Laporan Pendahuluan Glukoma

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

Laporan Pendahuluan Glukoma

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB 1


DosenPengampu: Damon Wicaksi, SST , M.Kes

Oleh:
Aisyah Hikma Yanti Safitri (15037140841)
Ahmad Fatoni (15037140840)
Yuyun Budiartik (15037140892)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BONDOWOSO
2015/2016
Laporan Pendahuluan Glukoma

1. Definisi

Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala


yang tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan
pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga
akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran
cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan
membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di
belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran
darah sehingga saraf mata akan mati.

Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai oleh kerusakan


saraf mata yang dikaitkan dengan peningkatan tekanan bola mata dan
gangguan lapang penglihatan. Kerusakan ini bersifat permanen, dan
dapat berakhir pada kebutaan.

Glaukoma merupakan salah satu penyebab utama kebutaan di


seluruh dunia, khususnya di Asia. Glaukoma dapat merusak penglihatan
dengan perlahan sehingga seringkali penderita tidak menyadari
kerusakan tersebut sampai akhirnya kerusakan yang terjadi sudah pada
tahap lanjut. Hal itu tentu sangat meresahkan, maka kami menyarankan
untuk dilakukan check-up rutin pada mata anda sejak usia muda.
Skrining glaukoma terutama sangat penting pada pasien dengan riwayat
keluarga memiliki glaukoma, berusia diatas 40 tahun ataupun mengidap
penyakit diabetes melitus.
2. Etiologi

Penyebab utama glaukoma adalah meningkatnya tekanan bola


mata di atas 20mmHg, penyebab lainnya adalah hipertensi dan diabetes
mellitus. Walaupun jarang dapat juga disebabkan emosi yang tidak
stabil, migrain, penyempitan pembuluh darah dan lain-lain. Tekanan
bola mata di atas normal yang terus menerus akan merusak saraf
penglihatan, tetapi seringkali tidak disadari oleh pasien, karena
kerusakannya sedikit demi sedikit, oleh karenanya perlu pemeriksaan
mata, jika telah berusia 40 tahun ke atas. Tekanan bola mata yang di
atas normal pada tahap awal akan diberikan obat tetes mata untuk
menurunkan tekanan bola mata menjadi normal.

Selain itu juga dapat meningkatnya tekanan yang merusak saraf


optik merupakan dampak dari penimbunan cairan mata (aqueous
humour) yang disebabkan karena terjadinya gangguan pada sistem
drainase atau saluran pengaliran cairan mata. Aqueous humour adalah
cairan yang berfungsi menjaga bentuk mata, memasok nutrisi, dan
membuang kotoran pada mata. Penyebab munculnya gangguan pada
sistem drainase itu sendiri belum diketahui secara pasti. Namun,
terdapat dugaan bahwa kelainan gen merupakan faktor utama penyebab
munculnya kondisi tersebut.

Selain kelainan gen, terdapat juga kondisi lain yang diduga dapat
menyebabkan gangguan pada sistem drainase yang dialami penderita
glaukoma. Beberapa di antaranya adalah:

a. Cedera akibat paparan zat kimia.


b. Infeksi.
c. Penyumbatan pembuluh darah.
d. Peradangan.

Risiko seseorang mengalami glaukoma juga akan meningkat jika:

a. Berusia lebih dari 60 tahun.


b. Memiliki riwayat penyakit diabetes, serangan jantung,
tekanan darah tinggi, dan anemia sel sabit.
c. Memiliki riwayat penyakit mata, seperti rabun jauh.
d. Pernah melakukan operasi pada mata.
e. Mengalami kondisi kekurangan hormon estrogen, seperti
yang dapat muncul ketika menjalani pengangkatan kedua
indung telur.
f. Menerima obat kortikosteroid untuk jangka waktu lama.

3. Manifestasi klinik

Gejala yang muncul pada tiap orang dapat berbeda-beda,


tergantung tipe glaukoma, keparahan, dan kondisi fisik secara
menyeluruh. Namun, penderita glaukoma umumnya mengalami
gangguan penglihatan. Beberapa gangguan penglihatan yang muncul
dapat berupa:

a. Penglihatan kabur.
b. Terdapat lingkaran seperti pelangi ketika melihat ke arah cahaya
terang.
c. Terdapat sudut buta (blind spot) pada bagian sisi (perifer) atau
tengah (sentral) luas pandang.

Gejala glaukoma umumnya membutuhkan waktu yang tergolong lama


untuk muncul dan dirasakan penderitanya. Cara terbaik mendeteksi
glaukoma adalah dengan melakukan pemeriksaan mata secara rutin.
4. Klasifikasi

Tipe glaukoma yang umum terjadi adalah Glaukoma Primer Sudut


Terbuka (Primary Open-Angle Glaukoma) dan Glaukoma Primer Sudut
Tertutup (Primary Angle Closure Glaukoma) dimana keduanya
memiliki mekanisme yang berbeda.

1) Glaukoma primer
a. Glaukoma sudut terbuka .

Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang


meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan
berkembang secara lambat. Disebut sudut terbuka karena
humor aqueousmempunyai pintu terbuka ke jaringan
trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif
jaringan rabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan.
Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya
tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan
sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat
dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.

b. Glaukoma sudut tertutup(sudut sempit)

Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis


menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke
jaringan trabekular dan menghambat humor aqueous mengalir
ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena
peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang
posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua.
Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba dan
meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat,
penglihatan yang kabur dan terlihat hal. Penempelan iris
menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan
terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.

2) Glaukoma sekunder
Dapat terjadi dari peradangan mata, perubahan pembuluh darah dan
trauma. Dapat mirip dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung
pada penyebab.
a. Perubahan lensa
b. Kelainan uvea
c. Trauma
d. Bedah

3) Glaukoma kongenital
a. Primer atau infantile
b. Menyertai kelainan kongenital lainnya

4) Glukoma Absolut

Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana


sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan
gangguan fungsi lanjut.Pada glaukoma absolut kornea terlihat
keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi
glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering
mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah
sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris,
keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya
glaukoma hemoragik.
Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta
pada badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan
bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa
sakit.

5. Patofisiologi

Penurunan penglihatan pada glaukoma terjadi karena adanya

apoptosis sel ganglion retina yang menyebabkan penipisan lapisan

seraf saraf dan lapisan inti dalam retina serta berkurangnya akson di

nervus optikus. Diskus optikus menjadi atrofi disertai pembesaran

cawan optik.Kerusakan saraf dapat dipengaruhi oleh peningkatan

tekanan intraokuler. Semakin tinggi tekanan intraokuler semakin besar

kerusakan saraf pada bola mata. Pada bola mata normal tekanan

intraokuler memiliki kisaran 10-22 mmHg. Tekanan intraokuler pada

glaukoma sudut tertutup akut dapat mencapai 60-80 mmHg, sehingga

dapat menimbulkan kerusakan iskemik akut pada iris yang disertai

dengan edema kornea dan kerusakan nervus optikus.


WOC
Etiologi Glukoma

Sekunder : Katarak,
Primer
Perubahan lensa,
pembedahan

Akut : Trauma

Kronis : Diabetus
Millitus , Hipertensi

Trauma Pemakaian Katarak


kortikosteroid
jangka panjang
Kontusio Kapsul lensa
bola mata bocor keluar
Metabolisme
glikosaminoglik
an dan
Hifema lipolisakarida Menyumbat
saluran HA
Darah Penimbunan di
menyumbat trabekular
COA

Menyumbat
Sudut mata
aliran
menutup

Peningkatan
TIO

GLUKOMA

Iritasi Saraf Iritasi saraf Iritasi saraf vagus Penipisan lapisan


trigeminus dan serat saraf dan inti
vagus bagian dalam retina
Bronkokontriksi Mual , muntah

Penglihatan kabur
Suplai O2 Reflek sentuhan Kehilangan cairan Imobilisasi kurang
menurun dan mengatup
rahang
MK : Resiko MK : Hambatan
Peningkatan pola Kekurangan Mobilitas Fisik
nafas Bradikardia volume cairan

Dyspnea MK: Gangguan


perfusi jaringan

MK : Ketidak
efektifan Pola
Napas
6. Pemeriksaan Diagnostic
Pemeriksaan mata yang biasa dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan dengan oftalmoskop bisa menunjukkan adanya
perubahan pada saraf optikus akibat Glaukoma.
2. Pengukuran tekanan intraokuler dengan tonometri.
Tekanan didalam bilik anterior disebut tekanan intraokuler dan
bisa diukur dengan menggunakan tonometri. Biasanya jika
tekanan intraokuler lebih besar dari 20-22 mm, dikatakan telah
terjadi peningkatan tekanan. Kadang Glaukoma terjadi pada
tekanan normal.
3. Pengukuran lapang pandang.
4. Ketajaman penglihatan.
5. Tes Refraksi
6. Respon refleks pupil
7. Pemeriksaan slit lamp
8. Pemeriksaan gonioskopi (lensa khusus untuk mengamati saluran
humor aqueus)

7. Pengobatan
1) Glaukoma Sudut Terbuka

Obat tetes mata biasanya bisa mengendalikan Glaukoma


sudut terbuka.Obat tetes yang pertama diberikan adalah beta bloker
(misalnya timonol, betaxolol, carteolol, levobunolol atau
metipranolol), yang kemungkinan akan mengurangi pembentukan
cairan didalam mata. Juga diberikan pilocarpine unuk memperkecil
pupil dan meningkatkan pengaliran cairan dari bilik anterior. Obat
lainnya yang juga diberikan adalah epinephrine, dipivephrine, atau
carbacol (untuk memperbaiki pengaliran cairan atau mengurangi
pembentukan cairan).
Jika glaukoma tidak dapat dikontrol dengan obat-obatan atau
efek sampingnya tidak dapat ditorelir oleh penderita, maka dilakukan
pembedahan untuk meningkatkan pengaliran cairan dari bilik
anterior. Digunakan sinar laser untuk membuat lubang didalam
didalam iris atau dilakukan pembedahan untuk memotong sebagian
iris (iridotomi).
a. Minum larutan gliserin dan air bisa mengurangi tekanan dan
menghentikan serangan Glaukoma.
b. Bisa juga diberikan inhibitor karbonik anhidrase (misalnya
acetazolamide)
c. Tetes mata pilocarpine menyebabkan pupil mengecil sehingga
iris tertarik dan membuka saluran yang tersumbat.
d. Untuk mengontrol tekanan intraokuler bisa diberikan tetes mata
beta blocker.
e. Setelah suatu serangan, pemberian pilocarpine dan beta blocker
serta inhibitor karbonik anhidrase biasanya terus dilanjutkan.
f. Pada kasus yang berat, untuk mengurangi tekanan biasanya
diberikan manitol intravena (melalui pembuluh darah).
g. Terapi laser untuk membuat lubang pada iris akan membantu
mencegah serangan berikutnya dan seringkali bisa
menyembuhkan penyakit secara permanen. Jika Glaukoma
tidak dapat diatasi dengan menggunakan laser, dilakukan
pembedahan untuk membuat lubang pada iris. Jika kedua mata
memiliki saluran yang sempit, maka kedua mata diobati
meskipun serangan hanya trejadi pada salah satu mata.
2) Glaukoma Sekunder
Pengobatan Glaukoma tergantung pada penyebabnya. Jika
penyebabnya adalah peradangan, diberikan corticosteroid dan obat
untuk melebarkan pupil. Kadang dilakukan pembedahan.
3) Glaukoma Kongenitalis
Untuk mengatasi Glaukoma konginetalis dilakukan pembedahan.

8. Pencegahan
Tidak ada tindakan yang dapat mencegah terjadinya Glaukoma
sudut terbuka. Jika penyakit ini ditemukan secara dini, maka hilangnya
fungsi penglihatan dan kebutaan bisa dicegah dengan pengobatan.
Orang-orang yang memiliki resiko menderita Glaukoma sudut tertutup
sebaiknya menjalani pemeriksaan mata yang rutin dan jika resikonya
tinggi sebaiknya menjalani iridotomi untuk mencegah serangan akut.

9. Asuhan Keperawatan Teori

A. Pengkajian
1) Anamnesis
Anamnesis meliputi data demografi, yang meliputi :
a. Umur, glaucoma primer terjadi pada individu berumur
>40 tahun
b. Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaukoma
paling sedikit 5 kali dari kulit putih (dewit, 1998).
c. Pekerjaan, terutama yang beresiko besar mengalami
trauma mata.
d. Selain itu harus diketahui adanya masalah mata
sebelumnya atau pada saat itu, riwayat penggunaan
antihistamin (menyebabkan dilatasi pupil yang akhirnya
dapat menyebabkan Angle Closume Glaucoma), riwayat
trauma (terutama yang mengenai mata), penyakit lain
yang sedang diderita (DM, Arterioscierosis, Miopia
tinggi)
e. Riwayat psikososial mencakup adanya ansietas yang
ditandai dengan bicara cepat, mudah berganti topik, sulit
berkonsentrasi dan sensitif, dan berduka karena
kehilangan penglihatan. (Indriana N. Istiqomah, 2004)

2. Pemeriksaan Fisik

a. Neurosensori
Gangguan penglihatan (kabur/ tidak jelas), sinar terang
dapat menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap
penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja
dengan dekat/ merasa diruang gelap (katarak), tampak
lingkaran cahaya/ pelangi sekitar sinar, kehilangan
penglihatan perifer, fotfobia (galukoma akut) bahan
kaca mata/ pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda : pupil menyempit dan merah/mata keras
dengan kornea berwarna, peningkatan air mata

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan


oftalmaskop untuk mengetahui adanya cupping dan
atrofi diskus optikus. Diskus optikus menjadi lebih
luas dan dalampada glaukoma akut primer, karena
anterior dangkal, Aqueus humor keruh dan pembuluh
darah menjalar keluar dari iris.
Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan
akut lapang pandang cepat menurun secara signifikan
dan keadaan kronik akan menurun secara bertahap.
Pemeriksaan melalui inspeksi, untuk mengetahui
adanya inflamasi mata, sklera kemerahan, kornea
keruh, dilatasi pupil, sedang yang gagal bereaksi
terhadap cahaya (Indriana N. Istiqomah,2004)

b. Nyeri/ kenyamanan
Ketidaknyamanan ringan/ mata berair (glaukoma
kronis0
Nyeri tiba- tiba / berat menetap atau tekanan pada dan
sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut).

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokuler


2. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan hilangnya pandangan
perifer
3.Gangguan citra diri berhubungan dengan kebutaan

C. Intervensi Keperawatan

Diagno Tujuan dan Intervensi Rasional


sa Kriteria Hasil
Nyeri Setelah 1. Ajarkan 1. dalam
dilakukan pasien teknik penurunan
tindakan distraksi persepsi /
asuhan 2. Anjurkan respon nyeri
keperawatan istirahat di 2. stress mental
selama 3x24 tempat tidur / emosi
jam di dalam menyebabka
harapkan ruangan yang n
Kriteria hasil : tenang peningkatan
1. Nyeri 3. Observasi TIO
berkur derajat nyeri 3. mengidentifi
ang mata kasi
(4) 4. Kolaborasi kemajuan /
2. Ekspre pemberian penyimpang
si analgetik an dari hasil
wajah sesuai yang
tenang program diharapkan.
(4) 4. untuk
3. mengurangi
nyeri
Ganggu Tujuan : 2. Kaji derajat / 1. mengetahui
an Setelah tipe harapan
persepsi dilakukan kehilangan masa depan
sensori: tindakan penglihatan klien dan
penglih asuhan 3. Dorong klien pilihan
atan keperawatan untuk intervensi.
selama 2x24 mengekspresi 2. kebutaan,
jam di kan perasaan klien
harapkan : tentang menghadapi
Kriteria Hasil : kehilangan / kemungkina
1. kemungkinan n /
kehilangan mengalami
penglihatan. kehilangan
4. Ajarkan penglihatan
pemberian sebagian
tetes mata, atau total.
contoh
menghitung 3. Mengontrol
tetesan, TIO,
mengikuti mencegah
jadwal, tidak kehilangan
salah dosis. penglihatan
5. Kolaborasi lebih lanjut
pemberian
obat sesuai
indikasi,
4. Untuk
misalnya agen
mengurangi
osmotik
TIO
sistemik.

Resiko Tujuan : 1. Bersihkan 1. sekret mata


cedera Setelah sekret akan
dilakukan mata membuat
tindakan dengan pandangan
asuhan cara kabur.
keperawatan benar.
selama 2x24
jam di 2. Kaji 2. terjadi
harapkan : ketajaman penurunan
Kriteria Hasil : penglihata tajam
1. Lapan n, catat penglihatan
g apakah akibat sekret
panda satu atau mata.
ng dua mata
optima yang
l (4) terlibat.
2. Tidak
terjadi 3. Anjurkan 3. mengurangi

cedera pasien fotofobia

(4) mengguna yang dapat

kan kaca mengganggu

mata penglihatan

gelap klien.
4. membersihk
an informasi

4. Perhatika pada klien

n keluhan agar tidak

penglihata melakukan

n kabur aktivitas

yang berbahaya

dapat sesaat

terjadi setelah

setelah penggunaan

pengguna obat mata.

an tetes
mata dan
salep
mata

Anda mungkin juga menyukai