Portofolio Leukemia

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 22

BORANG PORTOFOLIO

Nama Peserta : dr. Khalifa Rahmani


Nama Wahana : RSU Aisyiyah Ponorogo
TOPIK : Susp. Leukemia Limfositik Akut
Tanggal (kasus) : 23 September 2017
Tanggal Presentasi :
Nama Pasien : An. M A No. RM : 359xxx
NamaPendamping : dr. Wegig Widjanarko, MMR
Tempat Presentasi : Ruang Rapat Lantai 3 RSU Aisyiyah Ponorogo

OBJEKTIF PRESENTASI
 Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka
 Diagnostik  Manajemen  Masalah  Istimewa
 Neonatus  Bayi  Anak  Remaja  Dewasa  Lansia  Bumil
 Deskripsi :
Seorang anak laki-laki usia 5 tahun datang ke poli Anak RSU ‘Aisyiyah Ponorogo post MRS dengan diagnosis anemia, saat ini kontrol
dan mengeluhkan masih agak lemas, dan agak pusing.
 Tujuan:
1. Mengetahui Overview tentang Leukemia
2. Konseling, Informasi, dan Edukasi pasien Leukemia akut
Bahan Bahasan  Tinjauan Pustaka  Riset  Kasus  Audit
Cara Membahas  Diskusi  Presentasi dan Diskusi  E-mail  Pos

1
DATA PASIEN Nama : An. M. A No Registrasi : 359xxx
Nama klinik: Klinik Umum Telp : - Terdaftar sejak : 2016
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/ Gambaran Klinis
a. Keluhan Utama: Pasien post MRS dengan diagnosis anemia, saat ini kontrol dan mengeluhkan masih agak lemas, dan agak pusing.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien post MRS dengan diagnosis anemia, saat ini kontrol dan mengeluhkan masih agak lemas, dan agak pusing. Saat MRS 1
minggu yang lalu pasien mengeluhkan pucat disertai lemes dan agak pusing yang dirasakan sejak kurang lebih 1 minggu SMRS.
Pasien juga mengeluhkan adanya benjolan pada kedua sisi leher yang baru diketahui beberapa bulan terakhir, sudah pernah di cek
dan dikatakan bukan tuberkulosis. Pasien memiliki luka memar di dahi yang belum sembuh dan terkesan membengkak serta muncul
bintik-bintik merah di area yang memar. Memar tersebut muncul akibat terkena tembok kira-kira 3 minggu yang lalu. Beberapa area
di wajah pasien, nampak adaya bintik-bintik biru kehijauan, seperti memar yang berukuran kecil. Pasien tidak mengeluhkan demam,
gusi bengkak, gusi berdarah, batuk-pilek, perut sebah dan mual-muntah, pasien mengatakan BAK dan BAB seperti biasa tidak ada
keluhan, nafsu makan agak turun. Berat badan pasien menurun semenjak masuk sekolah TK.
2. Riwayat Pengobatan : Saat MRS, pasien mendapatkan terapi : Transfusi PRC 2 kolf, Inj. Dexamethasone 3 x ½ amp, Inj. Ceftriaxone
2 x 1/2 amp. Saat pulang diberikan Cavilex syr 3 x 1 cth.
3. Riwayat Kesehatan/ Penyakit : Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa, riwayat sakit yang pernah dialami adalah beberapa
kali demam serta batuk-pilek biasa, riwayat demam lama tanpa sebab jelas disangkal, riwayat perdarahan spontan disangkal, riwayat
PKTB/flek disangkal, riwayat sakit cacingan disangkal, riwayat mengalami penyakit kronis disangkal. Riwayat penyakit keganasan
disangkal

2
4. Riwayat Keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa, riwayat penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes
mellitus, penyakit jantung atau penyakit ginjal disangkal, riwayat sakit TB paru di keluarga disangkal, riwayat keganasan di keluarga
disangkal.
5. Riwayat Pekerjaan : Pasien adalah seorang pelajar TK
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Pasien adalah anak bungsu dari dua bersaudara, tinggal bersama keluarga kandung, lahir
secara normal, tidak ada masalah selama kehamilan dan persalinan. Pasien adalah anak yang cukup aktif baik di lingkungan rumah
maupun sekolah. Pasien tidak menyukai sayuran, sehingga makanan yang sering dikonsumsi adalah nasi dengan lauk saja. Dikatakan
pasien tidak terlalu suka jajan makanan ringan dalam kemasan.
7. Riwayat Imunisasi : Lengkap
8. Lain-lain:
Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum : Sedang, BB 25 kg
 Kesadaran : Compos Mentis, GCS : E4V5M6
 Tanda vital :
- Tekanan darah :-
- Nadi : 94 x / menit, regular, isi dan tegangan cukup
- Suhu : 36,9 ° C
- Pernafasan : 22 x / menit
 Kepala : normosefali
 Mata : konjungtiva pucat (+/+), sclera ikterik (-/-), pupil bulat isokor.
 Telinga : normotia, serumen (-/-), sekret (-/-)
 Hidung : normosepta, sekret (-), deformitas (-) darah (-)

3
 Tenggorokan : faring hiperemis (-), Tonsil (T1-T1)
 Leher : KGB teraba membesar pada regio colli dx et sn. sebesar pola pingpong, multiple, terfixir
 Thorax : simetris (+), deformitas (-)
- Cor : Ictus cordis tak tampak, thrill (-), pembesaran jantung (-), S1-S2 single, murmur (-), gallop (-)
- Pulmo :
o Tidak terdapat jejas dan kelainan bentuk, retraksi (-)
o Tidak ada ketinggalan gerak
o Perkusi : sonor
o Suara dasar vesikuler : +/+, ronkhi : -/- wheezing : -/-
 Abdomen :
- Bentuk Flat, jejas (-) supel (+)
- Bising usus (+) normal perkusi timpani
- Nyeri tekan (-)
- Tidak teraba pembesaran organ
 Ekstremitas :
- Edema : (-) ekstremitas atas maupun bawah
- Akral dingin : (-) ekstremitas atas maupun bawah
- CRT <2”
 Status Lokalis :
 Terdapat hematoma berbentuk bulat diameter + 1 mm a/r palpebral lateral sn dan zygomaticus sn
 Terdapat hematoma a/r frontalis berbentuk lonjong dengan permukaan meninggi, konsistensi lunak, NT (-), dengan multiple
purpura

4
Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Laboratorium ( 23/09/2017)
NAMA PEMERIKSAAN NILAI NORMAL
Hemoglobin 4,9 13,5-18,0 g/dl
Leukosit 46.900 4.500-11.000/µL
Eritrosit 1,75 4,6-6,2 juta/µL
PCV/Hematokrit 14 % 40-54%
Trombosit 32.000 150.000-450.000/µL
SGOT 59 < 37 IU/L
SGPT 40 <40 IU/L
Serum Creatinin 0,7 0,8-1,5 mg/dl
BUN 7 7-21 g/dl
Uric Acid 2,9 3,1-7,9 mg/dl

 Pemeriksaan Apusan Darah Tepi


Gambaran Darah Tepi:
 Eritrosit : Hipokromik mikrositik anisositosis. Eritroblast (-)
 Leukosit : Jumlah meningkat, limfositosis, atypical mononuclear cell (+)
 Trombosit : Jumlah menurun, penyebaran merata, makro trombosit (-)
 Kesan : Bisitopeni dengan limfositosis absolut, menyokong limfoproliferatif disorder, dd/ keganasan akut hematologi

5
DAFTAR PUSTAKA
1. American Cancer Society. Acute Lymphocytic Leukemia. Diakses Oktober 2017. Website https://www.cancer.org
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Penanggulangan Kanker Terpadu Paripurna. Jakarta.
3. Lanzkowsky, P. 2005. Manual of Pediatric Hematology and Oncology 4th Edition. California. Elsevier Academic Press.
4. Permono B, Ugrasena IDG. Leukemia Akut. Dalam: Permono HB, Sutaryo, Ugrasena IDG, Windiastuti E, Abdulsalam M, penyunting.
Buku Ajar Hemato-Onkologi anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2005. h. 236-47.

HASIL PEMBELAJARAN:
 Mengetahui Overview Leukemia
 Konseling, Informasi, dan Edukasi pasien Leukemia akut

6
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
Subjektif
Pasien post MRS dengan diagnosis anemia, saat ini kontrol dan mengeluhkan masih agak lemas, dan agak pusing. Saat MRS 1
minggu yang lalu pasien mengeluhkan pucat disertai lemes dan agak pusing yang dirasakan sejak kurang lebih 1 minggu SMRS. Pasien
juga mengeluhkan adanya benjolan pada kedua sisi leher yang baru diketahui beberapa bulan terakhir, sudah pernah di cek dan dikatakan
bukan tuberkulosis. Pasien memiliki luka memar di dahi yang belum sembuh dan terkesan membengkak serta muncul bintik-bintik merah
di area yang memar. Memar tersebut muncul akibat terkena tembok kira-kira 3 minggu yang lalu. Beberapa area di wajah pasien, nampak
adaya bintik-bintik biru kehijauan, seperti memar yang berukuran kecil. Pasien tidak mengeluhkan demam, gusi bengkak, gusi berdarah,
batuk-pilek, perut sebah dan mual-muntah, pasien mengatakan BAK dan BAB seperti biasa tidak ada keluhan, nafsu makan agak turun.
Berat badan pasien menurun semenjak masuk sekolah TK.

Objektif
Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum : Sedang, BB 25 kg
 Kesadaran : Compos Mentis, GCS : E4V5M6
 Tanda vital :
- Tekanan darah :-
- Nadi : 94 x / menit, regular, isi dan tegangan cukup
- Suhu : 36,9 ° C
- Pernafasan : 22 x / menit
 Kepala : normosefali

7
 Mata : konjungtiva pucat (+/+), sclera ikterik (-/-), pupil bulat isokor.
 Telinga : normotia, serumen (-/-), sekret (-/-)
 Hidung : normosepta, sekret (-), deformitas (-) darah (-)
 Tenggorokan : faring hiperemis (-), Tonsil (T1-T1)
 Leher : KGB teraba membesar pada regio colli dx et sn. sebesar pola pingpong, multiple, terfixir
 Thorax : simetris (+), deformitas (-)
- Cor : Ictus cordis tak tampak, thrill (-), pembesaran jantung (-), S1-S2 single, murmur (-), gallop (-)
- Pulmo :
o Tidak terdapat jejas dan kelainan bentuk, retraksi (-)
o Tidak ada ketinggalan gerak
o Perkusi : sonor
o Suara dasar vesikuler : +/+, ronkhi : -/- wheezing : -/-
 Abdomen :
- Bentuk Flat, jejas (-) supel (+)
- Bising usus (+) normal perkusi timpani
- Nyeri tekan (-)
- Tidak teraba pembesaran organ
 Ekstremitas :
- Edema : (-) ekstremitas atas maupun bawah
- Akral dingin : (-) ekstremitas atas maupun bawah
- CRT <2”

8
 Status Lokalis :
 Terdapat hematoma berbentuk bulat diameter + 1 mm a/r palpebral lateral sn dan zygomaticus sn
 Terdapat hematoma a/r frontalis berbentuk lonjong dengan permukaan meninggi, konsistensi lunak, NT (-), dengan multiple
purpura
Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Laboratorium ( 23/09/2017)
NAMA PEMERIKSAAN NILAI NORMAL
Hemoglobin 4,9 13,5-18,0 g/dl
Leukosit 46.900 4.500-11.000/µL
Eritrosit 1,75 4,6-6,2 juta/µL
PCV/Hematokrit 14 % 40-54%
Trombosit 32.000 150.000-450.000/µL
SGOT 59 < 37 IU/L
SGPT 40 <40 IU/L
Serum Creatinin 0,7 0,8-1,5 mg/dl
BUN 7 7-21 g/dl
Uric Acid 2,9 3,1-7,9 mg/dl

 Pemeriksaan Apusan Darah Tepi


Gambaran Darah Tepi:
 Eritrosit : Hipokromik mikrositik anisositosis. Eritroblast (-)
 Leukosit : Jumlah meningkat, limfositosis, atypical mononuclear cell (+)
9
 Trombosit : Jumlah menurun, penyebaran merata, makro trombosit (-)
 Kesan : Bisitopeni dengan limfositosis absolut, menyokong limfoproliferatif disorder, dd/ keganasan akut hematologi
Assesment
Susp. Leukemia Limfositik Akut
Plan
 Rujuk Sp. A di RS Tipe A untuk dilakukan Pungsi Lumbal dan Penanganan Selanjutnya

Leukemia
A. Overview Leukemia
 Definisi
Istilah leukemia pertama kali dijelaskan oleh Virchow sebagai “darah putih” pada tahun 1874, adalah penyakit neoplastik yang
ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi sel induk hematopoetik.
Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik pada satu atau banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan
dari sel yang normal akan tertekan pada waktu sel leukemia bertambah banyak sehingga akan menimbulkan gejala klinis. Keganasan
hematologik ini adalah akibat dari proses neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoetik
sehingga terjadi ekspansi progresif kelompok sel ganas tersebut dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia beredar secara sistemik.

 Klasifikasi Leukemia
Secara sederhana leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan progresifitas penyakit yaitu leukemia akut dan kronik sedangkan
berdasarkan tipe sel asalnya, leukemia dibedakan mielositik atau limfositik.

10
 Leukimia Akut
Leukemia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang berakibat terdesaknya komponen darah normal oleh komponen
darah abnormal (blastosit) yang disertai dengan penyebaran ke organ-organ lain. Leukemia akut memiliki perjalanan klinis yang
cepat, tanpa pengobatan penderita akan meninggal rata-rata dalam 4-6 bulan. Jenis Leukemia akut terbagi menjadi 2 berdasarkan
tipe sel asal, yaitu:
1. Leukemia Limfositik Akut
Leukemia limfositik akut (LLA) adalah keganasan klonal dari sel – sel prekursor limfoid. Lebih dari 80% kasus, sel-sel ganas
berasal dari limfosit B, dan sisanya merupakan leukemia sel T. LLA lebih sering ditemukan pada anak-anak (82%) daripada
umur dewasa (18%). Insiden LLA akan mencapai puncaknya pada umur 3-7 tahun. Tanpa pengobatan, sebagian anak-anak
akan hidup 2-3 bulan setelah terdiagnosis terutama diakibatkan oleh kegagalan dari sumsum tulang.
2. Leukemia Mielositik Akut
LMA merupakan leukemia yang mengenai sel stem hematopoetik yang akan berdiferensiasi ke semua sel mieloid. LMA
merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi. LMA atau Leukemia Nonlimfositik Akut (LNLA) lebih sering
ditemukan pada orang dewasa (85%) dibandingkan anak-anak (15%). Permulaannya mendadak dan progresif dalam masa 1
sampai 3 bulan dengan durasi gejala yang singkat. Jika tidak diobati, LNLA fatal dalam 3 sampai 6 bulan.
 Leukemia Kronis
Leukemia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang berakibat terdesaknya komponen darah normal oleh komponen
darah abnormal (blastosit) yang disertai dengan penyebaran ke organ-organ lain. Berbeda dengan leukemia kaut, perjalanan klinis
leukemia kronis berlangsung lambat. Berdasarkan tipe sel asal terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
LLK adalah suatu keganasan klonal limfosit B (jarang pada limfosit T). Perjalanan penyakit ini biasanya perlahan, dengan
akumulasi progresif yang berjalan lambat dari limfosit kecil yang berumur panjang. LLK cenderung dikenal sebagai kelainan
ringan yang menyerang individu yang berusia 50 sampai 70 tahun dengan perbandingan 2:1 untuk laki-laki.
11
2. Leukemia Mielositik Kronis (LMK)
LMK adalah gangguan mieloproliferatif yang ditandai dengan produksi berlebihan sel mieloid (seri granulosit) yang relatif
matang. LMK sering juga disebut sebagai Leukemia Granulositiik Kronik (LGK). LGK/LMK mencakup 20% leukemia dan
paling sering dijumpai pada orang dewasa usia pertengahan (40-50 tahun). Abnormalitas genetik yang dinamakan kromosom
philadelphia ditemukan pada 90-95% penderita LGK/LMK.

 Patofisiologi Leukemia
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke
arah keganasan akibat abnormalitas genetik yang dipengaruhi oleh berbagai faktor (faktor predisposisi, faktor etiologi, dan faktor
pencetus) . Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang kompleks).
Translokasi kromosom mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi
ganas, hal ini dapat mengakibatkan individu yang terkena mudah mengalami infeksi. Pada akhirnya sel-sel ganas ini menguasai
sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah yang normal (inhibisi eritropoiesis normal)
yang mengakibatkan individu yang terkena mengalami anemia dan perdarahan tanpa sebab yang jelas . Proses keganasan ini juga bisa
menyusup ke dalam organ lainnya (infiltrasi hasil perombakan sel blast yang mudah lisis) mengakibatkan pembesaran organ termasuk
ke hati, limpa, kelenjar getah bening.

12
 Diagnosis Leukemia
 Tanda dan Gejala Klinis, tanda dan gejala klinis
leukemia terangkum dalam gambar berikut ini:

Bagan Patofisiologi Leukemia

13
 Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah lengkap biasanya akan ditemukan:
- Penurunan Hb (anemia)
- Penurunan jumlah eritrosit
- Peningkatan jumlah leukosit yang sangat tinggi dapat mencapai puluhan ribu bahkan ratusan ribu (leukositosis) atau
leukopenia
- Jumlah abnormal dari trombosit (trombositopenia ataupun trombositosis) meskipun dapat juga trombosit berjumlah normal.
Hasil tersebut tergantung pada stage serta jenis leukemia yang dialami.
 Pemeriksaan Apusan Darah Tepi
Pada pemeriksaan darah tepi, dapat ditemukan kelainan sebagai berikut:
- Anemia normositik normokromik
- Jumlah platelet atau trombosit yang menurun, normal, ataubisa juga meningkat
- Penurunan jumlah leukosit matur
- Tampakan sel-sel darah yang abnormal ( malignant cell)
 Bone Marrow Aspiration/Biopsy
- Hiperaktivasi atau hyperplasia bone marrow
- Sel blast lebih dari 20-30% tergantung tipe dari klasifikasi leukemia.
 Cytochemistry
Pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi jenis leukemia berdasarkan jenis sel blast dari sampel sel hasil biopsy berdasarkan
cytochemical reaction.
 Immunological Marker
Pemeriksaan ini dapat menentukan jenis leukemia berdasarkan marker genetic yang ditemukan dari membrane, sitoplasma,
ataupun nucleus dari sample sel yang diambil dari biopsi. Misal: pada AML akan ditemukan marker CD11/CD13/CD33/CD 117
14
 Cytogenetics
Pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi jenis leukemia berdasarkan kromosom abnormal yang ditemukan di sample sel hasil
biopsi. Misal: kromosom philadelphia (t (9;22)) bisa ditemukan pada pasien CML.

15
B. Konseling, Informasi, dan Edukasi Pasien (Orang tua) dengan Kecurigaan Leukemia Akut
Konseling, Informasi, dan Edukasi sangat penting diberikan pada pasien dan keluaga pasien (terutama orang tua apabila pasien
masih anak-anak) yang mengalami masalah kesehatan, terutama apabila masalah kesehatan tersebut adalah keganasan. Hal ini disebabkan
karena masalah kesehatan berupa keganasan/ kanker memerlukan banyak prosedur medis untuk kepentingannya menegakkan diagnosis,
proses pengobatan, manajemen komplikasi dan efek samping pengobatan maupun proses rehabilitasi. Selain itu kasus keganasan/kanker
juga sangat rentan terhadap munculnya gangguan psikologis baik pada pasien maupun keluarga terkait progresifitas penyakit yang
cenderung menyebabkan prognosis penyakit yang kurang baik..

Terdapat tiga tugas yang harus dipenuhi orang tua dalam merawat anak dengan kanker, yaitu tugas emosional, fisik dan
mengumpulkan informasi. Orang tua harus berhadapan dengan proses pengobatan, mendukung anak, memulai rutinitas baru,
menyediakan dukungan emosional untuk anak, dan anggota keluarga yang lain. Orang tua dengan anak kanker juga harus mendampingi
anak di rumah sakit, lebih waspada dalam merawat anak di rumah, memanajemen gejala dan efek samping pengobatan kanker, membeli,
menyediakan dan menyiapkan obat, dan menurunkan risiko infeksi anak, selain itu orang tua disibukkan dalam mengkoordinasi dan
menjadwalkan pengobatan, pengisian riwayat kesehatan, belajar tentang proses pengobatan, sumber dan sistem perawatan kesehatan dan
mencari informasi pada keluarga lain (Klassen, et al., 2011).
Tugas orang tua sebagai pengasuh anak dengan kanker harus terpenuhi, membutuhkan tenaga, waktu dan pengorbanan yang besar,
sehingga membuat orang tua rentan terhadap masalah kesehatan baik, fisik, sosial maupun psikologi. Orang tua sering mengalami
gangguan tidur, kelelahan, dan perubahan nafsu makan. Sebagian orang tua juga menyebutkan mengalami perubahan kebutuhan
seksualitasnya dan bermasalah dengan pasangannya. Gejala emosional seperti depresi, perasaan bersalah, marah dan kecemasan menjadi
gangguan psikologi orang tua. Kecemasan yang dirasakan berkaitan dengan pengobatan, adanya kekambuhan setelah pengobatan,
dampak pengobatan jangka panjang dari terapi, dan proses perawatannya. Perasaan bersalah terhadap anak lain yang sehat juga dirasakan
karena tidak mampu memberikan perhatian secara penuh (Klassen, et al., 2011).

16
Salah satu upaya untuk mengurangi kecemasan yang dihadapi orang tua adalah dengan memberikan dukungan informasi yang
cukup tentang penyakit dan nasihat tentang bagaimana orang tua dapat memanajemen kecemasannya. Survai yang dilakukan Fukui
(2002) pada 66 keluarga dengan pasien kanker membutuhkan informasi dalam 6 topik katagori, yaitu diagnosis penyakit (91%),
pengobatan (83%), prognosis (73%), manajemen nyeri dan perawatan (46%), manajemen psikologi pasien (36%), kesehatan dan
psikologi keluarga (33%). Pengetahuan tentang suatu masalah dapat memberikan gambaran jelas tentang apa yang sedang dihadapi,
sehingga membuat seseorang lebih siap dalam menyiapkan strategi. Sedangkan manajemen kecemasan yang baik akan menurunkan
resiko terganggunya kesehatan baik secara fisik, sosial, dan psikis dan meningkatkan motivasi dalam memenuhi perannya sebagai
orangtua dari pasien yang mengalami kanker.

Berikut ini topik-topik informasi yang perlu dan butuh diketahui oleh orangtua pasien yang mengalami kecurigaan keganasan,
khususnya Leukemia Akut :
1. Diagnosis Penyakit yaitu Leukemia Akut
Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang, ditandai dengan proliferasi sel-sel darah
putih, dengan manifestasi sel abnormal dalam darah tepi. Leukosit dalam darah berproliferasi secara tidak teratur, tidak terkendali
dan fungsinya menjadi tidak normal. Leukemia berdasarkan morfologi sel yang dominan dibedakan menjadi leukemia limfoblastik
akut (LLA) dan leukemia mieloblastik akut (LMA) (Permono & Ugrasena, 2006). Penegakan diagnosis leukemia (gold standard)
dengan pemeriksaan aspirasi sumsum tulang yang dilengkapi dengan radiografi dada, cairan serebrospinal dan pemeriksaan
penunjang yang lain. Pemeriksaan ini dapat mendiagnosis sebesar 90% kasus, sedangkan sisanya memerlukan pemeriksaan lebih
lanjut, yaitu sitokimia, imunologi, sitogenetika dan biologi molekuler.

17
2. Pengobatan Leukemia Akut khususnya Leukemia Limfositik Akut
Menurut Rodriguez et al., (2012), proses pengobatan kanker membutuhkan waktu yang lama dan teratur. Pengobatan kanker pada
umumnya adalah pembedahan, radiasi dan kemoterapi. Pengobatan kombinasi antara pembedahan, terapi radiasi dan kemoterapi akan
meningkatkan kesembuhan bermakna dari pada dengan terapi tunggal pada semua jenis kanker (Seymour, 2000). Oleh karena itu,
anak yang terdiagnosis kanker harus terus menerus menjalani pengobatan kombinasi tersebut secara rutin selama berbulan-bulan dan
mendapatkan dukungan dari orang tua.
Kemoterapi pada penderita LLA, pengobatan umumnya terjadi secara bertahap, meskipun tidak semua fase digunakan untuk
semua orang.
a. Tahap 1 (terapi induksi) : Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk membunuh sebagian besar sel-sel leukemia di
dalam darah dan sumsum tulang. Terapi induksi kemoterapi biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit yang panjang karena
obat menghancurkan banyak sel darah normal dalam proses membunuh sel leukemia. Pada tahap ini dengan memberikan
kemoterapi kombinasi yaitu daunorubisin, vincristin, prednison dan asparaginase.

b. Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi) : Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi intensifikasi yang
bertujuan untuk mengeliminasi sel leukemia residual untuk mencegah relaps dan juga timbulnya sel yang resisten terhadap obat.
Terapi ini dilakukan setelah 6 bulan kemudian.

c. Tahap 3 ( profilaksis SSP): Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada SSP. Perawatan yang digunakan dalam
tahap ini sering diberikan pada dosis yang lebih rendah. Pada tahap ini menggunakan obat kemoterapi yang berbeda, kadang-
kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi, untuk mencegah leukemia memasuki otak dan sistem saraf pusat.

d. Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang): Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi. Tahap ini biasanya
memerlukan waktu 2-3 tahun. Angka harapan hidup yang membaik dengan pengobatan sangat dramatis. Tidak hanya 95% anak
dapat mencapai remisi penuh, tetapi 60% menjadi sembuh. Sekitar 80% orang dewasa mencapai remisi lengkap dan sepertiganya
mengalami harapan hidup jangka panjang, yang dicapai dengan kemoterapi agresif yang diarahkan pada sumsum tulang dan SSP.

Selain menjelaskan tahapan pengobatan, lama pengobatan, dan obat apa saja yang diberikan, prosedur dan tempat dilakukannya
kemoterapi juga perlu dijelaskan, termasuk juga mengenai efek samping dari kemoterapi yang dapat berupa: mual, muntah, rambut
rontok, diare, dsb.
18
3. Prognosis Leukemia Akut khususnya Leukemia Limfositik Akut
Prognosis LLA pada anak-anak lebih baik dibandingkan dengan orang dewasa. Remisi sempurna terjadi sebesar 95% dan 70–80%
dari pasien bebas gejala selama 5 tahun, apabila terjadi relaps, remisi sempurna kedua dapat terjadi pada sebagian besar kasus
(Mansjoer, et al., 2001). Umur merupakan faktor prognosis yang signifikan pada pasien ALL. Pada pasien umur 2–5 tahun survival
rate dua kali lebih besar dibandingkan pasien umur kurang dari 2 tahun atau lebih dari 10 tahun. Pasien LLA dengan leukosit
≥50.000/µL mempunyai prognosis jelek, angka kematian mencapai 56,5% (65 pasien) dan lebih dari separuhnya (37 pasien)
meninggal pada fase induksi (Budiyanto, 2009).
4. Manajemen Nyeri dan Perawatan
Selama masa pengobatan maupun setelah pengobatan, pasien dengan leukemia akut memerlukan perawatan fisik termasuk
manajemen nyeri untuk menjaga kualitas hidup anak tetap baik bahkan meningkatkan kualitas hidupnya meskipun sedang mengalami
penyakit keganasan. Beberapa hal berikut dapat dilakukan orang tua di rumah dalam perawatan fisik dan manajemen nyeri:
 Memantau respons anak terhadap pengobatan kemoterapi dan mengatasi efek samping yang mungkin dialami. Upaya ini meliputi:
- Diare. Berikan cairan yang cukup. Lakukan perawatan kulit pada bokong Hindari makanan dan buah-buahan tinggi-selulose
Beri makan sedikit tapi sering; jika mungkin beri makanan yang disukai anak. Kurangi atau jangan berikan daging.
- Anoreksia. Observasi adanya tanda-tanda kekurangan cairan (dehidrasi). Beri makan sedikit tapi sering yang berupa
makanan lunak kaya zat gizi dan kalori. Dianjurkan makan makanan yang disukai atau dapat diterima walaupun tidak lapar.
Hindari minum sebelum makan. Tekankan pada anak bahwa makan adalah bagian penting dalam program pengobatan.
- Mulut kering. Makanan atau minuman diberikan dengan suhu dingin. Bentuk makanan cair. Kunyah permen karet atau hard
candy.
- Mual dan muntah. Beri makanan kering. Hindari makanan yang berbau merangsang. Hindari makanan lemak tinggi. Makan
dan minum perlahan-lahan. Hindari makanan atau minuman terlalu manis. Batasi cairan pada saat makan. Tidak tiduran
setelah makan.

19
- Demam dan menggigil. Catat frekuensi gejala. Berikan penurun panas, berikan rasa nyaman dengan memberinya selimut
yang tidak tebal dan mandi hangat-hangat kuku
- Sariawan (stomatitis dan ulkus mulut). Berikan rasa nyaman dengan sering berkumur, memakai cairan pencuci mulut, dan
permen yang keras.
- Rambut rontok (alopesia). Persiapkan anak dan keluarga untuk menghadapi kerontokan rambut. Yakinkan hati anak dan
keluarga bahwa kerontokan rambut tersebut hanya sementara. Siapkan anak dan keluarga tentang tumbuhnya rambut baru
yang berbeda warna dan tekstur dari rambutnya semula. Gunakan syal, topi, atau wig sebelum rambut mulai rontok sebagai
usaha untuk mengalihkan perhatian. Sering keramas untuk mencegah cradle cap. Cegah penggunaan bahan kimia rambut,
seperti larutan pengkriting rambut yang permanen, ketika rambut tumbuh kembali. Bantu anak memilih pakaian yang dapat
meningkatkan aspek positif penampilan anak.
 Mencegah infeksi sekunder serta memantau adanya tanda dan gejala infeksi
- Waspadai tanda dan gejala infeksi seperti demam, nafsu makan menurun, malaise, dsb
- Menjaga kesehatan diri anak (termasuk menjaga kuku tetap bersih) dan lingkungan serta penggunakan APD bila keluar
rumah
- Perawatan gigi dan mulut. Setiap habis makan dan terutama kalau mau tidur harus dilakukan sikat gigi (dengan sikat gigi
yang harus), kumur betadin dan kumur antijamur.
- Makanan hygienis
 Pantau adanya tanda dan gejala komplikasi
 Mencegah cedera yang dapat menyebabkan perdarahan
 Pemberian nutrisi yang adekuat dan seimbang sesuai dengan keadaan penyakit serta daya terima anak.
 Mengatasi nyeri dengan teknik penatalaksanaan nyeri nonfarmakologik. Beberapa teknik penatalaksanaan nyeri nonfarmakologik
yang dikelompokkan menurut umur penderita leukemia, adalah :

20
- Toddler (anak di bawah umur tiga tahun). Teknik penatalaksanaan nyeri nonfarmakologik pada toddler, antara lain: mainan,
buku cerita bergambar, musik, pernafasan terkontrol – meniup air sabun, dan stimulasi kutan: usapan, pemijatan.
- Anak usia prasekolah (3-4 tahun). Teknik penatalaksanaan nyeri nonfarmakologik pada anak usia prasekolah, antara lain:
mainan, buku cerita bergambar, mencari gambar tersamar, mendengarkan musik atau dongeng melalui headset, menonton
video, imajinasi emotif-menggunakan super-hero favorit anak untuk “melawan” nyeri, pernafasan terkontrol, stimulasi kutan,
dan latihan perilaku – menjadi akrab dengan prosedur melalui bermain.
- Anak usia sekolah (5-12 tahun). Teknik penatalaksanaan nyeri nonfarmakologik pada anak usia sekolah, antara lain: imajiner,
mendengarkan musik atau dongeng melalui headset, menonton video, bermain play-station atau video-games, pernafasan
terkontrol, stimulasi kutan, dan latihan perilaku.

5. Manajemen Psikologi Pasien. Dapat dilakuka dengan cara:


 Memberikan pendidikan kesehatan kepada anak bahwa prosedur pengobatan sangat penting bagi peningkatan kesehatan anak. Hal
ini untuk mengurangi stres terhadap prosedur pengobatan.
 Anjurkan anak untuk mengungkapkan perasaan mereka. Anak perlu untuk menyesuaikan hidup dengan berbagai fase penyakit
yang mengancam hidup.
 Bantu anak melakukan koping positif. Reaksi anak sebagian besar bergantung pada usianya, informasi yang diberikan kepada
anak, dan dampak fisik penyakit.
 Berikan fasilitas permainan yang menghibur namun aman
 Selalu mendampingi anak untuk memberikan semangat dan motivasi sehingga dapat memberikan energi positif bagi anak untuk
bisa menghadapi sakit yang dialaminya.

21
6. Kesehatan dan Psikologi Keluarga
 Memberikan edukasi terkait penyakit dan kondisi yang menyertai selama perjalanan penyakit sesuai dengan yang dibutuhkan dan
diperlukan oleh keluarga, terutama 6 hal yang telah dijabarkan dalam penjelasan ini.
 Memberikan edukasi mengenai segala macam prosedur klinik yang akan dilakukan pada pasien termasuk indikasi dan resikonya
selama perjalan penyakit sampai selesai pengobatan
 Menganjurkan keluarga untuk membasakan diri untuk mengungkapkan perasaan mereka. Keluarga pasien terutama orangtua perlu
untuk menyesuaikan hidup dengan berbagai fase penyakit yang mengancam hidup.
 Membantu keluarga melakukan koping positif atas stressor yang dialaminya terkait menghadapi anak yang sedang mengalami
kanker sekaligus harus memenuhi perannya dalam fungsi keluarganya.
 Menyarankan keluarga pasien untuk bergabung dengan kelompok orang tua dengan permasalahan yang sama. Orangtua
membutuhkan teman senasib sepenanggungan dalam satu wadah organisasi. Sehingga, para orangtua merasa mendapat dukungan,
tidak sendirian, bisa curhat maupun berbagi ilmu/tips dalam membesarkan buah hati mereka. Tidak sedikit yang mengakui,
dengan ikut komunitas seperti ini, orangtua tambah pintar dan semakin peduli. Kondisi anak-anak mereka pun mengalami
kemajuan hingga memberi harapan untuk bisa lebih baik dan lebih baik lagi.
 Aspek spiritual sangat penting ditekankan agar anak dan keluarga dapat memahami dan memaknai bahwa di balik cobaan
penyakit memiliki hikmah kehidupan yang Diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Keikhlasan menerima penyakit merupakan
modal utama munculnya motivasi, harapan dan optimisme.

22

Anda mungkin juga menyukai