PBL Kuning
PBL Kuning
PBL Kuning
LAPORAN PBL
KUNING
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang. Kami
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-
NyA kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan laporan PBL dengan judul
“KUNING”.
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak
sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang dada
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga laporan PBL ini bisa memberikan manfaat maupun
inspirasi untuk pembaca.
Penyusun
SKENARIO 1 :
Seorang pria 20 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan kulit dan matanya berwarna
kuning. Dialami sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan ini disertai dengan demam, badan terasa
lemah, nafsu makan menurun dan kencing berwarna teh tua. Pada pemeriksaan fisis
ditemukan suhu tubuh 38’C, denyut nadi 90x/i,frekuensi nafas 20x/i dan tekanan darah
120/70 mmHg. Ekstremitas dan sklera tampak icterus.
SEVEN JUMP
1. Mengklarifikasi istilah yang tidak jelas dalam skenario diatas, kemudian tentukan
kata/kalimat kunci skenario diatas
2. Mengidentifikasi problem dasar skenario diatas dengan membuat beberapa
pertanyaan penting
3. Melakukan analisis dengan mengklarifikasi semua informasi yang didapat
4. Melakukan sintesis informasi yang terkumpul
5. Mahasiswa tujuan pembelajaran yang ingin dicapai oleh kelompok mahasiswa atas
kasus diatas bila informasi belum cukup. Langkah 1 s/d 5 dilakukan dalam diskusi
mandiri dan diskusi pertama bersama tutor
6. Mahasiswa mencari informasi tambahan informasi tentang kasus diatas diluar
kelompok tatap muka
7. Mahasiswa melaporkan hasil diskusi dan sintesis informasi-informasi baru yang
ditemukan
Langkah 7 dilakukan dalam kelompok dengan tutor.
KATA SULIT :
Ikterus : Ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau jaringan lainnya
(membran mukosa) yang menjadi kuning karena pewarnaan oleh bilirubin yang
meningkat konsentrasinya dalam sirkulasi darah.
Sclera : Lapisan luar bola mata, liat dan berwarna putih, yang menutupi lima peranan
bagian permukaan belakang bola mata, bersambungan dengan kornea (anterior) dan
selubung saraf optic (posterior)
KATA KUNCI :
Pria 20 tahun
Kulit dan mata berwarna kuning sejak 1 minggu lalu
Demam, nafsu makan menurun, kencing berwarna the tua, dan badan lemah
Pemeriksaan fisis
PERTANYAAN :
1. Bagaimana mekanisme terjadinya kulit dan mata kuning?
2. Apa penyebab terjadinya kulit dan mata kuning ?
3. Struktur apa sajakah yang terlibat?
4. Apakah yang menyebabkan urin berwarna teh tua?
5. Bagaimana mekanisme terjadinya demam?
6. Mengapa penyakit kuning menyebabkan demam, badan terasa lemah, nafsu makan
menurun ?
7. Bagaimana mekanisme bilirubin?
8. Bagaimana persespektif ikterus dalam islam?
STRUKTUR YANG TERLIBAT
ANATOMI HEPATOBILIAR
Hepar
Hepar merupakan organ viscera terbesar pada tubuh manusia dan terutama terletak di regio
hypochondrium dextra dan epigastrium,meluas ke dalam regio hypochondrium sinistra (atau
di dalam kuadran kanan atas, terbentang hingga kuadran kiri atas)
Facies hepar meliputi:
1. Facies diaphragmatica Facies diaphragmatica hepar, yang halus dan berbentuk
kubah,terletak berhadapan dengan facies inferior diaphragma. Facies ini
berhubungan dengan recessus subphrenici danh hepatorenalis.
Recessus subphrenici memisahkan facies diaphragmatica hepar dari diaphragma dan dibagi
menjadi pars dextra dan sinistra oleh ligamentum falciforme, suatu struktur yang berasal dari
mesenterium ventralis pada embrio.
Recessus hepatorenalis adalah bagian cavitas peritonealis pada sisi kanan antara hepar dan
ren dextra dan glandula suprarenalis/adrenalis dextra. Recessus subphrenici dan
hepatorenalis bersambungan dibagian anterior.
2. Facies visceralis. Facies visceralis hepar tertutup peritoneum viscerale, kecuali pada
fossa vesicae billiaris/felleae dan pada porta hepatis pintu gerbang menuju hepar
Struktur-struktur yang berhubungan dengan facies ini meliputi:
- esophagus,
- pars anterior bagian kanan gaster.
- pars superior duodeni,
- omentum minus,
- vesica fellea (biliaris).
- flexura coli dextrae,
- sisi kanan colon transversum,
- ren dexter, dan
- glandula suprarenalis dextra.
Porta hepatis berperan sebagai titik masuk ke dalam hepar bagi arteri hepatica dan vena
portae hepatis, dan titik keluar bagi ductus hepaticus.
Ligamenta terkait
Hepar melekat pada dinding anterior abdomen oleh suatu ligamentum falciforme dan,
kecuali pada sebagian kecil hepar yang berhadapan langsung dengan diaphragma,
(area nuda/bare area), hepar hampir seluruhnya dikelilingi oleh peritoneum viscerale.
Menghubungkan hepar menuju gaster (ligamentum hepatogastricum),duodenum
(ligamentum hepatoduodenale), dan diaphragma (ligamenta triangulare dextrum dan
sinistrum dan ligamentum coronarium anterior dan posterior). Area nuda hepar merupakan
bagian hepar yang terletak pada facies diaphragmatica, yang tidak dilapisi oleh peritoneum
di antara hepar dan diaphragma.
Batas anterior area nuda diindikasikan oleh suatu refleksi peritoneum-ligamentum
coronarium anterior.
Batas posterior area nuda diindikasikan oleh suatu refleksi peritoneum-ligamentum
coronarium posterior.
Tempat ligamentum coronarium menyatu di bagian lateral membentuk suatu ligamentum
triangulare dextrum dan ligamentum triangulare sinistrum.
Lobi hepatis
Hepar dibagi menjadi lobus dexter hepatis dan sinister oleh fossae vesicaebiliaris dan vena
cava inferior . Lobus dexter hepatis adalah yang lebih besar, sedangkan lobus sinister hepatis
yang lebih kecil. Lobus caudatus dan lobus quadratus terletak di lobus dexter hepatis, tetapi
secara fungsi berbeda.
Lobus quadratus terlihat di pars anterior facies visceralis hepar dan dibatasi disisi kiri oleh
suatu fissura ligamenti teretis dan pada sisi kanan oleh suatu fossa vesicae biliaris.Fungsinya
berhubungan dengan lobus sinister hepatis.
Lobus caudatus terlihat pada pars posterior facies visceralis hepar. Struktur ini dibatasi di
sisi kiri oleh suatu fissura ligamenti venosi dan di sisi kanan oleh sulcus vena cavae
(inferior). Fungsinya, berbeda dengan Lobus dexter hepatis dan lobus sinister hepatis.
Vesica biliaris (fellea)
Vesica biliaris (fellea) adalah suatu kantung berbentuk buah pir yang terletak pada facies
visceralis lobus dexter hepatis di dalam suatu fossa di antara lobus dexter hepatis dan lobus
quadratus. Struktur ini memiliki: suatu ujung yang membulat (fundus vesicae yang terletak
pada margo inferior hepar: suatu bagian besar di dalam fossa (corpus vesicae biliaris). yang
dapat terletak di depan colon transversum dan pars superior duodeni dan suatu bagian yang
sempit (collum vesicae biliaris) dengan tunica mucosa vesicae biliaris yang membentuk
lipatan spiral.Suplai arterial untuk vesica biliaris adalah arteria cystica cabang dari arteria
hepatica dextra (ramus dexter arteria hepatica propria).Vesica biliaris menerima,
mengkonsentrasikan, dan menyirnpan empedu dari hepar.
HISTOLOGI HEPATOBILIAR
Hepar
Hati dibungkus oleh suatu simpai tipis jaringan ikat yang menebal di hilus, tempat
vena porta dan a. hepatica memasuki organ dan keluarnya duktus hepatika kiri dan kanan
serta pembuluh limfe dari hati.
Hepatosit tersusun dari ribuan lobulus hati kecil (-0,7 x 2 mm) polihedral. Setiap lobulus
memiliki tiga sampai enam area portal di bagian perifernya dan suatu venula yang disebut
vena sentral di bagian pusatnya). Zona portal di sudut lobulus terdiri atas jaringan ikat
dengan suatu venula (cabang vena portal), arteriol (cabang a. hepatica), dan duktus epitel
kuboid (cabang sistem duktus biliaris) membentuk trias port.
Dari perifer lobulus ke pusatnya, lempeng hepatosit bercabang menjadi sinusoid hati. Sel-
sel endotel terpisah dari hepatosit di bawahnya oleh suatu lamina basal tipis yang tidak
kontinu dan suatu celah perisinusoid (celah Disse) yang sangat sempit. Selain sel endotel,
terdapat dua sel penting yang berhubungan dengan sinusoid:
1. Makrofag stelata yang dikenal sebagai sel Kupffer, antara sel endotel sinusoid dan
permukaan luminal di dalam sinusoid. Fungsi utamanya adalah menghancurkan eritrosit
tua, menggunakan ulang heme, menghancurkan bakteri atau debris yang dapat
memasuki darah portal dari usus, dan bekerja sebagai sel penyaji antigen pada imunitas
adaptif.
2. Di celah perisinusoid (bukan di lumen) terdapat sel penimbun lemak stelata (atau sel-
sel Ito) dengan droplet lipid kecil yang mengandung vitamin A.
Duktulus biliaris yang tersusun dari sel-sel kuboid yang disebut kolangiosit, melewati
hepatosit pembatas di lobules dan berakhir dalam duktus biliaris di celah portal. Duktus-
duktus ini secara berangsur membesar, menyayu, dan membentuk duktus hepatikus kiri dan
kanan, yang akhirnya keluar dari hati.( Victor P. Eroschenko.2015)
Kandung Empedu
Kandung empedu merupakan organ berbentuk buah pear berongga yang melekat pada
permukaan bawah hati. Ia berhubungan dengan duktus koledokus duktus sistikus.
Dinding.Fungsi utama kandung empedu adalah menyimpan empedu dan memekatkannya
dengan mereabsorpsi airnya. Reabsorpsi air dianggap merupakan akibat osmotik pompa
natrium. Karena ion natrium dan klorida ditranspor dalam jumlah yang sama, terbukti tidak
adanya selisih potensial antara ke 2 permukaan organ tersebut. Natrium klorida dan air
menembus membran apeks sel dan berjalan ke lateral menuju celah intersel dan dari sini ke
pembuluh darah lamina propria.
Histofisiologi Vesica Fellea
1. Vesica fellea dipergunakan untuk menampung dan menyimpan empedu yang dihasilkan
oleh hepar terutama pada waktu pencernaan lemak. Cairan empedu disalurkan dari
vesica fellea melalui ductus cholodochus ke dalam duodenum. Hal ini disebabkan
kontraksi otot-otot vesica fellea yang dipengaruhi oleh hormon cholecystokinin yang
ikeluarkan oleh tunica mucosa usus dibawa melalui darah ke otot-otot vesica fellea.
2. Terdapat pengangkutan aktif ion Na ke dalam celah-elah iantara sel epitel vesica fellea
yang diikuti transpor air dari cairan empedu ke dalam celah interseluler. Akibatnya
cairan empedu akan lebih pekat.
3. Sekresi mukus oleh kelenjar-kelenmjar yang terdapat dalam collum.
Fungsi hati:
1. Menyimpan besi dalam bentuk ferritin
2. Membentuk zat zat darah yang digunakan untuk koagulasi
3. Menyingkirkan atau mengekskresi obat-obatan, hormon, dan zat-zat lain
Bilirubin adalah pigmen empedu utama yang berasal dari penguraian sel darah merah
usang. Sel darah merah yang telah usang dikeluarkan dari tubuh oleh makrofag yang
melapisi bagian dalam sinusoid hati dan ditempat tempat lain tubuh. Biirubin adalah produk
akhir penguraian bagian hem (yang mengandung besi) hemoglobin yang terkandung di
dalam sel darah merah usang ini. Hepatosit memgambil bilirubin dari plasma , sedikit
memodifikasi pigmen tersebut untuk meningkatkan kelarutannya, dan kemudian secara aktif
mengeskresikannya ke empedu. Bilirubin bukan merupakan sama sekali produk sisa yang
tidak ada gunanya. Para penegti akhir-akhir ini menemukan
bahwa bilirubin merupakan antioksidan poten tetapi berdurasi singkat. Karena bilirubin
bersifat larut lemak sedangkan antioksidan alami lainnya dalam tubuh bersifat larut air,
bilirubin mungkin berperan dalam melindungi membran lipid dari cedera radikal bebas.
Bilirubin adalah pigmen kuning yang menyebabkan empedu berwarna kuning.
Didalam saluran cerna, pigmen ini dimodifikasi oleh enzim-enzim bakteri, menghasilkan
warna tinja yang cokelat khas. Jika tidak terjadi sekresi bilirubin, seperti ketika duktus
biliaris tersumbat total oleh batu empedu, tinja berwarna putih keabuan. Dalam keadaan
normal, sejumlah kecil bilirubin direabsorpsi oleh usus kembali ke darah, dan ketika
akhirnya diekskresikan di urine, bilirubin ini berperan besar menyebabkan warna urine
menjadi kuning. Ginjal tidak dapat mengeksresikan bilirubin hingga bahan ini telah
dimodifikasi ketika mengalir melalui hati dan usus.
Jika bilirubin dibentuk terlalu cepat daripada laju ekskresinya, bahan ini menumpuk di
tubuh dan menyebabkan ikterus. Pasien dengan penyakit ini tampak kekuningan, dengan
warna ini paling mudah terlihat di bagian sklera. Ikterus dapat ditimbulkan oleh tiga cara:
1.) Ikterus prahepatik (masalah terjadi hemolitik, disebabkan oleh pemecahan
(hemolisis) berlebihan sel darah merah, yang menyebabkan hati mendapat lebih
banyak bilirubin daripada kemampuan mengekskresikannya.
2.) Ikterus hepatik (masalah terletak di “hati”) terjadi ketika hati mengalami penyakit
dan tidak dapat menangani bilirubin bahkan dalam jumlah normal.
3.) Ikterus pascahepatik (masalah terjadi “setelah hati”), atau obstruktif, terjadi ketika
saluran empedu tersumbat misalnya oleh batu empedu sehingga bilirubin tidak dapat
dieliminasi di tinja.(Sherwood,2014)
BIOKIMIA HEPATOBILIAR
Bilirubin merupakan produk akhir dari degradasi heme. Heme yang diproduksi tiap
hari (0,2 g-0,3 g) berasal dari degradasi eritrosit tua yang mati di dalam sel fagosit
mononukleus dan sisanya berasal dari daur ulang hemoprotein hati. Kerusakan progenitor
eritrosit secara berlebihan di dalam sumsum tulang yang disebabkan oleh apoptosis
intrameduler (hemopoesis yang tidak efektif) merupakan penyebab jaundice yang
penting.Dari manapun asal heme, akan teroksidasi oleh ensim heme oxygenase menjadi
biliverdin yang kemudian oleh ensim biliverdin reduktase akan tereduksi menjadi bilirubin
. Bilirubin yang terbentuk di luar hati yaitu pada sistem sel fagosit mononukleus (termasuk
limpa), setelah terlepas akan berikatan dengan albumin serum. Proses metabolisme dan
transpor bilirubin di dalam sistem hepatoseluler mengikuti urutan tersebut di bawah ini:
1. Bilirubin oleh sistem transpor seluler akan masuk ke dalam hepatosit melewati membran
sinusoid
2. Protein sitosol di dalam sitoplasma hepatosit akan mengikat dan menghantar bilirubin ke
dalam retikulum endoplasmik.
3. Bilirubin akan dikonjugasikan dengan 1 atau 2 molekul asam glukoronat dengan bantuan
enzim diglukoronil transferase dan menghasilkan bilirubin diglukoronida. Enzim tersebut
terutama terletak dalam retikulum endoplasma halus dan menggunakan UDP-asam
glukoronat sebagai donor glukoronil. Aktivitas UDP-glukoronil transferase dapat diinduksi
oleh sejumlah obat misalnya fenobarbital. Sebagian besar bilirubin yang disekresikan dalam
empedu mamalia berada dalam bentuk bilirubin diglukuronida. Namun jika konjugat
bilirubin dalam keadaan abnormal dalam plasma dapat menyebabkan penyakit seperti
ikterus obstruktif.
4. Selanjutnya terjadi ekskresi bilirubin glucoronida yang tidak toksik dan larut dalam air ke
empedu. Sebagian besar bilirubin menjadi urobilinogen yang tidak berwarna. Urobilinogen
dan sisa pigmen yang masih utuh sebagian besar akan di ekskresi lewat tinja. Kurang lebih
20% urobilinogen akan di reabsorbsi di ileum dan kolon kemudian yang selanjutnya
dikembalkan ke hati, akan di ekskresi kembali sebagai empedu. Asam empedu yang
terkonjugasi maupun yang tidak terkonjugasi akan di reabsorbsi oleh ileum yang kemudian
kembali ke hati melalui sirkulasi enterohepatik.
Bilirubin tidak terkonjugasi dalam sel hati akan dikonjugasi oleh asam glukuromat
membentuk bilirubin terkonjugasi (bilirubin direk), kemudian dilepaskan ke saluran empedu
dan saluran cerna, di dalam saluran cerna bilirubin terkonjugasi dihidrolisis oleh bakteri usus
β-glucuronidase, sebagian menjadi urobilinogen yang keluar dalam tinja
(sterkobilin) atau diserap kembali oleh darah lalu dibawa ke hati (siklus enterohepatik).
Urobilinogen dapat larut dalam air, sehingga sebagian dikeluarkan melalui ginjal.( Abbas,
A.K., Aster, J.C., dan Kumar. 2015
Fase Prahepatik
1. Pembentukan Bilirubin. Sekitar 250 hingga 350 mg bilirubin atau sekitar 4 mg
per kg berat badan terbentuk setiap pertemuan: 70-80% diperoleh dari perhitungan sel darah
merah yang dilarutkan. Sementara sisanya 20-30% (bilirubin awal berlabel) datang dan
protein hem lainnya yang terpenting di sumsum tulang dan hati. Sebagian dari protein hem
dipecah menjadi besi dan produk antara biliverdin dengan perantaraan enzim
hemeoksigenase. Enzim lain, biliverdin reduktase, mengubah biliverdin menjadi bilirubin.
Tahapan ini terjadi terutama dalam sel sistem retikuloendotelial (fagositosis mononuklir).
Peningkatan hemolisis sel darah merah merupakan penyebab utama Peningkatan
pembentukan bilirubin. Pembentukan awal berlabel bilirubin meningkat pada beberapa
kelainan dengan eritropoiesis yang tidak efektif dibandingkan dengan klinis kurang penting.
2. Transportasi plasma. Bilirubin tidak larut dalam air, karena bilirubin dan tidak
terkonjugasi ini dipindahkan dalam plasma dengan albumin dan tidak dapat melalui
membran glomerulus, sehingga tidak muncul di dalam air seni. Ikatan menurun dalam
beberapa keadaan seperti asidosis, dan beberapa bahan seperti antibiotika tertentu, salisilat
berlomba pada tempat ikatan dengan albumin
Fase Intrahepatik
1. liver uptake. Proses pengambilan bilirubin tidak ter-konjugasi oleh hati dan
protein pengikat seperti ligandin atau protein Y, belum jelas. Pengambilan bilirubin meialui
transport yang aktif dan berjalan cepat, namun tidak termasuk mengambil albumin.
2. Konjugasi. Bilirubin bebas yang terkonsentrasi dalam sel hati mengalami
konjugasi dengan asam glukuronik membentuk bilirubin diglukuronida atau bilirubin
konjugasi atau bilirubin direk. Reaksi yang dikatalisasi oleh enzim mikrosomal glukuronil-
transferase menghasilkan bilirubin yang larut udara dalam beberapa reaksi reaksi ini hanya
menghasilkan bilirubin monoglukuronida, dengan bagian asam glukuronik ditambahkan
kedua dalam saluran empedu melalui sistem enzim yang berbeda, namun reaksi ini tidak
mempertimbangkan fisiologik. Bilirubin konjugasi lain selain diglukuronid juga terbentuk
namun kegunaannya tidak jelas .
Fase Pascahepatik
Ekskresi Bilirubin. Bilirubin konjugasi dikeluarkan ke dalam kanalikulus bersama bahan
lainnya. Anion organik lainnya atau obat dapat mempengaruhi proses yang kompleks ini.
Ginjal dapat mengeluarkan diglukuronida tetapi tidak bilirubin unkonjugasi. Hal ini
menerangkan warna air seni yang gelap yang khas pada gangguan hepatoselular atau
kolestasis intrahepatik. Bilirubin tak terkonjugasi bersifat tidak larut dalam air namun larut
dalam lemak. Karenanya bilirubin tak terkonjugasi dapat melewati barier darah-otak atau
masuk ke dalam plasenta. Dalam sel hati, bilirubin tak terkonjugasi mengalami proses
konjugasi dengan gula melalui enzim glukuroniltransferase dan larut dalam empedu cair.
Urine berwarna teh tua
Di dalam usus flora bakteri men'dekonjugasi dan mereduksi bilirubin menjadi
sterkobilinogen dan mengeluarkannya sebagian besar ke dalam tinja yang memberi warna
coklat. Sebagian diserap dan dikeluarkan kembali ke dalam empedu, dan dalam jumlah kecil
mencapai air seni sebagai urobilinogen.
Demam
Demam dapat terjadi jika adanya infeksi patogen, mikroba, disfungsi hati, dan lain-lain yang
akan mengaktifkan respon imun, sehingga respon imun akan merangsang leukosit untuk
melepaskan mediator inflamasi, sehingga terjadilah demam. Pada kasus ini, demam dapat
disebabkan karena adanya toksin mikrobakteri, disfungsi hati, dan lain-lain. Kata demam
merujuk kepada peningkatan suhu tubuh akibat infeksi atau peradangan. Sebagai respons
terhadap masuknya mikroba, sel-sel fagositik tertentu (makrofag) mengeluarkan suatu bahan
kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen yang bekerja pada pusat termoregulasi
hipotalamus untuk meningkatkan patokan thermostat. Hipotalamus sekarang
mempertahankan di suhu normal tubuh. Jika, sebagai contoh, pirogen endogen
meningkatkan titik patokan menjadi 102°F (38,9°C), hipotalamus mendeteksi bahwa suhu
normal pra-demam terlalu dingin sehingga bagian otak ini memicu mekanisme-mekanisme
respons dingin untuk mningkatkan suhu menjadi 102 F. Secara spesifik, hipotalamus
memicu menggigil agar produksi panas segera meningkat, dan mendorong vasokonstriksi
kulit untuk segera mengurangi pengeluaran panas, kedua tindakan ini mendorong suhu naik.
Kejadian ini, yang ditandai dengan rasa dingin mengigil yang tiba-tiba, sering terjadi pada
awitan demam. Karena merasa dingin, yang bersangkutarn memakai selimut sebagai
mekanisme volunter untuk membantu meningkatkan suhu tubuh dengan menahan panas
tubuh. Setelah suhu baru tercapai, suhu tubuh diatur sebagai normal dalam respons terhadap
panas dan dingin tetapi dengan patokan yang lebih tinggi. Mekanisme mekanisme respons
panas diaktifkan untuk mendinginkan tubuh. Terjadi vasodilatasi kulit dan pengeluaran
keringat. Orang yang bersangkutan merasa panas dan membuka semua penutup tambahan.
Pengaktifan mekanisme pengeluaran panas oleh hipotalamus ini menurunkan suhu ke
normal.
Badan terasa lemah
Ikterus dapat disebabkan karena adanya obstruksi pada saluran empedu. Karena adanya
obstruksi saluran empedu, jumlah garam empedu yang masuk ke dalam lumen intestinal jadi
berkurang, sehingga terjadi malabsorbsi lemak dan vitamin larut lemak (A D E K). Jika tidak
terjadinya absorbsi lemak dan vitamin larut lemak, kebutuhan energi jadi tidak adekuat
sehingga tubuh kita menjadi lemas. Selain itu, pada skenario di atas badan lemas dapat
disebabkan karena nafsu makan yang turun, sehingga kebutuhan ATP yang diperoleh dari
makanan jadi berkurang.
Penurunan nafsu makan
Jika terdapat inflamasi, maka inflamasi ini yang mengandung sel-sel radang akan
mengeluarkan sitokin-sitokin dan akan mengganggu pusat lapar dan kenyang di hipotalamus
bagian venteromedial. juga karena asam lambung yang tertampung di lambung , sehingga
akan mengakibatkan nafsu makan menurun
Jika bilirubin darah melebihi 1 mg/dL (17,1 𝜇mol/L), hiperbilirubinemia akan timbul.
Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh pembentukan bilirubin yang melebihi
kemampuan hati normal untuk mengekskresikannya, atau disebabkan oleh kegagalan hati
(karena rusak) untuk mengekskresikan bilirubin yang diproduksi dalam jumlah normal.
Tanpa adanya kerusakan hati, obstruksi saluran ekskresi hati -dengan menghambat ekskresi
bilirubin- juga akan menyebabkan hiperbilirubinemia. Pada semua keadaan ini. bilirubin
tertimbun di dalam darah, dan jika konsentrasinya mencapai nilai tertentu (sekitar 2-2,5
mg/dL), senyawa ini akan berdifusi ke dalam jaringan yang kemudian menjadi kuning.
Keadaan ini disebut ikterus atau jaundice.
METABOLISME BILIRUBIN
- Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi manusia dari sel ke system. Edisi 8. Jakarta:
EGC
- Murray, Robert K. 2012. Biokimia Harper. Edisi 27. Jakarta: EGC
- Siti Setiati dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi 6. Jakarta:
Interna Publishing
- Kamus Saku Dorland Kedokteran. Edisi 29. Jakarta: Elsevier
- Abbas, A.K., Aster, J.C., dan Kumar, V. 2015. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi 9.
Singapura: Elsevier Saunders.
- Guyton A.C, dan Hall, J.E. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta:
EGC
- Achmad Fuadi Husin.2014.ISLAM DAN KESEHATAN. Volume 1 Nomor 2
Desember 2014