Tugas Perencanaan Drainase & Sewerage Kecamatan Jetis
Tugas Perencanaan Drainase & Sewerage Kecamatan Jetis
Tugas Perencanaan Drainase & Sewerage Kecamatan Jetis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program pembangunan bidang Penyehatan Lingkungan Pemukiman sangat diperlukan
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan.
Kebutuhan prasarana dan sarana bidang ke -PLP - an yaitu sistem penyaluran air hujan
(drainase) dan sistem penyaluran air buangan (sewerage) saat ini sudah merupakan
kebutuhan pokok yang tidak dapat ditawar lagi. Kondisi rendahnya tingkat kesehatan,
degradasi kualitas sumber air baku dan lingkungan merupakan indikasi kebutuhan prasarana
dan sarana, yang kini bukan hal yang mewah lagi. Sebab setiap masyarakat saat ini, apalagi
yang tinggal di perkotaan (urban ) sudah sangat meningkat dengan pesat, dan sudah menuntut
hidup dilingkungan yang bersih dan sehat. Hal lain perlu dicermati adalah perlunya
paradigma dalam penanganan program ke-PLP-an yang mendasarkan pada pendekataan
outcome dan dampak, serta keberpikiran pada lingkungan.
Selain itu, masalah yang terjadi saat ini adalah air yang berkualitas sudah semakin
sedikit, karena air yang digunakan tidak semua habis terpakai, misalnya air sisa mencuci
atauoun mandi akan dibuang ke lingkungan, sisa dari aktifitas manusia ini apabila tidak
dikelola dengan baik maka akan menimbulkan dampak yang negatif bagi kualitas
lingkungan . berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah dari pembuatan undang
undang mengenai pengelolaan lingkungan hidup hingga memberikan penyuluhan kesehatan
lingkungan kepada masyarakat, tetapi sejauh ini upaya upaya dari pemerintah tersebut
belum sepenuhnya berhasil karena kurangnya partisipasi dan kesadaran dari masyarakat itu
sendiri sebagai sumber terbesar dalam menghasilkan air buangan.
Diperlukan suatu penanganan khusus pada air buangan ini sebelum disalurkan ke
badan air seperti dengan membuat sistem pengelolaan air buangan baik yang bersifat off-site
(penanganan di luar terjadinya pembuangan) ataupun yang bersifat on-site (penanganan di
tempat terjadinya buangan) serta yang bersifat gabungan, sehingga air pengelolaan ini tidak
mengganggu lingkungan dan manusia.
Maksud dari perencanaan sistem drainase dan sewerage ini adalah untuk
menghambat terjadinya limpasan air pada daerah up stream (hulu) selama aliran tersebut
tidak membahayakan kepentingan manusia, serta menyalurkan air buangan hasil aktifitas
manusia.
Tujuan dari perencanaan system drainase ini adalah :
o Mengendalikan banjir didaerah Kecamatan Jetis
o Mengendalikan elevasi air tanah pada lahan produktif
o Mencegah terjadinya erosi tanah
o Mencegah terjadinya lingkungan yang kurang sehat atau penyebaran penyakit
melalui air
Adapun tujuan dalam perencanaan suatu system penyaluran air buangan antara
lain :
o Mengurangi dan menghilangkan pengaruh negatif air buangan pada kesehatan
manusia dan lingkungannya yang akan berdampak pada terciptanya suatu
kondisi lingkungan yang sehat
o Meningkatkan mutu lingkungan hidup melalui pengolahan, pembuangan, dan
atau pemanfaatan air buangan untuk kepentingan hidup manusia dan
lingkungannya
o Melalui desain sistem penyaluran yang baik akan diperoleh suatu jaringan
yang efektif dengan menekan biaya yang seminimal mungkin dan memperoleh
hasil yang maksimal.
o Mencegah timbulnya penyakit bawaan air dan secara estetika mencegah bau
tidak sedap yang ditimbulkan air buangan.
Tugas perencanaan system drainase ini yaitu wilayah pemukiman Kecamatan Jetis.
Adapun ruang lingkup perencanaan meliputi :
Sedangkan untuk perencanaan saluran air buangan terdiri atas beberapa tahapan,
yaitu :
BAB II
KONDISI UMUM DAERAH PERENCANAAN
2.1 Administratif Wilayah
IRMA YUNITA SALEH (09513021)
Kecamatan Jetis merupakan salah satu dari 14 kecamatan yang ada di Kota
Yogyakarta. Berdasarkan hasil registrasi Kecamatan Jetis memilik penduduk tahun 2007
sebanyak 37.812 jiwa dengan mata pencahariannya sebagian besar di sektor jasa dan
perdagangan. Hal ini didukung oleh banyaknya perkantoran, dan tempat perdagangan/ pasar
yang ada di Kecamatan Jetis.
Kecamatan Jetis terletak diantara dua sungai yaitu sungai Code dan sungai Winongo
dengan iklim tropis yang memiliki suhu maksimum 33 o C dan minimum 23oC. ketinggiannya
kurang lebih 100 m dari permukaan laut, dan curah hujan antara 1500 mm s/d 2500 mm per
tahun. Dengan batas wilayah sebagai berikut :
Table 2.1 Batas Wilayah Administrasi Kecamatan Jetis
Arah
Utara
Kecamatan
Tegalrejo
Selatan
Gedongtengen
Timur
Danurejan
Barat
Gondokusuman
Tegalrejo
Sumber : BPS Kota Yogyakarta (2008)
Ruang ruang fungsional yang ada di Kecamatan Jetis menunjukkan adanya beberapa fungsi
pokok yaitu perkantoran, tempat perdagangan/ pasar, tempat pelayanan jasa dan perumahan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa bentuk ruang yang merata di semua wilayah Kecamatan
Jetis.
BAB III
KRITERIA PERENCANAAN
3.1 Perencanaan Drainase
Pada perencanaan ini menurut Kementrian PU dan Kimpraswil (2003). Dimana fungsi
drainase perkotaan yaitu :
digunakan PUH 5 tahun, dimana Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk luas wilayah 10 100
ha, menggunakan PUH 2 5 tahun (Suripin, 2003). Sehingga perencanaan ini untuk saluran
sekunder dan primer menggunakan PUH yang sama.
3.1.4 Perencanaan Saluran
Menurut Suripin (2003), saluran drainase harus direncanakan untuk dapat melewatkan
debit rencana dengan aman. Dalam perencanaan ini, dapat disebutkan sebagai berikut :
Tipe saluran yang digunakan yaitu jenis saluran terbuka dengan pertimbangan
memudahkan dalam memantau salurannya
Bentuk saluran yang digunakan yaitu bentuk ekonomis segi empat, dengan
pertimbangan mengacu pada Kementrian PU dan Kimpraswil (2003), dimana bentuk
saluran ini umumnya digunakan pada daerah yang lahannya tidak terlalu lebar, dan
harga lahan mahal. Umunya digunakan untuk saluran yang relatif besar dan sedang.
Hal ini sesuai untuk topografi di Kecamatan Jetis Kota Yogyakarta
Berdasarkan material konstrusinya, saluran drainase perencanaan in menggunakan
saluran beton (yang diberi lapisan). Menurut Kementrian PU dan Kimpraswil (2003),
umumnya digunakan pada daerah yang mempunyai topografi yang terlalu miring atau
terlalu datar, serta mempunyai tekstur tanah yang relatif lepas. Lapisan saluran
dimaksudkan untuk melindungi saluran dari erosi, serta untuk memudahkan
pengaliran pada volume air yang kecil
Perhitungan drainase kota menggunakan perhitungan sistem drainase , dari peta
situasi diperoleh data :
Koefisien run off masing masing jenis catchment area untuk masing masing
saluran. Dimana dalam perencanaan ini koefisien aliran ( c ) untuk periode desain5
10 tahun
Slope limpasan dihitung dengan menggunakan beda tinggi elevasi, berdasarkan garis
kontur dan panjang limpasan dalam meter. Panjang limpasan merupakan panjang
jarak terjauh dari saluran drainase. Sedangkan slope saluran menggunakan panjang
saluran yang digunakan dalam meter
Waktu konsentrasi (Tc) menggunakan rumus yang dikembangkan oleh Kirpich (1940)
untuk memudahkan perhitungan intensitas hujan
Luas area ditentukan berdasarkan luas zona/ blok yang dilayani saluran tersebut.
3.2 Perencanaan Sewerage
3.2.1 Periode Desain
Perencanaan Sistem Penyaluran Air Buangan Kecamatan Jetis didesain untuk periode
15 tahun kedepan. Penentuan periode desain ini dilakukan berdasarkan sistem pembangunan
di Indonesia yang biasanya dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu. Dengan
demikian diharapkan selama dalam periode tertentu perencanaan tidak terlau kesulitan dalam
menyediakan dana untuk kelangsungan proyek tersebut. Selain itu, periode desain juga harus
disesuaikan dengan kondisi kota yang akan direncanakan sistem penyaluran air buangannya,
sehingga penduduk yang ada pada saat itu dan proyeksi penduduk yang akan datang dapat
terlayaniseluruhnya.
10
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam penempatan pipa air buangan adalah sebagai
berikut :
Pipa service dipasang dibelakang rumah dan pipa lainnya dipasang di tepi jalan, di
bawah trotoar, hal ini mengingat kemungkinan penggalian jika diperlukan perbaikan,
atau ditengah median (jalur hijau) yaitu jalur antara jalur lambat dan jalur cepat
BAB IV
PERENCANAAN DRAINASE
4.1 Penentuan Daerah Pelayanan
Daerah yang akan dilayani dalam perencanaan ini adalah Kecamatan Jetis, Kota
Yogyakarta dengan luas wilayah 170 ha2 (BPS Kota Yogyakarta, 2008).
4.2 Perencanaan sistem Jaringan Drainase
Pada saluran ini menggunakan saluran terbuka, system jaringan dalam perencanaan
yang digunakan menggunakan system saluran terbuka. Dengan saluran yang digunakan yaitu
saluran primer dan sekunder (gambar terlampir).
4.3 Perhitungan Beban Aliran
IRMA YUNITA SALEH (09513021)
11
Blok
I
II
III
IV
Total
4.3.2 Penentuan Kapasitas Aliran
Kapasitas aliran ditentukan berdasarkan curah hujan yang ada di wilayah tersebut. Dalam
perencanaan menggunakan cakupan wilayah Kota Yogyakarta, dengan 4 stasiun pengamat.
Alasan menggunakan wilayah Kota Yogyakarta didasarkan atas pertimbangan curah hujan
dalam setiap kota sama.
Terdapat beberapa pengamatan stasiun yang hilang seperti dalam tabel 4.4, hal tersebut dapat
dilengkapi sebagai berikut :
Tabel 4.4 Data Curah Hujan Harian Maksimum pada Stasiun Pengamat
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Tahu
n
199
5
199
6
199
7
199
8
199
9
200
0
200
1
200
2
200
3
ST.A
ST.B
ST.C
ST.E
(mm)
(mm)
(mm)
(mm)
269
245
248
239
265
275
268
285
286
220
286
330
266
278
251
272
387
252
317
253
229
247
275
293
262
414
223
268
292
214
292
12
10
11
12
13
14
15
200
4
200
5
200
6
200
7
200
8
200
9
Rata-rata
268
326
238
263
267
266
244
255
319
285
210
300
252
270
282
232
255
243
246
241
356
268
289
248
281
Rumus perhitungan data curah hujan yang hilang ( Analisis Hidrologi, 2009) :
4.1
Keterangan :
Px
PA, PB, PC
Nx
= curah hujan tahunan rata - rata pada stasiun yang kehilangan data
NA, NB, NC
Contoh 4.1 : Perhitungan untuk curah hujan harian yang hilang Stasiun B
13
PB =
1
Nx
Nx
Nx
(
PA+
PC +
PE)
n1 NA
NC
NE
PB =
1 250
250
250
(
239+
269+
245)
41 232
215
243
PB = 274 mm
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat dalam tabel 4.5 berikut :
Tabel 4.5 DATA LENGKAP CURAH HUJAN RATA - RATA
ST.
ST.
ST.
ST.
A
B
C
E
N
Tahun
o.
(m
(m
(m
(m
m)
m)
m)
m)
1
1995
239 274 269 245
2
1996
265 275 268 248
3
1997
285 286 220 313
4
1998
286 330 282 266
5
1999
262 278 251 272
6
2000
387 252 317 253
7
2001
229 247 275 293
8
2002
262 414 223 268
9
2003
259 292 214 292
10
2004
268 326 255 319
11
2005
238 263 263 285
12
2006
267 266 210 300
13
2007
244 261 252 254
14
2008
270 282 232 255
15
2009
243 246 241 356
Setelah dilengkapi data curah hujan maksimum setiap stasiun, maka luas stasiun
pengamat hujan dapat dihitung dengan metode polygon Thiessen ( gambar terlampir ).
Prosedur penerapan metode ini menurut Suripin, 2003 meliputi langkah langkah sebagai
berikut :
1. Lokasi pos stasiun pengamat hujan di plot pada peta DAS. Antar stasiun dibuat
garis lurus penghubung
2. Tarik garis tegak lurus ditengah tengah tiap garis penghubung sedemikian rups
(90o), sehingga membentuk polygon Thiessen. Luas masing masing stasiun
dapat diketahui dalam tabel 4.6 berikut :
Tabel 4.6 Luas Stasiun Pengamat Hujan Cara Polygon Thiessen
Blok
IRMA YUNITA SALEH (09513021)
Luas ( km2 )
14
A
B
C
D
Jumlah
0,6
0,3
0,5
0,3
1,7
3. Hujan rata rata DAS dapat dihitung dengan persamaan berikut (Sosrodarsono
dan Takeda, 2006 ) :
PA A 1+ PB A 2+ PC A 3+ Pn An
X=
(4.2)
A 1+ A 2+ A 3 An
Dari perhitungan luas setiap stasiun maka dapat diketahui data curah hujan rata
rata setiap tahun menggunakan metode polygon Thiessen
Contoh 4.2 Perhitungan curah rata rata dengan menggunakan persamaan (4.2),
sebagai berikut :
R Tahun 1995
( 239 x 0,6 ) + ( 274 x 0,3 )+ ( 269 x 0,5 ) +( 245 x 0,3)
1,7
= 255,06
Tahun
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
R (mm)
255,06
264,65
271
289,06
263,35
318,94
257
278,41
257,76
283,41
258,06
15
12
2006
13
2007
14
2008
15
2009
R (mm)
Rata-rata
255,88
251,12
258,29
248,06
4010,1
267,34
Tahun
1
1995
2
1996
3
1997
4
1998
5
1999
6
2000
7
2001
8
2002
9
2003
10
2004
11
2005
12
2006
13
2007
14
2008
15
2009
R (mm)
(R) Rata-rata
R
(mm)
255,06
264,65
271
289,06
263,35
318,94
257
278,41
257,76
283,41
258,06
255,88
251,12
258,29
248,06
4010,1
267,34
(R - Rrata)
(mm)
-12,27843
-2,690196
3,6627451
21,721569
-3,984314
51,603922
-10,33725
11,07451
-9,572549
16,07451
-9,278431
-11,4549
-16,21961
-9,043137
-19,27843
~
~
(R-Rrata)^2
150,759877
7,23715494
13,4157017
471,826544
15,8747559
2662,96472
106,858839
122,644767
91,6336947
258,389865
86,0892887
131,214779
263,075679
81,7783314
371,657916
4835,42191
~
16
Perhitungan dengan metode Gumbel mengikuti kaidah Sosrodarsono dan Takeda (2006),
sebagai berikut :
( Rr )
(4.4)
n1
Menghitung nilai reducer deviation ( Yt )
T
YT = ln x ln
(4.5)
T1
Menghitung reducer standar deviation (Sn) yang juga tergantung pada jumlah data n
(lampiran pustaka, 4)
Menghitung nilai faktor probabilitas (K) untuk harga harga ekstrim
Gumbel dapat dinyatakan dalam persamaan :
YT Yn
K=
(4.6)
Sn
(4.3)
ln x ln
5
51
YT = 1,4999
3. Yn = 0,51 (lampiran pustaka)
4. Menghitung Sn =1,02 (lampiran pustaka)
5. Nilai K dari persamaan (4.6)
K=
1,4990,5128
1,0206
= 0,9672
4010,1
15
= 267,34
17
4835,42
151
= 18,58
Untuk nilai RT selanjutnya dapat ditunjukkan pada tabel 4.9 berikut ini :
Tabel 4.9 Curah Hujan Harian Maksimum Metode Gumbel
PUH
YT
Yn
sn
K
Rrata
5
1,499939987 0,5128
1,0206
0,967215
10
2,250367327 0,5128
1,0206
1,702496
15
2,673752092 0,5128
1,0206
2,117335 267,34
20
2,970195249 0,5128
1,0206
2,407795
25
3,198534261 0,5128
1,0206
2,631525
RT adalah hasil curah hujan maksimum untuk metode Gumbel.
SD
18,58
4
RT
285,315
298,979
306,689
312,086
316,244
X
318,941
2
289,058
8
283,4118
278,4118
271
log X
X+b
log X + b
(log X + b)^2
2,503711
93,05178372
1,968724703
3,875876955
63,16943078
1,800506964
3,241825326
57,52237196
1,759836786
3,097025514
52,52237196
1,720344331
2,959584617
45,11060725
1,654278673
2,736637929
2,46098
6
2,45241
8
2,44468
8
2,43296
9
18
6
7
8
9
10
11
12
13
257
255,882
4
255,058
8
2,42266
7
2,42053
8
38,75766608
1,588357617
2,522879918
37,46354843
1,57360891
2,476245002
2,412115
32,4047249
1,510608339
2,281937553
2,411719
32,16943078
1,507443376
2,272385533
2,411223
31,87531314
1,50345446
2,260375313
2,40993
3
31,11060725
1,492908488
2,228775754
2,40804
29,99296019
1,477019331
2,181586105
2,40664
29,16943078
1,464927954
2,146013911
2,39987
25,22825431
1,4018872
1,965287722
7
2,39455
15
22,16943078
1,345754542
1,811055288
5
36,3920
Jumlah
~
23,76966167
38,05749244
8
2,42613
1/n
~
1,584644112
2,537166163
9
Memperkirakan harga x
log R
Xo = antilog
(4.6)
n
Mencari harga pengamtan dengan nomor urut m dari yang terbesar (Xs)
Mencari harga pengamatan dengan nomor urut m dari yang terkecil (Xt)
Menhitung nilai bt
2
Xs . Xt( X o )
Bt =
(4.7)
2 XoXt Xs
Memperkirakan harga m
n
m=
(4.8)
10
Mencari harga konstanta b > 0 sebagai harga minimum variabel kemungkinan (Xo)
1
x ( bt)
b=
(4.9)
m
jika nilai b < 0, maka nilai b dianggap b = 0
Menghitung nilai 1/ c
1
2n
=
(4.10)
x X ( Xo)
C
n1
Dengan harga variabel normal (C) yang sesuai untuk tiap periode ulang (lampiran
pustaka) dan curah hujan untuk periode ulang tertentu didapat dengan :
1
b
Log x = (Xo +
(4.11)
C
14
264,647
1
263,352
9
258,294
1
258,058
8
257,764
7
251,1176
248,058
8
19
x = anti log ( Xo +
1
b
C
(4.12)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
No
Xs
Xt
Xs . Xt
Xs + Xt
Xs . Xt
Xo ^2
2Xo
(Xs +Xt)
bt
318,94
248,05
79116,17
567
4255,99
-33,458
-237,59
289, 05
251, 11
72587,77
540,17
2938,99
-6,634
-214,18
Jumlah
-451,7788
B = -451,7788/ 2
-225,8894
20
log X
(4.13)
SD =
n
(4.14)
G=
(4.15)
( n1 ) ( n2 ) SD
Hitung logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang T dengan rumus :
(4.16)
(4.17)
Contoh 4.5 : Perhitungan curah hujan maksimum metode Log Pearson III
Kita buat perhitungan dengan tabel untuk memudahkan, seperti di bawah ini :
Tabel 4.13 Perhitungan Nilai X
No.
R (mm)
Xi = log R
Xi - Xrata
(Xi - Xrata)^2
(Xi - Xrata)^3
1
2
255,0588
264,6471
2,40664
2,422667
-0,019498263
-0,003471543
0,000380182
1,20516E-05
-7,41289E-06
-4,18377E-08
21
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
271
2,432969
289,0588 2,460986
263,3529 2,420538
318,9412 2,503711
257
2,409933
278,4118 2,444688
257,7647 2,411223
283,4118 2,452418
258,0588 2,411719
255,8824 2,40804
251,1176 2,399877
258,2941 2,412115
248,0588 2,394555
Jumlah
36,39208
Xrata
2,426139
SD
0,028836
Cs
1,572373
0,006830676
0,034847616
-0,005600442
0,077571977
-0,016205491
0,018548968
-0,014915163
0,02627926
-0,014419902
-0,018098279
-0,026261381
-0,014024099
-0,031583935
~
~
~
~
4,66581E-05
0,001214356
3,13649E-05
0,006017412
0,000262618
0,000344064
0,000222462
0,000690599
0,000207934
0,000327548
0,00068966
0,000196675
0,000997545
0,01164113
~
~
~
3,18707E-07
4,23174E-05
-1,75658E-07
0,000466783
-4,25585E-06
6,38204E-06
-3,31806E-06
1,81484E-05
-2,99838E-06
-5,92805E-06
-1,81114E-05
-2,75819E-06
-3,15064E-05
0,000457442
~
~
~
0,011
14
= 0,02
3. Mencari nilai Ks dapat dicari dalam lampiran pustaka 6. Jika tidak terdapat PUH yang
dimaksud menggunakan rumus interpolasi seperti persamaan (4.17)
Kx
0,675
10
1,329
15
1,597
20
1,875
Kx . SD
0,019464
2
0,038322
9
0,046050
9
0,054067
3
XT
RT
2,44560285 278,999
2,46446153 291,381
2,47218955 296,613
2,48020593 302,138
22
0,062372
2,48851067 307,972
1
XT adalah curah hujan harian maksimum untuk metode Log Pearson III
25
2,163
Dari perhitungan ketiga metode curah hujan tersebut dapat dibandingkan sebagai berikut :
Tabel 4.15 Perbandingan Curah Hujan
Curah Hujan Harian Maksimum (mm)
Gumbel Iwai Kadoya Log Pearson Tipe III
5
285,3147 279,0142254
278,9991302
10
298,9792 288,8149231
291,3812017
15
306,6886
294,360731
296,6125702
20
312,0865 298,2572778
302,1384057
25
316,2443 301,2639995
307,9716028
Rata-rata 303,8626 292,3422314
295,4205821
Dari hasil perhitungan diatas, maka jumlah rata rata terbesar adalah dengan metode Gumbel
PUH
T=
(4.18)
][ ]
11300 xt
Xt
x
t +3,12
100
b. 0 t 1 jam
R
RT =
T=
(4.19)
][ ]
11300 xt
Rt
x
t +3,12
100
Xt x( 121854)
Xt ( 1t ) +(1272 x t)
(4.20)
Sehingga :
23
I = R/ T
(4.21)
t
T=
285(1218 x 0,08+54)
=120,67
285 ( 10,08 ) +(1272 x0,08 )
RT =
][
11300 x 285
120,67
x
= 20,69
285+3,12
100
Duras
i
(menit
)
5
10
Ri
RT
(jam)
(mm)
(mm)
(mm/jam
)
0,083
3
0,166
7
120,6
7
162,9
5
20,69
248,28
39,00
6
234,04
24
20
0,333
3
30
0,5
40
0,666
7
213,5
2
242,7
2
261,7
3
60
80
1,333
3
120
70,51
7
95,88
9
116,7
4
149,2
6
165,7
7
189,3
5
211,55
191,78
175,11
149,26
124,33
94,675
Duras
i
(menit
)
Ri
RT
(jam)
(mm)
(mm)
(mm/jam
)
0,083
3
0,166
7
0,333
3
20,97
3
39,88
7
72,87
3
99,70
3
121,8
7
156,5
9
173,9
2
198,6
5
30
0,5
40
0,666
7
122,3
3
166,6
3
220,6
5
252,3
7
273,2
3
60
80
1,333
3
120
5
10
20
299
251,68
239,32
218,62
199,41
182,81
156,59
130,44
99,325
Duras
i
(menit
)
5
10
Ri
RT
(jam)
(mm)
(mm)
(mm/jam
)
0,083
3
0,166
7
123,2
2
168,6
5
21,12
7
40,37
1
253,52
242,22
25
20
0,333
3
30
0,5
40
0,666
7
224,6
3
257,8
1
279,7
6
60
80
1,333
3
120
74,18
8
101,8
5
124,7
8
160,7
8
178,5
7
203,9
7
222,56
203,7
187,17
160,78
133,93
101,98
Duras
i
(menit
)
5
10
20
312
30
40
60
80
120
Ri
RT
(jam)
(mm)
(mm)
(mm/jam
)
0,083
3
0,166
7
0,333
3
123,7
7
169,8
8
227,0
9
261,1
8
283,8
2
~
21,22
254,64
0,5
0,666
7
1
1,333
3
2
~
~
40,66
6
74,99
9
103,1
8
126,5
9
163,4
181,4
8
207,2
9
244
225
206,37
189,89
163,4
136,11
103,64
Duras
i
(menit
)
5
10
Ri
RT
(jam)
(mm)
(mm)
(mm/jam
)
0,083
3
0,166
7
124,1
9
170,8
5
21,29
3
40,89
9
255,52
245,39
26
20
0,333
3
30
0,5
40
0,666
7
229,0
3
263,8
6
287,0
5
75,64
1
104,2
4
128,0
3
165,4
9
60
80
1,333
3
183,8
137,85
120
209,9
5
104,97
226,92
208,49
192,05
165,49
Rumus ini banyak digunakan Karena mudah diterapkan dan tetapan tetapan a dan b
ditentukan dengan harga yang terukur (Suripin, 2003).
I=
a
t +b
(4.22)
Dimana :
I
a dan b :Konstanta yang tergantung pada lamanya hujan yang terjadi di DAS.
a=
b=
N
( I . t ) ( I 2 )( I 2 x I 2 t ) ( I )
N ( I 2 ) ( I )
( I )( I . t )n ( I .2 t )
N ( I 2) ( I )
(4.23)
(4.24)
: Banyaknya data
Contoh 4.7 : Perhitungan Lengkungan Intensitas Metode Talbot (1881) PUH 5 tahunan
Intensitas didapat dari perhitungan lengkung intensitas dalam Tabel 4.16
o Konstanta a, persamaan (4.23)
27
a=
= 1838,89
b=
= 67,35
I=
1838,89
=254,106
5+ 67,35
mm/ jam
I
(mm/ja
m)
I.t
248,28
1241,4
10
234,037
20
211,551
30
191,778
40
175,109
60
149,257
80
124,329
120
94,6747
Jumla
h
A
B
1429,02
I^2
I^2.t
61643, 308215
1
,5
2340,3 54773, 547735
7
5
,1
4231,0 44753, 895075
2
8
,8
5753,3
110336
36779
5
9
7004,3
122652
30663
4
0
8955,4 22277, 133666
4
7
4
9946,3 15457, 123661
1
7
4
8963,3 107559
11361
1
7
50833, 27531 772979
2
1
0
18384,89758
67,35119998
I Talbot
(mm/ja
m)
254,106
237,681
210,471
188,851
171,259
144,364
124,769
98,1307
~
PUH 10 Tahunan
T
(meni
t)
I
(mm/ja
m)
I.t
I^2
I^2.t
I Talbot
(mm/ja
m)
28
251,682
10
239,322
20
218,62
30
199,406
40
182,806
60
156,589
80
130,436
120
99,3254
Jumla
h
A
B
1478,19
259,7
243,709
216,987
195,546
177,962
150,834
130,883
103,502
~
PUH 15 Tahunan
T
(meni
t)
I
(mm/ja
m)
253,524
10
242,224
20
222,565
30
203,704
40
187,17
60
160,779
80
133,926
120
101,983
Jumla
h
A
B
1505,88
I.t
1267,6
2
2422,2
4
4451,2
9
6111,1
2
7486,8
1
9646,7
3
10714,
1
I^2
I^2.t
64274, 321372
5
,3
58672, 586725
5
,2
49535, 990701
1
,3
41495, 124486
3
0
35032, 140130
7
7
25849, 155099
8
1
17936, 143489
2
9
10400, 124806
12238
5
3
54337, 30319 877891
9
7
8
20613,26642
73,42458228
I Talbot
(mm/ja
m)
262,842
247,089
220,641
199,307
181,735
154,494
134,354
106,57
~
29
PUH 20 Tahunan
T
(meni
t)
I
(mm/ja
m)
I.t
254,641
1273,2
10
243,996
20
224,997
30
206,368
40
189,886
60
163,397
80
136,107
120
103,644
Jumla
h
A
B
1523,04
I^2
I^2.t
64841, 324209
9
,3
2439,9 59534, 595340
6
1
,6
4499,9 50623, 101246
3
5
9
6191,0 42587, 127763
5
9
6
7595,4 36056, 144226
2
5
0
9803,8 26698, 160192
5
7
3
10888, 18525, 148201
6
2
9
12437, 10742, 128904
3
1
8
55129, 30961 902490
3
0
5
21135,25988
74,81951878
I Talbot
(mm/ja
m)
264,788
249,179
222,9
201,635
184,074
156,767
136,515
108,486
~
PUH 25 Tahunan
T
(meni
t)
I
(mm/ja
m)
255,515
10
245,391
20
226,924
30
208,488
40
192,051
60
165,492
80
137,852
I.t
1277,5
8
2453,9
1
4538,4
7
6254,6
3
7682,0
4
9929,5
4
11028,
I^2
65288
60216,
8
51494,
4
43467
36883,
6
27387,
7
19003,
I^2.t
326440
,2
602168
,3
102988
7
130401
1
147534
3
164326
1
152026
I Talbot
(mm/ja
m)
288,418
270,333
240,21
216,126
196,432
166,152
143,96
30
120
Jumla
h
A
B
4.6.2
104,973
1536,69
2
3
3
12596, 11019, 132231
7
3
2
55761, 31476 922368
1
0
6
21556,78736
69,74153003
113,611
~
Menurut Suripin (2003), rumus ini cocok untuk jangka waktu curah hujan yang lamanya
lebih dari 2 jam.
I = a/ tn
(4.25)
Dimana :
I
a dan n : Konstanta
Log a =
t . log I
log ( log t)
2
( logt )
( log I )
(4.26)
a = anti log a
n=
(4.27)
Contoh 4.8 : Perhitungan Lengkung Intensitas Metode Sherman (1905) PUH 5 Tahunan
Intensitas didapat dari perhitungan lengkung intensitas dalam Tabel 4.16
IRMA YUNITA SALEH (09513021)
31
n=
= 0,28
(menit
)
(mm/jam
)
248,28
0,69
9
10
234,037
20
211,551
30
191,778
40
175,109
60
149,257
80
124,329
log t
1,30
1
1,47
7
1,60
2
1,77
8
1,90
log I
2,394
9
2,369
3
2,325
4
2,282
8
2,243
3
2,173
9
2,094
log t . log
l
(log
t)^2
1,673992
8
2,369285
3
3,025434
6
0,48855
9
3,371972
3,593913
3,865586
1
3,986159
1
1,69267
9
2,18188
7
2,56659
6
3,16182
2
3,62175
I
Sherman
(mm/jam)
287,16057
4
235,06127
4
192,41430
6
171,15064
4
157,50474
1
140,09892
7
128,92878
32
120
Jumla
h
log a
n
a
94,6747
~
3
2,07
9
11,8
4
2
4,108948
9
25,99529
17,86
2
2,660001898
0,288820812
457,0901868
6
1,976
2
1
4,32299
5
19,0362
9
9
114,68089
7
~
PUH 10 Tahunan
t
(menit
)
(mm/jam
)
251,682
0,69
9
10
239,322
20
218,62
30
199,406
40
182,806
60
156,589
80
130,436
120
99,3254
Jumla
h
log a
n
a
log t
1,30
1
1,47
7
1,60
2
1,77
8
1,90
3
2,07
9
11,8
4
log I
log t . log
l
2,400
9
1,678123
2
2,378983
2,379
4
2,339 3,044005
7
9
2,299 3,396992
7
6
3,623843
2,262
3
2,194 3,902618
8
4
2,115 4,025793
4
6
1,997 4,152250
1
6
17,98 26,20261
8
1
2,658493136
0,276991698
455,5049867
(log
t)^2
0,48855
9
1
1,69267
9
2,18188
7
2,56659
6
3,16182
2
3,62175
1
4,32299
5
19,0362
9
I
Sherman
(mm/jam)
291,66495
4
240,71404
9
198,66375
177,55904
9
163,95921
146,54128
7
135,31720
2
120,94201
3
~
PUH 15 Tahunan
t
(menit
)
(mm/jam
)
log t
log I
log t . log
l
(log
t)^2
I
Sherman
(mm/jam)
33
253,524
0,69
9
10
242,224
20
222,565
30
203,704
40
187,17
60
160,779
80
133,926
120
101,983
Jumla
h
log a
n
a
1,30
1
1,47
7
1,60
2
1,77
8
1,90
3
2,07
9
11,8
4
2,404
2,384
2
2,347
5
1,680337
3
2,384217
4
3,054111
2
3,410672
5
3,640259
4
3,923008
8
4,047616
7
2,309
2,272
2
2,206
2
2,126
9
2,008
4,176093
5
18,05 26,31631
9
6
2,657486735
0,270392694
454,4506565
0,48855
9
1
1,69267
9
2,18188
7
2,56659
6
3,16182
2
3,62175
1
4,32299
5
19,0362
9
294,09683
6
243,83387
5
202,16116
4
181,16902
2
167,61057
6
150,20612
138,96489
6
124,53496
9
~
PUH 20 Tahunan
t
(menit
)
(mm/jam
)
254,641
0,69
9
10
243,996
20
224,997
30
206,368
40
189,886
60
163,397
80
136,107
120
103,644
log t
1,30
1
1,47
7
1,60
2
1,77
8
1,90
3
2,07
9
log I
2,405
9
2,387
4
2,352
2
2,314
6
2,278
5
2,213
2
2,133
9
2,015
5
log t . log
l
(log
t)^2
1,681671
3
2,387382
7
3,060251
5
3,419008
2
3,650280
6
3,935484
7
4,060969
2
4,190680
9
0,48855
9
1
1,69267
9
2,18188
7
2,56659
6
3,16182
2
3,62175
1
4,32299
5
I
Sherman
(mm/jam)
295,56726
2
245,74485
6
204,32078
2
183,40661
3
169,87937
2
152,49060
8
141,24359
2
126,78597
2
34
Jumla
h
log a
n
a
11,8
4
18,10 26,38572
1
9
2,656809701
0,266325266
453,7427519
19,0362
9
PUH 25 Tahunan
4.6.3
(menit
)
(mm/jam
)
255,515
0,69
9
10
245,391
20
226,924
30
208,488
40
192,051
60
165,492
80
137,852
120
104,973
Jumla
~
h
log a
n
a
Metode Ishiguro (1953)
log t
1,30
1
1,47
7
1,60
2
1,77
8
1,90
3
2,07
9
11,8
4
log I
log t . log
l
2,407 1,682712
4
1
2,389
2,389859
9
2,355 3,065070
9
3
2,319 3,425562
1
4
2,283 3,658170
4
2
2,218 3,945322
8
3
2,139
4,071498
4
2,021
4,202184
1
18,13 26,44037
5
8
2,656243127
0,263102095
453,1511927
(log
t)^2
0,48855
9
1
1,69267
9
2,18188
7
2,56659
6
3,16182
2
3,62175
1
4,32299
5
19,0362
9
I
Sherman
(mm/jam)
296,71715
4
247,25269
4
206,03424
5
185,18654
6
171,68714
8
154,31488
1
143,06591
1
128,58970
1
~
Rumus :
a
I = t +b
(4.28)
Dimana :
I
35
a,b
:Konstanta
: Banyak data
a=
b=
( I t ) ( I 2 )( I 2 t ) ( I )
(4.29)
N ( I )( I )
( I ) ( I t )N ( I 2 t )
N ( I )( I )
(4.30)
Contoh 4.9 : Perhitungan Lengkung Intensitas Metode Ishiguro (1953) PUH 5 Tahunan
Intensitas didapat dari perhitungan lengkkung dalam Tabel 4.16
o Konstanta a, persamaan (4.29)
a=
= 1503,48
b=
= 60,43
I = 5+60,43 =732,81
mm/ jam
(menit
)
(mm/jam
)
248,28
10
234,037
20
211,551
I^2
t^0,5
I.
(t)^0,5
61643,
1
54773,
5
44753,
2,2360
7
3,1622
8
4,4721
555,17
2
740,09
1
946,08
I^2 .
(t)^0,5
137838,15
7
173209,06
1
200145,04
I
Ishiguro
(mm/jam
)
732,8191
8
535,8833
6
396,6287
36
8
30
191,778
36779
40
175,109
30663
60
149,257
80
124,329
120
94,6747
Jumla
h
a
b
1429,02
22277,
7
15457,
7
8963,3
1
275311
4
5,4772
3
6,3245
6
7,7459
7
8,9442
7
10,954
5
4
1050,4
1
1107,4
8
1156,1
4
1112,03
1037,1
1
7704,5
~
3
1503,489565
60,43821006
2
201446,64
5
193929,88
5
172562,55
9
138257,66
5
334,9365
9
298,1607
8
254,5378
8
228,5334
5
98188,094
197,6874
1315577,1
1
PUH 10 Tahunan
t
(menit
)
(mm/jam
)
251,682
10
239,322
20
218,62
30
199,406
40
182,806
60
156,589
80
130,436
120
99,3254
Jumla
h
a
b
1478,19
I^2
t^0,5
63343,
6
57275,
2
47794,
6
39762,
8
33417,
9
24520,
2
17013,
6
9865,5
4
2,2360
7
3,1622
8
4,4721
4
5,4772
3
6,3245
6
7,7459
7
8,9442
7
10,954
5
292994
I.
(t)^0,5
562,77
7
756,80
4
977,69
7
1092,1
9
1156,1
6
1212,9
3
1166,6
6
1088,0
6
8013,2
~
8
1604,554848
65,62909092
141640,70
2
181120,17
9
213743,80
3
217789,80
7
211353,56
2
189932,47
6
152174,49
7
108071,57
6
I
Ishiguro
(mm/jam
)
783,2078
3
573,0338
9
424,4184
6
358,5793
9
319,3314
9
272,7762
3
245,0237
8
212,1042
4
1415826,6
I^2 .
(t)^0,5
37
PUH 15 Tahunan
t
(menit
)
(mm/jam
)
253,524
10
242,224
20
222,565
30
203,704
40
187,17
60
160,779
80
133,926
120
101,983
Jumla
h
a
b
1505,88
I^2
t^0,5
64274,
5
58672,
5
49535,
1
41495,
3
35032,
7
25849,
8
17936,
2
10400,
5
2,2360
7
3,1622
8
4,4721
4
5,4772
3
6,3245
6
7,7459
7
8,9442
7
10,954
5
303197
I.
(t)^0,5
I^2 .
(t)^0,5
566,89
7
143722,08
1
185538,78
4
221527,54
9
765,98
995,34
1115,73
227279,38
1183,7
7
1245,3
9
1197,8
7
221566,05
8
200232,05
5
160426,55
1
113932,03
7
1474224,4
9
1117,17
8188,1
5
1663,068509
68,74729532
I
Ishiguro
(mm/jam
)
812,4941
4
594,6557
3
440,6207
2
372,3806
7
331,7015
1
283,4485
2
254,6840
1
220,5639
8
~
PUH 20 Tahunan
t
(menit
)
(mm/jam
)
254,641
I^2
t^0,5
I.
(t)^0,5
I^2 .
(t)^0,5
64841,
9
2,2360
7
569,39
4
144990,78
4
I
Ishiguro
(mm/jam
)
830,9636
9
38
10
243,996
20
224,997
30
206,368
40
189,886
60
163,397
80
136,107
120
103,644
Jumla
h
a
b
1523,04
59534,
1
50623,
5
42587,
9
36056,
5
26698,
7
18525,
2
10742,
1
309610
3,1622
8
4,4721
4
5,4772
3
6,3245
6
7,7459
7
8,9442
7
10,954
5
771,58
3
1006,2
2
1130,3
3
1200,9
4
1265,6
7
1217,3
8
1135,3
6
8296,8
~
7
1699,881274
70,75366863
188263,21
5
226395,03
1
233263,28
228041,39
9
206807,38
4
165694,72
6
117673,39
9
1511129,2
2
608,3033
3
450,8586
8
381,1081
1
339,5285
290,2074
260,8061
7
225,9308
9
~
PUH 25 Tahunan
t
(menit
)
(mm/jam
)
255,515
10
245,391
20
226,924
30
208,488
40
192,051
60
165,492
80
137,852
120
104,973
Jumla
h
a
b
1536,69
I^2
65288
60216,
8
51494,
4
43467
36883,
6
27387,
7
19003,
3
11019,
3
314760
t^0,5
2,2360
7
3,1622
8
4,4721
4
5,4772
3
6,3245
6
7,7459
7
8,9442
7
10,954
5
I.
(t)^0,5
I^2 .
(t)^0,5
571,34
9
775,99
5
1014,8
3
1141,9
3
1214,6
4
145988,47
8
190422,34
3
I
Ishiguro
(mm/jam
)
845,8245
5
619,2911
3
230289,77
459,1078
238078,79
4
233272,21
5
212144,12
9
169970,54
3
120710,00
7
1540876,2
8
388,1439
6
345,8410
9
295,6620
7
265,7494
3
230,2675
1
1281,9
1232,9
9
1149,9
2
8383,5
~
5
1729,449884
72,39105332
39
Dari ketiga perhitungan metode Talbot, Sherman, dan Ishiguro. Kemudian dapat dihitung
selisih nilai terkecil yang mendekati nol, dalam tabel 4.20 berikut :
I
(mm/ja
m)
Talbot
248,2803
254,106
10
234,0374
237,681
20
211,5509
210,471
30
191,7784
188,851
40
175,1086
171,259
60
149,2573
144,364
80
124,3289
124,769
120
94,67474
98,1307
(mm/jam)
Jml Mutlak
Rata2 Mutlak
Sherman
Beda
5,82604
5
3,64341
1
1,07988
2,92714
-3,8492
4,89351
0,44033
6
3,45592
7
26,1154
5
3,26443
1
(mm/jam)
287,1606
235,0613
192,4143
171,1506
157,5047
140,0989
128,9288
114,6809
~
~
Beda
38,880
3
1,0238
5
19,137
20,628
17,604
9,1583
4,5998
8
20,006
2
131,03
7
16,379
6
Ishiguro
(mm/ja
m)
732,8191
8
535,8833
6
396,6287
334,9365
9
298,1607
8
254,5378
8
228,5334
5
197,6874
~
~
Beda
484,53
9
301,84
6
185,07
8
143,15
8
123,05
2
105,28
1
104,20
5
103,01
3
1550,1
7
193,77
1
PUH 10 Tahunan
t
(menit
)
I
(mm/jam
)
Talbot
(mm/jam
)
251,6816
259,7
10
239,3224
243,709
20
218,6197
216,987
Beda
8,01831
3
4,38664
1
-1,63234
Sherman
(mm/jam
)
291,665
240,714
198,6637
Beda
39,983
3
1,3916
1
-19,956
Ishiguro
(mm/jam
)
783,2078
3
573,0338
9
424,4184
Beda
531,52
6
333,71
1
205,79
40
4,8809
1
21,616
6
6
358,5793
9
319,3314
9
272,7762
3
245,0237
8
212,1042
4
138,57
17,321
2
30
199,4061
195,546
-3,85966
177,559
-21,847
40
182,8057
177,962
-4,84398
163,9592
-18,847
60
156,5892
150,834
-5,75524
146,5413
-10,048
80
130,4363
130,883
0,44642
135,3172
120
99,32542
103,502
Jml Mutlak
Rata2 Mutlak
4,17633
2
33,1189
4
4,13986
8
120,942
9
159,17
3
136,52
6
116,18
7
114,58
7
112,77
9
1710,2
9
213,78
6
PUH 15 Tahunan
t
(menit
)
I
Talbot
(mm/jam (mm/jam
)
)
253,5241
262,842
10
242,2241
247,089
20
222,5647
220,641
30
203,7041
199,307
40
187,1702
181,735
60
160,7789
154,494
80
133,9262
134,354
120
101,983
106,57
Beda
9,31780
4
4,86453
7
1,92403
4,39684
5,43472
6,28511
0,42816
7
4,58708
4
Sherman
(mm/jam
)
294,0968
243,8339
202,1612
181,169
167,6106
150,2061
138,9649
124,535
Jml Mutlak
37,2383
Rata2 Mutlak
4,65478
7
Beda
40,572
7
1,6097
7
20,404
22,535
-19,56
10,573
5,0386
7
22,552
142,84
4
31,743
1
Ishiguro
(mm/jam
)
812,4941
4
594,6557
3
440,6207
2
372,3806
7
331,7015
1
283,4485
2
254,6840
1
220,5639
8
Beda
558,97
352,432
218,056
168,677
144,531
122,67
120,758
118,581
1804,67
225,584
41
PUH 20 Tahunan
t
I
(menit (mm/jam
)
)
Talbot
(mm/jam)
254,6406
264,788
10
243,996
249,179
20
224,9966
222,9
30
206,3682
201,635
40
189,8855
184,074
60
163,3974
156,767
80
136,1074
136,515
120
103,6439
108,486
Jml Mutlak
Rata2 Mutlak
Sherman
Beda
10,1474
9
5,18318
4
2,09671
4,73347
5,81177
6,63036
0,40804
4,84243
5
39,8534
6
4,98168
2
(mm/jam)
295,5673
245,7449
204,3208
183,4066
169,8794
152,4906
141,2436
Beda
40,926
6
1,7488
4
20,676
22,962
20,006
10,907
5,1361
6
Ishiguro
(mm/jam
)
830,9636
9
608,3033
3
450,8586
8
381,1081
1
Beda
576,32
3
364,30
7
225,86
2
174,74
339,5285
149,64
3
290,2074
126,81
260,8061
7
225,9308
9
124,69
9
122,28
7
1864,6
7
233,08
4
126,786
23,142
145,50
4
18,188
42
PUH 25 Tahunan
t
(menit
)
I
(mm/ja
m)
Talbot
255,5152
288,418
10
245,3912
270,333
20
226,9237
240,21
30
208,4875
216,126
40
192,051
196,432
60
165,4923
166,152
80
137,8524
143,96
120
104,9727
113,611
(mm/jam)
Jml Mutlak
Rata2 Mutlak
Sherman
Beda
32,9025
7
24,9420
7
13,2860
3
7,63898
6
4,38138
5
0,65952
6
6,10757
7
8,63863
9
98,5567
8
12,3196
(mm/jam)
296,7172
247,2527
206,0342
185,1865
171,6871
154,3149
143,0659
128,5897
~
~
Beda
41,201
9
1,8615
1
20,889
23,301
20,364
11,177
5,2135
1
23,617
147,62
6
18,453
2
Ishiguro
(mm/ja
m)
845,8245
5
619,2911
3
459,1078
388,1439
6
345,8410
9
295,6620
7
265,7494
3
230,2675
1
Beda
590,30
9
373,9
232,18
4
179,65
6
153,79
130,17
127,89
7
125,29
5
1913,2
239,15
Metode Sherman
IRMA YUNITA SALEH (09513021)
43
350
sherman 5 thn I Sherman
(mm/jam)
300
250
200
150
100
50
0
1
Metode Ishiguro
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
1
Metode Talbot
44
350
talbot 5 thn I Talbot
(mm/jam)
300
250
200
150
100
50
0
1
Dari data diatas, tampak bahwa dengan cara Talbot untuk PUH 5 tahunan diperoleh beda
terkecil yang mendekati nol, sehingga cara Talbot digunakan dalam menghitung debit
limpasan.
4.7.1
Koefisien Pengaliran
Koefisien pengaliran (c) berbeda beda sesuai tata guna lahan dan faktor faktor yang
berkaitan dengan aliran permukaan didalam sungai terutama kelembaban tanah. Menetapkan
harga koefisien pengaliran (c) sesuai dengan tata guna lahan yang dilewati saluran pada tiap
sub blok yang akan dilayani (peta tata guna lahan terlampir dan nilai c lampiran pustaka, 1).
Tahapan dalam perhitungannya sebagai berikut :
Menentukan nilai c dari kondisi lahan yang ada
Menghitung luas (A) dalam persen, untuk mempermudah perhitungannya
A% = C1/C x 100%
Menghitung luas wilayah setiap koefisien pengalirannya
IRMA YUNITA SALEH (09513021)
45
1--3
Lua
s
(ha)
54,4
Jumlah
Lua
Jalu
s
r
(ha)
5--4
21,4
Jumlah
Lua
Jalu
s
r
(ha)
3--9
24,4
Jumlah
Lua
Jalu
s
r
(ha)
4--8
69,8
Tipe
Daerah
Pengaliran
Pemukiman
0,55
44
Jasa
Perusahaan
0,5
0,2
1,25
Tipe
Daerah
Pengaliran
Pemukiman
Jasa
Perusahaan
C
0,55
0,5
0,2
1,25
(%)
40
16
100
(m^2)
23,93
6
21,76
8,704
54,4
(%)
44
40
16
100
(m^2)
9,416
8,56
3,424
21,4
(%)
CxA
Tipe
Daerah
Pengaliran
Pemukiman
0,55
44
Jasa
Perusahaan
0,5
0,2
1,25
40
16
100
(m^2)
10,73
6
9,76
3,904
24,4
(%)
(m^2)
30,71
2
27,92
11,168
69,8
Tipe
Daerah
Pengaliran
Pemukiman
0,55
44
Jasa
Perusahaan
0,5
0,2
1,25
40
16
100
Jumlah
C Gabungan
13,1648
10,88
1,7408
25,7856
0,474
CxA
C Gabungan
5,1788
4,28
0,6848
10,1436
0,474
CxA
C Gabungan
5,9048
4,88
0,7808
11,5656
0,474
CxA
C Gabungan
16,8916
13,96
2,2336
33,0852
0,474
Luas
Tipe
CxA
C Gabungan
46
(ha)
3--4
54,4
Daerah
Pengaliran
Pemukima
n
Jasa
Perusahaan
Jumlah
Tipe
Luas
Jalu
Daerah
r
(ha) Pengaliran
Pemukima
n
5--4 24,4
Jasa
Perusahaan
Jumlah
Tipe
Luas
Jalu
Daerah
r
(ha) Pengaliran
Pemukima
n
6--4 21,4
Jasa
Perusahaan
Jumlah
Tipe
Luas
Jalu
Daerah
r
(ha) Pengaliran
Pemukima
n
8--7 69,8
Jasa
Perusahaan
Jumlah
4.7.2
(%)
(m^2)
0,55
44
23,936
13,1648
0,5
0,2
1,25
40
16
100
A
21,76
8,704
54,4
A
10,88
1,7408
25,7856
0,474
(%)
(m^2)
CxA
C Gabungan
0,55
44
10,736
5,9048
0,5
0,2
1,25
40
16
100
A
9,76
3,904
24,4
A
4,88
0,7808
11,5656
0,474
(%)
(m^2)
CxA
C Gabungan
0,55
44
9,416
5,1788
0,5
0,2
1,25
40
16
100
A
8,56
3,424
21,4
A
4,28
0,6848
10,1436
0,474
(%)
(m^2)
CxA
C Gabungan
0,55
44
30,712
16,8916
0,5
0,2
1,25
40
16
100
27,92
11,168
69,8
13,96
2,2336
33,0852
0,474
(4.33)
Keterangan :
IRMA YUNITA SALEH (09513021)
47
So
: Slope limpasan
ET
Lo
: Panjang limpasan
Sd = ET/Ld
(4.34)
Keterangan :
4.7.3
Sd
: Slope saluran
ET
Lo
: Panjang saluran
4.7.4
(4.35)
: Koefisien pengaliran (0 C 1)
48
Ld
Jalur
Elevasi Muka
Tanah
Awal
Akhir
(m)
(m)
(m)
(m)
1--3
1266
1160
118
112,3
5--4
686
527
113
112,5
3--9
949
527
112,3
110,8
4--8
1002
580
112,5
110,6
Tc
So
0,0045
0,0007
3
0,0015
8
0,0019
Sd
0,00491
4
0,00094
9
0,00284
6
0,00327
6
C
(meni
t
(mm/jam
)
38,22
174,14
0,474
24,18
48,07
159,28
0,474
10,12
45,81
162,46
0,474
23,3
44,54
164,31
0,474
31,36
(ha)
(m^3/s
)
5,6369
1
2,1607
4
5,0727
2
6,9042
1
Lo
Ld
Jalur
Elevasi Tanah
Awal
Akhir
(m)
(m)
(m)
(m)
3--4
949
685
112,5
112,3
9--8
1160
738
110,8
110,6
6--4
686
422
112,8
112,5
Tc
So
0,0002
1
0,0001
7
0,0004
Sd
0,00029
2
0,00027
1
0,00071
(ha)
(m^3/s
)
3,5866
(meni
t
(mm/jam
)
99,51
112,646
0,474
24,18
125,5
97,6032
0,474
53,77
58,52
148,862
0,474
64,97
49
6,9105
8
12,735
8--7
1898
632
110,8
110,6
4
0,0001
1
1
0,00031
6
221,6
65,3196
50
0,474
21,07
2
1,8122
5
4.7.5
h
h
b
b
A
A
v
: Kedalaman (m)
: 0,917( Q / S0,5)3/8
(4.37)
:Lebar saluran
:2xh
(4.38)
: Luas penampang
:bxh
(4.39)
: Kecepatan saluran
(4.40)
Dimana :
Angka kekasaran (n) menggunakan permukaan beton, n = 0,013
Radius hidrolik (R) = 0,5 x h
Kontrol kecepatan menggunakan rumus kecepatan aliran menurut Metcalf and eddy
(1999) :
Q = V/A
(4.41)
51
Q
Saluran
(m3/s
)
1--3
5,545
5--4
2,123
3--9
4,985
4--8
6,785
(m)
(m)
(m)
(m2)
0,9
3
0,8
9
0,9
9
1,0
9
0,46
6
0,44
3
0,49
6
0,54
3
1,86
5
1,77
2
1,98
6
2,17
1
1,73
9
1,56
9
1,97
2
2,35
7
Sd
0,004
9
0,000
9
0,002
8
0,003
3
v
kontrol
(m/s
)
3,24
2
1,37
7
2,57
3
3,2420
2
1,3767
6
2,93
2,9295
4
(m/s)
2,573
4.8
(m3/s
)
3--4
3,508
9--8
6,75
6--4
12,3
8--7
1,765
(m)
(m)
(m)
m2
1,3
4
1,7
3
1,8
2
1,0
2
0,66
8
0,86
6
0,90
9
0,50
9
2,67
2
3,46
5
3,63
7
2,03
8
3,57
1
6,00
5
6,61
5
2,07
6
Sd
0,000
3
0,000
3
0,000
7
0,000
3
v
(m/s
)
1,00
4
1,15
1
1,92
5
0,87
3
v
kontrol
(m/s)
1,0044
9
1,1508
5
1,9251
0,8728
6
(4.34)
Kedalaman saluran
Freeboard saluran (fb) = (c x h)0,5
(4.42)
52
Sd x Ld
(4.43)
(4.44)
(4.45)
(4.46)
(4.47)
(4.48)
(4.48)
53
Elevasi Muka
Tanah
Sd
Hf
Elevasi Dasar
Saluran
Kedalaman
(m)
Awal
Akhir
Awal
6=(C*h)^0,
5
7=1*4
8=2-56
10=2
-8
0,463
5,7
116,6
1,395
1,395
0,451
0,5
111,66
1,337
1,337
0,478
1,5
110,83
1,471
1,471
0,5
1,9
110,91
9=3-56
110,90
5
111,16
3
109,32
9
109,01
5
Akhi
r
11=39
1,585
1,585
h
Fb
(m)
Awal
Akhir
(m)
(m)
1--3
1160
118
112,3
5--4
527
113
112,5
3--9
527
112,3
110,8
4--8
580
112,5
110,6
0,004
9
0,000
9
0,002
8
0,003
3
0,9
3
0,8
9
0,9
9
1,0
9
Elevasi Muka
Air
Awal
12=85
115,6
7
110,7
8
109,8
4
109,8
3
Akhir
13=9-5
109,972
1
110,276
9
108,336
4
107,929
3
Elevasi Tanah
Sd
h
Fb
(m)
Awal
Akhir
(m)
(m)
3--4
685
112,5
112,3
9--8
738
110,8
110,6
6--4
422
112,8
112,5
0,000
3
0,000
3
0,000
1,3
4
1,7
3
1,8
Hf
Elevasi Dasar
Saluran
Kedalaman
Awal
Akhir
Awal
9=3-56
110,40
9
108,23
6
110,03
10=2
-8
Akhi
r
11=39
1,891
1,891
2,364
2,364
106,7
2,465
2,465
108,5
6=(C*0,5)^0,
5
7=1*4
8=2-56
0,554
0,2
110,61
0,631
0,2
108,44
0,647
0,3
110,33
54
Elevasi Muka
Air
Awal
12=85
109,2
7
Akhir
13=9-5
109,073
4
106,503
2
108,215
8--7
632
110,8
110,6
7
0,000
3
2
1,0
2
0,484
0,2
109,3
5
109,09
7
1,503
Profil Hidrolis
Tabel 4.29 Profil Hidrolis saluran 1--3
Keterangan
Saluran
1
3
1
2
Panjang
Saluran
(m)
0
1160
0
1160
Elevasi
(m)
118
112,3
116,6
110,9
55
1,503
2
108,2
8
8
108,078
2
114
112
110
108
106
0
500
1000
1500
4.9
Bangunan Pelengkap
4.91 Gorong gorong ( Culvert )
Gorong gorong adalah saluran tertutup (pendek) yang mengalirkan air melewati
jalan raya, jalan kereta api, ataun timbunan lainnya ( Suripin, 2003)
Tahapan perhitungan gorong gorong :
Mengetahui debit di saluran tersebut
Slope saluran ( Sd )
Kecepatan saluran (v saluran )
Lebar saluran ( h saluran )
Kecepatan di gorong gorong, asumsi harus lebih cepat daripada di v saluran, untuk
mencegah terjadinya penyumbatan
Panjang gorong gorong
Luas gorong gorong
A = Qsal / Vgor
(4.49)
(4.50)
(4.51)
56
(4.52)
(4.53)
(4.54)
(4.55)
57
Q
Sd
(m3/det
)
1--3
5,637
5--4
2,161
3--9
5,073
4--8
6,904
0,004
9
0,000
9
0,002
8
0,003
3
v
saluran
Dimensi Saluran
h
v
saluran
gorong
P
gorong
(m/det)
(m)
(m/det)
(m)
3,24198
0,93239
3,5
1,37675
0,885843
3,5
2,57297
0,992855
3,5
2,92951
1,085531
3,5
Dimensi Gorong-gorong
A
h
b
gorong gorong gorong
(m2)
(m)
(m)
1,6105
4
0,6173
5
1,4493
5
1,9726
3
0,8973
7
0,5555
9
0,8512
8
0,9931
3
1,79474
1,11117
Hf in
Kehilangan Tekanan
Hf
Hf
Hf total
out
gesek
(m)
(m)
(m)
(m)
(cm)
0,000
8
0,057
4
0,00
2
0,0393
1
0,0075
9
0,0227
7
0,0262
1
0,04
2
4,186
0,18
17,99
1,70256
0,011
1,98627
0,004
1
0,115
0,02
2
0,00
8
0,05
6
0,03
9
Q
Sd
(m3/det
)
3--4
3,587
9--8
6,911
6--4
12,74
0,000
3
0,000
3
0,000
7
Dimensi Gorong-gorong
v
salura
n
h
saluran
(m/det)
(m)
(m/det
)
(m)
1,0044
8
1,1508
3
1,9250
8
1,33614
4
3,5
10
1,73274
3,5
10
1,81870
2
3,5
10
v
p
A
gorong gorong gorong
(m2)
1,0247
4
1,9744
5
3,6386
4
h
b
gorong gorong
(m)
(m)
0,7158
1,4316
0,9935
9
1,3488
2
1,9871
8
2,6976
4
58
Kehilangan Tekanan
Hf in
Hf
out
Hf
gesek
(m)
(m)
(m)
0,079
4
0,070
3
0,031
6
0,159 0,00292
0,141 0,00271
0,063 0,00711
Hf total
(m)
0,24
1
0,21
4
0,10
2
(cm)
24,1
21,3
7
10,1
9
5,562
3,865
8--7
1,812
0,000
3
0,8728
5
1,01887
6
3,5
10
0,5177
9
0,5088
2
1,0176
3
59
0,087
9
0,176 0,00316
0,26
7
26,7
4.9.2
Street inlet adalah lubang disisi jalan yang berfungsi untuk menampung dan menyalurkan
limpasan air hujan yang berada disepanjang jalan menuju kedalam saluran (Modul
Hidrologi,2007).
Rumus :
DSL = 280/W x So
DSL
: Lebar jalan
So
: Slope limpasan
Tabel 4.31 Street Inlet Saluran Sekunder
Saluran
1--3
5--4
3--9
4--8
Lebar Jalan
W
8
8
8
8
So
0,0045
0,0007
0,0016
0,0019
Jarak
(m)
2,348
0,945
1,391
1,524
Lebar Jalan
W
10
10
10
10
So
0,0002
0,0002
0,0004
0,0001
Jarak
(m)
0,406
0,368
0,586
0,287
BAB V. Fungsi dari manhole di saluran drainase, yaitu untuk mengecek saluran tersebut,
karena system dalam perencanaan ini adalah saluran terbuka dengan penutup. Sehinggga
perlu dikontrol keadaan di dalam saluran tersebut. Dengan asumsi dalam perencanaan ini,
saluran yang terpisah dengan jarak manhole yang berdekatan.
60
BAB V
PERENCANAAN SEWERAGE
5.1
Periode Desain
Perencanaan Sewerage dilakukan dengan selang waktu 20 tahun dengan cakupan
wilayah 80%, dan dimulai dari tahun 2009 2029. Untuk itu, diperlukan proyeksi kebutuhan
air di masa mendatang.
Proyeksi jumlah penduduk dan fasilitas fasilitas yang ada sangat diperlukan untuk
kepentingan perencanaan, perancangan dan evaluasi penyediaan air bersih . kebutuhan akan
air bersih semakin lama semakin meningkat sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk di
masa yang akan datang. Untuk suatu perencanaan diperlukan suatu proyeksi penduduk
(termasuk juga fasilitas fasilitasnya). Walaupun proyeksi bersifat ramalan/ probabilitas,
dimana kebenaran dan ketelitiannya bersifat subjektif, namun bukan berarti tanpa
perhitungan dan metoda.
Data penduduk masa lampau sangat penting untuk menentukan proyeksi penduduk
pada masa yang akan datang. Jadi, pada dasarnya proyeksi penduduk pada masa yang akan
datang sangat tergantung pada data penduduk saat sekarang ataupun pada masa lalu. Analisa
pertambahan penduduk daerah perencanaan dilakukan berdasarkan metode pendekatan
aritmatik, geometrik, dan eksponensial sesuai dengan PERMEN RI (2007). Urutan dalam
perhitungannya adalah sebagai berikut :
5.1.1
Data Statistik
Untuk data statistik kecamatan Jetis dihitung 10 tahun kebelakang, yaitu dari tahun 1998
2007. Data diambil dari BPS Kota Yogyakarta (2008). Pertambahan jumlah penduduk
mengikuti aturan PERMEN (2007) :
Pertambahan per-tahun = Jumlah jiwa setelahnya Jumlah jiwa sebelumnya
= P0 P1
Jumlah jiwa dalam persen (%) = Jumlah jiwa/ P0 x 100
(5.1)
(5.2)
(5.3)
61
Pertumbuhan
Penduduk
Jiwa
Persen
2001
37142
193
0,51963
2002
37335
-464
-1,2428
2003
36871
271
0,73499
2004
37142
1126
3,03161
2005
38268
-14532
-37,974
2006
23736
2302
9,69835
2007
26038
11774
45,2185
2008
37812
178
0,47075
2009
37990
564
1,4846
2010
38554
0
Jumlah
~
1412
21,4217
Selanjutnya untuk menentukan metode yang akan digunakan untuk menghitung
Tahun
Jumlah Penduduk
Perhitungan Mundur
a. Metode Aritmatik
Menggunakan rumus PERMEN (2007), Pn = P0 Ka (Ta T0)
(5.4)
(5.5)
b. Metode Geometrik
Menggunakan rumus PERMEN (2007), Pn = P0 x (1+r)Ta-To
(5.6)
c. Metode Eksponensial
Menggunakan rumus PERMEN (2007), Pn = P0 x ern
(5.7)
Keterangan :
Pn
P0
Ka
: Konstanta aritmatik
Ta
: Tahun ke n
To
: Tahun dasar
62
: Interval waktu
: Tahun ke n
Tabel 5.2 Perhitungan Statistik Jumlah Kecamatan Jetis
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Jumlah
Tahun ke
(X)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
55
XY
X^2
37142
37335
36871
37142
38268
23736
26038
37812
37990
38554
350888
37142
74670
110613
148568
191340
142416
182266
302496
341910
385540
1916961
1
4
9
16
25
36
a
64
81
100
336
Jumlah
Penduduk
(Y)
37142
37335
36871
37142
38268
23736
26038
37812
37990
38554
350888
Geometrik
31198,47142
31940,99504
32701,19072
33479,47906
34276,29066
35092,06638
35927,25756
36782,32629
37657,74565
38554
Exponensial
31120,28503
31869,83203
32637,43223
33423,52046
34228,54199
35052,95286
35897,22006
36761,82183
37647,24796
38554
63
Dari perhitungan mundur ketiga metode tersebut, maka dapat dicari harga deviasi
terkecil untuk menentukan metode yang digunakan dalam proyeksi 20 tahun mendatang.
Mengikuti aturan PERMEN (2007), untuk perhitungannya adalah sebagai berikut :
Data statistik jumlah penduduk telah diketahui, mencari rata rata jumlah penduduk (
Y mean), Y mean = Y/n
(5.10)
(YiYmean)
(5.11)
Tahun ke
(X)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Jumla
55
h
Ymean
Standar Deviasi
Statistik
Jumlah
Penduduk
37142
37335
36871
37142
38268
23736
26038
37812
37990
38554
Hasil
Perhitungan
Aritmatik (Yi)
37142
37298,88889
37455,77778
37612,66667
37769,55556
37926,44444
38083,33333
38240,22222
38397,11111
38554
Yi - Ymean
(Yi Ymean)^2
2053,2
2210,088889
2366,977778
2523,866667
2680,755556
2837,644444
2994,533333
3151,422222
3308,311111
3465,2
4215630,24
4884492,897
5602583,8
6369902,951
7186450,349
8052225,993
8967229,884
9931462,023
10944922,41
12007611,04
350888
78162511,59
35088,8
~
~
~
~
~
~
2946,99
Statistik
Jumlah
(X)
Penduduk
37142
Hasil
Perhitungan
Geometrik
(Yi)
31198,47142
Yi - Ymean
(Yi Ymean)^2
-3890,328582
15134656,48
64
2002
2
2003
3
2004
4
2005
5
2006
6
2007
7
2008
8
2009
9
2010
10
Jumlah
55
Ymean
Standar Deviasi
37335
36871
37142
38268
23736
26038
37812
37990
38554
350888
35088,8
~
31940,99504
32701,19072
33479,47906
34276,29066
35092,06638
35927,25756
36782,32629
37657,74565
38554
~
~
~
-3147,804962
-2387,60928
-1609,320941
-812,5093396
3,266378121
838,4575579
1693,526288
2568,945653
3465,2
~
~
~
9908676,08
5700678,075
2589913,892
660171,4269
10,66922603
703011,0764
2868031,287
6599481,77
12007611,04
56172241,79
~
2498,27
(X)
Statistik
Jumlah
Penduduk
Hasil
Perhitungan
Exponensial (Yi)
2001
37142
31120,28503
2002
37335
31869,83203
2003
36871
32637,43223
2004
37142
33423,52046
2005
38268
34228,54199
2006
23736
35052,95286
2007
26038
35897,22006
2008
37812
36761,82183
2009
37990
37647,24796
2558,44796
2010
10
38554
38554
3465,2
Jumla
55
350888
Tahun
Tahun ke
Yi - Ymean
3968,51497
3
3218,96796
9
2451,36776
5
1665,27954
2
860,258006
8
35,8471412
5
808,420055
7
1673,02183
3
(Yi Ymean)^2
15749111,0
9
10361754,7
9
6009203,92
1
2773155,95
4
740043,838
2
1285,01753
5
653542,986
5
2799002,05
5
6545655,96
4
12007611,0
4
57640366,6
65
h
Ymean
Standar Deviasi
35088,8
~
~
~
~
~
6
~
2530,71
Dari perhitungan ketiga metode tersebut, maka dapat dilihat bahwa harga standar deviasi
terkecil adalah metode geometrik. Sehingga metode ini digunakan untuk perhitungan
proyeksi penduduk Kecamatan jetis 20 tahun mendatang.
5.1.4
Menggunakan metode geometrik persamaan (5.6). Perhitungannya dapat dilihat dalam tabel
5.7 berikut :
Tabel 5.7 Proyeksi Penduduk 20 Tahun Mendatang Metode Geometrik
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
39471,5852
40411,00893
41372,79094
42357,46336
43365,57099
44397,67158
45454,33617
46536,14937
47643,70972
48777,63001
49938,53761
51127,0748
52343,89918
53589,68398
54865,11846
56170,90828
57507,7759
58876,46096
60277,72074
61712,33049
63181,08396
66
5.1.5
Dalam perhitungan proyeksi fasilitas umum, jumlah unit diasumsikan dengan alasan untuk
memperhitungkan fasum tidak bias diramalkan jumlah tahun mendatang, Karena tidak
konstan dalam pertambahannya. Dalam tabel 5.8, macam macam fasilitas umum dan
jumlah unit tahun 2009 berasal dari BPS Kota Yogyakarta (2008) dengan asumsi tidak ada
penambahan pada tahun 2009, sedangkan tahun selanjutnya asumsi.
Tabel 5.8 Proyeksi Fasilitas Umum
Fasilitas
Umum
Masjid
Pesantren
Koramil
SD Negeri
Kantor
Kecamatan
SLTP
Pertokoan
Pasar
Kecamatan
Kantor Polisi
Puskesmas
Kantor Desa
2011
2016
Tahun
2021
2026
2031
Kapasita
s
Kebutuhan
26
10
8
9
26
10
8
10
28
13
8
10
29
13
8
12
30
14
8
12
50
100
60
150
(L/org/hari
)
30
120
50
40
40
50
7
160
8
163
9
165
9
167
9
170
200
30
50
20
70
15
9
3
5
9
3
5
9
4
5
9
5
5
9
6
5
40
50
40
50
300
50
(Unit)
(Jiwa)
5.2.1
Debit Buangan
Dalam perhitungan debit buangan, terbagi menjadi 2 yaitu perhitungan debit air buangan
domestik dan non domestik. Untuk debit air buangan domestik berasal dari masyarakat
(Sugiarto,1987). Sedangkan non domestik berasal dari fasilitas umum seperti jasa, lembaga,
dsb. Dalam menghitungan debit buangan domestik, urutannya adalah :
67
(5.12)
(5.13)
(5.14)
Kapasitas jiwa/unit
Kebutuhan air
(5.16)
68
Luas
Wilayah
(Ha)
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
54,4
20217,92
II
24,4
9068,331765
III
43,1
16018,24176
IV
48,1
17876,50647
Total
170
63181
Blok
Q Air Bersih
(l/hari)
303268
8
136025
0
240273
6
268147
6
947715
0
(m3/s)
0,035
1
0,015
7
0,027
8
Q Air
Buangan
(m3/s)
0,028080444
0,012594905
0,022247558
0,031
0,024828481
0,109
7
0,087751389
69
70
Jumlah
(Unit)
5
3
2
2
1
2
26
2
2
1
1
Kapasita
Kebutuhan
s
Air
(Jiwa)
(l/hari)
50
30
100
120
60
50
150
40
40
50
200
50
30
20
70
15
40
50
50
300
40
50
Total
Debit
(l/hari)
7500
36000
6000
12000
2000
20000
15600
2100
4000
15000
2000
Air Bersih
(m3/s)
8,68056E-05
0,000416667
6,94444E-05
0,000138889
2,31481E-05
0,000231481
0,000180556
2,43056E-05
4,62963E-05
0,000173611
2,31481E-05
BLOK II
IRMA YUNITA SALEH (09513021)
71
Air Buangan
(m3/s)
6,94444E-05
0,000333333
5,55556E-05
0,000111111
1,85185E-05
0,000185185
0,000144444
1,94444E-05
3,7037E-05
0,000138889
1,85185E-05
0,001131481
Fasilitas Umum
Masjid
Pesantren
Koramil
SD Negeri
Kantor Kecamatan
SLTP
Pertokoan
Pasar Kecamatan
Kantor Polisi
Puskesmas
Kantor Desa
Jumlah
(Unit)
4
2
1
2
0
1
24
2
1
1
0
Kapasita
Kebutuhan
s
Air
(Jiwa)
(l/hari)
50
30
100
120
60
50
150
40
40
50
200
50
30
20
70
15
40
50
50
300
40
50
Total
Debit
(l/hari)
6000
24000
3000
12000
0
10000
14400
2100
2000
15000
0
Air Bersih
(m3/s)
6,94444E-05
0,000277778
3,47222E-05
0,000138889
0
0,000115741
0,000166667
2,43056E-05
2,31481E-05
0,000173611
0
Air Buangan
(m3/s)
5,55556E-05
0,000222222
2,77778E-05
0,000111111
0
9,25926E-05
0,000133333
1,94444E-05
1,85185E-05
0,000138889
0
0,000819444
BLOK III
Fasilitas Umum
Masjid
Pesantren
Koramil
SD Negeri
Kantor Kecamatan
IRMA YUNITA SALEH (09513021)
Jumlah
(Unit)
5
2
2
2
0
Kapasita
s
(Jiwa)
50
100
60
150
40
Kebutuhan
Air
(l/hari)
30
120
50
40
50
Debit
(l/hari)
7500
24000
6000
12000
0
Air Bersih
(m3/s)
8,68056E-05
0,000277778
6,94444E-05
0,000138889
0
72
Air Buangan
(m3/s)
6,94444E-05
0,000222222
5,55556E-05
0,000111111
0
SLTP
Pertokoan
Pasar Kecamatan
Kantor Polisi
Puskesmas
Kantor Desa
1
24
2
2
1
1
200
30
70
40
50
40
50
20
15
50
300
50
10000
14400
2100
4000
15000
2000
0,000115741
0,000166667
2,43056E-05
4,62963E-05
0,000173611
2,31481E-05
Total
9,25926E-05
0,000133333
1,94444E-05
3,7037E-05
0,000138889
1,85185E-05
0,000898148
BLOK IV
Fasilitas Umum
Masjid
Pesantren
Koramil
SD Negeri
Kantor Kecamatan
SLTP
Pertokoan
Pasar Kecamatan
Kantor Polisi
Puskesmas
Kantor Desa
Jumlah
(Unit)
5
3
2
3
1
2
30
3
2
2
1
Kapasita
Kebutuhan
s
Air
(Jiwa)
(l/hari)
50
30
100
120
60
50
150
40
40
50
200
50
30
20
70
15
40
50
50
300
40
50
Total
Debit
(l/hari)
7500
36000
6000
18000
2000
20000
18000
3150
4000
30000
2000
Air Bersih
(m3/s)
8,68056E-05
0,000416667
6,94444E-05
0,000208333
2,31481E-05
0,000231481
0,000208333
3,64583E-05
4,62963E-05
0,000347222
2,31481E-05
73
Air Buangan
(m3/s)
6,94444E-05
0,000333333
5,55556E-05
0,000166667
1,85185E-05
0,000185185
0,000166667
2,91667E-05
3,7037E-05
0,000277778
1,85185E-05
0,00135787
Dari perhitungan tersebut maka dapat dilihat debit domestik dan non domestik setiap blok pada tabel 5.11, berikut :
Blok
I
II
III
IV
Total
74
5.2.2
Dimensi Pipa
Dalam menentukan dimensi pipa, urutan perhitungannya mengikuti aturan NSPM (2009),
sebagai berikut :
Faktor kebocoran
Jumlah kebutuhan air domestik dan non domestik daerah pelayanan = (Qd + Qnd)
Debit infiltrasi
Densitas penduduk
pend. Thn rencana / T luas daerah pelayanan
Angka kekasaran Manning (n), diambil dari Kementrian PU dan Kimpraswil (2003),
dimana diasumsikan air limbah = 0,013
Populasi
P = daerah pelayanan x densitas penduduk
75
Diplotkan Vp/Vf ke lampiran untuk mencari nilai d/D, hasilnya harus sama dengan
d/D asumsi
76
Jalu
r
Pipa
Ld
Jumlah
Pelayanan
Kumulatif Penduduk
Luas
Area
Blok
(Jiwa)
(Ha)
15463,61
54,4
II
7591,4
24,4
Awal
Akhir
(m)
(m)
(m)
1~2
1160
102,7
101,5
2~3
527
101,5
100,5
4~2
685
102,5
101,5
0,00146
III
8717,04
43,1
5~4
422
101,7
100,6
0,00260
7
IV
13943,34
48,1
Qp
(m3/s)
0,0231932
2
0,0456462
9
0,0282803
7
0,0475180
8
d/D
Qp/Qf
Sd
Area
0,00103
4
0,00189
8
(m3/s)
Diameter
Hitunga Pendekata
n
n
(m)
(mm)
Q full
0,8
0,02319
0,268781
250
0,8
0,04565
0,309213
350
0,8
0,02828
0,271423
300
0,8
0,04752
0,295768
350
Cek A
(m2)
0,049062
5
0,096162
5
Qr AB =
Qd + Qnd
Q inf
(m3/s)
0,0108509
1
0,0197901
3
0,0124438
1
0,0219864
4
(m3/s)
0,002
2
Cek
vp/v
f
Cek
Cek
Cek
Q full
Qp/Qf
d/D
0,004
0,002
5
0,004
4
(m3/s)
Fp
Q
Kumulati
f
(m3/s)
1,781
0,013021
1,922
0,023748
1,894
0,014933
1,801
0,026384
Cek
Cek
v full
v peak
(m/s)
(m/s)
0,0207771 1,11628821
0,68
1,18
0,423482
0,4997
0,0676509 0,67473293
0,61
1,12
0,703506
0,7879
0,07065
0,0397012 0,71233088
0,62
1,13
0,561942
0,635
0,096162
5
0,0792901 0,59929398
0,64
1,15
0,824543
0,9482
77
Ld
Area
Blok
Jumlah
Kumulatif
Penduduk
(Jiwa)
0,001949
5100,473831
21,07
101,7
0,001481
I+III+VI
22244,06931
91,89
101
0,002881
I+II+III+IV+V+VI+VI
I
63181
261
Awal
Akhir
(m)
(m)
(m)
4~5
513
103,5
102,5
5~6
540
102,5
6~7
243
101,7
Qp
(m3/s)
0,0175305
7
0,0654099
d/D
Qp/Qf
Sd
Pelayanan
(m3/s)
Diameter
Hitunga
Pendekatan
n
(m)
(mm)
Q full
0,8
0,01753
0,214898
250
0,8
0,06541
0,370674
400
Cek A
(m2)
0,049062
5
0,1256
Qr AB =
Luas Area
(Ha)
Qd + Qnd
Q
Q inf
Fp
Kumulatif
(m3/s)
(m3/s)
0,001
0,00728382
2,006
5
0,006
0,03181589
1,713
4
0,09010069
0,018
1,532
(m3/s)
0,008741
0,038179
0,108121
Cek
Cek
Cek
Cek
Cek
Cek
Q full
Qp/Qf
d/D
vp/vf
v full
v peak
(m/s)
(m/s)
(m3/s)
0,028521
0,6146553
0,55
1,08
0,581319
0,6278
0,0846666
0,7725587
0,65
1,15
0,674097
0,7752
78
4
0,1656596
1
0,8
0,16566
0,463629
500
0,19625
0,2112293
0,7842644
79
0,65
1,15
1,076328
1,2378
Elevasi tanah awal dan akhir, slope saluran (Sd) persamaan (4.34)
Diameter pipa
H akhir pipa = D + H
80
5.7 Elevasi
Tanah
5.5 Jal
ur
Pip
a
5.6 L
d
5.26 (
m
)
5.16 A
5.17 Ak
w
5.8 Sd
hir
al
5.27 (
5.28 (m
m
)
)
5.9 D
5.20 Pipa
5.30 (m
)
5.31 (m)
5.32 (
m
)
5.40 0,2
5
5.41 1
5.42 5,
7
5.38 11
2,3
5.39 0,
00
49
1
5.47 52
5.46 2~3
7
5.48 1
1
2,
3
5.49 11
0,8
5.50 0,
00
28
5
5.51 0,3
5
5.58 68
5.57 4~2
5
5.59 1
1
2,
5
5.60 11
2,3
5.61 0,
00
02
9
5.36 11
5.35 1~2
60
5.37 1
1
8
5.70 1
1
2,
8
5.71 11
2,5
5.72 0,
00
07
1
5.11 D
elt
a
H
5.12 H
akh
ir
5.13 Elevasi
Pipa
5.22 Pip
a
5.23 A
w 5.24 Ak
a
hir
l
5.33 (m)
5.34 (m)
5.43 5,95
5.52 1
5.53 1,
5
5.54 1,85
5.62 0,3
5.63 1
5.64 0,
2
5.65 0,5
5.73 0,3
5
5.74 1
5.75 0,
3
81
5.76 0,65
5.44 1
1
7
5.55 1
1
1
,
3
5.66 1
1
1
,
5
5.77 1
1
1
,
5.45 10
6,3
5
5.56 10
8,9
5
5.67 111
,8
5.78 111
,85
8
5.79
5.80 Tabel 5.16 Perhitungan Penanaman Pipa Saluran Induk
5.86 H
awa
l
5.83 Elevasi
Tanah
5.81 Jal
ur
Pip
a
5.82 L
d
5.92 A
5.93 Ak
w
5.84 Sd
hir
al
5.85 D
5.96 Pipa
5.102 (
5.103
m
(m)
)
5.104 (
m)
5.106 (
m)
5.111 4
5.112 5 5.113
~IP
80 112,5
AL
5.114 1
10,
6
5.115 0
,0 5.116 0
5.117 1
03
,25
28
5.107 (
m)
5.87 D
elt
a
H
5.88 H
akh
ir
5.89 Elevasi
Pipa
5.98 Pip
a
5.99 A
5.100 A
w
khi
a
r
l
5.108 (
5.109 (
m
m)
)
5.110 (m)
82
5.121 1
08,
45
5.122 5.4
Bangunan Pelengkap
5.123 5.4.1
5.124 Fungsi manhole sebagai lubang periksa, ventilasi dan pembersihan pada sluran air
buangan (NSPM,2009).
5.125 Peletakkan manhole :
5.128 Jarak
Manhole
5.129 (mm)
5.130 (m)
5.131 150
5.132 25 50
5.133 200
5.134 50 - 100
5.135 500
5.137 1000
5.139 2000
5.141 >2000
5.142 200
5.147 Dia
meter
5.148 (m)
5.149 (m)
5.151 0,75
5.152 0,8
2,5
5.153 >2,5
1,2
5.154 1,2
1,8
83
5.156 Detail manhole tertera pada lampiran gambar. Berikut jumlah manhole dalam
perencanaan di Kecamatan Jetis.
5.157
5.158
84