Bab 18 Gangguan Bicara Dan Bahasa Pada Anak

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 12

GANGGUAN BICARA DAN

BAHASA PADA ANAK

PENDAHULUAN
Kemampuan berbahasa membedakan manusia dengan binatang. Orang tua dengan
antusias menunggu awal perkembangan bicara anak mereka. Bila anak tidak dapat
bicara normal, maka mereka mengira bahwa anak mereka bodoh atau retardasi. Sering
orang tua memperkirakan bahwa perkembangan bicara anak diluar normal merupakan
suatu hal yang mengkhawatirkan, sehingga membawanya ke dokter.
Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak. Karena ke-
mampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya,
sebab melibatkan kemampuan kognitif, sensori motor, psikologis, emosi, dan lingkungan
disekitar anak. Seorang anak tidak akan mampu berbicara tanpa dukungan dari lingkung-
annya. Mereka harus mendengar pembicaraan yang berkaitan dengan kehidupannya
sehari-hari maupun pengetahuan tentang dunia. Mereka harus belajar mengekspresikan
dirinya, membagi pengalamannya dengan orang lain dan mengemukakan keinginannya.
Gangguan bicara merupakan salah satu masalah yang sering terdapat pada anak-
anak. Menurut NCHS, berdasarkan atas laporan orang tua (diluar gangguan pendengaran
serta celah pada palatum), maka angka kejadiannya adalah 0,9% pada anak dibawah
umur 5 tahun dan 1,94% pada anak yang berumur 5-14 tahun. Dari hasil evaluasi lang-
sung terhadap anak usia sekolah, angka kejadiannya 3,8 kali lebih tinggi dari yang ber-
dasarkan hasil wawancara. Berdasarkan hal ini, diperkirakan gangguan bicara dan
bahasa pada anak adalah sekitar 4-5%. ·
Deteksi dini perlu ditegakkan, agar penyebabnya dapat segera dicari, sehingga peng-
obatan serta pemulihannya dapat dilakukan seawal mungkin. Contohnya, pada seorang
anak yang tuli konduksi tetapi cerdas yang .terlambat mendapat alat bantu dengar dan
terapi wicara, serta tidak diberi kesempatan mengembangkan sistem komunikasi non
verbal oleh dirinya sendiri sebelum usia 3 tahun, maka kesempatan untuk mengajarinya
agar mampu berbicara yang dapat dimengerti, jelas dan terang telah hilang.

PERKEMBANGAN BAHASA NORMAL


Hemisfer kiri merupakan pusat kemampuan berbahasa pada 94% orang dewasa
kinan dan lebih dari 75% pada orang dewasa kidal. Pengkhususan hemisfer untuk fungsi

237
TUMBUH KEMBANG ANAK

bahasa sudF.Ji dimulai sejak didalam kandungan, tetapi berfungsi secara sempurna sete-
lah beberapa tahun kemudian. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak dengan
kerusakan otak unilateral sebelum maupun sesudah lahir, diperkirakan fungsi berbahasa
dapat diprogram oleh hemisfer Jainnya, walaupun kelainan yang khusus masih dapat
diketemukan dengan tes yang teliti. Kelenturan perkembangan otak seperti ini menye-
babkan macam perkembangan bahasa pada anak sukar ditentukan.
Seperti pada orang dewasa terdapat 3 area utama pada hemisfer kiri anak khusus
untuk berbahasa, yaitu dibagian anterior (area Broca dan korteks motorik) dan di bagian
posterior (area Wemicke). Informasi yang berasal dari korteks pendengaran primer dan
sekunder, diteruskan ke bagian korteks temporoparietal posterior (area Wemicke), yang
dibandingkan dengan ingatan yang sudah disimpan. Kemudian jawaban diformulasikan
dan disalurkan oleh fasciculus arcuata ke bagian anterior otak dimana jawaban motorik
dikoordinasi. Apabila terjadi kelainan pada salah satu dari jalannya impuls ini, maka
akan terjadi kelainan bicara. Kerusakan pada bagian posterior akan mengakibatkan
kelainan bahasa reseptif, sedangkan kerusakan dibagian anterior akan menyebabkan
kelainan bahasa ekspresif.

Lobus Frontalis Korteks Motorik


Korteks Somatik Sensori
Lobus Parietal
Area Broca
/

Area Penglihatan Primer


Area Wemicke

Gambar 18.1: Korteks hemifer kiri dan fungsinya. (dikutip dari Hatch, 1983)

231
GANGGUAN BICARA DAN BAHASA PADA ANAK

Tabet 18.1: Perkembangan kemampuan berbicara dan berbahasa pada anak normal (l'owne,
1983)

Umur Bahasa reseptif Bahasa ekspresif


(Bulan) bahlWI pasiO (bahasa aktif)

A:egiatan anak terhenti akibat suara Vokalisasi yang masih sembarang, ter-
utama huruf hidup.
2 Tampak mendengarkan ucapan pembi- Tanda-tanda vokal yang menunjukkan
cara, dapat tersenyum pada pembicaraan perasaan senang. senyum sosial
3 Melihat kearah pembicara Tersenyum sebagai jawaban terhadap
pembicara
4 Memberi tanggapan yang berbeda terha- Jawaban vokal terhadap rangsang sosial
dap suara bemada marah/senang
5 Bereaksi terhadap panggilan namanya Mulai meniru suara
6 Mulai mengenal kata-kata "da da, papa, Protes vokal, berteriak karena kegi-
mama" rangan
.7 Bereaksi terhadap kata-kata naik, ke- Mulai menggunakan suara mirip kata-
mari, dada kata k.acau
8 Menghentikan aktifitas bila namanya W" Menirukan rangkaian suara
panggil
9 Menghentikan kegiatan bila dilarang Menirukan rangkaian suara
10 Secara tepat menirukan variasi suara Kata-kata pertama mulai muncul
tinggi
11 Reaksi atas pertanyaan sederhana de- Kata-kata kacau mulai dapat dimengerti
ngan melihat atau menoleh dengan baik
12 Reaksi dengan melakukan gerakan ter- Mengungkapkan kesadaran tentang
hadap berbagai pertanyaan verbal obyek yang telah akrab dan menyebut
namanya
15 Mengetahui dan mengenali nama-nama Kata-kata yang benar terdengar diantara
bagian tubuh kata-kata yang kacau, sering dengan di-
sertai gerakan tubuhnya
18 Dapat mengetahui dan mengenali gam- Lebih banyak menggunakan kata-kata
bar-gambar obyek yang sudah akrab daripada gerakan, untuk mengungkap-
dengannya, jika obyek tersebut disebut kan keinginannya
namanya
21 Akan mengikuti petunjuk yang berurut- Mulai mengkombinasikan kata-kata
an (ambil topimu dan letakkan di atas (mobil papa, mama berdiri)
meja)
24 Mengetahui Iebih banyak kalimat yang Menyebut nama sendiri
lebih rumit

239
TUMBUH KEMBANG ANAK

Perio<k kritis bagi perkembangan kemampuan berbicara dan bahasa adalah periode
antara 9-24 bulan awal kehidupan. Pengamatan langsung terhadap perilaku komunikasi
selama pemeriksaan rutin dapat diambil dari laporan orang tua. Anak yang sedang bela-
jar berbicara, akan mengamati dengan seksama wajah lawan bicaranya dan gerakan-
gerakan yang dilakukannya sampai pada saat dimana petunjuk visual menjadi tidak pen-
ting, yang menandakan peningkatan dalam memahami sinyal lisan pendengaran.
Dengan berkembangnya ketrampilan ekspresif anak, kemampuan yang meningkat
dalam berbicara dan berbahasa menjadi lebih mudah diamati. Periode 2-4 tahun pertama
menunjukkan peningkatan yang cepat dalam jumlah dan kompleksitas perkembangan
berbicara, kekayaan perbendaharaan kata dan kontrol neuromotorik. Modulasi suara
mungkin masih berlebihan, pengendalian intensitas suara masih terbatas, demikian pula
dengan pengendalian artikulasi dan ritme berbicara. Selama periode inilah gangguan
dalam kelancaran berbicara dapat lebih kelihatan, seperti gagap atau cara bicara seperti
bayi. Pengetahuan bahwa ketidak lancaran adalah merupakan bagian dari perkembangan
normal atas pengendalian berbicara, akan meredakan kecemasan orang tua.
Keterampilan mengartikulasikan suara juga mengikuti pola tertentu. Yang pertama
muncul adalah suara yang paling mudah dan paling gampang, yaitu suara bibir (di-
nyatakan dalam huruf m, P. b, I, v, o). Berikutnya yang terdengar adalah suara seder-
hana v::ing diha!;iJkan nleh lidah dan gusi (d, n, t). Ketika anak mulai menguasai kontak
lidah-palatum (g, k, ng), sering mereka bingung antara d dan g serta t dan k terutama
bila keduanya muncul dalam satu kata (misalnya dagu diucapkan dadu atau gagu). Jenis
duplikasi fonetik ini sering terjadi pada umur 2 tahun, dan dapat pada umur 3 tahun.
Ketika anak belajar membuat pembedaan suara, mereka juga belajar mengendalikan
motorik untuk pola bicara yang lebih kompleks dan dapat mengucapkan huruf f, v, s dan
z. Karena suara-suara itu mirip, anak umur 3 tahun dapat keliru menyebut f untuk s atau
v untuk z.
Pengendalian dari berbagai bunyi ucapan biasanya dikuasai lebih dulu pada awal
kata-kata. Anak umur 2 tahun mungkin menghilangkan suara pada akhir kata; anak
umur 3 tahun dapat terpeleset pada bunyi ditengah kata, dan anak umur 4-5 tahun dapat
mengalami kesulitan dengan kata yang lebih kompleks. Kesalahan artikulasi dapat ter-
jadi sampai batas umur 7 tahun. Anak umur 4 tahun adalah penerima bahasa ibu yang
baik. Dapat saja terjadi kesalahan artikulasi, tetapi ucapannya cukup dapat dimengerti
dan telah menguasai dasar sintaks, fonetik dan semantik.

ETIOLOGI

Penyebab kelainan berbahasa bermacam-macam yang melibatkan berbagai faktor


yang dapat saling mempengaruhi, antara lain kemampuan lingkungan, pendengaran,
kognitif, fungsi saraf, emosi psikologis dan lain sebagainya. Seorang anak mungkin
kehilangan pendengaran sensoneural dari sedang sampai berat. Sedangkan yang lain
mungkin kehilangan pendengaran konduksi berulang, sehingga kemampuan bicara kese-
luruhannya menurun. Demikian pula suatu gangguan bicara (disfasia) dapat terjadi tanpa
adanya cedera otak atau keadaan lainnya. Bl ager BF ( 1981) membagi penyebab gang-
guan bicara dan bahasa, adalah sebagai berikut (Tabel 18.2):

240
GANGGUAN BICARA DAN ~ PADA ANAK

Tabel 18.2: Penyebab gangguan bicara dan bahasa pada anak.

Penyebab Efek pada perkemb&nian bicara

1. Lingkungan
a. Sosial ekonomi kurang a Terlambat
.b. Tekanan keluarga b. Gagap
c. Keluarga bisu c. Terlambat pemerolehan bahasa
d. Dirumah menggunakan bahasa bilingual d. Terlambat pemerolehan struktur bahasa
2. Emosi
a. lbu yang tertekan a. Terlambat pemerolehan bahasa
b. Gangguan serius pada orang tua b. Terlambat atau gangguan perkembangan
bahasa
c. Gangguan serius pada anak c. Terlambat atau gangguan perkembangan
bahasa
3. Masalah pendengaran
a. Kongenital a. Terlambat/gangguan bicara yang pennanen
b. Didapat b. Terlambat/gangguan bicara yang pennanen
4. Perkembangan terlambat
a. Perkembangan lambat a. Terlambat bicara
b. Perkembangan lambat, tetapi masih b. Terlambat bicara
dalam batas rata-rata
c. Retardasi mental c. Pasti terlambat bicara
5. Cacat bawaan
a. Palatoschizis a. Terlambat dan terganggu kemampuan
bicaranya
b. Sindrom Down b. Kemampuan bicaranya lebih rendah
6. Kerusakan otak
a. Kelainan neuromuskular a. Mempengaruhi kemampuan mengisap,
menelan, mengunyah, dan akhimya timbul
gangguan bicara dan artikulasi seperti
disartria
b. Kelainan sensorimotor b. Mempengaruhi kemampuan mengisap dan
menelan, akhimya menimbulkan gangguan
artikulasi, seperti dispraksia
c. Palsi serebral c. Berpengaruh pada pemafasan, makan dan
timbul juga masalah artikulasi yang dapat
mengakibatkan disartria dan dispraksia
d. Kelainan persepsi d. Kesulitan membedakan suara, mengerti ba-
hasa, simbolisasi, mengenal konsep, akhir-
nya menimbulkan kesulitan belajar di se-
kolah.

Perkembangan bahasa yang lambat dapat bersifat familial. Oleh karena itu harus
dicari dalam keluarganya apakah ada yang mengalami keterlambatan bicara juga. Dis-
amping itu kelainan bicara juga Iebih banyak pada anak laki-laki daripada perempuan.
Hal ini karena pada perempuan, maturasi dan perkembangan fungsi verbal hemisfer kiri
lebih baik. Sedangkan pada laki-laki perkembangan hemisfer kanan yang lebih baik,
yaitu untuk tugas yang abstrak dan memerlukan keterampilan.

241
TUMBUH KEMBANG ANAK

Sedangkan Aram DM ( 1987), mengatakan bahwa gangguan bicara pada anak dapat
disebabkan oleh kelainan dibawah ini:

I. Lingkungan sosial anak.


Interaksi antar personal merupakan dasar dari semua komunikasi dan perkembangan
bahasa. Lingkungan yang tidak mendukung akan menyebabkan gangguan bicara dan
bahasa pada anak.
2. Sistem masukan/input.
Adalah sistem pendengaran, penglihatan dan integritas taktil-kinestetik dari anak.
Pendengaran merupakan alat yang penting dalam perkembangan bicara. Anak
dengan otitis m.e dia kronis dengan penurunan daya pendengaran akan mengalami
keterlambatan kemampuan menerima ataupun mengungkapkan bahasa. Gangguan
bicara juga terdapat pada tuli oleh karena kelainan genetik dan metabolik (tuli pri -
mer), tuli neurosensorial (infeksi intra uterin : sifilis, rubella, toksoplasmosis. sito-
megalovirus), tuli konduksi seperti akibat malformasi telinga luar, tuli sentral (sama
sekali tidak dapat mendengar), tuli persepsi/afasia sensorik (terjadi kegagalan in-
tegrasi arti bicara yang didengar menjadi suatu pengertian yang menyeluruh), dan
tuli psikis seperti pada skizofrenia, autisme infantil, keadaan cemas dan reaksi psi-
kologis lainnya.
Pola bahasa juga akan terpengaruh pada anak dengan gangguan penglihatan yang
berat, demikian pula dengan anak dengan defisit taktil-kinestetik akan te~jadi gang-
guan artikulasi .
3. Sistem pusat bicara dan bahasa.
KClainan susunan saraf pusat akan mempengaruhi pemahaman; interprctasi. for-
mulasi dan perencanaan bahasa, juga pada aktifitas dan kemampuan intelektual dai-i
anak.
Gangguan komunikasi biasanya merupakan bagian dari retardasi mental , misalnya
pada sindrom Down.
4. Sistem produksi.
Sistem produksi suara seperti laring, farin g, hidung, struktur mulut, dan mckani~.ne
neuromuskular yang berpengaruh tcrhadap pengaturan nafas untuk hcrhicara, hunyi
laring, pcmbentukan bunyi untuk artikulasi bicara melalui aliran udara lewat laring,
faring, dan rongga mulut.

KLASIFIKASI DAN GEJALA

Terdapal bcrmacam-macam klasifikasi disfasia, tergantung dari cara mereka meman-


dang. Kebanyakan sistem klasilikasi berdasarkan alas model i11put-output. Beberapa
tclah didefinisikan dcngan menggunakan tes yang telah distandarisasi . Ada yang meng-
gunakan model yang didasari pendengaran dan ada pula yang berdasarkan patofisiologi
terjadinya disfasia.
Klasifikasi kelainan bahasa pada anak menurut Rutter (dikutip dari Toback C), ber-
dasarkan alas berat ringannya kelainan bahasa sebagai berikut:

242
GANGGUAN BICARA DAN BAHASA PADA ANAK

Tabel 18.3: Klasifikasi kelainan bahasa menurut Rutter.


Ringan keterlambatan akuisisi dari bunyi kata- dislalia
kata, bahasa normal
Sedang keterlambatan lebih berat dari akuisisi bu- disfasia ekspresif
nyi kata-kata dan perkembangan bahasa
terlambat
Berat keterlambatan lebih berat dari akuisisi dan disfasia reseptif dan tuli per-
bahasa, gangguan pemahaman bahasa sepsi
Sangat berat gangguan pada seluruh kemampuan tuli persepsi dan tuli sentral
bahasa

Sedangkan Rapin dan Allen (dikutip dari Klein, 1991) berdasar patofisiologi, mem-
bagi kelainan bahasa pada anak menjadi 6 subtipe, yaitu:
I. 2 primer ekspresif:
- disfraksia verbal
- gangguan defisit produksi fonologi
2. 2 defisit represif dan ekspresif:
- gangguan campuran ekspresif-represif
- disfasia verbal auditori agnosia
3. 2 defisit bahasa yang lebih berat:
- gangguan leksikal-sintaksis
- gangguan semantik-pragmatik
Anak dengan disfraksi verbal (afraksia verbal atau gangguan perkembangan bicara
ekspresif) mengerti segala sesuatu yang dikatakan padanya, mereka lebih sering menun-
juk daripada bicara. Banyak yang mempunyai riwayat prematur, beberapa menderita
disfraksia oromotor (anak ini mengeluarkan air liur dan mempunyai kesulitan mengikuti
gerakan mulut). Jika mereka bicara, lebih banyak menggunakan suara vokal dengan
gangguan pengucapan konsonan . Anak-anak ini setclah dewasa menjadi afemia. Anak
dengan disfraksia verbal kadang-kadang disertai dengan gangguan tingkah laku (autis-
me). Rehabilitasi pada anak ini lebih memerlukan terapi wicara yang intensif.
Beberapa anak bicara dengan kata-kata dan frase yang sulit dimengerti, bahkan pada
orang-orang yang selalu kontak dengannya. Sehingga mereka sering marah dan frustrasi
karena merasa bahwa kata-katanya sulit dimengerti oleh sekitarnya. Mereka ini tidak
ada gangguan dalam pengertian, tetapi terdapat gangguan defisit produksi fonologi.
Anak yang bicaranya sulit dipahami yang juga menunjukkan adanya gangguan
pcmahaman terhadap apa yang dikatakari kepadanya, menunjukkan gangguan campur-
an ekspresif-reseptif. Mereka bicara dalam kalimat yang pendek dan banyak dari
mereka yang autistik. Setelah dewasa mereka menjadi afasia (afasia Broca), hanya sedi-
kit yang diketahui bagaimana hal ini bisa terjadi ..
Beberapa anak mengerti sedikit pada apa yang dikatakan kepadanya, walaupun
kadang-kadang mereka mengikuti suatu pembicaraan dengan cara lain, misalnya dengan
memperhatikan apa yang dilihatnya. Mereka sangat miskin dalam artikulasi kata-kata.
Mereka ini dinamakan disfasia verbal auditori agnosia. Mereka ini termasuk afasia
yang didapat, dimana mereka sebelumnya sering kejang dan kehilangan kemampuan

243
berbicara setelah periode perkembangan bahasa yang normal (sindrom Landau Klef-
fner). Pada EEG anak dengan sindrom ini, akan tampak bitemporal spike. Anak dcngan
disfasia jenis ini, memproses suara yang didengarkan di pusat dengar berbeda dengan
anak normal. Stimulasi bahasa akan memperbaiki keadaan, walaupun basil akhimya
masih belum pasti.
Anak dengan gangguan leksikal-sintaksis mempunyai kesulitan dalam menemu-
kan .kata-kata yang tepat. khususnya saat bercakaj,-cakap. .Mereka tidak gagap dan tidak
menghindar untuk berbicara. Gejalanya seperti orang dewasa dengan afasia konduksi,
dimana mereka akan berhenti bicara sebentar untuk menemukan kata~kata yang tepaL
Biasanya orang tuanya akan membantu untuk menemukan kata-kata yang tepaL Anak
ini biasanya bicara dengan menggunakan kalimat-kalimat yang pendek untuk umumya.
Terapi bicara akan membantu melatih anak mencari kata-kata yang tepat pada saat'
bicara, tetapi prognosis selanjutnya masih belum banyak diketahui.
Beberapa anak ada yang bicaranya lancar dan dapat menggunakan kata-kata yang
tepat, tetapi mereka bicara tanpa henti mengenai satu topik. Mereka tidak mengerti tata
bahasa. Gejalanya mirip gangguan bicara pada anak dengan hidrosefalus dan oleh Rapin
dan AJJen disebut gangguan semantik pragmatik. Anak ini pada umumnya menderita
gangguan hubungan sosial dan didiagnosis sebagai gangguan perkembangan pervasif.
Mereka punya sedikit teman sebaya dan tidak pernah mau belajar aturan permainan dan
bicara dari teman sebayanya. Ada baiknya anak ini diajar ketrampilan berbicara, bahkan
diperlukan psikolog dan ahli terapi tingkah laku.
Aram DM ( 1987) dan Towne ( 1983 ), mengatakan bahwa dicurigai adanya gangguan
perkembangan kemampuan bahasa pada anak, kalau diketemukan gejala-gejala sebagai
berikut: ·

I. Pada usia 6 bulan anak tidak mampu memalingkan mata serta kepalanya terhadap
suara yang datang dari belakang atau samping.
2. Pada usia I 0 bulan anak tidak memberi reaksi terhadap panggilan namanya sendiri.
3. Pada umur 15 bulan tidak mengerti dan memberi reaksi terhadap kata-katajangan,
da-da, dan sebagainya.
4. Pada usia 18 bulan tidak dapat menyebut sepuluh kata tunggal.
5. Pada usia 21 bulan tidak memberi reaksi terhadap perintah (misalnya duduk,
kemari, berdiri).
6. Pada usia 24 bulan tidak bisa menyebut bagian-bagian tubuh.
7. Pada usia 24 bulan belum mampu mengetengahkan ungkapan yang terdiri dari 2
buah kata.
8. Setelah usia 24 bulan hanya mempunyai perbendaharaan kata yang sangat sedikit/
tidak mempunyai kata-kata huruf z pada frase; ·
9. Pada usia 30 bulan ucapannya tidak dapat dimengerti oleh anggota keluarga.
I 0. Pada usia 36 bulan belum dapat mempergunakan kalimat-kalimat sederhana.
11 . Pada usia 36 bulan tidak bisa bertanya dengan menggunakan kalimat tanya yang
sederhana.
12. Pada usia 36 bulan ucapannya tidak dimenge'rti oleh orang di luar keluarganya.
13. Pada usia 3,5 tahun selalu gagal untuk menyeb~tkan kata akhir (ca untuk cat, ba
untuk ban, dan lain-lain).
14. Setelah berusia 4 tahun tidak .lancar berbicara/gagap.
GANGGUAN BICARA DAN BAHASA PADA ANAK

15. Setelah usia 7 tahun masih ada kesalahan ucapan.


16. Pada usia berapa saja terdapat hipemasalitas atau hiponasalitas yang nyata atau
mempunyai suara yang monoton tanpa berhenti, sangat keras dan tidak dapat di-
dengar serta terus menerus memperdengarkan suara yang serak.

DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Pengambilan anamnesis harus mencakup uraian mengenai perkembangan bahasa
anak. Autisme setelah berumur 18 bulan dan bicara yang sulit dimengerti setelah ber-
umur 3 tahun, paling sering ditemukan. Dokter anak harus curiga bila orang tua
melaporkan bahwa anaknya tidak dapat menggunakan kata-kata yang berarti pada
umur 18 bulan atau belum mengucapkan frase pada umur 2 tahun. Atau anak mema-
kai bahasa yang singkat untuk menyampaikan maksudnya.
Kecurigaan adanya gangguan tingkah laku perlu dipertimbangkan kalau dijumpai
gangguan bicara dan tingkah laku yang bersamaan. Kesulitan tidur dan makan sering
dikeluhkan orang tua pada awal gangguan autisme. Pertanyaan bagaimana anak ber-
main dengan temannya dapat membantu mengungkap tabir tingkah laku. Anak
dengan autisme lebih senang bermain dengan huruf balok atau magnetik dalam
waktu yang lama. Mereka dapat saja bermain dengan anak sebaya, tetapi dalam
waktu singkat menarik diri.
2. Instrumen penyaring.
Selain ariamnesis yang teliti, disarankan digunakan instrumen penyaring untuk me-
nilai gangguan perkembangan bahasa. Misalnya Early Language Mileston.e Scale
(Coplan dan Gleason), atau DOST (pada Denver II penilaian pada sektor bahasa
lebih banyak daripada DDST yang lama) atau · Reseptive-Expresive Emerg-ent
Language Scale. Early Language Milestone Scale cukup sensitif dan spesifik untuk
mengidentifikasi gangguan bicara pada anak kurang dari 3 tahun.
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat digunakan untuk mengungkapkan penyebab lain dari gang-
guan bahasa. Apakah ada mikrosefali, anomali telinga luar, otitis media yang ber-
ulang, sindrom William (fasies Elfin, perawakan pendek, kelainan jantung, langkah
yang tidak mantap), celah palatum, dan lain-lain.
Gangguan oromotor dapat diperiksa dengan menyuruh anak menirukan gerakan
mengunyah, menjulurkan lidah dan mengulang suku kata PA, TA, PA-TA, PA-TA-
KA. Gangguan kemampuan qromotor terdapat pada verbal apraksia.
4. Pengamatan saat bermain.
· Mengamati saat anak bermain dengan alat permainan yang sesuai dengan umumya,
sangat membantu dalam mengidentifikasi gangguan tingkah laku. Idealnya peme-
riksa juga bermain dengan anak tersebut dan kemudian mengamati orang tuanya saat
bermain dengan anaknya. Tetapi ini tidak praktis dilakukan pada ruangan yang ra-
mai. Pengamatan anak saat bermain sendiri, selama pengambilan anamnesis dengan
orang tuanya, lebih mudah dilaksanakan. Anak yang memperlakukan mainannya

24' '
TUMBUH KEMBANG ANAK

sebagai obyek saja atau hanya sebagai satµ titik pusat perhatian saja, dapat merupa-
kan pctunjuk adanya kelainan tingkah laku.
5. Pemeriksaan laboratorium.
Semua anak dengan gangguan bahasa harus dilakukan tes pendengaran. Jika anak
tidak kooperatif tcrhadap audiogram atau hasilnya mencurigakan, maka perlu dilaku-
kan pemeriksaan "auditory brainstem responses" .
Peineriksaan laboratorium lainnya dimaksudkan untuk membuat diagnosis ban-
ding. Bila terdapat gangguan pertumbuhan, mikrosefali, makrosefali, terdapat gejala-
gejala dari suatu sindrom perlu dilakukan CT-scan atau MRI, untuk mengetahui
adanya malformasi . Pada anak laki-laki dengan autisme dan perkembangan yang
sangat lambat, skrining kromosom untuk fragil-X mungkin diperlukan. Skrining ter-
hadap penyakit-penyakit metabolik baru dilakukan kalau terdapat kecurigaan ke arah
itu, karena pemeriksaan ini sangat mahal.
6. Konsultasi
Pemeriksaan dari psikolog/neuropsikiater anak diperlukan jika ada gangguan bahasa
dan tingkah laku. Pemeriksaan ini meliputi riwayat dan tes bahasa, kemampuan kog-
nitif dan tingkah laku. Tes intelegensia dapat dipakai sebagai perbandingan fungsi
kognitif anak tersebut. Masalah tingkah laku dapat diperiksa lebih lanjut dengan
menggunakan instrumen seperti Vineland Social Adaptive Scale Revised, Child Be-
havior Checklist, atau Childhood Autism Rating Scale. Konsultasi ke psikiater anak
dilakukan bila ada gangguan tingkah laku yang berat.
Ahli patologi wicara akan mengevaluasi c41ra pengobatan anak dengan gangguan
bicara. Anak akan diperiksa apakah ada masalah anatomi yang mempengaruhi pro-
duksi suara.

PENATALAKSANAAN
Deteksi dan penanganan dini. pada problem bicara dan bahasa pada anak, akan mem-
bantu anak-anak dan orang tua untuk menghindari atau memperkecil kelainan pada masa
sekolah (lihat Tabel 18.4).

PROGNOSIS
Prognosis gangguan bicara pada anak tergantung pada penyebabnya. Dengan per-
baikan masalah medis seperti tuli konduksi dapat menghasilkan perkembangan bahasa
yang normal pada ·anak yang tidak retardasi mental. Sedangkan perkembangan bahasa
dan kognitif pada anak dengan gangguan pendengaran sensoris bervariasi. Dikatakan
bahwa anak dengan gangguan fonologi biasanya prognosisnya lebih baik. Sedangkan
gangguan bicara pada anak yang intelegensinya normal perkembangan bahasanya lebih
baik daripada anak yang retardasi mental. Tetapi pada anak dengan gangguan yang mul-
tipel, terutama dengan gangguan pemahaman, gangguan bicara ekspresif, atau kemam-
puan naratif yang tidak berkembang pada usia 4 tahun, mempunyai gangguan bahasa
yang menetap pada umur 5,5 tahun.

246 .
GANGGUAN BICARA DAN BAHASA PADA ANAK

Tabel 18.4: Penatalaksanaan kelainan bicara dan bahasa (Blager BF, 1981)

Masalah Penatalaksanaan Rujukan

I. Lingkungan
a. Sos.ek. rendah a. Meningkatkan stimulasi a. Kelompok BKB (Bina Kelu-
arga dan Balita) atau kelom-
pok bermain
b. Tekanan keluarga b. Mengurangi tekanan b. Konseling keluarga
c .. Keluarga bisu c. Meningkatkan stimulasi c. Kelompok BKB/bermain.
d. Bahasa bilingual d. Menyederhanakan ma- d. Ahli terapi wicara
sukan bahasa
2. Emosi
a. Ibu yang tertekan h. Meningkatkan stimulasi a. Konst'.ling, kelompok BKB/
bermain
b. Gangguan serius pada b. Menstabilkan lingkung- b. Psikoterapi
keluarga an emosi
c. Gangguan serius c. Meningkatkan status c. Psikoterapi
emosi anak
3. Masalah pendengaran
a. Kongenital a. Monitor dan obati kalau a. Audiologisdahli THT
memungkinkan
b. Didapat b. Monitor dan obati kalau b. Audiologisdahli THT
memungkinkan
4. Perkembangan lambat
a. Dibawah rata-rata a. Tingkatkan stimulasi a. Ahli terapi wicara
b. Perkembangan ter- b. Tingkatkan stimulasi b. Ahli terapi wicara
lamb at
c. Retardasi mental c. Maksimalkan potensi c. Program khusus
5. Cacat bawaan
a. Palatum sumbing a. Monitor dan dioperasi a. Ahli terapi ~etelah operasi
b. Sindrom Down b. Monitor dan stimulasi b. Rujuk ke ahli terapi wicara,
SLB-C, monitor pendengar-
annya.
6. Kerusakan otak
a. Kerusakan neuromus- a. Mengatasi masalah ma- · a. Rujuk ke ahli terapi kerja,
kular kan dan meningkatkan ahli gizi , ahli patologi wi-
kemampuan bicara anak cara.
b. Sensorimotor b. Mengatasi masalah ma- b. Rujuk ke ahli terapi kerja,
kan dan meningkatkan ahli gizi, ahli.terapi wicara.
kemampuan bicara anak
c. Palsi serebralis c. Mengoptimalkan ke- c. Rujuk ke ahli rehabilitasi,
mampuan fisik kognitif, ahli terapi wicara.
dan bicara anak
d. Masalah persepsi d. Mengatasi masalah ke- d. Rujuk ke ahli patologi wi-
terlambatan bicara cara, kelompok BKB.

247
TUMBUH KEMBANG ANAi<

KEPUSTAKAAN

I. Ararn M. Dorothy. Speech and language disorders, in Berhnnan RE and Vaughan VC (eds):
Nelson Textbook of Paediatrics, 13th. Ed. WB Saunders, Philadelphia, 1987, 98 - 101.
2. Blager BF. Speech and language evaluation in Frankenburg (Eds): Pediatric Developmental
Diagnosis, ht.Ed. Thieme - Stratton Inc, New York, 1981, p. 79 - 102.
3. Graham M. J. Communicative disorders, in Levine et al (eds): Developmental Behavioral
Pediatrics, 1st.Ed. WB Saunders, Philadelphia, 1983, p. 847 - 864.
4. Hatch EM. Psycholinguistic, 1st.Ed. Newbury House Publishers, Rowley, 1983, p. 200.
5. Klein SK. Evaluation for suspected language disorder in preschool children, Pediatr Clin
North Am 38: 1455-1467, 1991.
6. Toback C. Language disorder in children, in Toback C: Pediatrician's psychological hand-
book, I st. Ed. Excerpta Medica Co. Singapore, 1980, p. 94 - 99.
7: Towne C C. Disorder of hearing, speech and language, in: Berhnnan RE and Vaughan VC
· (eds): Nelson Textbook of Paediatrics, 12th. Ed, WB Saunders, Philadelphia, 1983, 119 -
123.

Anda mungkin juga menyukai