Makalah Kewarnegaraan Kel.1 PDF
Makalah Kewarnegaraan Kel.1 PDF
Makalah Kewarnegaraan Kel.1 PDF
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
S1 PARIWISATA IIA
2019
KATA PENGANTAR
Dengan rahmat dan puji syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmatnya dan karunia-NYA makalah Pancasila ini dapat di selesaikan tepat waktu.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
pembuatan Makalah Pancasila ini sesuai dengan tencana dan target yang telah di tentukan ,
kami menyadari di dalam makalah Pancasila ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Akhir kata kami
mengharapkan Makalah Pancasila ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
PENYUSUN
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Belajar tentang Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pada dasarnya adalah belajar tentang
keindonesiaan, belajar untuk menjadi manusia yang berkepribadian Indonesia, membangun
rasa kebangsaan, dan mencintai tanah air Indonesia. Oleh karena itu, seorang sarjana atau
professional sebagai bagian dari masyarakat Indonesia yang terdidik perlu memahami tentang
Indonesia, memiliki kepribadian Indonesia, memiliki rasa kebangsaan Indonesia, dan
mencintai tanah air Indonesia. Dengan demikian, ia menjadi warga negara yang baik dan
terdidik (smart and good citizen) dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang
demokratis. Mengapa Pendidikan Kewarganegaraan menjadi kriteria bagi pengembangan
kemampuan utuh sarjana atau profesional?
Untuk mendapat jawaban atas pertanyaan ini, dalam Bab ini, Anda akan mempelajari jati
diri Pendidikan Kewarganegaraan. Sejalan dengan kaidah pembelajaran ilmiah dan aktif,
maka Anda akan mengikuti proses sebagai berikut: (1) Menelusuri konsep dan urgensi
Pendidikan Kewarganegaraan dalam pencerdasan kehidupan bangsa; (2) Menanya alasan
mengapa diperlukan Pendidikan Kewarganegaraan; (3) Menggali sumber historis, sosiologis,
dan politis tentang Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia; (4) Membangun argumen
tentang dinamika dan tantangan Pendidikan untuk masa depan; (5) Mendeskripsikan Esensi
dan Urgensi Pendidikan Kewarnegaraan untuk Masa Depan dan Setelah melakukan
pembelajaran ini, Anda sebagai calon sarjana dan profesional, diharapkan: bersikap positif
terhadap fungsi dan peran pendidikan kewarganegaraan dalam memperkuat jadi diri
keindonesiaan para sarjana dan profesional; mampu menjelaskan tujuan dan fungsi
pendidikan kewarganegaraan dalam pengembangan kemampuan utuh sarjana atau
profesional; dan mampu menyampaikan argumen konseptual dan empiris tentang fungsi dan
peran pendidikan kewarganegaraan dalam memperkuat jadi diri keindonesiaan para sarjana
dan profesional .
4
B. RUMUSAN MASALAH
1. Menelusuri Konsep dan Urgensi Pendidikan Kewarnegaraan dalam Pencerdasan
Kehidupan Bangsa
2. Memahami Mengapa Diperlukan Pendidikan Kewarganegaraan
3. Mengetahui Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik tentang Pendidikan
Kewarganegaraan di Indonesia
4. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pendidikan
Kewarganegaraan
5. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan untuk Masa
Depan
C. TUJUAN
1. Untuk Menelusuri Konsep dan Urgensi Pendidikan Kewarnegaraan dalam
Pencerdasan Kehidupan Bangsa
2. Untuk Memahami Mengapa Diperlukan Pendidikan Kewarganegaraan
3. Untuk Mengetahui Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik tentang Pendidikan
Kewarganegaraan di Indonesia
4. Untuk Mengetahui Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pendidikan
Kewarganegaraan
5. Untuk Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan untuk
Masa Depan
D. MANFAAT
1. Dapat Menelusuri Konsep dan Urgensi Pendidikan Kewarnegaraan dalam
Pencerdasan Kehidupan Bangsa
2. Dapat Memahami Mengapa Diperlukan Pendidikan Kewarganegaraan
3. Dapat Mengetahui Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik tentang Pendidikan
Kewarganegaraan di Indonesia
4. Dapat Mengetahui Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pendidikan
Kewarganegaraan
5. Dapat Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan untuk
Masa Depan
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
onderdaan (bahasa belanda) yang berarti ikatan antara seorang warga negara dengan
negaranya.
Adapun definisi dari warga negara itu sendiri adalah orang-orang yang memiliki
kedudukan resmi sebagai anggota penuh suatu negara. Mereka memiliki kewajiban (dituntut)
untuk memberikan kesetiaan pada negara tersebut, menerima perlindungan darinya dan
memiiliki hak untuk ikut serta dalam proses politik. Warga negara memiliki hubungan secara
hukum yang tidak terputus dengan negaranya meski orang yang bersangkutan telah
berdomisili di luar negeri, asalkan/selama orang tersebut tidak memutuskan
kewarganegaraannya. Adapun definisi dari warga negara menurut UU No. 12 Tahun 2006
tentang kewarganegaraan Republik Indonesia pasal 1 adalah warga suatu negara yang
ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Konsep warga negara Indonesia adalah warga negara dalam arti modern bukan warga
negara seperti pada zaman Yunani Kuno yang hanya meliput angkatan perang, artis, dan
ilmuwan/filsuf. Siapa saja WNI? Menurut undang-undang yang berlaku saat ini, warga
negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-
undangan. Mereka dapat meliputi TNI, Polri, petani, pedagang, dan profesi serta kelompok
masyarakat lainnya yang telah memenuhi syarat menurut undang-undang.
Sampailah pada pertanyaan apakah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) itu?
Agar lebih memahami Anda akan menelusuri konsep dan urgensi Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) dalam pencerdasan kehidupan bangsa. Ada dua hal yang perlu
diklarifikasi lebih dahulu tentang istilah PKn. Apa yang dimaksud dengan konsep PKn dan
apa urgensinya? Untuk menelusuri konsep PKn, Anda dapat mengkajinya secara etimologis,
yuridis, dan teoretis. Bagaimana konsep PKn secara etimologis? Untuk mengerti konsep
PKn, Anda dapat menganalisis PKn secara kata per kata. PKn dibentuk oleh dua kata, ialah
kata “pendidikan” dan kata “kewarganegaraan”. Untuk mengerti istilah pendidikan, Anda
dapat melihat Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) atau secara lengkap lihat definisi
pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat (1). Mari kita perhatikan definisi pendidikan
berikut ini. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara. (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1).
7
Secara konseptual, istilah kewarganegaraan tidak bisa dilepaskan dengan istilah warga
negara. Selanjutnya ia juga berkaitan dengan istilah pendidikan kewarganegaraan. Dalam
literatur Inggris ketiganya dinyatakan dengan istilah citizen, citizenship dan citizenship
education. Lalu apa hubungan dari ketiga istilah tersebut? Perhatikan pernyataan yang
dikemukakan oleh John J. Cogan, & Ray Derricott dalam buku Citizenship for the 21st
Century: An International Perspective on Education (1998), berikut ini:
A citizen was defined as a „constituent member of society‟. Citizenship on the other
hand, was said to be a set of characteristics of being a citizen‟. And finally,
citizenship education the underlying focal point of a study, was defined as „the
contribution of education to the development of those charateristics of a citizen‟.
Selanjutnya secara yuridis, istilah kewarganegaraan dan pendidikan kewarganegaraan
di Indonesia dapat ditelusuri dalam peraturan perundangan berikut ini.
Kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara.
(Undang-Undang RI No.12 Tahun 2006 Pasal 1 Ayat 2) Pendidikan
kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia
yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. (Undang-Undang RI No 20
Tahun 2003, Penjelasan Pasal 37)
Bagaimana konsep PKn secara teoritis menurut para ahli? Untuk menelusuri konsep
PKn menurut para ahli, Anda dapat mengkaji karya M. Nu’man Somantri, 2001; Abdul Azis
Wahab dan Sapriya, 2011; Winarno, 2013, dan lain-lain. Berikut ini ditampilkan satu definisi
PKn menurut M. Nu’man Somantri (2001) sebagai berikut:
Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan
demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya,
pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua, yang
kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis, analitis,
bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Tujuan pendidikan kewarganegaraan di mana pun umumnya bertujuan untuk membentuk
warga negara yang baik (good citizen). Kita dapat mencermati Undang-Undang RI No. 20
Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 37 Ayat (1) huruf b yang menyatakan bahwa kurikulum
pendidikan dasar dan menengah wajib memuat pendidikan kewarganegaraan. Demikian pula
pada ayat (2) huruf b dinyatakan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat
pendidikan kewarganegaraan. Bahkan dalam UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi lebih eksplisit dan tegas dengan menyatakan nama mata kuliah kewarganegaraan
8
sebagai mata kuliah wajib. Dikatakan bahwa mata kuliah kewarganegaraan adalah
pendidikan yang mencakup Pancasila, Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika untuk
membentuk mahasiswa menjadi warga negara yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah
air.
Apabila PKn memang penting bagi suatu negara, apakah negara lain memiliki PKn atau Civic
(Citizenship) Education? Ada istilah kunci yang sudah banyak dikenal untuk menelusuri
pendidikan kewarganegaraan di negara lain. Berikut ini adalah istilah pendidikan
kewarganegaraan hasil penelusuran Udin S. Winataputra (2006) dan diperkaya oleh Sapriya
(2013) sebagai berikut:
Kewarganegaraan
(Indonesia)
Watoniyah (Timteng)
Pendidikan Sivik (Malaysia)
Civicas (Mexico)
-
Uzbekistan)
Adanya sejumlah istilah yang digunakan di sejumlah negara menunjukkan bahwa setiap
negara menyelenggarakan pendidikan kewarganegaraan meskipun dengan istilah yang
beragam. Sehingga PKn memang penting bagi suatu Negara. Negara perlu menyelenggarakan
pendidikan kewarganegaraan karena setiap generasi adalah orang baru yang harus mendapat
pengetahuan, sikap/nilai dan keterampilan agar mampu mengembangkan warga negara yang
memiliki watak atau karakter yang baik dan cerdas (smart and good citizen) untuk hidup
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan demokrasi
konstitusional.
9
B. MENANYA ALASAN DIPERLUKANNYA PENDIDIKAN KEWARNEGARAAN
Pada bagian berikut, Anda akan untuk melakukan refleksi dengan menanyakan alasan
mengapa pendidikan kewarganegaraan diperlukan. Pertanyaannya, mengapa negara,
khususnya Indonesia perlu pendidikan kewarganegaraan? Apa dampaknya bagi warga
Negara yang telah belajar PKn? Sejak kapan Indonesia menyelenggarakan pendidikan
kewarganegaraan? Apakah sejak Indonesia merdeka ataukah sebelum proklamasi
kemerdekaan?
Setelah Anda menelusuri konsep warga negara dan kawula negara, mungkin Anda juga
bertanya atau mempertanyakan, apakah benar Belanda yang memiliki tradisi Barat, yang
dikenal Liberal, Egaliter memiliki istilah onderdaan? Pertanyaan ini perlu diajukan
mengingat istilah onderdaan sedikit kontroversial bila dibawa dan diberlakukan oleh Belanda
yang memiliki tradisi Barat.
Anda pun perlu mempertanyakan mengapa bangsa Indonesia dan Negara umumnya perlu
pendidikan kewarganegaraan? Secara lebih spesifik, perlukah sarjana atau profesional belajar
pendidikan kewarganegaraan? Untuk apakah sarjana atau profesional belajar pendidikan
kewarganegaraan?
Pertanyaan-pertanyaan di atas, bila dirangkum, meliputi tiga pertanyaan utama, yakni (1)
Apakah sumber historis PKn di Indonesia? (2) Apakah sumber sosiologis PKn di Indonesia?
dan (3) Apakah sumber politis PKn di Indonesia? Pertanyaan-pertanyaan pokok ini akan
dibahas pada subbab berikutnya.
10
C. MENGGALI SUMBER HISTORI, SOSIOLOGIS, DAN POLITIK TENTANG
PENDIDIKAN KEWARNEGARAAN DI INDONESIA
Masih ingatkah sejak kapan Anda mulai mengenal istilah pendidikan kewarganegaraan
(PKn)? Bila pertanyaan ini diajukan kepada generasi yang berbeda maka jawabannya akan
sangat beragam. Mungkin ada yang tidak mengenal istilah PKn terutama generasi yang
mendapat mata pelajaran dalam Kurikulum 1975. Mengapa demikian? Karena pada
kurikulum 1975 pendidikan kewarganegaraan dimunculkan dengan nama mata pelajaran
Pendidikan Moral Pancasila disingkat PMP. Demikian pula bagi generasi tahun 1960 awal,
istilah pendidikan kewarganegaraan lebih dikenal Civics. Adapun sekarang ini, berdasar
Kurikulum 2013, pendidikan kewarganegaraan jenjang pendidikan dasar dan menengah
menggunakan nama mata pelajaran PPKn. Perguruan tinggi menyelenggarakan mata kuliah
Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan.
Pada tahun 1930-an, organisasi kebangsaan baik yang berjuang secara terang-terangan
maupun diam-diam, baik di dalam negeri maupun di luar negeri tumbuh bagaikan jamur di
musim hujan. Secara umum, organisasiorganisasi tersebut bergerak dan bertujuan
membangun rasa kebangsaan dan mencita-citakan Indonesia merdeka. Indonesia sebagai
11
Negara merdeka yang dicita-citakan adalah negara yang mandiri yang lepas dari penjajahan
dan ketergantungan terhadap kekuatan asing. Inilah cita-cita yang dapat dikaji dari karya para
Pendiri Negara-Bangsa (Soekarno dan Hatta).
Akhirnya Indonesia merdeka setelah melalui perjuangan panjang, pengorbanan jiwa dan
raga, pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno dan Hatta, atas nama bangsa Indonesia
menyatakan kemerdekaan Indonesia.
“... dahulu, musuh itu jelas: penjajah yang tidak memberikan ruang untuk
mendapatkan keadilan, kemanusiaan, yang sama bagi warga negara, kini, musuh
bukan dari luar, tetapi dari dalam negeri sendiri: korupsi yang merajalela,
ketidakadilan, pelanggaran HAM, kemiskinan, ketidakmerataan ekonomi,
penyalahgunaan kekuasaan, tidak menghormati harkat dan martabat orang lain,
suap-menyuap, dll.”
Dari penyataan ini tampak bahwa proses perjuangan untuk menjaga eksistensi negara-
bangsa, mencapai tujuan nasional sesuai cita-cita para pendiri negara-bangsa (the founding
fathers), belumlah selesai bahkan masih panjang. Oleh karena itu, diperlukan adanya proses
pendidikan dan pembelajaran bagi warga negara yang dapat memelihara semangat
perjuangan kemerdekaan, rasa kebangsaan, dan cinta tanah air.
PKn pada saat permulaan atau awal kemerdekaan lebih banyak dilakukan pada tataran
sosial kultural dan dilakukan oleh para pemimpin negarabangsa. Dalam pidato-pidatonya,
para pemimpin mengajak seluruh rakyat untuk mencintai tanah air dan bangsa Indonesia.
Seluruh pemimpin bangsa membakar semangat rakyat untuk mengusir penjajah yang hendak
kembali menguasai dan menduduki Indonesia yang telah dinyatakan merdeka. Pidato-pidato
dan ceramah-ceramah yang dilakukan oleh para pejuang, serta kyai-kyai di pondok pesantren
12
yang mengajak umat berjuang mempertahankan tanah air merupakan PKn dalam dimensi
sosial kultural. Inilah sumber PKn dari aspek sosiologis. PKn dalam dimensi sosiologis
sangat diperlukan oleh masyarakat dan akhirnya negara-bangsa untuk menjaga, memelihara,
dan mempertahankan eksistensi negara-bangsa.
Pada awal pemerintahan Orde Baru, Kurikulum sekolah yang berlaku dinamakan
Kurikulum 1968. Dalam kurikulum tersebut di dalamnya tercantum mata pelajaran
Pendidikan Kewargaan Negara. Dalam mata pelajaran tersebut materi maupun metode yang
bersifat indoktrinatif dihilangkan dan diubah dengan materi dan metode pembelajaran baru
yang dikelompokkan menjadi Kelompok Pembinaan Jiwa Pancasila, sebagaimana tertera
dalam Kurikulum Sekolah Dasar (SD) 1968 sebagai berikut.
13
pengembangan manusia yang sehat dan kuat fisiknya dalam rangka pembinaan
Bangsa.
Begitu pula, Pendidikan Kewargaan Negara, yang mencakup sejarah Indonesia, Ilmu
Bumi, dan Pengetahuan Kewargaan Negara, selama masa pendidikan yang enam
tahun itu diberikan terus menerus. Sedangkan Bahasa Indonesia dalam kelompok ini
mendapat tempat yang penting sekali, sebagai alat pembina cara berpikir dan
kesadaran nasional. Sedangkan Bahasa Daerah digunakan sebagai langkah pertama
bagi sekolah-sekolah yang menggunakan bahasa tersebut sebagai bahasa pengantar
sampai kelas III dalam membina jiwa dan moral Pancasila. Olahraga yang berfungsi
sebagai pembentuk manusia Indonesia yang sehat rohani dan jasmaninya diberikan
secara teratur semenjak anak-anak menduduki bangku sekolah."
Dalam Kurikulum 1968 untuk jenjang SMA, mata pelajaran Pendidikan Kewargaan
Negara termasuk dalam kelompok pembina Jiwa Pancasila bersama Pendidikan Agama,
bahasa Indonesia dan Pendidikan Olah Raga. Mata pelajaran Kewargaan Negara di SMA
berintikan: (1) Pancasila dan UUD 1945; (2) Ketetapan-ketetapan MPRS 1966 dan
selanjutnya; dan (3) Pengetahuan umum tentang PBB.
Dalam Kurikulum 1968, mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran wajib untuk
SMA. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan korelasi, artinya mata
pelajaran PKn dikorelasikan dengan mata pelajaran lain, seperti Sejarah Indonesia, Ilmu
Bumi Indonesia, Hak Asasi Manusia, dan Ekonomi, sehingga mata pelajaran Pendidikan
Kewargaan Negara menjadi lebih hidup, menantang, dan bermakna.
14
Pada masa pemerintahan Orde Baru, mata pelajaran PMP ditujukan untuk membentuk
manusia Pancasilais. Tujuan ini bukan hanya tanggung jawab mata pelajaran PMP semata.
Sesuai dengan Ketetapan MPR, Pemerintah telah menyatakan bahwa P4 bertujuan
membentuk Manusia Indonesia Pancasilais. Pada saat itu, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan (Depdikbud) telah mengeluarkan Penjelasan Ringkas tentang Pendidikan Moral
Pancasila (Depdikbud, 1982), dan mengemukakan beberapa hal penting sebagai berikut.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa: (l) P4 merupakan sumber dan
tempat berpijak, baik isi maupun cara evaluasi mata pelajaran PMP melalui pembakuan
kurikulum 1975; (2) melalui Buku Paket PMP untuk semua jenjang pendidikan di sekolah
maka Buku Pedoman Pendidikan Kewargaan Negara yang berjudul Manusia dan Masyarakat
Baru lndonesia (Civics) dinyatakan tidak berlaku lagi; dan (3) bahwa P4 tidak hanya
diberlakukan untuk sekolah-sekolah tetapi juga untuk masyarakat pada umumnya melalui
berbagai penataran P4.
15
Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada ayat 2
undangundang tersebut dikemukakan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang
pendidikan wajib memuat: (1) Pendidikan Pancasila; (2) Pendidikan Agama; dan (3)
Pendidikan Kewarganegaraan.
Pasca Orde Baru sampai saat ini, nama mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan
kembali mengalami perubahan. Perubahan tersebut dapat diidentifikasi dari dokumen mata
pelajaran PKn (2006) menjadi mata pelajaran PPKn (2013). Untuk lebih mendalami
keduanya, buatlah perbandingan dua dokumen kurikulum tersebut.
Mengapa dinamika dan tantangan PKn sangat erat dengan perjalanan sejarah praktik
kenegaraan/pemerintahan RI?
16
Inilah ciri khas PKn sebagai mata kuliah dibandingkan dengan mata kuliah lain.
Ontologi PKn adalah sikap dan perilaku warga negara dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Status warga negara dapat meliputi penduduk yang berkedudukan sebagai pejabat
negara sampai dengan rakyat biasa. Tentu peran dan fungsi warga negara berbeda-beda,
sehingga sikap dan perilaku mereka sangat dinamis.
Oleh karena itu, mata kuliah PKn harus selalu menyesuaikan/sejalan dengan dinamika
dan tantangan sikap serta perilaku warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
Apa saja dinamika perubahan dalam sistem ketatanegaraan dan pemerintahan yang
telah mempengaruhi PKn?
17
Misalnya, kecenderungan masa depan bangsa meliputi isu tentang HAM, pelaksanaan
demokrasi, dan lingkungan hidup. Sebagai warga negara muda, mahasiswa perlu memahami,
memiliki kesadaran dan partisipatif terhadap gejala demikian.
Apa saja dinamika perubahan dalam kehidupan masyarakat baik berupa tuntutan
maupun kebutuhan?
Era globalisasi yang ditandai oleh perkembangan yang begitu cepat dalam bidang
teknologi informasi mengakibatkan perubahan dalam semua tatanan kehidupan termasuk
perilaku warga negara, utamanya peserta didik. Kecenderungan perilaku warga negara ada
dua, yakni perilaku positif dan negatif.
PKn perlu mendorong warga negara agar mampu memanfaatkan pengaruh positif
perkembangan iptek untuk membangun negara-bangsa. Sebaliknya PKn perlu melakukan
intervensi terhadap perilaku negatif warga negara yang cenderung negatif. Oleh karena itu,
kurikulum PKn termasuk materi, metode, dan sistem evaluasinya harus selalu disesuaikan
dengan perkembangan IPTEK.
Pernahkah Anda berpikir apa yang akan terjadi dalam kehidupan bangsa Indonesia pada
10, 30, atau 100 tahun yang akan datang? Apakah Anda berpikir bahwa kondisi bangsa masa
depan akan sama saja dengan kondisi bangsa saat ini? Pertanyaan ini memerlukan jawaban
analitis tentang kehidupan bangsa pada masa lampau dan kondisi bangsa saat ini. Dapatkah
Anda mengidentifikasi kondisi bangsa Indonesia pada 10 tahun, 30 tahun, dan 100 tahun
yang lalu? Coba Anda bandingkan indicator indikator berupa fakta, peristiwa yang pernah
18
terjadi, kemudian bandingkan dengan kondisi saat ini. Apa yang berubah dalam pendidikan
kewarganegaraan? Adakah hal-hal yang sama, identik, berupa fakta dan peristiwa masa lalu
dengan kehidupan yang terjadi saat ini? Anda masukkan indikator-indikator berupa fakta dan
peristiwa yang terjadi dalam pendidikan kewarganegaraan.
Apakah tuntutan, kebutuhan, dan tantangan yang akan dihadapi bangsa Indonesia di masa
depan? Bagaimana Anda dapat memprediksi kondisi Indonesia di masa depan? Apa gagasan
berupa pemikiran hasil analisis Anda untuk masa depan? Anda masukkan indikator-indikator
berupa fakta dan peristiwa yang mungkin akan terjadi dalam pendidikan kewarganegaraan.
Pernahkah Anda memprediksi apa yang akan terjadi dengan negara-bangsa Indonesia
pada tahun 2045 yakni Indonesia Generasi Emas?
Pada tahun 2045, bangsa Indonesia akan memperingati 100 Tahun Indonesia merdeka.
Bagaimana nasib bangsa Indonesia pada 100 Tahun Indonesia merdeka? Berdasarkan hasil
analisis ahli ekonomi yang diterbitkan oleh Kemendikbud (2013) bangsa Indonesia akan
mendapat bonus demografi (demographic bonus) sebagai modal Indonesia pada tahun 2045
(Lihat gambar tabel di bawah). Indonesia pada tahun 2030- 2045 akan mempunyai usia
produktif (15-64 tahun) yang berlimpah. Inilah yang dimaksud bonus demografi. Bonus
demografi ini adalah peluang yang harus ditangkap dan bangsa Indonesia perlu
mempersiapkan untuk mewujudkannya. Usia produktif akan mampu berproduksi secara
optimal apabila dipersiapkan dengan baik dan benar, tentunya cara yang paling strategis
adalah melalui pendidikan, termasuk pendidikan kewarganegaraan. Bagaimana kondisi warga
negara pada tahun 2045? Apa tuntutan, kebutuhan, dan tantangan yang dihadapi oleh negara
dan bangsa Indonesia? Benarkah hal ini akan terkait dengan masalah kewarganegaraan dan
berdampak pada kewajiban dan hak warga negara?
19
sangat menjanjikan walaupun kondisinya saat ini belum dipahami secara luas. Saat ini,
ekonomi Indonesia berada pada urutan 16 besar. Pada tahun 2030, ekonomi Indonesia akan
berada pada urutan 7 besar dunia. Saat ini, jumlah konsumen sebanyak 45 juta dan jumlah
penduduk produktif sebanyak 53%. Pada tahun 2030, jumlah konsumen akan meningkat
menjadi 135 juta dan jumlah penduduk produktif akan meningkat menjadi 71%. Bagaimana
perubahan lain akan terjadi pada masa depan Indonesia, khususnya pada Generasi Emas
Indonesia?
Pernahkah Anda berpikir radikal, misalnya berapa lama lagi NKRI akan eksis? Apakah
ada jaminan bahwa negara Indonesia dapat eksis untuk 100 tahun lagi, 50 tahun lagi, 20
tahun lagi? Atau bagaimana PKn menghadapi tantangan masa depan yang tidak menentu dan
tidak ada kepastian?
Nasib sebuah bangsa tidak ditentukan oleh bangsa lain, melainkan sangat tergantung pada
kemampuan bangsa sendiri. Apakah Indonesia akan berjaya menjadi negara yang adil dan
makmur di masa depan? Indonesia akan menjadi bangsa yang bermartabat dan dihormati oleh
bangsa lain? Semuanya sangat tergantung kepada bangsa Indonesia.
Demikian pula untuk masa depan PKn sangat ditentukan oleh eksistensi konstitusi negara
dan bangsa Indonesia. PKn akan sangat dipengaruhi oleh konstitusi yang berlaku dan
perkembangan tuntutan kemajuan bangsa. Bahkan yang lebih penting lagi, akan sangat
ditentukan oleh pelaksanaan konstitusi yang berlaku.
20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Secara etimologis, pendidikan kewarganegaraan berasal dari kata “pendidikan”
dan kata “kewarganegaraan”. Pendidikan berarti usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya, sedangkan kewarganegaraan adalah segala
hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara.
21
sosial kultural oleh para pemimpin di masyarakat yang mengajak untuk mencintai
tanah air dan bangsa Indonesia. Secara politis, PKn Indonesia lahir karena
tuntutan konstitusi atau UUD 1945 dan sejumlah kebijakan Pemerintah yang
berkuasa sesuai dengan masanya.
7. PKn Indonesia untuk masa depan sangat ditentukan oleh pandangan bangsa
Indonesia, eksistensi konstitusi negara, dan tuntutan dinamika perkembangan
bangsa
22
DAFTAR PUSTAKA
23