Makalah Kewarnegaraan Kel.1 PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

HAKIKAT PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM


MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN UTUH SERJANA ATAU
PROFESIONAL

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

1. ARIA USMAN ( 18101002 )


2. NI PUTU AJENG CHELSANIA ( 18101022 )
3. YONA FLORANIKA ( 18101033 )
4. RIO PANGESTU BAGASKARA ( 18101143 )

S1 PARIWISATA IIA

SEKOLAH TINGGI PARIWISATA MATARAM

2019
KATA PENGANTAR

Dengan rahmat dan puji syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmatnya dan karunia-NYA makalah Pancasila ini dapat di selesaikan tepat waktu.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
pembuatan Makalah Pancasila ini sesuai dengan tencana dan target yang telah di tentukan ,
kami menyadari di dalam makalah Pancasila ini jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Akhir kata kami
mengharapkan Makalah Pancasila ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Mataram, 21 Februari 2019

PENYUSUN

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ................................................................................................................... 3
BAB 1 : PENDAHULUAN ............................................................................................ 4
A. Latar Belakang .............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
C. Tujuan ........................................................................................................... 5
D. Manfaat ......................................................................................................... 5
BAB 2 : PEMBAHASAN ............................................................................................... 6
A. Konsep dan Urgensi Pendidikan Kewarnegaraan dalam Pencerdasan
Kehidupan Bangsa ......................................................................................... 6
B. Menanya Alasan Diperlukannya Pendidikan Kewarnegaraan ....................... 10
C. Menggali Sumber Histori, Sosiologis, dan Politik tentang Pendidikan
Kewarnegaraan di Indonesia.......................................................................... 11
D. Argument tentang Dinamika dan Tantangan Pendidikan Kewarnegaraan .... 16
E. Esensi dan Urgensi Pendidikan Kewarnegaraan untuk Masa Depan ............ 18

BAB 3 : PENUTUP ........................................................................................................ 21


A. Kesimpulan ................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 23

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Belajar tentang Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pada dasarnya adalah belajar tentang
keindonesiaan, belajar untuk menjadi manusia yang berkepribadian Indonesia, membangun
rasa kebangsaan, dan mencintai tanah air Indonesia. Oleh karena itu, seorang sarjana atau
professional sebagai bagian dari masyarakat Indonesia yang terdidik perlu memahami tentang
Indonesia, memiliki kepribadian Indonesia, memiliki rasa kebangsaan Indonesia, dan
mencintai tanah air Indonesia. Dengan demikian, ia menjadi warga negara yang baik dan
terdidik (smart and good citizen) dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang
demokratis. Mengapa Pendidikan Kewarganegaraan menjadi kriteria bagi pengembangan
kemampuan utuh sarjana atau profesional?

Mengapa Pendidikan Kewarganegaraan menjadi kriteria bagi pengembangan kemampuan


utuh sarjana atau profesional?

Untuk mendapat jawaban atas pertanyaan ini, dalam Bab ini, Anda akan mempelajari jati
diri Pendidikan Kewarganegaraan. Sejalan dengan kaidah pembelajaran ilmiah dan aktif,
maka Anda akan mengikuti proses sebagai berikut: (1) Menelusuri konsep dan urgensi
Pendidikan Kewarganegaraan dalam pencerdasan kehidupan bangsa; (2) Menanya alasan
mengapa diperlukan Pendidikan Kewarganegaraan; (3) Menggali sumber historis, sosiologis,
dan politis tentang Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia; (4) Membangun argumen
tentang dinamika dan tantangan Pendidikan untuk masa depan; (5) Mendeskripsikan Esensi
dan Urgensi Pendidikan Kewarnegaraan untuk Masa Depan dan Setelah melakukan
pembelajaran ini, Anda sebagai calon sarjana dan profesional, diharapkan: bersikap positif
terhadap fungsi dan peran pendidikan kewarganegaraan dalam memperkuat jadi diri
keindonesiaan para sarjana dan profesional; mampu menjelaskan tujuan dan fungsi
pendidikan kewarganegaraan dalam pengembangan kemampuan utuh sarjana atau
profesional; dan mampu menyampaikan argumen konseptual dan empiris tentang fungsi dan
peran pendidikan kewarganegaraan dalam memperkuat jadi diri keindonesiaan para sarjana
dan profesional .

4
B. RUMUSAN MASALAH
1. Menelusuri Konsep dan Urgensi Pendidikan Kewarnegaraan dalam Pencerdasan
Kehidupan Bangsa
2. Memahami Mengapa Diperlukan Pendidikan Kewarganegaraan
3. Mengetahui Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik tentang Pendidikan
Kewarganegaraan di Indonesia
4. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pendidikan
Kewarganegaraan
5. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan untuk Masa
Depan

C. TUJUAN
1. Untuk Menelusuri Konsep dan Urgensi Pendidikan Kewarnegaraan dalam
Pencerdasan Kehidupan Bangsa
2. Untuk Memahami Mengapa Diperlukan Pendidikan Kewarganegaraan
3. Untuk Mengetahui Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik tentang Pendidikan
Kewarganegaraan di Indonesia
4. Untuk Mengetahui Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pendidikan
Kewarganegaraan
5. Untuk Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan untuk
Masa Depan

D. MANFAAT
1. Dapat Menelusuri Konsep dan Urgensi Pendidikan Kewarnegaraan dalam
Pencerdasan Kehidupan Bangsa
2. Dapat Memahami Mengapa Diperlukan Pendidikan Kewarganegaraan
3. Dapat Mengetahui Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik tentang Pendidikan
Kewarganegaraan di Indonesia
4. Dapat Mengetahui Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pendidikan
Kewarganegaraan
5. Dapat Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan untuk
Masa Depan

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DAN URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM


PENCERDASAN KEHIDUPAN BANGSA

Mengapa pendidikan kewarganegaraan penting dalam pengembangan kemampuan utuh


sarjana atau profesional? Marilah kita kembangkan persepsi tentang karakteristik sarjana atau
professional yang memiliki kemampuan utuh tersebut dan bagaimana kontribusi pendidikan
kewarganegaraan terhadap pengembangan kemampuasarjana atau profesional.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan


Tinggi, program sarjana merupakan jenjang pendidikan akademik bagi lulusan pendidikan
menengah atau sederajat sehingga mampu mengamalkan ilmu pengetahuan dan teknologi
melalui penalaran ilmiah. Lulusan program sarjana diharapkan akan menjadi intelektual
dan/atau ilmuwan yang berbudaya, mampu memasuki dan/atau menciptakan lapangan kerja,
serta mampu mengembangkan diri menjadi profesional.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen dikemukakan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dapat menjadi
sumber penghasilan, perlu keahlian, kemahiran, atau kecakapan, memiliki standar mutu, ada
norma dan diperoleh melalui pendidikan profesi. Apakah profesi yang akan Anda capai
setelah menyelesaikan pendidikan sarjana atau profesional? Perlu Anda ketahui bahwa apa
pun kedudukannya, sarjana atau profesional, dalam konteks hidup berbangsa dan bernegara,
bila memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan, maka Anda
berstatus warga negara. Apakah warga negara dan siapakah warga negara Indonesia (WNI)
itu?
Sebelum menjawab secara khusus siapa WNI, perlu diketahui terlebih dahulu apakah
warga negara itu? Tiap-tiap negara memiliki tersendiri untuk menyebut warga negara. Di
Belanda, warga negara disebut dengan istilah staatsburger, di Inggris disebut citizen,
sedangkan di Perancis disebut citoyen. adapun di Indonesia istilah warga negara juga dikenal
dengan istilah kawulanegara. Istilah "kaula" berasal dari bahasa jawa yang menurut
perundang-undangan Hindia-Belanda memiliki pengertian yang sepadan dengan istilah

6
onderdaan (bahasa belanda) yang berarti ikatan antara seorang warga negara dengan
negaranya.
Adapun definisi dari warga negara itu sendiri adalah orang-orang yang memiliki
kedudukan resmi sebagai anggota penuh suatu negara. Mereka memiliki kewajiban (dituntut)
untuk memberikan kesetiaan pada negara tersebut, menerima perlindungan darinya dan
memiiliki hak untuk ikut serta dalam proses politik. Warga negara memiliki hubungan secara
hukum yang tidak terputus dengan negaranya meski orang yang bersangkutan telah
berdomisili di luar negeri, asalkan/selama orang tersebut tidak memutuskan
kewarganegaraannya. Adapun definisi dari warga negara menurut UU No. 12 Tahun 2006
tentang kewarganegaraan Republik Indonesia pasal 1 adalah warga suatu negara yang
ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Konsep warga negara Indonesia adalah warga negara dalam arti modern bukan warga
negara seperti pada zaman Yunani Kuno yang hanya meliput angkatan perang, artis, dan
ilmuwan/filsuf. Siapa saja WNI? Menurut undang-undang yang berlaku saat ini, warga
negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-
undangan. Mereka dapat meliputi TNI, Polri, petani, pedagang, dan profesi serta kelompok
masyarakat lainnya yang telah memenuhi syarat menurut undang-undang.
Sampailah pada pertanyaan apakah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) itu?
Agar lebih memahami Anda akan menelusuri konsep dan urgensi Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) dalam pencerdasan kehidupan bangsa. Ada dua hal yang perlu
diklarifikasi lebih dahulu tentang istilah PKn. Apa yang dimaksud dengan konsep PKn dan
apa urgensinya? Untuk menelusuri konsep PKn, Anda dapat mengkajinya secara etimologis,
yuridis, dan teoretis. Bagaimana konsep PKn secara etimologis? Untuk mengerti konsep
PKn, Anda dapat menganalisis PKn secara kata per kata. PKn dibentuk oleh dua kata, ialah
kata “pendidikan” dan kata “kewarganegaraan”. Untuk mengerti istilah pendidikan, Anda
dapat melihat Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) atau secara lengkap lihat definisi
pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat (1). Mari kita perhatikan definisi pendidikan
berikut ini. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara. (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1).

7
Secara konseptual, istilah kewarganegaraan tidak bisa dilepaskan dengan istilah warga
negara. Selanjutnya ia juga berkaitan dengan istilah pendidikan kewarganegaraan. Dalam
literatur Inggris ketiganya dinyatakan dengan istilah citizen, citizenship dan citizenship
education. Lalu apa hubungan dari ketiga istilah tersebut? Perhatikan pernyataan yang
dikemukakan oleh John J. Cogan, & Ray Derricott dalam buku Citizenship for the 21st
Century: An International Perspective on Education (1998), berikut ini:
A citizen was defined as a „constituent member of society‟. Citizenship on the other
hand, was said to be a set of characteristics of being a citizen‟. And finally,
citizenship education the underlying focal point of a study, was defined as „the
contribution of education to the development of those charateristics of a citizen‟.
Selanjutnya secara yuridis, istilah kewarganegaraan dan pendidikan kewarganegaraan
di Indonesia dapat ditelusuri dalam peraturan perundangan berikut ini.
Kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara.
(Undang-Undang RI No.12 Tahun 2006 Pasal 1 Ayat 2) Pendidikan
kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia
yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. (Undang-Undang RI No 20
Tahun 2003, Penjelasan Pasal 37)
Bagaimana konsep PKn secara teoritis menurut para ahli? Untuk menelusuri konsep
PKn menurut para ahli, Anda dapat mengkaji karya M. Nu’man Somantri, 2001; Abdul Azis
Wahab dan Sapriya, 2011; Winarno, 2013, dan lain-lain. Berikut ini ditampilkan satu definisi
PKn menurut M. Nu’man Somantri (2001) sebagai berikut:
Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan
demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya,
pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua, yang
kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis, analitis,
bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Tujuan pendidikan kewarganegaraan di mana pun umumnya bertujuan untuk membentuk
warga negara yang baik (good citizen). Kita dapat mencermati Undang-Undang RI No. 20
Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 37 Ayat (1) huruf b yang menyatakan bahwa kurikulum
pendidikan dasar dan menengah wajib memuat pendidikan kewarganegaraan. Demikian pula
pada ayat (2) huruf b dinyatakan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat
pendidikan kewarganegaraan. Bahkan dalam UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi lebih eksplisit dan tegas dengan menyatakan nama mata kuliah kewarganegaraan

8
sebagai mata kuliah wajib. Dikatakan bahwa mata kuliah kewarganegaraan adalah
pendidikan yang mencakup Pancasila, Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika untuk
membentuk mahasiswa menjadi warga negara yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah
air.

Apabila PKn memang penting bagi suatu negara, apakah negara lain memiliki PKn atau Civic
(Citizenship) Education? Ada istilah kunci yang sudah banyak dikenal untuk menelusuri
pendidikan kewarganegaraan di negara lain. Berikut ini adalah istilah pendidikan
kewarganegaraan hasil penelusuran Udin S. Winataputra (2006) dan diperkaya oleh Sapriya
(2013) sebagai berikut:

Kewarganegaraan
(Indonesia)

Watoniyah (Timteng)
Pendidikan Sivik (Malaysia)
Civicas (Mexico)

-
Uzbekistan)

Adanya sejumlah istilah yang digunakan di sejumlah negara menunjukkan bahwa setiap
negara menyelenggarakan pendidikan kewarganegaraan meskipun dengan istilah yang
beragam. Sehingga PKn memang penting bagi suatu Negara. Negara perlu menyelenggarakan
pendidikan kewarganegaraan karena setiap generasi adalah orang baru yang harus mendapat
pengetahuan, sikap/nilai dan keterampilan agar mampu mengembangkan warga negara yang
memiliki watak atau karakter yang baik dan cerdas (smart and good citizen) untuk hidup
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan demokrasi
konstitusional.

9
B. MENANYA ALASAN DIPERLUKANNYA PENDIDIKAN KEWARNEGARAAN

Pada bagian berikut, Anda akan untuk melakukan refleksi dengan menanyakan alasan
mengapa pendidikan kewarganegaraan diperlukan. Pertanyaannya, mengapa negara,
khususnya Indonesia perlu pendidikan kewarganegaraan? Apa dampaknya bagi warga
Negara yang telah belajar PKn? Sejak kapan Indonesia menyelenggarakan pendidikan
kewarganegaraan? Apakah sejak Indonesia merdeka ataukah sebelum proklamasi
kemerdekaan?

Mencermati arti dan maksud pendidikan kewarganegaraan sebagaimana yang ditegaskan


dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang menekankan pada pembentukan warga negara agar memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air, maka muncul pertanyaan bagaimana upaya para pendiri
Negara dan pemimpin negara membentuk semangat kebangsaan dan cinta tanah air?

Setelah Anda menelusuri konsep warga negara dan kawula negara, mungkin Anda juga
bertanya atau mempertanyakan, apakah benar Belanda yang memiliki tradisi Barat, yang
dikenal Liberal, Egaliter memiliki istilah onderdaan? Pertanyaan ini perlu diajukan
mengingat istilah onderdaan sedikit kontroversial bila dibawa dan diberlakukan oleh Belanda
yang memiliki tradisi Barat.

Anda pun perlu mempertanyakan mengapa bangsa Indonesia dan Negara umumnya perlu
pendidikan kewarganegaraan? Secara lebih spesifik, perlukah sarjana atau profesional belajar
pendidikan kewarganegaraan? Untuk apakah sarjana atau profesional belajar pendidikan
kewarganegaraan?

Apabila memperhatikan hasil penelusuran konsep dan urgensi pendidikan


kewarganegaraan di atas, terkesan bahwa PKn Indonesia banyak dipengaruhi oleh pendidikan
kewarganegaraan dalam tradisi Barat. Apakah benar demikian? Apakah keberadaan
pendidikan kewarganegaraan di Indonesia karena mencontoh negara lain yang sudah lebih
dahulu menyelenggarakan? Adakah model pendidikan kewarganegaraan yang asli Indonesia?
Bagaimana model yang dapat dikembangkan?

Pertanyaan-pertanyaan di atas, bila dirangkum, meliputi tiga pertanyaan utama, yakni (1)
Apakah sumber historis PKn di Indonesia? (2) Apakah sumber sosiologis PKn di Indonesia?
dan (3) Apakah sumber politis PKn di Indonesia? Pertanyaan-pertanyaan pokok ini akan
dibahas pada subbab berikutnya.

10
C. MENGGALI SUMBER HISTORI, SOSIOLOGIS, DAN POLITIK TENTANG
PENDIDIKAN KEWARNEGARAAN DI INDONESIA

Menggali pendidikan kewarganegaraan dengan menggali sumber-sumber pendidikan


kewarganegaraan di Indonesia baik secara historis, sosiologis, maupun politis yang tumbuh,
berkembang, dan berkontribusi dalam pembangunan, serta pencerdasan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara hingga dapat disadari bahwa bangsa Indonesia
memerlukan pendidikan kewarganegaraan.

Masih ingatkah sejak kapan Anda mulai mengenal istilah pendidikan kewarganegaraan
(PKn)? Bila pertanyaan ini diajukan kepada generasi yang berbeda maka jawabannya akan
sangat beragam. Mungkin ada yang tidak mengenal istilah PKn terutama generasi yang
mendapat mata pelajaran dalam Kurikulum 1975. Mengapa demikian? Karena pada
kurikulum 1975 pendidikan kewarganegaraan dimunculkan dengan nama mata pelajaran
Pendidikan Moral Pancasila disingkat PMP. Demikian pula bagi generasi tahun 1960 awal,
istilah pendidikan kewarganegaraan lebih dikenal Civics. Adapun sekarang ini, berdasar
Kurikulum 2013, pendidikan kewarganegaraan jenjang pendidikan dasar dan menengah
menggunakan nama mata pelajaran PPKn. Perguruan tinggi menyelenggarakan mata kuliah
Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan.

Untuk memahami pendidikan kewarganegaraan di Indonesia, pengkajian dapat dilakukan


secara historis, sosiologis, dan politis. Secara historis, pendidikan kewarganegaraan dalam
arti substansi telah dimulai jauh sebelum Indonesia diproklamasikan sebagai negara merdeka.
Dalam sejarah kebangsaan Indonesia, berdirinya organisasi Boedi Oetomo tahun 1908
disepakati sebagai Hari Kebangkitan Nasional karena pada saat itulah dalam diri bangsa
Indonesia mulai tumbuh kesadaran sebagai bangsa walaupun belum menamakan Indonesia.
Setelah berdiri Boedi Oetomo, berdiri pula organisasi-organisasi pergerakan kebangsaan lain
seperti Syarikat Islam, Muhammadiyah, Indische Party, PSII, PKI, NU, dan organisasi
lainnya yang tujuan akhirnya ingin melepaskan diri dari penjajahan Belanda. Pada tahun
1928, para pemuda yang berasal dari wilayah Nusantara berikrar menyatakan diri sebagai
bangsa Indonesia, bertanah air, dan berbahasa persatuan bahasa Indonesia.

Pada tahun 1930-an, organisasi kebangsaan baik yang berjuang secara terang-terangan
maupun diam-diam, baik di dalam negeri maupun di luar negeri tumbuh bagaikan jamur di
musim hujan. Secara umum, organisasiorganisasi tersebut bergerak dan bertujuan
membangun rasa kebangsaan dan mencita-citakan Indonesia merdeka. Indonesia sebagai

11
Negara merdeka yang dicita-citakan adalah negara yang mandiri yang lepas dari penjajahan
dan ketergantungan terhadap kekuatan asing. Inilah cita-cita yang dapat dikaji dari karya para
Pendiri Negara-Bangsa (Soekarno dan Hatta).

Akhirnya Indonesia merdeka setelah melalui perjuangan panjang, pengorbanan jiwa dan
raga, pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno dan Hatta, atas nama bangsa Indonesia
menyatakan kemerdekaan Indonesia.

Setelah Indonesia menyatakan kemerdekaan, melepaskan diri dari penjajahan, bangsa


Indonesia masih harus berjuang mempertahankan kemerdekaan karena ternyata penjajah
belum mengakui kemerdekaan dan belum ikhlas melepaskan Indonesia sebagai wilayah
jajahannya. Oleh karena itu, periode pasca kemerdekaan Indonesia, tahun 1945 sampai saat
ini, bangsa Indonesia telah berusaha mengisi perjuangan mempertahankan kemerdekaan
melalui berbagai cara, baik perjuangan fisik maupun diplomatis. Perjuangan mencapai
kemerdekaan dari penjajah telah selesai, namun tantangan untuk menjaga dan
mempertahankan kemerdekaan yang hakiki belumlah selesai.

- Prof. Nina Lubis (2008), seorang sejarawan menyatakan,

“... dahulu, musuh itu jelas: penjajah yang tidak memberikan ruang untuk
mendapatkan keadilan, kemanusiaan, yang sama bagi warga negara, kini, musuh
bukan dari luar, tetapi dari dalam negeri sendiri: korupsi yang merajalela,
ketidakadilan, pelanggaran HAM, kemiskinan, ketidakmerataan ekonomi,
penyalahgunaan kekuasaan, tidak menghormati harkat dan martabat orang lain,
suap-menyuap, dll.”

Dari penyataan ini tampak bahwa proses perjuangan untuk menjaga eksistensi negara-
bangsa, mencapai tujuan nasional sesuai cita-cita para pendiri negara-bangsa (the founding
fathers), belumlah selesai bahkan masih panjang. Oleh karena itu, diperlukan adanya proses
pendidikan dan pembelajaran bagi warga negara yang dapat memelihara semangat
perjuangan kemerdekaan, rasa kebangsaan, dan cinta tanah air.

PKn pada saat permulaan atau awal kemerdekaan lebih banyak dilakukan pada tataran
sosial kultural dan dilakukan oleh para pemimpin negarabangsa. Dalam pidato-pidatonya,
para pemimpin mengajak seluruh rakyat untuk mencintai tanah air dan bangsa Indonesia.
Seluruh pemimpin bangsa membakar semangat rakyat untuk mengusir penjajah yang hendak
kembali menguasai dan menduduki Indonesia yang telah dinyatakan merdeka. Pidato-pidato
dan ceramah-ceramah yang dilakukan oleh para pejuang, serta kyai-kyai di pondok pesantren

12
yang mengajak umat berjuang mempertahankan tanah air merupakan PKn dalam dimensi
sosial kultural. Inilah sumber PKn dari aspek sosiologis. PKn dalam dimensi sosiologis
sangat diperlukan oleh masyarakat dan akhirnya negara-bangsa untuk menjaga, memelihara,
dan mempertahankan eksistensi negara-bangsa.

Upaya pendidikan kewarganegaraan pasca kemerdekaan tahun 1945 belum


dilaksanakan di sekolah-sekolah hingga terbitnya buku Civics pertama di Indonesia yang
berjudul Manusia dan Masjarakat Baru Indonesia (Civics) yang disusun bersama oleh Mr.
Soepardo, Mr. M. Hoetaoeroek, Soeroyo Warsid, Soemardjo, Chalid Rasjidi, Soekarno, dan
Mr. J.C.T. Simorangkir. Pada cetakan kedua, Menteri Pendidikan, Pengadjaran dan
Kebudajaan, Prijono (1960), dalam sambutannya menyatakan bahwa setelah keluarnya dekrit
Presiden kembali kepada UUD 1945 sudah sewajarnya dilakukan pembaharuan pendidikan
nasional. Tim Penulis diberi tugas membuat buku pedoman mengenai kewajiban-kewajiban
dan hakhak warga negara Indonesia dan sebab-sebab sejarah serta tujuan Revolusi
Kemerdekaan Republik Indonesia. Menurut Prijono, buku Manusia dan Masjarakat Baru
Indonesia identik dengan istilah “Staatsburgerkunde” (Jerman), “Civics” (Inggris), atau
“Kewarganegaraan” (Indonesia).

Secara politis, pendidikan kewarganegaraan mulai dikenal dalam pendidikan sekolah


dapat digali dari dokumen kurikulum sejak tahun 1957 sebagaimana dapat diidentifikasi dari
pernyataan Somantri (1972) bahwa pada masa Orde Lama mulai dikenal istilah: (1)
Kewarganegaraan (1957); (2) Civics (1962); dan (3) Pendidikan Kewargaan Negara (1968).
Pada masa awal Orde Lama sekitar tahun 1957, isi mata pelajaran PKn membahas cara
pemerolehan dan kehilangan kewarganegaraan, sedangkan dalam Civics (1961) lebih banyak
membahas tentang sejarah Kebangkitan Nasional, UUD, pidato-pidato politik kenegaraan
yang terutama diarahkan untuk "nation and character building” bangsa Indonesia.

Pada awal pemerintahan Orde Baru, Kurikulum sekolah yang berlaku dinamakan
Kurikulum 1968. Dalam kurikulum tersebut di dalamnya tercantum mata pelajaran
Pendidikan Kewargaan Negara. Dalam mata pelajaran tersebut materi maupun metode yang
bersifat indoktrinatif dihilangkan dan diubah dengan materi dan metode pembelajaran baru
yang dikelompokkan menjadi Kelompok Pembinaan Jiwa Pancasila, sebagaimana tertera
dalam Kurikulum Sekolah Dasar (SD) 1968 sebagai berikut.

“Kelompok Pembinaan Jiwa Pancasila ialah Kelompok segi pendidikan yang


terutama ditujukan kepada pembentukan mental dan moral Pancasila serta

13
pengembangan manusia yang sehat dan kuat fisiknya dalam rangka pembinaan
Bangsa.

Sebagai alat formil dipergunakan segi pendidikan-pendidikan: Pendidikan Agama,


Pendidikan Kewargaan Negara, pendidikan Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah dan
Olahraga. Pendidikan Agama diberikan secara intensif sejak dari kelas I sampai
kelas VI dan tidak dapat diganti pendidikan budi pekerti saja.

Begitu pula, Pendidikan Kewargaan Negara, yang mencakup sejarah Indonesia, Ilmu
Bumi, dan Pengetahuan Kewargaan Negara, selama masa pendidikan yang enam
tahun itu diberikan terus menerus. Sedangkan Bahasa Indonesia dalam kelompok ini
mendapat tempat yang penting sekali, sebagai alat pembina cara berpikir dan
kesadaran nasional. Sedangkan Bahasa Daerah digunakan sebagai langkah pertama
bagi sekolah-sekolah yang menggunakan bahasa tersebut sebagai bahasa pengantar
sampai kelas III dalam membina jiwa dan moral Pancasila. Olahraga yang berfungsi
sebagai pembentuk manusia Indonesia yang sehat rohani dan jasmaninya diberikan
secara teratur semenjak anak-anak menduduki bangku sekolah."

Dalam Kurikulum 1968 untuk jenjang SMA, mata pelajaran Pendidikan Kewargaan
Negara termasuk dalam kelompok pembina Jiwa Pancasila bersama Pendidikan Agama,
bahasa Indonesia dan Pendidikan Olah Raga. Mata pelajaran Kewargaan Negara di SMA
berintikan: (1) Pancasila dan UUD 1945; (2) Ketetapan-ketetapan MPRS 1966 dan
selanjutnya; dan (3) Pengetahuan umum tentang PBB.

Dalam Kurikulum 1968, mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran wajib untuk
SMA. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan korelasi, artinya mata
pelajaran PKn dikorelasikan dengan mata pelajaran lain, seperti Sejarah Indonesia, Ilmu
Bumi Indonesia, Hak Asasi Manusia, dan Ekonomi, sehingga mata pelajaran Pendidikan
Kewargaan Negara menjadi lebih hidup, menantang, dan bermakna.

Kurikulum Sekolah tahun l968 akhirnya mengalami perubahan menjadi Kurikulum


Sekolah Tahun 1975. Nama mata pelajaran pun berubah menjadi Pendidikan Moral Pancasila
dengan kajian materi secara khusus yakni menyangkut Pancasila dan UUD 1945 yang
dipisahkan dari mata pelajaran sejarah, ilmu bumi, dan ekonomi. Hal-hal yang menyangkut
Pancasila dan UUD 1945 berdiri sendiri dengan nama Pendidikan Moral Pancasila (PMP),
sedangkan gabungan mata pelajaran Sejarah, Ilmu Bumi dan Ekonomi menjadi mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (lPS).

14
Pada masa pemerintahan Orde Baru, mata pelajaran PMP ditujukan untuk membentuk
manusia Pancasilais. Tujuan ini bukan hanya tanggung jawab mata pelajaran PMP semata.
Sesuai dengan Ketetapan MPR, Pemerintah telah menyatakan bahwa P4 bertujuan
membentuk Manusia Indonesia Pancasilais. Pada saat itu, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan (Depdikbud) telah mengeluarkan Penjelasan Ringkas tentang Pendidikan Moral
Pancasila (Depdikbud, 1982), dan mengemukakan beberapa hal penting sebagai berikut.

“Pendidikan Moral Pancasila (PMP) secara konstitusional mulai dikenal dengan


adanya TAP MPR No. lV/MPR/1973 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara dan
Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (P4). Dengan adanya Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Paneasila (P4), maka materi PMP didasarkan pada
isi P4 tersebut. Oleh karena itu, TAP MPR No. II/ MPR/1978 merupakan penuntun
dan pegangan hidup bagi sikap dan tingkah laku setiap manusia Indonesia dalam
kehidupan bermasyarakat serta bernegara. Selanjutnya TAP MPR No. II/MPR?1978
dijadikanlah sumber, tempat berpijak, isi, dan evaluasi PMP. Dengan demikian,
hakikat PMP tiada lain adalah pelaksanaan P4 melalui jalur pendidikan formal. Di
samping pelaksanaan PMP di sekolah-sekolah, di dalam masyarakat umum giat
diadakan usaha pemasyarakatan P4 lewat berbagai penataran. “... dalam rangka
menyesuaikan Kurikulum 1975 dengan P4 dan GBHN 1978, ... mengusahakan
adanya buku pegangan bagi murid dan guru Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) ... usaha itu yang telah
menghasilkan Buku Paket PMP...."

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa: (l) P4 merupakan sumber dan
tempat berpijak, baik isi maupun cara evaluasi mata pelajaran PMP melalui pembakuan
kurikulum 1975; (2) melalui Buku Paket PMP untuk semua jenjang pendidikan di sekolah
maka Buku Pedoman Pendidikan Kewargaan Negara yang berjudul Manusia dan Masyarakat
Baru lndonesia (Civics) dinyatakan tidak berlaku lagi; dan (3) bahwa P4 tidak hanya
diberlakukan untuk sekolah-sekolah tetapi juga untuk masyarakat pada umumnya melalui
berbagai penataran P4.

Sesuai dengan perkembangan iptek dan tuntutan serta kebutuhan masyarakat,


kurikulum sekolah mengalami perubahan menjadi Kurikulum 1994. Selanjutnya nama mata
pelajaran PMP pun mengalami perubahan menjadi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn) yang terutama didasarkan pada ketentuan dalam Undang-Undang

15
Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada ayat 2
undangundang tersebut dikemukakan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang
pendidikan wajib memuat: (1) Pendidikan Pancasila; (2) Pendidikan Agama; dan (3)
Pendidikan Kewarganegaraan.

Pasca Orde Baru sampai saat ini, nama mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan
kembali mengalami perubahan. Perubahan tersebut dapat diidentifikasi dari dokumen mata
pelajaran PKn (2006) menjadi mata pelajaran PPKn (2013). Untuk lebih mendalami
keduanya, buatlah perbandingan dua dokumen kurikulum tersebut.

Sebagaimana telah diuraikan di atas, bahwa secara historis, PKn di Indonesia


senantiasa mengalami perubahan baik istilah maupun substansi sesuai dengan perkembangan
peraturan perundangan, iptek, perubahan masyarakat, dan tantangan global. Secara
sosiologis, PKn Indonesia sudah sewajarnya mengalami perubahan mengikuti perubahan
yang terjadi di masyarakat. Secara politis, PKn Indonesia akan terus mengalami perubahan
sejalan dengan perubahan sistem ketatanegaraan dan pemerintahan, terutama perubahan
konstitusi.

D. ARGUMENT TENTANG DINAMIKA DAN TANTANGAN PENDIDIKAN


KEWARNEGARAAN

Suatu kenyataan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) telah mengalami beberapa


kali perubahan, baik tujuan, orientasi, substansi materi, metode pembelajaran bahkan sistem
evaluasi. Semua perubahan tersebut dapat teridentifikasi dari dokumen kurikulum yang
pernah berlaku di Indonesia sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat ini.

Mengapa pendidikan kewarganegaraan selalu mengalami perubahan? Apa dinamika


dan tantangan yang pernah dihadapi oleh PKn Indonesia dari masa ke masa?

Praktik kenegaraan/pemerintahan Republik Indonesia (RI) sejak periode Negara Indonesia


diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 sebagai negara merdeka sampai dengan
periode saat ini yang dikenal Indonesia era reformasi.

Mengapa dinamika dan tantangan PKn sangat erat dengan perjalanan sejarah praktik
kenegaraan/pemerintahan RI?

16
Inilah ciri khas PKn sebagai mata kuliah dibandingkan dengan mata kuliah lain.
Ontologi PKn adalah sikap dan perilaku warga negara dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

Status warga negara dapat meliputi penduduk yang berkedudukan sebagai pejabat
negara sampai dengan rakyat biasa. Tentu peran dan fungsi warga negara berbeda-beda,
sehingga sikap dan perilaku mereka sangat dinamis.

Oleh karena itu, mata kuliah PKn harus selalu menyesuaikan/sejalan dengan dinamika
dan tantangan sikap serta perilaku warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.

Apa saja dinamika perubahan dalam sistem ketatanegaraan dan pemerintahan yang
telah mempengaruhi PKn?

Untuk mengerti dinamika perubahan dalam sistem ketatanegaraan dan pemerintahan


serta tantangan kehidupan yang telah mempengaruhi PKn di Indonesia, Coba lihat kembali
perkembangan praktik ketatanegaraan dan sistem pemerintahan RI menurut Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia, yakni:

(1) Periode I (1945 s.d. 1949);

(2) Periode II (1949 s.d. 1950);

(3) Periode III (1950 s.d. 1959);

(4) Periode IV (1959 s.d. 1966);

(5) Periode V (1966 s.d. 1998);

(6) Periode VI (1998 s.d. sekarang).

Mengapa dinamika dan tantangan PKn mengikuti periodisasi pelaksanaan UUD


(konstitusi)?

Pendidikan kewarganegaraan tidak hanya didasarkan pada konstitusi negara yang


bersangkutan, tetapi juga tergantung pada tuntutan perkembangan zaman dan masa depan.

17
Misalnya, kecenderungan masa depan bangsa meliputi isu tentang HAM, pelaksanaan
demokrasi, dan lingkungan hidup. Sebagai warga negara muda, mahasiswa perlu memahami,
memiliki kesadaran dan partisipatif terhadap gejala demikian.

Apa saja dinamika perubahan dalam kehidupan masyarakat baik berupa tuntutan
maupun kebutuhan?

Pendidikan Kewarganegaraan yang berlaku di suatu negara perlu memperhatikan


kondisi masyarakat. Walaupun tuntutan dan kebutuhan masyarakat telah diakomodasi melalui
peraturan perundangan, namun perkembangan masyarakat akan bergerak dan berubah lebih
cepat.

Apa saja dinamika perubahan dalam perkembangan IPTEK yang mempengaruhi


PKn?

Era globalisasi yang ditandai oleh perkembangan yang begitu cepat dalam bidang
teknologi informasi mengakibatkan perubahan dalam semua tatanan kehidupan termasuk
perilaku warga negara, utamanya peserta didik. Kecenderungan perilaku warga negara ada
dua, yakni perilaku positif dan negatif.

PKn perlu mendorong warga negara agar mampu memanfaatkan pengaruh positif
perkembangan iptek untuk membangun negara-bangsa. Sebaliknya PKn perlu melakukan
intervensi terhadap perilaku negatif warga negara yang cenderung negatif. Oleh karena itu,
kurikulum PKn termasuk materi, metode, dan sistem evaluasinya harus selalu disesuaikan
dengan perkembangan IPTEK.

E. ESENSI DAN URGENSI PENDIDIKAN KEWARNEGARAAN UNTUK MASA


DEPAN

Pernahkah Anda berpikir apa yang akan terjadi dalam kehidupan bangsa Indonesia pada
10, 30, atau 100 tahun yang akan datang? Apakah Anda berpikir bahwa kondisi bangsa masa
depan akan sama saja dengan kondisi bangsa saat ini? Pertanyaan ini memerlukan jawaban
analitis tentang kehidupan bangsa pada masa lampau dan kondisi bangsa saat ini. Dapatkah
Anda mengidentifikasi kondisi bangsa Indonesia pada 10 tahun, 30 tahun, dan 100 tahun
yang lalu? Coba Anda bandingkan indicator indikator berupa fakta, peristiwa yang pernah

18
terjadi, kemudian bandingkan dengan kondisi saat ini. Apa yang berubah dalam pendidikan
kewarganegaraan? Adakah hal-hal yang sama, identik, berupa fakta dan peristiwa masa lalu
dengan kehidupan yang terjadi saat ini? Anda masukkan indikator-indikator berupa fakta dan
peristiwa yang terjadi dalam pendidikan kewarganegaraan.

Apakah tuntutan, kebutuhan, dan tantangan yang akan dihadapi bangsa Indonesia di masa
depan? Bagaimana Anda dapat memprediksi kondisi Indonesia di masa depan? Apa gagasan
berupa pemikiran hasil analisis Anda untuk masa depan? Anda masukkan indikator-indikator
berupa fakta dan peristiwa yang mungkin akan terjadi dalam pendidikan kewarganegaraan.

Pernahkah Anda memprediksi apa yang akan terjadi dengan negara-bangsa Indonesia
pada tahun 2045 yakni Indonesia Generasi Emas?

Pada tahun 2045, bangsa Indonesia akan memperingati 100 Tahun Indonesia merdeka.
Bagaimana nasib bangsa Indonesia pada 100 Tahun Indonesia merdeka? Berdasarkan hasil
analisis ahli ekonomi yang diterbitkan oleh Kemendikbud (2013) bangsa Indonesia akan
mendapat bonus demografi (demographic bonus) sebagai modal Indonesia pada tahun 2045
(Lihat gambar tabel di bawah). Indonesia pada tahun 2030- 2045 akan mempunyai usia
produktif (15-64 tahun) yang berlimpah. Inilah yang dimaksud bonus demografi. Bonus
demografi ini adalah peluang yang harus ditangkap dan bangsa Indonesia perlu
mempersiapkan untuk mewujudkannya. Usia produktif akan mampu berproduksi secara
optimal apabila dipersiapkan dengan baik dan benar, tentunya cara yang paling strategis
adalah melalui pendidikan, termasuk pendidikan kewarganegaraan. Bagaimana kondisi warga
negara pada tahun 2045? Apa tuntutan, kebutuhan, dan tantangan yang dihadapi oleh negara
dan bangsa Indonesia? Benarkah hal ini akan terkait dengan masalah kewarganegaraan dan
berdampak pada kewajiban dan hak warga negara?

Memperhatikan perkembangan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan


bernegara di masa kontemporer, ada pertanyaan radikal yang dilontarkan, seperti “Benarkah
bangsa Indonesia saat ini sudah merdeka dalam makna yang sesungguhnya?”, “Apakah
bangsa Indonesia telah merdeka secara ekonomi?” Pertanyaan seperti ini sering dilontarkan
bagaikan bola panas yang berterbangan. Siapa yang berani menangkap dan mampu menjawab
pertanyaan tersebut? Anehnya, kita telah menyatakan kemerdekaan tahun 1945, namun tidak
sedikit rakyat Indonesia yang menyatakan bahwa bangsa Indonesia belum merdeka.
Tampaknya, kemerdekaan belumlah dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Anda
perhatikan perubahan yang terjadi dalam bidang ekonomi Indonesia, ekonomi Indonesia

19
sangat menjanjikan walaupun kondisinya saat ini belum dipahami secara luas. Saat ini,
ekonomi Indonesia berada pada urutan 16 besar. Pada tahun 2030, ekonomi Indonesia akan
berada pada urutan 7 besar dunia. Saat ini, jumlah konsumen sebanyak 45 juta dan jumlah
penduduk produktif sebanyak 53%. Pada tahun 2030, jumlah konsumen akan meningkat
menjadi 135 juta dan jumlah penduduk produktif akan meningkat menjadi 71%. Bagaimana
perubahan lain akan terjadi pada masa depan Indonesia, khususnya pada Generasi Emas
Indonesia?

Pernahkah Anda berpikir radikal, misalnya berapa lama lagi NKRI akan eksis? Apakah
ada jaminan bahwa negara Indonesia dapat eksis untuk 100 tahun lagi, 50 tahun lagi, 20
tahun lagi? Atau bagaimana PKn menghadapi tantangan masa depan yang tidak menentu dan
tidak ada kepastian?

Nasib sebuah bangsa tidak ditentukan oleh bangsa lain, melainkan sangat tergantung pada
kemampuan bangsa sendiri. Apakah Indonesia akan berjaya menjadi negara yang adil dan
makmur di masa depan? Indonesia akan menjadi bangsa yang bermartabat dan dihormati oleh
bangsa lain? Semuanya sangat tergantung kepada bangsa Indonesia.

Demikian pula untuk masa depan PKn sangat ditentukan oleh eksistensi konstitusi negara
dan bangsa Indonesia. PKn akan sangat dipengaruhi oleh konstitusi yang berlaku dan
perkembangan tuntutan kemajuan bangsa. Bahkan yang lebih penting lagi, akan sangat
ditentukan oleh pelaksanaan konstitusi yang berlaku.

20
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Secara etimologis, pendidikan kewarganegaraan berasal dari kata “pendidikan”
dan kata “kewarganegaraan”. Pendidikan berarti usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya, sedangkan kewarganegaraan adalah segala
hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara.

2. Secara yuridis, pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk


peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

3. Secara terminologis, pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan


yang berintikan demokrasi politik, diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan
lainnya: pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan
orang tua. Kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis,
analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup
demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945

4. Negara perlu menyelenggarakan pendidikan kewarganegaraan karena setiap


generasi adalah orang baru yang harus mendapat pengetahuan, sikap/nilai dan
keterampilan agar mampu mengembangkan warga negara yang memiliki watak
atau karakter yang baik dan cerdas (smart and good citizen) untuk hidup dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan demokrasi
konstitusional.

5. Secara historis, PKn di Indonesia awalnya diselenggarakan oleh organisasi


pergerakan yang bertujuan untuk membangun rasa kebangsaaan dan cita-cita
Indonesia merdeka. Secara sosiologis, PKn Indonesia dilakukan pada tataran

21
sosial kultural oleh para pemimpin di masyarakat yang mengajak untuk mencintai
tanah air dan bangsa Indonesia. Secara politis, PKn Indonesia lahir karena
tuntutan konstitusi atau UUD 1945 dan sejumlah kebijakan Pemerintah yang
berkuasa sesuai dengan masanya.

6. Pendidikan Kewarganegaraan senantiasa menghadapi dinamika perubahan dalam


sistem ketatanegaraan dan pemerintahan serta tantangan kehidupan berbangsa dan
bernegara.

7. PKn Indonesia untuk masa depan sangat ditentukan oleh pandangan bangsa
Indonesia, eksistensi konstitusi negara, dan tuntutan dinamika perkembangan
bangsa

22
DAFTAR PUSTAKA

Nurwadani paristiyanti, dkk. 2016. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN untuk perguruan


tinggi. Ristekdikti: Jakarta

Irvanhermawanto. 2017. Dinamika Dan Tantangan Pendidikan Kewarnegaraan. Di akses


dari https://irvanhermawanto.blogspot.com/2017/11/dinamika-dan-tantangan-pkn.html?m=1
[Pada 21 Februari 2019 pukul 00:34 wita]

Irvanhermawanto. 2017. Esensi Dan Urgensi Pendidikan Kewarnegaraan Untuk Masa


Depan. Di akses dari https://irvanhermawanto.blogspot.com/2017/11/esensi-dan-urgensi-
pkn-masa-depan.html?m=1 [Pada 21 Februari 2019 pukul 00:40 wita]

Al-fattah eki farahel. 2012. Pengertian Warga Negara. Di akses dari


http://dsyme.blogspot.com/2012/05/pengertian-warga-negara.html?m=1 [Pada 22 Februari
2019 pukul 08:39 wita]

23

Anda mungkin juga menyukai