Laporan Praktik Kerja Lapang PT. Gunung Meranti
Laporan Praktik Kerja Lapang PT. Gunung Meranti
Laporan Praktik Kerja Lapang PT. Gunung Meranti
LAPORAN AKHIR
KALIMANTAN TENGAH
Oleh :
FAKULTAS KEHUTANAN
BOGOR
2017
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga laporan Praktik Kerja Lapang (PKL) dapat diselesaikan. Praktik
Kerja Lapang ini dilaksanakan di IUPHHK-HA PT. Gunung Meranti, Kalimantan
Tengah. Laporan akhir ini disusun sebagai bentuk pemenuhan kelengkapan
pelaksanaan Praktik Kerja yang telah dilakukan dari 18 Juli 2017 sampai tanggal
24 Agustus 2017.
DAFTAR ISI
3
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR LAMPIRAN iv
I PENDAHULUAN 1
1.2 Tujuan 1
2.3 Iklim 5
DAFTAR PUSTAKA 42
LAMPIRAN 43
DAFTAR GAMBAR
4
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
6
I. Latar Belakang
Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan
berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat
dipisahkan. Berbagai jenis tumbuhan dan hewan termasuk
mikroorganisme hidup dengan serasi dan menciptakan suatu hubungan
timbal balik dalam suatu ekosistem hutan.
Peningkatan produktivitas dan kualitas hutan dipengaruhi sangat
kuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan kualitas sumberdaya
manusia yang diperlukan dalam kegiatan pengelolaan hutan. Ilmu
kehutanan dan profesi kehutanan merupakan bidang profesi yang sangat
erat hubungannya dengan kegiatan tersebut. Oleh karena itu diperlukan
adanya minat dan motivasi dari sebagian umat manusia, khususnya para
generasi mudanya untuk mendalami ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam bidang kehutanan, bersedia untuk menekuni profesi kehutanan serta
bekerja dalam bidang kehutanan
Perubahan yang cepat dan dinamis dalam pengelolaan hutan di
Indonesia menuntut banyak perubahan dan penyesuaian dalam kebijakan
perencanaan dan pengelolaan sumberdaya hutan yang ada. Oleh karena itu,
para rimbawan harus dibekali dengan pengetahuan dan pengalaman yang
cukup untuk dapat menjawab tantangan masa depan kehutanan Indonesia.
Selain pembekalan dengan ilmu pengetahuan, teori ilmu – ilmu kehutanan,
dan praktik laboratorium, diperlukan juga pengalaman lapangan agar
mampu merumuskan permasalahan yang yang dijumpai di lapangan
sehingga para rimbawan mampu memahami peranan ekosistem hutan
dalam aspek produksi, lingkungan, ekonomi, dan social yang salah satunya
adalah dengan Praktik Kerja Lapang ( PKL ).
Praktik Kerja Lapang adalah suatu rangkaian kegiatan penerapan
ilmu pengetahuan kehutanan secara langsung di lapangan, dimana
mahasiswa melaksanakan pengamatan, pengukuran, wawancara, dan
analisis dan merumuskan masalah di lapangan yang mencakup seluruh
aspek pengelolaan hutan, disamping itu PKL juga berguna untuk
membekali mahasiswa sebagai calon rimbawan dengan pengetahuan serta
ketrampilan teknis dalam pengelolaan serta perencanaan hutan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) secara umum adalah :
1. Memperoleh kemampuan profesional pengelolaan hutan dengan
pendalaman dan pemantapan pemahaman konsep atau teori melalui
penggalian informasi dan pemahaman implimentasi teori oleh unit
pengelola hutan serta pengembangan kemampuan teknis melalui kerja
penerapan teori di lokasi praktik.
7
Analisa dari data Stasiun Muara Teweh menunjukkan bahwwa curah hujan
total setahun 2.687 mm yang terakumulasi dari 196 hari hujan. Bulan-bulan
basah terjadi selama 12 bulan tertinggi jatuh pada bulan November sebesar 323
mm. Bulan-bulan kering tidak terjadi sepanjang tahun. Data Stasiun Pengamat
Hujan (SPH) P Gunung Meranti pada umumnya tidk jauh berbeda.
Kelembaban nisbi udara berkisar antara 83% hingga 89% dengan kelembaban
tahunan rata-rata tahunan 85%. Evapotranspirasi potensial menggambarkan
kehilangan air dari suatu wilayah berkisar antara 82 mm hingga 109 mm dan
total setahun 1.103 atau hanya 42,32% dari total hujan yang diterima.
Jenis fauna yang dilindungi seperti rusa (Cervus unisolor), kucing hutan
(Felis palniceps), beruang madu (Helarctos malayanus), landak (Hystrix
brachyura), owa-owa (Hylobates moloch), rangkong (Bucheros rhinoceros)
dan lain-lain.
12
Alat yang digunakan untuk Praktik Kerja Lapang yaitu alat tulis, laptop,
dan handphone yang digunakan sebagai kamera dan alat ukur waktu. Selain itu
perusahaan menyediakan alat antara lain Rencana Kerja Umum (RKU),
Rencana Kerja Tahunan (RKT), GPS, kompas, parang, tali hop, Tally Sheet,
peta kawasan hutan, cangkul, dan alat transportasi.
diawali dengan menentukan titik ikat dan menarik arah azimuth 1800.
Membuat jalur dengan lebar 20 meter sebanyak 50 jalur atau dengan luasan
100 Ha. Mencatat informasi umum pada tally sheet seperti nomer blok,
RKT, petak, dan jalur. Kemudian melakukan inventasisasi jenis pohon,
pengukuran diameter, tinggi, dan penentuan jarak dengan memanfaatkan
sumbu x y. penandaan pohon berupa pemasangan plat merah yang disertai
dengan barcode pada pohon ditebang dan plat kuning untuk pohon inti atau
pohon yang di lindungi.
Pembinaan Hutan
1. Persemaian
3. Pemeliharaan tanaman
Kegiatan pemeliharaan yaitu pendangiran, pembebasan, dan
penyulaman. Pembebasan dilakukan selebar 2,5 x 4 meter dengan menebas
tumbuhan pengganggu, kemudian mencangkul tanah di sekitaran tanaman
dan menambah serasah-serasah ke gundukan tanah disekitar tanaman.
Selanjutnya dilakukan penanaman kembali pada ajir yang telah tidak ada
bibitnya, dengan cara membuat lubang tanam sebesar 40 x 40 x 30 cm dan
kemudian memasukkan bibit dan ditutup kembali oleh tanah.
Perlindungan hutan
Materi Perlindungan Hutan meliputi kegiatan pengendalian hama dan
penyakit sera pengendalian kebakaran dan lahan. Metode yang digunakan yaitu
turun lapang, wawancara dan diskusi dengan Bagian Pembinaan Hutan.
Kelola Sosial
Kegitan pembinaan masyarakat desa hutan dilakukan dengan metode
wawancara kepada pemerintah desa. Selain itu dilakukan turun lapang berupa
kunjungan ke SMP Gunung Meranti untuk memberikan penyuluhan dan materi
tentang kehutanan.
19
online. Pohon yang siap ditebang memiliki diameter ≥40 cm dan dipasang
label merah, pohon inti mempunyai diameter 20-39 cm. pemasangan label
warna kuning dipasang pada pohon inti dan pohon dilindungi. Beberapa
informasi yang ditulis pada label pohon antara lain; tahun RKT, nomor
petak, nomor pohon, jenis pohon, dan diameter. Label merah mempunyai
tiga bagian yang masing-masing digunakan dalam peneangan, yaitu satu
ditinggal ditunggak, ditempel di bontos kayu, dan untuk laporan operator
chainsaw kepada petugas pengecekaan blok. Data hasil inventarisasi
tersebut selanjutnya dipindahkan ke microsof exel sebagai Laporan Hasil
Cruising (LHC) dan digunakan sebagai dasar pembuatan peta sebaran
pohon petak AX21 dengan bantuan software Arc-GIS.
pohon besar yaitu nama jenis, kelompok jenis, dbh, Kelurusan batang, dan
kerusakan batang.
2. Penebangan
3. Penyaradan
Penyaradan kayu merupakan kegiatan memindahkan kayu dari
tunggak atau petak tebang ke suatu tempat pengumpulan kayu (TPn).
Penyaradan dilakukan dengan menggunakan teknik semi mekanis yaitu
dengan winch tractor melalui jalan sarad menuju TPn. Kegiatan ini
dilakukan oleh dua orang pekerja, yaitu satu operator alat berat dan satu
sebagai asisten. Operator traktor dapat menyarad hingga 20 log dalam 1
hari atau tergantung dari pohon yang ditebang. Kayu bulat dipasang
choker untuk penyaradan kemudian tractor menarik kayu mengikuti jalan
27
sarad yang telah dibuat. Kayu bulat dikumpulkan di TPn dan ditumpuk di
sisi TPn dengan pertimbangan memudahkan saat pemuatan kayu bulat ke
atas logging truck.
5. Pengangkutan
Pengangkutan merupakan kegiatan memindahkan kayu dari titik
pengumpulan (TPn) ke tujuan akhir (TPK, industri, pasar kayu) dengan
metode tertentu. Pengangkutan bertujuan untuk memindahkan kayu bulat
seoptimal mungkin dengan menjaga agar mutu atau kualitas kayu tetap
memenuhi pesyaratan. Kayu bulat yang berada di TPn diangkut menuju
TPK hutan menggunakan loging truck. Alat berat yang digunakan dalam
kegiatan pengangkutan yaitu logging truck jenis Renault 44 C.
Dalam kegiatan ini praktikan melakukan perhitungan waktu
tempuh pengankutan kayu dari TPn 50 menuju TPK Antara 42. Hasil
pengukuran waktu pengangkutan tersaji dalam tabel di bawah ini.
29
2 Muat 4:09
4 Bongkar 4:23
6. Pemiliran
Pengangkutan kayu bulat dari TPK Antara menuju industri, PT.
Gunung Meranti memanfaatkan aliran sungai Kapuas Mendaun
menggunakan pengangkutan air dengan model rakit. Perakitan kayu
merupakan kegiatan menyusun kayu sedemikian rupa sehingga siap
diangkut melalui jalur air dengan metode tertentu. Kegiatan ini dilakukan
di TPK Antara Mendaun. Kayu diturunkan ke sungai menggunakan loader
melalui landasan peluncuran kayu (pelegian). Setelah kayu berada di air,
kayu disusun membentuk rakit dengan model menyerupai susunan tulang
ikan yang bertujuan untuk memudahkan saat pemiliran dan penarikan
melihat dari kondisi sungai menuju industri memiliki ukuran yang relatif
kecil. Komposisi perakitan kayu yaitu 2 : 1 (2 kayu timbul dan 1 kayu
tenggelam). Untuk memperkuat rakit, kayu panggar dipasasang pada ujung
dan pangkal andungan. Kayu panggar bertujuan menyatukan 3 kayu
30
Pembinaan Hutan
1. Persemaian
Persemaian permanen yaitu jenis persemaian yang menggunakan areal
yang luas untuk menghasilkan bibit dalam jumlah besar,lokasinya tertentu,
dan ditunjang oleh sarana dan prasarana yang lengkap dan memadai serta
dengan tenaga kerja yang cukup. Kegiatan utama di persemaian yaitu
pengadaan media tanam dan pengadaan bibit baik berasal dari biji atau dari
bibit cabutan. Selain itu kegiatan lainnya berupa pembersihan areal
persemaian dari rumput, gulma,semak belukar, perawatan instalasi air, serta
pengecekan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung. Persemaian PT.
Gunung Meranti terletak di Basecamp Lawang Tamang dengan luas 2 ha
dan dapat menampung 120.000 bibit. Terdapat 1 rumah media, 1 blok
dengan naungan 50%, 2 blok dengan naungan 75% dan 1 blok open area.
Tujuan dari kegiatan persemaian adalah untuk mendapatkan biji,
benih dan bibit yang berkualitas secara berkelanjutan dalam jumlah yang
cukup dan tata waktu yang tepat, serta untuk meningkatkan produktivitas
maupun kualitas hasil hutan dengan menggunakan bibit yang berkualitas.
Jenis bibit yang di budidayakan di persemaian adalah jenis Shorea
parvifolia dan Shorea leprosula, kedua jenis tersebut ditanam pada areal
31
dengan sistem TPTJ, sedangkan bibit yang ditanam pada areal sistem TPTI
adalah Acacia magnesium dan Peronema canescens.
b. Pengadaan bibit
Pengadaan bibit adalah kegiatan yang meliputi penyiapan tempat
pembibitan, pengadaan sarana dan prasarana, kegiatan lain yang
berhubungan dengan pengadaan bibit. Pengadaan bibit di persemaian ini
berasal dari benih dan bibit cabutan. Biji Shorea sp. hanya tersedia saat
panen raya pada kebun benih yang berisi beberapa pohon induk yang
menghasilkan benih berkualitas baik. Panen terjadi selama 4-5 tahun sekali.
Benih yang telah di panen kemudian di sortir dan dibersihkan sayapnya,
kemudian di tanam pada bedeng tabur, dan selanjutnya di sapih ke dalam
polybag. Bibit yang berasal dari benih akan tumbuh lebih lama dari bibit
cabutan , namun memiliki keseragaman baik umur, tinggi maupun besar
bibitnya.
Perbanyakan tanaman menggunakan metode cabutan menjadi
alternatif yang dapat dilakukan bila musim panen raya telah lewat maupun
buah sudah telah jatuh seluruhnya dan telah tumbuh menjadi anakan alam.
Metode cabutan adalah dengan cara mengambil anakan alam yang
kemudian dibesarkan di persemaian (Wahyudi A et all 2014). Pengadaan
bibit yang kami praktikkan adalah pengadaan bibit dari cabutan. Kegiatan
ini dilaksanan pada petak AU 21. Bibit cabutan berasal dari jenis Shorea
leprosula dan Shorea parvifolia. perbanyakan Bibit yang dicabut berupa
semai sebaiknya memiliki ketinggian antara 15 sampai 30 cm, dengan
jumlah daun antara 2 sampai 5 helai, memiliki batang yang lurus, tidak
patah, belum banyak bercabang, dan masih muda. Cara pengambilan
cabutan yaitu dengan memegang batang bibit kemudian ditarik secara
perlahan agar akar tidak terputus. Setelah bibit terkumpul dilakukan
pemangkasan daun dan akar dengan tujuan untuk mengurangi terjadinya
penguapan yang terlalu tinggi. Pemangkasan daun disisakan 2 sampai 3
helai daun, dan daun yang disisakan dilakukan pemotongan. Pemotongan
daun dilakukan ½ dari bagian daun. Pemotongan pada akar dilakukan pada
akar pokok dan akar serabut. Setelah dilakukan pemotongan, akar diberi zat
perangsang pertumbuhan akar (Rooten F) yang telah dilarutkan dengan air
33
dalam ember selama kurang lebih 4 jam. Bibit kemudian ditanam dalam
media semai yang telah disiapkan.
Bibit kemudian di pindahkan kedalam bedeng bernaungan 75% atau
di dalam sungkup yang sebelumnya di disiram terlebih dahulu, dengan
tujuan menghindari bibit dari serangan hama penyakit, karena bibit yang
baru saja dipindahkan ke dalam polybag masih rentan dan memerlukan
adaptasi. Bibit berada dalam sungkup kurang lebih selama 4 bulan dan
dilakukan penyiraman selama 2 kali sehari pada pagi dan sore hari.
Kemudian bibit dipindahkan dalam bedeng bernaungan 50% selama kurang
lebih 6 bulan. Sama halnya pada sungkup, bibit dilakukan penyiraman 2 kali
sehari pada pagi dan sore hari. Selanjutnya dipindahkan pada open area
apabila bibit akan ditanam, kurang lebih selama 2-3 hari sebelum
penanaman, bertujuan agar bibit berdaptasi dengan sinar matahari secara
langsung. Pada dasarnya penetapan berapa lama bibit berada pada blok-blok
sungkup, naungan 50%, dan open area adalah dilihat dari besar atau tinggi
dari bibit tersebut, jika bibit sudah mencapai tinggi kurang lebih 1 meter,
bibit dapat langsung ditanam di lapang. Namun bibit yang berasal dari
cabutan memiliki tinggi dan umur yang tidak seragam berbeda dengan bibit
ynag berasal dari benih.
b. Penanaman
Penanaman adalah kegiatan penanaman pada bidang kosong di dalam
kawasan hutan agar setiap bidang hutan memiliki produktifitas dan nilai
35
3. Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan adalah kegiatan perawatan tanaman, baik tanaman hasil
pengayaan maupun rehabilitasi, dengan cara membersihkan jalur
penanaman (penyiangan), membunuh gulma dan pohon penyaing,
memperbaiki tempat penanaman (pendangiran), dan penyulaman. Tujuan
diadakannya pemeiharaan adalah membebaskan tanaman baru dari
berbagai bentuk gangguan tumbuhan pengganggu serta menyulam
tanaman mati dengan bibit sehat agar keberadaan jumlah tanaman pohon
niagawi tetap betahan daan memacu pertumbuhan atau produktivitasnya.
Pemeliharaan dilakukan dalam tiga tahapan. Pemeliharaan tahap pertama
dilakukan tiga kali dalam satu tahun, yaitu pada bulan ke empat, bulan ke
enam dan pada umur satu tahun dari penanaman. Pemeliharaan tahap
kedua dilakukan dua kali dalam setahun, setiap enam bulan sekali.
Selanjutnya pemeliharaan ketiga dilakukan setahun sekali.
Kegiatan pemeliharan meliputi penebasan yaitu pembebasan dari
gulma dan tumbuhan pengganggu di sekitar tanaman. Pendangiran yaitu
penggemburan tanah disekeliling tanaman guna memperbaiki sifat fisik
tanah, selanjutnya penyulaman yaitu penanaman kembali, bibit yang teah
36
mati atau hilang, yang bertujuan untuk meningkatkan persen jadi tanaman
baru. Pada jalur sistem TPTJ jarak tanam sebesar 2,5 x 4 meter. Kegiatan
pemeliharaan dilaksanakan pada petak AU 21 blok TPTJ teknik Silin.
Pemeliharaan yang dilaksanakan yaitu pemeliharaan tahap satu, sehingga
kegiatan yang dilakukan adalah penyulaman, penebasan dan pendangiran.
1. Kawasan Lindung
Kawasan lindung yang praktikan kunjungi, antara lain:
a. Kawasan Pelestarian Plasma Nutfah (KPPN)
Kawasan pelestarian plasma nutfah merupakan suatu areal yang
ditunjuk sebagai kawasan lindung karena didalamnya terdapat jenis
tanaman yang mewakili seluruh tanaman yang terdapat di areal PT.
Gunung Meranti. Kawasan pelestarian plasma nutfah ini bertujuan
untuk melindungi jenis vegetasi atau pohon yang berada di PT.
Gunung Meranti serta sebagai cadangan agar jenis yang akan ditebang
tidak akan punah. Kawasan Pelestarian Plasma Nutfah yang terdapat di
PT. Gunung Meranti memiliki luas 300 Ha. KPPN dikelilingi oleh
buffer zone dengan lebar 5-10 m. Buffer zone merupakan daerah
penyangga/batas antara kawasan hutan produksi/hutan produksi
terbatas dengan kawasan hutan lindung. Pelaksana pembuatan,
inventarisasi dan pengelolaan KPPN dilakukan oleh Kasi Litbang.
Kemudian hasil pengukuran diperiksa oleh Kabid Litbang dan KSDH,
selanjutnya dikirim ke Kantor Pusat dengan se-pengetahuan Manager
Camp. Data KPPN dipergunakan untuk mengetahui kandungan flora
dan fauna hutan tropika khususnya disekitar KPPN dan areal HPH.
37
b. Sempadan Sungai
Sempadan sungai adalah lokasi sekitar (kanan dan kiri) sungai
diluar pemukiman. Sempadan Sungai yang terdapat di area PT.
Gunung Meranti antara lain: Sempadan sungai Bukoi, Semapadan
Sungai Moko, sempadan sungai Manurung, Sempadan sungai Rungan,
Sempadan sungai Tisoi, Sempadan Sungai Sipet, Sempadan Sungai
Jaat, Sempadan Sungai Mahutus, dan Sempadan sungai Bahandang.
Sempadan Sungai Bukoi merupakan areal yang praktikan kunjungi
ketika melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapang. Sungai bukoi
memiliki lebar <30 meter, sehingga untuk menentukan sempadan
sungai ditarik panjang 50 meter dari tepi sungai dan mengikuti bentuk
sungai tersebut. Penentuan sempadan sungai dilakukan dengan cara
mengetahui terlebih dahulu lebar sungai, kemudian ditarik panjang dari
tepi sungai sepanjang 50 meter untuk sungai dengan lebar <30 meter
dan 100 meter untuk sungai dengan lebar >30 meter dengan panjang 1
km sepanjang sungai.
Kegiatan pengelolaan sempadan sungai meliputi pembuatan batas
sempadan, inventarisasi flora dan fauna serta pembuatan papan
pengumuman keberadaan sempadan sungai. Sepanjang batas sempadan
sungai dipasang patok batas setiap 20 m serta rintisan dan cat bewarna
merah.
c. Arboretum
Arboretum merupakan kebun koleksi pepohonan dengan luasan
tertentu berisi berbagai jenis pohon yang ditanam dan dimaksudkan
sebagai areal pelestarian keanekaragaman hayati. Arboretum yang
terdapat di Areal PT. Gunung Meranti memiliki luasan 100 Ha.
Penataan batas areal dengan membuat rintisan selebar 2 m serta
penandaan batas dengan cat. Pengenalan jenis pohon, meliputi: nama
daerah, nama perdagangan, nama latin, famili, posisi, dan keterangan
untuk pohon berdiameter 10 cm ke atas. Arboretum tersebut
diperuntukkan untuk sarana pendidikan dan penelitan yang
dilaksanakan oleh berbagai stakeholder. Pemeliharaan yang
dilaksanakan terhadap arboretum tersebut adalah merawat papan nama
yang terdapat pada pohon serta mengadakan pengayaan dengan
menambah jenis tanaman yang belum ada di arboretum, contohnya
gmelina, tengkawang, ulin dengan tujuan memperbanyak jenis pohon
di arboretum.
d. Kebun benih
Kebun Benih merupakan areal yang difungsikan untuk
pengambilan bibit cabutan sebagai langkah awal untuk tujuan
pemuliaan pohon (tree improvement) serta tempat perlindungan satwa.
Penunjukkan areal kebun benih seluas 100 Ha setiap RKL (5 tahun).
Penataan batas areal, dengan membuat rintisan selebar 2 meter serta
penandaan batas dengan cat. Kebun benih yang dikunjungi merupakan
sumber benih untuk pohon jenis Shore asp. yang terletak pada petak
AO26. Terdapat pohon induk dengan kualitas baik sehingga
diharapkan areal tersebut memiliki anakan dengan kulitas baik yang
kemudian dimanfaatkan untuk pengambilan bibit cabutan. Pohon
induk yang dipilih memiliki ciri-ciri pohon plus, antara lain: diameter
pohon minimal 60 cm, batang pohon lurus, bebas cabang tinggi, tidak
cacat, tajuk seimbang, jenis komersial. Obyek pendataan pohon induk
39
adalah nomor dan jenis pohon, diameter, tinggi pohon, posisi, dan
keterangan.
Perlindungan Hutan
1. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit adalah kegiatan pencegahan dan
penanggulangan agar tanaman tidak terserang hama dan penyakit.
Kegiatan Pengendalian hama dan penyakit yang dilaksankan adalah
pembasmian hama pada tahap pemiliharaan awal atau lanjutan dengan cara
penyemprotan herbisida. Pemeriksaan serangan hama dan penyakit
merupakan tahap awal dalam melaksanakan kegiatan pengendalian hama
dan penyakit. Pemeriksaan Hama dan penyakit dilakukan sejak bibit
masih berada dalam sungkup (naungan 75%). Hama yang banyak
ditemukan dalam tahap pemeriksaan ini adalah ulat yang menyerang
bagian daun pohon meranti. Ketika dalam satu sungkup ada salah satu
daun atau tanaman yang terserang maka tanaman tersebut akan langsung
disemprot oleh herbisida agar ulat tidak menyerang tanaman lainnya.
Herbisida yang digunakan dalam pengendalian hama dan penyakit
merupakan campuran dari Methamidophos 50% S, Supracide 40EC,
Applaud 10WP.
2. Pengendalian Kebakaran
Kebakaran adalah api yang tidak terkendalikan dan dapat
menyebabkan kerugian secara ekonomi. Kegiatan yang dilaksanakan
ketika melaksankan Praktik Kerja Lapang materi Pengendalian kebakaran
adalah mengenal menara pengawas dan peralatan yang digunakan dalam
pengendaian kebakaran. Menara pengawas merupakan salah satu bentuk
upaya dalam pengendalian kebakaran yang ada di PT. Gunung Meranti,
menara pengawas ini aktif digunakan ketika musim kemarau panjang.
Lokasi menara pengawas berada di areal dekat pemukiman warga sekitar
hutan. Penanggung jawab dalam menangani darurat kebakaran adalah
DAMKARHUT, satpam, dan P2K3. Tahapan yang dilakukan dalam
penanganan kebakaran yaitu identifikasi potensi bahaya dan
mengidentifikasi kebakaran serta hal yang mendukung penyebaran api.
Terdapat Papan siap siaga dilokasi menera pengawas untuk mempermudah
memberikan informasi terkait kebakaran. Siaga 3 areal dalam kondisi
aman, siaga2 terdapat asap dan siaga 3 sudah terjadi kebakaran.
43
Kelola Sosial
Kelola Sosial Merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk
memperdayakan masyarakat sekitar hutan demi tercapainya hutan lestari.
Kegiatan kelola sosial yang dilaksanakan dalam Praktik Kerja Lapang di
PT. Gunung Meranti adalah sosialisasi kepada Siswa SMP Gunung
Meranti dan wawancara kepada pemerintah desa.
1. Sosialiasi
Sosialisasi yang dilaksankan ketika Praktik Kerja Lapang
bertujuan untuk memberikan pengetahuan lebih kepada siswa SMP
Gunung Meranti. Siswa SMP Gunug meranti merupakan tunas muda
masyarakat desa Tanjung Rendan yang diharapkna dapat membawa
perubahan bagi desa. Materi yang disampaikan ketika sosialiasis adalah
Manfaat Hutan bagi masyarakat sekitar hutan dan pemberian motivasi
tentang pentingnya pendidikan. Alasan pemberian materi tentang
manfat hutan dikarenakan SMP Gunung Meranti berada disekitar hutan
sehingga secara langsung maupun tidak langsung kehidupan siswa-
siswai tidak dapat dipisahkan dari hutan. Sedangkan alasan pemberian
materi tentang Pentingnya pendidikan dikarenakan tidak banyak
masyarakat yang melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Sementara itu, sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
kepada siswa tentang pentingnya menjaga dan merawat hutan sehingga
manfaat dari keberadaan hutan tersebut dapat dirasakan sepenuhnya
oleh masyarakat desa hutan. Pemberian motivasi tentang pentingnya
44
perusahaan dan masyarakat desa biasa terpicu dari rasa kurang puasnya
masyarakat terhadap perusahaan. Pasalnya, Proposal yang disyaratkan
oleh perusahaan sebagai salah satu syarat pemberian bantuan dirasa
mempersulit bagi masyarakat. Pelarangan pengambilan kayu Ulin
didalam areal PT. Gunung Meranti membuat masyarakat geram akan
hal tersebut, pasalnya kayu ulin merupakan komoditi utama yang
dimanfaatkan oleh masyarakat. Sementera itu perusahaan mengikuti
peraturan, bahwasannya kayu ulin merupakan jenis pohon yang
dilindungi sehingga tidak boleh untuk dimanfaatkan.
Pemerintah desa beranggapan bahwa keberadaan PT. Gunung
Meranti berdampak baik bagi masyarakat. Pasalnya PT. Gunung
Meranti telah banyak memberikan bantuan kepada masyarakat
khusunya dalam hal pendidikan. Pemerintah desa berharap agar
kedepan hubungan komunikasi antara perusahaan dengan masyarakat
terus ditingkatkan agar tidak terjadi miskomunikasi yang dapat
menyebabkan sebuah konflik. Selain itu, pemerintah desa berharap
agar dibentuknya Humas yang ditunjuk dari anggota masyarakat sekitar
hutan untuk dapat menjembatani komunkasi. Harapan selanjutnya,
Bantuan yang diberikan oleh perusahaan sebisa mungkin tepat sasaran
dan menyeluruh secara umum serta peningkatan jumlah dana bantuan
kepada desa sekitar hutan.
Perusahan PT. Gunung Meranti memiliki 4 Desa binaan yakni,
Desa Tanjung Rendan, Lawang Tamang, Tumbang Tihis dan . Dalam
kegiatan kelola Sosial kelompo kami hanya mendatangi desa Tanjung
Rendan, hal ini dikarenakan faktor cuaca yang tidak menentu sehingga
menyebabkan akses menuju desa lainnya menjadi lebih sulit terjangkau.
46
Saran
Hubungan antar masyarakat dengan perusahaan lebih ditingkatkan.
Penambahan unit kendaraan untuk mempermudah mobilisasi karyawan.
Perawatan sarana unit kendaraan agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Perlu diadakan penyuluhan sosialisasi tentang pentingnya penggunaan APD
(Alat Pelindung Diri) yang sudah disediakan oleh perusahaan kepada tenaga
tehnis. Alternatif lain dari kegiatan pengadaan bibit yaitu pembuatan stump
pada bibit meranti yang kualitasnya kurang baik.
47
DAFTAR PUSTAKA
Dokumen SOP Kelola Lingkungan PT. Gunung Meranti (2009)
Dokumen SOP Perencanaan Hutan PT. Gunung Meranti (2012)
Dokumen SOP Pembinaan Hutan PT. Gunung Meranti (2013)
Dokumen SOP Pengamanan dan Perlindungan PT. Gunung Meranti (2009)
Dokumen SOP Persemaian/ Pembibitan PT. Gunung Meranti (2013)
Dokumen SOP Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) PT. Gunung Meranti
(2009)
Omon R M. 2010. Uji coba mutu bibit meranti merah di HPH PT. Erna Juliawati
Kalimantan Tengah. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 7(04):191-199.
Peraturan Pemerintah [PP].2004. PP No. 4 Tahun 2004 tentang Perencanaan
Kehutanan
PT. Gunung Meranti. 2011. Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
Kayu dalam Hutan Alam pada Hutan Produksi Periode Tahun 2011 s./d
2020. Banjarmasin (ID): PT. Gunung Meranti
PT. Gunung Meranti. 2017. Rencana Kerja Tahunan Pemanfaatan Hasil Hutan
Kayu dalam Hutan Alam pada Hutan Produksi. Banjarmasin (ID): PT.
Gunung Meranti
Wahyudi A, Sari N, Sarridan A, Cahyono DDN, Rayan, Noor M, Fernandes A,
Abdurachman, Apriani H, Handayani R dan K Asef. 2014. Shorea
leprosula Miq dan Shorea johorensis Foxw: Ekologi, Silvikultur,
Budidaya
48
LAMPIRAN
1 1 M 21 17 3 2
2 2 M 35 18 4 10
3 3 M 56 20 -9 18 10089
5 4 M 60 22 3 5 0090
6 5 M 48 18 -8 12
7 6 M 45 16 6 6
9 7 M 50 19 5 11 0091
11 8 M 47 17 3 10
12 9 M 68 21 8 18 0092
14 10 M 44 16 -6 13
16 11 M 75 19 8 4 0093
17 12 M 40 17 -7 9
17 13 M 65 20 -6 10 0094
20 14 M 54 19 -8 16
21 15 M 35 16 2 18 0096
22 16 M 25 14 -6 15 0097
23 17 M 50 19 -9 10
25 18 M 62 21 -8 9
27 19 M 45 17 7 8 0098
29 20 Kpr 29 15 8 12
30 21 Bkr 55 19 -9 10
30 22 M 30 16 -8 19
31 23 K 42 17 7 14
32 24 Ka 26 16 8 5
49
33 25 M 29 18 9 14
36 26 M 36 17 8 5
38 27 M 48 18 6 8
40 28 M 28 15 8 15
42 29 Krj 53 20 9 19 099
44 30 K 33 16 -5 10
46 31 Bkr 42 17 9 8
48 32 M 39 16 8 15
48 33 M 21 13 9 10
49 34 Mdh 30 14 2 14
49 35 R 38 15 2 16
Keterangan:
M : Meranti
R : Ramin
Kr : Keruing
Bkr : Bengkirai
Mdh : Mendarahan
Krj : Keranji
Ka : Kayu arang
50