Laporan Eksplorasi
Laporan Eksplorasi
Laporan Eksplorasi
PENDAHULUAN
1
memasuki daerah penelitian. Selain itu dilanjutkan bertemu dan meminta izin
kepada penduduk di sekitar daerah penelitian untuk melakukan kegiatan eksplorasi.
Adapun tahapan rangkaian kegiatan eksplorasi yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
1. Permohonan perijinan di lokasi kegiatan kepada tokoh masyarakat setempat
diantaranya kepada ketua RT daerah Plesedan, Desa Srimartani, Kecamatan
Piyungan, Kabupaten Bantul, D.I.Yogyakarta, yang dilakukan sebelum
pelaksanaan kegiatan lapangan.
2. Permohonan ijin pelaksanaan kegiatan kepada warga setempat yang
dilaksanakan serangkaian dengan perijinan pada tokoh masyarakat.
3. Perijinan kepada pihak institusi STTNAS Yogyakarta selaku pihak
penanggungjawab pelaksanaan praktikum eksplorasi.
KOORDINAT KOORDINAT
TITIK
(X) (Y)
XIYI 442272 9133268
X2Y2 442272 9133268
X3Y3 442272 9133268
X4Y4 442272 9133268
2
1.3. Sejarah Penelitian
Beberapa peneliti terdahulu yang pernah melakukan studi yang terkait
dengan daerah telitian secara lokal maupun secara regional, meliputi :
a. Bothe (1929), melakukan penelitian pada Zona Pegunungan Selatan
dan merupakan orang pertama yang berhasil menyusun stratigrafi Zona
Pegunungan Selatan.
b. Van Bemmelen (1949), mengelompokkan geologi regional Pulau jawa
berdasarkan fisiografimenjadi beberapa zona, salah satunya adalah Zona
Pegunungan Selatan dimana daerah penelitian penulis tercakup didalamnya.
c. Rahardjo (1977), melakukan penelitian kemudian menyusun stratigrafi
pegunungan selatan secara lengkap meliputi aspek sedimentologi dan
paleontologi dengan penekanan untuk memperoleh kejelasan umur
pembentukan dan lingkungan pengendapannya.
d. Martodjojo (1984), merupakan kelanjutan dan penyempurnaan dari peneliti
sebelumnya dalam penyusunan stratigrafi pegunungan selatan.
e. Surono (1992), melakukan penelitian kemudian menyusun stratigrafi
pegunungan selatan secara lengkap. Beliau melakukan penelitian di daerah
Baturagung, Jawa Timur dan menyusun stratigrafi yang disempurnakan dari
stratigrafi yang disusun oleh Bothe 1929.
f. Samodra (1992), melakukan penelitian kemudian menyusun stratigrafi
pegunungan selatan secara lengkap.
g. Rahardjo,W., Sukandarrumidi, dan Rosidi, H.M.D., pada tahun 1977 telah
melakukan pemetaan geologi dan menghasilkan Peta Geologi Lembar
Yogyakarta, Jawa, skala 1 : 100.000 dari Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Bandung dimana daerah penyelidikan berada di
dalamnya.
h. Sudarno, pada tahun 2007 telah melakukan penelitian tentang evolusi
tegasan purba dan genesa sesardi daerah Pegunungan Selatan DIY.
3
BAB II
GEOGRAFI DAN GEOLOGI REGIONAL
2.1. Geografi
Kecamatan Piyungan secara administratif terdiri dari 3 desa, 60 dusun.
Kecamatan Piyungan berada di sebelah Timur Laut dari Ibu kota Kabupaten Bantul.
Kecamatan Piyungan mempunyai luas wilayah 3.254,86 Ha.
Desa di wilayah administratif Kecamatan Piyungan :
1. Desa Sitimulyo
2. Desa Srimartani
3. Desa Srimulyo
Secara geografis wilayah Kecamatan Piyungan berbatasan dengan :
Utara : Kecamatan Prambanan dan Berbah;
Timur : Kecamatan Patuk;
Selatan : Kecamatan Pleret;
Barat : Kecamatan Banguntapan.
Kecamatan Piyungan terletak di perbatasan antara 3 wilayah Kabupaten di
Yogyakarta, yaitu antara wilayah Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman, serta
antara wilayah Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunung Kidul. Kecamatan
Piyungan memiliki 3 kelurahan yaitu Kelurahan Sitimulyo, Kelurahan Srimulyo
dan Kelurahan Srimartani.
Kecamatan Piyungan berada di dataran rendah. Ibukota Kecamatannya
beradapada ketinggian 80 meter diatas permukaan laut.jarak ibukota kecamatan ke
Pusat Pemerintahan (Ibukota) Kabupaten Bantul adalah 25 Km.
Secara administratif daerah penelitian terletak di Dusun Plesedan, Desa
Srimartani, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
4
- 110 O28’ 34,9” BT. Kegiatan praktikum ini berupa pemetaan geologi yang
dilakukan pada blok koordinat wilayah izin eksplorasi kelompok 22. Letak daerah
ini cukup strategis karena dilalui Jalan Yogyakarta – Wonosari sehingga kegiatan
ekonominya relatif maju.
Lokasi daerah penelitian berjarak sekitar ± 14 km dari Kampus STTNAS
Yogyakarta, dapat dicapai dengan kendaraan roda 2 dua dan roda empat melalui
jalan beraspal, dan jalan berbatu selama kurang lebih ± 30 menit dari Kampus
STTNAS Yogyakarta. Untuk mencapai lokasi pengamatan dan melakukan
pengambilan contoh batuan, pada beberapa lokasi harus berjalan kaki melalui jalan
setapak. Peta kesampaian daerah penelitian dapat dilihat pada gambar berikut :
5
pertanian. Penduduknya sebagian besar menjadi menjadi petani karena daerah ini
memiliki tanah yang relatif subur.
B. Iklim
Daerah eksplorasi mempunyai iklim yang relatif sama dengan daerah
lainnya di Indonesia yaitu beriklim tropis yang dicirikan dengan pergantian dua
musim, yaitu musim hujan dan kemarau.
Kecamatan Piyungan beriklim seperti layaknya daerah dataran rendah di
daerah tropis dengan dengan cuaca panas sebagai ciri khasnya. Suhu tertinggi yang
tercatat di Kecamatan Piyungan adalah 32ºC dengan suhu terendah 23ºC.
Bentangan wilayah di Kecamatan Piyungan 41% berupa daerah yang datar sampai
berombak dan 59% berupa daerah yang berombak sampai berbukit.
C. Curah Hujan
Data curah hujan disajikan sebagai perbandingan adalah data pada tahun
2009 - 2011. Untuk mengetahui pola curah hujan pada suatu wilayah tertentu
diperlukan parameter data minimal berupa banyaknya hari hujan dan intensitas
curah hujan yang secara spasial tertuang dalam Peta Intensitas Curah Hujan
Tahunan. Akan tetapi untuk keperluan analisis pola curah hujan akan lebih tepat
apabila menggunakan data yang diambil dalam kurun waktu sedikitnya lima tahun
yang berurutan.
D. Vegetasi
Terdapat berbagai variasi vegetasi yang dapat ditemui di lokasi penelitian.
Pada daerah pemetaan dapat dijumpai tumbuh-tumbuhan.seperti jenis tanaman
pangan, tanaman kebun dan tanaman kayu untuk kebutuhan bangunan. Yang
meliputi tanaman pangan yang terdapat di lokasi penelitian adalah : padi, jagung,
kacang tanah, ketela, tebu. Tanaman kebun sayuran yang dijumpai meliputi : cabai,
pisang, kelapa, kedondong, manding, dan yang termasuk tanaman kayu seperti jati,
mahoni dan munggur.
6
Gambar 2.2. Vegetasi Daerah Penelitian
7
F. Rencana Umum Tata Ruang Daerah
Dalam pelaksanakan pembangunan Rencana Tata Ruang Wilayah RT/RW
sangat diperlukan di Kecamatan Piyungan. Hal tersebut merupakan salah satu
upaya perencanaan program pembangunan yang memperhatikan suatu tatanan
wilayah yang terpadu dan teratur.
Secara garis besar arah pengembangan dan pembangunan daerah mengacu
pada RT/RW Kecamatan Piyungan yang terbagi menjadi enam Satuan Wilayah
Pengembangan (SWP). Sedangkan peta Satuan Wilayah Pengembangan adalah
sebagai berikut:
a. Pengembangan dan Peningkatan Kawasan Industri
b. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan Regional Lintas
Kab/Kota
c. Kawasan Rawan Gempa Bumi, Tanah Longsor dan Kekeringan
d. Pengembangan Desa Mandiri Energi
8
4. Perbedaan relief ditunjukkan dengan perbedaan elevasi yang relative
kecil, ditandai oleh perbukitan dengan kemiringan lereng landai dan
dataran persawahan.
9
c. Subsatuan Geomorfik Dataran Alluvial (F3) Subsatuan ini menempati 10%
dari luas daerah telitian dan merupakan suatu dataran yang rata - landai,
disusun oleh material lepas hasil transportasi dari hasil erosinal dari batuan
sedimen, kemiringan lereng 0 - 2% (rata/hampir rata) menempati
disepanjang bagian timur daerah telitian. Kemiringan lereng pada subsatuan
ini adalah rata hingga landai.
Stadia Geomorfologi dan Tahapan Erosi dipengaruhi oleh faktor iklim,
relief (kelerengan), struktur geologi, sifat fisik dan resistensi batuan, serta siklus
erosi dan fluviatil yang berlangsung. Pengaruh tersebut menyebabkan terjadinya
perubahan topografi yang akhirnya membentuk topografi seperti sekarang.
Berikut merupakan gambaran interpretasi morfologi di sekitar daerah
penelitian dengan media peta kegiatan eksplorasi.
10
sehingga pada daerah dengan kemiringan yang besar dapat menimbulkan adanya
gerakan massa serta dipengaruhi oleh 14 suatu struktur yang sangat dominan.
Proses-proses diatas mengontrol besarnya transportasi suplai sedimen pada sistem
fluviatil yang bekerja pada aliran Sungai, hal ini membuktikan bahwa proses
geologi muda yang bekerja pada daerah telitian berjalan secara intensif dan bersifat
kontinyu.
A. Stratigrafi
Penulis menyusun stratigrafi daerah telitian berdasarkan ciri – ciri litologi
yang dijumpai dilapangan dengan mengikuti pembagian dan tata nama stratigrafi
dari Pringgoprawiro, 1983, guna mengetahui tektonostratigrafi dan stratigrafi yang
terkait dengan daerah telitian.
Untuk pembagian satuan batuan, penulis menggunakan satuan tidak resmi
yang mengacu pada pembagian tata nama yang sesuai dengan kaidah Sandi
Stratigrafi Indonesia (1996). Secara umum daerah telitian didominasi oleh litologi
batupasir, namun penulis berusaha membaginya kedalam satuan – satuan batuan
yang lebih detil berdasarkan karakteristik dari setiap litologi yang dominan.
Urutan stratigrafi daerah telitian dari tua ke muda meliputi :
1. Satuan Batu Pasir Semilir
2. Satuan Batuan G. Api Merapi Muda
Dasar Penamaan Penamaan satuan batu pasir Semilir didasarkan pada ciri
fisik litologi, kimia maupun asosiasinya yang berkembang pada satuan ini, secara
fisik dicirikan dengan batu pasir yang memiliki kandungan tuff, bersemen silika
yang mempunyai kandungan lempungan, dibeberapa tempat terdapat perselingan
antara batupasir vulkanik dengan batulempung. Di bagian atas terdapat batu pasir
yang memiliki ukuran butir kasar hingga sangat kasar. Struktur perlapisan banyak
dijumpai pada batupasir vulkanik dan batulempung, pada satuan ini didominasi oleh
struktur perlapisan. Ciri fisik diatas dapat disebandingkan dengan ciri – ciri Formasi
Semilir sehingga satuan ini dinamakan satuan batupasir Semilir. Penyebaran satuan
batupasir vulkanik Semilir daerah telitian menempati luas ± 90 % dari seluruh luas
11
daerah telitian. Singkapan pada satuan ini tersebar dibagian utara, barat dan timur
laut daerah telitian.
Ciri litologi satuan batupasir Semilir di daerah telitian dicirikan oleh
dominasi litologi batupasir vulkanik berwarna kuning – abu-abu, sedikit keras,
struktur perlapisan – laminasi, berukuran butir pasir sangat halus – sedang
dandibeberapa tempat berbutir kasar, terpilah baik dan susah ditemukan fosil,
semen silika, Pada satuan batuan ini juga ditemukan adanya struktur sedimen
berupa parallel laminasi.
12
BAB III
KEGIATAN EKSPLORASI
13
2. Tracing Float ( Penjejakan )
Tracing float merupakan salah satu tahapan kegiatan penyelidikan
lapangan pada metode eksplorasi geologi permukaan, dimana metode ini
dilakukan dengan cara penyusuran sungai untuk menyelidiki fragmen –
fragmen atau pecahan – pecahan dari suatu batuan/ mineral bijih yang
berasal dari singkapan suatu batuan sebagai akibat dari proses erosi dan
transportasi. Pelaksanaan tahapan ini dilakukan dengan cara penyusuran
sungai melawan arah arus alirannya.
3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data - data yang menunjang kegiatan eksplorasi
berasal dari 2 sumber data, yaitu :
a. Data primer, yang berupa pengambilan data langsung di lapangan
berupa :
- Sampel batuan
- Diskripsi batuan
- Kedudukan batuan
- Lithologi singkapan
- Koordinat titik penelitian
- Tracking lokasi penelitian
- Foto lapangan
- Pengamatan morfologi secara langsung di lapangan
b. Data sekunder, yang berupa pengambilan data tidak langsung yang
berasal dari sumber referensi yang telah ada dari penelitian – penelitian
sebelumnya, berupa :
- Data informasi geografi dan dermografi daerah penelitian
- Data geologi regional
- Data literature dari penelitian sebelumnya
14
3.2. Tahap Penyelidikan
Tahap penyelidikan lapangan untuk kegiatan eksplorasi
dilaksanakan dengan 2 tahapan kerja, yaitu tahap pra-mapping dan tahap
pemetaan (mapping ) :
1. Tahap Pra-mapping
Pada tahapan ini kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan observasi
dan survey tinjau terhadap rencana lokasi penelitian, dimana hasil dari
tahapan ini adalah didapatkan koordinat lokasi penelitian yang berupa
wilayah IUP Eksplorasi. Sehingga akan didapatkan data berupa koordinat
lokasi dan luas area kerja, sehingga dengan pelaksanaan tahapan ini akan
memudahkan dalam perencanaan kerja berupa estimasi waktu dan biaya
pelaksanaan kegiatan.
Selain dari kegiatan observasi dan survey tinjau, kegiatan yang
dilakukan pada tahap pra-mapping adalah studi pustaka. Kegiatan ini berupa
pembelajaran awal untuk menggali sebanyak mungkin informasi – informasi yang
berasal dari data sekunder hasil literature atau penelitian- penelitian sebelumnya
terhadap daerah penelitian tersebut, berupa informasi geografi, demografi dan
geologi. Sehingga tujuan dari kegiatan ini adalah memberikan gambaran umum
terhadap kondisi daerah penelitian, sehingga akan memudahkan dalam
penyelidikan di lapangan.
2. Tahap Mapping
Tahap mapping merupakan tahapan lanjut dari kegiatan sebelumnya
yaitu pra-mapping. Pada tahap ini dilakukan pemetaan secara langsung di
lokasi penelitian yang tujuannya untuk mendapatkan data primer di
lapangan. Adapun jenis kegiatan yang dilakukan pada tahap ini berupa :
- Pengukuran kedudukan batuan
- Pengambilan sampel batuan
- Pengukuran struktur geologi yang berkembang pada daerah
penelitian
- Pendiskripsian sampel batuan
15
- Pengambilan foto lapangan
- Pembuatan sketsa lapangan
- Tracking lokasi dan ploting lokasi titik penelitian
Sehingga dari tahapan ini akan didapatkan data lapangan yang
dijadikan bahan dalam pengolahan data sehingga akan didapatkan informasi
data secara valid berdasarkan hasil penyelidikan langsung di lapangan.
3. Pengolahan Data
Pada tahap ini dilakukan pengolahan terhadap data lapangan yang
didapat yang dicocokan dengan data hasil studi literatur. Proses pengolahan
data dilakukan pada data – data yang berupa numerik dan diskriptif. Data
numerik yang didapatkan di lapangan berupa data kedudukan batuan / strike
dip, data ketebalan singkapan, data koordinat hasil plotting titik penelitian,
data slope/ kemiringan lereng, data hasil tracking lokasi penelitian.
Sedangkan data yang termasuk ke dalam data diskriptif berupa data
diskripsi sampel batuan, data demografi, data vegetasi, data geologi
regional.
Data - data tersebut kemudian diolah, sehingga akan dibuat model
interpretasinya dalam bentuk peta daerah penelitian yang berupa peta
topografi, peta kegiatan eksplorasi, peta kesampaian daerah, peta bahan
galian, peta penyebaran bahan galian dan peta geologi regional.
Tahapan analisis data dilakukan untuk mengkorelasi dan
menyimpulkan hasil proses interpretasi terhadap data di lapangan. Adapun
jenis analisa yang dilakukan pada kegiatan ini adalah proses perhitungan
cadangan terhadap bahan galian yang potensial pada daerah penelitian.
Metode perhitungan yang digunakan adalah dengan metode penampang,
dimana dasar yang dipakai pada metode ini adalah dengan menghitung
luasan area dari penampang / cross section yang dibuat yang kemudian
dikorelasikan dengan penampang lainnya dengan cara dikalikan dengan
jarak yang sudah ditetukan. Adapun rumus perhitungannya sebagai berikut
:
16
Volume = luas area penampang x jarak penampang .............. (1)
Tonase = Volume x Specific gravity (SG) ............................. (2)
Tahapan akhir dari proses pengolahan data adalah penyusunan
laporan dari seluruh ragkaian kegiatan yang telah dilakukan dan disajikan
dalam bentuk laporan kegiatan eksplorasi
2. Lokasi : Basecamp
Tempat : Lapangan Bola
Koordinat: : X = 442003, Y = 9132882, Z = 93,5 m
Tiba Pukul : 10.00 WIB
Cuaca : Hujan
Kegiatan : Persiapan masing-masing kelompok menuju lokasi
praktikum
17
B. Pemetaan Singakapan
1. Kedudukan lokasi : OC 1
Tempat : Singkapan Batu Lempung
Koordinat : X = 442696, Y = 9133259 , Z = 145 m
Elevasi : 145 m dpl
Vegetasi : Mahoni dan Bambu
Tiba Pukul : 10.46 WIB
Cuaca : Hujan
Kegiatan : Deskripsi batuan, sampling, sketsa lokasi dan
interpretasi lokasi
2. Kedudukan lokasi : OC 2
Tempat : Singkapan Batu Lempung
Koordinat : X = 442694, Y = 9133257, Z = 144 m
Elevasi : 144 m dpl
Vegetasi : Jati, Pisang, Bayam, dan Mahoni
Tiba Pukul : 11.12 WIB
Cuaca : Hujan
Kegiatan : Deskripsi batuan, sampling, sketsa lokasi dan
interpretasi lokasi
18
Gambar 3.2. Lokasi OC 2
3. Kedudukan lokasi : OC 3
Tempat : Singkapan Batu Lempung
Koordinat : X = 442710, Y = 9133239, Z = 149 m
Elevasi : 149 m dpl
Vegetasi : Pisang, Singkong, dan Sengon
Tiba Pukul : 11.21 WIB
Cuaca : Hujan
Kegiatan : Deskripsi batuan, sampling, sketsa lokasi dan
interpretasi lokasi
19
4. Kedudukan lokasi : OC 4
Tempat : Singkapan Batu Lempung
Koordinat : X = 442738 , Y = 9133196 ,Z = 159 m
Elevasi : 159 m dpl
Vegetasi : Jati dan Mahoni
Tiba Pukul : 11.40 WIB
Cuaca : Hujan
Kegiatan : Deskripsi batuan, sampling, sketsa lokasi dan
interpretasi lokasi
5. Kedudukan lokasi : OC 5
Tempat : Singkapan Batu Lempung
Koordinat : X = 442780, Y = 9133120, Z = 174 m
Elevasi : 174 m dpl
Vegetasi : Jati dan Mahoni
Tiba Pukul : 12.10 WIB
Cuaca : Hujan
Kegiatan : Deskripsi batuan, sampling, sketsa lokasi dan
interpretasi lokasi
20
Gambar 3.5. Lokasi OC 5
6. Kedudukan lokasi : OC 6
Tempat : Singkapan Batu Lempung
Koordinat : X = 442859 , Y = 9133201, Z = 176 m
Elevasi : 176 m dpl
Vegetasi : Jati, Mahoni, Kelapa, Nangka, Bambu, dan Pisang
Tiba Pukul : 12.50 WIB
Cuaca : Hujan
Kegiatan : Deskripsi batuan, sampling, sketsa lokasi dan
interpretasi lokasi
21
7. Kedudukan lokasi : OC 7
Tempat : Singkapan Batu Lempung
Koordinat : X = 442850, Y = 9133228 , Z = 173 m
Elevasi : 173 m dpl
Vegetasi : Bambu dan Pisang
Tiba Pukul : 13.10 WIB
Cuaca : Hujan
Kegiatan : Deskripsi batuan, sampling, sketsa lokasi dan
interpretasi lokasi
8. Kedudukan lokasi : OC 8
Tempat : Singkapan Batu Lempung
Koordinat : X = 442829, Y = 9133236, Z = 169 m
Elevasi : 169 m dpl
Vegetasi : Bambu
Tiba Pukul : 13.25 WIB
Cuaca : Hujan
Kegiatan : Deskripsi batuan, sampling, sketsa lokasi dan
interpretasi lokasi
22
Gambar 3.8. Lokasi OC 8
9. Kedudukan lokasi : OC 9
Tempat: : Singkapan Batu Lempung
Koordinat : X = 442847, Y = 9133222, Z = 173 m
Elevasi : 173 m dpl
Vegetasi : Bambu
Tiba Pukul : 13.43 WIB
Cuaca : Hujan
Kegiatan : Deskripsi batuan, sampling, sketsa lokasi dan
interpretasi lokasi
23
10. Kedudukan lokasi : OC 10
Tempat : Singkapan Batu Lempung
Koordinat : X = 442820, Y = 9133222, Z = 170 m
Elevasi : 170 m dpl
Vegetasi : Bambu, Jati, Mahoni, dan Kelapa
Tiba Pukul : 13.50 WIB
Cuaca : Hujan
Kegiatan : Deskripsi batuan, sampling, sketsa lokasi dan
interpretasi lokasi
24
Gambar 3.11. Lokasi OC 11
25
13. Kedudukan lokasi : OC 13
Tempat : Singkapan Batu Lempung
Koordinat : X = 442834, Y = 9133138, Z = 172 m
Elevasi : 172 m dpl
Vegetasi : Mlandeng dan Rumput Gajah
Tiba Pukul : 14.17 WIB
Cuaca : Cerah
Kegiatan : Deskripsi batuan, sampling, sketsa lokasi dan
interpretasi lokasi
26
Gambar 3.14. Lokasi OC 14
27
16. Kedudukan lokasi : OC 16
Tempat : Singkapan Batu Lempung
Koordinat : X = 442279, Y = 9133180, Z = 170 m
Elevasi : 170 m dpl
Vegetasi : Bambu
Tiba Pukul : 14.55 WIB
Cuaca : Cerah
Kegiatan : Deskripsi batuan,sampling,sketsa lokasi dan
interppretasi lokasi
28
Gambar 3.17. Lokasi OC 17
29
19. Kedudukan lokasi : OC 19
Tempat : Singkapan Batu Lempung
Koordinat : X = 442696, Y = 9133112, Z = 164m
Elevasi : 164 m dpl
Vegetasi : Jati, Mahoni, dan Kelapa
Tiba Pukul : 15.50 WIB
Cuaca : Cerah
Kegiatan : Deskripsi batuan, sampling, sketsa lokasi dan
interpretasi lokasi
30
Gambar 3.20. Lokasi OC 20
31
BAB IV
HASIL EKSPLORASI
32
Geomorfologi dan Tahapan Erosi dipengaruhi oleh faktor iklim, relief
(kelerengan), struktur geologi, sifat fisik dan resistensi batuan, serta siklus erosi dan
fluviatil yang berlangsung. Pengaruh tersebut menyebabkan terjadinya perubahan
topografi yang akhirnya membentuk topografi seperti sekarang. Penulis menyusun
stratigrafi daerah telitian berdasarkan ciri – ciri litologi yang dijumpai dilapangan
dengan mengikuti pembagian dan tata nama stratigrafi dari Pringgoprawiro, 1983,
guna mengetahui tektonostratigrafi dan stratigrafi yang terkait dengan daerah
telitian.Secara umum daerah telitian didominasi oleh litologi batupasir, namun
penulisberusaha membaginya kedalam satuan – satuan batuan yang lebih detilb
erdasarkan karakteristik dari setiap litologi yang dominan.
Gambar 4.1. Peta Geologi Regional dan Penampang Geologi Daerah Penelitian
33
kimia maupun asosiasinya yang berkembang pada satuan ini, secara fisik dicirikan
dengan batu lempung.
Secara umum pada bagian atas daerah penelitian didominasi oleh satuan
batu lempung. Dari pengukuran penampang geologi sayatan diperoleh volume batu
lempung 450708.344 m3 dan tonase batu lempung 766204.1848 ton. Ciri litologi
satuan batu lempung di daerah telitian dicirikan oleh 30 dominasi litologi batupasir
vulkanik berwarna kuning – abu-abu, sedikit keras struktur perlapisan – laminasi,
berukuran butir pasir sangat halus – sedang dadibeberapa tempat berbutir kasar,
terpilah baik dan susah ditemukan fosil, semen silika, Pada satuan batuan ini juga
ditemukan adanya struktur sedimen berupa parallel lamination.
34
Gambar 4.2. Peta Penyebaran Bahan Galian
B. Kadar / Kualitas
Dari hasil pengamatan secara megaskopis terhadap sampel batuan yang
kami dapatkan, maka secara keseluruhan berdasarkan komposisi mineralnya lebih
didominasi oleh silica dengan rata-rata 45 % di setiap titik lokasi singkapannya.
Jumlah tersebut merupakan hasil dari rata- rata kadar silika di daerah penelitian.
Berdasarkan kualitasnya, hampir di setiap titik singkapan dijumpai batu lempung
dengan kondisi yang baik, terlihat dari sampel batuan yang didapat yang masih
fresh dan mempunyai kuat tekan yang baik.
Pemanfaatan bahan galian batu lempung umumnya dimanfaatkan sebagai
material bangunan dalam hal pondasi. Jika dilihat pada kondisi sampel batuannya,
maka batuan tersebut cocok untuk dimanfaatkan sebagai bahan bangunan tersebut.
Sehingga dengan pertimbangan kuantitas dan kualitas batu lempung pada daerah
penelitian maka bahan galian batu lempung tersebut sangat potensial untuk
dimanfaatkan.
35
Gambar 4.3. Sample Batu Lempung Kualitas Baik
C. Perhitungan Cadangan
1. Dasar/ Cara Perhitungan Cadangan
Perhitungan cadangan dengan menggunakan metode cross section
dilakukan dengan membuat penampang yang mewakili keseluruhan daerah yang
masuk wilayah IUP. Pada penelitian ini dibuat 5 penampang dengan batas
ketinggian perhitungan terendah pada level 230 dan tertinggi pada level 320 m.
Proses perhitungan menggunakan software AutoCad 2007 + Quick Surf untuk
menghasilkan grid penampang.
Selanjutnya dari penampang sayatan yang telah dibuat dilakukan
perhitungan parameter setiap penampang. Setelah parameter tersebut diketahui,
dilakukan perhitungan luas masing-masing penampang. Selanjutnya dilakukan
perhitungan volume antar penampang dengan rumus mean area. Rumus mean area
digunukan untuk endapan yang mempunyai penampang uniform/ seragam :
V = 0,5 x (S1 + S2) x L
Keterangan :
S = Luas penampang
L = Jarak antar penampang
V = Volume cadangan
Selanjutnya menghitung Tonase cadangan, dimana nilai berat jenis
diperoleh dari data perusahaan yang telah ada.
Rumus menghitung Tonase :
36
T = V x Bj
Keterangan :
T = Tonase (ton)
V = Volume (m3)
Bj = Berat Jenis (2,3 ton/ms)
A. Cadangan Terukur
Cadangan terukur adalah cadangan yang kuantitasnya dihitung dari
pengukuran nyata, misalnya dari pemboran, singkapan dan paritan, sedangkan
kadarnya diperoleh dari hasil analisa contoh. Jarak titik-titik pengambilan contoh
dan pengukuran sangat dekat dan terperinci, sehingga model geologi endapan
mineral dapat diketahui dengan jelas. Struktur, jenis , komposisi, kadar, ketebalan,
kedudukan, dan kelanjutan endapan mineral serta batas penyebarannya dapat
ditentukan dengan tepat. Batas kesalahan perhitungan baik kuantitas maupun
kualitas tidak boleh lebih dari 20%.
37
belum dapat dihitung secara tepat dan baru disimpulkan/dinyatakan berdasar
indikasi. Batas kesalahan baik kuantitas maupun kualitas 20% - 40%.
38
Gambar 4.4. Peta Penampang Perhitungan Cadangan Batu Lempung
39
3754.7356 𝑚2 + 3408.7017 𝑚2
= 3581.71865 𝑚2
2
Blok II :
- Luas Penampang B-B’ = 3408.7017 m2
- Luas Penampang C-C’ = 917.1287 m2
- Rata-rata Luas 2 Penampang (B-B’ & C-C’)
3408.7017 𝑚2 + 917.1287 𝑚2
= 2162.9152 𝑚2
2
Blok III :
- Luas Penampang C-C’ = 917.1287 m2
- Luas Penampang D-D’ = 360.8184 m2
- Rata-rata Luas 2 Penampang (C-C’ & D-D’)
917.1287 𝑚2 + 360.8184 𝑚2
= 638.97355 𝑚2
2
Blok IV :
- Luas Penampang D-D’ = 360.8184 m2
- Luas Penampang E-E’ = 299.2693 m2
- Rata-rata Luas 2 Penampang (D-D’ & E-E’)
360.8184 𝑚2 + 299.2693 𝑚2
= 330.04385 𝑚2
2
40
Blok V :
- Luas Penampang E-E’ = 299.2693 m2
- Luas Penampang F-F’ = 68.1917 m2
- Rata-rata Luas 2 Penampang (E-E’ & F-F’)
299.2693 𝑚2 + 68.1917 𝑚2
= 183.7305 𝑚2
2
41
BAB V
KESIMPULAN
Curah hujan, dimana curah hujan di daerah tersebut tergolong sangat tinggi
yaitu 2145 mm/tahun.
Iklim, dimana iklim di daerah tersebut beriklim tropis dengan suhu 23 0C –
32 0C.
Vegetasi, dimana daerah kegiatan eksplorasi yang kelompok kami lakukan
berada pada daerah pegununungan yang mana pada daerah tersebut banyak
ditemui tumbuhan padi, jati, mahoni, sengon dan tanaman menjalar lainnya.
Selain kondisi lingkungan alam diatas terdapat pula kondisi lingkungan
yang didasarkan penghuni di daerah tersebut. Lokasi eksplorasi kelompok kami
terletak tidak terlalu jauh dari pemukiman penduduk yang mana sangat ramah dan
terbuka terhadap kehadiran kelompok kami.
42
3. Kondisi geologi kami golongkan menjadi beberapa bab yaitu :
Geomorfologi Regional : dimana lokasi eksplorasi berada pada rangkaian
pegunungan selatan, yaitu pegunungan yang terletak pada bagian selatan
Jawa tengah, mulai dari bagian tenggara dari Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta, memanjang ke arah timur sepanjang pantai selatan Jawa Timur.
Stratigrafi Regional : dimana lokasi berada pada daerah pegunungan selatan
bagian barat laut secara umum tersusun oleh batuan yang hampir seluruhnya
terbentuk oleh pengendapan gaya berat (gravity depositional processes),
yang mencirikan arah perlapisan yang khas dari pegunungan selatan, yaitu
mempunyai kemiringan ke arah selatan.
Struktur Geologi : dimana pola struktur geologi yang terdapat di daerah
penyelidikan sebagian besar berkaitan dengan gejala-gejala tektonik yang
pembentukan sistem pegunungan di selatan jawa.
Selain itu kondisi geologi daerah tersebut secara umum terdiri dari dua jenis
batuan yaitu batuan beku dan batuan sedimen. Berdasarkan sifat-sifat batuannya
dapat diperinci menjadi tujuh formasi yaitu Formasi Yogyakarta, Formasi Sentolo,
Formasi Sambipitu, Formasi Semilir Nglanggran, Formasi Wonosari, dan gumuk
pasir.
4. Penyebaran
Terdapat 2 bahan galian yang kami temukan dengan penyebaran yang
masing-masing berbeda, yaitu :
Batu lempung
Penyebaran batu lempung terdapat di daerah pemukiman yang tepatnya
pada titik OC 6 – OC 20 dengan membentuk suatu perlapisan.
Batu pasir
Penyebaran batu pasir terdapat di daerah pemukiman yang tepatnya pada
titik OC 1 dan OC 5 dengan membentuk suatu perlapisan.
5. Cadangan
Keterdapatan bahan galian pada daerah lokasi kegiatan praktikum
eksplorasi secara garis besar klasifikasi cadangan batuan yang kelompok kami
43
temukan termasuk kedalam kategori cadangan terkira. Dikarenakan dengan metode
yang kami lakukan masih belum bisa membuktikan secara detail dan pasti nilai
cadangan yang terkandung. Dari pengukuran penampang geologi sayatan diperoleh
volume batu lempung 450708.344 m3 dan tonase batu lempung 766204.1848 ton.
6. Tanah Penutup
Kondisi bahan galian yang tergolong dalam bahan galian tanah penutup
didominasi oleh bahan galian lempung atau tanah liat, tanah pasir, tanah humus dan
batuan berukuran kerikil yang banyak kami temukan selama kegiatan praktikum
eksplorasi.
44
DAFTAR PUSTAKA
Id.m.wikipedia.org/wiki/Sitimulyo_Bantul
www.bantulkab.go.id/kecamatan/piyungan.html
45
LAMPIRAN
46