Bab I

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Farmakognosi adalah cabang ilmu yang mempelajari sifat tumbuhan dan
bahan lain yang merupakan sumber obat. Cabang ilmu ini tidak lagi dipelajari di
fakultas kedokteran, tetapi merupakan salah satu mata pelajaran penting di
fakultas farmasi.
Pada pelajaran farmakognosi kita kenal adanya simplisia. Simplisai adalah
bahan-bahan obat yang masih dalam wujud aslinya, atau belum mengalami
perubahan bentuk. Sedangkan menurut Farmakope Indonesia Edisi III simplisia
adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat, yang mengalami
pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain,berupa bahan yang telah
dikerinngkan. Simplisia dapat dibedakan menjadi : simplisia nabati yaitu siplisia
ang berasal dari tumbuhan, simplisia hewani yaitu simplisia yang berasal dari
hewani dan simplisia mineral.
Pada pemeriksaan nabati, pemeriksaan farmakognostik yang dilakukan
mencakup

simplisia

golongan

minyak

menguap,

simplisia

golongan

glikosida,simplisia golongan alkaloid,simplisia golongan resin,simplisia golongan


tannin,dan simplisia golongan karbohidrat serta amilum.
Ilmu pengetahui pada waktu sekarang telah mengalami kemajuan yang
semakin pesat,hingga bidang-bidang pengetahuan yang semula hanya merupakan
cabang-cabang ilmu tumbuhan saja,sekarang ini telah menjadi ilmu yang berdiri
sendiri-sendiri.dalam morfologi hanya dibicarakan tubuh mikroskopiknya serta
inventarisasi tanaman obat yang kerap kali digunakan masyarakat dalam
mengobati suatu penyakit.
Indonesia yang beriklim tropis merupakan tanahnya subur sehingga
banyak jenis tanaman

yang dapat tumbuh. Diantara berbagai jenis tersebut

beberapa jenis tanaman memiliki khasiat sebagai obat. Namun,sebagian besar dari
tumbuhan obat tersebut banyak yang tidak diketahui oleh manusia sehingga tidak
terawat dengan baik.
I.2 Rumusan Masalah
Bagaimana cara pemeriksaan

farmakognosi meliputi pemeriksaan

morfologi, anatomi,organoleptik dan identifikasi kandungan kimia dari tanaman


belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L)?
I.3 Tujuan penelitian
Untuk melakukan pemeriksaan

farmakognosi meliputi pemeriksaan

morfologi, anatomi,organoleptik dan identifikasi kandungan kimia dari tanaman


belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L).
I.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yaitu dapat melengkapi data ilmiah dari tanaman
belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) sebagai obat tradisional.
I.5 Kontribusi penelitian bagi IPTEK
Memberikan

tanaman

referensi

mengenai

data

identifikasi

farmakognostik tanaman belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dalam rangka


pengembangan obat tradisional.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Tinjauan Tentang Tumbuhan
II.1.1 Sistematik Tanaman Bellimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
Klasifikasi
Kingdom

: Plantae

Sub Kingdom

: Tracheobionta

Super Divisi

: Spermatophyta

Divisi

: Magnoliophyta

Class

: Magnoliopsida

Sub Class

: Rosidae

Ordo

: Geraniales

Familia

: Oxalidaceae

Genus

: Averrhoa

Spesies

: Averrhoa Bilimbi L.

II.1.2 Nama Daerah Tanaman Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)


Nama

daerah,

Sumatera:

Asom

belimbing,

balimbieng,

balimbingan,

balimbing ; Jawa: belimbing wuluh, calincing wulet, bhalingbhing bulu ; Bali:


blimbing buloh ; Sulawesi: limbi,balimbeng, lumpias, lembetue, bainang,
calene, takurela ; Papua: uteke. Dalam bahasa Inggris dikela sebagai cucumber
tree atau Universitas Sumatera Utara bilimbi, sedankan dalam bahasa latin
disebut avrrhoa bilimbi (Gunawan dan Mulyani, 2006).
II.1.3 Morfologi
II.1.3 Morfologi Tanaman

Pohon belimbing bisa tumbuh dengan ketinggian mencapai 5-10 m.


Batang utamanya pendek, berbenjol-benjol, cabangnya rendah dan sedikit.
Batangnya bergelombang atau tidak rata (Masripah, 2009). Bentuk daunnya
majemuk menyirip ganjil dengan 21-45 pasang anak daun. Anak daun
bertangkai pendek, berbentuk bulat telur sampai jorong, ujung runcing, pangkal
membulat, tepi rata, panjang 2-10 cm, lebarnya 1-3 cm, berwarna hijau,
permukaan bawah hijau muda (Dalimartha, 2008). Perbungaan berupa malai,
bunganya kecil, berkelompok, keluar langsung pada batang dan cabangcabangnya dengan tangkai bunga berambut, menggantung, panjang 5-20 cm,
mahkota bunga biasanya berjumlah 5, panjang kelopak bunga 5-7 mm; helaian
mahkota bunga berbentuk elips; panjang 13-20 mm, berwarna ungu gelap dan
bagian pangkalnya ungu muda; benang sari semuanya subur (Masripah, 2009;
Mario, 2011).
Buah belimbing wuluh berbentuk elips hingga seperti torpedo dengan
panjang 4-10 cm. Warna buah ketika muda hijau, dengan sisa kelopak bunga
menempel diujungnya. Jika masak buahnya berwarna kuning pucat. Daging
buahnya berair dan sangat asam. Kulit buah berkilap dan tipis. Bijinya kecil
(6mm) berbentuk pipih dan berwarna coklat, serta tertutup lendir (Mario, 2011).
II.1.4 Anatomi Tanaman
II.1.5 Kandungan Kimia Tanaman
Kandungan kimia pada tanaman belimbing wuluh secara lebih rinci
yaitu pada Buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) mengandung banyak
vitamin C alami yang berguna sebagai penambah daya tahan tubuh dan
perlindungan terhadap sebagai Penyakit.Daunnya mengandung tanin, sulfur,
asam format, kalium sitrat dan kalsium oksalat. Sedangkan ibu tangkai daunnya
mengandung alkaloid dan polifenol. Batang pada tanaman belimbing

mengandung senyawa saponin, tanin, glukosida, kalsium oksalat, sulfur, asam


format, peroksidase, dan buahnya mengandung senyawa flavonoid dan
triterpenoid (Permadi, 2006). Menurut Ardananurdin (2004), bunga belimbing
wuluh mengandung golongan senyawa kimia yang bersifat antibakteri seperi
saponin, flavonoid dan polifenol.
II.1.6 Kegunaan Tanaman
Bunga belimbing wuluh dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk
mengobati batuk, flu dan sariawan pada anak-anak (Heyne, 1987; Das, et al.,
2011). Untuk mengobati batuk pada anak-anak dapat dibuat ramuan dengan
cara, tim segenggam bunga belimbing wuluh, beberapa butir adas, gula
secukupnya dan 1 cangkir air selama setengah jam. Setelah dingin disaring,
kemudian bagi untuk 2 kali minum, pagi dan malam sewaktu perut kosong
(Dalimartha, 2008). Sedangkan untuk mengobati sariawan dibuat ramuan
dengan cara segenggam bunga belimbing wuluh, gula jawa secukupnya, dan 1
cangkir air. Direbus sampai kental, setelah dingin disaring. Dipakai untuk
membersihkan mulut dan dioleskan pada sariawan (Mario, 2011). Bunga
belimbing wuluh juga dapat digunakan untuk mengobati demam tifoid
(Ardananurdin, 2004).
II.2 Tinjauan Untuk Pemeriksaan Farmakognostik
II.2.1 Pengertian Dan Sejarah Farmakonosi
Istilah Farmakognosi pertama kali dicetuskan oleh C.A. Seydler (1815),
seorang peneliti kedokteran di Haalle Jerman, dalam disertasinya berjudul Anelecta
Pharmacognostica. Farmakognosi berasal dari bahasa Yunani, pharmacon yang
artinya "obat" (ditulis dalam tanda petik karena obat disini maksudnya adalah obat
alam, bukan obat sitetis) dan gnosis yang artinya pengetahuan. Jadi farmakognosi
adalah pengretahuan tentang obat-obat alamiah (Sri mulyani, dkk, 2004).

Farmakognosi mencakup seni dan pengetahuan pengobatan dari alam yang


meliputi tanaman, hewan, mikroorganisme dan mineral. Keberadaan farmakognosi
dimulai sejak manusia pertama kali mulai mengenal penyakit, seperti menjaga
kesehatan, menyembuhkan penyakit, meringankan penderitaan, menanggulangi gejala
penyakit dan rasa sakit, serta semua yang berhubungan dengan minuman dan
makanan kesehatan (Gunawan, 2004).
Namun mereka tidak sadar bahwa yang diketahui itu adalah bidang dari
farmakognosi. Merekapun ytidak mengetahui kalau bahan-bahan yang berbahaya
seperti minyak jarak, biji saga (sogok telik) dan tempe bongkrek (avlatoksin)
merupakan bagian dari pembicaraan farmakognosi (Sri mulyani, dkk, 2004).
Pada awalnya masyarakat awam tidak mengenal istilah "farmakognosi". Oleh
karenanya, mereka tidak bisa menaikkan farmakognosi dengan bidang-bidang yang
berhubungan dengan kesehatan. Padahal, farmakognosi sebenarnya menjadi mata
pelajaran yang sangat spesifik dibidang kesehatan dan farmasi. Masyarakat telah
mengetahui khasiat dari opium (candu), kina, kelembak, penisilin, digitalis, insulin,
tiroid, vaksin polio, dan sebagainya (Sri mulyani, dkk. 2004).
Sejarah Farmakognosi
Pada kurang lebih 2500 tahun sebelum masehi, penggunaan tanaman obat
sudah dilakukan orang, hal ini dapat diketahui dari lempeng tanah liat yang
tersimpan di Perpustakaan Ashurbanipal di Assiria, yang memuat simplisia antara
lain kulit delima, opium, adas manis, madu, ragi, minyak jarak. Juga orang Yunani
kuno misalnya Hippocrates (1446 sebelum masehi), seorang tabib telah mengenal
kayu manis, hiosiamina, gentiana, kelembak, gom arab, bunga kantil dan lainnya.
Pada tahun 1737 Linnaeus, seorang ahli botani Swedia, menulis
buku Genera Plantarum yang kemudian merupakan buku pedoman utama dari
sistematik botani, sedangkan farmakognosi modern mulai dirintis oleh Martiuss.
Seorang apoteker Jerman dalam bukunya Grundriss Der Pharmakognosie Des
Planzenreisches telah menggolongkan simplisia menurut segi morfologi, cara- cara
untuk mengetahui kemurnian simplisia.
6

Farmakognosi mulai berkembang pesat setelah pertengahan abad ke 19 dan


masih terbatas pada uraian makroskopis dan mikroskopis. Dan sampai dewasa ini
perkembangannya sudah sampai ke usaha- usaha isolasi, identifikasi dan juga teknikteknik kromatografi untuk tujuan analisa kualitatif dan kuantitatif.
Keberadaan farmakognosi dimulai sejak manusia pertama kali mengelolah
penyakit

seperti

menjaga

kesehatan,menyembuhkan

penyakit,meringankan

penderitaan,menanggulangi gejala penyakit dan rasa sakit,serta semua yang


berhubungan dengan minuman dan makanan kesehatan.pada awalnya,farmakognosi
lahir dari jampi-jampi suku voodoo dan tanpa disadari telah ikut menyelamatkan
resep-resep rahasia tidak tertulis dari dukun dan leluhur.(Gunawan,2004).
II.2.2 Ruang Lingkup Pemeriksaan Farmakognositik
II.2.2.1 Identifikasi Dan Determinasi Tanaman Belimbing Wuluh
(Averrhoa bilimbi L.)
Dalam melakukan suatu determinasi tanaman itu membutuhkan alat-alat
khusus dalam mengolah tanaman bandotan tersebut di samping itu bahan-bahan
tumbuhan tidak lupa pula untuk turut disertakan dalam penentuan determinasi ini
yang meliputi beberapa eksemplar yang kalau dikumpulkan member gambaran yang
lebih lengkap .
Menentukan kunci determinasi tanaman dilakukan berdasarkan bentuk
morfologi tanaman melalui uraian tanaman atau ciri-ciri umum tanaman secara
lengkap serta tak lupa pula dari segi pengelompokkan atau klasifikasi tanaman yang
mempermudah dalam menentukan kunci determinasi tanaman tersebut.untuk
mempermudah

determinasi

tanaman

dilakukan

pembuatan

herbarium

khusus.herbarium adalah penyimpanan dan penngawetan tumbuhan Untuk herbarium


kering perlakuannya disimpan dalam keadaan kering sedangkan herbarium basah
disimpan dalam keadaan basah dengan cairan tertentu
Pembuatan herbarium tanaman dilakukan dengan mengumpulkan seluruh
bagian tanaman yang utuh (akar, batang, daun), termasuk bagian-bagian khusus
tanaman seperti bunga, buah dan bij,bila tidak dikumpulkan secara lengkap akan
7

susah untuk mengidentifikasinya serta jangan sekali-kali mengambil tanaman pada


waktu yang berbeda kemudian dikumpulkan menjadi satu, itu akan membuat
herbarium memberikan hasil yang tidak baik (Van steenis,1972).
II.2.2.2 Morfologi Tanaman
Ilmu tumbuhan saat ini telah mengalami kemajuan yang demikian
pesat, dari berbagai cabang ilmu tumbuhan yang sekarang telah berdiri sendiri
adalah morfologi tumbuhan mempelajari tentang morfologi luar atau
morfologi dalam arti yang sempit, yang selain memuat tentang istilah-istilah
yang lazim dipakai dalam ilmu tumbuhan, kususnya dalam taksonomi
tumbuhan, sekaligus juga berisi tuntunan bagaimana caranya mencandra
(mendeskripsi) tumbuhan (Gembong,1999).
Morfologi tumbuhan disini lebih menjelaskan tentang bagaimana
bentuk batang,daun,akar,ataupun buah dari suatu tumbuhan, jadi, hanya akan
menyangkut dua golongan tumbuhan yaitu: Pteridophyta (tumbuhan paku)
dan Spermatophyta (tumbuhan biji) (Gembong,1999).
Rupanya morfologi tumbuhan tidak hanya menguraikan bentuk dan
susunan tubuh tumbuhan saja, tetapi juga bertugas untuk menentukan apakah
fungsi masing-masing bagian itu dalam kehidupan tumbuhan, dan selanjutnya
juga berusaha mengetahui darimana asal bentuk dan susunan tubuh yang
demikian tadi. Selain dari itu morfologi harus pula dapat memberikan jawaban
atas pertanyaan mengapa bagian-bagian tubuh tumbuhan mempunyai bentuk
dan susunan yang beranekaragam tersebut (Gembong,1999).
II.2.2.3 Anatomi Tumbuhan
Pengetahuan tentang anatomi tumbuhan adalah ilmu yang merangkum
uraian organ, susunan, bagian, atau fungsi dari organ tumbuhan itu,
pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari unsur-unsur anatomi serta fragmen
pengenal jaringan serbuk yang khas, guna mengetahui jenis-jenis simplisia

yang diuji berupa sayatan melintang, membujur atau serbuk dari tanaman
(Doni : Ahmad.2008).
II.2.2.4 Identifikasi Kandungan Kimia Tanaman
Kandungan kimia pada tanaman belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi
L) mengandung banyak vitamin C tanin, sulfur, asam format, kalium sitrat
kalsium oksalat. Alkaloid, polifenol. saponin, glukosida, sulfur, asam format,
peroksidase, dan buahnya mengandung senyawa flavonoid dan triterpenoid
(Permadi, 2006).
II.2.2.5 Pemeriksaan Mutu dan Standarisasi
Pemeriksaan mutu simplisia terdiri atas pemeriksaan :
1. Organoleptik, yaitu pemeriksan warna, bau, dan rasa bahan/simplisia.
2. Makroskopik, yaitu memuat uraian makroskopik mengenai bentuk
ukuran, warna, dan bidang patahan/irisan.
3. Mikroskopik, yaitu membuat paparan anatomis,
simplisia, fragmen pengenal

penampang melintang

serbuk simplisia, meliputi uraian mengenai:

1. Jaringan pada batang, akar, dan daun, terdiri dari:


a

Jaringan primer ( epidermis, corteks, endodermis, caspari, perisikel, silinder

b
c

pusat dan empelur ) .


Jaringan sekunder (periderm, felogen, dan ritidom).
Perubahan susunan silinder pusat

2.

Jaringan pada daun, terdiri dari :


a
b

3.

Tipe stomata.
Jenis rambut (rambut penutup, dan rambut kelenjar).
Jaringan pada daun, batang, dan akar terdiri dari :

a
b

Tipe idioblass
Tipe sel sklerenkim
Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam standarisasi obat fitokimia

indonesia adalah budidaya karena mempunyai kolerasi dengan kandungan zat


berkhasiat.penelitian ini bertujuan untuk melihat kandungan kimia dari belimbing
wuluh.
II.3 Tinjauan Tentang Simplisia
9

II.3.1 Pengertian Simplisia (Ditjen POM, 1979)


Pengertian simplisia menurut Farmakope Indonesia Edisi III, adalah
bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan
apapaun juga kecuali dinyataka lain berupa bahan yang telah dikeringkan.
II.3.2 Penggolongan Simplisia (Amin, 2011)
Simplisia terbagi 3 golongan yaitu :
1. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman dan eksudat tanaman. Eskudat tanaman ialah isi yang spontan
keluar dari tanaman atau isi sel yang dikeluarkan dari selnya, dengan cara
tertentu atau zat yang dipisahkan dari tanamannya dengan cara tertentu
yang masih belum berupa zat kimia murni.
2. Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh, bagian hewan atau
zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia
murni.
3. Simplisia mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelican (mineral)
yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum
berupa zat kimia murni.
Selain ketiga jenis simplisia diatas juga terdapat hal lain, yaitu benda organic
asing yang disingkat benda asing, adalah satu atau keseluruhan dari apa-apa yang
disebut dibawah ini (Amin, 2010):
1. Fragmen, merupakan bagian tanaman asal simplisia selain bagian tanaman
yang disebut dalam paparan makroskopik, atau bagian sedemikian nilai
batasnya disebut monografi.
2. Hewan hewan asing, merupakan zat yang dikeluarkan oleh hewan, kotoran
hewan, batu tanah atau pengotor lainnya.
Kecuali yang dinyatakan lain, yang dimaksudkan dengan benda asing
pada simplisia nabati adalah benda asing yang berasal dari tanaman. Simplisia
nabati harus bebas serangga, fragme hewan, atau kotoran hewan tidak boleh
menyimpang bau dan warnanya, tidak boleh mengandung lendir, atau
cendawan,

atau

menunjukkan

adanya

zat

pengotor

lainnya;

pada

10

perhitunganpenetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam, kadar abu yang
larut dalam air , sari yang larut dalam air, atau sari yang larut dalam etanol
didasarkan pada simplisia yang belum ditetapkan susut pengeringannya.
Sedangkan susut pengering sendiri adalah banyaknya bagian zat yang
mudah menguap termasuk air, tetapkan dengan cara pengeringan, kecuali
dinyatakan lain, dilakukan pada suhu 150o hingga bobot tetap.
II.3.3 Cara pembuatan simplisia (Ditjen POM, 1985)
Pembuatan simplisia merupakan proses memperoleh simplisia dari alam yang
baik dan memenuhi syarat-syarat mutu yang dikehendaki
1. Teknik pengumpulan
Pengumpulan atau

panen

dapat

dilakukan

dengan

tangan

atau

menggunakan alat (mesin). Apabila pengambilan dilakukan secara langsung


(pemetikan) maka harus memperhatikan keterampilan si pemetik, agar diperoleh
tanaman/bagian tanaman yang dikehendaki, misalnya dikehendaki daun yang
muda, maka daun yang tua jangan dipetik dan jangan merusak bagian tanaman
lainnya. misalnya jangan menggunakan alat yang terbuat dari logam untuk
simplisia yang mengandung senyawa fenol dan glikosa.
Waktu pengumpulan atau panen
Kadar kandungan zat aktif suatu simplisia ditentukan oleh waktu panen, umur
tanaman, bagian tanaman yang diambil dan lingkungan tempat tumbuhnya,
Pada umumnya waktu pengumpulan sebagai berikut :

Daun dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan sebelum buah menjadi


masak, contohnya, daun Athropa belladonna mencapai kadar alkaloid tertinggi
pada pucuk tanaman saat mulai berbunga. Tanaman yang berfotosintesis

diambil daunnya saat reaksi fotosintesis sempurna yaitu pukul 09.00-12.00.


Bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah mekar.
Buah dipetik dalam keadaan tua, kecuali buah mengkudu dipetik sebelum

buah masak.
Biji dikumpulkan dari buah yang masak sempurna.

11

Akar, rimpang (rhizome), umbi (tuber) dan umbi lapis (bulbus), dikumpulkan
sewaktu proses pertumbuhannya berhenti.

Bagian Tanaman
1. Klika batang/klika/korteks
Klika diambil dari batang utama dan cabang, dikelupas dengan ukuran panjang
dan lebar tertentu, sebaliknya dengan cara berselang-seling dan sebelum jaringan
kambiumnya, untuk klika yang mengandung minyak atsiri atau senyawa fenol
gunakan alat pengelupas yang bukan terbuat dari logam.
2. Batang (caulis)
Batang diambil dari cabang utama sampai leher akar, dipotong-potong dengan
panjang dan diameter tertentu.
3. Kayu (Lignum)
Kayu diambil dari batang atau cabang, kelupas kuliltnya dan potong-potong
kecil.
4. Daun (Folium)
Daun tua atau muda (daun kelima dari pucuk) dipetik satu persatu secara manual.
5. Bunga (Flos)
Tergantung yang dimaksud, dapat berupa kuncup atau bunga mekar atau
mahkota bunga atau daun bunga, dapat dipetik langsung dengan tangan.
6. Akar (Radix)
Bagian yang digunakan adalah bagian yang berada di bawah permukaan tanah,
dipotong-potong dengan ukuran tertentu.
7.

Rimpang (Rhizoma)
Tanaman dicabut, rimpang diambil dan dibersihkan dari akar, dipotong
melintang dengan ketebalan tertentu.

8.

Buah (Fructus)
Dapat berupa buah yang masak, matang atau buah muda, dipetik dengan tangan.

9. Biji (Semen)

12

Buah yang dikupas kulit buahnya menggunakan tangan atau alat, biji
dikumpulkan dan dicuci.
10. Bulbus
Tanaman dicabut, bulbus dipisahkan dari daun dan akar dengan memotongnya.
2. Pencucian dan Sortasi Basah
Pencucian dan sortasi basah dimaksudkan untuk membersihkan simplisia
dari benda-benda asing dari luar (tanah, batu dan sebagainya), dan memisahkan
bagian tanaman yang tidak dikehendaki. Pencucian dilakukan bagi simplisia
utamanya bagian tanaman yang berada di bawah tanah (akar, rimpang,), untuk
membersihkan simplisia dari sisa-sisa tanah yang melekat.
3.

Pengeringan
Tujuan pengeringan pada tanaman atau bagian tanaman adalah :
1. Untuk mendapatkan simplisia yang awet, tidak rusak dan dapat digunakan
dalam jangka relative lama.
2. Mengurangi kadar air, sehingga mencegah terjadinya pembusukan oleh jamur
atau bakteri karena terhentinya proses enzimatik dalam jaringan tumbuhan
yang selnya telah mati. Agar reaksi enzimatik tidak dapat berlangsung, kadar

air yang dainjurkan adalah kurang dari 10 %.


3. Mudah dalam penyimpanan dan mudah dihaluskan bila ingin dibuat serbuk.
Pengeringan alamiah
Tergantung dari kandungan zat aktif simplisia, pengeringan dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Sinar matahari langsung, terutama pada bagian tanaman yang keras (kayu,
kulit biji, biji dan sebagainya) dan mengandung zat aktif yang relative stabil

oleh panas)
2. Diangin-anginkan dan tidak terkena sinar matahari secara langsung, umumnya
untuk simplisia bertekstur lunak (bunga, daun dan lain-lain) dan zat aktif yang
dikandungnya tidak stabil oleh panas (minyak atsiri).
b. Pengeringan buatan

13

Cara pengeringan dengan ,menggunakan alat yang dapat diatur suhu,


kelembaban, tekanan atau sirkulasi udaranya.
II.3.4 Pemeriksaan Mutu Simplisia
Pemeriksaan mutu simplisia terdiri atas (Amin, 2009):
a. Identifikasi pemeriksaan meliputi :
1. Organoleptik, yaitu pemeriksaan warna, bau dan rasa dari bahan simplisia.
Dalam buku resmi dinyatakan pemerian yaitu memuat paparan mengenai
bentuk dan rasa yang dimaksudka untuk dijadikan petunjuk mengenal simplisia
nabati sebagai syarat baku.
2. Mikroskopik, yaitu membuat uraian mikroskopik paparan mengenai bentuk
ukuran, warna dan bidang patahan atau irisan.
3. Mikroskopoik yaitu membuat paparan anatomi penempang melintang simplisia
fragmen pengenal serbuk simplisia.
4. Tetapan fisika, melipti pemeriksaan indeks bias, bobot jenis, titik lebur, rotasi
optic, mikrosublimasi, dan rekristalisasi.
5. Kimiawai, meliputi reaksi warna, pengendapan, penggaraman, logam, dan
kompleks.
6. Biologi, meliputi pemeriksaan mikrobiologi seperti penetapan angka kuman,
pencemaran, dan percobaan terhadap hewan.
b. Analisis bahan meliputi penetapan jenis konstituen (Zat kandungan), kadar
konstituen (Kadar abu, kadar sari, kadar air, kadar logam), dan standarisasi
simplisia.
c. Kemurnian, meliputi kromatografi: kinerja tinggi, lapis tipis, kolom, kertas, dan
gas untuk menentukan senyawa atau komponene kimia tunggal dalam simplisia
hasil metabolit primer dan sekunder tanaman

II.4 Identifikasi Kandungan Kimia Simplisia Secara Kemotaksonomi

14

II.4.1 Penggolongan Tanaman berdasarkan Kemotaksonomi (uraikan tentang


penggolongan tanaman berdasarkan suku/familinya, disertai rumus
struktur tiap golongan)
Pengolongan

tumbuhan

ini

merupakan

suku

atau

family

Oxalidaceae Bentuk daunnya majemuk menyirip ganjil dengan 21-45 pasang


anak daun.
II.4.2 Kegunaan Umum Tanaman Berdasarkan Kemotaksonomi
Bunga belimbing wuluh dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk
mengobati batuk, flu dan sariawan pada anak-anak (Heyne, 1987; Das, et al.,
2011). Untuk mengobati batuk pada anak-anak dapat dibuat ramuan dengan
cara, tim segenggam bunga belimbing wuluh, beberapa butir adas, gula
secukupnya dan 1 cangkir air selama setengah jam. Setelah dingin disaring,
kemudian bagi untuk 2 kali minum, pagi dan malam sewaktu perut kosong
(Dalimartha, 2008).
II.4.3 Cara

mengidentifikasi

Kandungan

Kimia

Simplisia

(Berdasarkan

Literatur MMI/FI/Handbook lain).


a.

Reaksi Warna
1. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam sulfat P, terjadi warna coklat
kehijauan.
2. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam sulfat 10 N, terjadi warna
hijau tua.
3. Pada 2 mg serbuk dau tambahkan 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% b/v
dalam etanol, terjadi warna hijau.
4. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetesamonia (25%) P, terjadi warna
coklat kehijauan.
5. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5% b/v,
terjadi warna hijau kecoklatan.

b.

Reaksi pengendapan

15

Alkaloid merupakan senyawa organik yang mengandung unsure nitrogen


dan berspifat basa. Senyawa ini dijumpai pada golongan tanaman leguminosae,
rubiaceae, ladoceae,dan liliaceae. Untuk menentukan adanya alkaloid maka
ditimbang 500 mg serbuk simplisia, tambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml
air, panaskan di atas penangas air selama 2 menit, dinginkan dan saring,
pindahkan masing-masing 3 tetes filtrate pada dua kaca arloji:
1. Tambahkan 2 tetes mayer LP pada kaca arloji pertama, terbentuk endapan
menggumpal berwarna putih
2. Tambahkan 2 tetes bouchardat LP pada kaca arloji kedua, terbentuk endapan
berwarna coklat sampai hitam
c.

Kromatografi Lapis Tipis


Kromatografi lapis tipis adalah salah satu teknik pemisahan komponen
kimia dengan prinsip adsorpsi dan partisi menggunakan lempeng berukuran 3 x 7
cm, yang dilapisi oleh silica gel sebagai fase adsorben atau disebut fase diam dan
eluen berupa campuran beberapa pelarut atau fase gerak yang dapat memisahkan
senyawa kimia yang dapat memisahkan senyawa kimia dengan baik.

BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL,HIPOTESIS DAN SKEMA KERJA
III.1 Kerangka Konseptual

Obat tradisional

Belimbing wuluh

Indonesia
Pemeriksaan

Aktifitas
farmakologi
Hipertensi,batuk dll

16

Farmakognosi
Bioaktivitas

Praklinik

Invitro dan invivo

Kandungan Kimia Dan


Identifikasi
Kemotaksonomi

Pengembangan Obat Tradisional


Dan Fitofarmako

III.2 Hipotesis
Pemeriksaan morfologi tanaman bentuk daun Batang utamanya pendek,
berbenjol-benjol, cabangnya rendah dan sedikit. Batangnya bergelombang atau
tidak rata . Bentuk daunnya majemuk menyirip ganjil dengan 21-45 pasang
anak daun. Anak daun bertangkai pendek, berbentuk bulat telur sampai jorong,
ujung runcing, pangkal membulat, tepi rata, panjang 2-10 cm, lebarnya 1-3 cm,
berwarna hijau, permukaan bawah hijau muda.
Perbungaan berupa malai, bunganya kecil, berkelompok, keluar
langsung pada batang dan cabang-cabangnya dengan tangkai bunga berambut,
menggantung, panjang 5-20 cm, mahkota bunga biasanya berjumlah 5, panjang
17

kelopak bunga 5-7 mm; helaian mahkota bunga berbentuk elips; panjang 13-20
mm, berwarna ungu gelap dan bagian pangkalnya ungu muda; benang sari
semuanya subur.
Buah belimbing wuluh berbentuk elips hingga seperti torpedo dengan
panjang 4-10 cm. Warna buah ketika muda hijau, dengan sisa kelopak bunga
menempel diujungnya. Jika masak buahnya berwarna kuning pucat. Daging
buahnya berair dan sangat asam. Kulit buah berkilap dan tipis. Bijinya kecil
(6mm) berbentuk pipih dan berwarna coklat, serta tertutup lendir (Mario, 2011).
Melalui pemeriksaan identifikasi kandungan kimia diduga
mengandung lignin pada batang dan akar, pati dan aleuron pada batang,akar dan
daun, minyak menguap pada akar,baatng dan daun, glikosida pada daun.

III.3 Skema Kerja


Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L)

Sampel dikeringkan

Pemeriksaan
a. Morfologi
b. Anatomi
c. Organoleptik
Pada akar, batang, dan daun

Sampel diserbukkan

Identifikasi kimia
a. Lignin
b. Pati dan aleuron
c. Minyak menguap
d. Glikosida dan saponin
Pembahasan
Hasil

18

Kesimpulan

BAB 4
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
IV.1 Bahan Alat dan Instrument Praktikum
IV.1.1 Bahan Tanaman Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L)
1. Akar
2. Batang
3. Daun
IV.1.2 Bahan Kimia
1.
2.
a.
Florogusin P
b.
HCL P
c.
Iodium 0,1 N

Aquades
Pereaksi identifikasi

19

d.
e.

Sudan III dan Etanol 90%


Air panas

IV.1.3 Alat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Cutter
Deck glass
Handscoon
Objek glass
Miskroskop
Tabung reaksi
Rak tabung
Plat tetes

BAB 5
HASIL
V.1 Morfologi Tanaman
Hasil pemeriksaan morfologi tanaman Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L)
N
o
1.

Pemeriksaan
Daun

Hasil pengamatan
Bentuk

helai

daun

(bulat

telur

sampai

jorong(ovalis))
Bentuk ujung daun (runcing(Acutus))
Bentuk tepi daun (rata(integer))
2.

Batang

Pertulangan daun (menyirip(penninervis))


Bentuk batang ( bergelombang dan tidak rata,
kasar dan berbenjol-benjol)
Arah tumbuh (Condong keatas )

3.

Akar

Percabangan (percabangan sedikit)


Sistem perakaran (Tunggang (radix primaria))
Bentuk akar (berbentuk seperti kerucut lurus

20

kebawah)
Gambar morfologi daun
1

Keterangan : 1. Ujung daun (Apex folium)


2. Tulang daun (Nervus lateralis)
3. Pangkal daun (Basis folium)
Gambar morfologi batang

Keterangan :
21

1. Ujung batang (Apex caulis )


2. Tulang batang(Nervus lateralis)
3. Pangkal batang (Basis caulis)
Gambar morfologi Akar
1

Keterangan : 1. Ujung akar (Apex radix)


2. Cabang-cabang akar
3. Pangkal akar (Basis radix)
V.2 Anatomi tanaman
N

Bagian Tanaman

Hasil pengamatan

22

1.

Daun

Memiliki epidermis, yaitu sebagai sel pipih dan

Membujur

terletak pada permukaan atas dan bawah daun,


memiliki Xylem yang mengangkut air

zat

hara, floem yang mengankut hasil similasi


keseluruhan.
2.

Batang

Memiliki korteks yaitu bagian terluar dari

Membujur

batang, epidermisnya terdiri dari selapis sel


yang melindungi jaringan dibawahnya.

3.

Akar

Memiliki jaringan korteks akar lebih tebal

Membujur

dibanding jaringan korteks yang ada dibatang


Memiliki rambut-rambut akar .

Gambar Anatomi

2
3
1
Gambar 5.1 Penampang membujur daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L)
Keterangan ;

1. Epidermis atas
2. Xylem
3. Floem

23

1
2

Gambar 5.2 Penampang membujur batang belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L)


Keterangan ;1. Epidermis
2. Korteks

1
2

Gambar 5.3 Penampang membujur akar belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L)


Keterangan ;1. Epidermis
2. Rambut-rambut akar

V.3 Pemeriksaan Mutu Simplisia


Pemeriksaan mutu dari belimbing wuluh bertujuan untuk diperoleh hasil
simplisia agar memenuhi persyaratan umum yang ditetapkan oleh departemen
kesehatan RI dalam buku resmi seperti MMI, farmakope Indonesia dan ekstrak FI.

24

V.4 Identifikasi Kandungan Kimia Simplisia


Serbuk Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L)

AKAR

BATANG

DAUN

Tabel.V.4.1 Uji Organoleptiks pada belimbing wuluh


Pengujian
N

Bagian tanaman

Warna

Rasa

Bau

o
1.

Daun

hijau

Kecut

Menyengat

2.

Batang

kecoklatan

Asin

Khas

3.

Akar

kecoklatan

Asin

Khas

Tabel.V.5.2 Uji identifikasi kandungan Kimia


a. Daun
Uji hasil

25

No
1.

Uji
Lignin

Pereaksi

Uji

Sebelum

Florogusin p

pustaka
Merah

Sesudah

Keterangan

Hijau

Hijau

Negatif (-)

+ Hcl p
2.

Pati dan

Iodium 0,1 N

Biru

Hijau

Biru

Positif (+)

3.

aleuron
Minyak

Sudan II +

Merah

Hijau

Merah

Positif (+)

menguap

etanol 90%

Jingga

Glikosid

Air panas

Coklat
Berbuih

4.

a dan

Jingga
Hijau

Coklat
Berbuih

Positif (+)

saponin
b. Batang
Uji hasil
N
o
1.

2.
3.

4.

Uji
Lignin

Pereaksi

Sesudah

Keteranga

Merah

n
Positif (+)

Biru

Positif (+)

Kecoklata

Merah

Positif (+)

Sebelum

Florogusi

pustaka
Merah
Kecoklata

n p + Hcl

Pati dan

p
Iodium

aleuron

0,1 N

Minyak

Uji

Biru

Kecoklata
n

Sudan II + Merah

menguap

etanol

Jingga

Jingga

Glikosid

90%
Air panas

Coklat

Kecoklata

Kecoklata

Berbui

a dan
saponin

Negatif (-)

c. Akar
Uji hasil

26

Uji

Pereaksi

Uji
pustaka
Merah

Sebelum

Sesuda

Keterangan

Kecoklata

h
Merah

Positif (+)

o
1.

Lignin

Florogusin

2.

Pati dan

p + Hcl p
Iodium 0,1 Biru

n
Kecoklata

Biru

Positif (+)

3.

aleuron
Minyak

N
Sudan II +

Merah

n
Kecoklata

Merah

Positif (+)

menguap

etanol

jingga

jingga

Glikosida

90%
Air panas

Coklat

Kecoklata

Coklat

berbuih

berbuih

4.

dan

Negatif (-)

saponin

BAB VI
PEMBAHASAN
VI.1 Data Morfologi
Pengamatan morfologi dilakukan dengan mengamati bentuk fisik
tanaman yakni warna, zat, bentuk tanaman, dan merupakan salah satu cara
memperkenalkan tanaman, karena mengingat tanaman yang sama belum tentu
27

mempunyai bentuk morfologi yang sama pula, pemeriksaan morfologi tanaman


Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) yang berasal dari suku Oxalidaceae,
Pohon belimbing bisa tumbuh dengan ketinggian mencapai 5-10 meter. bentuk
daun Batang utamanya pendek, berbenjol-benjol, cabangnya rendah dan sedikit.
Batangnya bergelombang atau tidak rata . Bentuk daunnya majemuk menyirip
ganjil. berwarna hijau, helaian daun berbentuk bulat telur (ovalis) permukaan
bawah hijau muda. Akar belimbing wuluh akar tunggang warna coklat warna
coklat kehitaman.
VI.2 Anatomi Daun
Pengamatan anatomi tumbuhan digunakan untuk mengamati bentuk sel
dan jaringan dan yang diuji berupa sayatan membujur pada daun, batang, dan
akar. Pada anatomi daun dari tanaman belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L)
memiliki epidermis atas, xylem dan floem. Pada batang memiliki epidermis dan
korteks. Dan pada akar memiliki epidermis dan rambut-rambut akar untuk
memperluas penyerapan air.
VI.3 Data Organoleptis
Pengamatan organoleptis pada tumbuhan dimaksudkan untuk mengetahui
sifat-sifat yang khas dan spesifik dari suatu tanaman belimbing wuluh (Averrhoa
bilimbi L). adapun hasil dari pengujian

organoleptis dari belimbing wuluh

(Averrhoa bilimbi L) adalah


1. Daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L)
Warna
: Kecoklatan
Bentuk
: Serbuk
Bau
: Menyengat
Rasa
: kecut
2. Batang belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L)
Warna
: Kecoklatan
Bentuk
: Serbuk
Bau
: Khas
Rasa
: Asin
3. Akar belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L)
Warna

: Kecoklatan
28

Bentuk

: Serbuk

Bau

: Khas

Rasa

: Asin

VI.4 Penentuan kandungan kimia


Penetuan kandungan kimia secara kualitatif dilakukan dengan
menggunakan pereaksi kimia yang umum untuk senyawa tersebut. Metode ini
dilakukan untuk mengetahui secara kualitatif kemungkinan senyawa yang
terkandung dalam serbuk belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) dari praktikum
ini dilakukan, dan diperoleh hasil yang positif pada :
a). Daun
: Aleuron Dan Saponin
b). Batang
: Lignin, Aleuron, Minyak Menguap, Dan Saponin
c). Akar
: Lignin, Aleuron, Minyak Menguap, Dan Saponin
Pada percobaan ini hanya dilakukan 4 pengujian karena untuk pengujian
selanjutnya dibatalkan hal tersebut disebabakan karena kesalahan praktikan
yang tidak siap dalam melaksanakan praktikum misalnya belum menyiapkan
alat dan bahan yang diperlukan dalam pelakasaan praktikum.
BAB VII
PENUTUP
VII.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil, yaitu :
1. Dari pengamatan morfologi Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) yang
berasal dari suku Oxalidaceae, Pohon belimbing bisa tumbuh dengan
ketinggian mencapai 5-10 meter. bentuk daun Batang utamanya pendek,
berbenjol-benjol, cabangnya rendah dan sedikit. Batangnya bergelombang
atau tidak rata . Bentuk daunnya majemuk menyirip ganjil. berwarna hijau,
helaian daun berbentuk bulat telur (ovalis) permukaan bawah hijau muda.
Akar belimbing wuluh akar tunggang warna coklat warna coklat kehitaman.
2. Pada anatomi daun dari tanaman belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L)
memiliki epidermis atas, xylem dan floem. Pada batang memiliki epidermis
dan korteks. Dan pada akar memiliki epidermis dan rambut-rambut akar untuk
memperluas penyerapan air.

29

3. Pada pemeriksaan organoleptik belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L)


memiliki kandungan kimia daun warna hijau, rasa kecut, berbau khas. Pada
batang berwarna kecoklatan, rasa asin dan berbau khas. Pada akar berwarna
kecoklatan, rasa asin dan berbau khas.
4. Tanaman Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) pada daun mengandung
lignin,minyak menguap dan glikosida saponin, pada batang mengandung
lignin, pati dan aleuron, dan minyak menguap. Dan pada akar mengandung
lignin, pati dan aleuron, dan minyak menguap.
5. Pada percobaan ini hanya dilakukan 4 pengujian karena untuk pengujian
selanjutnya dibatalkan hal tersebut disebabakan karena kesalahan praktikan
yang tidak siap dalam melaksanakan praktikum misalnya belum menyiapkan
alat dan bahan yang diperlukan dalam pelakasaan praktikum.
VII.2 Saran
Diharapkan kepada praktikan agar selalu teliti dan serius dalam
melakukan praktikum agar tidak terjadi kesalahan yang tidak dinginkan.

30

Anda mungkin juga menyukai