Skema Kerja

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 30

1

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOOGNOSI

PERCOBAAN IV

“Identifikasi Senyawa Kimia”

Disusun Oleh:

Kelompok II (Dua) / Farmasi 1B

Adam Saleh Syafrin Gani (201802073)

Nurwahidah Humairah Zahar (201802051)

Nurwindah Sari (201802053)

Rahmadani (201802055)

Rahmawati. S (201802057)

Rani Rahma Sari (201802059)

Rezky Amelia (201802060)

Riska Sari Kusnadi (201802061)

Penanggung Jawab : Amran Nur,S.Farm.,M.Kes.,Apt

Asisten : Jumasni Adnan,S.Farm.,M.Si.,Apt

LABORATORIUM FARMAKOOGNOSI

PROGRAM STUDI D III FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PELAMONIA KESDAM VII/WRB

2019
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan

keanekaragaman jenis tumbuhan. Diantara jenis-jenis tumbuhan

tersebut ada tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat. Orang-

orang dulu meyakini bahwa tumbuhan tersebut memiliki khasiat obat

karena penyakit dan naluri untuk mempertahankan hidup. Walaupun

dalam bentuk obat tradisonal, namun khasiatnya tidak diragukan lagi.

Sering kita lihat bahwa sebagian masyarakat memanfaatkan tanaman

sebagai makanan, sedangkan pada bidang farmasi mengenal bahwa

sebagian tanaman dapat dimanfaatkan sebagai obat-obatan.

Berdasarkan hal itu, kita dituntut untuk dapat mengenali kandungan

kimia dari suatu tanaman. Hal itu disebabkan karena dengan

diketahuinya kandungan tanaman, sehingga dapat dianalisis

kandungan zat serta dapat mempelajari kemampuan efek terapi dari

kandungan kimia tanaman tersebut.

Sejalan kemajuan teknologi, kita sebagai masyarakat indonesia

khususnya seorang farmasi harus semakin mengenal tentang jaringan-

jaringan yang terdapat dalam tanaman khususnya simplisia yang dapat

dijadikan sebagai bahan obat maupun obat. Hal ini perlu kita ketahui

2
3

agar pengetahuan kita semakin berkembang, mengenai kandungan

kimia apa saja yang ada di dalam suatu simplisia.

Dalam rangka identifikasi senyawa kimia pada tumbuhan dapat

dilakukan dengan beberapa cara, yaitu melakukan identifikasi senyawa

kimia dengan uji saponin, uji flavonoid, uji alkaloid, uji glikosida, uji

terpen, dan uji tanin.

B. Maksud Percobaan

Adapun maksud dari percobaan adalah mengidentifikasi senyawa

kimia yang terkandung didalam daun kelor (Moringa oleifera)

C. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan adalah untuk melakukan skrining

senyawa kimia pada daun kelor (Moringa oleifera) dengan

menggunakan uji reaksi warna

D. Manfaat Percobaan

Adapun manfaat dari percobaan ini yaitu :

1. Manfaat terhadap mahasiswa dapat mengetahui zat kimia

yang terkandung dalam tanaman daun kelor (Moringa

oleifera)

2. Manfaat umumnya yaitu praktikan atau mahasiswa dapat

mampu memberikan informasi tentang zat kimia yang ada

dalam tanaman daun kelor (Moringa oleifera)


4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Obat Tradisional

Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2009, Obat tradisional

adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,

bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran

dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk

pengobatan dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku

di masyarakat.

Pada dasarnya pemakaian obat tradisional mempunyai beberapa

tujuan yaitu : (Depkes RI. 2000)

1. Untuk memelihara kesehatan dan menjaga kebugaran jasmani

(promotif)

2. Untuk mencegah penyakit (preventif)

3. Sebagai upaya pengobatan penyakit baik untuk pengobatan

sendiri maupun untuk mengobati orang lain sebagai upaya

untuk mengganti atau mendampingi obat jadi (kuratif)

4. Untuk memulihakan kesehatan (rehabilitative)

Pemerintah melalui badan BPOM (Balai Pengawasan Obat-obatan

dan Makanan) membagi obat tradional menjadi tiga kelompok

berdasarkan kriteria tekhnologi yang digunakan, jenis klaim

4
5

penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat. Ketiga kelompok tersebut

adalah : (Anonim.2019)

1. Obat Tradional (Jamu) yang termasuk dalam kriteria ini adalah

sediaan yang dibuat mnggunakan tekhnologi sederhana dengan

tingkat pembuktian keamanan dan khasiat empirik.

2. Obat herbal terstandar (OHT) adalah sediaan obat herbal yang

telah terbukti aman dan telah mengalami uji khasiat (pra klinik)

pada produk ini, bahan baku yang digunakan telah

distandarisasi.

3. Fitofarmaka, sediaan yang masuk golongan ini adalah sediaan

yang dibuat dengan tekhnologi yang baik, dan khasiat lebih

membuktikan secara praklinik dan klinik.

B. Simplisia

Simplisia menurut Farmakope Indonesia edisi IV adalah bahan

alam yang digunakan sebagai bahan obat alam yang belum

mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain berupa

bahan yang telah dikeringkan.

Menurut Ditjen POM. 1995, Simplisia terdiri dari 3 golongan yaitu:

1. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh,

bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tanaman

adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tumbuhan atau

denan cara tertetu dikeluarkan dari selnya atau zat nabati lain

yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya.


6

2. Simplisia hewani adalah simplisia berupa hean utuh atau zat-zat

berguna yang dihasilkan oleh hewan. Contohnya adalah minyak

ikan dan madu.

3. Simplisia pelican atau mineral adalah simplisia berupa bahan

pelican atau mineral yang belum diolah atau telah diolah

dengan cara sederhana. Contohnya serbuk seng dan serbuk

tembaga.

C. Uraian Tanaman

Gambar 1. Daun Kelor dan Bunga Kelor (Foto:Tilong,2011)

Tanaman kelor (Moringa oleifera L) merupakan salah satu jenis

tanaman tropis yang mudah tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia.

Tanaman kelor merupakan tanaman perdu dengan ketinggian 7-11

meter dan tumbuh subur mulai dari dataran rendah 0 sampai

ketinggian 700 meter di atas permukaan laut. Kelor dapat tumbuh pada

daerah tropis dan subtropis pada semua jenis tanah dan tahan

terhadap musim kering dengan toleransi terhadap kekeringan sampai 6

bulan (Thomas.2007).
7

Menurut Tilong. 2011, Kalsifikasi tanaman kelor (Moringa oleifera L)

Regnum :Plantae

Divisi :Magnoliophyta

Kelas :Magnoliopsida

Ordo :Brassicales

Famili :Moringaceae

Genus :Moringa

Spesies :Moringa oleifera .L

Daun Moringa oleifera Lamk mempunyai 8-10 pasang anak daun

dengan arah yang berlawanan terhadap sumbu utama. Moringa

oleifera Folium memiliki karakteristik yang berbentuk seperti telur,

sebesar ujung jari, daun kecil tersusun majemuk dalam satu tangkai ,

helaian daun warna kuning, panjang 2,3 cm dan lebar 1,8 cm, dengan

tipe ujung daun tumpul, tipe pangkal daun membulat, tipe tepi daun

merata dan susunan tulang daun menyirip. Bunga kelor merupaka

bunga biseksual (memiliki benang sari dan putik) berwarna putih dan

terletak pada ketiak daun dengan panjang 10-25 cm dan lebar 4 cm.

Buah kelor berwarna coklat ketika matang dan memiliki tiga lobus

dengan panjang 20-60 cm setiap buah berisi 12-35 biji

(Rahman.2015).

Kelor dikenal diseluruh dunia sebagai tanaman bergizi dan World

Health Organization (WHO) telah memperkenalkan kelor sebagai salah

satu pangan alternatif untuk mengatasi masalah gizi (malnutrisi). Di


8

Afrika dan Asia daun kelor direkomendasikan sebagai suplemen yang

kaya zat gizi untuk ibu menyusui dan anak pada masa pertumbuhan

(Krisnadi. 2015).

Berbagai bagian dari tanaman kelor seperti daun, akar, biji, kulit

kayu, buah dan bunga bertindak sebagai stimulan jantung dan

peredaran darah, memiliki anti tumor, anti hipertensi, menurunkan

kolesterol, antioksidan, anti diabetik, anti bakteri dan anti jamur.

Penelitian tentang daun kelor (Moringa oleifera L) dilaporkan

Komang,dkk. (2016) menunjukkan bahwa hasil skrining fitokimia dari

daun kelor mengandung senyawa metabolit sekunder diantaranya

flavanoid,alkaloid, steroid, dan tanin,. Selain itu, Lutfiana (2013) dari

hasil penapisan fitokimia fraksi etil astetat daun kelor mengandung

senyawa flavanoid, saponin dan tanin. Dari kedua hasil penelitian

tersebut membuktikan bahwa daun kelor mengandung senyawa

metabolit sekunder.

Metabolit dalam tumbuhan ada 2 yaitu metabolit primer dan

metabolit sekunder. Metabolit primer adalah . Metabolit sekunder

adalah . Metabolit sekunder seperti Alkaloid, Flavonoid, Glikosida,

Saponin, tannin dan terpen. Alkaloid yaitu …. Apa fungsinya bagi

tumbuhan dan fungsinya bagi manusia.

D. Uraian Bahan

1. Aquadest (Depkes RI. 1979 Hal. 96)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA


9

Nama Lain : Air Suling, Aquadest

Rumus kimia : H2O

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak

berbau, tidak mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Zat tambahan

2. Asam asetat anhidrat (Depkes RI,1979)

Nama resmi : ACIDUM ACETIC ANHIDRATE

Nama lain : Asam asetat anhidrat

Rumus kimia : (CH3CO)2O

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwana, bau tajam,

mengandung kurang dari 95,0% C4H603

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan

etanol (95%)

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

3. Etanol (Depkes RI,1979 Hal. 65)

Nama resmi : ETIL ALKAHOL / ETANOL

Nama lain : Etil alkohol, hidroksietana, alkohol, etil

hidrat, alkohol absolut

Pemerian : Cairan yang mudah menguap, mudah

terbakar, tak berarna dan merupakan

alkohol yang paling sering digunakan

dalam kehidupan sehari- hari


10

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Khasiat : Zat pelarut

4. Eter (Depkes RI,1979 Hal. 66)

Nama resmi : AETHER ANASTHETICUS

Nama lain : Eter anastesi,efoksierana

Rumus kimia : C4H10O

Pemerian : Cairan transparan,tidak berwarna, bau

khas, rasa manis atau membakar,

sangat mudah terbakar

Kelarutan : Larut dalam 10 bagian air, dapat

bercampur dengan etanol 95%, dengan

kloroform,minyak lemak, minyak atsiri

Khasiat : Anastesi umum

5. Etil Asetat (Depkes RI,1979 Hal. 41)

Nama resmi : ACIDUM ACETICUM

Nama lain : Cuka

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau

menusuk, rasa asam, tajam

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Khasiat : Zat tambahan

6. FeCl3 (Depkes RI,1979 Hal. 659)

Nama resmi : FERRI CHLORIDA

Nama lain : Besi (III) Klorida


11

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, hitam

kehijauan, bebas warna jingga dari

garam hidrat yang telah berpengaruh

oleh kelembapan

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Khasiat : Zat terlarut

7. Gelatin (Depkes RI,1979 Hal. 265)

Nama resmi : GELATINUM

Nama lain : Gelatin

Pemerian : Lembaran,kepingan,serbuk atau butiran,

tidak berwarna atau kekuningan pucat,

baud an rasa lemah

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Zat tambahan

8. Metanol (Depkes RI,1979)

Nama resmi : METIL ALKOHOL

Nama lain : Metanol, Hidroksimetana, Metil alkohol,

Metil hidrat, Alkohol kayu, karbinol

Rumus kimia : CH3OH

Pemerian : Pada keadaan atmosfer ia berbentuk

cairan yang ringan, mudah menguap,

tidak berwarna, mudah terbakar dan


12

beracun dengan bau yang khas (berbau

lebih ringan daripada etanol)

Khasiat : Sebagai bahan pendingin, anti beku,

pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan

aditif bagi etanol industri.

9. Larutan HCl (Depkes RI,1979 Hal. 53)

Nama resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM

Nama lain : Asam klorida

Pemerian : Cairan, tidak brwarna, berasap,

bau merangsang, jika diencerkan

dengan 2 bagian air, asap dan bau

hilang

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Khasiat : Zat tambahan

10. Larutan H2SO4 (Depkes RI,1979 Halaman 58)

Nama resmi : ACIDUM SUFURICUM

Nama lain : Asam sulfat

Rumus kimia : H2SO4

Pemerian : Cairan kental seperti minyak,

tidak berwarna, jika ditambahkan

kedalam air menimbulkan panas

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Khasiat : Zat tambahan


13

BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Aluminium foil j. Kompor listrik


b. Anak timbangan k. Pinset
c. Bunsen l. Pipet tetes
d. Gegep m. Rak tabung
e. Gelas kimia n. Sendok tanduk
f. Gelas ukur o. Sikat tabung
g. Handphone p. Tabung reaksi
h. Kertas HVS q. Timbangan kasar
i. Kertas Saring
2. Bahan

a. Aquadest l. Etil asetat


b. Asam asetat anhidrat m. Gelatin
c. Asam klorida (HCl 2N) n. Mayer LP
d. Asam klorida pekat o. Metanol
e. Asam sulfat (H2SO4) p. Molish LP
f. Asam sulfat pekat q. Petroleum eter
g. Bauchardat LP r. Serbuk magnesium
h. Besi (III) Klorida s. Serbuk seng
(FeCl3) t. Serbuk simplisia daun
i. Dragendroff LP kelor (Moringa oleifera
j. Etanol 95% Follium)
k. Eter u. Spir

13
14

B. Cara Kerja

Menurut Depkes RI. 1995, cara kerja dari identifikasi golongan

senyawa yaitu :

1. Uji Saponin

Sebanyak 0,5 gram serbuk simplisia, dimasukkan kedalam

tabung reaksi, ditambahkan 10 ml air panas, didinginkan kemudian

dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Positif mengandung saponin jika

terbentuk buih setinggi 1-10 cm dengan penambahan 1 tetes asam

klorida (HCl 2N) buih tidak hilang.

2. Uji Flavanoid

Larutan uji 1 gram serbuk simplisia ditambahkan 10 ml metanol

dan 5 ml petroleum eter, dikocok dan didiamkan. Diambil lapisan

metanol, diuapkan pada suhu 40oC. sisa larutan ditambahkan 5 ml

etil asetat P, disaring. Percobaan dilakukan sebagai berikut :

a. Larutan uji sebanyak 1 ml diuapkan hingga kering, sisanya

dilarutkan dalam 1-2 ml etanol (95%) P, ditambahkan 0,5

gram serbuk seng P, dan 2 ml asam klorida (HCl 2N),

didiamkan selama 1 menit. Ditambahkan 10 tetes asam

klorida pekat. Jika terbentuk warna merah intensif

menunjukkan adanya flavanoid.

b. Larutan uji sebanyak 1 ml diuapkan, sisa larutan dalam 1 ml

etanol (95%) P, ditambahkan 0,1 gram serbuk magnesium P,

dan 10 tetes asam klorida (HCl 2N). jika terjadi warna merah
15

jingga sampai merah ungu, menunjukkan adanya flavonoid.

Jika warna kuning jingga menunjukkan adanya flavon,

kalkon, dan auron.

3. Alkaloid

Sebanyak 1 gram simplisia ditambahkan 1 ml asam klorida

(HCl 2N) dan 9 ml air, dipanaskan selama 2 menit, didinginkan dan

disaring. Percoban dilakukan sebagai berikut :

a. Larutan uji ditambahkan Bauchardat LP, jika terbentuk

endapan coklat sampai hitam maka positif mengandung

alkaloid.

b. Larutan uji ditambahkan Mayer LP, jika terbentuk endapan

putih sampai kuning maka mengandung alkaloid.

c. Larutan uji ditambahkan 2 tetes Dragendroff LP, positif

mengandung alkaloid jika terbentuk endapan jingga coklat.

4. Glikosida

Sebanyak 1 gram ekstrak disari dengan 30 ml pelarut campuran

( 7 bagian etano 95% P dan 3 bagian air) selama 10 menit,

didingankan dan disaring. Sisa ditambahkan 2 ml metanol P.

Percobaan dilakukan sebagai berikut :

a. Sebanyak 0,1 ml larutan uji dalam tabung reaksi diuapkan.

Sisa ditambahkan 5 ml asam asetan anhidrat P.

ditambahkan 10 tetes asam sulfat P, terjadi warna biru atau

hijau, menunjukkan adanya glikosida.


16

b. Sebanyak 0,1 ml larutan uji dalam tabung reaksi diuapkan.

Sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes Molish LP.

Ditambahkan 2 ml asalm sulfat pekat P, terbentuk cincin

warna ungun pada batas cairan menunjukkan adanya

glikosida.

5. Terpen

Serbuk sebanyak 0,5 gram ditambahkan 5 ml larutan eter,

disaring. Filtrat ditambahkan asam asetat anhidrat dan asam sulfat

pekat (2:1). Warna merah, hijau atau biru menunjukkan positif

mengandung terpen.

6. Tanin

Sebanyak 1 gram serbuk simplisia ditambahkan 15 ml air

panas. Larutan dipanaskan hingga mendidih selama 5 menit,

disaring. Percobaan dilakukan sebagai berikut :

a. Filtrat sebanyak 5 l ditambahkan beberapa tetes FeCl3 1%

menghasilkan warna hijau violet.

b. Filtrat sebanyak 5 ml ditambahkan gelatin 10% membentuk

endapan putih.
17

BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil
No Pengujian Keterangan
+ -

Buih tidak hilang

setelah
1. Saponin √
penambahan 1

tetes HCl 2N

Flavanoid

+ Serbuk seng √

Warna kuning

2. jingga berarti

+ Serbuk Magnesium √ mengandung

flavon,kalkon dan

auron

3 Alkaloid

+ Bauchardat LP √
Tidak terbentuk
+ Mayer LP √
endapan
+ Dragendroff LP √

4 Glikosida

+asam asetat anhidrat dan asam √ Warna coklat muda

17
18

sulfat

+Molish LP dan asam sulfat


√ Warna coklat tua
pekat

5 Terpen √ Warna hijau

6. Tanin

Tidak berubah

+ FeCl3 √ warna menjadi hijau

violet

Tidak ada endapan


+Gelatin √
putih

B. Pembahasan

Praktikum farmakoognosi dengan percobaan “Idenifikasi senyawa

kimia” dilaksanakan di Laboratorium Farmakoognosi D III Farmasi

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Pelamonia Kesdam VII/WRB pada hari

Jum’at tanggal 5 April 2019.

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah Melakukan pengujian

senyawa kimia pada daun kelor (Moringa oleifera) dengan

menggunakan pereaksi tertentu.

Setelah dilakukan praktikum Identifikasi senyawa kimia pada

sampel daun kelor (Moringa oleifera) diperoleh golongan senyawa

kimia sebagai berikut:


19

a. Saponin

Uji adanya kandungan saponin ditandai dengan timbulnya busa.

Busa tersebut menunjukkan adanya glikosida yang mempunyai

kemampuan membentuk buih dalam air yang terhidrolisis menjadi

glukosa dan senyawa lain (Pardee dkk,2013). Pada uji saponin

yang telah dilakukan, sampel dinyatakan positif mengandung

saponin karena muncul busa pada saat dilakukan penambahan HCl

2N. Hal ini sesuai dengan literatur oleh Depkes RI pada tahun

1995 karena buih tidak hilang setelah penambahan 1 tetes asam

klorida (HCl 2N).

b. Flavonoid

Uji adanya Flavanoid ditandai dengan terbentuknya warna

merah intensif menunjukkan adanya flavanoid dengan

penambahan serbuk seng dan HCl 2N serta penambahan asam

klorida pekat hal ini tidak sesuai dengan literature Depkes RI pada

tahun 1995 karena disebabkan tempat tumbuh sampel di daerah

pulau dan zat airnya yang terkandung beda dengan daun kelor

yanga ada di daratan dan terbntuknya warna merah jingga sampai

merah ungu, menunjukkan adanya flavonoid. Jika warna kuning

jingga menunjukkan adanya flavon, kalkon, dan auron.Dapat dilihat

dari hasil praktikum menghasilkan warna kuning jingga maka pada

daun kelor menunjukkan adanya flavon, kalkon dan auron. Hal ini

tidak sesuai dengan literatur oleh Komang Mirah Meigara, dkk pada
20

tahun 2016 karena disebabkan tempat tumbuh sampel yang

diambil di daerah pulau dan zat airnya yang terkandung berbeda

dengan daun kelor yanga ada di daratan.

c. Alkaloid

Uji adanya kandungan alkaloid ditandai terbentuk endapan

coklat sampai kehitaman setelah penambahan Bauchardat Lp,

terbentuk endapan putih sampai kuning setelah penambahan

Mayer LP, dan terbentuk endapan jingga coklat setelah

penambahan Dragedroff LP . alkaloid postif jika terjadi endapan

atau kekeruhan paling sedikit dua dari tiga penambahan larutan

diatas (Depkes RI,1995) Pada uji alkaloid yang telah dilakukan,

sampel dinyatakan negatif mengandung alkaloid karena tidak

muncul endapan pada penambahan tiga larutan yang berbeda. Hal

ini tidak sesuai dengan literatur oleh Depkes RI pada tahun 1995

karena tidak terbentuk endapan ini disebabkan tempat tumbuh

sampel yang diambil di daerah pulau dan kesalahan dalam

melakukan praktikum.

d. Glikosida

Uji adanya kandungan Glikosida ditandai dengan timbulnya

warna biru atau hijau setelah penambahan asam asetat anhidrat

dan asam sulfat pekat(Depkes RI,1995) pada uji glikoisda yang

dilakukan pada percobaan ini tidak sesai dengan Depkes RI pada

tahun 1995 karena hasil yang didapat berwarna coklat muda


21

karena disebabkan tempat tumbuh sampel yang di ambil di daerah

pulai dan kesalahan dalam praktikum. Pada uji glikosida dengan

penambahan Molish Lp dan asam sulfat pekat menghasilkan cincin

warna ungu pada batas cairan, hal ini tidak sesuai dengan Depkes

RI pada tahun 1995 karena disebabkan tempat tumbuh sampel

yang diambil di daerah pulau dan kesalahan dalam praktikum.

e. Terpen

Uji adanya kandungan terpen ditandai dengan timbulnya merah,

hijau atau biru setelah penambahan asam asetat anhidrat dan

asam sulfat pekat dengan perbandingan (2:1) (Depkes RI,1995)

pada uji terpen yang dilakukan pada percobaan ini sesai dengan

Depkes RI pada tahun 1995 karena hasil yang didapat berwarna

hijau setelah penambahan asam asetat anhidrat dana sa sulfat

pekat dengan perbandingan (2:1)

f. Tanin

Uji adanya kandungan Glikosida ditandai dengan timbulnya

warna hijau violet setelah penambahan FeCl3 (Depkes RI,1995)

pada uji tanin yang dilakukan pada percobaan ini tidak sesai

dengan Depkes RI pada tahun 1995 karena hasil yang didapat

tidak berubah warna hijau violet setelah penambahan FeCl3 karena

disebabkan tempat tumbuh sampel yang diambil di daerah pulau

dan kesalahan dalam praktikum. Pada uji tanin dengan

penambahan gelatin membentuk endapan putih(Depkes RI,1995)


22

pada uji tanin yang dilakukan pada percobaan ini tidak sesuai

dengan Depkes RI pada tahun 1995 karena disebabkan tempat

tumbuh sampel yang di ambil di daerah pulau dan kesalahan dalam

praktikum.

Berbagai komponen kimia yang terkandung dalam daun kelor

(Moringa oleifera) ini sesuai dengan penggunaan secara empiris

yang dapat mengobati berbagai macam penyakit seperti :

1. Mengobati alergi

Tumbuk tujuh lembar daun kelor sampai halus, setelah halus

tempelkan pada bagian kulit yang alergi (Tilong,2011).

2. Mengobati sakit mata

Siapkan tiga gagang daun kelor, lalu ditymbuk atau diblender

sampai halus dan tambahkan 100 ml air, lalu diperas sampai

mendapatkan sari daun kelor, gunakan sari daun kelor

sebagai pencuci mata atau cukup diteteskan(Krisnadi, 2015).

3. Mengobati rematik

Siapkan 2 gagang daun kelor ditumbuk halus dan

ditambahkan dengan setengah sendok makan kapur sirih,

gunakan ramuan daun kelor ini diusapkan dibagian yang

nyeri(Krisnadi, 2015).

4. Mengobati hepatitis atau penyakit kuning

Siapkan 3-7 daun kelor(daun tidak boleh terlalu tua dan tidak

boleh terlalu muda), siapkan air kelapa 1 gelas dan siapkan


23

juga 1 sendok madu, cuci bersih daun kelor lalu tumbuk

sampai halus dan campurkan dengan air kelapa dan aduk

sampai rata, saring ramuan setelah itu tambahkan madu dan

aduk rata, minum ramuan sampai sembuh(Sri Wahyuni

dkk,2013)

5. Mengobati cacingan

3 gagang daun kelor, 1 gagang daun cabai,1-2 batang

meniran, ketiga bahan tersebut direbus dengan 2 gelas air

hingga mendidih sampai tersisa 1 gelas, setelah itu disaring

dan minum ramuan setiap hari(Krisnadi, 2015).

Adapun kesalahan dalam melakukan praktikum ini yaitu hasil

praktikum yang menunjukkan bahwa daun kelor (Moringa oleifera)

mengandung senyawa saponin dan terpen, sedangkan menurut

penelitian martha veronika daun kelor (Moringa oleifera) mengandung

flavonoid, saponin, tanin, dan polifenol, adapun perbedaan ini dapat

disebabkan oleh adanya :

1. Faktor dari tempat tumbuhnya tanaman ataupun pada saat

pengambilan tanaman

2. Alat yang digunakan tidak steril


24

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1) Senyawa metabolit sekunder yang terkandung didalam daun

kelor (Moringa oleifera) adalah golongan saponin, terpen dan

mengandung flavon, kalkon dan auron.

2) Ekstrak dari daun kelor memiliki aktivitas sebagai anti oksidan

untuk meredam radikal bebas

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap tanaman kelor

(Moringa oleifera) baik itu isolasi,pemurnian maupun uji hayati

terhadap senyawa aktifnya sehingga nantinya dapat di aplikasikan

pada bidang-bidang ilmu lain seperti kedokteran, pertanian, farmasi

dan lain-lain.

24
25

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI,1979, Farmakope Indonesia edisi III,

Jakarta,Dikjen POM.

Departemen Kesehatan RI,1995, Farmakope Indonesia edisi IV,

Jakarta,Dikjen POM.

Departemen Kesehatan RI,2000, Parameter Standar Umum Ekstrak

Tumbuhan Obat,Jakarta,Dikjen POM.

Komang,M.M.,I Wayan.M.,Ni Wayan.M.,2016. Skrining Fitokimia Dan Uji

Aktivitas Antioksidan Ekstrak Aseton Daun Kelor (Moringa

oleifera),Jurnal Wahana Matematika dan Sains,Volume 10, Nomor

2, Otober 2016.

Krisnadi,A.D.2015.Kelor Super Nutrisi.Jakarta:LSM-Mapeling.

Lutfiana.N.,2013,Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dnegan Kejadian Gizi

Buruk Pada Lingkungan Tahan Pangan Dan Gizi.[Skripsi

Ilmiah].Semarang:Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas

Negeri Semarang.
26

Pardede,A.,dkk,2013,Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol Dari Kulit Batang

Manggis (Garcina mymosa), Media Sains,Volume 6, Nomor 2

(halaman60-66).

Sri Wahyuni,Muhammad Arif.A.,Miftahul C.U.S.,Sinta.W.N.S.,Tri M.,

Rahajeng P., 2013,Uji Manfaat Daun Kelor (Moringa oleifera Lamk)

Untuk Mengobati Penyakit Hepatitis B,Jurnal KesMaDaska-Juli

2013,Surakarta.

Thomas,A.N.S.,2007, Tanaman Obat Tradisional,Yogyakarta,Kanisus.

Tilong,2012,Ternyata, Kelor Penakluk Diabetes,Yogyakarta,DIVA press.

Undang-Undang No. 36 tahun 2009


27

FOTO HASIL PENNGAMATAN

SAPONIN ALKALOID

FLAVONOID 1 FLAVONOID 2

GLIKOSIDA 1 GLIKOSIDA 2
28

TANIN 1 TANIN 2

TERPEN
29

LAMPIRAN SKEMA KERJA

A. Saponin
Serbuk daun kelor 0,5g tabung reaksi

dinginkan lalu kocok


10ml air panas
selama 10 detik
B. Flavonoid
Serbuk daun kelor 1g tabung reaksi

Dikocok dan didiamkan


10ml metanol dan
selama 5 menit
5ml petroleum eter
Diambil lapisan
metanol

Uapkan pada Sisa larutan ditambah Disaring


suhu 40oC 5ml etil asetat p

Percobaan 1
Ditambah 1-2ml
Larutan uji 1ml diuapkan hingga kering etanol (95%) p
Ditambahkan
serbuk seng 0,5g
dan 2ml HCl 2 N

Didiamkan Ditambah 10 tetes


selama 1 menit HCl pekat

Percobaan 2 Ditambahkan
Dilarutkan 1ml serbuk magnesium
Larutan uji 1ml diuapkan etanol (95%) p 0,1g dan 10 tetes
HCl 2 N
30

C. Alkaloid
Serbuk daun kelor 1g tabung reaksi Dipanaskan
selama 2 menit
1ml HCl 2 N dan
9ml air Dinginkan dan
saring
Percobaan 1
Larutan uji 1ml ditambahkan 2 tetes Bauchardat LP
Percobaan 2
Larutan uji 1ml ditambahkan 2 tetes Mayer LP
Percobaan 3
Larutan uji 1ml ditambahkan 2 tetes Dragendroff LP

D. Glikosida
Selama 10 menit
Serbuk daun kelor 1g
Dinginkan dan saring
30ml pelarut campuran (7 bagian
Tabung reaksi Sisa larutan ditambah
etanol (95%) p dan 3 bagian air)
2ml methanol p

E. Terpen
Serbuk daun kelor 0,5g tabung reaksi 5ml eter disaring

Filtrat ditambah asam asetat


anhidrat H2SO4 pekat (2:1)
F. Tannin
Serbuk daun kelor 1g tabung reaksi 15ml air panas Larutan dipanaskan
selama 5 menit

Disaring
Percobaan 1
Filtrat 5ml sampel ditambahkan beberapa tetes FeCl3 1%
Percobaan 2
Filtrat 5ml sampel ditambahkan gelatin 10%

Anda mungkin juga menyukai