ALK Pertemuan 3 - Manajemen Laba Dan Analisis Risiko
ALK Pertemuan 3 - Manajemen Laba Dan Analisis Risiko
ALK Pertemuan 3 - Manajemen Laba Dan Analisis Risiko
&
THE USE OF FINANCIAL STATEMENT ANALYSIS IN RISK
ANALYSIS”
MAKALAH KELOMPOK
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Analisi Laporan Keuangan
DISUSUN OLEH:
Andre Pratama 1710246053
Hilfa Mora Marito Nasution 1710246058
MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS RIAU
2018
PEMBAHASAN
A. Manajemen Laba
Menurut Schipper dalam Rahmawati dkk. (2006) yang menyatakan bahwa
manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses
pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa keuntungan privat
(sebagai lawan untuk memudahkan operasi yang netral dari proses tersebut).
Menurut Sulistyanto (2011) mendefinisikan manajemen laba sebagai upaya
manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi dalam
laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui Stakeholder yang ingin
mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan. Istilah intervensi dan mengelabui inilah
yang dipakai sebagai dasar sebagian pihak untuk menilai manajemen laba sebagai
dasar sebagian pihak untuk menilai manajemen laba sebagai kecurangan. Sementara
pihak lain tetap menganggap aktivitas rekayasa manajerial ini bukan sebagai
kecurangan. Alasanya, intervensi itu dilakukan manajer perusahaan dalam kerangka
standar akuntansi, yaitu masih menggunakan metode dan prosedur akuntansi yang
diterima dan diakui secara umum.
Scott (2000: 351) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua.
Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan
utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak uang, dan political cost
(opportunistic Earnings Management). Kedua, memandang manajemen laba dari
perspektif efficient contracting (efficient Earning Management), dimana manajemen
laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan
perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk
keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian manajer dapat
mempengaruhi nilai pasar saham perusahaannya melakukan manajemen laba,
misalnya dengan membuat perataan laba dan pertumbuhan laba sepanjang. Dapat
disimpulkan dari beberapa definisi tersebut, bahwa manajemen laba adalah cara
manajer perusahaan mengintervensi laporan keuanagan perusahaan, dengan cara
memanfaatkan kendali untuk memainkan angka dalam laba yg diperoleh perusahaan,
hal ini untuk mengelabui pihak stakeholder untuk bersudut pandang bahwa
manajemen sudah melakukan hal yang benar. Dengan demikian pun manajer dapat
mempengaruhi nilai pasar saham perusahaanya.
1. Bentuk bentuk Manajemen Laba
Bentuk-bentuk pengaturan laba yang dikemukakan oleh Scott (2003: 383)
yaitu :
1. Taking a bath
Disebut juga big baths, bisa terjadi selama periode dimana terjadi tekanan
dalam organisasi atau terjadi reorganisasi, misalnya penggantian direksi. Jika
teknik ini digunakan maka biaya-biaya yang ada pada periode yang akan datang
diakui pada periode berjalan. Ini dilakukan jika kondisi yang tidak
menguntungkan tidak bisa dihindari. Akibatnya, laba pada periode yang akan
datang menjadi tinggi meskipun kondisi tidak menguntungkan.
2. Income minimization
Pola meminimumkan laba mungkin dilakukan karena motif politik atau motif
meminimunkan pajak. Cara ini dilakukan pada saat perusahaan memperoleh
profitabilitas yang tinggi dengan tujuan agar tidak mendapat perhatian secara
politis. Kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan (write off) atas barang-
barang modal dan aktiva tak berwujud, pembebanan pengeluaran iklan, riset, dan
pengembangan yang cepat.
3. Income maximization
Maksimalkan laba bertujuan untuk memperoleh bonus yang lebih besar,
selain itu tindakan ini juga bisa dilakukan untuk menghindari pelanggaran atas
kontrak hutang jangka panjang (debt covenant).
4. Income smoothing
Perusahaan umumnya lebih memilih untuk melaporkan trend pertumbuhan
laba yang stabil daripada menunjukkan perubahan laba yang meningkat atau
menurun secara drastis.
2. Political Motivation
Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada
perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan
karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan
peraturan yang lebih ketat.
3. Taxation Motivation
Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling
nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan untuk penghematan
pajak pendapatan.
4. Pergantian CEO
CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan pendapatan
untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerja perusahaan buruk, mereka
akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.
Sedangkan Healy dan Wahlen (1999) dalam Firdaus (2007) membagi motivasi
manajemen laba ke dalam tiga kelompok yaitu :
1. Motivasi Pasar Modal (capital market motivation)
Motivasi manajemen laba karena alasan pasar modal lebih banyak
disebabkan oleh adanya anggapan umum bahwa angka-angka akuntansi,
khususnya laba merupakan salah satu sumber informasi penting yang digunakan
oleh investor dalam menilai harga saham. Sehingga tidak mengherankan kalau
ada sebagian manajer yang berusaha membuat laporan keuangannya tampak
baik dengan maksud untuk mempengaruhi kinerja saham dalam jangka pendek.
Manajemen cenderung melaporkan laba bersih lebih rendah (understate) ketika
melakukan buy out dan melaporkan laba lebih tinggi (overstate) ketika
melakukan penawaran saham ke publik.
2. Motivasi Kontrak (contracting motivation)
Motivasi kontrak atas terjadinya manajemen laba dikaitkan dengan
penggunaan data akuntansi dalam memonitor dan meregulasi kontrak atas
perusahaan dan pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholders). Secara
eksplisit maupun implisit, kontrak-kontrak yang berjenis kompensasi
manajemen banyak dikaitkan dengan kinerja keuangan perusahaan. Ada alasan
khusus yang menyebabkan mengapa manajemen laba terjadi dalam konteks
kontrak yaitu baik kreditor maupun komite kompensasi yaitu komite yang
menyiapkan berkas kontrak antara manajer perusahaan, merasa bahwa upaya
mengungkapkan ada tidaknya manajemen laba adalah upaya yang mahal dan
membutuhkan waktu. Kondisi ini seakan menjadi pendorong bagi manajer
untuk melakukan manajemen laba.
3. Motivasi Peraturan (regulation motivation)
Bagi para penetap standar (standar settere), perhatian terhadap
manajemen laba menjadi penting karena manajemen laba apapun alasannya
dapat mengarah kepada penyajian pelaporan keuangan yang tidak
benar (misleadin) dan akhirnya dapat mempengaruhi alokasi sumber daya yang
ada. Manajer dapat memanipulasi laba dengan berbagai cara, baik yang secara
langsung berpengaruh terhadap keputusan operasi, pembiayaan, investasi
maupun dalam bentuk pemilihan prosedur akuntansi yang diperbolehkan
dalam prinsip akuntansi berterima umum
4. Pengertian Fraud
Fraud atau yang sering dikenal dengan istilah kecurangan merupakan hal yang
sekarang banyak dibicarakan di Indonesia. Pengertian fraud itu sendiri merupakan
penipuan yang sengaja dilakukan, yang menimbulkan kerugian pihak lain dan
memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan dan atau kelompoknya
(Sukanto: 2009). Sementara Albrecht (2003) mendefinisikan fraud sebagai
representasi tentang fakta material yang palsu dan sengaja atau ceroboh sehingga
diyakini dan ditindaklanjuti oleh korban dan kerusakan korban. Dalam bahasa
aslinya fraud meliputi berbagai tindakan melawan hukum.
Bologna (1993) mendefinisikan kecurangan “Fraud is criminal deception
intended to financially benefit the deceiver” yaitu kecurangan adalah penipuan
kriminal yang bermaksud untuk memberi manfaat keuangan kepada si penipu.
Kriminal disini berarti setiap tindakan kesalahan serius yang dilakukan dengan
maksud jahat. Ia memperoleh manfaat dan merugikan korbannya secara financial dari
tindakannya tersebut. Biasanya kecurangan mencakup tiga langkah yaitu (1) tindakan
(the act.), (2) penyembunyian (the concealment) dan (3) konversi (the conversion).
Adapun menurut the Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) dalam
Tuanakotta (2013) fraud adalah perbuatan-perbuatan yang melawan hukum yang
dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu (manipulasi atau memberikan laporan
keliru terhadap pihak lain) dilakukan orang-orang dari dalam atau luar organisasi
untuk mendapatkan keuntungan pibadi ataupun kelompok secara langsung atau tidak
langsung merugikan pihak lain. Dengan demikian fraud adalah mencangkup segala
macam yang dapat dipikirkan manusia, dan yang diupayakan oleh seseorang untuk
mendapatkan keuntungan dari orang lain, dengan saran yang salah atau pemaksaan
kebenaran, dan mencangkup semua cara yang tidak terduga, penuh siasat atau
tersembunyi, dan setiap cara yang tidak wajar yang menyebabkan orang lain tertipu
atau menderita kerugian.
7. Klasifikasi Fraud
The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) atau Asosiasi
Pemeriksa Kecurangan Bersertifikat, merupakan organisasi profesional bergerak di
bidang pemeriksaan atas kecurangan yang berkedudukan di Amerika Serikat dan
mempunyai tujuan untuk memberantas kecurangan,
mengklasifikasikan fraud (kecurangan) dalam beberapa klasifikasi, dan dikenal
dengan istilah “ The Fraud Tree” yaitu Sistem Klasifikasi Mengenai Hal-hal Yang
Ditimbulkan Sama Oleh Kecurangan (Uniform Occupational Fraud Classification
System).
ACFE dalam Tuanakotta (2010) membagi fraud (kecurangan) dalam 3
(tiga) jenis atau tipologi berdasarkan perbuatan, yaitu:
a. Kecurangan Laporan Keuangan (Fraudulent Statement)
Kecurangan Laporan keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang
dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material Laporan Keuangan yang
merugikan investor dan kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat finansial atau
kecurangan non finansial.
b. Penyimpangan atas Aset (Asset Misappropriation)
Asset misappropriation meliputi penyalahgunaan atau pencurian aset atau harta
perusahaan atau pihak lain. Ini merupakan bentuk fraud yang paling mudah dideteksi
karena sifatnya yang tangible atau dapat diukuratau dihitung (defined value).
c. Korupsi (Corruption)
Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi karena menyangkut kerja sama
dengan pihak lain seperti suap dan korupsi, di mana hal ini merupakan jenis yang
terbanyak terjadi di negara-negara berkembang yang penegakan hukumnya lemah dan
masih kurang kesadaran akan tata kelola yang baik sehingga faktor integritasnya
masih dipertanyakan. Fraud jenis ini sering kali tidak dapat dideteksi karena para
pihak yang bekerja sama menikmati keuntungan (simbiosis mutualisme). Termasuk
didalamnya adalah penyalahgunaan wewenang atau konflik kepentingan (conflict of
interest), penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak sah atau illegal (illegal
gratuities) dan pemerasan secara ekonomi (economic extortion).
Produk yang dibiayai adalah semua kebutuhan rumah tangga, seperti semua
produk elektronik, furniture, hand phone, komputer, motor roda dua. Selain produk
tersebut PT. SNP juga melakukan pembiayaan untuk produk2 produktif seperti hand
tractor, dan motor roda 3.
Principal yang bekerja sama sampai dengan hari ini seperti, Nozomi, Yanmar,
Olympic, Modena, Fujitec, Sanken, Galeri musik jakarta. Selain membiayai seluruh
outlet Columbia PT.SNP juga membiayai dealer yang lain, baik tradisional market
maupun modern market, melalui divisi Prima Finance. Saat ini melalui Columbia
Group kami berada di 72 kota, dan melalui divisi Prima Finance kami berada di 10
kota
VISI
Memberikan jasa pembiayaan dengan cara yang lebih cepat dan lebih efisien
B. Analisis Risiko
1. Pengertian Analisis Risiko
Secara sederhana, analisis risiko atau risk analysis dapat diartikan sebagai
sebuah prosedur untuk mengenali satu ancaman dan kerentanan, kemudian
menganalisanya untuk memastikan hasil pembongkaran dan menyoroti bagaimana
dampak-dampak yang ditimbulkan dapat dihilangkan atau dikurangi. Analisis risiko
juga dipahami sebagai sebuah proses untuk menentukan pengamanan macam apa
yang cocok atau layak untuk sebuah sistem atau lingkungan (ISO 1799, “An
Introduction To Risk Analysis”, 2012).
Analisis risiko merupakan bagian dari manajemen risiko, yang terdiri dari
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Identifikasi kemungkinan kondisi, peristiwa, atau situasi negative eksternal
dan internal.
b. Penentuan hubungan sebab-akibat antara peluang kejadian, skalanya dan
kemungkinan dampaknya.
c. Evaluasi sebagai dampak dibawah ini asumsi dan profitabilitas yang berbeda.
d. Penerapan teknik kualitatif dan kuantitatif untuk mengurangi ketidakpastian
dari dampak dan biaya, kewajiban, atau kerugian.
2. Analisis Sumber Risiko
Dalam teori manajemen keuangan, ada trade-off antara risiko dan return. Jika
risiko suatu investasi lebih tinggi, return yang diharapkan juga tinggi. Banyak para
manajer mengetahui risiko untuk dipertimbangkan dalam menilai dan mengambil
keputusan investasi. Penilaian dan pemahaman trade-off antara risiko dan return
membentuk landasan untuk memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham.
Perusahaan seharusnya mengenali apakah return yang diharapkan dapat dicapai atau
tidak, yang berarti perusahaan harus mengenali elemen risiko dalam proses
pengambilan keputusan. Risiko dapat didefinisikan sebagai variabilitas return dari apa
yang diharapkan (Brealey, Stewart, and Alan, 1995). Dengan kata lain risiko adalah
sebagai kemungkinan bahwa return sesungguhnya dari suatu investasi akan lebih
rendah dari return yang diharapkan. Return adalah keuntungan atau aliran kas neto
yang diperoleh dari suatu investasi. Dalam kegiatan bisnis, perusahaan sering
dihadapkan pada pengeluaran biaya yang bersifat tetap, yang tentu saja mengandung
risiko. Berkaitan dengan itu manajemen harus tahu mengenai leverage. Leverage
menunjukkan penggunaan biaya tetap dalam usaha meningkatkan keuntungan.
Secara umum investor enggan terhadap risiko (averse risk) (Horne and
John,1992). Jika risiko lebih besar, investor mengharapkan return dari suatu investasi
yang lebih besar. Return yang tinggi tidak selalu disertai investasi berisiko. Investasi
yang berisiko tidak akan dilakukan oleh investor jika investasi tersebut tidak memberi
harapan tingkat return yang tinggi.
Sumber-sumber dan tipe-tipe risiko bisa dilihat pada bagan berikut ini:
Domestik Resesi
Inflasi atau deflasi
Perubahan tingkat bunga
Perubahan demografis
Perubahan kebijakan dalam negeri
Perubahan politik dalam negeri
Industri Perubahan teknologi
Persaingan
Perubahan kekuatan tawar menawar dalam industry
Peraturan pemerintah yang berkaitan dengan industry
Perusahaan Perubahan manajemen
Perubahan strategi
Risiko terkena bencana
Risiko terkena tuntutan hukum
Sebagai ilustrasi dapat dijelaskan beberapa jenis dan sumber risiko sebagai berikut:
Perubahan nilai tukar dapat berupa apresiasi atau depresiasi. Apabila mata uang
domestik mengalami apresiasi terhadap mata uang asing berarti nilai mata uang
domestik menguat terhadap mata uang asing. Demikian pula sebaliknya, apabila
terjadi depresiasi. Secara umum, apabila terjadi apresiasi mata uang domestik
terhadap mata uang asing maka akan menimbulkan dampak negatif terhadap
kegiatan ekspor yang dilakukan perusahaan. Sebaliknya, apabila terjadi depresiasi
mata uang domestik terhadap mata uang asing maka akan menimbulkan dampak
negatif terhadap kegiatan impor.
b) Analisis risiko jangka panjang (long term liquidity risk): memfokuskan pada
kemampuan perusahaanmemenuhi kewajiban jangka panjangnya (lebih dari satu
tahun) Risiko solvabilitas jangka panjang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi pembayaran bunga dan angsuran
pinjaman atas utang jangka panjang dan untuk memenuhi kewajiban yang segera
jatuh tempo.
Risiko Murni adalah risiko yang dapat mengakibatkan kerugian dan tidak
sedikitpun mengandung kemungkinan keuntungan. Contoh dari risiko ini
adalah setiap aset pada perusahaan memiliki risiko pencurian dan tidak
ada pencurian yang mengandung keuntungkan.
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. merupakan salah satu perusahaan mie
instant dan makanan olahan terkemuka di Indonesia yang menjadi salah satu cabang
perusahaan yang dimiliki oleh Salim Group.
Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, Indofood memperoleh manfaat
dari ketangguhan model bisnisnya yang terdiri dari empat kelompok usaha strategis
(grup) yang saling melengkapi sebagai berikut:
Produk Konsumen Bermerek (CBP)
Kegiatan usahanya dilaksanakan oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP),
yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tanggal 7 Oktober 2010.
ICBP merupakan salah satu produsen makanan dalam kemasan terkemuka di
Indonesia yang memiliki berbagai jenis produk makanan dalam kemasan.
Bogasari
Memiliki kegiatan usaha utama memproduksi tepung terigu dan pasta. Kegiatan
usaha Grup ini didukung oleh unit perkapalan dan kemasan.
Agribisnis
Kegiatan usahanya terkonsentrasi pada Indofood Agri Resources Ltd.
(IndoAgri), yang tercatat di Bursa Efek Singapura, dan anak-anak perusahaannya
termasuk PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (Lonsum), yang tercatat di BEI.
Kegiatan usaha utama Grup ini meliputi penelitian dan pengembangan, pembibitan,
pemuliaan dan pengolahan kelapa sawit hingga produksi dan pemasaran minyak
goreng, margarin dan shortening bermerek. Di samping itu, kegiatan usaha grup ini
juga mencakup pemuliaan dan pengolahan karet dan tebu serta tanaman lainnya.
Distribusi
Memiliki jaringan distribusi yang paling luas di Indonesia. Grup ini
mendistribusikan hampir seluruh produk konsumen Indofood dan anak-anak
perusahannya, serta berbagai produk pihak ketiga.
PT Indofoot juga memiliki Visi dan Misi yakni :
Visi PT Indofood Tbk.:
“Menjadi Perusahaan Total Food Solutions.”
Misi PT Indofood Tbk.:
Senantiasa meningkatkan kompetensi karyawan, proses produksi, dan teknologi.
Menyediakan produk yang berkualitas tinggi, inovatif dengan harga terjangkau,
yang merupakan pilihan pelanggan.
Memastikan ketersediaan produk bagi pelanggan domestik maupun internasional.
Memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas hidup bangsa Indonesia,
khususnya dalam bidang nutrisi.
Meningkatkan stakeholders’ value secara berkesinambungan.
Untuk mencapai visi dan misi tersebut, PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
menggunakan strategi:
Menjalin kerjasama dengan pemasok bahan baku untuk meningkatkan kualitas
produk, dan meningkatkan distribusi produk-produk.
Risiko bisnis yang dihadapi oleh PT Indofood Sukses Makmur Tbk dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Jenis risiko yang pertama adalah risiko murni, PT Indofood
Sukses Makmur Tbk. mungkin saja menanggung risiko tersebut apabila misalnya
terjadi kebakaran atau pencurian asset seperti pencurian persediaan. Sedangkan jenis
risiko berikutnya adalah risiko spekulatif. Risiko spekulatif ini dapat meliputi
variabilitas dari biaya input, harga jual, dan permintaan, kemudian dapat juga meliputi
kemampuan menjual produk baru dan mengembangkan produk yang sudah ada, dan
tingkat nilai tukar rupiah terhadap dolar. Risiko yang dihadapi perusahaan
diantaranya:
Risiko keamanan pangan
Sebagai produsen makanan olahan dalam kemasan dan memiliki konsumen
dari segala usia, Perseroan menghadapi risiko yang berhubungan dengan keamanan
produk barang jadi yang dipasarkan.
Walaupun Perseroan telah memperhatikan faktor higienis makanan dan
memastikan bahwa bahan baku yang dipergunakan telah sesuai dengan yang
ditetapkan oleh instansi yang berwenang dan memenuhi persyaratan untuk
memperoleh sertifikat halal, namun tidak tertutup kemungkinan bahwa produk
makanan tersebut dapat tercemar ataupun terkena isu negatif lainnya. Apabila terjadi,
hal tersebut dapat memberikan dampak negatif terhadap kegiatan usaha dan
operasional Perseroan.
Risiko fluktuasi harga bahan baku dan komoditas
Harga dan biaya produksi Perseroan dipengaruhi oleh harga bahan baku di
pasar internasional, terutama gandum yang digunakan untuk memproduksi tepung
terigu Grup Bogasari, dan bahan baku lainnya yang diimpor seperti SMP
dan resin (bahan baku untuk pembuatan kemasan).
Harga tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
· Tingkat produksi bahan baku dunia.
· Tingkat penawaran dan permintaan produk.
· Tingkat konsumsi dunia atas produk-produk; dan
· Perkembangan perekonomian dunia pada umumnya.
Fluktuasi harga bahan baku di pasar internasional dan depresiasi nilai tukar
Rupiah terhadap mata uang asing dapat memberikan dampak negatif terhadap
kegiatan operasional dan kondisi keuangan Perseroan. Walaupun Perseroan dapat
menaikkan harga jual produknya akan tetapi Perseroan tidak dapat secara langsung
meningkatkan harga jual produk sedemikian rupa sejalan dengan kenaikan harga
bahan baku di pasar internasional dan depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap mata
uang asing.
Risiko peningkatan kompetisi pada segmen usaha
Sebagian besar produk Perseroan menghadapi kompetisi baik dari perusahaan
lokal maupun internasional. Tidak dapat dipastikan bahwa kompetitor tidak akan
mengoptimalkan upayanya dalam berkompetisi untuk meningkatkan pangsa pasarnya
dan/atau tidak akan ada tambahan pesaing domestik maupun asing yang memasuki
pasar dimana Perseroan beroperasi. Peningkatan kompetisi tersebut dapat
mempengaruhi kemampuan Perseroan untuk mempertahankan atau menaikkan
pendapatannya.
Risiko suksesi dan ketrampilan tenaga kerja
Kesuksesan Perseroan tidak luput dari faktor ketersediaan tenaga kerja yang
handal untuk terus dapat melakukan yang terbaik serta mendukung budaya untuk
terus berinovasi agar memperoleh hasil yang unggul. Oleh karena itu Perseroan
menyadari risiko kegagalan pengembangan karyawan atau mempertahankan tenaga
kerja bertalenta dapat mempengaruhi kegiatan bisnis, daya saing, dan pertumbuhan
Perseroan secara nyata.
Risiko bencana alam, iklim dan cuaca ekstrim
Secara geografis, fasilitas Perseroan berupa kantor, pabrik, perkebunan dan
gudang distribusi, hampir seluruhnya berlokasi di Indonesia yang berlokasi di pulau
Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi.
Letak Indonesia berada di zona pertemuan dari tiga lempengan bumi utama
yang berpotensi mengalami gempa bumi, tsunami, gelombang laut dan letusan
gunung berapi. Hal ini dapat terjadi di luar kendali Perseroan, dan dapat
membahayakan keselamatan karyawan, merusak fasilitas, dan mengganggu jalur
distribusi. Walaupun risiko ini tidak berdampak negatif secara langsung terhadap
kegiatan usaha Perseroan di masa lampau, tetapi bencana tersebut dapat berdampak
negatif terhadap keadaan ekonomi Indonesia pada umumnya yang secara tidak
langsung akan berdampak juga terhadap Perseroan. Selain itu, beberapa kegiatan
usaha dan hasil operasional Perseroan juga tergantung pada iklim dan kondisi cuaca.
Risiko yang berhubungan dengan hal tersebut akhir-akhir ini meningkat
dengan adanya efek rumah kaca di atmosfer yang berdampak buruk terhadap suhu
global dan perubahan suhu secara ekstrim. Kondisi tersebut dapat berdampak negatif
terhadap produktivitas, kinerja dan prospek usaha Perseroan.
Analisis Risiko Perusahaan
Tujuan dari analisis risiko adalah untuk membedakan risiko minor yang dapat
diterima dari resiko mayor, dan untuk menyediakan data untuk membantu evaluasi
dan penanganan risiko. Analisis risiko akan tergantung dari informasi dan data yang
tersedia.
Risiko yang dapat dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Resiko yang di
analisis secara kuantitatif adalah risiko keuangan dengan menggunakan penghitungan
rasio keuangan. Perhitungan rasio ini dilakukan dari data laporan keuangan PT
Indofood Sukses Makmur Tbk sejak tahun 2011 sampai tahun 2013. Beberapa rasio
yang sudah dianalisis adalah rasio likuiditas, rasio leverage, dan rasio profitabilitas.
Dari hasil perhitungan rasio likuiditas, PT Indofood Sukses Makmur Tbk
memiliki rasio likuiditas yang baik yakni lebih dari 1, walaupun nilainya
fluktuatif. Rasio berikutnya adalah rasio profitabilitas. Dari hasil perhitungan rasio
profitabilitas didapatkan hasil Gross profit margin secara rata-rata selalu mengalami
peningkatan, begitu juga dengan Return On Aset (ROA) mencerminkan tingkat
pengembalian terhadap investasi aset perusahaan.
ROA secara rata-rata selalu meningkat yang dapat diartikan bahwa
pengembalian terhadap aset lancar perusahaan selalu meningkat pula. Berkaitan
dengan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar yang saat ini sedang menjadi
permasalahan, didapatkan dari hasil regresi bahwa volatilitas kurs rupiah per dolar
berpengaruh negatif terhadap return harian saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Semakin besar ROA suatu perusahaan maka semakin baik pula kinerja
perusahaan tersebut. ROA berpengaruh negatif terhadap prediksi kebangkrutan
perusahaan yang berarti semakin tinggi rasio tinggi ROA kemungkinan perusahaan
bangkrut semakin kecil
ROA =
Tahun Perhitungan Hasil
(dalam %)
2011 8.795,9/78.092,8 0,1126339432
2012 8.567,8/59.389,4 0,144264801
2013 8.360/53.716 0,15563333
ROE adalah perbandingan antara laba bersih perusahaan dengan modal sendiri
suatu perusahaan. ROE merupakan indikator yang penting bagi pemegang saham
untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih
yang berkaitan dengan dividen. Jika rasio ini meningkat maka laba bersih dari
perusahaan yang bersangkutan akan meningkat pula, peningkatan tersebut juga
mempengaruhi harga saham. ROE berpengaruh negatif terhadap kemungkinan
perusahaan bangkrut, artinya semakin kecil ROE maka probabilitas perusahaan
bangkrut semakin besar
ROE = X 100%
Tahun Perhitungan Hasil (dalam %)
Albrecht, W. Steve and Chad. 2003. Fraud Examination. New York: Thomson South-
Western.
Assih, & Gudono, M. 2000. Hubungan Tindakan Perataan Laba dengan Reaksi Pasar atas
Pengumuman Informasi Laba Perusahaan. Jurnal Riset Indonesia. h.35-53.
Bartov, Eli. 1993. The Time of Assets Sales and Earnings Manipulation. The Accounting
Review Vol. 68 No. 4 (October), p. 840-855.
Beneish, M.D. and M.E. Vargus. 2002. “Insider Trading, Earnings Quality, and Accruals
Mispricing”. The Accounting Review 77: 755--791.
Bologna dan Lindquist. 1995. Fraud Auditing and Forensic Accounting. New York: John
Wiley & Sons.
Cheng, Q., and Warfield, D. T. 2005. Equity Incentives and Earnings Management.The
Accounting Review, 80 (April): 441-476.
Daley, Lane, and Philip Vigeland. 1993. The Effects of Debts Covenants and Political Costs
on The Choice of Accounting Method: The Case of Accounting for R&D
Costs. Journal of Accounting and Economics. p. 195–211.
Fischer, M dan K Rosenzweig. 1995. Attitudes of Students and Accounting Practitioners
Concerning the Ethical Acceptability of Earnings Management.Journal of Business
Ehtics. 14: 234-444.
Fischer, Marily, and Kenneth Rosenzweig. 1995. Attitude of Students and Accounting
Practitioners Concerning the Ethical Acceptability of Earnings Management. Journal
of Business Ethics. Vol. 14. p. 433–444.
Frankel, Micah, danTrezervant, 1994, The Year End LIFO Inventory Purchasing Decesion:
An Empirical Test. The Accounting Review, April, 382-398.
Guenther, David A. 1994. Earnings Management in Response to Corporate Tax Rate
Changes: Evidence from the 1986 Tax Reform Act. The Accounting Review, 230-243.
Healy, P.M. and J.M. Wahlen. 1999. “A Review of the Earnings Management Literature and
its Implication for Standard Setters”. Accounting Horizon.
Healy, P.M. and Palepu, K.G. 2001. Information Asymmetry, Corporate Disclosure, and the
Capital Markets: A Review of the Empirical Disclosure Literature.Journal of
Accounting and Economics 31: 405–440.
Jansen, M.C., and W.H. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behaviour,
Agency Cost, and Ownership Structure. Journal of Financial and Economic, 3, 305-
360.
Lambert, D.M., Stock, J.R., 2001. Strategic Logistic Manajement, Fourth Edition. Mc Graw
Hill: New York - USA.
Maydew, Edward L.1997. Tax-Induced Earnings Management by Firms with Net Operating
Losses. Journal of Accounting Research, Spring: 83-96.
Phillips, John., Morton Pincus dan Sonja Olhoft Rego. 2003. Earnings Management: New
Evidence Based on Deferred Tax Expense. The Accounting Review. Vol 78: 491-521.
Prasetyo, Dwi. Rifka Julianty. 2002. Analisis Laporan Keuangan Edisi Revisi. Yogyakarta:
AMP YKPN.
Rahmawati dan Mutiara Solikhah. 2008. The Ability Of Deffered Tax Expense In Detecting
Earnings Management At The Manufacture Companies Listed In The Indonessian
Stock Exchange, JAMER Vol. 8 No.1 Januari.
Rahmawati dkk, 2006. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap prakteik Manajemen Lab
Perusahaan Perbankan Publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium
Nasional Akuntansi IX, Padang.
Rahmawati, Sri Seventy Pujiastuti, dan Anastasia Riani Suprapti. 2010. Model Strategi
Manajemen Laba Pada Perusahaan Publik Di Bursa Efek Indonesia: Suatu
Pemeriksaan Pergeseran Klasifikasi Serta Dampaknya Terhadap Kinerja Saham,
Pemilihan Metoda Akuntansi, Klasifikasi Akuntansi, Dan Pengaturan Waktu
Transaksi. Jurnal Akuntansi UNTAR, Januari tahun XIV no. 01.
Rahmawati. 2007. Model Pendeteksian Manajemen Laba Pada Industri Perbankan Publik Di
Indonesia dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Perbankan, JAM YKPN April.
Rahmawati. 2008. Motivasi, Peluang, dan Batasan Manajemen Laba (Studi Empiris Pada
Industri Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta), Jurnal Ekonomi dan
Bisnis (JEBI), Desember.
Rajan, M.V. and R.E. Saouma. 2006. “Optimal Information Asymmetry.” The Accounting
Review, Vol. 81, No. 3, May: 677 – 712.
Ramos, J. "Using TF-IDF to Determine Word Relevance in Document Queries. Department
of Computer Science, Rutgers University. Journal of Computer and System
Sciences, 2003: 671-687.
Rashidah Abdul Rahman and Fairuzana Haneem Mohamed Ali. 2006. Board, Audit
Committee, Culture and Earnings Management: Malaysian Evidence.Manajerial
Auditing Journalt Volume 21 Issue 7:783-804.
Schipper, K. (1989). “Commentary on Earnings Management”. Accounting Horizon(3), 91-
102.
Scott, William R. 2003. Financial Accounting Theory. New Jersey: Prentice Hall Inc
Setiawati, L. dan A. Na.im. 2000. Manajemen Laba. Journal Ekonomi dan Bisnis. Mei: 159-
176.
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 2009. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, Cetakan 11. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Subekti Dj, Rahmawati, Handayani Tri Wijayanti. 2008. Analisis Perbedaan Antara Laba
Akuntansi Dan Laba Fiskal Terhadap Persistensi Laba, Akrual, Dan Aliran Kas Pada
Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia. Januari.
Suradi. 2012. Mengapa Seorang Korupsi?. BPK diakses di
http://www.bppk.depkeu.go.id/bdk/palembang/attachments/178_MENGAPA-
SESEORANG-KORUPSI.pdf
Tuanakotta, Theodorus M. 2010. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif, Edisi 2. Jakarta:
Salemba Empat.
Tuanakotta, Theodorus M. 2013. Mendeteksi Manipulasi Laporan Keuangan. Jakarta:
Salemba Empat.
Watts, R, L., and Zimmerman, J, L. 1986, Positive Accounting Theory. New York:Prentice
Hall.
https://www.cnbcindonesia.com/news/20180531114910-4-17302/leo-chandra-
columbia-dan-lilitan-utang-snp-finance
http://rumajamur.blogspot.com/2016/06/analisis-risiko-pada-pt-indofood.html