Makalah Ipal
Makalah Ipal
Makalah Ipal
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan
kerusakan, pencemaran, dan pemulihan kualitas lingkungan. Hal tersebut telah
menuntut dikembangkannya berbagai perangkat kebijakan dan program
kegiatan yang didukung oleh sistem pendukung pengelolaan lingkungan
lainnya. Sistem tersebut mencakup kemantapan kelembagaan, sumber daya
manusia, dan kemitraan lingkungan disamping itu perangkat hukum dan
perundangan, informasi serta pendanaan. Sifat keterkaitan (interdependensi)
dan keseluruhan (holistik) dari esensi lingkungan telah membawa konsekuensi
bahwa pengelolaan lingkungan, termasuk sistem pendukungnya tidak dapat
berdiri sendiri, akan tetapi terintegrasikan dengan seluruh pelaksanaan
pembangunan sektor dan daerah. Meningkatnya aktivitas perkotaan seiring
dengan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat dan tingginya laju pertumbuhan
penduduk akan semakin terasa dampaknya terhadap lingkungan. Penurunan
kualitas lingkungan secara terus-menerus menyudutkan masyarakat pada
permasalahan degradasi lingkungan. Kualitas sanitasi, pengolahan sampah,
keterbatasan lahan untuk ruang terbuka hijau dan kesadaran masyarakat atas
perubahan iklim menjadi beberapa masalah yang harus diselesaikan oleh para
pejabat kota di Indonesia. Karena itu, unsur utama yang harus dimiliki pelaku
pemerintahan adalah kemampuan dan konsistensi identifikasi persoalan
lingkungan.
Sistem sanitasi juga memiliki permasalahan dan kendala tersendiri.
Secara konsep, sistem sanitasi yang diterapkan di perkotaan seharusnya
terpadu, komunal atau terpusat, jadi limbah dan saluran air kotor dapat diolah
dengan teratur. Saluran-saluran yang membentuk jaringan sanitasi harus
diarahkan pada kawasan pengolahan tersendiri, yaitu IPAL (Instalasi
Pengolahan Air limbah). Melalui IPAL, warga kota bisa merasa nyaman karena
tak perlu lagi membuang air kotor secara sembarangan. IPAL ini tidak hanya
diperuntukkan bagi limbah rumah tangga, tetapi juga bagi sentra industri-
industri, baik kecil atau besar. Sistem sanitasi selalu terkait dengan masalah
1
limbah dan saluran air kotor. Kota merupakan menyangga berbagai
keberagaman aktivitas manusia sebagai penghasil limbah. Mulai dari limbah
rumah tangga (mandi, kakus, mencuci atau memasak), perkantoran, sekolah,
universitas, hotel, rumah makan, mall, sampai dengan industri skala kecil dan
besar. Namun kenyataannya pembuangan limbah domestik, seperti limbah
yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman (real estate), rumah
makan (restaurant), perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama, sebagian
besar saluran limbah cair tersebut masih dialirkan pada pusat IPAL. Sedangkan
sisanya, saluran-saluran air kotor masih tetap mengandalkan sungai dan
septictank yang non kedap air. Akibatnya sebagian besar sungai-sungai yang
berada di wilayah di Kota menjadi tempat pembuangan air limbah.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat merintahan ini adalah dipastikan bahwa
sungai-sungai yang teraliri air limbah akan memperburuk siklus air secara
alamiah, sehingga air sungai tidak lagi bersih. Beban kota masih ditambah lagi
dengan air tanah kota yang tak lagi sehat. Selain itu, septictank non kedap air
mengakibatkan merembesnya limbah dan bercampur dengan air tanah yang
sudah menjadi kebutuhan sehari-hari Menanggapi fenomena lingkungan
sebagaimana yang telah diuraikan di atas, perlu untuk membangun IPAL-IPAL
komunal di berbagai tempat di Kota. IPAL komunal ini dibuat dengan tujuan
agar masyarakat sadar dan turut terlibat dalam hal kepedulian lingkungan.
Selain itu, IPAL komunal memang lebih murah dan ringkas daripada membuat
septictank pribadi, dengan harapan agar setelah dibuang ke sungai, air sudah
memenuhi baku mutu standar.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari malah ini adala sebagai berikut :
1. Apa itu air limbah?
2. Apa itu Unit Instalasi Pengolahan Air Limbah?
3. Bagaimana unit perpipaan dari Plant menuju IPAL?
4. Bagaimana kriteria desain sumber air limbah ?
5. Bagaimana standar efluent air limbah produksi kosmetik?
6. Bagaimana kapasitas dan disain IPAL?
2
7. Bagaimana proses pengolahan air limbah?
8. Bagaimana keunggulan proses IPAL dengan Biofilter Anaerob Aerob?
9. Bagaimana luas lahan yang diperlukan?
10. Apa itu unit-unit Instalasi Pengolahan Air Limbah?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas makalah ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Pengertian Air Limbah
2. Pengertian Unit Instalasi Pengolahan Air Limbah
3. Unit perpipaan dari Plant menuju IPAL
4. Kriteria desain sumber air limbah
5. Standar efluent air limbah produksi kosmetik
6. Kapasitas dan disain IPAL
7. Proses pengolahan air limbah
8. Keunggulan proses IPAL dengan Biofilter Anaerob Aerob
9. Luas lahan yang diperlukan
10. Unit-unit Instalasi Pengolahan Air Limbah
3
BAB II
ISI
A. Pengertian Air Limbah
Limbah merupakan bahan buangan yang berbentuk cair, gas dan
padat yang mengandung bahan kimia yang sukar untuk dihilangkan dan
berbahaya sehingga air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari
dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan.
Air limbah yaitu air dari suatu daerah permukiman yang telah
dipergunakan untuk berbagai keperluan, harus dikumpulkan dan dibuang
untuk menjaga lingkungan hidup yang sehat dan baik.
Unsur – unsur dari suatu sistem pengolahan air limbah yang
modern terdiri dari :
1. Masing – masing sumber air limbah
2. Sarana pemrosesan setempat
3. Sarana pengumpul
4. Sarana penyaluran
5. Sarana pengolahan, dan
6. Sarana pembuangan.
Dan dua faktor yang penting yang harus diperhatikan dalam sistem
pengolahan air limbah yaitu jumlah dan mutu.
a) Ciri- Ciri Air Limbah
Disamping kotoran yang biasanya terkandung dalam persediaan air
bersih air limbah mengandung tambahan kotoran akibat pemakaian untuk
keperluan rumah tangga, komersial dan industri. Beberapa analisis yang
dipakai untuk penentuan ciri – ciri fisik, kimiawi, dan biologis dari
kotoran yang terdapat dari air limbah.
1. Ciri-ciri fisik
Ciri – ciri fisik utama air limbah adalah kandungan padat,
warna, bau, dan suhunya.
Bahan padat total terdiri dari bahan padat tak terlarut atau
bahan padat yang terapung serta senyawa – senyawa yang larut
4
dalam air. Kandungan bahan padat terlarut ditentukan dengan
mengeringkan serta menimbang residu yang didapat dari
pengeringan.
Warna adalah ciri kualitatif yang dapat dipakai untuk
mengkaji kondisi umum air limbah. Jika warnanya coklat
muda, maka umur air kurang dari 6 jam. Warna abu – abu
muda sampai setengah tua merupakan tanda bahwa air limbah
sedang mengalami pembusukanatau telah ada dalam sistem
pengumpul untuk beberapa lama. Bila warnanya abu – abu tua
atau hitam, air limbah sudah membusuk setelah mengalami
pembusukan oleh bakteri dengan kondisi anaerobik.
Penentuan bau menjadi semakin penting bila masyarakat
sangat mempunyai kepentingan langsung atas terjadinya
operasi yang baik pada sarana pengolahan air limbah. Senyawa
utama yang berbau adalah hidrogen sulfida, senyawa –
senyawa lain seperti indol skatol, cadaverin dan mercaptan
yang terbentuk pada kondisi anaerobik dan menyebabkan bau
yang sangat merangsang dari pada bau hidrogen sulfida.
Suhu air limbah biasanya lebih tinggi dari pada air bersih
karena adanya tambahan air hangat dari pemakaian perkotaan.
Suhu air limbah biasanya bervariasi dari musim ke musim, dan
juga tergantung pada letak geografisnya.
2. Ciri-ciri kimia
Selain pengukuran BOD, COD dan TOC pengujian kimia
yang utama adalah yang bersangkutan dengan Amonia bebas,
Nitrogen organik, Nitrit, Nitrat, Fosfor organik dan Fosfor
anorganik. Nitrogen dan fosfor sangat penting karena kedua
nutrien ini telah sangat umum diidentifikasikan sebagai bahan
untuk pertumbuhan gulma air. Pengujian – pengujian lain
seperti Klorida, Sulfat, pH serta alkalinitas diperlukan untuk
mengkaji dapat tidaknya air limbah yang sudah diolah dipakai
5
kembali serta untuk mengendalikan berbagai proses
pengolahan. (Linsley.K.R. 1995).
b) Jenis Limbah
Berdasarkan karakteristiknya, limbah dapat digolongkan menjadi 4
macam, yaitu :
1. Limbah cair
Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan
yang berwujud cair (PP 82 thn 2001).
2. Limbah padat
Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan domestik.
Limbah domestik pada umumnya berbentuk limbah padat
rumah tangga, limbah padat kegiatan perdagangan,
perkantoran, peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat
umum. Jenis-jenis limbah padat: kertas, kayu, kain, karet/kulit
tiruan, plastik, metal, gelas/kaca, organik, bakteri, kulit telur,
dll
3. Limbah gas dan partikel
Polusi udara adalah tercemarnya udara oleh berberapa
partikulat zat (limbah) yang mengandung partikel (asap dan
jelaga), hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen oksida, ozon
(asap kabut fotokimiawi), karbon monoksida dan timah.
4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung
bahan berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya,
baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak atau
mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan
kesehatan manusia.Yangtermasuk limbah B3 antara lain adalah
bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan
lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli
bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan
khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki
salah satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak,
6
mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi,
bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji
dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3.
Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan
menjadi:
- Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki
sedimentasi pada pemisahan awal dan banyak mengandung
biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah
menguap.
- Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses
koagulasi dan flokulasi
- Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari
proses pengolahan dengan lumpur aktif sehingga banyak
mengandung padatan organik berupa lumpur dari hasil
proses tersebut.
- Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan
biologi dengan digested aerobic maupun anaerobic di mana
padatan/lumpur yang dihasilkan cukup stabil dan banyak
mengandung padatan organik.
c) Volume Limbah
Semakin besar volume limbah, pada umumnya, bahan
pencemarnya semakin banyak. Hubungan ini biasanya terjadi secara linier.
Oleh sebab itu dalam pengendalian limbah sering juga diupayakan
pengurangan volume limbah. Kaitan antara volume limbah dengan volume
badan penerima juga sering digunakan sebagai indikasi pencemaran.
Perbandingan yang mencolok jumlahnya antara volume limbah dan
volume penerima limbah juga menjadi ukuran tingkat pencemaran yang
ditimbulkan terhadap lingkungan. Misalnya limbah sebanyak 100 m3 air
per 8 jam mempunyai konsentrasi plumbum 4 mg/hari dialirkan ke suatu
sungai. Yang mempunyai debit 8.000 m3 perjam. (http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/).
7
d) Pengolahan Limbah Cair
Secara umum penanganan air limbah dapat dikelompokkan menjadi
1. Pengolahan Awal/Pendahuluan (Preliminary Treatment)
Tujuan utama dari tahap ini adalah usaha untuk melindungi alat-alat
yang ada pada instalasi pengolahan air limbah. Pada tahap ini
dilakukan penyaringan, penghancuran atau pemisahan air dari partikel-
partikel yang dapat merusak alat-alat pengolahan air limba, seperti
pasir, kayu, sampah, plastik dan lain-lain.
2. Pengolahan Primer (Primary Treatment)
Tujuan pengolahan yang dilakukan pada tahap ini adalah
menghilangkan partikel-artikel padat organik dan organik melalui
proses fisika, yakni sedimentasi dan flotasi. Sehingga partikel padat
akan mengendap (disebut sludge) sedangkan partikel lemak dan
minyak akan berada di atas / permukaan (disebut grease).
3. Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)
Pada tahap ini air limbah diberi mikroorganisme dengan tujuan untuk
menghancurkan atau menghilangkan material organik yang masih ada
pada air limbah. Tiga buah pendekatan yang umum digunakan pada
tahap ini adalah fixed film, suspended film dan lagoon system.
4. Pengolahan Akhir (Final Treatment)
Fokus dari pengolahan akhir (Final Treatment) adalah menghilangkan
organisme penyebab penyakit yang ada pada air. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara menambahkan khlorin ataupun dengan
menggunakan sinar ultraviolet
5. Pengolahan Lanjutan (Advanced Treatment)
Pengolahan lanjutan diperlukan untuk membuat komposisi air limbah
sesuai dengan yang dikehendaki. Misalnya untuk menghilangkan
kandungan fosfor ataupun amonia dari air limbah.
(http://aimyaya.com/)
Menurut Ehless dan Steel, air limbah adalah cairan buangan yang
berasal dari rumah tangga, industry, dan tempat-tempat umum lainnya dan
8
biasanya mengandung bahan-bahan atau zat yang dapat membehayakan
kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan.
Air limbah dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain:
1. Rumah tangga
Contoh: air bekas cucian,air bekas memasak, air bekas mandi, dan
sebagainya.
2. Perkotaan
Contoh: air limbah dari perkantoran, perdagangan, selokan, dan dari
tempat-tempat ibadah.
3. Industri
Contoh: air limbah dari pabrik baja, pabrik tinta, pabrik cat, dan pabrik
karet.
Industri dan kegiatan lainnya yang mempunyai air buangan yang
membentuk limbah cair dalam skala besar harus melakukan penanganan
agar tidak berdampak pada lingkungan disekitarnya. Apabila limbah cair
tersebut tidak dilakukan pengolahan dan dibuang langsung ke lingkungan
umum, sungai, danau, laut akan berdampak pada lingkungan karena
jumlah polutan di dalam air menjadi semakin tinggi. Pada dasarnya ada
dua alternative penanganan yaitu membawa limbah cair ke pusat
pengolahan limbah atau memiliki sendiri instalasi pengolahan air limbah
(IPAL) proses pengolahan limbah cair pada dasarnya dikelompokkan
menjadi tiga tahap yaitu proses pengolahan primer, sekunder, dan tersier. (
Sunu.P., 2001)
9
4. Menghilangkan tempat berkembangbiaknya bibit dan vector
penyakit.
10
A. Unit Instalasi Pengolahan Air Limbah
Instalasi pengolahan air limbah PT. Kinocare Era Kosmetindo
terdiri dari unit pemisah lemak 2 ruang, unit equalisasi yang dilengkapi
dengan sekat dan pompa air limbah, unit pengendap awal, unit
bioreaktor/bak anaerobik dua tingkat yang diisi dengan media tipe sarang
tawon, unit reaktor aerobik yang terdiri dari ruang aerasi dan ruang
biofilter aerob, unit pengendap akhir yang dilengkapi dengan pompa
sirkulasi air limbah, dan unit bak penampung efluent yang dilengkapi
dengan pompa efluent dan flowmeter.
11
3. Air limbah domestik dan kantin = 25 m3/hari
(BOD 200 mg/l, COD = 500 mg/l)
pH = 5,6
SS = 200 mg/l
GOLONGAN BAKU
I II
FISIK
1 Temperatur der. C 38 40
KIMIA
12
2 Besi terlarut (Fe) mg / L 5 10
4 Barium (Ba) mg / L 2 3
5 Tembaga (Cu) mg / L 2 3
6 Seng (Zn) mg / L 5 10
12 Stanum mg / L 2 3
19 Fluorida (F) mg / L 2 3
22 Nitrat (NO3-N) mg / L 20 30
23 Nitrit (NO2-N) mg / L 1 3
24 BOD5 mg / L 50 150
27 Fenol mg / L 0,5 1
28 Minyak Nabati mg / L 5 10
13
29 Minyak Mineral mg / L 10 50
30 Radioaktivitas **) mg / L - -
Catatan:
14
PT. Kinocare Era Kosmetindo, dalam merancang instalasi
pengolahan air limbah (IPAL)nya selain air limbah domestik, juga
memasukkan air limbah dari produksi pewarna rambut untuk diolah ke
unit pengolah air limbah. Polutan utama dalam air limbah ini adalah
bahan-bahan kimia penyusun warna yang sukar diolah
secarakonvensional. Sehingga total waktu tinggal di proses pengolahan
lebih lama bila dibandingkan dengan proses pengolahan air limbah
domestik. Waktu tinggal yang dibutuhkan adalah 3 hari dari mulai bak
equalisasi sampai bak pengendapan akhir.
IPAL PT. Kinocare Era Kosmetindo telah dirancang dengan
produk air olahan dapat digunakan kembali (re-use) pada kegiatan-
kegiatan pencucian dan penyiraman tanaman di areal pabrik. Unit re-use
ini mampu mendaur ulang sebesar 50% dari jumlah air limbah yang
diolah. Diagram alir proses pengolahan air limbah PT. Kinocare Era
Kosmetindo adalah seperti pada gambar 1
15
16
Gambar 2.1. Flow Diagram Instalasi Pengolahan Air Limbah PT. Kinocare Era
Kosmetindo
17
bioreaktor (biofilter) anaerob selanjutnya dialirkan kedalam bioreaktor
aerob. Bioreaktor aerob ini juga diisi dengan media khusus dari bahan
pasltik tipe sarang tawon untuk tempat berbiak mikroba.
Material : PVC
Ukuran Lubang : 2 cm x 2 cm
Ketebalan : 0,5 mm
Hitam
18
Gambar 2. Media biofilter tipe sarang tawon
Dari bak aerasi, air limbah yang telah diolah dialirkan ke bak
pengendap akhir. Mikroba yang ikut mengalir kedalam bak ini diendapkan
dan dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi
lumpur untuk mempertahankan konsentrasi mikroba dalam bioreaktor
tetap tinggi.
Air limpasan (over flow) dari bak pengendap akhir mengalir ke bak
khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan
dengan senyawa khlor untuk membunuh mikro-organisme yang bersifat
patogen. Air olahan, yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi sudah
dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran umum.
19
G. Keunggulan Proses IPAL dengan Biofilter Anaerob Aerob
Pengolahan air limbah dengan proses biofilter Anaerob-Aerob
mempunyai beberapa keunggulan antara lain :
1. Pengoperasiannya mudah
Di dalam proses pengolahan air limbah dengan sistem
biofilm, mikroba yang disirkulasi sedikit, tidak terjadi masalah
penggumpalan (bulking) seperti pada proses lumpur aktif
konvensional (Activatedsludge process). Oleh karena itu
pengelolaaanya sangat mudah.
2. Lumpur yang dihasilkan sedikit
Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional,
lumpur yang dihasilkan pada proses biofilm relatif lebih kecil.
Di dalam proses lumpur aktif antara 30–60 % dari BOD yang
dihilangkan (removalBOD) diubah menjadi lumpur aktif
(biomasa) sedangkan pada prosesbiofilm hanya sekitar 10-30
%. Hal ini disebabkan karena pada proses biofilm rantai
makanan lebih panjang dan melibatkan aktifitas
mikroorganisme dengan orde yang lebih tinggi dibandingkan
pada proses lumpur aktif.
3. Dapatdigunakanuntukpengolahanairlimbah
dengankonsentrasi rendah maupun konsentrasi tinggi
Oleh karena di dalam proses pengolahan air limbah dengan
sistembiofilmmikroorganismeataumikrobamelekatpadapermuk
aanmedium penyangga maka pengontrolan terhadap
mikroorganisme atau mikroba lebih mudah. Proses biofilm
tersebut cocok digunakan untuk mengolah air limbah dengan
konsentrasi rendah maupun konsentrasi tinggi.
20
relatif tahan terhadap fluktuasi beban organik maupun fluktuasi
beban hidrolik.
5. Pengaruh fluktuasi suhu terhadap efisiensi pengolahan kecil
Jika suhu air limbah turun maka aktifitas mikroorganisme
juga berkurang, tetapi oleh karena di dalam proses biofilm
substrat maupun enzim dapat terdifusi sampai ke bagian dalam
lapisan biofilm dan juga lapisan biofilm bertambah tebal maka
pengaruh penurunan suhu (suhu rendah) tidak begitu besar.
H. Luas Lahan yang Diperlukan
Luas lahan yang diperlukan untuk pembangunan IPAL adalah
sebagai berikut seluas 100 m2. Bangunan IPAL diletakkan di bawah tanah
sedikit menonjol di atas permukaan tanah.
21
Gambar 2.3. Bak Kontrol pada perpipaan air limbah
Gambar 2.4. Model sambungan pipa air limbah dari plant ke saluran utama
menuju IPAL
22
Gambar 2.5. Saringan sampah padat model dop di bak kontrol perpipaan air
limbah
Gambar 2.6. Saringan sampah padat model screen di bak kontrol perpipaan air
limbah
23
I. Unit-unit Instalasi Pengolahan Air Limbah
Secara umum instalasi pengolahan air limbah yang dibangun terdiri
dari beberapa unit yaitu :
1. Unit Bak Pemisah Lemak
Unit bak Pemisah Lemak terdiri dari 2 ruangan yang masing
masing ruangan dilengkapi dengan sekat. Spesifikasi sebagai
berikut :
Volume efektif = 2 m3
24
2. Unit Bak Equalisasi
Karena fluktuasi debit air limbah dari plant yang menuju ke
IPAL tinggi, maka bak equalisasi dibuat waktu tinggalnya lama
yaitu 18 jam. Bentuk detilnya bak equalisasi dapat dilihat pada
gambar disain. Spesifikasi bak equalisasi adalah sebagai
berikut :
Volume = 56 m3
Lebar = 4,0 m
Panjang = 1,6 m
25
Tinggi ruang bebas = 0,4 m
26
Lebar = 4.0 m
i ruang bebas
Tinggi = 0,4 m
t
Volume efektif = 84 m3
M ruang
Jumlah = Di bagi menjadi 2 ruangan
e
Tipe aliran = Down Flow
d
i
Material = Beton K225
a
Tebal beton dinding = 20 cm
I Isian
Media = Media tipe sarang tawon dari PVC
s
Volume media = 34 m3
i
a
5. Unit Median Isian Bioreaktor
Media isian bioreaktor berupa media bentuk sarang tawon
yang terbuat dari PVC. Media ini berfungsi sebagai tempat
melekatnya bakteri pengolah air limbah. Media Tipe sarang
tawon dipilih karena luas permukaannya yang relatif besar
dibanding media lain. Semakin besar luas permukan media,
maka bakteri yang akan menempel di media akan semakin
banyak. Dengan demikian banyaknya jumlah bakteri akan
membuat efisiensi pengolahan air limbah besar.
Material : PVC
27
Ukuran Modul : 30cm x 25cm x 30cm
Ukuran Lubang : 3 cm x 3 cm
Ketebalan : 0,5 mm
Ruang Aerasi :
Lebar = 4,0 m
Panjang = 3,0 m
Lebar = 4,0 m
Panjang = 5,0 m
28
Dinding :
Material Beton
Tebal Dinding
Tebal Sekat = 15 cm
29
sehingga mengurangi risiko kebuntuan, serta untukmelangsungkan proses
denitrifikasi. Spesifikasi bak pengendap akhir adalah sebagai berikut:
Dimensi :
Lebar = 4,0 m
Panjang = 1,6 m
Dinding :
Tebal dinding = 20 cm
Tebal sekat = 15 cm
30
Dinding:
Tebal dinding = 20 cm
Tebal sekat = 15 cm
Jumlah : 1 buah
31
Gambar 2.10. Pompa pedrollo untuk pompa limbah dan sirkulasi
Jumlah : 1 buah
32
Tipe : Pompa monoblock
submersible
Jumlah : 1 buah
33
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Limbah merupakan bahan buangan yang berbentuk cair, gas dan padat
yang mengandung bahan kimia yang sukar untuk dihilangkan dan
berbahaya sehingga air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari
dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan
2. Instalasi pengolahan air limbah PT. Kinocare Era Kosmetindo terdiri dari
unit pemisah lemak 2 ruang, unit equalisasi yang dilengkapi dengan sekat
dan pompa air limbah, unit pengendap awal, unit bioreaktor/bak anaerobik
dua tingkat
3. Air limbah yang dialirkan ke IPAL adalah air limbah dari 7 plant, air
limbah domestik dari perkantoran dan air limbah domestik dari dapur,
kantin dan air limbah dari laundry. Air limbah dari plant, kantin, dan dari
sumber-sumber lain disalurkan ke IPAL menggunakan pipa PVC 4 in
mengikuti saluran drainase air hujan
4. Air limbah yang diolah merupakan gabungan dari 3 jenis sumber yang
berbeda, yaitu:
a) Air limbah produksi kosmetik= 45 m3/hari
(BOD =765 mg/l, COD = 1978 mg/l)
b) Air Limbah produksi pewarna rambut = 5 m3/hari
c) Air limbah domestik dan kantin = 25 m3/hari
(BOD 200 mg/l, COD = 500 mg/l)
5. Standar Efluent Air Limbah Produksi Kosmetik berdasarkan Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP-58/MNLH/12/1995
tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri yang tidak spesifik
tercantum dalam Keputusan Menteri tersebut seperti halnya industri
kosmetik, baku mutu limbah
6. Kapasitas IPAL
Kapasitas IPAL : + 75 M3 per Hari
34
COD Air Limbah rata-rata : 2000
7. IPAL PT. Kinocare Era Kosmetindo telah dirancang dengan produk air
olahan dapat digunakan kembali (re-use) pada kegiatan-kegiatan
pencucian dan penyiraman tanaman di areal pabrik. Unit re-use ini mampu
mendaur ulang sebesar 50% dari jumlah air limbah yang diolah
8. Keunggulan Proses IPAL dengan Biofilter Anaerob Aerob diantaranya
pengoperasiannya mudah,lumpur yang dihasilkan sedikit,pengaruh suhu
terhadap efisiensi relatif kecil dll.
9. Luas lahan yang diperlukan untuk pembangunan IPAL adalah sebagai
berikut seluas 100 m2.
10. Secara umum instalasi pengolahan air limbah yang dibangun terdiri dari
beberapa unit yaitu unit bak pemisah,unit bak equilasi, unit bak pengendap
awal,unit bioerator aerobik, unit median isian aerobik dll
B. Saran
1. Bagi Masyarakat
Diharapkan kepada masyarakat agar memperhatikan sistem pembuangan
limbah rumah tangga agar tidak mencemari lingkungan
2. Bagi Pihak Swasta
Diharapkan kepada industri, baik industri besar dan kecil agar
memperhatikan pengelolan pembuangan air limbah, apabila tidak
diperhatikan dengan baik maka akan terjadi kasus pencemaran lingkungan
yang akan menyebabkan ekosistem terganggu
35