175 331 1 SM

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GENGGAM JARI TERHADAP PENURUNAN

TINGKAT NYERI PASIEN POST OPERASI APPENDIKTOMY


DI RSUD Dr. H. SOEWONDO KENDAL

Dwi Nur Aini(1), Tamrin(2) ,Rilasadi(3),


Dosen Pembimbing Program Ners Stikes Widya Huasada
Stikes Widya Husada Semarang
[email protected]

ABSTRAK
Latar Belakang :Apendiksitis adalah peradangan dari apendik periformis, dan paling sering
dialami adalah Nyeri akut yang mengancam proses penyembuhan klien dan harus menjadi
prioritas perawatan. Penanganan untuk mengatasi nyeri yaitu dengan Teknik relaksasi genggam
jari dan bertujuan untuk menurunkan tingkat nyeri yang diarasakan oleh responden. Hasil studi
pendahulan didapatkan data apendiksitis sebanyak 83 orang. Jenis penelitian kuantitatif desaign
quasi – eksperimen pre andpost test without control. Sampling dengan Consecutive Sampling
sebanyak 30 responden. Tingkat nyeri diukur menggunakan Visual Analogues Scales dan
dianalisis menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian didapatkan sebelum dilakukan
terapi relaksasi genggam jari responden yang mengalami nyeri menyusahkan sebanyak (50%),
nyeri mengganggu sebanyak (40%), nyeri hebat sebanyak (10%). Setelah dilakukan terapi
relaksasi genggam jari responden yang mengalami nyeri ringan sebanyak (23.3%), nyeri
mengganggu sebanyak (63.3%), nyeri menyusahkan sebanyak (13.3%). Hasil uji Wilcoxon
menunjukkan adanya penurunan tingkat nyeri dengan hasil Z Hitung -4,597 dan p-value 0,000
(p-value < 0,05). Ada Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Tingkat
Nyeri Pasien Post Operasi Appenditomy di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal.

Kata Kunci :Apendiksitis, Nyeri, Teknik Relaksasi

ABSTRACT
Appedicitis is an inflammation of the periform appendic, and most often experienced is acute
pain that threatens the client’s healing process and should be a priority of care. Handling to
overcome the pain that is with handheld relaxtion techniques finger and aim to reduce the level
of pain felt by respondents. The study of appendicitis data is 83 people.Types of quantitative
research desaign quasi – experiment pre and post test without control. Sampling by consecutive
sampling technique is by taking sample 30 respondents Pain rate was measured using VAS
(Visual Analogues Scales) and analyzed using frequency distribution. Analysis of 30 respondent,
before the therapy relaxation fingerhand there were respondents who had troublesome pain was
(50%), disturb pain were (40%), severe pain (10%). After receiving therapy relaxation
fingerhand treatment, respondent who had mild pain were (23.3%), disturb pain were (63.3%),
troublesome pain were (13.3%). The results of the Wilcoxon showed that there was a significant
decrease in level of pain with p-value 0.000 (p-value < 0,05), Ho was rejected and Ha
accepted.There Is The Influence Of Therapy Relaxation Fingerprint On Decrease Level Pain
Patient Post Surger Appendiktomy At RSUD Dr. H. Soewondo Kendal.

Keywords :Appendix, pain, Therapy Relaxation Fingerhand

PENDAHULUAN
Apendiksitis adalah peradangan dari timbulnya mual, muntah, nafsu makan
apendiks vermiformis, dan merupakan berkurang dan dalam beberapa jam nyeri ini
penyebab abdomen akut yang paling sering akan berpindah ke kanan bawah titik
(Dermawan & rahayuningsih, Mc.Burney (Sjamsuhidayat, 2011).
2010).Apendiks vermiformis yang disebut Berdasarkan World Health
pula umbai cacing atau lebih dikenal dengan Organisation (2010) yang dikutip oleh
nama usus buntu, merupakan kantung kecil Naulibasa (2011), ditemukan angka kejadian
yang buntu dan melekat pada sekum. Dalam Apendiksitis yang cukup tinggi didunia.
kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, Angka kematian akibat Apendiksitis
tetapi banyak kasus memerlukan tindakan mencapai 21.000 jiwa, populasi laki – laki
bedah kedaruratan, Apabila tidak di tangani 11.000 jiwa dan 10.000 jiwa pada
dengan benar, penyakit ini hampir selalu perempuan. Menurut Evarica Widyawati
berakibat fatal (Kowalak, 2011). (2015) di Amerika Serikat kejadian
Apendiksitis juga didefinisikan Apendiksitis memiliki insidens 1,1 kasus per
sebagai suatu kondisi dimana infeksi terjadi 1000 penduduk per tahun. Pada usia 20
di umbai cacing. Dalam penelitianUtami tahun paling sering mengalami Apendiksitis,
(2014) dikatakan infeksi ini bisa perbandingan antara laki – laki 1,4 lebih
mengakibatkan peradangan akut sehingga sering daripada wanita. Angka kematian
memerlukan tindakan bedah segera untuk mencapai 0,2 - 0,8 % dari komplikasi yang
mencegah komplikasi yang pada umumnya sering terjadi dikarenakan dari tindakan
berbahaya bagi tubuh (Nanda, 2013). Gejala pembedahan yang dilakukan dan
dari apendiksitis ialah nyeri yang samar – keterlambatan diagnosa juga dapat
samar tumpul yang merupakan nyeri viseral meningkatkan resiko angka kesakitan dan
di daerah epigastrium disekitar umbilicus. kematian.
Keluhan ini sering disertai dengaan
Data dari Departemen Kesehatan pembedahan, kemudian bertahap kembali ke
Republik Indonesia pada tahun 2008 jumlah diet normal, ambulasi pasca bedah dan
penderita penyakit Apendiksitis di Indonesia spinometri insentifi (Kimberly, 2012).
mencapai 591.819 orang dan pada tahun Keluhan yang sering timbul pasca
2009 meningkat menjadi 596.132 orang. pembedahan ( pasca operasi ) pasien
Menurut Dinas Kesehatan Jawa Tengah merasakan nyeri yang hebat dan mempunyai
pada tahun 2009, jumlah kasus penyakit pengalaman yang kurang menyenangkan
Apendiksitis dilaporkan sebanyak 5.890 akibat nyeri yang tidak adekuat (Novariski,
orang dan diantaranya menyebabkan 2009). Hal tersebut merupakan rangsangan
kematian (Utami, 2014). bagi pasien dan akan menambah rasa
Insidens pada laki – laki lebih sering kecemasan serta ketegangan yang juga akan
daripada perempuan, pada umur 20 – 30 menambah rasa nyeri karena rasa nyeri
tahun insidens laki – laki lebih sering. Hal menjadi pusat perhatiannya. Bila pasien
yang dapat menyebabkan apendiksitis yaitu merasakan nyeri hanya satu yang mereka
hiperplansia jaringan limfa, sumbatan lumen inginkan yaitu mengurangi rasa nyeri
apendiks merupakan faktor yang diajukan tersebut, karena itu akan menjadikan
sebagai faktor pencetus. Penyebab lain yang pengalaman yang kurang menyenangkan
dapat menyebabkan Apendiksitis ialah erosi akibat nyeri yang tidak adekuat (Zulaik,
mukosa apendiks karena parasite seperti 2008).
Enterobacter histolytica (Sjamsuhidayat, Nyeri setelah operasi merupakan
2011). nyeri akut yang secara serius mengancam
Salah satu penatalaksanaan pasien proses penyembuhan klien. Nyeri yang
dengan apendiks akut adalah dengan cara dialami pasien setelah pembedahan
pembedahan appendiktomy. Appendiktomy menghambat kemampuan pasien untuk
dapat dilakukan pada apendiksitis dengan terlibat aktif dan meningkatkan resiko
tidak adanya komplikasi. Appendiktomy komplikasi akibat immobilisasi. Rehabilitasi
dapat dilakukan segera, setelah terkontrol dapat tertunda dan hospitalisasi menjadi
ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh lama jika nyeri akut tidak bisa di control.
dan gangguan sistematik lainnya. Kemajuan fisik atau psikologis tidak dapat
Pembedahan yang direncanakan secara dini terjadi selama nyeri akut masih dirasakan
baik mempunyai mortalitas 1 % secara karena pasien memfokuskan semua
primer angka morbiditas dan mortalitas perhatiannya pada upaya untuk mengatasi
penyakit ini tampaknya disebabkan oleh nyeri (Potter & Perry, 2014).
komplikasi ganggren dan perforasi yang Rasa nyeri yang timbul akibat
terjadi akibat yang tertunda (Mansjoer, pembedahan bila tidak dikontrol dapat
2010). menimbulkan efek yang membahayakan
Pembedahan Appendektomy yang akan mengganggu proses
merupakan suatu tindakan invasif dengan penyembuhan dan juga dapat meningkatkan
membuka atau menampilkan bagian tubuh stress post operasi (Soetjiningsih, 2010).
yang akan ditangani, pembukaan bagian Efek nyeri dapat berpengaruh pada fisik,
tubuh ini umumnya dilakukan dengan nyeri yang tidak diatasi secara cepat
membuat sayatan, pada pembedahan mempunyai efek yang membahayakan diluar
appendiktomy terbuka, insisi McBurney ketidaknyaman yaitu dapat mempengaruhi
paling banyak dipilih oleh ahli bedah (Potter system pulmonary, kardiovaskuler,
& Perry, 2014). Prosedur apendiktomy gastrointestinal, endokrin dan imonologi.
adalah puasa sampai setelah menjalani Efek prilaku, dapat diamati dari respon
vocal (menangis), ekspresi wajah (meringis), diproses dengan cepat, lalu diteruskan
gerakan tubuh (perasaan gelisah) dan menuju saraf pada organ tubuh yang
interaksi sosial (menghindari percakapan). mengalami gangguan, sehingga
Pengaruh dalam aktivitas sehari – hari yaitu penyumbatan di jalur energi menjadi lancar
kesulitan dalam melakukan personal hygiene (Puwahang, 2011).
(Andarmoyo, 2013). Jenis relaksasi ini sangat sederhana
Tindakan untuk mengatasi nyeri dan mudah dilakukan oleh siapapun yang
diperlukan penatalaksanaan manajemen berhubungan dengan jari tangan serta aliran
nyeri melalui cara farmakologi dan non- energi di dalam tubuh kita. Apabila individu
farmakologi. Pereda nyeri farmakologi mempersepsikan sentuhan sebagai stimulus
dibedakan menjadi tiga kategori yakni untuk rileks, kemudian akan muncul
golongan opioid, non-opioid, dan anesthetic. relaksasi. Mekanisme relaksasi genggam jari
Walaupun analgesik dapat menghilangkan ini di jelaskan melalui teori gatecontrol yang
nyeri dengan efektif, jenis analgesik opioid menyatakan bahwa stimulasi kutaneous
mempunyai efek samping yang harus mengaktifkan transmisi serabut saraf sensori
dipertimbangkan dan diantisipasi, yakni A-beta yang lebih besar dan lebih cepat
diantaranya depresi pernapasan, mual, (Potter & Perry, 2012).
muntah, konstipasi, pruritus, dan efek toksik Menurut penelitian yang dilakukan
pada pasien dengan gangguan hepar atau oleh Nur Faridah (2015) dengan judul
ginjal (smeltzer & bare, 2015). Terapi non- ‘Penurunan Tingkat yeri Pasien Post Op
farmakologi diperlukan sebagai pendamping Apendisitis Dengan Tenik Distraksi Nafas
terapi farmakologi untuk mempersingkat Ritmik’. Hasil penelitian menunjukkan p-
waktu nyeri yang hanya berlangsung dalam sign = 0,000 dimana p-sign < a (a=0,05),
beberapa detik atau menit. Berbagai macam dengan pasien (100%) nyeri sedang dan
bentuk terapi non – farmakologi relaksasi setelah pemberian teknik distraksi nafas
yang sudah ada yaitu relaksasi otot, relaksasi ritmik menunjukkan bahwa sebagian besar
kesadaran indera, relaksasi meditasi, mengalami penurunan tingkat nyeri post op
relaksasi yoga dan hipnosa. Salah satu jenis apendisitis menjadi ringan sebanyak 19
terapi non – farmakologis yang digunakan pasien (63,3%) dan tingkat nyeri post op
untuk menurunkan intesitas nyeri setelah apendisitis tetap atau sedang esebanyak 11
operasi adalah teknik relaksasi genggam jari pasien (36,7), sehingga Ho ditolak. Menurut
yang mudah dilakukan oleh siapapun yang penelitian sebelumnya yang telah dilakukan
berhubungan dengan jari tangan dan aliran oleh Pinandita (2012) dengan judul
energy didalam tubuh kita (Liana, 2008). ‘Pengaruh teknik relaksasi genggam jari
Menggenggam jari sambil mengatur terhadap penurunan intensitas nyeri pada
napas (relaksasi) dilakukan selama kurang pasien post operasi laparatomi. Hasil
lebih 3 - 5 menit dapat mengurangi penelitian menunjukkan yaitu ada perbedaan
ketegangan fisik dan emosi, karena genggam nilai rata-rata atau mean antara pre dan post
jari akan menghangatkan titik-titik keluar dengan perlakuan teknik relakasi genggam
dan masuknya energi meridian (energy jari terhadap penurunan intensitas nyeri pada
channel) yang terletak pada jari tangan kita. kelompok eksperimen dengan mean sebelum
Titik –titik refleksi pada tangan akan diberikan teknik relaksasi genggam jari
memberikan rangsangan secara refleks sebesar 6,64 dan mean sesudah diberikan
(spontan) pada saat genggaman. Rangsangan Teknik relaksasi genggam jari sebesar 4,88,
tersebut akan mengalirkan gelombang listrik perbedaan rata-rata intensitas nyeri pre test-
menuju otak yang akan diterima dan post test pada kelompok eksperimen adalah
1.764, dengan p -value = 0.000, dimana rekam medis didapatkan hasil data 3 bulan
nilai (p <0,05), artinya ada pengaruh dari sebelumnya yaitu bulan mei - juli
teknik relaksasi genggam jari terhadap didapatkan jumlah data apendiks sebanyak
penurunan intensitas nyeri pasien pasca 83 orang dibagi laki – laki 55 orang dan
laparatomi dan penelitian lain yang telah perempuan 28 orang. apendiks kronis
dilakukan oleh Linatu Sofiyah (2014) sebanyak 30 orang dibagi laki – laki 22
dengan judul ‘Pengaruh Teknik relaksasi orang dan perempuan 8 orang, sedangkan
genggam jari terhadap perubahan skala nyeri apendiks akut sebanyak 53 orang dibagi laki
pada pasien post operasi sectio ceasarea’. – laki 35 orang dan perempuan 18 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hasil wawancara dengan 4 pasien post
sebelum diberikan Teknik relaksasi operasi appendiktomy selama perawatan di
genggam jari sebagian besar mengalami rumah sakit belum pernah dilakukan oleh
nyeri sedang sebanyak 9 responden dan perawat teknik relaksasi genggam jari untuk
sesudah diberikan Teknik relaksasi genggam menurunkan tingkat nyeri.
jari sebagian besar mengalami nyeri ringan 8 Berdasarkan uraian di atas maka
responden, dengan nilai p valuesebesar peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
0,000 (p < a). tentang “ Pengaruh Teknik Relaksasi
Hasil studi pendahuluan yang Genggam Jari Terhadap Penurunan Tingkat
dilakukan oleh peneliti pada tanggal 10 Nyeri Pasien Post Operasi Appendiktomy di
Agustus 2017, dengan melihat dari buku RSUD Dr. H. Soewondo Kendal.“
keluar masuknya pasien dan salah satu
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah adalah post operasi appendiktomy terhadap
penelitianQuasi eksperimental, Desain penurunan tingkat nyeri di RSUD Dr. H.
penelitian menggunakan pre and post test Soewondo Kendal dan memiliki kriteria-
without control, yaitu peneliti hanya kriteria sebagai berikut:
melakukan intervensi pada satu kelompok Kriteria inklusi penelitian ini adalah :
tanpa pembanding. Efektifitas perlakuan 1) Pasien 7 – 8 jam post pemberian
dinilai dengan cara membandingkan nilai analgesik.
post test dengan pre test. (Dharma, 2011) 2) Pasien hari pertama (H1)post operasi
Lokasi dalam penelitian adalah appendiktomy
RUSD Dr. H. Soewondo Kendal. Penelitian 3) Dapat diajak berkomunikasi.
dilaksanakan pada bulan Agustus 4) Bersedia menjadi responden
2017.Populasi dalam penelitian ini semua Variabel independen : Relaksasi genggam
pasien post operasi appendiktomy di RSUD jari adalah sebuah teknik relaksasi yang
Dr. H. Soewondo Kendal dengan jumlah dilakukan selama 2 – 3 menit dengan cara
pasien appendiktomy dalam 3 bulan terakhir menggenggam tiap – tiap jari tangan yang
(Mei – Juli 2017) adalah sebanyak 83 bertujuan untuk menurunkan tingkat nyeri
responden.Sampel yang di ambil untuk pada pasien post operasi appediktomy di
penelitian pada pasien post operasi RSUD Dr. H. Soewondo Kendal. Variable
appendiktomy di RSUD dr. H. Soewondo dependen pada penelitian ini adalah
Kendal adalah sebanyak 30 Penurunan tingkat nyeri pada pasien post
responden.Teknik sampel dalam penelitian operasi appendiktomy Penurunan tingkat
ini menggunakan metode Consecutive nyeri adalah suatu perubahan tingkat nyeri
Sampling.Sampel dalam penelitian ini
yang dirasakan oleh seseorang ketika a. Peneliti meminta responden untuk
mengalami nyeri yang sangat hebat. berada pada posisi yang nyaman dan
Penelitian ini menggunakan instrument relaks.
berupa lembar observasiyaitu:Menggunakan b. Peneliti meminta responden untuk
pengukuran tingkat nyeri VAS (Visual menghembuskan nafas secara perlahan
Analog Scale) pada pasien post operasi sambil melepaskan perasaan yang
appendiktomyPengukuran Nyeri dengan mengganggunya (perasaan nyeri)
menggunakan VAS (Visual Analog Scale) c. Peneliti melakukan terapi relaksasi
dengan hasil ukur :Angka 0 = tidak nyeri, genggam jari kepada responden.
Angka 1 dan 2 = nyeri ringan, Angka 3 dan d. Peneliti melakukannya selama 2 – 3
4 = nyeri mengganggu, Angka 5 dan 6 = menit untuk masing – masing jari.
nyeri menyusahkan, Angka 7 dan 8 = nyeri Setelah dilakukan teknik relaksasi
hebat, Angka 9 dan 10 = nyeri yang sangat genggam jari :
hebat. a. Peneliti melakukan observasi untuk
Langkah-langkah pengumpulan data mengidentifikasi perubahan nyeri
dalam penelitian ini adalah sebagai responden setelah di berikan perlakuan
berikut:Sebelum dilakukan teknik relaksasi teknik relaksasi genggam jari pada 24
genggam jari : jam pasca operasi (7 – 8 jam pasca
a. Peneliti memilih responden yang pemberian analgesik (H1) post operasi)
sesuai dengan kriteria inklusi b. Peneliti meminta responden untuk
penelitian. menunjukkan kembali skala atau
b. Peneliti menjelaskantujuan dan intensitas nyeri yang dirasakannya saat
manfaat penelitian kepada responden ini.
sesuai waktu yang telah disepakati. c. Peneliti mencatat dan
c. Peneliti akan meminta persetujuan dari mendokumentasikan hasil observasi
responden. Responden berhak untuk yang telah dilakukan.
menerima atau menolak untuk
berpatisipasi dalam penelitian, jika
responden setuju untuk berpatisipasi
dalam penelitian, maka responden
diminta untuk menanda tangani lembar
persetujuan penelitianyang telah
disiapkan oleh peneliti.
d. Peneliti melakukan observasi terhadap
nyeri pada responden sebelum
dilakukan perlakuan teknik relaksasi
genggam jari pada 24 jam pasca
operasi (7 – 8 jam pasca pemberian
analgesik (H1) post operasi).
e.
f. Peneliti meminta responden untuk
menunjukkan skala nyeri yang
dirasakan saat ini.
g. Peneliti mendokumentasikan hasil
observasi nyeri responden.
Pelaksanaan teknik relakasasi genggam jari :
HASIL PENELITIAN DAN remaja menjadi faktor meningkatnya
PEMBAHASAN insidensi apendiks untuk tersumbat yang
1. Karakteristik Responden memungkinkan adanya sumbatan sedikit
a. Umur saja akan menyebabkan tekanan intraluminal
Tabel 4.1Distribusi tinggi. Pada usia diatas 60 tahun, sudah
FrekuensiResponden Berdasarkan tidak didapatkan lagi jaringan limfoid pada
Umur di RSUD dr. H. Soewondo apendiks namun terdapat perubahan pada
KendalAgustus 2017n = 30 lapisan serosa yang kurang elastis
Umur Frekuensi Persentase (%) dibandingkan dengan lapisan mukosa yang
< 20 4 13.3 menyebabkan respon terhadap tekanan
tahun
intraluminal berbeda dibanding pasien yang
20 – 30 10 33.3
tahun lebih muda, sehingga kemampuan adaptasi
31 – 40 7 23.3 (meregang) akibat akumulasi secret
tahun intraluminal kurang baik yang dapat
> 40 9 30 berlanjut menjadi iskemik dan ganggren
tahun
stadium awal.
Total 30 100
Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan hasil
b. Pekerjaan
data penelitian yang dilakukan di RSUD dr.
Tabel 4.2Distribusi FrekuensiResponden
H. Soewondo Kendal, dengan 30 responden
Berdasarkan Pekerjaandi RSUD dr. H.
menunjukkan sebagian besar responden
Soewondo KendalAgustus 2017
berusia antara 20 – 30 tahun sebanyak 10
n = 30
orang (33.3%), responden yang berusia Pekerjaan Frekuensi Persentas
kurang dari 20 tahun terdapat 4 orang e (%)
(13.3%), responden yang berumur 30 – 40 Karyawan 9 30
tahun sebanyak 7 orang (23.3%), serta Wiraswasta 8 26.7
responden yang berumur lebih dari 40 tahun PNS 4 13.3
Buruh 9 30
sebanyak 9 orang (30%). Hal ini sejalan
Total 30 100
dengan pendapat Sjamsuhidayat, (2011)
Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan data
yang mengatakan bahwa insidens pada umur
distribusi frekuensi dari 30 responden yaitu
20 – 30 tahun lebih sering, dan juga menurut
respoden yang bekerja sebagai karyawan 9
Evarica Widyawati, (2015) yang
orang (30 %) dan buruh sebanyak 9 orang
mengatakan pada usia 20 tahun paling sering
(30 %) , sedangkan responden yang
mengalami apendiksitis, perbandingan
memiliki pekerjaan wiraswasta sebanyak 8
antara laki – laki 1,4 lebih sering daripada
orang (26.7 %) , dan yang bekerja sebagai
wanita. Angka kematian mencapai 0,2 – 08
PNS sebanyak 4 orang (13.3 %).
% dari komplikasi yang sering terjadi
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
dikarenakan dari tindakan pembedahan yang
sebelumnya yang dilakukan oleh Dani &
dilakukan dan keterlambatan diagnosa.
Calista (2013), didapakan jenis pekerjaan
Menurut hasil penelitian Dani &
terbanyak adalah karyawan swasta dengan
Calista (2013), appendiksitis akut dapat
persentase 36,18 %. Penyataan ini juga
ditemukan pada semua umur, jarang
dapat disesuaikan dengan hasil penelitian,
dilaporkan pada anak kurang dari satu tahun.
Karena karyawan swasta cenderung
Insidensi tertinggi kelompok usia 20 – 30
memiliki pendapatan menengah. Menurut
tahun. Menurut literature, perkembangan
literatur yang didapat, apendisitis akut lebih
maksimal dari jaringan limfoid dimasa
sering mengenai kelompok dengan sosial sebagainya, Karena makanan fast food lebih
ekonomi menengah ke atas karena berkaitan gampang mereka dapatkan direstauran
dengan diet rendah serat ataupun di pedagang kaki lima. Makanan
fast food merupakan jenis makanan yang
c. Jenis Kelamin cara pengolahannya tidak tepat, sehingga hal
Tabel 4.3Distribusi Frekuensi Responden ini dapat menyebabkan beberapa komplikasi
Berdasarkan Jenis Kelamindi RSUD dr. atau obstruksi pada usus yang bias
H. Soewondo KendalAgustus 2017 menimbulkan masalah pada system
n = 30 pencernaan salah satunya apendiksitis.
Jenis Frekuensi Persentase Ada juga menurut penelitian lain yang
Kelamin (%) dilakukan oleh Marisa, dkk 2012, yang
Laki – Laki 19 63.3
mengatakan bahwa perempuan lebih banyak
Perempuan 11 36.7
Total 30 100 yaitu sebanyak 64,2 % daripada laki – laki
Berdasarkan tabel 4.3 di dapatkan hasil 55,4 %. Salah satu alasan angka kejadian
data distribusi frekuensi dari 30 responden appendicitis akut lebih tinggi pada wanita
yaitu berjenis kelamin laki – laki lebih yaitu adanya false positiveatau kesalahan
banyak dibandingkan perempuan yaitu laki hasil positif akibat factor lain. Hal tersevut
– laki sebanyak 19 orang (63.3 %) dan Karena diagnose banding appendicitis akut
perempuan sebanyak 11 orang (36.7%). Hal pada wanita lebih banyak, antara lain
ini sebanding dengan penelian sebelumnya adneksitis, endometriosis, kehamilan
yang dilakukan oleh Evarica Widyawati ektopik dan sebagainya. Apendiks pada
(2015) perbandingan antara laki – laki 1,4 wanita bedekatan dengan organ reproduksi
lebih sering daripada wanita dan juga oleh yang kemungkinan juga bias terkena infeksi
Sjamsuhidayat (2011) juga mengatakan jenis dan memberi gejala yang hamper sama
kelamin laki – laki lebih sering dari pada dengan appendicitis akut.
perempuan hal ini dikarenakan oleh
hiperplansia jaringan limfe, sumbatan lumen d. Pendidikan
apendiks. Penyebab lain yang dapat Tabel 4.4Distribusi FrekuensiResponden
menyebabkan apendiks ialah erosi mukosa Berdasarkan Pendidikan di RSUD dr. H.
karena parasite seperti Enterobacter Soewondo KendalAgustus 2017
histolytica n = 30
Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
Menurut penelitian yang dilakukan
SD 2 6.7
Hwang dan khumbhaar tahun (1940), SMP 18 60.0
didalam jurnal Dani & Calista (2013) SMA 10 33.3
proporsi jaringan limfoid pada pria lebih Total 30 100
banyak dibandingkan wanita namun tidak Berdasarkan tabel 4.4di dapatkan hasil
ada konfirmasi lebih lanjut mengenai hal ini. data frekuensi dari 30 responden
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan, sebagian besar responden
menunjukkan perbedaan yang sangat tipis Pendidikan SMA sebanyak 10 orang (33.3
antara wanita dan pria. %), Pendidikan SMP sebanyak 18 orang (60
Menurut penelitian Arifuddin ,dkk %), dan Pendidikan SD sebanyak 2 orang
(2017) yang mengatakan bahwa Karena laki (6.7 %).
– laki lebih banyak menghabiskan waktu Hasil penelitian sebelumnya yang
diluar rumah untuk bekerja dan lebih dilakukan oleh Rachmawati (2016) juga
cenderung mengkonsumsi makanan fast mengatakan berdasarkan karakteristik
food dibandingkan dengan nasi dan responden tingkat Pendidikan diketahui
paling banyak berpendidikan SLTP Menurut Zakiyah (2015), faktor yang
sebanyak (31,6%) mempengaruhi nyeri yaitu pertama umur ,
umur mempengaruhi persepsi dan ekspresi
A. Analisis Univariat seseorang terhadap nyeri perbedaan
Tabel 4.5Distribusi Frekuensi Tingkat perkembangan pada orang dewasa dan anak
Nyeri PasienSebelum Dilakukan sangat mempengaruhi bagaimana bereaksi
Relaksasi Genggam Jari Di RSUD Dr. H. terhadap nyeri, yang kedua jenis kelamin
Soewondo KendalAgustus 2017 yaitu merupakan salah satu faktor yang
n = 30 mempengaruhi nyeri, secara umum pria dan
Tingkat Nyeri Frekuensi Persentase wanita tidak berbeda dalam berespons
Pasien (n) (%) terhadap nyeri, akan tetapi beberapa
Nyeri 12 40 kebudayaan mempengaruhi pria dan wanita
Mengganggu dalam mengekspresikan nyeri, yang ketiga
(3-4) mekanisme koping yaitu dapat
Nyeri 15 50 mempengaruhi dalam mengatasi nyeri,
Menyusahkan
(5-6)
mempunyai fokus kendali internal
Nyeri Hebat (7- 3 10 mempersepsikan diri mereka sebagai klien
8) yang dapat mengendalikan lingkungan
Total 30 100 mereka seperti nyeri dan juga dapat
Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan hasil melaporkan bahwa dirinya mengalami nyeri
data penelitian setelah melakukan yang tidak terlalu berat, dan faktor yang
pengukuran tingkat nyeri dengan lembar terakhir yaitu pengalaman sebelumnya ,
observasi nyeri menggunakan VAS (Visual seorang yang tidak pernah merasakan nyeri,
Analog Scale) didapatkan data distribusi maka persepsi pertama dapat mengganggu
frekuensi dari 30 responden di RSUD dr. H. mekanisme koping terhadap nyeri
Soewondo Kendal menunjukkan bahwa sebelumnya tidak selalu berarti bahwa akan
sebagian besar responden mengalami Nyeri dengan mudah menerima nyeri pada masa
Menyusahkan sebanyak 15 orang (50 %), yang akan dating.
nyeri yang mengganggu 12 orang (40 %), Pernyataan tersebut didukung oleh teori
dan Nyeri Hebat sebanyak 3 orang (10 %). Potter dan Perry (2005) di dalam jurnal Iin
Berdasarkan hasil data di atas Pinandita, dkk (2012) mengatakan
menunjukkan bahwa sebagian besar kemampuan seseorang dalam
responden mengalami nyeri yang mempersepsikan nyeri dipengaruhi oleh
menyusahkan yaitu 50 % atau setengah dari sejumlah faktor seperti usia, jenis kelamin,
total responden yang ada. Dari hasil lingkungan, kecemasan dan lain – lain.
penelitian didapatkan bahwa setiap Dimana faktor tersebut dapat meningkatkan
responden memiliki intensitas nyeri yang atau menurunkan persepsi nyeri,
berbeda – beda. Menurut teori Brunner meningkatkan atau menurunkan toleransi
(2011) bahwa faktor yang mempengaruhi terhadap nyeri, dan mempengaruhi sikap
ambang nyeri seseorang yaitu pengalaman respons terhadap nyeri.
masa lalu. Responden yang sudah biasa Hal ini didukung oleh penelitian yang
mengalami nyeri pada nyeri yang timbul dilakukan oleh Iin Pinandita (2012) tentang
berikutnya akan mengalami penurunan pengaruh Teknik relaksasi genggam jari
tingkat nyeri. Hal ini dikarenakan tingkat terhadap penurunan intensitas nyeri pada
toleransi pada pasien terhadap nyeri yang pasien post operasi Laparotomi di RS PKU
lebih tinggi. Muhammadiyah Gombong sebelum
diberikan Teknik relaksasi genggam jari Total 30 100
didapatkan 64 % nyeri pasien berada pada Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan hasil
kategori sedang. Dikarenakan pre test pada data penelitian yang diperoleh didapatkan
kedua kelompok ini dilakukan pada hari data bahwa dari 30 responden dengan
pertama (24 jam setelah operasi), dimana tingkat nyeri ringan setelah dilakukan
dalam masa tersebut nyeri sudah mengalami pemberian Teknik relaksasi genggam jari
penurunan sehingga tidak ditemukan nyeri yaitu sebanyak 7 orang (23.3 %) , nyeri
yang berat dan sangat berat. Hal ini sesuai mengganggu sebanyak 19 orang (63.3 %),
dengan pendapat mulyono (2008) yang dan nyeri menyusahkan setelah dilakukan
mengemukakan bahwa pemulihan waktu pemberian Teknik relaksasi genggam jari
post operasi membutuhkan waktu rata – rata yaitu sebanyak 4 orang (13.3 %).
72,45 menit, sehingga pasien akan Berdasarkan data di atas diperoleh hasil
merasakan nyeri yang hebat rata – rata pada bahwa terdapat penurunan tingkat nyeri
dua jam pertama setelah operasi Karena setelah diberikan teknik relaksasi genggam
pengaruh obat anastesi sudah hilang. Dan jari. Hal tersebut didukung oleh pendapat
penelitian yang dilakukan oleh Andika & Andika & Mustafa (2015) Teknik relaksasi
Mustafa ( 2016) lebih dari setengah (60.0%) genggam jari merupakan pengobatan non-
tingkat nyeri sebelum diberikan perlakuan farmakologi yang dapat mengobati atau
Teknik relaksasi genggam jari pada pasien menurunkan tingkat nyeri. Hipotesis Kerja
post operasi appendiktomy berada pada (Ha) ini dibuktikan dengan hasil penelitian
kategori sedang. Hal ini dikarenakan yang menunjukkan bahwa responden post
beberapa faktor seperti perhatian responden operasi appendiktomy setelah diberikan
terhadap nyeri dengan cara responden tidur Teknik relaksasi genggam jari terhadap
untuk mengurangi nyerinya dan dkngan dari penurunan intensitas nyeri.
keluarga seperti keluarga selalu menemani Menurut Liana, 2008 dalam jurnal
ketika pasien mengeluh nyeri dengan tidak Pinandita et al. (2012), yang menyatakan
meninggalkan pasien diruangan sendiri. bahwa menggenggam jari disertai dengan
Makna nyeri bagi beberapa individu menarik nafas dalam – dalam dapat
dipersepsikan berbeda – beda, jika individu mengurangi ketegangan fisik dan emosi,
memandang nyeri bukanlah suatu ancaman, karena genggaman jari akan menghangatkan
maka individu tersebut akan dapat titik – titik masuk dan keluarnya energi pada
beradaptasi dengan baik. meridian(saluran energy) yang berhubungan
Tabel 4.6 Distribusi FrekuensiTingkat dengan organ – organ didalam tubuh yang
Nyeri Pasien Setelah Dilakukan Relaksasi terletak pada jari tangan. Titik titik refleksi
Genggam JariDi RSUD Dr. H. Soewondo pada tangan memberikan rangsangan secara
KendalAgustus 2017 refleks (spontan) pada saat genggaman.
n = 30 Rangsangan tersebut akan mengalirkan
Tingkat Frekuensi semacam gelombang kejut atau listrik
Persentase (%) menuju otak kemudian diproses secara
Nyeri Pasien (n)
Nyeri Ringan 7 23.3
dengan cepat dan diteruskan menuju saraf
(1-2) pada organ tubuh yang mengalami
Nyeri 19 63.3 gangguan, sehingga sumbatan di jalur energi
Mengganggu menjadi lancar (Puwahang, 2011).
(3-4) Menurut stuart (2007) di dalam jurnal
Nyeri 4 13.3
Menyusahkan
Sari & Maliya (2015), Teknik relaksasi
(5-6) membantu tubuh, pikiran dan jiwa untuk
mencapai relaksasi. Teknik relaksasi juga
merupakan suatu tindakan untuk yaitu tidak mengalami penurunan ataupun
membebaskan mental dan fisik dari peningkatan tingkat nyeri terdapat 4 orang
ketegangan dan stress, sehingga dapat dengan nilai Z hitung –4,597 dan nilai p-
meningkatkan toleransi terhadap nyeri. value = 0,000 < 0,05 dengan demikian Ha
Berbagai metode relaksasi digunakan untuk diterima dan Ho ditolak yang artinya bahwa
menurunkan kecemasan dan ketegangan otot pengaruh Teknik relaksasi genggam jari
sehingga didapatkan penurunan denyut terhadap penurunan tingkat nyeri pada
jantung, penurunan respirasi serta penurunan pasien post operasi appendiktomydi RSUD
ketegangan otot. dr. H. Soewondo Kendal. Hal ini dapat
Namun dari data tersebut diketahui bahwa dijelaskan bahwa nilai Z hitung -4,597 < Z
setelah diberikan terapi relaksasi genggam tabel 1,96 dan nilai p-value= 0,000 < 0,05
jari terdapat 4 orang responden yang tidak menunjukkan bahwa Teknik relaksasi
mengalami peningkatan ataupun penurunan genggam jari berpengaruh positif terhadap
tingkat nyeri hal itu disebabkan karena penurunan tingkat nyeri pada pasien post
pasien pada saat setelah dilakukan terapi operasi appendiktomy di RSUD dr. H.
mengatakan bahwa pasien kesulitan untuk Soewondo Kendal.
berkonsentrasi karena responden kurang Hasil penelitian ini sesuai dengan
fokus saat diberikan intervensi. Menurut hasil penelitian dari Pinandita (2012) dengan
Islamiah, dkk (2015) setting tempat yang judul Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam
tertutup dan tidak bising juga dapat Jari Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri
mempengaruhi, sehingga dengan tempat Pada Pasien Post Operasi Laparatomi
yang nyaman responden dapat dengan hasil penelitian yaitu ada pengaruh
mempertahankan perhatian dan konsentrasi. Teknik relaksasi genggam jari terhadap
B. Analisa Bivariat penurunan intensitas nyeri pada pasien post
Tabel 4.7Pengaruh Teknik Relaksasi operasi laparatomi dengan p-valuesebesar
Genggam Jari Terhadap Penurunan 0,000 (p<0,05). Hasil penelitian yang
Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi dilakukan Ma’rifah et al. (2015) tentang
Appendiktomy di RSUD dr. H. efektifitas relaksasi genggam jari terhadap
Soewondo KendalAgustus 2017 penurunan skala nyeri pada pasien post
n = 30 operasi sectio caesarea di RSUD Prof. Dr.
Penurunan Margono Soekardjo Purwekerto, dalam
Tingkat Nyeri penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa
Z P
Pasien Post Frekuensi
Operasi
Hitung value Teknik relaksasi genggan jari mempunyai
Appendiktomy nilai efektifitas lebih baik dalam
Negative Rank 26 -4.597 0.000 menurunkan nyeri post operasi sectio
Positive Rank 0 caesarea. Hasil penelitian yang dilakukan
Ties 4 oleh Idris dan Astarani (2017) dengan judul
Total 30 terapi relaksasi genggam jari terhadap
penurunan nyeri sendi pada lansia juga
Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan hasil mengatakan ada perbedaan skala nyeri
data penelitian yang dilakukan terhadap 30 sebelum dan sesudah diberikan terapi
responden bahwa terdapat pengaruh Teknik relaksasi genggam jari dengan nilai = 0,000.
relaksasi genggam jari terhadap penurunan Karena hasil data adalah < α yang berarti Ha
tingkat nyeri, dari 30 responden didapatkan diterima.
pasien yang mengalami penurunan tingkat Hal tersebut juga sesuai dengan teori
nyeri sesudah diberikan relaksasi genggam gate control dari Melzack dan Wall didalam
jari sebanyak 26 orang dan responden tetap,
jurnal (Andika dan Mustafa, 2016), yang nyeri, menurunkan respons katekolamin,
mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat di meningkatkan aliran darah ke uterus,
atur atau bahkan dihambat oleh mekanisme menurunkan tegangan otot. Tindakan
pertahanan di sepanjang system saraf pusat. mandiri perawat dalam penanganan nyeri
Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri salah satunya dengan Teknik relaksasi
dihantarkan saat sebuah pertahanan dibukan (Yuliatun,2008) dalam jurnal Idris dan
dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan Astarani 2017. Menurut penelitian Andika
ditutup. Upaya menutup pertahanan tersebut dan Mustafa (2016) Teknik relaksasi
merupakan dasar teori menghilangkan nyeri. genggam jari adalah cara yang mudah untuk
Pemblokan ini dapat dilakukan melalui mengelola emosi dan mengembangkan
mengalihkan perhatian ataupun dngan kecerdasan emosional dan Potter & Perry
tindakan relaksasi. Teknik relaksasi menyatakan bahwa Teknik relaksasi
genggam jari adalah cara yang mudah untuk membuat pasien dapat mengontrol diri
mengelola emosi dan mengembangkan ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri,
kecerdasan emosional Teknik ini membantu stress fisik dan emosi pada nyeri.
tubuh, pikiran dan jiwa untuk mencapai Menurut peneliti Teknik relaksasi
relaksasi. Teknik relaksasi juga merupakan genggam jari dapat dijadikan salah satu
suatu tindakan untuk membebaskan mental Teknik relaksasi untuk mengatasi tingkat
dan fisik dari ketegangan dan stress, nyeri yang banyak di alami oleh pasien post
sehingga dapat meningkatkan toleransi operasi, dimana terapi ini sangat sederhana,
terhadap nyeri. Teori two gate control dalam mudah dilakukan oleh siapapun, dan tidak
penelitian Pinandita, dkk (2012) menyatakan memiliki efek samping, sehingga dengan
bahwa terdapat satu “pintu gerbang” lagi di melakukan terapi ini dapat mengatasi nyeri
thalamusyang mengatur impuls nyeri dari yang dialami oleh pasien post operasi dan
nervus trigeminus. Dengan adanya relaksasi, juga terdapat perbedaan intensitas nyeri
maka impuls nyeri dari nervus trigeminus yang dirasakan oleh masing – masing
akan dihambat dan mengakibatkan responden sebelum dan sesudah
tertututpnya “pintu gerbang” di thalamus dilakukannya relaksasi genggam jari, hal ini
mengakibatkan stimulasi yang menuju manandakan bahwa respon tubuh seseorang
korteks serebri terhambat sehingga intensitas berbeda – beda tergantung dari pada berat
nyeri berkurang untuk kedua kalinya. atau ringannya gangguan yang dirasakan
Dampak relaksasi dapat meningkatkan seseorang.
toleransi nyeri melalui beberapa mekanisme
antara lain relaksasi dapat menurunkan
A. Kesimpulan tingkat nyeri mengganggu yaitu
1. Tingkat nyeri pada pasien post sebanyak 19 orang (63.3%).
operasi appendiktomy sebelum 3. Ada pengaruh Teknik relaksasi
diberikan perlakuan Teknik relaksasi genggam jari terhadap penurunan
genggam jari sebagian besar adalah tingkat nyeri pada pasien post
tingkat nyeri menyusahkan yaitu operasi appendiktomy di RSUD Dr.
sebanyak 15 orang (50%). H. Soewondo Kendal ( p-value =
2. Tingkat nyeri pada pasien post 0,000 / p-value < 0,05 dan nilai Z
operasi appendiktomy setelah Hitung -4,597 < Z tabel 1,96 )
diberikan perlakuan Teknik relaksasi
genggam jari sebagian besar adalah B. Saran
1. Bagi pasien post operasi masukan bagi mahasiswa yang akan
appendiktomy melakukan penelitian.
Diharapkan bagi pasien post operasi 3. Bagi RSUD Dr. H. Soewondo
appendiktomy yang mengalami Kendal
tingkat nyeri hebat dapat melakukan Berdasarkan hasil penelitian
terapi relaksasi genggam jari secara pengaruh Teknik relaksasi genggam
mandiri sehingga dapat mengatasi jari terhadap penurunan tingkat nyeri
atau menurunkan tingkat nyeri yang pasien post operasi appendiktomy
dirasakan pada saat itu. diharapkan bagi rumah sakit
2. Bagi Institusi Prodi Ners Stikes menerapkan Teknik relaksasi
Widya Husada Semarang genggam jari dalam menangani atau
Berdasarkan hasil penelitian menurunkan tingkat nyeri dan juga
pengaruh Teknik relaksasi genggam diharapkan untuk melakukan
jari terhadap penurunan tingkat nyeri pelatiha dalam Teknik relaksasi
pasien post operasi appendiktomy di genggam jari ini.
RSUD Dr. H. Soewondo Kendal 4. Bagi penelitian selanjutnya
diharapkan menjadi refensi dan Penelitian selanjutnya diharapkan
pembelajaran yang baru dalam dapat menerapkan Teknik relaksasi
menerapkan pelayanan keperawatan genggam jari ini pada kasus – kasus
dan juga sebagai bahan referensi yang lain, dan juga diharapkan
tambahan diperpustakaan serta bahan menggunakan metode yang lain.

Daftar Pustaka Hasil Penelitian). Cetakan 11-12.


Andarmoyo, 2013. Konsep dan Proses Jakarta Timur : Trans Info Media.
Keperawatan Nyeri. Editor Rose K Idris & Astarani, 2017. “Terapi Relaksasi
R.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Genggam Jari Terhadap
Arifuddin, dkk 2017. “Faktor resiko Penurunan Nyeri Sendi Pada
kejadian apendisitis dibagian Lansia”.
rawat inap rumah sakit umum Kowalak, Jenifer P. 2011. Buku Ajar
anutapura palu”. Patofisiologi. Jakarta: EGC
Dani & Calista, 2013. “Karakteristik Linatu, 2013. Pengaruh Teknik Relaksasi
Penderita Apendisitis Akut Di genggam Jari Terhadap perubahan
Rumah Sakit Immanuel Bandung”. skala Nyeri pada Pasien Post
Depkes, RI . 2009. Sistem kesehatan Operasi section Caesarea di RSUD
nasional. Diakses tanggal 16 Maret Prof.Dr. margono soekarno
2017 dari Purwekerto.Diakses pada tanggal
respositori.usu.ac.id/bitstream/123 20 Maret 2017
456789/22361/5/chafter I.Pdf. Marisa, dkk 2012. “Batas Angka Lekosit
Dermawan, D, & Rahayuningsih, T. 2010. Antara Appendisitis Akut dan
Keperawatan Medikal Bedah Appendisitis Perforasi di Rumah
Sistem Pencernaan. Yogyakarta: Sakit Daerah Tugurejo Semarang
Gosyen Publishing. selama Januari 2009 – Juli 2011”
Dharma Kelana Kusuma.2011. Metodologi Mustafa & Andika, 2016. “Pengaruh Teknik
Penelitian Keperawatan (Pedoman relaksasi genggam jari terhadap
Melaksanakan dan Menerapkan penurunan intensitas nyeri pasien
post operasi appendiktomy di RS Sari & Maliya, 2015. “Pengaruh Teknik
Dr. Reksodiwiryo Padang”. Relaksasi Genggam Jari Terhadap
Pinandita, 2012. Pengaruh Teknik Relaksasi Penurunan Kecemasan Pada
genggam Jari terhadap penurunan Pasien Pre Operasi Sectio
Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Caesarea”.
Operasi laparatomi. Sjamsuhidajat & De Jong, 2011. Buku Ajar
Potter & Perry, 2014. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta:
fundamental Keperawatan : EGC.
konsep, proses, dan praktik. Sjamsuhidayat, R dan Wim de jong, 2013.
Volume 2. Alih Bahasa : Reneta Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3.
Komalasari, dkk. Jakarta : EGC. Jakarta: EGC.
Puwahang, 2011. Pijat Tangan Untuk WHO, 2010. Prevalensi Penyakit
Relaksasi.www.jari-jari Apendiktomi, 20 Maret 2017.
tangan.Wordpress.com. http//, Angka Kejadian
Apendiktomi.co.id

Anda mungkin juga menyukai