Jurnal e Leadership
Jurnal e Leadership
Jurnal e Leadership
Awang Anwaruddin
Puslitbang Sistim Informasi dan Otomasi Administrasi Negara
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia
e-Mail: [email protected], [email protected]
ABSTRACT
Leadership is not limited to a position or job; it is a worldview
and a way of being in the world. It takes vision and imagination as well as
knowledge, to be a leader. We define leadership as the ability to bring
people, tools and resources together to solve problems and achieve results.
In the world today, we need to bring people together across national,
geographic, cultural and other boundaries, using communications
technologies tools to achieve results. e-Leadership means a balancing many
roles and carrying them out via communications technologies.
Thus, e-Leadership is no different from any other form of effective
leadership except that in e-leadership you have no option but to be very
good at it. It requires a high level of transformational leadership because of
the highly participative nature of the e-world between e-organisations and
e-customers and the interconnectedness between leader and follower with
the ever-increasing reality of the blurred lines between the two
(Robert Burke: 2008).
Key Word: e-Leadership, e-Government, Kepemimpinan transformasional,
Virtual tim, Komunikasi multilevel, Profesionalitas
PENDAHULUAN
Pada saat ini Indonesia mengalami perubahan fundamental dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, dari sistem kepemerintahan yang otokratis, tertutup tanpa kepastian
hukum yang jelas menuju ke sistem kepemerintahan yang lebih demokratis, transparan
dengan meletakkan supremasi hukum pada tatarannya. Perubahan ini terjadi ketika dunia
sedang mengalami transformasi menuju era masyarakat informasi. Kemajuan teknologi
informasi yang begitu pesat serta potensi pemanfaatannya secara luas, membuka peluang
bagi pengaksesan, pengelolaan, dan pendayagunaan informasi dalam volume besar secara
cepat dan akurat. Kenyataan menunjukkan bahwa penggunaan media elektronik adalah
faktor yang sangat penting dalam berbagai transaksi internasional, terutama dalam
transaksi perdagangan. Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan kecenderungan
global tersebut akan membawa bangsa Indonesia ke dalam jurang digital divide, yaitu
keterisolasian dari perkembangan global karena tidak mampu memanfaatkan informasi.
Untuk mengantisipasi perubahan global tersebut, pemerintah harus segera melaksanakan
proses transformasi menuju e-Government. Melalui proses transformasi tersebut,
pemerintah dapat mengoptimasikan pemanfaatan kemajuan teknologi informasi untuk
mengeliminasi sekat-sekat organisasi birokrasi, serta membentuk jaringan sistem
manajemen dan proses kerja yang memungkinkan instansi-instansi pemerintah, baik
pusat maupun daerah, bekerja secara terpadu untuk menyederhanakan akses ke semua
informasi dan layanan publik yang harus disediakan. Transformasi yang dilakukan akan
berdampak pada keleluasaan seluruh lembaga-lembaga negara, masyarakat, dunia usaha,
dan pihak-pihak berkepentingan lainnya dalam memanfaatkan informasi dan pelayanan
publik secara optimal. Untuk itu dibutuhkan kepemimpinan yang kuat di masing-masing
institusi atau unit pemerintahan agar proses transformasi menuju e-Government dapat
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
PENGEMBANGAN e-GOVERNMENT
Pengembangan e-Government merupakan amanat Inpres No. 3/2003 tentang Kebijakan
dan Strategi Pengembangan e-Government sebagai upaya untuk mengembangkan
penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis (menggunakan) elektronik dalam rangka
meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien. Melalui pengembangan
e-Government dilakukan penataan sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan
instansi pemerintah pusat maupun daerah dengan mengoptimasikan pemanfaatan
teknologi informasi. Pada hakekatnya pemanfaatan teknologi informasi tersebut
mencakup 2 (dua) aktivitas yang berkaitan yaitu :
(a) pengolahan data, pengelolaan informasi, sistem manajemen dan proses kerja secara
elektronis; dan
(b) pemanfaatan kemajuan teknologi informasi agar pelayanan publik dapat diakses
secara mudah dan murah oleh masyarakat di seluruh wilayah negara.
Agar dapat mengimplementasikan maksud tersebut, pengembangan e-Government
diarahkan untuk mencapai 4 (empat) tujuan sebagai berikut :
(1) Pembentukan jaringan informasi dan transaksi pelayanan publik yang memiliki
kualitas dan lingkup yang dapat memuaskan masyarakat luas serta dapat terjangkau
di seluruh wilayah Indonesia pada setiap saat tanpa dibatasi oleh sekat waktu,
dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat.
(2) Pembentukan hubungan interaktif dengan dunia usaha untuk meningkatkan
perkembangan perekonomian nasional dan memperkuat kemampuan menghadapi
perubahan dan persaingan perdagangan internasional.
(3) Pembentukan mekanisme dan saluran komunikasi dengan lembaga-lembaga negara
serta penyediaan fasilitas dialog publik bagi masyarakat agar dapat berpartisipasi
dalam perumusan kebijakan negara.
(4) Pembentukan sistem manajemen dan proses kerja yang transparan dan efisien serta
memperlancar transaksi dan layanan antar lembaga pemerintah dan pemerintah
daerah otonom.
Pemanfaatan teknologi informasi dalam lingkup pengembangan e-Government pada
umumnya ditinjau dari sejumlah aspek sebagai berikut :
(1) e-Leadership; aspek ini berkaitan dengan prioritas dan inisiatif negara dalam
mengantisipasi dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi.
(2) Infrastruktur Jaringan Informasi; aspek ini berkaitan dengan kondisi infrastruktur
telekomunikasi serta akses, kualitas, lingkup, dan biaya jasa akses.
(3) Pengelolaan Informasi; aspek ini berkaitan dengan kualitas dan keamanan
pengelolaan informasi, mulai dari pembentukan, pengolahan, penyimpanan, sampai
penyaluran dan distribusinya.
(4) Lingkungan Bisnis; aspek ini berkaitan dengan kondisi pasar, sistem perdagangan,
dan regulasi yang membentuk konteks bagi perkembangan bisnis teknologi
informasi, terutama yang mempengaruhi kelancaran aliran informasi antara
pemerintah dengan masyarakat dan dunia usaha, antar badan usaha, antara badan
usaha dengan masyarakat, dan antar masyarakat.
(5) Masyarakat dan Sumber Daya Manusia, aspek ini berkaitan dengan difusi teknologi
informasi dalam kegiatan masyarakat baik perorangan maupun organisasi, serta
sejauh mana teknologi informasi disosialisasikan kepada masyarakat melalui proses
pendidikan.
Pada saat ini telah banyak instansi pemerintah pusat dan daerah yang berinisiatif
mengembangkan pelayanan publik sebagai bagian dari implementasi e-Government
melalui jaringan komunikasi dan informasi dalam bentuk situs web. Namun demikian,
berdasarkan hasil pengamatan penulis, mayoritas situs web Pemerintah Daerah masih
berada pada tingkat pertama (persiapan) dan hanya sebagian kecil yang telah mencapai
tingkat dua (pematangan), sedangkan tingkat tiga (pemantapan) dan empat (pemanfaatan)
belum tercapai.
Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut, pencapaian tujuan strategis e-Government
sejatinya perlu dilaksanakan melalui 6 (enam) strategi yang saling berkaitan erat sebagai
berikut :
(1) Mengembangkan sistem pelayanan yang andal dan terpercaya, serta terjangkau oleh
masyarakat luas.
(2) Mengembangkan kapasitas SDM pemerintah, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah otonom, disertai peningkatan e-literacy masyarakat,
(3) Menata sistem manajemen dan proses kerja pemerintah dan pemerintah daerah
otonom secara holistik.
(4) Memanfaatkan teknologi informasi secara optimal.
(5) Meningkatkan peran serta dunia usaha dan mengembangkan industri telekomunikasi
dan teknologi informasi.
(6) Melaksanakan pengembangan secara sistematik melalui tahapan-tahapan yang
realistik dan terukur.
Sementara itu, pengembangan e-Government harus dilaksanakan secara harmonis dengan
mengoptimalkan hubungan antara inisiatif masing-masing instansi pemerintah, dan
penguatan kerangka kebijakan untuk menjamin keterpaduannya dalam suatu jaringan
sistem manajemen dan proses kerja. Pendekatan ini diperlukan untuk mensinergikan dua
kepentingan utama dalam implementasi e-Government :
(a) kepentingan pendayagunaan pemahaman dan pengalaman masing-masing instansi
tentang pelayanan publik yang diperlukan oleh masyarakat;
(b) kepentingan untuk penataan sistem manajemen dan proses kerja yang terpadu.
Mengingat betapa kompleksnya pengembangan e-Government di lingkungan instansi
pemerintah pusat maupun daerah, dibutuhkan kepemimpinan yang kuat di masing-masing
institusi atau unit pemerintahan agar proses transformasi menuju e-Government dapat
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Kepemimpinan dimaksud harus memiliki
kemampuan untuk mengelola Sumberdaya Manusia (SDM) pegawai, peralatan, dan
sumber-sumber daya institusi lainnya secara bersama-sama melalui berbagai peran
kepemimpinan dan pemanfaatan teknologi informasi untuk memecahkan permasalahan
dan mencapai visi dan misi institusi yang telah ditetapkan. Kepemimpinan yang memiliki
kompetensi semacam inilah yang lazim disebut dengan e-Leadership.
PENGERTIAN e-LEADERSHIP
Leadership atau kepemimpinan tidak terbatas hanya pada suatu kedudukan atau
pekerjaan; kepemimpinan mencakup wawasan yang lebih luas. Untuk menjadi seorang
pemimpin seseorang perlu memiliki visi dan imajinasi. Burke (2008) mendefinisikan
kepemimpinan sebagai “..... the ability to bring people, tools and resources together to
solve problems and achieve results”. Namun di era global sekarang ini, seorang
pemimpin perlu melangkah lebih jauh, mampu membawa SDM yang dipimpinnya
bersama-sama melintas batas-batas bangsa, geografis, budaya dan batasan-batasan
lainnya, dengan memanfaatkan teknologi informasi untuk mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan semacam inilah yang disebut e-Leadership.
Berdasarkan pada deskripsi tersebut di atas, kompetensi e-Leadership mencakup
kemampuan untuk mengintegrasikan berbagai peran dan melaksanakannya dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Menurut Burke (2008), peran-peran
yang harus dijalankan oleh e-Leadership adalah sebagai berikut:
(1) Visionary: memiliki kemampuan untuk melihat gambaran yang besar dan
menerjemahkannya kepada anggota organisasinya;
(2) Convener: memiliki kemampuan untuk mengelola perbedaan anggota dan membawa
organisasinya ke arah tujuan yang jelas dan pemecahan masalah;
(3) Team sponsor: memiliki kemampuan untuk membentuk dan mengarahkan
kelompok kerja nyata dan kelompok virtual/maya;
(4) Manager: memiliki kemampuan untuk mengupayakan dan mengalokasikan
sumber-sumber organisasi dengan penuh tanggung-jawab, dan kemampuan untuk
mengelola organisasi nyata dan virtual;
(5) Innovator: memiliki kemampuan untuk menemukan cara-cara baru untuk
pekerjaan-pekerjaan di luar tugas pokok dan fungsinya;
(6) Mentor: memiliki kemampuan untuk membimbing dan mengarahkan calon-calon
pemimpin baru di lingkungan organisasinya.
Menurut Rahardjo (2008) karakteristik e-Leadership tertutama terlihat pada (1) visi dan
misi kepimpinan, dan (2) komitmen terhadap pengembangan teknologi informasi. Kedua
faktor ini sangat kuat pengaruhnya terhadap keberhasilan e-Government, terutama di
beberapa daerah yang telah terbukti berhasil mengembangkan teknologi informasi,
seperti Kota Surabaya, Kabupaten Sragen, dan kabupaten Jembrana.
Pada hakekatnya permasalahan di dalam suatu organisasi modern yang berbasis teknologi
informasi menurut Avolio (1999)1, adalah "..... 90% are created by management, not
technology". Karena itu tepatlah bila dikatakan, bahwa pada era internet ini telah
muncul paradigma baru pengembangan ketrampilan dan pembelajaran, yakni learning to
learn (belajar untuk mempelajari). Agar dapat mengintegrasikan manajemen dan
teknologi, learning to learn juga termasuk mempelajari teori-teori dan praktek-praktek
manajerial yang sebenarnya tidak lagi sesuai dan bahkan dapat merusak tatanan
organisasi. Sayangnya, banyak di antara praktek-praktek manajerial ini, termasuk prinsip-
prinsip bisnis yang muncul pada tahun delapan-puluhan atau sebelumnya, masih saja
menjadi mata kuliah pada kebanyakan jurusan manajemen. Padahal prinsip-prinsip
tersebut berpijak pada masa organisasi-organisasi tengah mempelajari apa sebenarnya
yang dibutuhkan konsumen, lalu para akademisi pun mengangkatnya menjadi mata
kuliah Menciptakan Tuntutan Konsumen, dsb.
Sementara itu, perkembangan pesat dalam teknologi informasi telah merubah prinsip di
atas dan memunculkan trend baru dalam bidang pelayanan publik yaitu perubahan dalam
fokus kebutuhan pelayanan dari pemberi pelayanan ke masyarakat. Sekarang bukan lagi
organisasi pelayanan yang menentukan kebutuhan tetapi masyarakatlah yang menentukan
dengan cara menuntut yang mereka inginkan dan bukan yang ditawarkan oleh organisasi
pelayanan publik. Perubahan ini mengharuskan manajemen untuk menyadari bahwa
organisasi pelayanan publik merupakan bagian dari sistim masyarakat, dan bahwa
perkembangan teknologi informasi perlu untuk diintegrasikan dengan baik pada seluruh
komponen organisasi. Pada hakekatnya hal ini berarti bahwa perkembangan teknologi
informasi telah merubah masyarakat pelanggan secara de facto menjadi pemimpin
organisasi karena internet secara dramatis telah memberikan akses secara langsung pada
organisasi dan sistim pengambilan keputusannya. Dengan kata lain, masyarakat telah
menjadi sistim, sistim makro organisasi, sementara sistim teknologi dan organisasi
menjadi sub-sistim mikro.
Seorang pemimpin perlu memahami bahwa kekuatan internet yang mampu melintasi
batas negara dan pemerintahan telah menciptakan lingkaran masyarakat pasar global
sesungguhnya yang diciptakan oleh dunia yang saling terkoneksi. Artinya, tantangan
seorang pemimpin adalah menjembatani gap antara SDM dan masyarakat dengan
kemajuan teknologi dan dampaknya, dan bukan perkembangan teknologi itu sendiri.
Perubahan fundamental tersebut berkembang pesat sejak beberapa tahun terakhir ini.
1
Avolio, Bruce (1999). Full Leadership Development Building the Vital Forces in Organizations. New
York, NY: Sage.
Hal ini berdampak pada permasalahan baru dalam lingkup kepemimpinan, antara lain
sebagai berikut:
(1) Bagaimana implikasi sistim kepemimpinan yang diterapkan saat ini?
(2) Bagaimana cara mengintegrasikan sistim kepemimpinan dan sistim teknologi yang
diterapkan dalam organisasi?
(3) Apakah gaya kepemimpinan medukung atau menghambat teknologi?
(4) Apakah sistim kepemimpinan dan sistim teknologi akan saling mendukung?
Solusi terhadap semua permasalahan di atas sangat tergantung pada gaya kepemimpinan
kita, terutama kesiapan dalam melakukan transformasi kepemimpinan. E-Leadership
membutuhkan kepemimpinan transformasional level tinggi, yang dapat diperoleh melalui
berbagai sumber, seperti ; pengalaman, proses pembelajaran (sekolah, universitas, Diklat,
dsb.), dan tidak kalah pentingnya adalah melalui cara kita dalam memperoleh sesuatu
yang baru seperti insting, intuisi, hubungan sosial, dsb.
Dunia virtual, sebagaimana juga dunia nyata yang membutuhkan interaksi antar manusia
dan antara manusia dengan teknologi, kunci keberhasilan terletak pada level
kepemimpinan transformasional yang berlaku di dalam organisasi. Dengan demikian,
faktor utama keberhasilan pengembangan e-Government terletak pada implementasi e-
Leadership yang efektivitasnya sangat tergantung pada gaya kepemimpinan
transformasional yang dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Aisonhaji (2008). E-Leadership : faktor Vital Keberhasilan Implementasi e-Gov.
Aisonhajihttp://aisonhaji. wordpress.com /2008 /09/14 /e-leadership-faktor vital-
keberhasilan-implementasi-e-Government / Retrieved 1 December 2008
Avolio, Bruce (1999). Full Leadership Development Building the Vital Forces in
Organizations. New York, NY: Sage.
Bass, B. M. (1985). Leadership and performance beyond expectation. New York: Free
Press
Burke, Robert (2008). E-Leadership. http : //www.metafuture.org /articlesbycolleagues/
RobertBurke/ eleadership.htm. Retrieved 05 Desember 2008
Leithwood, Kenneth, and Doris Jantzi (1990). Transformational Leadership : How
Principals Can Help School Cultures. Paper presented at annual meeting of the
Canadian Association for Curriculum Studies (Victoria, British Columbia, June
1990)
Raharjo, Budi (2008) dalam Aisonhaji (2008). E-Leadership: faktor Vital Keberhasilan
Implementasi e-Gov. Aisonhajihttp://aisonhaji.wordpress.com /2008 /09/14 /e-
leadership-faktor vital-keberhasilan-implementasi-e-Government / Retrieved 1
December 2008
Rees, Erik, Seven Principles of Transformational Leadership, http://www.pastors.com
/articles 7/25/2013
Suprawoto (2008). Menerapkan e-Gov, e-Leadership Harus Kuat Dulu dalam yunus @
wartaegov.com. http://jakarta.wartaegov.com /index.php? Option = comcontent
&view=article&id=1201:suprawoto-menerapkan-e-gov-e-leadership-harus-kuat-
dulu&catid=38:sosok&Itemid=62. Retrieved 05 Desember 2008
Wahid, Fathul (2007). Pelajaran dari e-Gov Sragen. http://fathulwahid.wordpress.com
/2007/06/24/pelajaran-dari-e-gov-sragen-2/ Retrieved 05 December 2008.