada dalam format digital.
Alkitab digital dapat di buka dengan cepatmemberikan akses pribadi kepada siapa pun.
Budaya serba cepat telah menjalar kemana-mana termasuk dalam hal kepemilikan Kitab. Anda tidak perlu waktu
yang lama ketika seorang hamba Tuhan hendak mengarahkan untuk membuka bagian-bagian tertentu dalam
Kitab Suci. Mungkin bagi mereka yang sudah terbiasa akan menyelesaikannya dalam hitungan detik.
Alkitab digital sangat mudah dibawakapanpun, dimanapun dan apapun aktivitas kita.
Anda dapat membawanya dalam saku, yang tentunya sangat berguna ketika bepergian. Kami lebih melihat ini
dalam aspek yang mengutamakan kepraktisan dalam hal penggunaan. Lagian sebuah buku Kitab Suci bisa saja
lebih berat dibandingkan dari ukuran dan bentuk smartphone yang lebih kecil dan ringan.
Lebih murah mengunduh daripada membeli sebuah Alkitab fisik, bahkan sering kali gratis.
Tentu saja harga sebuah Alkitab di sini lebih murah di bandingkan dengan harga smartphone/ tablet/ laptop
tersebut. Jika anda sudah membeli barang elektronik yang berkelas dan mahal ini maka secara otomatis Kitab
Suci orang Kristen ada di dalamnya dan gratis lagi.
Alkitab digital dapat dibaca dalam kegelapan.
Apa ada orang yang sering membaca firman di dalam kegelapan? Jika anda pernah melakukannya maka versi
digital ini bisa diandalkan di dalam kegelapan. Kami sendiri tidak membacanya lewat LCD di dalam kegelapan.
Malah lebih memilih untuk membaca hardbook Alkitab di dalam kegelapan sembari menghidupkan fasilitas
senter pada handpone/ smartphone yang dimiliki.
Lebih mudah saat menulis konten digital.
Apakah anda seorang operator LCD dalam sebuah kebaktian? Kitab Suci digital ini jelas membantu para operator
LCD untuk mengkopi pastekan firman yang hendak di baca sehingga bisa langsung ditampilkan lewat proyektor.
Kami juga yang suka menulis di blog lebih suka mengambil firman dari Alkitab elektronik yang telah diinstal di
laptop. Ini jelas lebih cepat dan praktis daripada sekedar menyalinnya langsung dari hardbook.
Lebih mudah saat mencari kata per kata atau kalimat.
Pernahkah anda mengingat sebuah ayat di dalam Alkitab tetapi lupa, di kitab mana hal tersebut tertulis? Kami
sering sekali mengalami hal ini. Jadi cara praktisnya untuk menemukan posisinya adalah dengan mencari kata/
kalimat tersebut di seluruh Alkitab yang dilakukan secara otomatis oleh mesin. Saat anda mengalami masalah
lupa seperti yang kami alami maka tulisan digital ini bisa membantu.
Ada beberapa fitur pilihan.
Harus kami akui memang bahwa ada beberapa fitur pilihan yang ditampilkan dalam versi elektronik 2.0.
Diantaranya adalah kumpulan perumpamaan Tuhan Yesus Kristus selama di bumi, kumpulan penggenapan dari
nubuatan yang ada di Perjanjian Lama yang digenapi di Perjanjian Baru dan lain sebagainya. Silahkan unduh
sendiri Alkitab Elektronik 2.0 dari nikmati beberapa fitur spesial yang diberikannya.
Kelemahan (kerugian) saat kita lebih suka membawa-bawa yang digital dan selalu meninggalkan versi cetaknya
di rumah.
Ada sejumlah alasan mengapa para pemuda dan pemudi harus segera memutuskan untuk menggunakan Alkitab
cetak untuk membaca, berkhotbah, dan diskusi kelompok. Manfaat yang dirasakan saat menggunakan hardbook
tidak akan anda temui saat memakai yang versi digital. Berikut ini, beberapa kerugian atau kekurangan
menggunakan Kitab Suci versi elektronik.
Memiliki susunan yang tidak teratur.
Memang dari soal kecepatan dan kepraktisan yang satu ini tidak dapat diimbangi dengan yang versi cetak. Tetapi,
coba amati lagi baik-baik susunan kata di dalamnya, terkesan semuanya dipisah-pisah, tidak ada rata kanan-kiri
dan membuat mata tidak tenang saat membacanya. Mungkin memang ini bawaan software-nya yang
memisahkan setiap ayat dengan ayat tetapi keadaan ini benar-benar membuat mata tidak nyaman saat membaca
sesuatu yang tidak bersambung.
Judul perikop telah di pisah dari isinya.
Kami tidak tahu apa motif dari pemisahan judul perikop dengan isinya. Memang judul itu tidak hilang tetapi kita
harus mencarinya lagi pada bagian lain untuk mengenali hal tersebut. Ini tergolong kelemahan yang cukup
merepotkan dan menggugurkan manfaatnya yang praktis sebelumnya. Ini bukan saja hanya sekedar tampilan
yang salah tetapi seolah melucuti Alkitab yang asli menjadi versi dunianya sendiri.
Menjadi alat kesombongan dan arogansi.
Berhati-hatilah dengan sifat yang sombong karena anda memiliki barang-barang modern sedangkan orang
disampingmu hanya memiliki buku kuno yang dibelinya entah sudah beberapa tahun yang lalu. Saat hati anda
yang memiliki teknologi canggih mulai menyombongkan diri maka tepat saat itu jugalah secara tidak langsung
merendahkan orang lain di dalam hati.
Disinilah pentingnya kesetaraan antar manusia agar sikap merasa lebih unggul dan lebih menang itu tidak
menguasai kehidupan kita. Oleh karena itu, jangan fokus untuk membanggakan diri karena memiliki smartphone
canggih dengan Alkitab serba praktis di dalamnya. Melainkan rendahkanlah hatimu dan sangkallah dirimu agar
kita layak beroleh keberkahan dalam setiap ibadah/ persekutuaan yang diikuti.
Menjadi sasaran iri hati.
Tentu saja saat orang yang tidak anda kenal disampingmu melihat betapa lebar, besar dan bagusnya gadget itu,
mungkin saja akan mengingininya juga. Atau bisa jadi, ada rasa minder di dalam hatinya karena melihat peralatan
elektronik yang canggih dan menawan tersebut.
Sikap mendengki jelas akan membuat hati menjadi tidak tenang saat di mengikut kebaktian. Oleh karena itu,
katakan langsung di dalam hati, “biarkan dia menang ya Tuhan, dia memang hebat. Saya bersyukur masih bisa
membaca firman-Mu sampai detik ini.”
Tidak ada pemisahan paragraf dan garis baru.
Ini jelas menjadi sebuah kendala bagi kita untuk memahami maksud dari firman tersebut. Sebab bisa saja kita
masuk dalam satu paragraf tanpa sadar sudah memulai paragraf baru. Ketidak-jelasan susunan paragraf dan
garis baru ini adalah sebuah kemunduran yang beresiko mengurangi pemahaman kita saat mengartikan suatu
bagian di dalamnya.
Berbalik menjadi penggoda mengacau fokus seseorang saat ibadah.
Beberapa orang Kristen telah mendapati bahwa remaja begitu mudah terganggu ketika perangkat mereka
menyala, tergoda untuk memainkan berbagai aplikasi dan tidak fokus pada firman Tuhan.
Berefek ganda mengganggu orang lain disekitarnya.
Seorang remaja yang terganggu karena melihat aplikasi lain kemudian juga akan menciptakan gangguan bagi
para pemuda di sekitarnya.
Mendadak habis baterai.
Alkitab cetak tidak akan memiliki masalah kehabisan baterai. Siapa yang menduga hal ini akan terjadi tiba-tiba
sesaat sebelum kebaktian di mulai? Keadaan ini jelas tidaklah menyehatkan dan tidak mungkin di hindari. Kecuali
anda sudah mempersiapkan segala sesuatu sebelum berangkat ke Gereja atau persekutuan lainnya.
Tidak dapat berbagi membaca dengan orang lain.
Kita tidak bisa berasumsi bahwa setiap orang memiliki perangkat elektronik portabel, sehingga dengan semua
orang menggunakan Alkitab cetak tidak ada yang merasa tertinggal. Seorang jemaat atau pemuda yang baru
bergabung, yang tidak membawa Alkitab mereka sendiri juga dapat melirik ke samping untuk melihat firman
yang di bawa oleh teman di sebelah bangku.
Sedangkan saat kita hanya memiliki perangkat elektronik di smartphone yang layarnya kecil, rasanya kurang
enak dan kurang nyaman untuk membagikannya kepada mereka yang ada disamping namun lupa membawanya.
Mungkin ini bisa terjadi karena ukurannya yang lebih kecil dari Alkitab asli sehingga hanya memungkinkan untuk
dinikmati sendiri saja.
Tidak bernilai saat disedekahkan.
Ketika seseorang menjadi Kristen atau meminta Alkitab, kami memberikan mereka versi cetaknya daripada
mengatakan kepada mereka untuk mengunduh aplikasi digital di internet secara gratis. Demikianlah, kami
mendorong mereka untuk menggunakan Alkitab yang telah diberikan kepada mereka.
Kita tidak bisa mengingat bagian-bagiannya sebab semuanya terhampar begitu saja.
Kami sengaja ingin mengajarkan generasi muda untuk terbiasa dengan Alkitab, termasuk mengetahui urutan
kitab-kitab dan di mana pasal-pasal berada, baik dalam konteks kitabnya maupun secara keseluruhan.
Kami masih ingat pernah membaca sebuah kalimat yang elok dan lupa dimana letak ayat dan pasalnya. Tetapi
kami masih ingat persis seperti apa struktur halamannya dan perikopnya. Kemudian membolak-balik halaman
demi halaman secara perlahan sampai kami menemukan firman yang dimaksud tersebut.
Tidak bisa ditandai dan diwarnai.
Ini adalah bagian yang paling kami sukai saat membaca firman yang sudah dicetak dalam sebuah buku yang
lumayan tebal. Kita bisa menggaris bawahi beberapa bagian yang dianggap penting, baik dengan menggunakan
pensil maupun dengan menggunakan pensil bergambar (stabillo). Kami lebih suka menggunakan pensil untuk
mewarnai bagian spesial dalam Alkitab karena tintanya tidak sampai tembus ke sebelah sehingga merusak corak
kitab tersebut.
Memang di dalam versi digital ada juga yang namanya fasilitas bookmark tetapi kami sendiri tidak mengetahui
apakah ini benar-benar berfungsi di tempat anda. Kalau di laptop yang kami miliki, bookmark-nya terhapus
begitu kita meng-close software tersebut. Apakah ini juga terjadi pada anda atau hanya kami yang mengalaminya
karena kebetulan laptop yang digunakan termasuk model lama?
Membuat mata sakit bila terlalu lama dibaca.
Ini salah satu dampak negatif menggunakan versi elektronik. Mata menjadi mudah berair dan terasa perih ketika
kita membacanya lama. Oleh karena itu, versi cetak adalah pilihan terbaik untuk mempelajari firman secara
terus-menerus. Pembelajaran dengan menggunakan versi cetak ini dapat dilakukan selama beberapa jam sesuai
dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tidak ada kedekatan antara kita dengan yang digital.
Saat kita menggunakan Alkitab versi cetak pastilah membuat berbagai penanda di dalamnya. Seiring dengan
semakin tingginya aktivitas membaca firman maka semakin banyak pula penanda yang dapat kita buat. Baik itu
penanda dengan menggunakan pembatas bawaan, kertas dan kartu-kartu positif maupun dengan mengarsirnya
langsung. Kebiasaan membuat penanda seperti ini membuat kita dekat dengan firman sehingga semakin lama
semakin di dorong untuk lebih paham dan mengerti tentang firman.
Membuat seseorang bebas kemana saja setelah kebaktian.
Bagi kita yang selalu membawa versi Alkitab cetak pasti akan selalu pulang ke rumah saat kebaktian atau
persekutuan muda-mudi telah selesai. Sebab buku tebal itu harus sampai ke rumah dahulu. Kita juga bertemu
dengan orang tua dan saudara-saudari di rumah sambil bercengkrama satu sama lain. Saat memutuskan untuk
berkunjung ke suatu tempat pastilah akan pamitan dulu ke keluarga.
Tetapi saat yang dibawa setiap kebaktian atau persekutuan adalah versi elektronik, anda bisa saja tidak langsung
pulang ke rumah melainkan langsung mengikuti acara tertentu yang sedang menunggu untuk diikuti. Keadaan
ini, membuat keberadaan anda tidak diketahui oleh anggota keluarga lainnya. Kebiasaan tidak langsung pulang
ke rumah setelah kebaktian/ persekutuan tertentu bisa membuat seseorang menjadi liar padahal di hari minggu
sebaiknya aktivitas di luar rumah diminimalisir (hukum Taurat: Kuduskanlah hari sabat).
Kita seolah diajarkan untuk malas.
Emang beratsih teman membawa-bawa buku Alkitab yang ukuran dan tebalnya lumayan besar itu. Tapi tahukah
anda bahwa membawa-bawa ini bisa jadi suatu beban yang melepaskan kalori anda sehingga membuat lemak-
lemak yang berlebih terbakar di dalam tubuh!
Lagipula jika kita tidak mau sedikit berlelah di dalam hidup ini, bisa-bisa mengajarkan kita untuk lebih suka yang
cepat dan praktis saja. Padahal tidak semua yang cepat dan praktis itu baik lho teman. Terkadang hal-hal digital
semacam itu bisa mengajarkan anda uintuk cenderung meninggalkan kebiasaan baik. Kalau mau melakukan
sesuatu harus praktis, jika tidak malas dan enggan untuk bekerja keras.
Sadarilah teman bahwa malas itu tidak ada obatnya tetapi saat anda bertekad dan memutuskan bahwa hidup ini
harus dilalui dengan penuh perjuangan niscaya segala sesuatu bisa dikerjakan dengan penuh semangat.
Kita seolah diajarkan untuk terpecah-pecah/ tercerai berai.
Mengapa kami berkata demikian? Memang ada beberapa keunggulan saat menggunakan versi digital lewat
keunggulan fiturnya yang dapat membantu kita untuk mencari kata-kata terntentu di dalam Kitab Suci. Tetapi
software Alkitab Elektronik 2.0 yang gratisan dan tersebar luas di internet benar-benar kacau balau. Setiap
ayatnya tidak lagi bersambung di dalam satu paragraf sebab masing-masing ayat telah dipisahkan dari yang
lainnya. Demikian juga dengan perikop judul yang telah dipisahkan dari isinya.
Kami tidak mengerti mengapa hal ini bisa terjadi, mungkin saja karena yang kita download sehari-hari adalah
versi gratis sehingga bentuk dan susunan teks dalam paragraf terkesan kacau balau. Ini seperti sebuah simbol-
simbol perpecahan yang sengaja disebarkan agar orang-orang Kristen semakin membentuk banyak sekte/ aliran
kepercayaan. Perpecahan ini telah dimulai oleh karena itu, waspadalah!
Bolehkah kita menggunakan Alkitab elektronik versi digital? Menurut kami, siapapun dia yang memilikinya
berhak untuk menggunakan versi elektronik ini. Hanya saja baiklah kita menyesuaikan semuanya itu dengan
konteks yang sedang di hadapi. Jika memang kita sedang berurusan dengan konten digital, tulisan online, khotbah
digital, wawancara online, pembacaan online dan lain sebagainya yang mengharuskan kita untuk memasuki
dunia maya, gunakanlah versi digital. Tetapi jikalau aktivitas kita berhubungan langsung dengan dunia nyata,
pembacaan secara langsung, khotbah langsung, persekutuan/ kebaktian langsung, diskusi dengan tatap muka
dan lain sebagainya yang mengharuskan kita untuk melakukan komunikasi langsung di dunia nyata, gunakanlah
versi cetak. Ingatlah pepatah yang mengatakan, “dimana tanah di pijak, disitu langit dijunjung;” saat anda sedang
online, gunakan yang elektronik. Selama aktivitas tersebut dilakukan senyatanya dan secara langsung, sebaiknya
dan sebisa mungkin gunakanlah Alkitab cetak.
MULTIMEDIA (Suatu Kajian PAK Terhadap Keberadaan Alkitab Elektronik di Kalangan Pelayan Khusus
Jemaat GPM Bethel)
BAB I
PENDAHULUAN
1. A. LATAR BELAKANG
Pada abad ini, dunia telah memasuki dan sedang berada dalam perubahan serta perkembangan cepat sebagai
akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Berbagai layanan informasi, jaringan
komunikasi, dan sejumlah peralatan canggih yang dioperasikan lewat komputer membuat segala sesuatu
menjadi semakin mudah untuk dijangkau. Di mana-mana setiap orang berlomba-lomba untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi melalui adaptasi dengan
berbagai media , seperti komputer, telepon genggam, dan berbagai sarana yang lain. Namun, disadari juga bahwa
tidak semua orang mampu beradaptasi untuk dan menerima setiap revolusi teknologi yang terjadi dalam
masyarakat dan lebih khusus secara bergereja. Pemanfaatan dan pengaruh teknologi ini terjadi di segala bidang
kehidupan dan gereja pun tidak luput dari hal itu. Multimedia merupakan penggunaan komputer untuk
menyajikan dan menggabungkan teks, suara, gambar, animasi dan video dengan alat bantu (tool) dan koneksi
(link) sehingga pengguna dapat berinteraksi, berkarya dan berkomunikasi.
Multimedia sering digunakan dalam dunia hiburan. Selain dunia hiburan, multimedia juga diadopsi oleh dunia
permainan (game). Multimedia dimanfaatkan juga dalam dunia pendidikan dan bisnis. Di dunia pendidikan,
multimedia digunakan sebagai media pengajaran, baik dalam kelas maupun secara sendiri-sendiri.[1]
Media adalah bukti bagaimana manusia berupaya mengembangkan diri dan berusaha mengatasi kesulitan-
kesulitan hidup, menyediakan kemudahan kerja, kemudahan berbagi informasi, dan sebagainya. Hal ini
membawa dampak bagi kehidupan masyarakat di berbagai bidang kehidupan, termasuk yang religius.
Media telah banyak dimanfaatkan oleh gereja dalam gerak pelayanannya. Penggunaan komputer di bidang
administrasi, penggunaan proyektor, laptop, keyboard, televisi, dll, sebagai sarana pendukung dalam ibadah
ritual adalah bukti pemanfaatan itu. Sungguh sebuah perkembangan yang luar biasa jika dibandingkan dengan
ibadah ritual yang dilakukan gereja pada abad-abad yang lalu. Satu hal yang positif adalah berbagai
media digunakan memberikan banyak kemudahan dalam mendukung pelayanan. Secara langsung gereja
menempatkan pemanfaatan media pada sarana yang sebenarnya, yakni membantu manusia dalam mengatasi
berbagai kesulitan hidup dan menikmati hidup.
Realita yang dijumpai di dalam kehidupan bermasyarakat adalah bahwa semua orang berlomba untuk memiliki
media dengan berbagai motivasi yang berbeda. Masyarakat telah menjadi pengguna media dan telah
memanfaatkannya untuk berbagai kemudahan dalam menunjang kelancaran aktivitas dan sebagai sarana
rekreasi, termaksuk ibadah, baik ritual maupun sosial, meskipun memang dalam konteks Maluku, semua orang
belum menggunakannya.
Dalam pelayanan gereja akhir-akhir ini sering dijumpai penggunaan Alkitab dalam proses ibadah ritual (konteks
ibadah ritual di daerah Jawa). Alkitab adalah salah satu aplikasi yang dapat beroperasi jika terintegrasi dalam
telepon genggam atau komputer. Itu berarti penggunaan Alkitab Elektronik tidak bisa dipisahkan dari telepon
genggam dan komputer.
Di Maluku nilai tradisi terkait ibadah ritual dengan menggunakan Alkitab buku sudah menjadi identitas. Setiap
kali pergi beribadah, orang-orang selalu menggunakan Alkitab buku. Hal ini telah berlangsung lama dan
membentuk pemahaman yang diwariskan. Pemahaman tersebut didukung oleh argumentasi yang kuat bahwa
beribadah dengan menggunakan Alkitab buku itu lebih etis dan juga kelihatan khusyuk. Tentu pandangan ini
muncul sebagai reaksi terhadap munculnya Alkitab Elektronik.
Sekalipun demikian, dengan positif pihak gereja juga menerima transformasi teknologi masuk di dalam gereja.
Namun, terkait dengan kehadiran Alkitab Elektronik di dalam gereja, tidak menutup kemungkinan akan terjadi
juga transformasi dalam menggunakan Alkitab yang berbeda fisik yakni Alkitab Elektronik. Kehadiran Alkitab
Elektronik di samping Alkitab buku memunculkan berbagai tanggapan. Ada yang kemudian merespon bahwa
penggunaan Alkitab Elektronik boleh diterima namun penggunaannya dalam ibadah-ibadah ritual itu yang
menjadi mungkin masih menjadi persoalan. Dengan kata lain, masih mengalami penolakan dari banyak pihak
walaupun diketahui Alkitab Elektronik adalah sebuah kitab suci. Dengan demikian maka hal tersebut bukan
berarti semua orang menolaknya namun dari setiap manusia dengan prespektif pikirnya masing-masing ada
yang menerima dan menggunakannya dan ada pula yang belum menerima.
Penggunaan Alkitab elektronik dalam ibadah ritual dilakukan dengan berbagai alasan yang sederhana, yakni
kepraktisan dan adaptasi dengan perkembangan zaman. Dari segi kepraktisan, dapat dipastikan bahwa ke mana
pun telepon genggam akan dibawa karena ukurannya kecil lagi pula banyak fungsinya sebagai telepon dan itu
berarti Alkitab yang adalah salah satu aplikasi di dalamnya dibawa serta ke mana pun. Di samping itu, hal yang
unik dari penggunaan media elektronik di kalangan pemuda erat dengan gengsi yang berkaitan dengan
kemampuan seseorang berakses dengan kecanggihan teknologi.
Bethel sebagai jemaat kota dengan latar belakang masyarakat yang berkembang dari sisi pendidikan, pekerjaan,
maupun ekonomi membuatnya terbuka untuk menerima berbagai perkembangan teknologi termasuk Alkitab
Elektronik. Oleh sebab itu, Alkitab elektronik sebagai sebuah media baru kiranya mampu untuk digunakan secara
maksimal demi pelayanan. Berbicara mengenai pelayanan gereja, maka di sana akan ditemukan keberadaan para
pelayan khusus sebagai orang-orang yang ditahbis untuk melayani umat. Pelayan khusus (majelis jemaat) terdiri
dari ; Pendeta dan atau penginjil, penatua-penatua dan diaken-diaken. Mereka memiliki tugas dan tanggung
jawab untuk melayani umat. Karena pelayanan yang dilakukan (ibadah ritual) sering sekali membutuhkan
Alkitab dan sebagai gereja reformasi yang menekankan sola scriptura, maka Alkitab sangat penting bagi pelayan
khusus; untuk khotbah, renungan, meditasi, mengajar, dan lain-lain. Dapat dikatakan bahwa Alkitab adalah
sumber pemberitaan dan pengajaran gereja.
Memang harus diakui bahwa menggunakan Alkitab Elektronik itu bukan tindakan menyimpang. Dalam arti
sederhana adalah tidak melanggar hukum dan aturan gereja. [2] Namun, tidak jarang penggunaan telepon
genggam dengan aplikasi Alkitab elektronik di dalamnya, dalam ibadah ritual cenderung mendapat penilaian
buruk sebagai akibat dari salah tafsir banyak orang terhadapnya. Sebab, tidak sedikit penyalahgunaan media
elektronik yang terjadi (akses pornografi, dll), atau perbedaan pandangan antara para pemuda penggunaan
Alkitab elektronik dengan warga jemaat yang lain. Hal ini sudah sering dijumpai dalam kehidupan bersama di
jemaat. Padahal jika dilihat lebih luas, maka akan dijumpai bahwa sebenarnya media elektronik yang lain juga
telah digunakan dalam ibadah ritual, tetapi mengapa telepon genggam dengan aplikasi Alkitab elektronik dalam
penggunaannya mempunyai banyak penilaian negatif.
Kenyataan ini menjadi menarik untuk dikaji lebih dalam mengingat bahwa warga gereja adalah manusia yang
hidup dalam dunia moderen yang serba elektronik. Kajian terhadap keberadaan dan pemanfaatan Alkitab
elektronik dalam ibadah ritual bermaksud meneliti bagaimana pandangan pelayan khusus terhadap keberadaan
Alkitab Elektronik serta bagaimana pemanfaatannya dalam pelayanan agar dari padanya dapat diambil
suatu pandangan dan sikap yang tepat, khususnya bagi warga jemaat GPM di tengah perkembangan dunia yang
semakin canggih, terkait dengan berbagai pandangan tentang penggunaan Alkitab elektronik melalui telepon
genggam dalam proses Pendidikan Agama Kristen.
B. Perumusan Masalah
Berdasar pada latar belakang yang telah dideskripsikan sebelumnya, maka masalah utama yang akan dikaji
dalam skripsi ini adalah :
1. Bagaimana pemahaman pelayan khusus Jemaat GPM Bethel tentang keberadaan Alkitab Elektronik ?
2. Bagaimana penggunaan dan pemanfaatan Alkitab Elektronik di kalangan pelayan pada Jemaat GPM
Bethel?
3. Bagaimana Alkitab Elektronik dapat digunakan sebagai media pengajaran dan pemberitaan firman dalam
pelayanan Gereja
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan skripsi ini :
1. Mengkaji Pemahaman pelayan khusus Jemaat GPM Bethel tentang Alkitab Elektronik
2. Mengkaji penggunaan dan pemanfaatan Alkitab Elektronik di kalangan pelayan khusus GPM Bethel.
3. Mengkaji Alkitab Elektronik, dapat digunakan sebagai media pengajaran dan pemberitaan firman dalam
Pelayanan Gereja.
D. Manfaat Penelitian
Skripsi ini diharapkan dapat :
Memberikan kontribusi pikir bagi pengembangan wawasan tentang modernisasi dan IPTEK dan kedudukannya
dalam pelayanan gereja serta pemanfaatan media elektronik (Alkitab) dalam proses Pendidikan Agama Kristen.
E. Kerangka Teoritik
Alkitab merupakan kumpulan buku-buku (tulisan-tulisan) yang pada awalnya ditulis di atas papirus dengan
begitu tradisionalnya. Sebagai kumpulan buku-buku (tulisan-tulisan), Alkitab pasti memiliki sedikit kekeliruan,
misalnya ketidakcocokan antara tempat, waktu, tokoh, antara buku yang satu dengan yang lain dan sebagainya.
Dalam gagasan ineransi Alkitab dikatakan bahwa Alkitab tidak mungkin salah, berdasar pada Allah yang selalu
benar dan bukan pada manusia yang sering berbuat kesalahan. [3]
Dengan sebuah cara lisan manusia hidup dan berinteraksi dengan sesamanya pada awalnya. Para leluhur adalah
orang-orang yang peka dan suka bertutur cerita, tetapi karena mereka tidak dapat mengaktualisasikan apa yang
mereka rasakan lewat tulisan maka hanya mampu dimengerti hanya dengan cara memahami apa yang mereka
pikirkan, rasakan, yakini, dan hargai.
Sekitar tahun 3300 sM terjadi perubahan besar dalam komunikasi manusia. Beberapa orang telah berhasil
menemukan suatu sistem untuk menyampaikan pidato secara lisan dan dibuat dalam bentuk tulisan. Plato
memahami sesuatu yang berubah karena kemajuan pemikiran manusia dari lisan ke tulisan pada masa kini, harus
dipahami sebagai sebuah peralihan oleh kemajuan ke komunikasi elektronik sehingga yang menjadi benang
merah yang Plato simpulkan yaitu komunikasi itu mengubah bukan hanya yang dipikirkan, melainkan juga
bagaimana berpikir.[4]
Dengan kemampuan berpikirnya manusia mulai untuk membuat manuskrip kepada rekan-rekan mereka dengan
menggunakan sebuah media papyrus. Kata “papyrus” diturunkan dari kata “papuro” bahasa Koptik kuno (Mesir
kuno). Dalam bahasa Yunani πάπυρος – papuros, adalah asal kata dari kata Inggris “paper” atau “papier”
(Belanda) yang berarti kertas. Kata dalam bahasa koptik “papuro” ini bermakna “termasuk milik raja”,
mengisyaratkan bahwa pembuatan kertas termasuk monopoli raja pada zaman dulu.[5]
Dengan sebuah kebingungan lalu manusia mulai berpikir terhadap sebuah kemajuan, seperti yang telah Plato
ungkapkan, Dunia seakan makin kecil untuk dijangkau karena melihat fenomena-fenomena era informasi dalam
masyarakat yang cenderung berkembang. Kemajuan IPTEK melahirkan salah satu produk teknologi komunikasi
yang paling luas pengaruhnya dalam kehidupan manusia pada era informasi sekarang ini ialah televisi. Media
komunikasi televisi membuat manusia dapat menyaksikan bagaimana opini dunia telah dibentuk melalui media
televisi. Itu berarti ada sebuah fenomena massifikasi, globalisasi, dan seluruh masyarakat dunia dipengaruhi oleh
semacam kebudayaan massa yang bersifat menyeragamkan kebudayaan-kebudayaan lokal dengan
memunculkan suatu jenis budaya yang bermunculan.
Pembangunan komunikasi ini pada dasarnya merupakan suatu upaya interpretasi atas diri dalam terang
pimpinan Roh Allah. Allah telah dan sedang bertindak membangun komunikasi manusia baru yang selalu diberi
kemampuan menerjemahkan tradisi dalam istilah yang menimbulkan saling pengertian dan dapat dimengerti,
sebab banyak mitos-mitos baru terkandung dalam media masa kini, yang tidak menolong ke arah perubahan
masyarakat yang manusiawi.[6] Untuk menjembatani hal tersebut Gereja sebagai sentralisasi pelayanan
kekristenan guna menumbuhkan nilai-nilai Kristiani, juga mendapatkan tantangan di bidang pendidikan yang
serba modern dari sisi kemajuan teknologi. Karena gereja bukan barang antik sebagai pajangan yang enak untuk
dipandang, melainkan gereja harus menjadi pohon yang rindang dan berbuah lebat.
Gereja yang hidup di dalam perubahan zaman harus menumbuhkan nilai didik kristiani karena itu gereja harus
bersikap mengajak dan menstimulisasi para ilmuwan dan teknologiawan Kristen untuk berusaha merelasikan
imannya dengan ilmu dan teknologi yang digelutinya. Sehingga gereja dan para teolog harus mau banyak
mendengar dari mereka, dan sebaliknya, mereka perlu mendengar dari gereja dan para teolog agar secara
bersama dapat memperdengarkan tugas profetis dalam pembangunan ilmu dan teknologi.[7]
Selain itu Gereja juga harus peka membaca perubahan perkembangan zaman dari sisi teknologi multimedia
sehingga dapat menjadi jembatan melalui pelayan khusus guna memberikan informasi beserta rasionalisasinya
kepada masyarakat yang majemuk ini tentang perkembangan zaman dengan spesifikasinya menyangkut
peribadahan seperti Proyektor dan Alkitab Elektronik. Dari situ masyarakat akan belajar untuk terbuka terhadap
sebuah kehidupan globali, kemajuan ilmu dan teknologi yang dikemas secara cyber spaceyang sedang bertumbuh
subur. Cyber space secara substansi sebenarnya adalah keberadaan informasi dan komunikasi yang dalam
konteks ini dilakukan secara elektronik dalam bentuk visualisasi tatap muka interaktif.
Komunikasi virtual (virtual communication) tersebut yang dipahami sebagai virtual realitysering disalah pahami
sebagai (alam maya), padahal keberadaan sistem elektronik itu sendiri adalah konkrit di mana komunikasi
virtual sebenarnya dilakukan dengan cara representasi informasi digital yang bersifat diskrit. [8]Masyarakat
memiliki potensi untuk menghadapi perkembangan itu, masyarakat perlu mengadakan perubahan paradigma
dalam berteologi dan mengajarkan tentang pemahaman iman dalam konteks demikian. Oleh karena itu warga
jemaat juga belajar memahami Alkitab dengan kacamata baru.
Elektronik adalah alat yang dibuat berdasarkan prinsip elektronika.[9] Elektronika adalah ilmu yang
mempelajari alat listrik arus lemah yang dioperasikan dengan cara mengontrol aliran elektron atau partikel
bermuatan listrik dalam suatu alat seperti komputer, peralatan elektronik, termokopel, semikonduktor, dan lain
sebagainya. Ilmu yang mempelajari alat-alat seperti ini merupakan cabang dari ilmu fisika, sementara bentuk
desain dan pembuatan sirkuit elektroniknyaadalah bagian dari teknik elektro, teknik komputer, dan
ilmu/teknik elektronika dan instrumentasi.[10]
Semua hal atau benda yang menggunakan prinsip dan alat tersebut adalah benda elektronik. Sekarang dengan
kemajuan IPTEK, Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) telah menghadirkan sebuah Alkitab Elektronik terbitan yang
bisa dioprasikan atau dimediasi oleh sebuah media elektronik seperti komputer, laptop, dan handphone (telepon
genggam); yang bisa digunakan oleh siapa saja yang ingin mengaksesnya.
Meskipun dalam bentuk yang elektronik, Alkitab dilihat sebagai firman yang hidup yang dapat berbicara setiap
saat kepada setiap orang di tempat dan dalam suasana yang berbeda-beda. Apabila membaca secara baru arti
dan makna isi Alkitab, maka akan ditemukan banyak sekali pelajaran yang baru yang akan membantu dalam
mempersiapkan Pendidikan Agama Kristen secara lebih baik dan tepat. Demikian juga dengan perspektif baru
“kacamata baru” dalam membaca Alkitab yang membantu umat menghadapi era “kebudayaan massa” sekarang
ini, konkritnya dalam era cyber space.
Perlu disadari juga bahwa untuk menerima sebuah transformasi Teknologi computerisasi tidaklah mudah.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Kupersmith (1992) bahwa simptom utama bagi mereka yang mempunyai
sikap yang tidak suka atau takut terhadap komputer ialah kebimbangan. Kebimbangan ini boleh diluapkan
melalui berbagai cara, yaitu sakit kepala, irritability, nightmare, menentang pembelajaran komputer dan menolak
sama sekali teknologi. Technoanxiety lebih mengganggu mereka yang merasa tertekan oleh majikan, rekan
sekerja atau budaya umum untuk menerima dan menggunakan komputer.[11]
Weil dan Rosen mendefinisikan teknostres sebagai kesan negatif terhadap perlakuan, pikiran, tingkah laku atau
psikologi badan disebabkan oleh teknologi secara langsung atau tidak langsung. Teknostres juga ialah reaksi
pengguna terhadap teknologi dan bagaimana perubahan berlaku atas kesan teknologi tersebut.[12] Teknostres
(stres yang berkaitan dengan komputer) merupakan kombinasi yang terdiri daripada kebimbangan prestasi,
lebihan beban maklumat, konflik peranan dan faktor organisasi. Terdapat pengkaji-pengkaji yang menyatakan
bahawa teknostres adalah kesan negatif disebabkan oleh teknologi ke atas pemikiran, perlakuan, tingkah laku
atau beban seseorang individu. Ia disebabkan penggunaan peralatan elektronik dalam kehidupan seharian
seperti televisi, mesin ATM, komputer, gelombang mikro, telefon bimbit dan sebagainya.[13] Sedangkan bagi
Craig Brod technostress, sebagaimana didefinisikan dalam bukunya “Technostress : Biaya Manusia Revolusi
Komputer”, adalah penyakit modern adaptasi yang disebabkan oleh ketidakmampuan untuk mengatasi atau
beradaptasi dengan teknologi komputer baru dengan cara yang sehat itu dan memanifestasikan dirinya dalam
cara-cara yang berbeda namun berkaitan. Dalam perjuangan untuk menerima teknologi komputer, dan dalam
bentuk yang lebih khusus dari overidentification dengan teknologi computer.[14]
Teologi Kristen agar relevan dalam era cyber space, harus memfokuskan ajaran tentang manusia atau
berkonsentrasi pada manusia. Kehadiran Alkitab Elektronik sangat sinkron dengan kebutuhan manusia moderen
saat ini, penggunaannya yang relatif praktis karena selalu dibawasertakan ke manapun, mempermudah orang
untuk beroleh kesempatan seluasnya dalam mengakses Alkitab. Hal inilah yang harus dimanfaatkan dalam
koridor PAK. PAK lebih menekankan etika daripada dogmatika. PAK menekankan axiologia (ajaran tentang nilai-
nilai) dari pada ontologia (ajaran tentang hakikat sesuatu). Itu berati dengan kehadiran kebudayaan massa ia
juga tidak menggugurkan nilai-nilai yang telah ada dalam kewibawaan Alkitab sebagaimana yang dipahami
banyak orang Kristen.[15]
Sentral pemberitaan di dalam gereja juga dipengaruhi oleh keaktifan/ fungsi para pelayan. Pelayan khusus
majelis jemaat terdiri dari ; Pendeta dan atau penginjil, penatua-penatua dan diaken-diaken. Mereka memiliki
tugas dan tanggung jawab sebagai berikut ;
1. Melaksanakan pekabaran injil dan melengkapi warga jemaat bagi pekerjaan pelayanan dan
pembangunan Tubuh kristus.
2. Melayani ibadah jemaat, pemberitaan firman Allah dan Sakramen Kudus.[16]
Gereja-gereja di Indonesia perlu mawas diri dan mempersiapkan diri untuk menjawab masalah-masalah global
di samping masalah regional, lokal jemaat. Gereja harus mengembangkan cara-cara komunikasi yang efektif dan
menarik sehingga tidak diremehkan dan diabaikan. Gereja harus mampu menjembatani dengan gaya dan
struktur serta fungsi yang relevan, permasalahan desa (mungkin lebih banyak agraris), lingkungan kota mungkin
lebih banyak industrial, ekonomis, moral) dan lingkungan global yang mungkin di warnai oleh masalah-masalah
filosofis, nilai-nilai dasar kemanusiaan, lingkungan etis teknologis. Di sini sangat menuntut agar gereja itu harus
komunikatif terhadat kemajuan dunia cyber space.[17] Pemakaian teknologi tak dapat dilepasakan dari
perbedaan-perbedaan kondisi masing-masing gereja sebagai berikut ;
1. Kemampuan finansial jemaat, jemaat yang memiliki kemampuan finansial cukup,akan lebih mungkin
mengikuti perkembangan teknologi moderen.
2. Peran / pengaruh Pendeta, jika pendeta disuatu jemaat terbuka terhadap perubahan, maka akan
cenderung mengikuti perkembangan teknologi dsn mendorong jemaat untuk memakai teknologi
moderen dalam ibadah dan kegiatan-kegiatan gereja.
3. Konteks wilayah, intensitas pemakaian alat teknologi moderen dalam gereja yang berada di kota besar
lebih sering dibandingkan dengan gereja yang berada dipedesaan dan kota kecil. Hal ini jelas karena akses
kota lebih baik dari pada desa.
4. Usia anggota jemaat, kebutuhan besar pemakaian teknologi moderen berhubungan denga usia anggota
jemaat, karena kaum muda lebih memiliki pengharapan besar guna penggunaan teknologi di gereja
berbeda dengan kaum tua.
5. Komunikasi, jemaat yang memiliki jalur komunikasi yang lancar akan dapat menangkap kebutuhan
anggota jemaat. Sebaliknya, anggota jemaat dapat mengkomunikasikan kebutuhannya dengan lancar
sehingga majelis jemaat dapat menindaklanjuti dengan kebijakan yang tepat.[18]
F. KERANGKA BERPIKIR
Dari masyarakat (dari luar), pendidikan merupakan suatu kegiatan universal dalam kehidupan manusia, karena
pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri, yaitu untuk
membudayakan manusia. Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan
masyarakat, namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing bangsa atau
masyarakat dan bahkan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan kegiatan pendidikan tersebut.
Dengan demikian selain bersifat universal pendidikan juga bersifat nasional. Sifat nasionalnya akan mewarnai
penyelenggaraan pendidikan itu. Life long education, kalimat yang sering kita kenal sejak dulu sampai sekarang,
yang artinya “Pendidikan sepanjang hayat”, PAK sebenarnya demikian, “Tuntutlah ilmu mulai dari ayunan
sampai ke liang lahat”. Semua itu menjelaskan bahwa pendidikan telah menjadi kebutuhan pokok bagi manusia.
Dari dalam (Pelayan Khusus) Pendeta, Penatua, Diaken adalah pendidik yang dipilih dan dikhususkan gereja guna
menyentuh kehidupan berjemaat dengan nilai moral, serta etika mendidik untuk menyiapkan warga jemaat
menyongsong perubahan-perubahan sosial diakibatkan oleh kemajuan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi), lebih khususnya dengan kehadiran Alkitab Elektronik buatan LAI (Lemabaga Alkitab Indonesia).
Perkembangan IPTEK yang merambah gereja ini memberi tanggungjawab tambahan bagi para pelayan.
Pelayan Khusus harus mampu memberikan transformasi dengan mulai menggunakan Alkitab Elektronik dan bisa
juga dengan memahaminya secara teoritis. Hal ini perlu sebab seorang Pelayan Khusus pada hakikatnya selalu
berhubungan dengan Alkitab dan Alkitab merupakan dasar pijakan dalam tugas guna memperlancar pelayanan.
Alkitab Elektronik bisa digunakan pelayan sebagai media pemberitaan dan pengajaran bagi umat dan bagaimana
Pelayan Khusus bisa menyiapkan warga gereja sehingga bisa menghadapinya dengan berpikir kritis namun
terbuka. Tindakan ini tidak dimaksudkan untuk menghilangkan tradisi yang telah ada, namun lebih merupakan
cara gereja menyikapi perubahan dan perkembangan teknologi secara teologis (kritis).
Dengan media elektronik manusia bisa membentuk perilaku, misalkan saja Alkitab Elektronik yang terintegrasi
pada handphone bisa dibaca di mana saja sehingga dalam keadaan marah, putus asah, kecewa dan sebagainya
manusia dengan mudah saja mengakses Alkitab dengan praktis guna pertumbuhan imannya, pembentukan
karakter serta cara pikir oleh situasi dan kondisi batin. Dengan demikian selalu diingatkan oleh ayat-ayat Alkitab
yang sifatnya menghibur serta memberi kekuatan ketika berada dalam kelabilan emosional, ataupun juga dalam
ketenangan batiniah. Seperti inilah frame PAK yang selalu berusaha menata kehidupan bermasyarakat dan
bergereja secara continue sehingga menjadi harmonis berpadu dengan teknologi.
Sama seperti pendidikan pada umumnya yang tidak hanya mengada di dunia ini, namun mengalami sebuah
proses yang panjang baik dari hal yang substansi sampai pada hal teknis, dan selalu mengalami pembaharuan
dari zaman ke zaman, maka Pendidikan Agama Kristen pun tidak luput daripadanya. Pendidikan Agama Kristen
(PAK) atau Pembinaan Warga Gereja (PWG) menguraikan pokok pembelajaran pada prinsipnya berpusat pada
Kristus, yang melalui FirmanNya PAK berpijak. Nilai-nilai moralitas yang dipetik, pengetahuan yang memadai,
serta melahirkan pribadi yang potensial, beretika merupakan konsep umum PAK bagi setiap manusia yang
dididik di dalamnya (pedagogis dan androgogis). Konsep umum itu dipikirkan serta dikemas pula hingga dapat
memiliki sebuah kurikulum yang baik, metode pembelajaran yang relevan, bahkan sampai pada pendidiknya.
Dalam pengertian bahwa, PAK seturut perkembangan dunia yang beranjak dari kuno ke modern, tentunya mesti
mengalami pembenahan dari waktu ke waktu mengikuti lajunya perkembangan dunia ini. Dari hal ini, maka tidak
heran kalau PAK mesti meyesuaikan diri dengan kecanggihan dunia dalam bentuk apapun. PAK itu mesti
bermanfaat untuk menunjang kepribadian manusia mengalami proses pendidikannya (Pendidikan PAK). Kalau
yang PAK tekankan adalah pembentukan moral, etika kepribadian seorang manusia kristen, maka kecanggihan
teknologi yang dipakai PAK mesti menunjang akan semuanya itu.
Teknologi adalah buah dan karya berpikir manusia yang melihat dunia dengan kemajemukan sosiologis dan juga
teknologi. Itu berarti tidak semua orang bisa menerima teknologi atau mengoperasikannya. Sederhananya
menjadi pengguna. Ada beberapa faktor manusia cenderung tidak menerima disebabkan karena manusia
menutup diri terhadap perkembangan teknologi, manusia cenderung tidak memiliki pengetahuan tentang
teknologi dimaksud misalkan komputer, serta tidak semua orang secara finansial mampu memperoleh alat
teknologi, ini menimbulkan rasa tidak percaya diri serta stres karena tidak mampu menggunakannya sebab tidak
dipenuhi dengan pengetahuan-pengetahuan menyangkut teknologi yang digunakan itu. Tetapi ini bukan menjadi
alasan bahwa teknologi tidak bisa diterima secara baik atau cenderung ditolak. Melainkan tugas PAK untuk
merasionalisasikan serangkaian produk teknologi yang ditawarkan oleh zaman moderen sekarang ini. Agar
Gereja bertumbuh subur secara kritis serta dinamis menyesusaikan diri dengan konteks.
Manusia yang berkembang dan belajar di dalam kebudayaan massa merupakan manusia yang pro aktif
memikirkan dunia ini dengan kebutuhannya. Berawal dari sebuah peradaban yang kuno manusia hanya mampu
berbicara, merasakan, menilai sesuatu kenyataan yang terjadi di sekitar mereka itulah leluhur kita dahulu.
Seperti inilah manusia pada awalnya melakukan sebuah komunikasi informasi. Seiring perubahan saman dunia
dengan pengetahuan iptek mengalami perubahan di sektor teknologi informasi yang sangat meluas yakni adanya
media elektronik televisi seakan membuat dunia menjadi kecil dan sempit yang mampu dijangkau untuk
mengetahui informasi di seluruh pelosok dunia. Dengan mudah berbagi informasi serta pengetahuan dengan
memiliki sebuah televisi.
Gereja memposisikan dirinya sebagai sebuah media yang ada di tengah-tengah pertumbuhan IPTEK tersebut
dengan tidak menutup diri namun membuka diri menerima segala kemajuan zaman dengan terus menyikapinya
secara komunikatif dan teologis. Gerak maju zaman menghadirkan sebuah produk Alkitab namun kali ini
mengambil bentuk lain, tidak sama dengan sebuah kitab melainkan kitab dalam bentuk Elektronik. Alkitab yang
dikemas menjadi sebuah program dilengkapi dengan latarbelakang kitab, nubuat, perumpamaan, juga peta dunia
di zaman Alkitab yang dimediasi melalui media elektronik seperti handphone (telepon genggam), komputer,
laptop, proyektor. Alkitab Elektronik tidak berdiri sendiri menjadi sebuah media yang tunggal namun hanya bisa
beroperasi jika diintegrasikan (diinstalasi) ke dalam telepon genggam, komputer, dan laptop. Bagaimana nilai
didik PAK melihat semua perubahan sosial yang terjadi di dalam gereja dan juga masyarakat. Nilai didik PAK
bertumbuh dan berkembang dalam keluarga dan keluar kepada jemaat. Alkitab Elektronik adalah sebuah
perubahan sosial yang terjadi di dalam gereja dan jemaat, sering sekali pemuda dan ada pun kalangan tua yang
di dalam handphone, Laptop, dan komputernya menggunakan sebuah perangkat aplikasi Alkitab Elektronik yang
sering digunakan pada saat beribadah ritual. Namun yang perlu dilihat yakni bagaimana kemajuan ini dari sudut
pandang IPTEK dipahami sebagai sebuah kolaborasi budaya moderen dan budaya sebelumnya. Singkat kata,
secara kristiani Pendidikan Agama Kristen (PAK) harus menekankan aksiologi (ajaran tentang nilai-nilai) dari
pada ontologi (ajaran tentang hakikat sesuatu). Itu berarti bahwa dengan kehadiran kebudayaan massa juga
tidak menggugurkan nilai-nilai yang telah ada dalam kewibawaan Alkitab sebagaimana telah dipahami.
G. METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pendekatan
deskriptif maksudnya ialah menjelaskan seluruh fenomena yang terjadi terkait dengan masalah yang dikaji
secara sistematis, faktual dan akurat. Dengan kata lain, pendekatan deskriptif berusaha menggambarkan sifat
suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dan melihat sebab dari sebuah fenomena
tertentu.[19] Penelitian kualitatif lebih memfokuskan pada manusia yang selalu berubah sebagai alat, proses
daripada hasil dan perhatian pada kedalaman dan ketepatan data.[20]
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat dan waktu penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tempat Penelitian
1. Sumber data primer penelitian ini adalah informan kunci dalam hal ini pelayan khusus (pendeta,
penatua, diaken) di Jemaat GPM Bethel.
2. Buku-buku / sumber sekunder, artikel, serta bahan-bahan lain yang diakses melalui internet.
1 00-05 526
2 06-09 493
3 10-12 385
4 13-15 390
5 16-19 541
6 20-40 2338
7 41-59 1353
8 60-dst 608
Total 6634
Sumber : Data Jemaat GPM Bethel tahun 2009
Totalitas jumlah warga Gereja secara kuantitas banyak usia perkembangan yang telah terkontabinasi mulai dari
usia 16 tahun keatas merupakan usia yang telah terpengaruh langsung dengan teknologi, mengakses informasi
secara langsung melalui internet serta media lainnya.
Tabel No. 2
Jemaat Berdasarkan Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah (org)
1. SD 605
2. SMP 731
3. SMU 2422
4. D3 208
5. S1 632
6. S2 52
7. S3 4
Total 4.654
1. PNS 748
3. Pensiunan 418
4. TNI/POLRI 55
5. Wirausasaha 321
6. Lain-lain 381
Total 2613
Sumber : Data Jemaat GPM Bethel tahun 2009
Berdasarkan data demografi maka dapat dipahami bahwa Jemaat GPM Bethel bukanlah komunitas yang
homogen. Di situ hidup berbagai etnis dan sub etnis yang membaur menjadi satu mulai dari Tionghoa, Jawa,
Batak, Sulawesi, Saparua, Seram, Kei, Tanimbar, Kisar, Leti, Haruku, Moa, dan seterusnya dengan beragam
pekerjaan dari yang bekerja serabutan sampai pada yang profesional. Hal ini mengisyaratkan adanya beragam
kebutuhan, cara pandang, dan sebagainya, dan tentu juga mengisyaratkan adanya berbagai masalah yang mesti
dikelola secara baik agar semuanya dapat terakomodir dalam pelayanan jemaat. Lebih dari itu, bertolak dari
pendekatan yang sederhana bahwa semakin besar jumlah, semakin sulit pengorganisasian, maka sangat mungkin
ada berbagai kendala yang ditemui dalam pelayanan terkait dengan bagaimana mengorganisir manusia dalam
jumlah yang besar seperti Jemaat GPM Bethel. Oleh karena itu, diperlukan mekanisme yang memadai untuk
menata kehidupan berjemaat. Terkait dengan itu maka sebuah proses penelitian dan pengkajian sebuah bentuk
atau Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Pendekatan deskriptif maksudnya ialah menjelaskan seluruh fenomena yang terjadi terkait dengan masalah yang
di kaji secara sistematis, faktual dan akurat.
Melihat kehidupan dan perkembangan jemaat dari sisi ekonomi memungkan mereka bisa memiliki berbagai
media elektronik guna keperluan operasional setiap pribadi, misalkan dengan memiliki Computer, HandPhone,
sebagai sarana penunjang kebutuhan hidup karena tuntutan saman.
4. Situasi Sosial
Bertolak dari uraian secara demografis, maka dapat dipahami bahwa Jemaat GPM Bethel adalah jemaat yang
heterogen. Keragaman itu meliputi, baik etnis, budaya, peran sosial, status kemasyarakatan. Jemaat yang terus
bertumbuh dan berkembah didalam saman era globalisasi serta peran atau pengaruh kemajuan IPTEK (ilmu
pengetahuan dan teknologi) yang selalu menjadi konsumsi masyarakat kota pada khususnya karena
kemungkinan besar meiliki akses yang kuat untuk berhadap-hadapan langsung dengan IPTEK yang terealisasi.
Kompleksitas mewujud dalam berbagai bentuk interaksi sosial yang terus-menerus mengalami perubahannya
seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern dan mewarnai sentra-sentra kehidupan, misalnya
pasar, perkantoran, tempat hiburan, sekolah, dan seterusnya. Selebihnya, kompleksitas itu juga mewujud dalam
berbagai perkembangan motivasi dan kepentingan baik dalam berelasi antar satu individu dengan individu lain
dalam seluruh lapisan kehidupan bermasyarakat maupun kehidupan bergereja, karena dalam pembauran antar
etnis dan interaksi-interkasi sosial yang semakin berkembang itu ada sejumlah plausibilatas yang bisa saja
diinginkan maupun tidak diinginkan, secara sadar atau tidak tersadarkan misalnya perubahan-perubahan sosial
yang terjadi meliputi kebiasaan-kebiasaan seperti setiap individu dalam melakukan ibadah ritual selalu
menggunakan atau menenteng Alkitab media cetak. Dalam rentan waktu yang panjang seiring dengan
perkembangan IPTEK serta kemajuannya lalu mulai beredar berbagai macam multimedia elektronik dimana
media tersebut menjadi konsumsi umum bagi tiap individu seperti kepemilikan computer,
hanphone, serta proyektor. Ketiga media cetak tersebut memiliki kegunaan yang berbeda pula dan memiliki
peran yang sama yaitu dengan menggunakan media tersebut pesan itu dapat sampai kepada jemaat. Ada media,
pesan, serta jemaat. Media merupakan sebuah perantara di mana computer dan hanphone bisa mengintergrasi
sebuah aplikasi didalamnya yang berkaitan dengan ibadah ritual jemaat seperti Alkitab Elektronik sehingga
jemaat bukan saja dapat membaca Alkitab melalui Alkitab media cetak namun dapat membaca Alkitab melalui
media elektronik seperti yang dimaksudkan. Dan dengan menggunakan proyektor didalam ibadah ritual minggu
membuat ibadah ritual menjadi sangat menarik sebab setiap liturgi yang tertulis secara cetak beserta
nyanyiannya telah terpampang melalui media proyektor dan mengurangi biaya pencetakan. Sekarang peranan
PAK secara pedagogis dan androgogis yang mesti merealisasikan pendidikannya bagi warga jemaat sehingga
warga jemaat mampu menerima kehadiran, perubahan yang baru dengan kritis dan juga realistis memlalui para
pelayan khusus (Pendeta, penatua, diaken).
Situasi di atas mengisyaratkan kebutuhan akan mekanisme yang tepat sesuai dengan bagaimana tugas dan
pengutusan gereja yang terpanggil dalam dunia. Jemaat ini pun menghadapi permasalahan yang sama karena
merupakan bagian dari bangsa ini, yakni masalah transformasi nilai-nilai perubahan yang baru terkait dengan
kebiasaan-kebiasaan yang turun-temurun dilakukan dalam ibadah ritual menggunakan Alkitab media cetak.
Dengan bermunculan sebuah software yakni Alkitab Elektronik dan juga proyektor sebuah media yang
memediasi ibadah ritual minggu dengan sensai dan gaya yang baru.
5. Aktivitas Pelayanan
Jemaat GPM Bethel terdiri dari 19 sektor pelayanan dengan 44 unit. Akibat konflik sosial yang terjadi sejak 19
Januari 1999, sektor 16 hingga 18 dan sebagian sektor 15 hancur oleh perbuatan kaum perusuh, dan sejak saat
itu warga jemaat di sektor-sektor tersebut tinggal tersebar di beberapa tempat pengungsian. Oleh karena situasi
dan suasana semakin kondusif, maka satu demi satu keluarga mulai membangun rumahnya dan kembali ke
tempat semula, namun di antaranya hingga kini masih tinggal di barak pengungsian Belakang Soya. Wilayah
pelayanan yang luas ini dilayani oleh 93 orang majelis jemaat yang terdiri atas 5 orang pendeta jemaat, 44 orang
penatua dan 44 orang diaken. Jumlah penatua dan diaken tersebut disesuaikan dengan jumlah sektor dan unit
dengan asumsi dasar bahwa satu pasang majelis jemaat (penatua dan diaken) melayani di satu unit pelayanan.
Supaya pelayanan di tingkat jemaat dapat berjalan dengan baik, maka ditetapkan kepengurusan pelayanan yang
terdiri dari pimpinan harian majelis jemaat (PHMJ), pimpinan dan anggota seksi dan sub seksi yang membidangi
seksi kesehatan dan pembinaan umat, pelayanan dan pembangunan masyarakat (PELPEM), finansial ekonomi
(FINEK), dan pekabaran injil dan komunikasi (PIKOM). Seksi kerumahtanggaan ditangani langsung oleh PHMJ
dalam hal ini adalah sekretaris dan wakil sekretaris. Demi pelaksanaan fungsi pelayanan yang menyentuh jemaat
secara langsung di sektor-sektor maka setiap pendeta melayani di setiap wilayah yang sudah disepakati bersama
sebagai berikut :
1. Sektor 1, 2, 3, 4, : Pdt. R. Rahabeat
2. Sektor 5, 6, 7, 13 : Pdt. Ny. M. Orno
3. Sektor 8, 9, 10, 11 : Pdt . Ny. Lekahena
4. Sektor 12, 14, 16 : Pdt. S. Hehanussa
5. Sektor 15, 17, 18, 19 : Pdt. Nn. D. Akywen
Pembagian wilayah pelayanan ini berlangsung selama dua tahun dan setelah itu dilakukan rolling dengan
pertimbangan bahwa pendeta yang ditempatkan di setiap jemaat akan melayani selama kurun waktu lima tahun.
Lebih lanjut, perlu diketahui bahwa terkait dengan praksis perubahan dalam era globalisasi sehingga teknologi
mesti digunakan didalam ibadah ritual minggu. Disini proses sosialisasi juga bisa dilakukan melalui kunjungan
keluarga yang dirasa penting dalam rangka penguatan jemaat menghadapi tantangan zaman ini dan pengaruhnya
untuk keutuhan iman jemaat. Hal ini dilakukan oleh majelis jemaat di sektor-sektor pelayanan menjelang
Perjamuan Kudus dan akhir tahun pelayanan[22]. Dari sini maka Badan Koordinasi Pelayanan (BAKOPEL)
memiliki posisi dan peran yang sangat menentukan dalam jemaat dalam melihat masalah-masalah yang
berkembang secara khusus.
B. DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
1. Karakteristik Informan
Penelitian dilakukan di Jemaat GPM Bethel Klasis Kota Ambon. Untuk memperoleh data atau informasi terkait
dengan penulisan ini, penulis memperoleh informasi dengan melakukan proses wawancara terhadap pelayan
khusus (Pendeta, Penatua, Diaken).
2. Pelayan Khusus ( Pendeta, Penatua, Diaken)
Jemaat GPM Bethel memiliki 93 orang majelis jemaat yang terdiri atas 5 orang pendeta jemaat, 44 orang penatua
dan 44 orang diaken. Boleh dikatakan bahwa Pelayan Khusus Jemaat GPM Bethel dari sisi pengetahuan sangat
memadahi dan juga beranekaragam. Ada 13 Pelayan Khusus yang diwawancarai diantaranya memiliki latar
belakang pedidikan yang baik. Ada yang berprofesi sebagai dosen berjumlah 3 orang, adapula yang pegawai
negeri, pegawai swasta, guru, serta pensiunan.
ü Berikut adalah data dari pemahaman Pelayan Khusus Jemaat GPM Bethel terhadap Alkitab Elektronik ;
Menurut Penatua HP, Alkitab Elektronik sebenarnya jembatan untuk membantu, selanjutnya ia ketahui ;
“ Yang saya pahami tentang Alkitab Elektronik merupakan perangkat lunak ciptaan LAI untuk mempermudah
jalannya pelayanan, itu bagus juga sebenarnya, praktis tapi tidak samua orang menggunakannya,yang satu
cetak dan yang satunya elektronik namun yang lebih saya pahami itu pada Alkitab media cetak karena
tulisannya jelas. Alkitab Elektronik tidak ada masalah selagi isinya sama dengan Alkitab media cetak”.[23]
Lain lagi ungkapan Penatua P, yang menyimpulkan bahwa Alkitab Elektronik itu luarbiasa, hal ini nampak pada
komentar sebagai berikut ;
“ Seperti ini yang saya ketahui menyangkut Alkitab Elektronik. Merupakan software yang teristalasi dalam
handphone dan computer sehingga banyak sekali membantu karena saya bisa bawa ke mana saja.”.[24]
Pada lain pihak Penatua NA menyampaikan kepraktisan dari AE, pendapat yang dikemukakan antara lain ;
“ Seperti ini yang dipahami Alkitab Elektronik merupakan hasil temuan manusia untuk digunakan sebagai
media penyampaian Firman Tuhan. Misalnya kalau mencari ayat-ayat itu dia cepat sekali dan bisa kita
membaca Alkitab dimana saja seperti dijalan-jalan. Perbedaan pada fisik saja saya lebih memahami Alkitab
media cetak sebab kebiasaan mempergunakan”.[25]
Penatua NS menyampaikan bahwa AE masih asing buat umat jadi perlu adanya sosialisasi, sehingga nilai
kepraktisannya kelihatan positif, demikian komentarnya sebagai berikut;
“Saya ketahui Alkitab Elektronik itu sesuatu yang berkaitan dengan multimedia didalam mentransfer nilai
firman itu yang sesuai dengan Alkitab Cetak Alkitab Elektronik memiliki penjelasan latar belakang sedangkan
yang cetak tidak. Alkitab elektronik memiliki kelebihan latar belakang dan penjelasan-penjelasan. Perlu ada
sosialisasi supaya masyarakat jemaat Kristen tau ada terbitan atau produksi terhadap Alkitab yang diterbitkan
LAI baik secara elektronik. Dengan demikian juga orang akan tertarik. Sekaligus juga referensi untuk membuat
renungan. Dan juga bisa menjadi suatu komparataif. Supaya kita jangan terlalu bersifat ortodoks. Agar ada
nilai-nilai pembaruan. Pada prinsipnya alkitab seperti ini mesti ada mencernakan kembali, penjelasan-
penjelasan khusus terhadap alkitab. Jadi firman yang tulis di sini elektronik mesti sesuai perilaku”.[26]
Pada lain pihak Pendeta L mengakatakan AE itu praktis namun juga punya kendala, seperti ini yang disampaikan
:
“ Pemahaman saya seperti ini, Alkitab Elektronik itu produk LAI melihat sisi konteks yang moderen supaya
dengan daya akses yang cepat setiap orang bisa membaca Alkitab dimana saja (menggunakan media
elektronik), Misalkan kita hanya ingin mencari ayat-ayat saja, pikiran-pikiran.”.[27]
Pendeta A menuturkan kepraktisan AE serta kelebihan-kelebihannya, masi sejalan dengan Pendeta L, dan
selanjutnya yang diketahui ;
“ Sederhananya demikian pikiran saya, Alkitab Elektronik memiliki rincian soal kitab. Mulai dari latar belakang
samai nubuat dan perumpamaan semuanya sudah dirampung. Praktis karena kemasannya tersaji didalam
handphone, Komputer. Namun isinya semua sama hanya beda kemasan”.[28]
Penatua GC sedikit melengkapi yang dikatakan Pendeta L, A. Meresponnya dengan mengungkapkan AE itu
berguna dan sangat membantunya sebagai seorang pelayan khusus dan begini komentarnya ;
”Saya memahami Alkitab Elektronik sebagai sebuah media yang sangat membantu dalam pencarian segala
sesuatu, dia punnya nama nabi. Jadi sangat bagus baik di handphone dan di laptop. Sanganat mudah mencari
informasi dalam alkitab itu membuat kita mudah mencari ayat-ayat sebab tingggal ketik langsung dicari secara
otomatis serta memudahkan kita memahami dan mencernanya, Kalu soal memahami tergantung pribadi
namun kalau saya lebih cenderung ke elektronik sebab mudah digunakan dan mecari juga gampang. Perbedaan
Fisik, dan Elektronik memiliki perincian serta penjelasan soal latar belakang kitab. Alkitab Elektronik sangat
membantu dalam pencarian segala sesuatu, dia punnya nama nabi. Jadi sangat bagus baik di handphone dan
di laptop. Sanganat mudah mencari informasi dalam alkitab itu membuat kita mudah mencari ayat-ayat sebab
tingggal ketik langsung dicari secara otomatis serta memudahkan kita memahami dan mencernanya. Kalu soal
memahami tergantung pribadi namun kalau saya lebih cenderung ke elektronik sebab mudah digunakan dan
mecari juga gampang”.[29]
Sangat berbeda dengan yang lain, Penatua NP menyatakan kalau AE itu tidak praktis, juga memiliki kekurangan
, seperti ini komentar yang dikemukakan ;
“Kalau yang saya pahami memang itu Firman Tuhan tetapi dia tidak praktis. Tidak memakai judul, artinya
untuk mendalam saya belum perhatikan dan saya juga buka di handphone dan Komputer itu saya pung kendala
perikop ini apa, dan tidak tau judul apa. Lebih memahami yang Alkitab Cetak. dari cetak karena dari cetak kita
bisa tau perikop ini berbicara tentang apa, contoh Yesus memberi makan lima ribu orang dia punya ayat-ayat
dia bicara soal itu. tetapi kalau kita cuma liat, tapi kalo orang yang sudah mendalam soal alkkitab dia sudah
bisa mengetahui ayat ini bicara soal ini dia judul ini”.[30]
Agak berbeda dengan Penatua NP, tuturan Penatua ML melihat dari sisi konteks diamana ia berada, sehingga ia
memahami betul soal AE berikut argumentasinya ;
“Seperti ini saya ketahui serta pahami karena saya menggunakannya, Alkitab Elektronik bisa tersimpan di
handphone dan Komputer mudah di akses. Pasti dia beda kalau elektronik dimana saja kita bisa gunakan bukan
berarti cetak tidak, elektronik agak sedikit kontekstual itu juga menolong otomatis kalau di tempat kerja ada
teman yang muslim nanti mereka mengatakan kita sombong. Memahami dengan baik keduanya bisa di pahami
dengan baik, kalau elektronik itu saya selalu lakukan untuk memperlengkap untuk pelayanan”.[31]
Seperti ini yang disampaikan Diaken Ibu P menyangkut pemahamannya, singkat saja :
“ menurut saya kalau mau memahami Alkitab itu kalau Roh Tuhan saja, saya belum mengalami karena belum
diinstalisasi kedalam handphone.[32]
3. Analisis Pemahaman
Setiap pelayan khusus memiliki pemahaman sendiri-sendiri dan tidak menutup kemungkinan ada kesamaan
tujuan dalam memberi pemahaman menyangkut multimedia. Mengenai Alkitab Elektronik sendiri para pelayan
khusus sungguh memahaminya bahkan ada yang selalu menggunakannya untuk menunjang pelayanan dalam
pembuatan renungan walaupun tidak banyak yang menggunakannya di dalam ibadah-ibadah ritual. Yang mereka
pahami dari Alkitab Elektronik itu yakni sebuah media elektronik yang praktis dan efisiensi waktu terjangkau
serta mudah untuk mencari ayat-ayat Alkitab dengan mudah dan cepat serta memiliki penjelasan berdasarkan
latarbelakang setiap kitab. Seluruh pelayan khusus Bethel yang menjadi informan di sini menyadari sungguh
bahwa ini merupakan kemajuan dari teknologi yang juga diterima dengan kritis. Pada bagian di atas dilihat
pemahaman responden tentang Alkitab Elektronik.
ü Berikut adalah data dari penggunaan Pelayan Khusus Jemaat GPM Bethel terhadap Alkitab Elektronik
;
Selanjutnya dikemukakan Pelayan Khusus menggunakan AE didalam pelayanan mereka. Menurut Penatua N,
penggunaan AE dan media cetak harus berjalan saling melengkapi, demikian ia menegaskan ;
“Sebenarnya boleh saja namun terpulang pada pemahaman masing-masing Di pergunakan sesuai konteks, saya
lebih menggunakan Alkitab Elektronik untuk mencari ayat-ayat pembanding sebab cepat dalam mencari.
Jemaat belum semua memahami adanya Alkitab Elektronik harus ada wacana soal hal dimaksud. Alkitab
Elektronik dengan kemampuan mencari ayak-ayat secara cepat. Yang satu secara cetak dan yang satunya
secara elektronik perbedaan pada fisiknya. Saya suka Alkitab Media cetak namun kalau butuh referensi
langsung saja saya menggunakan Alkitab Elektronik dengan kemampuan mencari ayak-ayat secara cepat”.[33]
Hal ini tidak terlalu berbeda dengan yang disampaikan Penatua handphone, soalnya pada kebiasaan, serta faktor
usia, menurutnya AE itu baik dan sah saja jika digunakan. Lebih mendalam kita dengarkan berikut ungkapannya
;
“Kalau untuk saya Alkitab Elektronik dapat digunakan tidak bermasalah, mungkin karena kita suda terbiasa
dengan Alkitab Buku. Alkitab Elektronik tidak ada masalah selagi isinya sama dengan Alkitab media cetak.
Alkitab Elektronik juga dapat dipakai sebagai media pengajaran dan pemberitaan namun kalau dirumah ada
Alkitab cetak ya kita gunakan yang cetak saja. Kalau di handphone terlalu kecil tulisannya kecuali handphone
communicator itu tulisannya jelas. Hanya menyangkut kejelasan pada tulisan dan mengenai pemahaman kaum
muda dan tua serta tenga-tenga”.[34]
Saling melengkapi ungkapan Penatua P, bahwa AE itu tak punya hambatan dan sangat baik bagi kehidupan
sekarang ini, sebagai berikut komentarnya ;
“seperti ini Alkitab Elektronik dari sisi penggunaan, Alkitab Elektronik saya mencari ayat-ayat
mendapatkannya cepat, terperinci. Kalau Alkitab Cetak mesti buka lagi dulu kemudian dicari lagi. Kedua kalau
di komputer langsung mengetahui latar belakangnya, dia punya isi tentang penulis dan sebagainya. kalau
elektronik itu menunjang kita. Sebenarnya sama saja hanya saja di elektronik ada latarbelakang dan penjelasan
menyangkut kitab itu. Saya rasa Alkitab Elektronik tidak punya hambatan dan mengurangi isi alkitab dia tidak
mengurangi nilai, bukan bukunya yang merupakan tujuan kita tetapi isinya dan itu dibenarkan sekali dan
sangat dibenarkan.Tidak ada mengganggu sama sekali malah sangat membantu. Saya pernah menggunakan
dalam peayanan ada beberapa kali, karena misalnya ada terang tidak memungkinkan saya tidak pake Alkitab
Buku karena saya tidak bisa baca karena kesehatan mata, dan saya menggunakan dari handphone. Saya selalu
di ibadah menggunakan Alkitab Elektronik karena itu saya punya kondisi mata yang tidak bagus, saya
merasakan Alkitab Elektronik enak sekali karena mau mencari langsung dapat, ayat apa langsung dapat,
misalkan mau tau siapa yang menulis cepat tau dan dapat sangant membantu. Saya tidak pernah menemukan
kendala-kendala menyangkut Alkitab Elektronik.Kadang-kadang orang mungkin belum terbiasa mereka
mengatakan ada ibadah namun membuka handphone, tetapi saya cuek saja karena saya membaca Alkitab.
Selama saya tidak mengganggu orang saya santai”.[35]
Demikian Penatua NS, yang melihat pada umur, dan belum semua orang mengetahui, sebagai berikut
ungkapannya ;
“ Dalam pelayanan boleh saja digunakan mungkin postif dari kacamata kaum mudah kalau Alkitab Elektronik
digunakan. Saya belum pernah mempergunakannya didalam pelayanan. Misalnya handphone mati atau ada
gangguan lalu jemaat mau mendengarkan pembacaan Alkitab bagaimana. Alkitab elektronik belum semua
jemaat mengetahui masi bersifat langka, harus ada penyampaian transformasi Alkitab elektronik terhadap
warga jemaat “.[36]
Pendeta L sangat terbuka terhadap perubahan,dan melihat kendalanya juga. Hal ini terlihat pada komentarnya
sebagai berikut ;
” Penggunaan Alkitab Elektronik itu secara praktis misalkan mau cari dia punya latar belakang. Kita sering
lihat lampu suka padam dan kalau mati berlamaan handphone batrei lemah dan kita tidak bisa menggunakan.
Sebenarnya saling menunjang sebab yang elektronik kelebihannya dapat mencari ayat-ayat yang cepat. Sama
saja sebab isinya kan sama bagi kita tidak ada masalah karena Alkitab kan bukan hanya soal buku karena suda
ada teknologi yang canggih untuk digunakan kenapa tidak bisa digunakan. Kalau memang sangat
memungkinkan, gunakan. Tetapi kalau dalam keluarga kan smua Alkitab ada dan mari kita gunakan. Listrik
kadang-kadang sering padam dan itu kemungkinan tak bisa digunakan. Dan kalau mengggunakan ada
menerima sms dan telepon. handphone, Nootebook perlu di cas penuh dan penggunaan handphone di offline
“.[37]
Dari sisi penggunaan Pendeta A menyatakan kedua kitab ini sama saja, hanya berbeda kemasan, serta belum
semua umat mengetahui. Dengan tegas mengatakan ;
“ Alkitab Elektronik dan Cetak sebenarnya sama saja hanya berbeda secara fisik. Sebenarnya tidak masalah
untuk digunakan dalam pelayanan. Namun tidak semua umat bisa menerima itu karena ini barang baru. Harus
ada sosialisasi soal Alkitab Elektronik. Semua hal tetap ada dia punya postif dan juga negative tergantung pada
penggunanya saja. Tapi pandangan umat berbeda, mereka sudah pernah complain kalau Ibu kita tidak usah
memakai Alkitab cetak lagi, kita tidak perlu beli lagi dan bilang LAI tidak usah cetak lagi cukup isi di handphone
saja. Bagi tidak ada masalah juga kalau memakai handphone. Kalau orang pahami Alkitab itu Nansi Alkitab.
Kalo di handphone kan bisa saja ada gambar porno dan di handphone itu juga ada macam-macam. Namun
kalau dalam batas positif itu mesti digunakan karena kita terbuka bagi teknologi juga “.[38]
Sama juga denga Penatua FN menyatakan boleh saja digunakan, namun harus diperhatikan cara
menggunakannya demikian, seperti ini pernyataannya ;
” Alkitab Elektronik digunakan dalam pelayanan itu biasa, kenapa tidak. Tetapi tergantung dari element
masyarakat yang akan dipimpin. Karena ini bukan barang yang merupakan barang lasim digunaakan dalam
ibadah jemaat tetapi itu merupakan bahagian penggunaan teknologi yang maju lalu memudahkan orang
supaya jangan pegang berat-berat bawa besar-besar, tetapi sesungguhnya itu lebih mudah. Saya belum pernah
menggunakannya. Tetapi untuk penggunaan mesti disempurnahkan dalam perintah-perintah misalkan go to,
kalau orang awam yang menggunakan itu lama sangat lama. Perlu lagi mempelajari langkah-langkah
penggunaannya “.[39]
Sama juga dengan tuturan Penatua GC tidak masalah digunakan dalam ibadah, AE agak susah diterima kalau
dalam berjemaat sebab pemikiran setiap orang berbeda. Sebagai berikut komentarnya ;
” Kalau Om Glend sendiri tidak ada masalah, tetapi kalau untuk konteks Gereja masyarakat agak susah diterima.
Karena pola pikir pemahaman orang ke gereja itu bawa alkitab intinya begitu, jadi memahami hal itu dia ke
gereja. Tetapi dari handphone tiba-tiba dia pergi isi handphone dalam saku itu juga tidak bawa nuansa.
Mungkin untuk satu dekade ini orang belum terima tetapi cepat atau lambat perkembangan informasi
teknologi ini akan menyebabkan itu juga kearah itu. Sekarang mungkin belum diterima karena pemahaman-
pemahanam jemaat masih kaku soal hal itu. Saya menggunakannya untuk mempersiapkan renungan-renungan
dari rumah dengan mempergunakan Alkitab Elektronik pada notebook. Selama ini tidak ada, tidak bermasalah
“.[40]
Sangat berbeda dengan yang lain, Penatua NP menolak pembenaran digunakan dalam beribadah, karena
penilaian orang terhadap handphone yang berisikan AE itu negatife. Seperti ini komentarnya ;
“ Tidak dapat dibenarkan dalam pelayanan, alasannya kita melayani orang dengan menggunakan salah satu
handphone itu tidak baik dalam artian kita datang untuk melayani umat datang dengan handphone saja, lalu
penilaian orang yang kita layani itu dia bilang ini majellis atau pengurus wadah ini dia bagaimana. Tapi kalau
untuk saya lebih baik kita memakai yang media cetak supaya benar- benar bahwa apa yang selama ini kita
gunakan yang dari dahulu itu, jangan kita memakai yang suda ada elektronik yang kita pakai. Dan yang berikut
orang itu malas dia mau segala sesuatu yang praktis dia tidak mau menenteng kata besok saya pegang alkitab
besar begini, kalau dari sisi pelayanan itu tidak baik. “.[41]
Penatua ML mendukung dan membenarkan AE tidak bermasalah jika digunakan, selanjutnya ia ketahui sebagai
berikut ;
” Dapat dibenarkan karena baik jadi tidak masalah karena tidak mengurangi dan menanamnah sesuai hakekat
yang ada. Saya menggunakan Alkitab Elektronik dari efesiensi waktu, mempermudah dalam perbandingan soal
kata-kata dan tinggal saya print untuk digunakan dalam pelayanan. Dan juga kalau mati lampu.
Menanggulangi kendala saya himpun sekali semuanya materi untuk dibawa dalam pemberitaan firman, dan
mesti dicek kembali lagi kata-kata “.[42]
Penatua EL, sungguh tidak menerima kehadiran AE, ia mengatakan dengan adanya AE akan terjadi suatu
pembodohan. Seperti ini ditegaskannya sebagai berikut ;
“Kalau Alkitab Elektronik saya sudah melihat orang menggunakannya duluh dan dalam tahun ini atau sebelum
itu kira-kira tahun 2009. Namun belakangan saya berbicara dengan teman-teman dan mereka mengatakan
sudah ada Alkitab seluler fleksi, katanya khusus buat ayat-ayat Alkitab. Terus saya sempat bertanya apakah
nanti dengan adanya alkitab begitu lalu nanti alkitab yang biasa kita bawa dan gunakan diibadah sudah tidak
digunakan lagi ? artinya saya berpikir benar kita saman sudah canggih untuk sekarang ini pake handphone
saja dia praktis namun kita berpikir secara alkitabiah saja. Alkitab ini kan kita punya kitab suci jadi jangan kita
menggunakan handphone dengan alasan praktis, kata teman-teman saya nanti kalau mengendarai motor
setengah mati kalau menggunakan alkitab cetak mau taru dimana. Itu kan kitab suci jadi mau berat ataupun
tidak wajib dibawa”. Sekarang sangat nampak semua sudah sangat praktis lalu nanti sudah tidak membawa
alkitab lagi dan masuk gereja lenggang saja. Nama yang sama namun berbeda pada fisiknya. Dan saya belum
pernah menggunakan alkitab elektronik karena saya berpikir berdasarkan yang tadi bahwa okelah ia praktis
tapi kita mempunyai kitab bukan kita bawa-bawa, dan akhirnya fungsi alkitab fisik yang sebenarnya nanti mau
dikemanakan. Bagi saya dengan adanya alkitab elektronik itu merupakan suatu pembodohan atau mengubah
tradisi atau karakter budaya kita. Bisa saja setan menggunakannya supay orang sudah tidak membawakan
alkitab lagi dan orang hanya menggunakan handphone saja untuk bergaya. Kalau alkitab elektronik digunakan
dalam pelayanan atau dibenarkan, rasanya tidak pantas apalagi kalau kita memimpin ibadah minggu, unit,
wadah, nanti orang berpikir ini mereka suda gaya-gayaan apa lagi dengan memimpin ibadah menggunakan
handphone atau nootboke dan nanti pada saat persidangan atau rapat evaluasi lalu diserang. Kalau buat saya
pada prinsip alkitab tetap alkitab saja bukan alkitab elektronik. Untuk mengatasi kendala-kendala demikian
saya rasa gereja. Gereja punya fungsi dan peran mungkin juga mulai dari rumah-rumah tangga supaya bisa
mengarahkan generasi muda untuk memahami alkitab dengan baik agar jangan terlalu terfokus dengan yang
praktis-praktis atau yang instan dan yang cepat-cepat padahal dulu-dulu orang bawa alkitab, kidung jemaat,
dua sahabat lama. Saya rasa gereja sebagai bait Allah harus memperhatikan yang tadi agar jangan setan akan
pergunakan dengan metode-metode dengan handphone atau notebook (alkitab elektronik ini). Misalnya
sekarang iman bukan matematis. Namun menurut saya pemahaman setiap orang berbeda “.[43]
Diaken Ibu P menyampaikan bahwa AE belum memasyarakat tetapi sudah ada yang menggunakannya. Sangat
singkat yang disampaikan sebabai berikut ;
“ Kalau dalam ibadah hari minggu saya belum pernah melihat, didalam wadah juga tidak ada. Alkitab
Elektronik banyak belum memasyarakat. Tetapi ada teman sekolah yang sudah menggunakannya.[44]
4. Analisis Penggunaan
Alkitab elektronik digunakan pada saat-saat kritis saja seperti di jalan-jalan di kantor dengan alasan akses Alkitab
yang berlebihan dengan menggunakan Alkitab cetak, misalnya di jalan-jalan yang memungkinkan terlihat oleh
sebagian besar manusia sehingga bisa diasumsikan bahwa ada penyombongan iman. Namun ketika kita
mempergunakan Alkitab elektronik asusmsi tersebut tidak kena.
Alkitab Elektronik sering dipakai oleh beberapa pelayan khusus guna menunjang pelayanannya untuk
memperkaya renungan karena Alkitab Elektronik mempunyai kemampuan untuk mencari ayat-ayat dengan
cepat dan di situ mereka mendapatkan ayat atau teks-teks paralel sehingga renungan semakin kaya. Diakui kalau
penggunaannya di dalam ibadah hanya sebagian kecil satu dua orang saja sperti yang dikatakan oleh para pelayan
khusus.
Adapun juga pelayan khusus sendiri yang menjadi pengguna aktif dalam setiap ibadah dengan alasan Alkitab
Elektronik sangat bagus dan menarik juga alasan kesehatan yang katanya tidak mampu membaca Alkitab cetak.
Menariknya asusmsi pelayan khusus yang menggunakannya mengatakan bahwa Alkitab Elektronik tidak ada
persoalannya karena perbedaannya hanyalah pada fisik namun isinya semua sama dan yang paling penting
ketika setiap nilai yang ada di dalam Alkitab Elektronik itu mampu diaplikasikan dalam kehidupan bukan soalnya
pada fisik dan bentuk alkitab itu.
Dari amatan penulis dalam peribadahan, kemalasan setiap orang membawa Alkitab atau nyanyian bukan terletak
pada kemajuan teknologi tersebut, sebab sebelum Alkitab Elektronik hadir, ada juga beberapa orang yang ke
gereja bahkan tidak membawa apa-apa. Ini berarti bahwa malas atau tidaknya seseorang untuk membawa alkitab
dan buku nyanyian setiap kali ibadah, bukan karena Alkitab Elektronik, melainkan lebih merupakan persoalan
manusia itu sendiri.
ü Berikut adalah data dari pemanfaatan Pelayan Khusus Jemaat GPM Bethel terhadap Alkitab Elektronik
;
Penatua N, Beliau mengatakan bahwa memanfaatkan penggunaan Multimedia seperti Alkitab Elektronik sebab
Gereja tidak boleh Gaptek (gagap teknologi) seperti ini komentarnya ;
“karena kita juga mesti melihat manfaatnya / kegunaannya karena dunia sudah terbuka dan moderen. Padahal
tidak semua orang suka berteknologi. Alkitab lagi tidak perlu beli Alkitab lagi. Harusnya ke gereja itu kita mesti
siap dari rumah menyiapkan semuanya termaksud mental, iman. Bisa sajakan ada orang yang tiba-tiba dia
lewat, ada gereja dia langsung masuk tanpa ada persiapan, itu saya tidak setuju. Akhirnya nanti lama kelamaan
orang suda tidak memiliki Alkitab dan itu akan pasti karena zaman ini akan berubah terus dan orang sudah
tidak membeli “.[45]
Penatua HP menyatakan AE dapat dipakai sebagai media Pemberitaan dan pengajaran, dan menyatakan
Elektronik merupakan kemajuan IT, berikut ungkapannya ;
“ Alkitab Elektronik juga dapat manfaatkan sebagai media pengajaran dan pemberitaan namun kalau dirumah
ada Alkitab cetak ya kita gunakan yang cetak saja. Bermanfaat ketika kita berada didalam pasar dan ditempat-
tempat yang bukan dirumah, sebab masa kita membuka Alkitab cetak dijalan-jalan. Sebab Alkitab Elektronik
merupakan suatu perkembangan ilmu pengetahuan IT. Namun masalah generasi tua dan muda juga soal
menerima perubahan-perubahan ini. saya rasa kalau generasi muda dan usia 40an bisa menerima hal ini. Kalau
menurut saya generasi tua seperti orang tua-orang tua kita mereka memang sulit menerima perubahan ini.
contoh kecil kalau didalam gereja sudah tepuk-tepuk tangan, menggunakan band, lalu orang tua-tua sudah
mengatakan ini mereka sudah buat apa didalam gereja. AE sangat bermanfaat sebab Alkitab Elektronik
merupakan suatu perkembangan ilmu pengetahuan IT dan juga terbita LAI (Lembaga Alkitab Indonesia) yang
turut mencetak Alkitab Cetak guna misi pekabaran injil“.[46]
Tanggapan Penatua HP menunjang Penatua P. Penatua P merespon baik sekali soal AE dan menginginkan semua
anaknya memiliki AE berikut komentarnya ;
“ Alkitab Elektronik dapat dibenarkan dan dipergunakan sebagai media pengajaran dan pemberitaan sebab
saman semakin maju kita mestinya menerima perubahan dengan mempergunakan teknologi untuk kebutuhan
yang positif, malahan saya menganjurkan kepada setiap anak-anak saya di dalam handphone itu harus
memiliki Alkitab Elektronik. “.[47]
Lain lagi dengan Penatua NA, ia katakana AE baik kalau konsusmsi pribadi, selanjutnya ia ketahui sebagaiberikut
;
“ Alkitab Elektronik kalau untuk konsumsi pribadi dan keluarga sah-sah saja. Misalnya kalau mencari ayat-ayat
itu dia cepat sekali dan bisa kita membaca Alkitab dimana saja seperti dijalan-jalan. Alkitab Elektronik juga
bermanfaat misalnya dalam keadaan darurat seperti di kantor, jalan dll kita bisa mempergunakannya. “.[48]
Penatua NS menayatakan AE baik digunakan dari sisi konteks, singkat pernyataannya sebagai berikut ;
“ Alkitab Elektronik bermanfaat ketika di kantor mau memimpin ibadah tidak membawa Alkitab Cetak ya
menggunakan Elektronik. “.[49]
Sama dengan yang disampaikan NS, Pendeta L mengungkapkan juga bahwa memanfaatkan juga sesuai keadaan,
dengan tegas mengatakan sebagai berikut ;
” Memanfaatkan AE sesuai kondisi dimana kita berada, karena semua orang belum mengerti dan mengetahui
apa itu AE walaupun telah diterbitkan oleh LAI sebab tidak pernah ada wacana soal hal tersebut“.[50]
Saling melengkapi apa yang disampaikan Penatua FN melihat yang telah Pendeta L katakana. FN mengemukakan
kepraktisannya menerobos ruang dan waktu. Sebagai berikut komentarnya ;
” Saya lebih cenderung Keduanya sama saja karena menunjang dan saling melengkapi. Dapat dibenarkan
kenapa tidak sebab perbedaannya hanya fisik Alkitabnya namun isinya sama. Kan yang dilihat isinya yang mesti
diaplikasikan buka Alkitab itu. Sangat membantu dan bermanfaat karena kepraktisannya juga jika kita sedang
berpergian lalu ketika dibutuhkan Alkitab dalam keadaan darurat sementara tidak ada Alkitab cetak yang
dibawa dan saya menggunakan Alkitab Elektronik “.[51]
Sama halnya Penatua GC, melihat AE sebagai media yang bermanfaat untuk menunjang pelayanan saya sebagai
berikut komentarnya;
”Saya selalu mempergunakan Alkitab Elektronik di nootbook untuk membuat atau mempersiapkan renungan-
renungan ketika mau melakukan pelayanan atau memimpin ibadah wadah. Saya tidak pernah menemukan
kendalanya yang saya temukan itu semua positif sebab sangat membantu. Alkitab Eelektronik dapat
dibenarkan dalam media pemberitaan serta pengajaran kan bedanya hanya di fisik namun isinya semua sama
tergantung kita mengaplikasikan isisnya itu intinya. Alkitab elektronik ini bagi saya sangat bermanfaat dan
rasanya bagi mereka juga yang sudah mengetahui soal ini. “.[52]
Ungkapan Penatua NP AE dipahami dari berbagai macam prespektif, seperti ini ia menegaskan ;
” AE Dapat dipakai sebagai media pembelajaran dan pemberitaan, soal media pemberitaan terbegantung pada
pribadi masing-masing, kebanyakan orang yang suda merasa kedudukan tinggi dia suda merasa dunia suda
canggih saya tidak perlu membawa Alkitab saya pakai saja lewat handphone, saya liat saudara sendiri juga
kalau dia ke ibadah dia tidak membawa Alkitab tetapi dia buka pembacaan dari handphone lalu dia baca,
terpulang dari pemahaman bagi dia itu baik tapi bagi saya tidak baik soal elektronikitu, saya lebih baik
gunakan cetak“.[53]
Lain lagi yang dikatakan Penatua ML, menyatakan semua itu baik saja untuk digunakan, sebagai berikut
pernyataannya ;
” Kalau semua baik itu gunakan saja dalam media pengajaran dan pemberitaan. Oleh sebab itu jangan kita
terfokus di handphone, jadi AE membantu kita dalam persiapan saja. Dahulu kalau belum ada Alkitab
Elektronik saya biasa ketik di handphone ayat-ayat yang khusus menopang teks dalam pemberitaan firman.
Bagi saya Alkitab Elektronik tidak ada masalah semua terpulang pada pribadi saja. Dan kalau dijalan-jalan
kita bisa gunakan Alkitab Elektronik bisa memperkuat kita dalam kesukaran. Cuman dalam penggunaan mesti
diperhatikan hal teknis. “.[54]
Cukup terbuka pernyataan Diaken Ibu P terkait manfaat AE bagi pelayan khusus. Sebagai berikut komentarnya ;
“Pelayan khusus boleh saja menggunakannya, hanya tidak memiliki judul itu berarti ada hal-hal yang kita
analisis sendiri karena judul mempengaruhi cara untuk membuat renungan pendek. Alkitab Elektronik bisa saja
digunakan sebagai media pengajaran serta pemberitaan karena isisnya sama saja. Serta teman majelis pernah
menggunakan pada saat membaca Alkitab, saya juga berniat menginstalnya di handphone hanya belum
kesampaian. Saya menerimanya secara positif di dalam jemaat ini”.[55]
5. Analisis Pemanfaatan
Tidak semua pelayan khusus suka berteknologi, dan juga tidak semua pelayan khusus memanfaatkannya karena
akses untuk memperoleh benda tersebut terbatas oleh perekonomian serta kebutuhan yang dilatarbelakangi
oleh pemahaman di dalam spesifikasi handphone serta notebook. Namun, dapat dilihat kembali bahwa sebagian
besar pekayan khusus memberi apresisai baik terhadap kehadiran atau keberadaan Alkitab Elektronik itu terkait
dengan nilai kepraktisannya dan juga penjelasan terperinci tentang setiap kitab serta mampu menjawab
persoalan konteks. Sebab Alkitab Elektronik sangat menunjang dan saling melengkapi Alkitab cetak ketika para
pelayan mau mempersiapkan serta mendapat pemahaman yang luas menyangkut teks tersebut sebab paralel
atau perbandingan dari kata-kata kunci ini nampak. Walaupun harus diakui adapun juga pelayan khusus yang
memberikan apresiasi baik bagi Alkitab Elektronik, namun di sisi yang lain mereka juga mengutarakan
kelemahannya seperti terjadi salah tafsir bagi umat dan juga jemaat nantinya tidak memeiliki Alkitab cetak lagi
namun hanya menggunakan handphone saja ketika beribadah dan juga handphone memiliki multi fungsi sebab
di dalam handphone juga bisa terjadi akses pornografi serta ada kemungkinan jemaat menjadi malas.
BAB III
REFLEKSI TEOLOGI
Manusia menyatakan sikap terhadap perubahan bumi ini selama berabad-abab dan sepanjang kehidupan ini
masih bisa dinikmati manusia. Dalam berabad-abad lamanya dunia mengalami pergeseran dan perubahan yang
begitu panjang sampai pada saat ini, di mana semuanya telah dikemas secara elektronik dan juga fleksibel
terhadap sebagai respon terhadap kebutuhan zaman yang merupakan kebutuhan manusia itu sendiri sebagai
pengguna yang sadar akan fungsi dan kegunaannya.
Di dalam kekristenan dan protestantisme diyakini bahwa manusia dan dunia ini merupakan buah tangan Tuhan
Allah sehingga boleh dikatakan Tuhan sebagai Maha Pencipta (Creator) dari keberadaan dunia dan manusia
sehingga manusia (co-creator) harus meneruskan karya penciptaan Tuhan melalui karyanya dalam dekade
panjang hidup manusia. Hal ini memungkinkan manusia hidup dalam situasi yang kontekstual dan juga selektif
secara pengaplikasiannya.
Sehingga pendidikan agama Kristen, seperti semua pendidikan, adalah kegiatan yang kompleks, dan tidak akan
pernah ada deskripsi mengenai pendidikan agama Kristen yang lengkap. Pernyataan-pernyataan mengenai
tujuannya, konteksnya, dan sebagainya akan muncul kemudian. Pendidikan agama Kristen ialah kegiatan politis
bersama para peziarah dalam waktu yang secara sengaja bersama mereka memberi perhatian pada kegiatan
Allah di masa kini kita, pada cerita komunitas iman Kristen, dan visi kerajaan Allah, benih-benih yang telah hadir
di antara kita.[56]
Itu berarti teori pendidikan tidak dapat hadir dalam ruang hampa. Teori ini agaknya muncul dari pengalaman
hidup manusia dalam konteks tempat mereka hidup.[57]
Mengatakan bahwa teori pendidikan harus kontekstual juga mengatakan teori tersebut harus dinamis ketimbang
statis. Seperti waktu dan ruang berpindah dan berganti, seperti kejadian dan pengalaman terus berjalan dan
mengalir, teori pendidiakan perlu merespon dengan segera dan tepat. Oleh karena itu, setiap orang pendidikan
pasti memiliki suatu kisah dibelakangnya. Sering kali, kisahnya merupakan suatu konflik, ketegangan, realisasi,
dari suatu kekurangan atau kebutuhan akan sesuatu, atau visi dari sesuatu yang lebih baik bagi komunitas atau
masyarakat. Menurut John Dewey.[58]Dinamika tersebut membuat gereja tertantang dalam arus modernisasi
yang penuh dengan konflik ide atau pemahaman tentang otoritas Alkitab elektronik.
Konflik tersebut merupakan tanggung jawab pengajaran PAK/PWG merupakan tugas Gereja dan kita semua yang
merupakan anggota gereja. Namun, pendidikan agama Kristen sebagai bagian dari kurikulum pendidikan
nasional di sekolah-sekolah (pendidikan formal), merupakan tanggung jawab sekolah (pimpinan sekolah) yang
ternyata dapat dibantu oleh Gereja melalui berbagai sarana pelayanan pendidikan yang dimilikinya, misalnya
khotbah, sekolah minggu, katekisasi, dan lain sebagainya.
Arah perubahan membawa Gereja masuk pada kebutuhan besar yang lahir dari dalam perubahan itu sendiri,
antara lain tampak dalam kebutuhan akan perubahan suasana ibadah, konsentrasi karya gereja, kepemimpinan,
serta penghargaan terhadap pluralitas penghayatan iman. Globalisasi dan proses demokratisasi dalam
masyarakat telah mengubah pola pikir anggota jemaat. Mereka hidup dalam lingkungan yang memberikan
kebebasan berpendapat. Meskipun demikian, perlu disadari pula bahwa globalisasi merupakan proses yang
paradoksal. Artinya, globalisasi menimbulkan kontradiksi-kontradiksi karena ternyata menampakkan dua
macam kecenderungan dan akibat yang saling berlawanan. Jelaslah bahwa globalisasi memberikan pengaruh dan
akibat ganda terhadap keberadaan dan nilai-nilai kehidupan, yaitu yang baik atau bermanfaat tetapi juga buruk
atau merugikan.
Oleh karena itu, dalam menyikapi globalisasi dan akibat-akibatnya, perlu kewaspadaan dan kearifan yang
didasarkan pada kriteria-kriteria yang mengacu pada prinsip-prinsip teologi dan etis, yang alkitabiah dan
sungguh-sungguh relevan-kontekstual dengan situasi dan kondisi yang ada. Ini adalah tugas gereja yang secara
fungsional harus membimbing dan mengarahkan umat agar hidup sesuai dengan kehendak Allah di tengah
zaman yang terus berubah.
Gereja perlu secara kritis mengadakan evaluasi dan seleksi secara benar dan tepat terhadap fenomena dan
pengaruh-pengaruh globalisasi, mana yang positif dan negatif demi pemeliharaan dan pengembangan kehidupan
iman umat seperti yang ditekankan PAK/PWG maupun pelaksanaan tugas dan panggilan gereja. Gereja memiliki
peran untuk mengupayakan agar globalisasi jangan sampai menimbulkan hal-hal yang justru kurang atau bahkan
tidak “memanusiakan manusia”.
Dalam Efesus 4:12 tersirat tugas dan tanggung jawab gereja, baik sebagai persekutuan maupun institusi untuk
mempersiapkan para pelayan agar mampu melayani umat dengan baik. Hal ini tentu berkaitan dengan
perubahan zaman yang semakin canggih yang membutuhkan keterampilan tertentu dari para pelayan khusus
agar dapat terus melayani umat seiring perubahan manusia, sebab perubahan sosial juga mengisyaratkan
perubahan karakter manusia.
Kesiapan para pelayan khusus untuk melayani umat, menentukan keberhasilan pelayanan gereja dan
perkembangan spiritualitas umat. Sebelum sampai pada titik di mana gereja mampu mendorong umat untuk
bersikap terbukan dan kritis terhadap berbagai tawaran perubahan, maka gereja secara institusional perlu
terlebih dahulu bersikap terbuka dan kritis terhadap perubahan agar dari situ gereja dapat mengambil langkah
untuk mempersiapkan para pelayannya.
Sikap terbuka dan kritis ini juga dapat berasal dari jemaat yang menghasilkan dorongan kepada gereja. Ketika
gereja melihat, mendengar, dan menghadapi pelbagai hal baru yang disuarakan oleh anggota jemaat dan
masyarakat. Sikap kritis mutlak diperlukan, namun dilandasi keterbukaan dan dialog untuk menyikapi pluralitas
penghayatan iman dan setiap usulan perubahan. Gereja perlu bersikap terbuka tidak kaku dan tertutup karena
konteks situasi di mana gereja berkembang terus, sejalan dengan derasnya arus globalisasi dan munculnya
persoalan-persoalan baru.
Konsekuensinya adalah gereja di bidang PAK/PWG harus tanggap terhadap kepelbagaian, keragaman isi, metode
dan jenis kebutuhan manusia yang dilayaninya. Ia tidak dapat memakai tangan besi dengan otoritas rohani
memagari orang Kristen agar tetap seragam dalam pemikiran, perasaan dan ekspresi imannya. Dengan begitu,
bukan berarti Gereja akan kehilangan esensi, tetapi harus berusaha mencari bentuk-bentuk spritualitas yang
baru dan bermakna. Di situ terletak kekuatan gereja dan keuletannya bukan hanya untuk tetap bertahan,
melainkan mampu melayani secara efektif.
Mungkin saja orang akan lebih suka memilih kombinasi PAK/PWG yang secara bombastis, diekspos secara publik
seperti gaya presentator-presentaris TV, proyektor. Dengan media tersebut orang bisa saja mengajar tanpa
bertatap muka. Inilah peranan media dalam pendidikan moderen. Gereja tidak cukup dengan hanya
mengandalkan bentuk-bentuk tradisional. Harus dipikirkan bentuk-bentuk pelayanan baru agar kebutuhan umat
dapat terjawab.
PAK berpijak berlandaskan Alkitab dan manfaatnya untuk Pendewasaan hidup. Alkitab merupakan isi
kepercayaan orang kristen bukan? Untuk menjawab pertanyaan ini, banyak anggota jemaat yang akan menyebut
Alkitab sebagai “pasal pertama” kepercayaan mereka. Kitab sucilah yang merupakan pokok kepercayaan
terpenting, akan tetapi pengakuan Iman Rasuli tidak memuat sesuatu pasal tentang Alkitab! Setidak-tidaknya hal
ini dapat memperingatkan, bahwa Alkitab bukanlah menjadi pusat kepercayaan Kristen. Dapatlah dikatakan,
berkat adanya Gereja, jemaat beroleh Alkitab. Gereja lama telah menyambut Kitab Kudus orang Yahudi sebagai
Firman Allah. Malahan dalam Perjanjian Lama, Gereja telah mendengar kesaksian tentang Yesus Kristus.
Kesaksian itu juga selanjutnya diberitakan juga dalam pelbagai tulisan para rasul. Demikianlah lama kelamaan
terjadilah suatu himpunan kitab-kitab di dalam Gereja Kristen yang memiliki wibawa sebagai Kitab Kudus.
Berkat adanya Gereja segala abad, Alkitab pun telah disampaikan kepada jemaat dan diterjemahkan ke dalam
berbagai bahasa. Sebaliknya, boleh dikatakan, bahwa berkat adanya Alkitab, ada Gereja Kristen. Gereja ada
berdasarkan kesaksian para nabi dan rasul. Sebagaimana disampaikan bagi jemaat di dalam bentuk Alkitab.
Berkat adanya Alkitab, selalu pula ada orang-orang yang menjadi percaya serta mempercayakan dirinya kepada
Yesus Kristus. Artinya orang yang sudah mendengar suara Tuhan yang memanggilnya untuk menjadi anggota
Jemaat Kristus di dunia ini. Inilah proses keberadaan Alkitab bagi Gereja Kristen hingga saat ini.
Alkitab merupakan sebuah landasan media pembelajaran dan pemberitaan bagi kekristenan mengalami
perubahan secara fisik. Di mana Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) membuatnya untuk dipergunakan masyarakat
agar lebih fleksibel dan kreatif. Zaman dulu Alkitab ditulis di atas papyrus dan masih berupa gulungan-gulungan
secara terpisah-pisah. Seiring dengan gerak zaman, semuanya mengalami perkembangan seperti sekarang ini
telah digunakan seperti Alkitab Cetak dan semua orang menggunakannya karena terkondisi. Sekarang boleh
dilihat gerak zaman ini tidak diam namun terus maju sehingga Alkitab tidak hanya dapat berbentuk cetak namun
juga Elektronik.
Alkitab Elektronik menjadi fenomena bagi masyarakat/warga Gereja sebab keberadaannya masih belum bisa
diterima di semua kalangan masyarakat. Walaupun memang sudah ada pula yang menerima sekaligus
menggunakan. Boleh dikatakan ini merupakan suatu hal yang baru untuk mau menerima media elektronik itu.
Karena masyarakat telah lama sekali terkondisi dengan Alkitab Cetak sehingga mereka masih menganggap
Alkitab Elektronik sebagai momok yang tidak baik, dipandang sebelah mata dan dikatakan juga merupakan
‘setan’ yang bisa merusak nilai tradisi yang telah ada. Perlu disadari bahwa dahulu manusia membaca Alkitab
dengan media papyrus dan sekarang telah menerima Alkitab dalam bentuk buku. Ini berarti bahwa bentuk
Alkitab mengalami perubahan seirama dengan perubahan konteksnya. Oleh sebab itulah, sering dikatakan
bahwa kontekstualiasi itu perlu dua sayap yakni yang pertama tradisi dan yang kedua ilmu pengetahuan dan
teknologi. Tradisi memungkinkan manusia untuk menjaga nilai-nilai baik yang diwariskan, sedangkan
pengetahuan dan teknologi menuntun manusia kepada penemuan baru yang membantu mereka untuk hidup
dengan lebih baik. Itu berarti manusia menempatkan media teknologi hanyalah sebagai alat bukan tujuan hidup,
sebab yang menjadi tujuannya yaitu Firman Allah sebagaimana terkandung dalam Alkitab.
Kemunculan bentuk baru Alkitab (Alkitab Eletronik), tidak berarti punahnya betuk lain dari Alkitab (buku). Di
sini Alkitab Elektronik disandingkan dengan Alkitab media cetak agar bisa tetap berfungsi bersama-sama sesuai
kelebihan dan keterbatasan masing-masing media. Dari situ, maka bisa terjadi harmonisasi, kenyamanan serta
fleksibelitasnya dirasakan dalam pelayanan Gereja, sebab Jemaat GPM Bethel merupakan jemaat kota yang dekat
sekali dengan perkembangan IPTEK. Bukan berarti dengan kehadiran teknologi mau menyingkirkan nilai-nilai
yang telah ada dan lama bertumbuh dan berkembang di dalam gereja, namun gereja itu juga mesti relevan
terhadap zaman ini dan tidak menutup diri, mau terbuka dan mampu kritis dalam melihat kebutuhan masyarakat
dalam Gereja.
LAI merancang Alkitab Elektronik sedemikian rupa sebagai media yang dapat digunakan oleh siapa saja,
baik Pendeta, dan pekerja kristiani, bahkan kaum awam sekalipun yang ingin mempelajari Alkitab lebih
mendalam. Alkitab Elektronik dibuat dengan berbagai versi, sehingga aplikasi Alkitab Elektronik dinamis
mengalami upgrade disebabkan karena kebutuhan manusia menginginkan inovasion.
Di era moderen sekarang ini, di bagian perkotaan kebanyakan sistem pekerjaan dikemas secara
komputerisasi/pemakaian komputer sebagai alat bantu penyelesaian tugas, pengganti penyelesaian pekerjaan
secara manual. Walaupun teknologi memberikan banyak kelebihan kepada sumber daya manusia, namun ia juga
memberikan gangguan atau masalah kepada manusia sebagai pengguna. Misalnya, komputer tiba-tiba tidak
dapat berfungsi dan semua dokumen penting dalam komputer tidak dapat diakses, ia bukan saja akan
mengganggu kerja pengguna saja, komputer malah bisa menyebabkan pengguna merasa tertekan untuk
menggunakan komputer tersebut. Selain itu, sekiranya seseorang tidak tahu untuk mengaplikasikan teknologi
baru, maka mereka akan menjauhkan diri daripada penggunaan peralatan yang berteknologi. Oleh karena itu,
kesediaan serta kesiapan diri perlu dibenahi karena zaman ini terus berkembang jika tidak beradaptasi
dengannya maka akan ketinggalan di dalam berbagai hal. Dunia sekarang dikendalikan dengan sistem seperti itu,
mau tidak mau kelak setiap orang, harus mempersiapkan diri agar mampu beradaptasi dengan baik.
PAK yang transformatif dan kreatif mengembangkan bentuk pelayanan yang sesuai dengan konteks (Kemajuan
Teknologi). Teknologi yang adalah daya kreasi manusia yang berakar pada potensi manusia merupakan sebuah
langkah maju. Teknologi merupakan ‘ciri’ dunia moderen yang lagi dikonsumsi manusia sebagai penguna dan
penikmat. Karena Teknologi banyak membantu manusia untuk menyelesaikan tugasnya dengan cepat dan
mempermudah, mempercepat kerja serta aktifitas keseharian.
Teknologi diciptakan oleh manusia dengan daya cipta penuh kreasi dan juga sarat potensi. Beberapa produk
teknologi yang dihasilkan manusia seperti komputer, TV, dll ini merupakan wujud pengembangan diri secara
potensial. Untuk menjawab kebutuhan manusia berdasarkan tuntutan perubahan pola pikir, berperilaku,
diakibatkan oleh benda-benda elektronik sebagai gaya hidup manusia moderen.
Kemajuan teknologi ini pun dimanfaatkan oleh PAK seperti Alkitab Elektronik versi 2.0 sebagai sebuah mediator
pengajaran serta pemberitaan tentang Firman Allah. Selain karena sangat praktis dan mudah dibawa ke mana
saja dan dapat diinstal ke dalam handphone itu, tujuan pengadaan Alkitab dalam bentuk elektronik ini
sebenarnya mengandung kepentingan edukasi sebab dengan keberadaannya yang bisa diakses kapan dan di
mana saja, maka penggunaan Alkitab dalam rangka pembinaan spiritual dan perilaku bisa terbuka menerobos
ruang dan waktu, bukan saja di gereja atau dalam ibadah-ibadah namun di mana saja proses ini berlangsung.
Inilah proses PAK karena ia mendidik dari manusia lahir sampai masuk liang kubur, cara tersebut digunakan PAK
untuk sanggup melakukan perubahan perilaku.
Teknologi adalah implikasi dari anugerah Allah kepada manusia, yakni kecerdasan. Pelayan khusus selaku
mediator PAK bagi jemaat sering berjumpa dengan teknologi komputer dan produk dari teknologi tersebut
melahirkan sebuah perangkat lunak atau software berupa Alkitab Elektronik di mana sebagian besar pelayan
khusus GPM Bethel juga memahami dan turut menggunakannya walaupun tidak menggunakannya sesering
Alkitab Cetak. Hanya beberapa orang saja yang sering mempergunakannya secara rutin untuk mempersiapkan
renungan dan juga ada seorang penatua sebagai pengguna Alkitab Elektronik aktif sebab ia selalu menggunakan
Alkitab Elektronik dalam beribadah dan juga gerak pelayanan.
Ini berarti bahwa kesiapan mental serta persediaan diri tentang pengetahuan teknologi itu dibutuhkan oleh
semua warga gereja sehingga nilai PAK dan teknologi bisa berjalan seiring mengikuti gerak perubahan
modernisasi dengan kritis tanpa menghilangkan nilai-nilai yang telah ada. Dengan menyadari bahwa teknologi
adalah anugerah yang Tuhan berikan melalui buah pikir manusia sehingga bisa membuat sebuah perangkat
elektronik guna kebutuhan banyak orang yang dapat mengatasi setiap permasalahan-permasalahan holistik
seperti bidang administrasi, infrastruktur dan juga menyangkut ibadah ritual “Alkitab Elektronik” dan untuk
memberi warna baru dan kepraktisan guna fleksibelitasnya seiring perkembangan teknologi namun tidak
menghilangkan identitas iman berlandaskan Alkitab yang mengandung Firman Allah.
Selanjutnya, Perkembangan teknologi telah berjaya mengubah cara seseorang belajar atau bekerja dan teknologi
tidak dapat dielakan oleh manusia dalam berbagai organisasi. Oleh karena itu, penerimaan atau penolakan
terhadap teknologi adalah bergantung kepada persediaan diri seseorang dari segi fisikal atau mental. Terkait
dengan hal ini ada sebuah konsep, yakni teknostres. Konsep ini menjadi popular sejak tahun 1980-an. Apabila
seseorang tidak dapat mengendalikan perubahan teknologi dengan baik maka teknologi akan menyebabkan stres
muncul. Stres yang muncul sebaga akibat tidak dapat menyesuaikan diri dengan berbagai produk teknologi inilah
yang disebut teknostres. Teknostres semakin diperhatikan oleh organisasi dan juga dikenali sebagai
penyakit.[59]
Tidak Kritis terhadap dampak teknologi dan laju perkembangannya membuat manusia menjadi kewalahan untuk
menyikapinya dengan baik. Dalam era globalisasi kini, komputer memainkan peranan yang penting untuk
meningkatkan keberkesanan dan kecepatan bekerja. Penyesuaian diri terhadap perubahan teknologi yang
berkembang dengan pantas bukanlah perkara mudah. Setengah individu mampu menerima perubahan ini
namun masih ada yang tidak mampu menerimanya.[60]
PAK selaku sentral di dalam landasan pertumbuhan setiap orang yang terbentuk dan dimatangkan di dalam
keluarga memiliki peran penting. Tingkat pengendalian setiap orang terhadap sebuah perubahan yang
dianggapnya asing dan sulit untuk dijangkau merupakan hal yang manusiawi. PAK tidak berfokus kepada
keluarga saja namun PAK selalu terjadi terus menerus dalam kehidupan ini di manapun berada. Gereja
merupakan sentral gerak pelayanan yang turut memaikan peran PAK dalam masyarakat luas lewat pemberitaan-
pemberitaan melalui khotbah-khotbah, sekolah minggu, katekisasi, dan juga wadah-wadah pelayanan. Peranan
PAK dalam gereja sungguh menjadi acuan di mana masyarakat berkembang. Memaksimalkan warga gereja
berpikir terbuka serta kritis menyikapi transformasi teknologi dalam gereja, mempersiapkan diri secara fisik dan
juga mental untuk bersama-sama melangkah maju dengan perubahan-perubahan yang juga positif bagi banyak
orang menjadi tanggungjawab yang tidak bisa diabaikan oleh Pendidikan Agama Kristen.
Bagaimana PAK bisa menyentuh dan memberi pemahaman terhadap umat terkait keberadaan Alkitab Elektronik
dari sisi kesakralannya, sebab di sini tampak sekali masyarakat dan juga segelintir pelayan khusus tidak siap
dalam persediaan dirinya secara fisik maupun mental menerima revolusi teknologi yang berkembang di dalam
gereja. Mereka cenderung bingung untuk mengaktualisasikannya di mana akses terhadap barang
moderen secara ekonomis cukup mahal sehingga tidak semua orang memiliki handphone yang mahal untuk bisa
memediasi Alkitab Elektronik di dalamnya dan juga komputerisasi jika terjadi kedangkalan akses dari sisi
ekonomis. Oleh sebab itu, cara lain untuk menjembatani persoalan tersebut yakni persediaan diri secara fisik dan
juga mental dari sisi pemahaman, pemanfaatan, serta penggunaan Alkitab Elektronik terhadap transformasi
yang terjadi dalam gereja. Sebab persoalannya yang moderen ini bukan terletak pada rajin atau tidaknya setiap
orang ke gereja membawa Alkitab atau nyanyian untuk mengukur apakah ia telah bertumbuh dan berkembang
secara matang terhadap proses PAK.
Dalam dunia yang terus bergerak menuju maksimalisasi komputer sebagai simbol perkembangan teknologi,
maka upaya membangun sinergitas kritis antara PAK dan teknologi adalah tanggungjawab gereja yang sedang
hidup dan melayani di dalam dunia moderen.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULANDari penyajian data sebagaimana terungkap diatas maka beberapa kesimpulan yang dapat
ditarik berdasarkan dengan pemahaman, penggunaan, pemanfatan Pelayan Khusus Jemaat GPM Bethel adalah
sebagai berikut :
1. Alkitab elektronik merupakan sebuah proses hasil berpikir manusia untuk memenuhi kebutuhan praksis
serta praktis mereka. Ini adalah sebuah revolusi terhadap Alkitab dengan melihat keseluruan konten-
kontennya yang berada pada media tersebut. Alkitab elektronik versi 2.0 merupakan
sebuah software(perangkat lunak) yang terinstal di dalam handphone, dan juga laptop serta komputer.
Perlu disadari tidak semua orang fasi berteknologi dan tidak semua umat bisa
memiliki handphone dengan kapasitas mengakses Alkitab elektronik sebab dari sisi finansial tergolong
cukup mahal. Oleh sebab itu Alkitab elektronik masih digunakan hanya oleh beberapa orang. Karena
perubahan sosial terkandang cenderung membuat orang stress karena berpikir untuk mampu
beradaptasi dengan lingkungan yang telah terpengaruh oleh budaya teknologi modern. Sedangkan
kesiapan mental dan kesediaan diri secara fisik belum memadai.
2. Berbagai inovasi dilakukan oleh LAI sebagai pembuat serta pengelola Alkitab. LAI menerbitkan Alkitab
elektronik agar bisa dikonsumsikan masyarakat serta Gereja. Untuk memudahkan pelayanan para
pelayan khusus agar secara umum bisa mengetahui setiap latar belakang, setiap kitab dan juga nubuat,
deutrokanonika, perumpamaan, ayat-ayat tematik, berbagai terjemahan dengan bahasa Inggris dan
bahasa daerah Indonesia serta kamus Alkitab. Dengan demikian Alkitab elektronik memiliki perbedaan
dengan Alkitab buku, sebab Alkitab buku tidak memiliki latarbelakang setiap kitab dan juga nubuat,
deutrokanonika, periumpamaan, ayat-ayat tematik, berbagai terjemahan dengan bahasa daerah
Indonesia secara sistematis.
3. Para pelayan khusus jemaat GPM Bethel menggunakan Alkitab elektronik dalam pelayanan walupun
hanya yang ada melihat, sebab realitas berjemaat seperti demikian bahwa tidak semua orang bisa
berteknologi atau memahaminya, itu disebabkan karena akses informasi yang macet dan sikap menutup
diri terhadap perubahan karena di anggap tidak bermanfaat. Itu berarti ada yang memahaminya dengan
melihat serta membaca sehingga mengetahui tentang Alkitab elektronik sejauh teoritis saja. Namun ada
pelayan khusus yang menggunakannya sebagai media untuk memperlancar pelayanan. Dengan demikian
PAK memainkan fungsi sebagai media melalui pelayan khusus untuk bagaimana bisa memediasi setiap
warga Gereja bahwa LAI telah menerbitkan Alkitab elektronik dan itu sangan baik jika digunakan.
Membuat sebuah wacana khusus terhadap inovasi Alkitab elektronik. Sebagai warga jemaat atau warga
belajar, serta pelayan khusus bisa mengetahui serta memahaminya dengan pemahaman iman yang baik.
Jadi pada hakekatknya PAK adalah pendidikan yang diberikan kepada semua orang dari semua golongan
umur, sebagai usaha gereja yang mendidik dan mendewasakan iman orang-orang itu kepada Yesus
Kristus. Jelas PAK adalah tugas Gereja yang sangat penting dan harus dilaksanankan bersama oleh
seluruh anggota Gereja itu sendiri berdaasarkan panggilan AM orang percaya dimana moto PAK adalah :
Fidesqua (iman yang diwariskan), mengajar dan mewujudkan, Fidesque (iman yang ditemukan). Pusat
dari PAK bukanlah manusia, tetapi Allah. Dan tugas pelayan khusus adalah membimbing setiap orang ke
dalam relasi yang benar dengan Allah mau ditegaskan di dalam Yesus Kristus dan dengan sesama
manusia.
4. Mau ditegaskan bahwa yang menjadi dasar dari PAK adalah Alkitab sebagai penyataan firman Allah.
Faktanya di dalam Alkitab sebagai penyataan Allah merupakan penentuan bagi segala pekerjaan Gereja,
termaksud di sini adalah penyelenggaraan PAK itu. Pendidikan agama itu ada sejak adanya manusia itu
sendiri dan terjadi di setiap ruang dan waktu bukan hanya PAK secara formal yang terjadi pada ruang-
ruang kelas. Oleh sebab itu sangat disayangkan kalau masih banyak pelayan khusus Gereja yang
menganggap bahwa Alkitab elektronik yang digunakan di handphoneitu mengganggu dan merisihkan.
Sebab tidak sampai di situ saja karena akses penggunaan handphone bisa dianjurkan sebagaimana
mestinya karena handphoneadalah sebuah peroduk teknologi Multimedia di mana ia multifungsi, itu
kelebihannya teknologi elektronik. Karena dengan Alkitab elektronik yang berada
dalam handphone mampu membuat orang bisa membaca firman Allah dimana saja, kapan saja ia maus,
serta sebagai penguatan iman ketika mengalami masalah karena mereka bisa saja langsung mengakses
Alkitab itu melalui handphone. Ini juga wujud dari PAK yang transforamtif sebab pemberitaan lewat
media handphone yang berisikan Alkitab elektronik bisa merubah perilaku.
B. SARANBerdasarkan kesimpulan maka fenomena Alkitab elektronik di dalam kehidupan bergereja juga
beranekaragam. Maka adapun beberapa saran yang penulis sampaikan agar dapat membantu pelayanan GPM ke
depan ;
1. Gereja secara fungsional pada hakekatnya masih kaku melihat, memahami, mengaplikasikan sebuah
fenomena-fenomena baru yang terjadi akibat perkembangan IPTEK, sebab LAI telah mengeluarkan
Alkitab elektronik versi 2.0 sehingga boleh berdampingan dengan Alkitab buku supaya ada inovasi ke
arah kemajuan sebuah pelayanan yang juga kontekstual. Para pelayan khusus sebagian besar masih kaku
melihat, memahami, serta mengaplikasikannya bagi warga Gereja. Pelayan khusus seharusnya bisa
mengayomi warga gereja serta memberi wacana-wacana baru terkait perubahan yang berkaitan dengan
pelayanan seperti Alkitab elektronik. Bahwa pada dasarnya Alkitab itu adalah dasar pak berpijak itu
adalah Firman Allah dan itu sah sebab semua isinya sama dengan Alkitab buku. Hanya kemasannya yang
berbeda.
2. MPH Sinode GPM bahkan badan pelayanan klasis GPM Ambon, harus menjadi motifator dalam
mentransformasikan sistim pelayanan. Terhadap pelayan khusus agar bisa menyuarakan inovasi
terhadap Alkitab elektronik dijadikan wacana guna jemaat mengenalnnya dan dengan demikian tidak ada
prespektif yang buruk terhadap Alkitab elektronik.
3. Fakultas Teologi juga seharusnya menyuarakan wacana terkait Alkitab elektronik kepada mahasiswa.
Bahwa itu baik untuk digunakan asalkan sesuai prosedur yang tepat. Sebab persoalannya hanya
pada handphone yang multifungsi itu, cenderung mengalami multi tafsir juga.
4. Kepada Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) yang terhormat, bahwa Alkitab elektronik terbitan versi 2.0
pada kenyataan setelah penulis melakukan penelitian kualitatif terhadap Alkitab elektronik pada Pelayan
Khusus Jemaat GPM Bethel Ambon, pada kenyataan masih mengalami penolakan, sebagian Pelayan
Khusus masih melihatnya sebagai sesuatu yang tidak layak untuk digunakan, sebab akses
multifungsinya handphone.
Kirim
Hak atas fotoGETTY IMAGESImage captionGawai pintar selain mengganti Alkitab dalam bentuk buku.
Banyak penganut Kristen beralih ke aplikasi dan meme untuk mengekspresikan iman mereka dan bukan pergi ke
gereja - gejala yang membangkitkan pertanyaan menarik tentang masa depan agama terbesar di dunia tersebut.
Ketika Pendeta Pete Phillips pertama kali tiba di Durham sembilan tahun yang lalu, katedral di kota itu menolaknya karena
dia membaca Alkitab dari gawainya di bangku gereja. Pada saat itu telepon genggam tidak boleh dibawa ke tempat suci, dan
individu yang menegurnya tidak akan percaya bahwa dia menggunakan gawainya untuk beribadah dan meminta dia untuk
keluar dari gereja.
"Saya sedikit jengkel mengenai hal itu," kata Phillips, yang merupakan direktur Codec Research Centre for Digital
Theology di Durham University, Inggris. "Tetapi itu tahun 2008."
Seiring dengan usia Katedral Durham Cathedral yang tahun depan bakal menginjak 1.000 tahun, aturan yang berkaitan
dengan gawai telah diperbaharui.
"Mereka mengizinkan orang untuk mengambil foto, menggunakan gawai untuk kebutuhan kebaktian - atau apapun yang
ingin mereka lakukan," kata Phillips.
"Perilaku telah berubah karena untuk membatasi jemaat dari penggunaan ponsel sama saja dengan meminta mereka untuk
memotong lengan mereka".
Main Pokemon Go di gereja, blogger Rusia dituding ejek agama
Kisah dua keluarga muslim penjaga pintu gereja di Yerusalem
Pendekatan yang lebih longgar terhadap ponsel bukan satu-satunya perkembangan yang terkait penggunaan teknologi di
gereja dalam beberapa tahun terakhir. Peningkatan penggunaan aplikasi dan media sosial mengubah cara ibadah dua milliar
orang Kristen di dunia - dan bahkan mengubah apa arti menjadi relijius.
Hak atas fotoGETTY IMAGESImage captionBanyak Gereja saat ini memiliki kebijakan yang lebih longgar terhadap
gawai.
Pendeta Liam Beadle menjadi pemuka agama Yorkshire yang termuda ketika dia menduduki jabatannya di Gereja Anglikan
St Mary di Honley, sebuah desa berpenduduk 6.000 orang yang terletak lima mil di bagian selatan Huddersfield.
Dia kini mengelola akun Twitter parokinya. Seorang lainnya mengelola profil Facebook komunitas gereja. Uskup Leeds,
Pendeta Nick Baines - yang merupakan kepala keuskupan Beadle - merupakan salah satu dari uskup pertama yang memulai
menulis blog dan dikenal di gereja sebagai "uskup yang menulis blog".
Tetapi langkah Beadle kontras dengan pendekatan Gereja terhadap media sosial dengan reaksinya pada media cetak. "
Perbedaan dulu dan sekarang adalah bahwa kami dulu proaktif dengan media cetak," kata dia. "Dengan munculnya media
sosial, saya pikir kami menjadi reaktif, kami ikut-ikutan."
Alkitab gawai sekarang menggantikan Alkitab berbentuk buku
Bagaimanapun, keberadaan ponsel pintar dan media sosial di mana saja, membuat hal itu sulit dihindari. Dan mereka
mengubah cara orang untuk mempraktikkan agama mereka. Keyakinan diadopsi teknologi daring untuk membuatnya lebih
mudah bagi orang untuk menyampaikan gagasan dan doa, kata Phillips. "Tetapi teknologi itu telah membentuk orang-orang
relijius dengan sendirinya dan mengubah perilaku mereka."
Banyak orang berselancar melalui gawai mereka di dalam gejera Kristen kemungkinan mencari aplikasi Alkitab yang
disebut YouVersion, yang telah digunakan lebih dari 260 juta kali di seluruh dunia sejak diluncurkan pada 2008. Aplikasi
populer yang serupa juga ada untuk Taurat dan Quran.
"Satu yang dilakukan pertama kali oleh orang Kristian dengan komputer adalah untuk memasukkan Alkitab dalam format
digital," kata Phillips. Mereka yang mendigitalisasi Alkitab kemuduan membuatnya ke dalam gawai. "Untuk batas tertentu
Alkitab gawai sekarang menggantikan Alkitab berbentuk buku."
Hak atas fotoGETTY IMAGESImage captionSalah satu yang dilakukan umat Kristen terhadap komputer adalah
memasukkan Alkitab dalam versi digital.
Menurut perusahaan yang berada dibelakang YouVersion, orang menghabiskan lebih dari 235 milliar menit menggunakan
aplikasi tersebut dan mengakses 636 juta ayat Alkitab. Tetapi membaca Alkitab jenis ini secara keseluruhan dapat
mengubah orang tersebut. 'Jika Anda melihat Alkitab seperti sebuah buku kertas, itu lumayan besar dan rumit dan Anda
punya jempol untuk menelusurinya,"
"Tetapi jika Anda mengetahui bahwa Kitab Wahyu merupakan yang terakhir Kitab Kejadian merupakan yang pertama dan
Mazmur di antara keduanya. Dengan sebuah versi digital Anda tidak memiliki semuanya, Anda tidak memiliki batasan.
Anda tidak perlu membolak-baliknya: Anda tinggal mengarahkan pada bagian yang Anda inginkan, dan Anda tidak merasa
perlu melihat bagian sebelum atau sesudahnya.
Peneliti seperti Phillipis tengah mengkaji bagaimana seseungguhnya berinteraksi dengan Alkitab yang
seukuran nugget mungkin akan mempengaruhi pandangan orang.
Cara membaca kitab suci dapat mempengaruhi bagaimana mereka diinterpretasikan. Sebagai contoh, sejumlah studi
menunjukkan bahwa teks yang dibaca di layar secara umum lebih harfiah dibandingkan dengan teks yang dapat dibaca di
buku. Fitur ekstetika dari sebuah teks, seperti memperluas tema dan konten emosional, juga lebih mungkin untuk ditarik
keluar jika dibaca sebagai sebuah buku.
Dalam sebuah teks relijius, perbedaan akan menjadi sangat krusial. "Ketika Anda membaca melalui layar, Anda cenderung
akan kehilangan seluruh rasa dan langsung mencari informasi, "kata Phillips. "Ini semacam membaca dengan datar, di mana
Alkitab tidak ditulis untuk itu. Anda akhirnya membaca teks seperti dalam Wikipedia, dan bukan membaca naskah yang
sakral itu sendiri."
Ketika Anda membaca Alkitab pada sebuah layar Anda, pada akhirnya Anda tak lebih dari
membaca teks seperti Wikipedia.
Sejumlah kalangan berpikir bahwa interpretasi yang terlalu harfiah terhadap teks relijius dapat mengarahkan ke
fundamentalisme. Jika Anda menganggap Kitab Kejadian sebagai sebuah hitungan enam hari penciptaan, sebagai contoh,
Anda akan percaya bahwa sains itu salah, kata Phillips.
Namun disaat yang sama, sebuah praktik penganut Kristen yang berbeda tengah meledak, didukung oleh penyebaran media
sosial dan desentralisasi aktivitas relijius.
Bagi banyak orang, tak lagi penting untuk menjejakkan kaki di gereja. Di AS, satu dari lima orang yang identifikasikan
sebagai Katolik dan satu dari empat orang Protestan jarang atau tak pernah menghadiri pelayanan yang diorganisir menurut
sebuah survei yang dilakukan Pew Research Centre.
Hak atas fotoGETTY IMAGESImage captionKatedral Durham telah melakukan banyak perubahan selama 1.000
tahun penggunaan media sosial dan gawai pintar hanya salah satunya.
Aplikasi dan akun media sosial menulis cuitan tentang ayat Alkitab memungkinkan ekpresi pribadi keyakinan seseorang dan
layar gawai mereka. Dan kemampuan untuk mengutip dan memilih berarti mereka dapat menghidari doktrin yang tidak
menarik. Banyak orang yang menganggap diri mereka sebagai umat Kristen yang aktif mungkin bahkan tidak terlalu kaku
percaya pada Tuhan atau Yesus atau bertingkah laku sesuai dengan Alkitab.
"Sebuah jenis baru dari agama Kristen bermutasi untuk era digital yang muncul," kata Phillips. "Salah satu yang mengikuti
banyak etika dunia sekuler." Dikenal sebagai deisme terapi moralistik, bentuk kepercayaan lebih terfokus pada sisi amal dan
moral Alkitab - prinsip yang mendasari agama, bukan gagasan bahwa alam semesta diciptakan oleh sesuatu yang terlibat,
semua pemimpin yang kuat.
Bentuk baru dari agama pertama kali disampaikan oleh sosiolog pada tahun 2005, tetapi telah dibumbui secara berlebihan
oleh internet dan media sosial. "Orang-orang mencari pengalaman religius yang lebih personal," kata Heidi Campbell di
Texas A & M University, yang mempelajari agama dan budaya digital.
Orang lebih banyak mencari agama yang lebih personal
"Milenial memilih generalisasi gambar Tuhan dibandingkan sebuah intervensi Ketuhanan, dan mereka memilih Tuhan
dibanding Yesus, karena dia tidak spesifik," kata Phillips. "Dia berdiri dibelakang mereka dan mengizinkan mereka untuk
meraih hidup mereka dibandingkan Yesus, yang datang dan menganggu dengan segala sesuatu."
Membagikan ayat Alkitab melalui media sosial memungkinkan jemaat untuk memilih membaca apa yang mereka inginkan
dibandingkan duduk mendengarkan ayat yang dipilih oleh pendeta setiap Minggu. Ayat-ayat Alkitab juga merupakan
subyek dari kontes popularitas, di mana penerimaan oleh masyarakat yang lebih luas dapat mendikte penyebaran mereka.
Ayat-ayat Alkitab yang paling popular ditandai, disoroti dan dibagikan ke media sosial melaui aplikasi YouVersion yang
sering kali merefleksikan sekuler dan gambaran ideal deisme teraupetik moralistik. Banyak kekhawatiran terhadap sesuatu
seperti perjuangan personal atau menghadapi kecemasan, misalnya - dibandingkan mempromosikan keagungan Tuhan.
Hak atas
[email protected] captionBanyak meme relijius awalnya digunakan untuk gurauan tetapi juga
memicu debat mengenai agama.
Memilih dan mencampurkan keyakinan agama bukanlah hal yang baru. Tetapi itu lebih mudah dibandingkan yang pernah
terjadi dalam membentuk keyakinan individu. "Internet dan media sosial membantu orang untuk melakukannya dengan cara
yang lebih konkrit," kata Campbell. "Kita harus mengakses lebih banyak informasi, lebih banyak sudut pandang, dan kami
dapat menciptakan sebuah ritme spiritual dan pola yang lebih personal."
Dan itu termasuk membawa figur sakral menjadi meme. Story Time Jesus - merupakan ikonografi relijius yang klasik
dengan dibubuhi teks tebal yang menggambarkan ayat-ayat relijius dalam bahasa sehari-hari - menjadi meme yang viral
pada 2012 dan masih populer. Yang lainnya termasuk Kelinci Kristus dan Yesus Republikan.
Banyak dari meme tersebut mungkin berawal dari sebuah lelucon tetapi kemudian digunakan untuk menyebarkan gagasan
relijius juga. "Orang menggunakan meme sebagai cara untuk memprovokasi perdebatan mengenai agama dan keyakinan
yang teguh," kata Campbell.
"Anda tidak dapat membuat meme sebagai kebenaran teologis secara mendalam tetapi Anda dapat meringkas esensi untuk
menarik perhatian orang, menggunakan mereka sebagai sentilan." Ini berlaku untuk cuitan juga. Ada gereja-gereja di
seluruh dunia yang mendorong jemaat mereka untuk menulis cuitan khotbah secara langsung.
Bagaimanapun, ini merupakan sumber friksi. Beberapa tahun lalu sebuah katedral di Inggris mulai melakukan cuitan
langsung untuk misa. "Ketika itu muncul pertanyaan mengeni apakah pantas itu dilakukan," kata Beadle. "Saya pikir para
juri masih mengkritisi soal itu. Mungkin harus ditentukan garisnya bahwa jika Anda menulis cuitan berarti Anda tidak
terlibat sepenuhnya seperti ketika Anda tidak mengggunakan Twitter."
Para juri masih mengkritisi tentang cuitan langsung
Di atas semua itu, ada kekhawatiran bahwa serangkaian cuitan yang pendek bukanlah cara yang tepat untuk mewakili
konsep yang kompleks dan tak kentara . "Ketika Anda berbicara dalam 140 karakter atau video tujuh detik, Anda harus
menyingkatnya," kata Campbell.
"Kecenderungan adalah stereotipe atau menyederhanakan pesan. Ini bukan hanya tentang menggunakan alat tetapi
memperlakukan alat dengan hormat yang sepantasnya."
Oleh karena itu, mungkin mengapa Katedral Durham begitu berhati-hati tentang Phillips dan gawainya pada tahun 2008.
Meski begitu, agama secara umum - bukan hanya Kristen - menjadi tidak melulu tentang pendeta yang berada di mimbar,
kata dia.
"Digital merupakan segala hal tentang komunikasi dua arah. Orang-orang datang dengan harapan tertentu dari bentuk
masyarakat nya dan kebebasan mereka akan memiliki, dan lembaga-lembaga keagamaan harus beradaptasi dengan hal itu
atau menjadi pengecualian."
Agama sebagai iman yang diorganisir memiliki memampuan adaptasi yang baik - Kristen terus menerus menciptakan
kembali dirinya sendiri selama hampir 2.000 tahun. Gawai pintar dan media sosial hanya perkembangan terbaru untuk
memaksa terjadinya perubahan.