Scouring Exhaust

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PERSIAPAN PENYEMPURNAAN

(Scouring/Pemasakan Kain Katun dengan Menggunakan Alkali Cara Exhaust)

Kelompok 5

Nama : 1. Henny Chandra Puspita Devi (14020058)

2. Siti Nuhiyah (14020063)

3. Fathiya Hanif (14020069)

4. Fahma Indi Bayuningtyas (14020075)

5. Rizwan Supriadi (14020081)

Grup : 2K3

Dosen : Santoso, S.Teks

Asisten Dosen : 1. Ikhwanul Muslim, S.ST.

2. Priatna

Tanggal Praktikum : 9 Oktober 2015

POLITEKNIK STTT

BANDUNG

2015
I. Maksud dan Tujuan
Menghilangkan kotoran pada bahan tekstil menggunakan alkali dengan cara perendaman
agar bersih dari kotoran alami dan kotoran luar sehingga daya serap bahan rata.
II. Teori Dasar
2.1 Kain Katun/Kapas
2.1.1 Pennjelasan katun/kapas
Kapas, serat alami yang paling banyak digunakan dalam pakaian,
tumbuh di biji buah kapas di sekitar biji tanaman kapas. Sebuah serat
tunggal adalah sel memanjang yang datar, bengkok, berongga, struktur
seperti pita. Sifat serat kapas adalah memiliki kekuatan yang cukup tinggi
dan dapat dipertinggi dengan proses perendaman dalam larutan soda kostik.
Hal ini juga akan menambah kilau dan daya serap Serat pada waktu
pencelupan atau proses kimia lainnya.
Kekuatan Serat kapas terutama dipengaruhi oleh kadar selulosa dalam
serat panjang rantai molekul dan orientasinya. Kekuatan serat kapas dalam
keadaan basah lebih tinggi dibandingkan dalam keadaan kering. Oleh
karena kapas sebagian besar tersusun dari selulosa serat kapas pada
umumnya tahan terhadap penyimpanan, pengolahan, dan pemakaian sehari-
hari, kapas bersifat higroskopis atau menyerap air. Kapas memiliki
ketahanan terhadap panas yang tinggi, dan tahan sabun alkali.
Asam akan merusak kapas dan membentuk hidroselulosa. Lebih jauh
asam kuat akan melarut kapas. Alkali sedikit berpengaruh pada kapas,
kecuali larutan alkali pekat akan menyebabkan penggelembungan pada
serat, seperti pada proses Merserisasi, yang menyebabkan Serat menjadi
lebih mengkilap dan kekuatannya juga lebih tinggi. Kapas mudah diserang
oleh jamur dan bakteri terutama pada keadaan lembab, dan pada suhu
hangat, kapas memiliki beberapa sifat istimewa, misalnya mudah dicuci,
dan dalam pemakaianny nyaman saat dipakai, menyerap panas tubuh
sehingga kapas lebih unggul dari serat-serat lain.
2.1.2 Karakteristik
 Kekuatan cukup hingga baik
 Elastisitas sangat rendah
 Kurang tangguh dan rentan terhadap kerutan
 Nyaman dan terasa lembut
 Daya serap baik
 Mengalirkan panas dengan baik
 Bisa rusak karena serangga, jamur, lumut dan ngengat
 Bisa melemah karena paparan sinar matahari dalam jangka waktu
yang lama
2.2 Pemasakan
Pemasakan merupakan proses persiapan yang memegang peranan penting bagi
bahan tekstil karena dengan pemasakan akan memudahkan bahan untuk menyerap
zat-zat yang ada pada proses basah berikutnya. Secara umum pemasakan akan
menghilangkan kotoran alami berupa lemak,minyak,pektin,serisin,gum,kulit biji
kapas (pada serat selulosa dan protein) dan kotoran luar seperti oli,debu,spinning
oil (pada serat sintetik). Istilah pemasakan biasanya disebut scouring dan kadang
pada jenis bahan tekstil tertentu disebut dengan degumming (seperti pada
sutera,wol,rami,linen). Proses pemasakan dapat dilakukan pada benang maupun
kain,sedangkan pada serat batang seperti rami dan linen, proses degumming
dilakukan saat pemisahan serat dari bundelnya.
Tujuan pemasakan adalah untuk memperoleh bahan tekstil yang bersih dari
kotoran alami sehingga meningkatkan daya serap pada seluruh permukaan bahan
secara merata. Sedangkan pada serat batang adalah untuk menghilangkan gum
sehingga serat dapat dipisahkan dari bundel serat sebelum proses pemintalan.
Kotoran pada bahan tekstil yang terbuat dari serat alam seperti selulosa dan protein
memiliki kandungan kotoran alami yang cukup tinggi. Tabel berikut menunjukan
kandungan kotoran berbagai jenis serat tekstil :

No Jenis bahan tekstil Kotoran alami Kotoran luar


1 Kapas Pektin,wax,protein,minyak,debu, Oli mesin,zat
senyawa organik lainnya pelumas,debu
2 Serat batang Gum,lignin idem
(rami,linen,dll)
3 Sutera serisin idem
4 Wol Minyak,keringet Ranting,debu
5 Serat sintetik Oli mesin,zat
anti statik,zat
pelumas,debu

Mekanisme proses pemasakan adalah menyabunkan kotoran berupa


lemak,oli,serisin,gum sehingga dapat larut dalam air serta melepaskan kotoran
akibat efek detergensi dari larutan pemasakan dan gerakan meanik yang diberikan
pada bahan. Hal – hal yang mempengaruhi proses pemasakan :
1. Pemilihan zat pemasak dan zat pembantu serta konsentrasi yang digunakan
2. Kondisi proses (suhu,waktu,pH)
Suhu yang digunakan dalam proses pemasakan berkisar antara 95-130 . pH
yang dibutuhkan untuk proses pemasakan kain katun adalah alkali dan waktu
yang dibutuhkan adalah 30 menit- 1 jam tergantung dari metode yang
digunakan.
3. Air proses
Air yang digunakan untuk proses pemasakan harus tidak sadah karena
kesadahan air mempengaruhi proses penyabunan pada kain sehingga sabun
tidak dapat bekerja dengan optimal.
4. Metoda proses
Pemasakan dapat dilakukan secara proses tersendiri maupun dilakukan secara
simultan dengan proses penghilangan kanji dan pengelantangan. Untuk bhan
dengan kandungan kotoran yang tinggi dilakukan secara terpisah (serat-serat
alam),sedangkan untuk bahan yang terbuat dari serat sintettik atau campuran
biasanya dilakukan secara simultan. Metoda yang dilakukan tergantung
mesin yang tersedia yaitu metoda perendaman/ exhaust dan metoda kontinyu
seperti pad-steam .
III. Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
Alat :
1. Tabung HT Dyeing
2. Pengaduk kaca
3. Timbangan digital
4. Pipet ukur
5. Gelas ukur
6. Mesin HT Dyeing
7. Mesin stenter
8. Mesin padder
Bahan :
1. Kain contoh uji
2. NaOH
3. Zat pembasah
4. Zat antisadah
5. Na2CO3
3.2 Skema Proses

°C

100

30

5 35 80 90 (menit)

°C

130

30

5 35 80 90 (menit)
3.3 Diagram Alir

Menyiapkan bahan

Menimbang kain dan zat sesuai resep

Menghitung resep

Membuat larutan dan memasukkan ke


dalam tabung HT-Dyeing

Proses pemasakan

Kain dicuci panas

Kain dibilas lalu dikeringkan

Kain ditimbang

Evaluasi kain (uji daya serap)


3.4 Resep
Kelompok
I II III IV V
NaOH (gr/L) 5 7 9 11 13
Wetting agent (cc/L) 2 2 2 2 2
Anti sadah (cc/L) 1 1 1 1 1
Na2CO3 (gr/L) 2 2 2 2 2
Suhu (°C) 100 atau 130
Waktu (menit) 45 45 45 45 45
Ratio (1:x)
Orang ke
1 1:20
2 1:25
3 1:30
4 1:35
5 1:40
6 1:45
3.5 Perhitungan Resep
1. Henny Chandra Puspita Devi
Berat awal (A) = 5,98 gram
Berat akhir (B) = 5,14 gram
Rasio / vlot = 1:20
NaOH kristal = 13 g/L
WA = 2 cc/L
Anti Sadah = 1 cc/L
Na2CO3 = 2 g/L
Suhu = 100°C
Waktu = 45 menit

Kebutuhan praktikum
Vlot = (1:20)
Air = 20 x 5,98 = 120 cc
NaOH = = 1,56 gr

WA = = 0,24 cc
Anti Sadah = = 0,12 cc

Na2CO3 = = 0,24 gr

2. Siti Nuhiyah
Berat awal (A) = 6,29 gram
Berat akhir (B) = 5,33 gram
Rasio / vlot = 1:25
NaOH kristal = 13 g/L
WA = 2 cc/L
Anti Sadah = 1 cc/L
Na2CO3 = 2 g/L
Suhu = 100°C
Waktu = 45 menit

Kebutuhan praktikum
Vlot = (1:25)
Air = 25 x 6,29 = 157 cc
NaOH = = 2,04 gr

WA = = 0,31 cc

Anti Sadah = = 0,15 cc

Na2CO3 = = 0,31 gr

3. Fathiya Hanif
Berat awal (A) = 5,91 gram
Berat akhir (B) = 5,23 gram
Rasio / vlot = 1:30
NaOH kristal = 13 g/L
WA = 2 cc/L
Anti Sadah = 1 cc/L
Na2CO3 = 2 g/L
Suhu = 100°C
Waktu = 45 menit
Kebutuhan praktikum
Vlot = (1:30)
Air = 30 x 5,91 = 177,2 cc
NaOH = = 2,3 gr

WA = = 0,3 cc

Anti Sadah = = 0,17 cc

Na2CO3 = = 0,3 gr

4. Fahma Indi Bayuningtyas


Berat awal (A) = 4,92 gram
Berat akhir (B) = 4,16 gram
Rasio / vlot = 1:35
NaOH kristal = 13 g/L
WA = 2 cc/L
Anti Sadah = 1 cc/L
Na2CO3 = 2 g/L
Suhu = 130° C
Waktu = 45 menit
Kebutuhan praktikum
Vlot = (1:35)
Air = 20 x 4,92 = 207,2 cc
NaOH = = 2,7 gr

WA = = 0,41 cc

Anti Sadah = = 0,2 cc

Na2CO3 = = 0,41 gr

5. Rizwan Supriadi
Berat awal (A) = 6,3 gram
Berat akhir (B) = 4,5 gram
Rasio / vlot = 1:40
NaOH kristal = 13 g/L
WA = 2 cc/L
Anti Sadah = 1 cc/L
Na2CO3 = 2 g/L
Suhu = 130 C
Waktu = 45 menit
Kebutuhan praktikum
Vlot = (1:40)
Air = 40 x 6,3 = 252 cc
NaOH = = 3,27 gr

WA = = 0,54 cc

Anti Sadah = = 0,25 cc

Na2CO3 = = 0,54 gr

3.3 Fungsi Zat


1. NaOH : Zat yang akan menyabunkan lemak, malam, minyak menjadi
sabunyang larut dalam air, dan menggelembungkan serat
sehingga mudah menyerap larutan pemasakan
2. Zat pembasah : Zat yang membantu proses penyerapan larutan secara merata
dan cepat pada bahan.
3. Zat anti sadah : Zat yang mengikat kandungan logam penyebab kesadahan
yang berasal dari air proses dan serat kapas, mencegah
turunnya kinerjaNaOH dan sabun.
4. Na2CO3 : Membantu agar proses saponifikasi lebih sempurna.
IV. Data Hasil Percobaan
V. Hasil dan Pembahasan
Proses pemasakan atau scouring adalah salah satu proses persiapan
penyempurnaan yang dilakukan pada bahan tekstil agar bersih dari kotoran pada
bahan tekstil supaya tidak menghambat proses selanjutnya. Pada praktikum kali ini,
dilakukan proses scouring menggunakan alkali dengan metoda exhaust (perendaman)
pada kain contoh uji berupa kain katun. Berbagai variasi vlot dilakukan pada
percobaan kali ini dengan tujuan untuk mendapatkan data hasil percobaan yang
akurat, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh NaOH terhadap hasil proses
scouring, dan untuk mengetahui vlot yang tepat untuk digunakan agar hasil scouring
menjadi lebih optimal. Variasi vlot tersebut antara lain: 1:20, 1:25, 1:30, 1:35, dan
1:40.
Kain contoh uji yang belum melewati proses scouring pada praktikum ini
memiliki sifat antara lain: kain kaku ketika dipegang dan tidak dapat menyerap air
dengan baik. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kotoran-kotoran yang terkandung di
dalam kain sehingga menghalangi masuknya air.
Setelah dilakukan proses scouring menggunakan alkali dengan cara exhaust,
kotoran-kotoran tersebut hilang dan membuat kain menjadi lebih lemas ketika
dipegang, berat kain berkurang karena kotoran hilang, dan daya serap kain terhadap
air menjadi lebih baik. Hal tersebut dikarenakan penampang melintang dari serat
kapas yang telah melalui proses scouring berubah dari yang awalnya berbentuk
seperti ginjal menjadi lebih bulat.
Kotoran-kotoran di dalam kain seperti lemak dan minyak yang tidak larut
dalam air akan mengalami proses penyabunan ketika ditambahkan alkali dengan suhu
tinggi. Lemak dan minyak pada kain akan bereaksi dengan NaOH membentuk sabun
yang larut dalam air dan memiliki sifat detergen untuk membantu penghilangan
kotoran dan zat lain yang tidak larut. Sementara pektin dan zat organik lainnya
berubah menjadi garam yang dapat larut di dalam air. Proses pelepasan biji dan
kotoran luar dilakukan oleh gerakan mekanik dari mesin yang digunakan pada proses
scouring.
Pada grafik percobaan kali ini, dapat dilihat bahwa variasi vlot menghasilkan
pengurangan berat yang berbeda-beda. Variasi vlot yang digunakan menunjukan
grafik yang naik turun. Tetapi, dari dua data terakhir, variasi vlot yang paling besar
menunjukan pengurangan berat yang cukup besar dibandingkan dengan tiga vlot
lainnya. Hal tersebut dipengaruhi suhu proses karena dua vlot terakhir pada proses
scouring ini deikerjakan pada suhu tiga puluh derajat lebih tinggi dibandingkan vlot
sebelumnya.
Ada banyak faktor yang berpengaruh dalam praktikum pemasakan yang
menyebabkan perbedaan hasil antara hasil praktikum dengan referensi. Faktor
tersebut anatara lain :
1. Benang yang terbuang pada saat proses pencucian dan pengeringan
2. Pengambilan zat yang kurang tepat
3. Suhu yang tidak stabil sehingga menyebabkan proses tidak optimal
4. Kurangnya waktu proses
5. pH yang tidak sesuai
6. Kain masih basah saat penimbangan.
VI. Kesimpulan
Dari hasil praktikum Scouring yang dilakukan didapat pengurangan berat pada kain dan
pengujian daya serap sebagai berikut :
1. Orang pertama vlot 1 : 20
Persentase pengurangan berat sebanyak : 14,04%
Pengujian daya serap setelah Scouring : 2 detik
2. Orang kedua vlot 1 : 25
Persentase pengurangan berat sebanyak : 15,3%
Pengujian daya serap setelah Scouring : 1,89 detik
3. Orang ketiga vlot 1 : 30
Persentase pengurangan berat sebanyak : 11,5%
Pengujian daya serap setelah Scouring : 1 detik
4. Orang keempat vlot 1 : 35
Persentase pengurangan berat sebanyak : 29,89%
Pengujian daya serap setelah Scouring : 2,02 detik
5. Orang kelima vlot 1 : 35
Pesrsentase pengurangan berat sebanyak : 28%
Pengujian daya serap setelah Scouring : 1 detik
VII. Lampiran

Grafik NaOH 13 gr/L


35

30
Pengurangan Berat (%)

25

20

15
Pengurangan berat
10

0 Vlot
1:20 1:25 1:30 1:35 1:40
(Henny) (Nuhiyah) (Fathiya) (Fahma) (Rizwan)

Grafik antar kelompok


120

100
Pengurangan berat (%)

vlot 1:45
80
vlot 1:40

60 vlot 1:35
vlot 1:30
40 vlot 1:25
vlot 1:20
20

0
5 7 9 11 13
VIII. Daftar Pustaka
1. Pedoman Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan. Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil Bandung.
2. Suprapto, Agus dan Muhammad Ichwan. Teknologi Persiapan Penyempurnaan.
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung. 2005.
3. http://www.coatsindustrial.com/id/information-hub/apparel-expertise/know-about-
textile-fibres
4. http://pojokipa.alfajar.sch.id/2014/10/serat-alami-dan-serat-buatan.html

Anda mungkin juga menyukai