Sistem Respirasi
Sistem Respirasi
Sistem Respirasi
SISTEM RESPIRASI
Rahmah Aulia Azzahrah, Rimbi Brahma Cari
Program Studi Biologi, FMIPA Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Jl. Pemuda No.10 Rawamangun, Jakarta Timur, Indonesia: Telp: +62 21 4894909
Email addres: [email protected] , [email protected]
Gambar 1. Gambar 2.
Gelembung pada Ikan mas Insang pada Ikan Mas
Pada ikan mas, terdapat organ pernapasan utama dan tambahan. Organ pernapasan
utama yaitu insang dan organ tambahan berupa gelembung udara. Insang berbentuk
lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda. Insang pada ikan mas terdapat 4 lembar
dan terletak dibawah operkulum. Bagian posterior operkulum berfungsi untuk menjaga air
dan oksigen agar tidak keluar kembali saat proses respirasi serta menjaga tekanan air.
Insang ikan mas terdiri atas tulang rawan berwarna putih, rigi- rigi insang yang
berfungsi untuk menyaring air pernapasan melalui insang dan filamen atau lembaran
insang. Filamen insang terbentuk atas jaringan lunak berbentuk seperti sisir dan berwarna
merah muda karena mempunyai banyak pembuluh kapiler darah dan merupakan cabang
dari arteri insang dan terjadi pertukaran gas antara CO2 dan O2.
Gas O2 diambil dalam bentuk larutan yang berada dalam air melalui insang secara
difusi. Dari insang, O2 diangkut darah melalui pembuluh darah ke seluruh jaringan tubuh.
Dari jaringan tubuh, gas O2 diangkut darah menuju jantung. Dari jantung menuju insang
untuk melakukan pertukaran gas, dan proses ini berlangsung terus menerus dan berulang-
ulang.
Bentuk gelembung renang ikan masa pada bagian anterior lebih besar dari bagian
posteriornya. Tipe gelembung renang pada ikan mas yaitu fisotomus. Bentuk fisotomus
memilki gelembung renang yang terbuka dan berhubungan dengan saluran pencernanan.
Gelembung renang adalah kantong yang berisi udara yang berfungsi untuk
menjaga posisi ikan agar dapat mengapung saat berada dalam air. Mekanisme yang terjadi
yaitu oksigen masuk dan berdifusi melalui dinding gelembung renang, masuk melalui
jaringan kapiler dan udara diambil sebanyak- banyaknya. Pada dinding belakang
gelembung terdapat dinding tipis yang berfungsi sebagai alat sekresi sisa pernapasan
dimana karbondioksida akan dikeluarkan dari dalamtubuh.
Gambar 4. Gambar 5.
Organ Respirasi Tambahan pada Ikan lele Organ Respirasi pada Ikan Lele
Pada ikan lele terdapat organ pernapasan berupa insang dan organ tambahan
berupa labirin. Arborescent organ, berbentuk seperti bunga karang terdapat pada ikan
lele (Clarias batrachus (Linnaeus, 1758)) alat pernapasan tambahan ini terletak di bagian
atas depan insang.
Insang ikan lele berwarna merah dengan filamen pendek. Warna merah
disebabkan karena pembuluh darah kaya akan oksigen sehingga menyebabkan viskositas
darah yang rendah. Hal ini berkaitan dengan habitat lele, yang hidup di perairan yang
kadar oksigennya rendah.
Labirin merupakan perluasan dari insang yang berbentuk lipatan- lipatan dan
rongga yang tidak teratur. Struktur berlipat berfungsi memperluas permukaan respirasi.
Labirin berfungsi menyimpan cadangan oksigen sehingga lele dapat bertahan pada kondisi
yang kekurangan oksigen.
Percobaan ini dilakukan dengan dengan penginjeksian metilen biru dan NaCl kedalam
saccus lymphaticus dorsalis katak. Digunakan metilen biru sebagai indikator bahwa telah
terjadi oksidasi jaringan pada katak. Ketika metilen biru disuntikkan, menyebabkan metilen
biru yang diikat oleh hemoglobin bukan oksigen. Maka metilen biru masuk ke pembuluh
darah kemudian masuk ke eritrosit dan diikat oleh hemoglobin membentuk metilen
hemoglobin, seperti persamaan berikut: HbO2 Hb + O2
Hb + Met MetHb
Sebelum melakukan penginjeksian, metilen biru dicampur dengan NaCl.
Pencampuran antara metilen biru dengan NaCl dilakukan karena adanya NaCl dalam tubuh
katak sehingga metilen biru dapat larut dalam cairan tubuh katak. Jadi NaCl berfungsi
sebagai perantara mengalirnya metilen biru ke jaringan tubuh katak.
Gambar 7. Kiri: katak kontrol. Kanan: katak yang diinjeksi metilen blue
Gambar 8. Kiri: katak kontrol. Kanan: katak yang diinjeksi metilen blue
Berdasarkan hasil pengamatan, warna dari berbagai jaringan katak antara katak
dengan perlakuan pemberian metilen biru +NaCl berbeda dengan katak yang kontrol. Pada
waktu pos mortal, seluruh jaringan di katak kontrol memiliki warna merah cerah, sedangkan
pada katak perlakuan hampir semua jaringan-jaringannya mengalami perubahan warna
menjadi biru, merah, hingga kuning kebiruan. Pemeriksaan juga dilakukan 15 menit setelah
pos mortal dan didapatkan hasil bahwa tubuh katak kontrol menjadi merah pucat. Sementara
itu, pada katak yang diberi perlakuan, seluruh jaringan yang diamati mengalami perubahan
warna menjadi lebih pucat atau lebih gelap. Darah arteri yang teroksigenasi sempurna
tampak merah, dan darah vena yang telah kehilangan sebagian oksigennya di jaringan
memperlihatkan rona kebiruan. (Sherwood, 2001).
Tiga puluh menit kemudian, eritrosit yang tidak stabil karena kekurangan osigen pun pecah.
Pecahnya eritrosit menyebabkan methemoglobin yang tadinya berikatan menjadi terurai.
Hemoglobin yang terurai menjadi rusak, sedangkan metilen biru berdifusi keluar pembuluh darah.
Peristiwa tersebut menyebabkan warna organ-organ yang tadinya biru beralih warna menjadi
pucat. Jika semua eritrosit pada seluruh organ mengalami kondisi demikian, maka maka akan
terjadi kematian jaringan.
3. Permeabilitas paru-paru terhadap gas
Percobaan ini dilakukan dengan menenkan paru-paru katak dengan benang halus
didaerah bronkus. Hal ini bertujuan agar aliran darah dari pembuluh darah tidak mengalir ke
dalam paru dan tercipta tekanan udara antara lingkungan dengan bagian dalam paru. Paru
yang sudah diikatkan dipotong pada bagian atasnya untuk dimasukkan ke dalam air kapur
(larutan CaCO3), persamaan reaksi yang terjadi yaitu:
CaCO3 (s) + H2O (l) → H2CO3 (l) + Ca(OH)2 (l)↓
H2CO3 (l) → H2O (l) + CO2 (g)
Air kapur terlihat lebih keruh dan adanya gelembung, menandakan adanya CO2. Paru
katak dimasukkan kedalam air kapur yang memiliki banyak gas CO2 tidak membuat paru
katak menjadi kolaps (Sherwood, 2000). Setelah dimasukkan, ternyata paru katak menjadi
mengembang. Hal ini karena, adanya perbedaan tekanan parsial gas CO2 antara di dalam air
kapur dengan di dalam paru.
Gambar 10. Kiri : Paru-paru mengempis, air keruh. Kanan : Paru-paru mengembang, air
jernih.
Tekanan CO2 pada larutan CaCO3 (air kapur) lebih besar dibandingkan dengan
tekanan CO2 di dalam alveolus, sehingga CO2 berdifusi dari dalam larutan CaCO3 ke
dalam alveoli sesuai dengan selisih tekanan sehingga paru-paru terlihat menggembung
karena terisi oleh CO2 yang terdapat dalam larutan air kapur. Serta, paru katak menjadi
berwarna merah pucat karena adanya akumulasi CO2 ke dalam paru.
Setelah paru katak menjadi mengembang, air kapur menjadi cukup bening karena gas
CO2 didalam air kapur telah masuk kedalam alveolus secara difusi. Sehingga hanya tertinggal
sedikit CO2 didalam air kapur serta terbentuk endapan Ca(OH)2
KESIMPULAN
Alat-alat atau organ pernapasan pada ikan disesuaikan dengan tempat hidupnya. Ikan
lele yang hidup di air yang kurang oksigen memiliki alat pernapasan tambahan khusus yang
berupa labirin. Sedangkan pada ikan sapu-sapu memiliki alat pernapasan tambahan yang
berupa gelembung renang dengan tipe physostomus, yang dipenuhi oleh gas yang berfungsi
memberi kemampuan ikan untuk mengendalikan daya apung
Penginjeksian metilen biru pada saccus lymphaticus dorsal katak menyebabkan
terbentuknya ikatan metHb (methemoglobin) sehingga warna organ menjadi kebiruan.
Itulah tandanya bahwa telah terjadi deoksidasi jaringan.
Pada percobaan permeailitas paru-paru, tekanan parsial gas menyebabkan terjadinya
difusi karbondioksida ke dalam paru, serta paru katak sangat permeabel terhadap difusi gas
DAFTAR PUSTAKA
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia, dari Sel Ke Sistem. Terj. Brahm U.
Pendit. Jakarta : EGC