Tugas Nekton
Tugas Nekton
Tugas Nekton
BIOLOGI LAUT C
Jawab
1. Nekton adalah kelompok organisme yang tinggal di dalam kolom air, baik di
perairan tawar maupun laut. Kata “nekton" diberikan oleh Ernst Haeckel tahun 1890
yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti 'berenang'. Ilmunya disebut Nektologi.
Nekton adalah hewan-hewan laut yang dapat bergerak sendiri ke sana ke mari
seperti ikan bertulang rawan, ikan bertulang sejati, penyu, ular laut, dan mamalia laut
yang kesemuannya termasuk Vertebrata. Sotong dan cumi-cumi yang
termasuk Mollusca juga termasuk nekton. Tidak ada tumbuh-tumbuhan yang mampu
berenang, jadi tidak ada tumbuhan yang tergolong ke dalam kelompok nekton.
Berbeda dengan plankton, nekton terdiri dari organisme yang mempunyai
kemampuan untuk bergerak sehingga mereka tidak bergantung pada arus laut yang
kuat atau gerakan air yang disebabkan oleh angin. Mereka dapat bergerak di dalam
air menurut kemauannya sendiri. Salah satu karateristik nekton adalah
kemampuannya bergerak dengan cepat atau capability of fast motion. Nekton
mempunyai panjang dari beberapa centimeters sampai 30 meter.
Pengelompokkan nekton berdasarkan taksonomi ikan
a. Meroepilagic
Organisme yang memasuki wilayah epipelagik hanya pada waktu-waktu tertentu saja
seperti kelompok ikan lentera yang hanya muncul di permukaan pada malam hari
untuk mencari makanan.
b. Holoepipelagic
1. Zona Neritik
Zona neritik merupakan daerah laut dangkal yangmasih dapat ditembus cahaya
sampai ke dasar, kedalaman daerah ini dapat mencapai 200 m. Biota yang hidup di
daerah ini adalah plankton, nekton (ikan) dan bentos dapat hidup dengan baik.
Organisme yang ada dari Alga, Porifera, Coelenterata, berbagai jenis ikan dan udang.
Kelimpahan organisme pada daerah ini tinggi karena kandungan zat hara cukup
tinggi, zat-zat terlarut juga masih cukup bervariasi yang dikarenakan adanya
tumpahan berbagai zat terlarut dari daratan. Hal yang paling krusial adalah penetrasi
cahaya pada zona ini masih optimum sehingga asupan energi untuk produsen masih
maksimal.
2. Zona Oseanik
Zona oseanik merupakan wilayah ekosistem laut lepas yang kedalamannya mulai
dari yang tertembus cahaya sampai tidak dapat ditembus cahaya matahari sampai ke
dasar, sehingga bagian dasarnya paling gelap. Akibatnya bagian air dipermukaan
tidak dapat bercampur dengan air dibawahnya, karena ada perbedaan suhu. Batas
dari kedua lapisan air itu disebut daerah termoklin, Daerah ini banyak
ikannya (Ernawati, 2011). Menurut Romimohtarto (2007), daerah oseanik ini dibagi
menjadi 4 bagian yaitu epipelagik, mesopelagik, batipelagik, dan abisopelagik.
Effendy (2009) menyatakan bahwa pada zona oseanik kecuali epipelagis memiliki
parameter fisik dan kimia serta biologis sebagai berikut:
a. Cahaya : Umumnya redup – gelap gulita, sehingga tidak ada
proses fotosintesis
b. Tekanan hidrostatis : Meningkat secara konstan sebanyak 1 ATM (1
kg/cm2), setiap pertambahan kedalaman 10 meter. Sehingga dapat dikatakan
bahwa tekanan hidrostatisk yang bekerja di laut dalam sangat
ekstrim
c. Suhu : Umumnya seragam, dengan kisaran 1 – 3oC (kecuali wilayah
hydrothermal vents (>80oC) dan cold hydrocarbon seeps (<1 oC)
d. Salinitas : Umumnya seragam (35 permil), Pada daerah cold hydrocarbon
seeps (hipersain = 40 permil)
e. Sirkulasi air : Sangat lamban (< 5 cm/detik), tergantung pada bentuk dan
topografi dasar laut. Sikulasi air dan ventilasi dalam palung sangat
menentukan kadar oksigen di laut dalam
f. Kadar Oksigen: Cukup untuk menghidupi seluruh organisme di laut (DO=
4% s/d 6%; di perairan eufotik, DO= 3.5% s/d 7%), Sumber oksigen utama: air
permukaan laut di Antartika dan Arktik yang kaya Oksigen, Air bersifat anoksik:
Teluk Kau (Halmahera), Palung Carioca (Venezuela), Palung Santa Barbara
(USA)
g. Tipe substrat : Terdiri atas substrat yang halus, Substrat berbatu di daerah
mid-ocean ridge
h. Suplai makanan : Langka. Bergantung pada pakan yang diproduksi di
tempat lain dan terangkut oleh proses hidrodinamis ke wilayah laut dalam
i. Jenis pakan : Hujan plankton atau partikel organik lain, Jatuhan bangkai
hewan besar atau tumbuhan, Bakteri berlemak yang mudah dicerna (rata-rata
populasi bakteri 2mgC/m2), Bahan organik terlarut.
a. Epipelagik
Zona epipelagik atau oseanik atas meluas dari permukaan sampai kedalaman 200
m. Epipelagik ini masih di tembus oleh cahaya matahari sehingga proses fotosintesis
oleh organisme autotrof masih mungkin terjadi. Area ini juga meluas ke perairan neritik
sehingga ia bisa juga dikatakan bagian dari perairan neritik.
Epipelagik dibagi menjadi tiga bagian yaitu zona dekat permukaan dimana
penyinaran siang hari diatas optimal atau bahkan letal bagi fitoplankton. Penyinaran
ini juga masih terlalu tinggi bagi zooplankton. Di bawah zona tersebut dinamakan zona
bawah-permukaan yang merupakan tempat terjadinya pertumbuhan yang aktif
sampai perairan yang agak dalam, di mana fitoplankton yang tidak berbiak aktif masih
terdapat berlimpah. Zona ketiga atau area paling bawah merupakan tempat
zooplankton yang biasa bermigrasi ke permukaan pada malam hari dan kembali pada
siang hari. Jadi pada zona epipelagik ini organisme penghuninya cukup banyak
hampir sama halnya pada daerah neritik.
b. Mesopelagik
Mesopelagik merupakan perairan yang berada di bawah epipelagik yang meluas
dari 200-1000 m. Lapisan ini bertepatan dengan lapisan terjadinya perubahan suhu
dan tempat terjadinya termoklin. Karena area ini penyinaran sudah hampir bahkan
tidak ada, maka tidak ada kegiatan produksi primer oleh produsen. Area ini
kebanyakan dihuni oleh konsumen primer yang memanfaatkan bangkai-bangkai
organisme dari lapisan di atasnya. Pada area ini tekanan lebih kecil dan persediaan
makanan lebih banyak daripada lapisan yang ada di bawahnya.
Ciri dari biota yang hidup di zona ini yakni warna hewan umunya abu-abu
keperakan atau hitam (ikan), ungu kelam (ubur-ubur) dan merah (crustacea), mata
besar dan penglihatan senja (tingginya pigmen rodopsin dan kepadatan sel batang
pada retina akan memberi kemampuan maksimum dalam melihat dan mendeteksi
cahaya) dan bioluminusens yaitu kemampuan memproduksi cahaya pada makhluk
hidup, biasanya dilengkapi oleh organ penghasil cahaya (fotofor) serta memiliki mulut
besar, morfologi mulut, rahang, gigi yang mendukung efektifitas penangkapan
mangsa.
c. Batipelagik
Batipelagik meluas dari kedalaman 1000-4000 m. Kondisi fisiknya seragam dan
tidak ada aktifitas produsen sehingga hanya ada konsumen skunder sperti ikan. Suhu
pada area ini sudah lebih rendah jika di bandingkan dengan lapisan diatasnya.
Tumbuh-tumbuhan masih ada sedikit atau juga tidak ada sama sekali (Romimohtarto,
2007).
Menurut Effendy (2009), penghuni zona ini secara umum terdiri dari iIkan yang
umumnya berwarna hitam kelam, sedangkan invertebratanya seakan tidak berpigmen
(putih cerah), ukuran mata sangat kecil, bahkan tidak bermata, bahkan ada yang
memiliki mata berbentuk pipa (ikan Argyropelecus) dan sebelah matanya lebih besar
(cumi-cumi Histioteuthis). Ikan yang ditemukan umumnya berukuran sangat kecil,
namun invertebrata yang hidup umumnya berukuran sangat besar.
d. Abisopelagik
Abisopelagik merupakan area terdalam jika dibanding ketiga area lainnya. Biota
laut yang hidup di area ini cenderung bertahan terhadap kegelapan, suhu semakin
rendah dan tekananpun semakin tinggi. Organisme yang hidup di area ini tentu telah
beradaptasi bahkan berevolusi seperti halnya ikan yang memiliki antena penghasil
cahaya yang berasal dari senyawa kimia yang dihasilkan oleh sel-sel penyusun
antenanya yang biasa di kenal sebagai biopendar cahaya (biolumiscence). Selain itu
ikan memiliki gelembung renang yang lebih besar sehingga bisa melawan beratnya
tekanan air. Gelembung renang akan terperas oleh tekanan sehingga sedikit ruang
untuk gas, akibatnya ikan sedikit lebih ringan daripada berat air disekitarnya. Suhu
yang rendah pada area ini juga mebuat reaksi metabolisme menjadi lebih lambat.
Pada area ini tidak ada lagi proses fotosintesis dan tumbuh-tumbuhan yang hidup
sangat sedikit atau tidak ada sama sekali. Perubahan suhu, salinitas dan kondisi
serupa jarang terjadi bahkan kalupun ada sangat kecil.
Kandungan CO2 terlarut pada area ini sangat tinggi sehinnga kapur mudah terlarut
dalam air. Hal ini ditunjukkan oleh pembentukan cangkang yang lembek dari
organisme yang hidup di area ini apa lagi kondisi air cenderung lebih tenang. Hal yang
paling menjadi karakteristik dari area ini adalah kurangnya ketersediaan makanan.
Makanan hanya berasal dari bangkai yang tenggelam sampai ke dasar. Sehingga
tingkat kompetisi semakin tinggi dan makanan ini bisa jadi faktor pembatas yang
sangat kritikal di zona ini. Begitu juga dengan kandungan oksigen terlarut sangat
rendah sehingga bisa juga menjadi faktor pembatas bagi organisme yang ada pada
zona ini.
Pembagian wilayah laut secara vertikal dilakukan berdasarkan intensitas cahaya
matahari yang memasuki kolom perairan, yaitu zona fotik dan zona afotik. Zona fotik
adalah bagian kolom perairan laut yang masih mendapatkan cahaya matahari. Pada
zona inilah proses fotosintesa serta berbagai macam proses fisik, kimia dan biologi
berlangsung yang antara lain dapat mempengaruhi distribusi unsur hara dalam
perairan laut, penyerapan gas-gas dari atmosfer dan pertukaran gas yang dapat
menyediakan oksigen bagi organisme nabati laut. Zona ini disebut juga sebagai
zona epipelagis. Pada umumnya batas zona fotik adalah hingga kedalaman
perairan 50-150 meter. Sementara itu, zona afotik adalah secara terus menerus
dalam keadaan gelap tidak mendapatkan cahaya matahari. Secara vertikal, zona
afotik pada kawasan pelagis juga dapat dibagi lagi kedalam beberapa zona,
yaitu zona mesopelagis, zona batipelagis dan zona abisopelagis.