Laprak

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI PRAKTIS

PENERIMAAN OBAT, PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN DAN


PENARIKAN

Disusun Oleh:
Kelompok 4A
1. Gita Andriani 11161020000007
2. Mahliga Dwi Rezky Putri 11161020000008
3. Thufailah Firdhausya P 11161020000009
4. Nurapni Hidayanti 11161020000012
5. Milatul Amalia 11161020000020
6. Rara Praba Andari 11161020000025

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Farmasi Praktis. Adapun
laporan ini disusun untuk memenuhi tugas setiap pasca Praktikum Farmasi Praktis.
Ucapan terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada para dosen pembimbing
praktikum Farmasi Praktis, rekan-rekan kelompok dan pihak lainnya yang turut
berpartisipasi dalam terselesaikannya laporan praktikum Farmasi Praktis ini.
Kami sudah berusaha sebaik mungkin dalam mengerjakan laporan ini, namun
mustahil apabila laporan yang kami buat tidak ada kekurangan maupun kesalahan, maka
dari itu kami berharap kritik dan saran dari para pengoreksi juga pembaca yang bersifat
membangun, sehingga ke depannya kami dapat menjadi lebih baik lagi dalam penyusunan
laporan praktikum..
Kami berharap dari penyusunan laporan praktikum ini dapat memberikan manfaat
bagi kami serta para pembaca.

Ciputat, April 2019

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2


DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
A. Latar Belakang.............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
C. Tujuan ………………………………………………………………….... 5
BAB II DASAR TEORI ........................................................................................ 6
BAB III METODE KERJA .................................................................................. 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 9
A. Hasil .............................................................................................................. 9
B. Pembahasan ................................................................................................ 17
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 20
A. Kesimpulan ……………………………………………………………….20
B. Saran ………………………………………………………………………20
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 21

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam peranannya sebagai salah satu unit pelayanan kesehatan, apotek
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam rantai distibusi obat hingga
sampai kepada pasien. pengaturan manajemen atau pengelolaan sediaan farmasi harus
dapat dikendalikan dengan baik agar masyarakat memperoleh pengobatan yang
terbaik. Sebuah apotek harus mampu dikelola dan diawasi dengan sebaik-baiknya
sehingga tujuan ketersediaan obat pada kebutuhan pasien dapat maksimal, seefektif
dan seefisien mungkin. Untuk melaksanakan semua kegiatan pelayanan kefarmasian
terutama dalam hal pengelolaan obat mulai dari perencanaan sampai dengan
pencatatan dan pelaporan maka diperlukan Standar Pelayanan Kefarmasian.
Dalam pengelolaan obat pun banyak ditemukan obat yang melebihi masa
kadaluarsa. Hal ini disebabkan proses dokumentasi keluar masuknya obat masih
dilakukan dengan pembukuan dan masih manual. Untuk transaksi penjualan dan
penyimpanan obat dilakukan sesuai dengan aturan dari BPOM (Badan Pemeriksaan
Obat dan Makanan) maka dilakukan dengan FIFO (First In First Out) atau FEFO
(First Expire First Out) berdasarkan tanggal kadaluarsa obat. Obat yang sudah lewat
masa kadaluarsa dapat membahayakan karena berkurangnya stabilitas obat tersebut
dan dapat mengakibatkan efek toksik. Hal inidikarenakan kerja obat sudah tidak
optimal dan kecepatan reaksinya sudah menurun, sehingga obat yang masuk ke dalam
tubuh hanya akan mengendap dan menjadi racun. Obat dapat rusak sebelum tanggal
kadaluarsa yang ditetapkan oleh pabrik. Demikian pula obat masih dapat dikonsumsi
meski sudah lewat dari tanggal kadaluarsa. Karena itu kita perlu mengetahui tanda-
tanda kadaluarsa obat untuk menghindari penggunaan obat kadaluarsa.
Memperhatikan masa kadaluarsa suatu obat penting untuk menghindari
dikonsumsinya suatu produk yang sebenarnya sudah tidak layak untuk dikonsumsi.
Dalam mengantisipasi obat yang rusak atau kadaluarsa, maka Rumah Sakit
atau Apotek harus mempunyai standar pemusnahan obat rusak atau kadaluarsa sesuai
BPOM dan Depke RI.

4
2.1 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana membuat berita acara pemusnahan obat kadaluarsa atau rusak?
1.2.2 Bagaimana cara mengetahui daftar obat yang akan dimusnahkan?
1.2.3 Bagaimana membuat laporan pemakaian obat Narkotika?
1.2.4 Bagaimana membuat laporan pemakaian obat Psikotropika?
1.2.5 Bagaimana cara membuat surat pesanan obat Narkotika?

3.1 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui cara membuat berita acara pemusnahan obat kadaluarsa
atau rusak.
1.3.2 Untuk mengetahui daftar obat yang akan dimusnahkan
1.3.3 Untuk mengetahui cara membuat laporan pemakaian obat Narkotika
1.3.4 Untuk mengetahui cara membuat laporan pemakaian obat Psikotropika
1.3.5 Untuk mengetahui cara membuat surat pesanan obat Narkotika

5
BAB II
DASAR TEORI

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009, Apotek merupakan suatu


tempat atau terminal distribusi obat perbekalan farmasi yang dikelola oleh apoteker sesuai
standar dan etika kefarmasian (Depkes RI, 2009). Untuk menunjang pekerjaan
kefarmasian dapat dijalankan dengan optimal ada standar yang digunakan yaitu Standar
Prosedur Operasional. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai dilakukan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku meliputi: a. perencanaan; b.
pengadaan, untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan sediaan
farmasi harus melalui jalur resmi; c. penerimaan; d. penyimpanan, obat atau bahan obat
harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik; e. pemusnahan; f. pengendalian; dan g.
pencatatan dan pelaporan. (Depkes RI, 2014).
Penyimpanan yang dimaksud di atas harus memperhatikan beberapa hal,
diantaranya yaitu obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Terdapat
hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus
dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru.
Informasi tersebut minimal berisi nomor batch dan tanggal kedaluwarsa (Depkes RI,
2014). Terkait obat rusak dan kadaluwarsa, kerusakan obat dapat disebabkan oleh udara
yang lembab, sinar matahari, suhu dan goncangan (Depkes,2008). Secara umum, obat-
obatan kadaluwarsa bukan merupakan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat
ataupun lingkungan. Pembuangan yang tidak layak dapat berbahaya jika kemudian
menimbulkan kontaminasi pada sumber air setempat. Obat-obatan kadaluwarsa dapat
mencapai pemulung atau anak-anak jika tempat pembuangan tidak diamankan. Sebagian
besar obat-obatan yang telah melampaui batas waktu penggunaannya akan berkurang
efektivitasnya dan sebagian kecil menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan. Terdapat
beberapa kelompok obat-obatan kadaluwarsa atau tindakan penghancuran obat-obatan
yang tidak baik yang dapat menimbulkan resiko bagi kesehatan masyarakat (WHO,1999).
Obat kedaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk
sediaan. Pemusnahan obat kedaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Pemusnahan obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh

6
apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik
atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan
menggunakan formulir (Depkes RI, 2014).
Pemusnahan dilakukan oleh penanggung jawab fasilitas distribusi dan disaksikan
oleh petugas Badan POM, serta dibuat berita acara pemusnahan yang ditandatangani oleh
penanggung jawab fasilitas distribusi dan saksi. Pelaksanaan pemusnahan dilaporkan ke
Badan POM dengan tembusan disampaikan ke Balai Besar/Balai POM dan Dinas
Kesehatan Provinsi setempat dengan melampirkan berita acara pemusnahan.
Laporan pemusnahan sekurang-kurangnya memuat Nama narkotika atau
psikotropika, jenis dan kekuatan sediaan, isi kemasan, jumlah, nomor bets dan tanggal
kedaluwarsa; tanggal, waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan; cara dan alasan
pemusnahan; nama penanggung jawab fasilitas distibusi; dan nama saksi-saksi
(BPOM,2012)
Prinsip pemusnahan obat adalah tidak mencemari lingkungan dan tidak
membahayan kesehatan. Maka pelaksanaan pemusnahan sesuai dengan prosedur dan
ketentuan yang berlaku harus dilakukan. Sebelum melakukan pemusnahan, Apoteker
harus memastikan terlebih dahulu mengenai nama obat, formulir obat, kekuatan obat,
jumlah obat yang harus dimusnahkan, kapan obat dimusnahkan dan persetujuan dari
pihak yang hadir dalam proses pemusnahan (RPS, 2007).

Berdasarkan menyebutkan bahwa Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit,


Instalasi Farmasi Klinik, Lembaga Ilmu Pengetahuan, dan dokter praktik perorangan
wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan pemasukan dan
penyerahan/penggunaan Narkotika dan Psikotropika, setiap bulan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan Kepala Balai setempat. Pelaporan
sebagaimana dimaksud paling sedikit terdiri atas: a.nama, bentuk sediaan, dan kekuatan
Narkotika, Psikotropika, dan/atau Prekursor Farmasi; b.jumlah persediaan awal dan akhir
bulan; c.jumlah yang diterima; dan d.jumlah yang diserahkan.

7
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
• Folio
• Alat tulis
• Berita acara pemusahan obat kadaluwarsa/rusak
• Formulir daftar obat yang dimusnahkan
• Formulir pelaporan pemakaian narkotika
• Formulir pelaporan pemakaian psikotropika
• Formulir surat pesanan narkotika

3.2 Prosedur Kerja


1. Bacalah soal yang diberikan dengan dengan baik
2. Lakuan pencatatan kandungan obat pada obat gadang yang terdapat pada soal
3. Buatlah tugas yang tertera pada soal meliputi membuat berita acara pemusnahan
obat kadaluwarsa/rusak, membuat daftar obat yang dimusnahkan, mengisi
formulir pelaporan pemakaian narkotika dan psikotropika serta membuat surat
pemesanan narkotika
4. Buatlah kajian mengenai berita acara pemusnahan obat kadaluwarsa/rusak,
daftar obat yang dimusnahkan, formulir pelaporan pemakaian narkotika dan
psikotropika serta surat pemesanan narkotika
5. Buatlah laporan atas kegiatan praktikum

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

BERITA ACARA PEMUSNAHAN OBAT KADALUWARSA/RUSAK


Pada hari ini Senin tanggal 8 bulan April tahun 2019 sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek , kami yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Apoteker Pengelola Apotek : Mahliga Dwi R. P. , Apt
Nomor SIPA : 11161020000008
Nama Apotek : Apotek Lekas Sembuh
Alamat Apotek : Jl. Kertamukti no 1001
Dengan disaksikan oleh :
1. Nama : Thufailah Firdhausya Prafdina, Apt
NIP : 11161020000009
Jabatan : Apoteker pengelola Apotek
2. Nama : Rara Praba Andari, Apt
NIP : 11161020000025
Jabatan : Apoteker pengelola Apotek

Telah melakukan pemusnahan Obat sebagaimana tercantum dalam daftar terlampir.


Tempat dilakukan pemusnahan : Halaman belakang Apotek
Demikianlah berita acara ini kami buat sesungguhnya dengan penuh tanggung jawab.
Berita acara ini dibuat rangkap 4 (empat) dan dikirim kepada :
1.Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota
2.Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan
3.Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
4.Arsip di Apotek
Ciputat, 8 April 2019
Saksi-saksi Yang membuat berita acara
1. Thufailah Firdhausya Prafdina, Apt Mahliga Dwi R. P., Apt
NIP. 11161020000009 NO. SIPA 11161020000008
2. Rara Praba Andari, Apt
NIP. 11161020000025

9
DAFTAR OBAT YANG DIMUSNAHKAN

No Nama obat Jumlah Alasan pemusnahan


1 Amoksisilin kapsul 500 mg 50 Kapsul Kadaluwarsa
2 Sefadroksi sirup 250 mg/5 ml 5 Botol Kadaluwarsa
3 Daonil 5 mg 30 Tablet Kadaluwarsa
4 Difloxin 500 mg 20 Tablet Kadaluwarsa
5 Liaxon injeksi 5 Vial Kadaluwarsa
6 Pharflox200 mg 30 Tablet Rusak
7 Proris syrop 4 Botol Rusak
8 Lexipron 500 mg 30 Kapsul Rusak

Ciputat, 8 April 2019

Saksi-saksi Yang membuat berita acara

1. Thufailah Firdhausya Prafdina, Apt Mahliga Dwi R. P. , Apt


NIP. 11161020000009 NO. SIPA 11161020000008
2. Rara Praba Andari, Apt
NIP. 11161020000025

10
BERITA ACARA PEMUSNAHAN OBAT KADALUWARSA/RUSAK
Pada hari ini Senin tanggal 8 bulan April tahun 2019 sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek , kami yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Apoteker Pengelola Apotek : Mahliga Dwi R. P. , Apt
Nomor SIPA : 11161020000008
Nama Apotek : Apotek Lekas Sembuh
Alamat Apotek : Jl. Kertamukti no 1001

Dengan disaksikan oleh :


3. Nama : Thufailah Firdhausya Prafdina, Apt
NIP : 11161020000009
Jabatan : Apoteker pengelola Apotek
4. Nama : Milatul Amalia, Apt
NIP : 11161020000020

Jabatan : Kabid Sumber Daya Kesehatan Dinkes Kota Tangsel

Telah melakukan pemusnahan Obat sebagaimana tercantum dalam daftar terlampir.


Tempat dilakukan pemusnahan : Halaman belakang Apotek
Demikianlah berita acara ini kami buat sesungguhnya dengan penuh tanggung jawab.
Berita acara ini dibuat rangkap 4 (empat) dan dikirim kepada :
1.Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota
2.Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan
3.Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
4.Arsip di Apotek
Ciputat, 8 April 2019
Saksi-saksi Yang membuat berita acara

1. Thufailah Firdhausya Prafdina, Apt Mahliga Dwi R. P., Apt


NIP. 11161020000009 NO. SIPA 11161020000008
2. Milatul Amalia, Apt
NIP. 11161020000020

11
DAFTAR OBAT YANG DIMUSNAHKAN

No Nama obat Jumlah Alasan pemusnahan


1 Valium 5 mg 30 Tablet Kadaluwarsa
2 Xanax 0.25 mg 30 Tablet Kadaluwarsa

Ciputat, 8 April 2019

Saksi-saksi Yang membuat berita acara

1. Thufailah Firdhausya Prafdina, Apt Mahliga Dwi R. P., Apt


NIP. 11161020000009 NO. SIPA 11161020000008

2. Milatul Amalia, Apt


NIP. 11161020000020

12
FORMULIR PELAPORAN PEMAKAIAN NARKOTIKA

Nama Satuan Saldo Pemasukan Pemasukan Penggunaan Penggunaan Saldo


Narkotika Awal Dari Jumlah Untuk Jumlah akhir
Clopedin ampul 0 PT 50 Resep 35 18
injeksi Rajawali
Coditam tablet 10 PT Otto 200 Resep 55 155
tablet

Ciputat, 1 Februari 2019

Apoteker

13
FORMULIR PELAPORAN PEMAKAIAN PSIKOTROPIKA

Nama Satuan Saldo Pemasukan Pemasukan Penggunaan Penggunaan Saldo


Psikotropika Awal Dari Jumlah Untuk Jumlah akhir
Valisanbe tablet 0 PT 50 Resep 35 18
Rajawali
Xanax tablet 10 PT Otto 200 Resep 55 155

Ciputat, 1 Februari 2019

Apoteker

14
SURAT PESANAN NARKOTIKA
Nomor: 1920001675

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Nurapni Hidayanti, Apt
Jabatan : Apoteker pengelola Apotek

Mengajukan pesanan Narkotika kepada :


Nama Distributor : PT Kimia Farma
Alamat : Pulogadung
Telp : 021-7412345

dengan Narkotika yang dipesan adalah:

Clopedin Injeksi 50 ampul

Narkotika tersebut akan dipergunakan untuk : Restock


Nama Sarana : Apotek Sejahtera

(Industri Farmasi/PBF/Apotek/Puskesmas/Instalasi
Farmasi Rumah Sakit/Instalasi Farmasi Klinik/Instalasi
Farmasi Pemerintah/Lembaga Ilmu Pengetahuan) *

Alamat Sarana: Jl. Kertamukti no 1001

Tangerang Selatan, 1 Januari 2019

Nurapni Hidayanti, Apt


No. SIPA 11161020000012
*)coret yang tidak perlu
Catt:
- Satu surat pesanan hanya berlaku untuk satu jenis Narkotika
- Surat Pesanan dibuat sekurang-kurangnya 3 (tiga) rangkap

15
SURAT PESANAN NARKOTIKA
Nomor: 1920001676

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Nurapni Hidayanti, Apt
Jabatan : Apoteker pengelola Apotek

Mengajukan pesanan Narkotika kepada :


Nama Distributor : PT Kimia Farma
Alamat : Pulogadung
Telp : 021-7412345

dengan Narkotika yang dipesan adalah:

Coditam tablet 200 tablet

Narkotika tersebut akan dipergunakan untuk: Restock


Nama Sarana : Apotek Sejahtera

(Industri Farmasi/PBF/Apotek/Puskesmas/Instalasi
Farmasi Rumah Sakit/Instalasi Farmasi Klinik/Instalasi
Farmasi Pemerintah/Lembaga Ilmu Pengetahuan) *

Alamat Sarana : Jl. Kertamukti no 1001

Tangerang Selatan, 1 Januari 2019

Nurapni Hidayanti, Apt


No. SIPA 11161020000012
*)coret yang tidak perlu
Catt:
- Satu surat pesanan hanya berlaku untuk satu jenis Narkotika
- Surat Pesanan dibuat sekurang-kurangnya 3 (tiga) rangkap

16
4.2 PEMBAHASAN

Menurut peraturan pemerintah No 51 tahun 2009, pekerjaan kefarmasian


adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan
obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional. Menurut KEMENKES No
1332/MENKES/SK/X/2002, sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli
Indonesia, alat kesehatan, dan kosmetika. Menurut BPPOM terdapat 4 kategori
obat-obat an yang beredar di Indonesia yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, obat
keras, dan obat golongan narkotika yang didasarkan pada tingkat keamanan dan
berguna untuk memudahkan pengawasan terhadap peredaran dan penggunaan obat-
obat tersebut. Hal yang sangat perlu diperhatikan yaitu pada obat narkotika dan
psikotropika.
Menurut Undang-undang No 5 tahun 1997 psikotropika adalah zat atau obat
baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang berkhasiat Psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada SSP yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku serta digolongkan menjadi 4 golongan, sementara narkotika
menurut Undang-undang No 35 tahun 2009 adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Narkotika dibagi menjadi 4 golongan, dalam hal pemesanan, penyimapanan,
penyerahan, pelaporan dan pemusnahan merupakan salah sayu tanggung jawab
seorang apoteker. Pada psikotropika pemesanan harus disertai surat yang telah
ditanda tangani oleh APA (Apoteker Penglola Apotek) dengan legalitas yang dapat
dipertanggung jawabkan. Pemesanan psikotropika dapat ditujukan kepada PBF
mana saja yang menjual jenis psikotropika yang diperlukan sedangkan untuk
narkotika pemesanannya hanya dapat dilakukan di PBF kimia farma dengan
menggunakan surat pesanan narkotika yang telah ditanda tangani oleh APA dan
dilengkapi dengan data nama yang jelas, No SIK, dan stempel apotek. Surat pesanan
terdiri dari 4 rangkap dan hanya dapat digunakan untuk pemesanan satu macam
narkotika, surat tersebut diserahkan kepada BPOM, suku DINKES, distributor dan

17
untuk arsip apotek. Pada praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
golongan obat clopedin injeksi 50 ampul dan coditam tablet sebanyak 200 tablet
merupakan pesanan jenis narkotika/psikotropika dan membutuhkan surat
pemesanan narkotika.
Selain itu pemusnahan psikotropika menurut pasal 53 UU No 5 tahun 1997,
pemusnahan psikotropika dilakukan apabila berkaitan dengan tindak pidana,
psikotropika yang diproduksi tidak memenuhi standar dan persyaratan bahan baku
yang berlaku, kadaluwarsa, serta tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada
pelayanan kesehatan dan atau pengembangan ilmu pengetahuan. Pemusnahan
tersebut dilakukan dengan membuat berita acara yang sekarang-kurangnya memuat
tempat dan waktu pemusnahan, nama pemegang izin khusus, nama, jenis, dan
jumlah yang dimusnahkan, cara pemusnahan, tanda tangan, dan identitas lengkap
APA dan saksi-saksi pemusnahan. Sementara pada pemusnahan narkotika menurut
PERMENKES RI No 28/MENKES/per/I/1978 pasal 9 mengenai pemusnahan
narkotika, APA dapat memusnahkan narkotika yang rusak, kadaluarsa, dan tidak
memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan dan/atau untuk
pengembangan ilmu pengetahuan. Pemusnahan narkotika dilakukan dengan
pembuatan berita acara yang sekurang-kurangnya memuat tempat dan waktu (jam,
hari, bulan, dan tahun), nama pemegang izin khusus, APA atau dokter pemilik
narkotika; nama, jenis, dan jumlah narkotika yang dimusnahkan, cara pemusnahan;
tanda tangan dan identitas lengkap penanggung jawab apotek dan saksi-saksi
pemusnahan. Berita acara pemusnahan narkotika tersebut dikirimkan kepada Suku
Dinas Pelayanan Kesehatan setempat dengan tembusan kepada Balai Besar POM
setempat.
Cara pemusnahannya dengan cara ditimbun di dalam tanah yang berada di
belakang kantor PBF Kimia Farma tersebut setelah sebelumnya seluruh produk
yang akan dimusnahkan dikeluarkan atau dilepaskan dari kemasan primernya
sehingga produk tersebut cepat diurai didalam tanah. Setelah pemusnahan
dilakukan maka dibuatkan Berita Acara Pemusnahan yang ditandatangani oleh
Yang memusnahkan serta Branch Manajernya dan para saksi yaitu dari Balai Besar
POM. Adapun tujuan pemusnahan produk yang telah rusak dan kadaluarsa tersebut
adalah untuk menghindari masyarakat dari terpapar produk yang tidak terjamin

18
keamanan, khasiat atau manfaat dan mutunya akibat efek negatif dari produk-
produk tersebut (BPPOM, 2012)
Pada pembuatan berita acara pemusnahan obat hanya terdapat 2 obat yang
termasuk kedalam golongan obat psikotropika yaitu valium 5 mg (30 tablet) dan
xanax 0.25 mg (30 tablet) dimusnahkan dengan alasan obat tersebut sudah melewati
tanggal kadaluwarsa sehingga pada berita acara harus terdapat saksi salah satunya
dari DINKES terkait. Sementara sisa obat lain yang dimusnahkan bukan termasuk
golongan obat psikotropika atau narkotika sehingga pada berita acara saksi dapat
berasal dari tenaga kesehatan lain.
Dalam pelaporan psikotropika dan narkotika apoteker wajib membuat dan
menyimpan catatan kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika dan narkotika.
Pada psikotropika catatan dilakukan kepada Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten
setempat setiap satu bulan sekali, paling lambat tanggal 10, dengan tembusan
kepada Balai Besar POM atau Balai POM setempat. Sementara untuk golongan
narkotika Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan bulanan yang
ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIK, SIA, nama jelas dan
stempel apotek. Laporan tersebut terdiri dari laporan penggunaan bahan baku
narkotika, laporan penggunaan sediaan jadi narkotika, dan laporan khusus
pengunaan morfin, petidin dan derivatnya. Laporan penggunaan narkotika ini harus
dilaporkan setiap bulan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya yang ditujukan
kepada Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten setempat dengan tembusan Balai Besar
POM/Balai POM dan berkas untuk disimpan sebagai arsip. Berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan dapat disimpulkan terdapat 2 jenis obat golongan psikotropika
(valisanbe dan xanax) dan 2 jenis obat golongan narkotika (clopedin injeksi dan
coditam tablet) yang harus dilaporkan.

19
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

5.1.1 Pada psikotropika dan narkotika pemesanan harus disertai surat yang telah
ditanda tangani oleh APA (Apoteker Penglola Apotek) dengan legalitas
yang dapat dipertanggung jawabkan.
5.1.2 Pemusnahan psikotropika dilakukan apabila berkaitan dengan tindak
pidana, psikotropika yang diproduksi tidak memenuhi standar dan
persyaratan bahan baku yang berlaku, kadaluwarsa, serta tidak memenuhi
syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan atau pengembangan
ilmu pengetahuan.
5.1.3 APA dapat memusnahkan narkotika dan Psikotropika yang rusak,
kadaluarsa, dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelayanan
kesehatan dan/atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

5.2 SARAN

5.2.1 Sebaiknya mahasiswa lebih terliti lagi dalam melaksanakan praktikum


5.2.2 Sebaiknya mahasiswa menyiapkan hal-hal yang dibutuhkan untuk
praktikum

20
DAFTARPUSTAKA

Fitri, Hadanatul. 2014. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Atrika.
Depok : UI

BPOM. (2012). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK.03.1.33.12.12.8915 Tahun 2012 tentang Penerapan
Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan
Makanan

Departemen Kesehatan RI.2014.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


5. Jakarta:Depkes RI

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan


Kefarmasian

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Apotek

21

Anda mungkin juga menyukai