12 Dwi Natur Yesus 2

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 2

DWI-NATUR YESUS

Bagian-2: Hubungan Antar Dua Natur Yesus


GPPS Ebenhaezer, Tulungagung 18-20 Januari 2004
Yakub Tri Handoko, M.Th.

Penggunaan istilah pribadi dan natur.

Problem: dua istilah ini tidak ada dalam Alkitab; istilah ini juga berasal dari bahasa Latin,
sehingga seiring berjalannya waktu bisa mengalami perubahan arti.

Solusi:
• Istilah non-Alkitab tetap diperlukan sepanjang istilah tersebut mampu menjelaskan arti
yang sesungguhnya dari ajaran Alkitab. Beberapa istilah lain yang sering dipakai tetapi
tidak terdapat dalam Alkitab adalah Tritunggal dan Inerrancy (ketidakbersalahan
Alkitab).
• Lebih baik memakai istilah yang sudah umum tetapi disertai penjelasan yang tidak bias
daripada menggunakan istilah baru yang seringkali justru tidak tepat dan tidak banyak
menolong.

Pengertian: Yesus memiliki dua natur, tetapi satu pribadi (pribadi Allah).
• Natur manusia adalah esensi atau hakekat dari manusia. Dalam hal ini, tidak ada
perbedaan antara hakekat manusia yang satu dengan yang lain. Semua memiliki hakekat
yang sama. Hakekat ini sudah merupakan seluruh manusia, tidak kurang dan tidak lebih.
• Pribadi manusia adalah hakekat manusia yang sudah dipribadikan, sehingga pribadi
masing-masing manusia akan berbeda. Pribadi bukanlah sesuatu yang perlu untuk
melengkapi maupun sesuatu yang pokok. Pribadi merupakan terminal (akhir) yang akan
dituju hakekat.
• Ilustrasi: tanah liat dan beragam bejana.

Persatuan pribadi (Hypostatical/personal Union).

1. Yesus sungguh-sungguh manusia dan Allah, tetapi Ia hanya memiliki SATU PRIBADI,
yaitu pribadi Allah. Dalam konteks kejamakan pribadi Allah Tritunggal (3 pribadi, satu
hakekat), Allah seringkali disebut dengan kata ganti orang jamak (Kej 1:26), terlibat
dalam dalam percakapan antara satu dengan yang lain (Mzm 2:7), terlibat dalam tindakan
mutual (Mat 3:17; Yoh 17:23-24). Semua fenomena ini tidak pernah dipakai untuk
menggambarkan diri Yesus.
2. Yesus sebelum inkarnasi memiliki hakekat ilahi dan pribadi ilahi. Pada saat inkarnasi Ia
mengambil hakekat manusia saja, bukan pribadi manusia. Proses ini harus dilihat sebagai
suatu persatuan, bukan percampuran.
3. Hakekat manusiawi tidak pernah terpisah dari pribadi Anak Allah.

1/2
Akibat dari persatuan pribadi.

a) Communicatio Idiomatum (pemberian sifat-sifat).


Pengertian “idiomatum” di sini adalah sifat-sifat dasar yang dimiliki oleh semua manusia,
misalnya terbatas, tidak mahatahu, bisa berdosa, bisa mati. Pemarah, sombong, kikir, dll
bukanlah sifat dasar manusia, karena tidak semua manusia memiliki sifat-sifat tersebut. Hal
ini tidak berarti bahwa sifat dasar hakekat ilahi diberikan kepada hakekat manusiawi maupun
sebaliknya. Sifat dasar hakekat ilahi dan hakekat manusiawi diberikan kepada pribadi Anak
Allah. Akibat persatuan ini tidak heran Yesus kadangkala digambarkan terbatas
pengetahuannya (Mat 24:36), tetapi Ia juga mahatahu (Mat 9:4; Mat 12:25; Yoh 2:24-25;
6:64).

b) Communicatio Operationum/Apostelesmatum (pemberian tindakan-tindakan).


Pengertian istilah ini adalah “semua tindakan Yesus adalah tindakan yang dilakukan oleh
seluruh pribadi Yesus”. Memang ada tindakan ilahi (mencipta, memelihara), tindakan
manusiawi (makan, minum) maupun gabungan ilahi-manusiawi (menebus dari dosa), tetapi
setiap tindakan adalah tindakan yang dilakukan oleh Kristus.

c) Communicatio Charismatum/Gratianum (pemberian karunia-karunia).


Persatuan dua natur ini menyebabkan hakekat manusiawi ditinggikan melebihi semua
ciptaan, baik dalam hal intelek, kehendak dan kuasa, sehingga menjadi menjadi objek
penyembahan. Salah satu akibat dari proses ini adalah ketidakmampuan Kristus untuk
berdosa.

Beberapa ayat yang menunjukkan persatuan dua natur ini antara lain:
1) Kisah 20:28 “...jemaat Allah yang ia telah beli dengan darah-Nya sendiri...” (Catatan:
terjemahan TB1 “darah Anak-Nya” tidak tepat, karena kata “Anak” tidak ada dalam teks
Yunaninya). Dalam teks ini terlihat ada gelar ilahi (Nya=Allah), tetapi predikatnya
merujuk pada kemanusiaan Yesus (darah).
2) 1Kor 2:8 “...menyalibkan Tuhan yang mulia...”. Sebutan “Tuhan yang mulia”
menunjukkan keilahian Yesus, tetapi predikat “menyalibkan” menunjukkan
kemanusiaannya.

Konklusi:
Seseorang tidak boleh menggunakan ayat-ayat yang menunjuk pada kemanusiaan Yesus
sebagai bukti bahwa Ia bukan Allah, begitu juga sebaliknya.

Pertanyaan untuk refleksi:


1) Apakah kemarahan Yesus (Mat 21:12-13; Mar 3:5; Yoh 2:14-15) membuktikan bahwa Ia
sudah berdosa, karena tidak bisa menguasai diri?
2) Yesus dibaptis oleh Yohanes, padahal bapisan itu untuk orang berdosa (Mar 1:4). Apakah
ini berarti bahwa Yesus juga berdosa?

BERSAMBUNG ...

2/2

Anda mungkin juga menyukai