LP Kejang Ebn
LP Kejang Ebn
LP Kejang Ebn
i
ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG DEMAM ANAK N
DENGAN PENERAPAN KOMPRES HANGAT
DI RUANG AL IKHLAS
RSU PKU MUHAMMADIYAH GUBUG
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan hal yang penting artinya bagi keluarga, selain sebagai
penerus keturunan, anak pada akhirnya sebagai generasi penerus bangsa. Oleh
karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit,
lebih-lebih bila anaknya mengalami kejang demam.
Insiden kejang demam ini dialami oleh 2%-4% pada anak usia antara 6 bulan
hingga 5 tahun (ME. Sumijati 2000 : 72-73) dengan durasi kejang selama
beberapa menit. Namun begitu, walaupun terjadi hanyabeberapa menit, bagi
orang tua rasanya sangat mencemaskan, menakutkan dan terasa berlangsung
sangat lama, jauh lebih lama dibanding yang sebenarnya.
Berdasarkan laporan daftar diagnosa dari Rekam Medik bagian Filling RSU
PKU Muhammadiyah Gubug selama bulan Oktober sampai Desember
didapatkan data adanya insiden kejang demam sebanyak 24 anak dan tidak
didapatkan angka kematian (0%).
Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan pertolongan
segera. Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat diperlukan
untuk menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan kejang
yang sering. Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut untuk berperan aktif
dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan
keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang meliputi aspek promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta
1
memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-
spiritual.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan atau memberikan asuhan keperawatan kejang demam
pada anak dengan menerapkan kompres hangat.
2. Tujuan Khusus
Mengaplikasikan penelitian pengaruh kompres hangat terhadap
penurunan suhu.
2
BAB II. TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai
akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang
berlebihan.(betz & Sowden,2002).
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
( suhu rektal diatas 380 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.Jadi
kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan perubahan fungsi
otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga
mengakibatkan renjatan berupa kejang.
B. ETIOLOGI
Infeksi ekstrakranial , misalnya OMA dan infeksi respiratorius bagian atas.
C. PATOFISIOLOGI
Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron
dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion kalium dan natrium melalui membran
tersebut dengan akibat teerjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini
demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel
sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadi kejang.
Kejang demam yang terjadi singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak
meninggalkan gejala sisa.Tetapi kejang yang berlangsung lama ( lebih dari 15
menit ) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi
untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia,
asidosis laktat yang disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial
disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang
3
disebabkan oleh makin meningkatnya aktivitas otot, dan selanjutnya
menyebabkan metabolisme otak meningkat.
4
D. PATHWAY
5
E. MANIFESTASI KLINIK
1. Kejang parsial ( fokal, lokal )
a. Kejang parsial sederhana :
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :
1) Tanda – tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh;
umumnya gerakan setipa kejang sama.
2) Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah,
dilatasi pupil.
3) Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik,
merasa seakan ajtuh dari udara, parestesia.
4) Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.
b. Kejang parsial kompleks
1) Terdapat gangguankesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang
parsial simpleks
2) Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap –
ngecapkan bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang –
ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya.
3) Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku
2. Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )
a. Kejang absens
1) Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
2) Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang
dari 15 detik
3) Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan
konsentrasi penuh
b. Kejang mioklonik
1) Kedutan – kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang
terjadi secara mendadak.
6
2) Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila patologik
berupa kedutan - kedutan sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan
kaki.
3) Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam
kelompok.
4) Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
c. Kejang tonik klonik
1) Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum
pada otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung
kurang dari 1 menit
2) Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih
3) Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah.
4) Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal
d. Kejang atonik
1) Hilangnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan
kelopak mata turun, kepala menunduk,atau jatuh ke tanah.
2) Singkat dan terjadi tanpa peringatan.
F. KOMPLIKASI
1. Aspirasi
2. Asfiksia
3. Retardasi mental
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai unutk membantu menetapkan jenis dan
fokus dari kejang.
2. Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya
untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
7
3. Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan
menggunakan lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk
memperlihatkan daerah – daerah otak yang itdak jelas terliht bila
menggunakan pemindaian CT
4. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi
kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan
metabolik atau alirann darah dalam otak
5. Uji laboratorium
a. Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
b. Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
c. Panel elektrolit
d. Skrining toksik dari serum dan urin
e. GDA
f. Kadar kalsium darah
g. Kadar natrium darah
h. Kadar magnesium darah
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Memberantas kejang Secepat mungkin
Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan
kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi
suntikan kedua dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15
menit suntikan ke 2 masih kejang diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang
sama tetapi melalui intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila
belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara
intravena.
2. Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh Dilupakan perlunya pengobatan
penunjang
8
a. Semua pakaian ketat dibuka
b. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
c. Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen, bila
perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi.
d. Penghisapan lendir harus dilakukan secara tertur dan diberikan oksigen.
3. Pengobatan rumat
a. Profilaksis intermiten
Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran anti
konvulsan dan antipietika. Profilaksis ini diberikan sampai kemungkinan
sangat kecil anak mendapat kejang demam sederhana yaitu kira - kira
sampai anak umur 4 tahun.
b. Profilaksis jangka panjang
Diberikan pada keadaan
4. Epilepsi yang diprovokasi oleh demam
5. Kejang demam yang mempunyai ciri :
a. Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti serebral palsi, retardasi
perkembangan dan mikrosefali
b. Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, berdifat fokal atau diikiuti
kelainan saraf yang sementara atau menetap
c. Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik
d. Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1 bulan
6. Mencari dan mengobati penyebab
A. Pengkajian
Pengkajian neurologik :
9
1. Tanda – tanda vital
a. Suhu
b. Pernapasan
c. Denyut jantung
d. Tekanan darah
e. Tekanan nadi
2. Hasil pemeriksaan kepala
a. Fontanel : menonjol, rata, cekung
b. Lingkar kepala : dibawah 2 tahun
c. Bentuk Umum
3. Reaksi pupil
a. Ukuran
b. Reaksi terhadap cahaya
c. Kesamaan respon
4. Tingkat kesadaran
a. Kewaspadaan : respon terhadap panggilan
b. Iritabilitas
c. Letargi dan rasa mengantuk
d. Orientasi terhadap diri sendiri dan orang lain
5. Afek
a. Alam perasaan
b. Labilitas
6. Aktivitas kejang
a. Jenis
b. Lamanya
7. Fungsi sensoris
a. Reaksi terhadap nyeri
b. Reaksi terhadap suhu
8. Refleks
10
a. Refleks tendo superfisial
b. Reflek patologi
9. Kemampuan intelektual
a. Kemampuan menulis dan menggambar
b. Kemampuan membaca
B. Diagnosa keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi atau inflamasi.
2. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurang informasi
3. Resiko terjadi kerusakan sel otak berhubungan dengan kejang.
C. Intervensi keperawatan
1. Kejang
a. Lindungi anak dari cidera
b. Jangan mencoba untuk merestrain anak
c. Jika anak berdiri atau duduk sehingga terdapat kemungkinan jatuh,
turunkan anak tersebut agar tidak jatuh
d. Jangan memasukan benda apapun kedalam mulut anak
e. Longgarkan pakaiannya jika ketat
f. Cegah anak agar tidak trpukul benda tajam, lapisi setiap benda yang
mungkin terbentur dengan anak dan singkirkan semua benda tajam dari
daerah tersebut
g. Miringkan badan anak untuk mem fasilitasi bersihan jalan nafas dari sekret
2. Lakukan observasi secara teliti dan catat aktiitas kejang untuk membantu
diagnosis atau pengkajian respon pengobatan
a. Waktu awitan dan kejadian pemicu
b. Aura
c. Jenis kejang
d. Lamanya kejang
e. Intervensi selama kejang
f. Tanda tanda vital.
11
DAFTAR PUSTAKA
Betz Cecily L, Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta :
EGC.
Arjatmo T.(2001). Keadaan Gawat Yang Mengancam Jiwa. Jakarta : gaya baru
12
BAB III. RESUME ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas klien : An. N
Tanggal lahir : 30 Desember 2016
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan :-
Alamat : Desa Termas RT 03/RW 05, Karang
Rayung, Grobogan
Agama : Islam
Tanggal masuk : 14 Januari 2018, Jam 01.57 WIB
Tanggal pengkajian : 15 Januari 2018, Jam : 15.00 wib
Diagnosa medis : Kejang Demam
No. Register : 178711
13
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien post kejang 2 kali selama 10 menit setelah kejang klien suhu
0
tubuhnya panas sampai 39,0 C.
B. Pengkajian Fisik
1. Pertumbuhan fisik
a. Berat badan baru lahir : 3,3 kg
b. Panjang badan: 50 cm
c. Lingkar kepala : 20 cm
14
d. Lingkar Dada :15 cm
2. Perkembangan tiap tahap
Usia anak saat
a. Bicara pertama kali : 1 bulan
b. Senyum kepada orang lain pertama kali : 2 bulan
c. Berguling : 4 bulan
3. Riwayat nutrisi
a. Pemberian ASI
1) Pertama kali disusui setelah bayi lahir
2) Cara pemberian setiap kali bayi menangis
b. Perubahan nutrisi tiap tahapan sampai nutrisi saat ini ASI dan susu
formula, untuk makanan pendamping ASI diberi biskuit.
4. Riwayat Psikososial
1. Klien merupakan anak pertama
2. Lingkungan berada di desa
3. Ada Tempat Bermain
4. Hubungan antara anggota keluarga harmonis
5. Pengasuh anak adalah ibunya sendiri
5. Riwayat spiritual
Support sistem dalam keluarga: Orang tua klien selalu berdoa agar klien
cepat sembuh dan diberikan umur yang panjang oleh Allah SWT.
6. Reaksi hospitalisasi
1. Pemahaman tengtang keluarga dan rawat inap
a. Mengapa ibu membawa anaknya kerumah sakit: karena panik
melihat anaknya.
b. Apakah dokter menceritakan keadaan anaknya: iya
c. Perasaan orang tua pada saat ini: takut,cemas dan kwatir
2. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
Klien belum mampu mengatakan mengapa ia berada di Rumah Sakit,
klien hanya mampu menangis bila ada orang lain yang tidak ia kenal
berada didekatnya.
7. Aktivitas sehari-hari
1. Pola kebutuhan nutrisi dan cairan
Pola Makan:
15
No. Pola makan Kondisi sebelum sakit Kondisi selama sakit
Pola minum:
2. Pola Eliminasi
BAK
BAB
16
3. Pola Istirahat / Tidur
5. Pola Aktivitas
8. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Lemes
Kesadaran : Compos Mentis
Suhu : 39,0 0C
Nadi : 110 x/menit
RR : 28 x/menit
BB sebelum sakit : 9,6 kg
BB selama sakit : 9 kg
1. Kepala
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Kepala : Mesosefal, sutura agak cekung
Mata : Simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, mata cekung
17
Hidung : Simetris, tidak ada secret, terpasang O2 nasal kanule 1-2
liter/menit
Mulut : Mukosa bibir kering, lidah terlihat kotor
Telinga : Simetris, tidak ada serumen
2. Dada
Abdomen
Inspeksi : Simetris abdomen bersih, tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada massa, turgor sedang
Auskultasi : Hiperperistaltik dengan frekuensi 20 kali/menit
Perkusi : Hipertympani
Genetalia : Anus kemerahan
3. Ekstremitas
Atas : Terpasang infuse RL 10 tpm makro di tangan sebelah kiri
Bawah : Tidak ada oedema, turgor kulit sedang
4. Kulit
Warna kulit Putih
Turgor kulit baik
Capillary refill < 2 detik
9. Pola Fungsional
1. Manajemen Kesehatan
Ibu klien mengatakan anaknya panas tinggi sejak 2 hari lalu, disertai kejang
2 kali selama di Rumah sudah dilakukan kompres.
2. Eliminasi
Sebelum sakit : BAB 1 kali/hari, konsistensi padat BAK 5 – 6
kali/hari.
Selama sakit : BAB lebih dari 1 kali setelah kejang, konsistensi
cair dengan ampas BAK 3 kali/hari.
3. Nutrisi dan cairan
Sebelum sakit : Klien sudah minum ASI sejak lahir ditambah
minum susu formula. Mulai usia 5 bulan klien
diberi makanan tambahan biskuit.
Selama sakit : Klien minum susu formula, nafsu makan menurun.
18
Sebelum sakit : geraknya terbatas karena terpasang infus.
6. Persepsi sensori dan kognitif
Ibu klien mengatakan kurang mengerti dengan penyakit yang dialami
anaknya.
7. Hubungan dan peran
Pasien lebih dekat dengan ibunya, pasien kurang kooperatif dengan
tindakan perawat.
8. Mekanisme koping dan stress
Keluarga klien menerima penyakit yang dialami klien.
9. Spiritual/keyakinan
Keluarga klien selalu beribadah rutin dan berdoa untuk kesehatan anaknya.
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 14 Januari 2018
Therapy Dokter
Infus RL (infus mikro) 10 tpm (makro)
Injeksi Amoxicillin 3 x 150 mg (IV)
Injeksi Dexamethason 3 x ¼ ampul (IV)
PO :
Paracetamol syrup 3 x 125 ml bila suhu > 38 0C
L-Mulvitamin 1 x 1 cth
Diet
19
Diet yang diberikan dari Rumah Sakit adalah bubur kasar, sedangkan untuk
pasien adalah pemberian susu formula.
B. ANALISA DATA
NO. DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS: proses infeksi hipertermi
Ibu klien mengatakan anaknya panas
tinggi
DO:
Wajah klien tampak merah
suhu tubuh klien 39,00C, Nadi 110
x/menit, RR:28 x/menit
20
C. DIAGNOSA KEPEREWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi atau inflamasi.
2. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurang informasi
3. Resiko terjadi kerusakan sel otak berhubungan dengan kejang.
21
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Hari/ Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
DX Tanggal
1 15/01/2018 Setelah dilakukan 1. Kaji tanda dan gejala adany
tindakan keperawatan a peningkatan suhu tubuh dan
selama 3 x 24 jam tidak penyebabnya.
terjadi hipertermi,dengan 2. Monitor TTV, suhu
kriteria hasil: tiap 6 jam sekali
Suhu tubuh normal 3. Anjurkan klien banyak min
0 um
(36,5-37,5 C),
klien 800cc – 1000cc/24 jam
tidak demam, 4. Monitor intake dan output
klien tampak 5. Anjurkan untuk
nyaman. memakai pakaian tipis
dan menyerap keringat
6. Memberi menyarankan
tindakan keperawatan
kompres air hangat dan
pada ibu klien untuk
memberi kompres sebagai
penanganan pertama bila suhu
tubuh anaknya tidak normal.
7. Kolaborasi dengan dokter
pemberian antipiretik
2 15/01/2018 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat pendidikan
keperawatan 2x24 jam keluarga klien.
diharapkan pengetahuan 2. Kaji tingkat pengetahuan
keluarga meningkat ,dengan keluarga klien.
kriteria hasil:
3. Jelaskan pada keluarga klien
Keluarga mengerti dengan
tentang penyakit kejang
proses penyakit kejang
demam melalui penkes.
demam,
4. Beri kesempatan pada
keluarga klien tidak
keluarga untuk menanyakan
bertanya lagi tentang
hal yang belum dimengerti.
penyakit,
5. Libatkan keluarga dalam
perawatan dan kondisi
setiap tindakan pada klien
klien.
3 15/01/2018 Setelah dilakukan 1. Atur kepala dan beri
tindakan keperawatan selama bantal yang empuk,
22
3 x 24 jam tidak terjadi beri posisi yang nyaman
terjadi kerusakan sel 2. Longgarkan pakaian pada
otak dan tidak daerah leher atau
terjadi komplikasi, dada dan abdomen.
dengan kriteria hasil: 3. Ukur tanda-tanda
tidak ada tanda tanda vital dan tingkat kesadaran
kejang, 4. Kolaborasi pemberian tambahan
peredaran darah lancar, O2
suplai oksigen lancar, 5. Kolaborasi pemberian
komplikasi otak tidak terjadi, obat sesuai indikasi
kerusakan sel otak tidak
terjadi
23
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
TGL/JAM NO. IMPLEMENTASI PARAF
DX
15/01/2018
15/01/2018
25
F. EVALUASI
TGL/JAM NO. EVALUASI PARAF
DX
16/01/2018 1 S: Ibu klien anaknya sudah tidak panas.
0
O: Suhu 37 C, klien sudah tampak tenang.
A: masalah teratasi.
P: Hentikan intervensi.
16/01/2018 2 S: Ibu mengatakan anaknya mau dibawa pulang
O: Ibu tampak tenang
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan Intervensi
26
BAB IV. APLIKASI JURNAL EVIDENCE BASED NURSING RISET
A. Identitas Klien
Identitas klien : An. N
Tanggal lahir : 30 Desember 2016
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan :-
Alamat : Desa Termas RT 03/RW 05,
Karang Rayung, Grobogan
Agama : Islam
Tanggal masuk : 14 Januari 2018, Jam 01.57 WIB
Tanggal pengkajian : 15 Januari 2018, Jam : 15.00 wib
Diagnosa medis : Kejang Demam
No. Register : 178711
0
klien suhu tubuhnya panas sampai 39,0 C.
27
C. Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan jurnal evidence based
nursing riset yang diaplikasikan
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi atau inflamasi.
D. Analisa sintesa justifikasi / alasan penerapan evidence based nursing
practice (dalam bentuk skema)
Infeksi bakteri virus
dan parasit
reaksi inflamasi
proses demam
kejang demam
hipertermia
28
3. Resiko terjadi kerusakan sel otak berhubungan dengan kejang.
Adalah terjadi melalui mekanisme eksitoksik neuron saraf yang aktif
sewaktu kejang melepaskan glutamat yang mengikat reseptor ( M Methyl D
Asparate) yang mengakibatkan ion kalsium dapat masuk ke sel otak yang
merusak sel neuron secara irreversible bila kejang lebih dari 5 menit.
Dari data fokus yang diperoleh dan diagnosa yang muncul, maka diambil
diagnosa keperawatan untuk penerapan evidence based nursing riset.
Evidence based nursing riset yang dapat diterapkan adalah pengaruh
kompres hangat terhadap perubahan suhu tubuh.
29
No. Hari/ Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
DX Tanggal
1 15/01/2018 Setelah dilakukan 1. Kaji tanda dan gejala adany
tindakan keperawatan a peningkatan suhu tubuh dan
selama 3 x 24 jam tidak penyebabnya.
terjadi hipertermi,dengan 2. Monitor TTV, suhu
kriteria hasil: tiap 6 jam sekali
Suhu tubuh normal 3. Anjurkan klien banyak min
0 um
(36,5-37,5 C),
klien 800cc –1000cc/24 jam
tidak demam, 4. Monitor intake dan output
klien tampak 5. Anjurkan untuk
nyaman. memakai pakaian tipis
dan menyerap keringat
6. Memberi menyarankan
tindakan keperawatan
kompres air hangat dan
pada ibu klien untuk
memberi kompres sebagai
penanganan pertama bila suhu
tubuh anaknya tidak normal.
7. Kolaborasi dengan dokter
pemberian antipiretik
2 15/01/2018 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat pendidikan
keperawatan 2x24 jam keluarga klien.
diharapkan pengetahuan 2. Kaji tingkat pengetahuan
keluarga meningkat ,dengan keluarga klien.
kriteria hasil:
3. Jelaskan pada keluarga klien
Keluarga mengerti dengan
tentang penyakit kejang
proses penyakit kejang
demam melalui penkes.
demam,
4. Beri kesempatan pada
keluarga klien tidak
keluarga untuk menanyakan
bertanya lagi tentang
hal yang belum dimengerti.
penyakit,
5. Libatkan keluarga dalam
perawatan dan kondisi
setiap tindakan pada klien
klien.
3 15/01/2018 Setelah dilakukan 1. Atur kepala dan beri
tindakan keperawatan selama bantal yang empuk,
3 x 24 jam tidak terjadi beri posisi yang nyaman
terjadi kerusakan sel 2. Longgarkan pakaian pada
otak dan tidak daerah leher atau
terjadi komplikasi, dada dan abdomen.
dengan kriteria hasil: 3. Ukur tanda-tanda vital dan
30
tidak ada tanda tanda tingkat kesadaran
kejang, 4. Kolaborasi pemberian tambahan
peredaran darah lancar, O2
suplai oksigen lancar, 5. Kolaborasi pemberian
komplikasi otak tidak terjadi, obat sesuai indikasi
kerusakan sel otak tidak
terjadi
Penelitian ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Tri Redjeki
(2002), di rumah sakit umum Tidar Magelang mengemukakan bahwa
31
kompres hangat lebih banyak menurunkan suhu tubuh dibandingkan dengan
kompres air dingin, karena akan terjadi vasokonstriksi pembuluh darah,
pasien menjadi menggigil.
Menurut Swardana, Swasri, Suryaning (1998) mengatakan bahwa
menggunakan air dapat memelihara suhu tubuh sesuai dengan fluktuasi suhu
tubuh pasien. Kompres hangat dapat menurunkan suhu tubuh melalui proses
evaporasi. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya perbedaan efektifitas
kompres dingin dan kompres hangat dalam menurunkan suhu tubuh.
Kompres hangat telah diketahui mempunyai manfaat yang baik dalam
menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami panas tinggi di rumah sakit
karena menderita berbagai penyakit infeksi.
2.Mekanisme penerapan EBPN pada kasus
EBN diterapkan melalui pelaksanaan tindakan keperawatan yang sudah
direncanakan melalui intervensi keperawatan selama 1x24 jam. Metode
yang digunakan untuk mendapatkan data yang diperlukan adalah
mengobservasi lamanya waktu tindakan kompres hangat terhadap
perubahan suhu tubuh dalam waktu 2 jam suhu yang semula 39,0 0C turun
menjadi 37,50C. Dimana pasien yang diobservasi adalah pasien yang
mengalami panas tinggi dan mendapat kompres hangat dan di lihat
penurunannya dalam waktu 2 jam.
3. hasil yang dicapai
Hasil yang dicapai dari penerapan evidence based nursing practice
terhadap pasien anak N yakni selama kompres hangat berpengaruh
terhadap penurunan suhu tubuh menunjukkan hasil
signifikan/berpengaruh. Hal ini dapat terlihat dari data objektif pre dan
post diterapkannya evidence based in nursing practice. Sebelum dilakukan
penerapan evidence base nursing in practice pada pasien, peneliti
mengobservasi data fokus yaitu data objektif adalah hasil suhu yang
sebelum kompres 39,00C setelah dilakukan kompres hangat selama 2 jam
suhu menjadi 37,50C.
32
4. kelebihan dan kekurangan atau hambatan yang ditemui selama aplikasi
EBPN
a. kelebihan
Bahan untuk mengompres sangat murah dan mudah di dapat
Ibu pasien bisa melakukan tindakan kompres hangat
b. Kekurangan
Anak akan rewel bila di kasih kompres terlalu lama
B. Saran
Kami selaku penulis berharap kepada pembaca agar dapat meningkatkan
lagi ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dibidang mata
kuliah keperawatan anak khususnya terkait asuhan keperawatan pada klien
dengan hipertermi.
33